boks biro informasi kredit: meningkatkan stabilitas

advertisement
BOKS
BOKS
BIRO INFORMASI KREDIT:
MENINGKATKAN STABILITAS SEKTOR KEUANGAN
DAN MENDORONG DISIPLIN PASAR
Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah, telah meresmikan Biro Informasi Kredit (BIK), pada
tanggal 29 Juni 2006 di Jakarta. Pembentukan BIK merupakan realisasi pilar kelima Arsitektur Perbankan Indonesia
(API), yaitu Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan. Gubernur Bank Indonesia menyampaikan bahwa
“BIK merupakan sebuah pencapaian penting yang dapat mengantarkan industri perbankan nasional menuju
kondisi ideal yang sehat dan efisien”. Lembaga baru ini bertugas menghimpun dan menyimpan data perkreditan,
yang hasil olahannya akan didistribusikan kepada anggotanya. Tersedianya informasi debitur akan membantu
perbankan mempercepat pengambilan keputusan kredit, sehingga penyaluran kredit berjalan dengan lancar.
Pada gilirannya hal ini akan mendukung perkembangan sektor riil.
Dari aspek mikro, informasi debitur yang akurat dan lengkap akan membantu bank mengurangi
potensi risiko kredit bermasalah di kemudian hari. Selain itu, ketergantungan bank pada besarnya agunan
konvensional dapat pula dikurangi. Dengan data secara nasional yang terintegrasi, akan mendorong debitur
untuk menggunakan kredit sesuai peruntukannya dan menghindari tunggakan tanpa alasan yang jelas. Dengan
demikian, disiplin pasar akan terjaga. Keberadaan BIK secara makro selain mendorong lembaga keuangan
meningkatkan fungsi intermediasinya dapat pula meningkatkan stabilitas sektor keuangan. Secara spesifik,
pendirian BIK diharapkan juga bisa mendorong peningkatan kredit UMKM sejalan dengan meningkatnya akses
informasi debitur di lembaga keuangan.
Data detil yang dihimpun BIK meliputi data pokok debitur (identitas diri seperti nama, alamat, nomor
KTP/SIM/tanda pengenal lain, dll), daftar pengurus/pemilik untuk debitur badan usaha, fasilitas pinjaman/kredit
yang diterima debitur, besarnya agunan, penjamin dll. Terkait data fasilitas kredit, tidak terdapat batas minimal
jumlah kredit yang dilaporkan. Dengan kata lain, data pemberian kredit mulai dari sebesar Rp1 (satu rupiah)
pun, informasinya dapat diperoleh di sistem ini.
Kenggotaan Biro Informasi Kredit terdiri dari lembaga-lembaga keuangan seperti Bank Umum (termasuk
syariah), Bank Perkreditan Rakyat, Penyelenggara Kartu Kredit selain Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
yang meliputi kantor penyelenggara kegiatan operasional seperti kantor pusat, cabang, cabang bank asing,
dan kantor cabang pembantu bank asing. Adapun keanggotaan Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat dan
Penyelenggara Kartu Kredit selain Bank sebagai Pelapor dalam SID bersifat wajib, sedangkan keanggotaan
Lembaga Keuangan Bukan Bank bersifat sukarela.
60
Download