BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum Gempa

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Gempa-gempa besar sering kali menimbulkan banyak korban jiwa baik di
negara maju maupun egara berkembang. Untuk mengurangi resiko timbulnya korban
jiwa pada saat terjadi gempa, bangunan-bangunan yang berada di daerah rawan
gempa harus direncanakan sebagai bangunan tahan gempa. Untuk itu telah disusun
peraturan perencanan bangunan tahan gempa dan diperbaharui secara berkala.
Namun, dari beberapa kejadian gempa terakhir khususnya di Indonesia seperti gempa
di Aceh (2004), Nias (2005), Yogyakarta (2006), dan Bengkulu (2007), masih saja
menimbulkan banyak korban jiwa. Dari berbagai kajian lapangan, dapat disimpulkan
beberapa alasan mengapa hal ini bisa terjadi, yaitu:
1. Bangunan yang rusak merupakan bangunan yang didirikan sebelum peraturan
baru tentang perencanaan tahan gempa berlaku.
2. Mutu bahan kurang baik.
3. Pemahaman yang kurang terhadap peraturan perencanaan yang berlaku.
4. Bangunan yang rusak tersebut tidak memenuhi prinsip perencanaan bangunan
tahan gempa.
5. Pemahaman yang kurang terhadap konsep strong coloumn weak beam.
6. Kegagalan terhadap geser pada sambungan kolom-balok.
7. Faktor tenaga kerja yang masih kurang terampil.
8. Faktor pengawasan yang kurgan baik terutama sumber daya manusianya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu, gaya gempa dan respons bangunan pada saat terjadi gempa harus
dianalisis dengan benar. Kemudian pada saat pelaksanaan, pengawasannya harus
dilakukan dengan benar. Analisis gempa dapat menggunakan metode analisis statik
maupun dinamik sesuai dengan persyaratan dalam peraturan perencanaan ketahanan
gempa untuk bangunan gedung SNI 03-1726-2002.
1.2 Latar Belakang Masalah
Respons bangunan akibat gempa yang terjadi dapat dianalisis secara statik
maupun dinamik. Analisis statik yang umum digunakan adalah analisis statik
ekivalen. Analisis secara dinamik dapat dibagi atas dua yaitu analisis ragam
spektrum respons dan analisis riwayat waktu (time-history). Dalam SNI 03-17262002 dinyatakan bahwa untuk struktur gedung beraturan dapat digunakan metode
analisis statik ekivalen untuk perencanaan gempa. Sedangkan analisis dinamik dapat
dilakukan untuk jenis bangunan apapun, tetapi merupakan suatu keharusan untuk
bangunan tidak beraturan sesuai definisi dalam SNI 03-1726-2002. Pada bangunan
yang direncanakan dengan metode analisis statik ekivalen, bangunan diasumsikan
hanya terjadi satu bentuk lendutan selama bergerak pada saat gempa terjadi.
Sedangkan bangunan yang dianalisis secara dinamik mempunyai lebih dari satu
ragam bentuk yang biasanya sama dengan jumlah tingkat suatu bangunan.
Salah satu syarat suatu gedung dikatakan gedung beraturan berdasarkan SNI 031726-2002 yaitu tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih
dari 10 tingkat atau 40 m. Pembatasan ini dilakukan karena hasil analisis statik
ekivalen kurang presisi untuk struktur yang lebih dari 10 tingkat atau 40 m. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu diperlukan analisis secara dinamik untuk memperoleh respons bangunan
yang lebih mendekati respons struktur yang sebenarnya ketika terjadi gempa.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan tulisan ini yaitu untuk membandingkan respons struktur portal
bertingkat banyak yang dianalisis secara statik ekivalen dengan analisis secara
dinamik. Respons yang akan dibandingkan yaitu berupa gaya geser dan displacement
tiap tingkat. Pada dasarnya tujuan dilakukannya analisis dinamik adalah untuk
memperoleh distribusi gaya gempa yang lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan
analisis statik. Dari hasil tersebut dapat kita lihat sebesar apakah perbedaan hasil
analisis statik dengan analisis dinamik.
1.4 Pembatasan Masalah
Masalah yang akan ditinjau adalah respons struktur gedung beraturan (portal)
beton bertulang 8 tingkat, 10 tingkat, 15 tingkat, dan 20 tingkat yang dianalisis
secara statik ekivalen dan secara dinamik berdasarkan SNI 03-1726-2002.
Untuk analisis statik digunakan metode analisis beban statik ekivalen. Sedangkan
untuk analisis secara dinamik digunakan metode analisis ragam spektrum respons.
Untuk pemodelan dalam komputer, bangunn diasumsikan mempunyai redaman
sebesar 5%. Untuk menentukan respons bangunan pada analisis dinamik, dilakukan
analisis modal dimana ragam bentuknya ditentukan dengan nila-nilai Eigen.
Dalam tulisan ini, tidak termasuk perencanaan dimensi. Dimensi portal, kolom, dan
balok hanya merupakan pemisalan sebagai model analisis. Beban-beban juga
Universitas Sumatera Utara
merupakan pemodelan saja tetapi dengan angka yang cukup relevan dan merujuk
pada peraturan pembebanan untuk gedung yang berlaku.
Portal direncanakan merupakan portal dari gedung perkantoran yang berada di
wilayah gempa enam dan di atas tanah lunak berdasarkan klasifikasi SNI 03-17262002.
1.5 Metodologi
Tulisan ini merupakan kajian literatur yang membandingkan hasil analisis
dengan dua metode pengerjaan yang berbeda dengan bantuan komputer. Langkah
analisis yang akan digunakan yaitu tiap portal dianalisis secara statik ekivalen dulu
dan dilanjutkan dengan analisis dinamik yaitu dengan metode analisis ragam
spektrum respons.
Universitas Sumatera Utara
Download