BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan infeksi bakteri yang terjadi pada jaringan periodontal (Nield-Gehrigg dan W ilmann, 2008). D i Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan ke dua penyakit utama yang masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit periodontal dapat menyebabkan kehilangan gigi apabila tidak dilakukan perawatan yang tepat (M arsh dan M artin, 2009). M aka dari itu penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang pentin g untuk diatasi. Periodontitis adalah inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme spesifik yang menghasilkan kerusakan progresif ligamen periodontal dan tulang alveolar. Periodontitis menyebabkan hilangnya perlekatan jaringan ikat yang diikuti dengan pembentukan poket periodontal (Newmann dkk., 2012). Terapi pada periodontitis dibagi menjadi dua kategori yaitu perawatan yang dilakukan untuk menghambat progresivitas periodontitis dan p erawatan yang dilakukan untuk meregenerasi atau merekonstruksi jaringan periodontal yang rusak dan perlekatannya (Rathva, 2011). Terapi periodontal regeneratif terdiri dari gingival graft, bone graft, Guided Tissue Regeneration (GTR), biomodifikasi permukaan akar gigi, Enamel Matrix Protein (EM P), dan kombinasi beberapa teknik tersebut (Bosshardt dan Sculean, 2009; Newmann dkk., 2012). 1 2 Perlekatan baru dari jaringan ikat pada permukaan akar gigi merupakan komponen utama dari keberhasilan terapi regenerasi pe riodontal (Bosshardt dan Sculean, 2009). Keberhasilan terapi periodontal regeneratif dipengaruhi oleh kondisi permukaan akar gigi. Penelitian histologis menunjukkan bahwa permukaan akar gigi yang telah terpapar oleh lingkungan rongga mulut atau poket periodontal mengurangi insersi serabut kolagen, mengubah densitas mineral serta kontaminasi permukaan akar gigi oleh bakteri dan produk-produk bakteri (Amaral dkk., 2011). Scaling dan root planing tidak dapat mengeliminasi kontaminan secara sempurna dan akan menghasilkan smear layer pada permukaan akar gigi yang dapat menghambat penyembuhan dan regenerasi jaringa n periodontal (Ishi dkk., 2008). Smear layer dapat berperan sebagai barrier fisik antara jaringan periodontal atau bekuan darah dan permukaan akar gigi sehingga dapat menghambat pembentukan perlekatan jaringan ikat dan dapat menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Penghilangan smear layer merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap pembentukan perlekatan jaringan ikat (Rocha dkk., 2005). Demineralisasi permukaan akar gigi digunakan sebagai lanjutan dari instrumentasi mekanik permukaan akar gigi dengan menyediakan permukaan yang lebih biokompatibel untuk migrasi awal sel, perlekatan, interaksi matriks seluler, pembentukan serabut, dan regenerasi jaringa n periodontal (Shetty dkk., 2008). Salah satu bahan demineralisasi permukaan akar gigi yang sering digunakan adalah tetrasiklin hidroklorid (Rocha dkk., 2005). Tetrasiklin hidroklorid efektif dalam menghilangkan smear layer serta mengekspos serabut kolagen sehingga 2 3 perlekatan kembali jaringan ikat pada permukaan akar gigi dapat terbentuk (Amaral dkk., 2011). Konsentrasi terbaik dari penggunaan tetrasiklin hidroklorid sebagai bahan demineralisasi akar gigi pada penelitian in vitro ialah 50 mg/m l dan 75 mg/ml serta dapat dilarutkan dengan pelarut salin atau akuades (Ishi dkk., 2008; Shetty dkk., 2008; Chahal dkk., 2014; Soares dkk., 2010). Pada penelitian ini digunakan pelarut akuades karena menurut Soares dkk. (2010) penggunaan tetrasiklin hidroklorid dengan pelarut salin meninggalkan residu pada permukaan akar gigi. Residu ini terjadi karena kapsul tetrasiklin hidroklorid tidak terlarut dengan sempurna pada pelarut salin. Tetrasiklin hidroklorid menghasilkan beberapa aksi yang dapat meningkatkan penyembuhan dan regenerasi jaringan periodontal, yang meliputi: a) Demineralisasi permukaan akar gigi dan penghilangan smear layer, b) stabilisasi clot fibrin, c) meningkatkan kemotaksis, adhesi, dan pertumbuhan fibroblas pada permukaan akar gigi, d) menghalangi m atrix metalloproteinase (Ishi dkk., 2008). Tikus wistar seringkali digunakan sebagai model periodontitis pada penelitian karena struktur anatomi jaringan periodontal regio molar tikus w istar memiliki banyak kesamaan dengan struktur anatomi jaringan periodontal manusia. Tikus wistar juga mudah dalam handling dan perawatannya (Oz dan Puleo, 2011). M etode pemeriksaan regenerasi jaringan periodontal secara klinis dapat dilakukan dengan probing dan radiografi. Kedua metode ini kurang spesifik dalam memeriksa perlekatan kembali jaringan ikat pada permukaan akar gigi. 3 4 Penelitian secara histologis merupakan metode yang reliable dalam mengevaluasi regenerasi pada jaringan periodontal termasuk perleka tan kembali jaringan ikat pada permukaan akar gigi (Bosshardt dan Sculean, 2009). Perlekatan jaringan ikat dapat diobservasi sejak hari ke-7 karena cell-rich connective tissue berlekatan pada permukaan akar gigi 7 hari setelah penutupan luka, serta perlekatan jaringan ikat pada hari ke-14 sudah menunjukkan integritas yang fungsional (Lang dan Lindhe, 2015). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan: Apakah terdapat pengaruh tetrasiklin hidroklorid 75 mg/ml dengan pe larut akuades terhadap perlekatan jaringan ikat pada model perodontitis tikus w istar? C. Keaslian Penelitian Penelitian in vitro mengenai demineralisasi akar gigi dengan menggunakan tetrasiklin hidroklorid dan EDTA oleh Nanda dkk. (2012) dengan judul “Comparison of the efficacy of ethylenediam inetetra acetic acid and tetracycline hydrochloride as root conditioning agents: An in vitro study” menunjukkan bahwa Tetrasiklin HCl dapat menghilangkan smear layer yang terbentuk setelah perawatan mekanis seperti scaling dan root planing lebih baik daripada EDTA. Ishi dkk. (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Smear Layer Removal and Collagen Fiber Exposure U sing Tetracycline Hydrochloride Conditioning” menunjukkan bahwa konsentrasi terbaik dalam pengaplikasian tetrasiklin 4 5 hidroklorid pada permukaan akar gigi adalah dengan konsentrasi 50 mg/ml dan 75 mg/ml. Penelitian mengenai pengaruh tetrasiklin hidroklorid 75 mg/ml dengan pelarut akuades terhadap perlekatan jaringan ikat secara in vivo dengan teknik histologis sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tetrasiklin hidroklorid 75 mg/ml dengan pelarut akuades terhadap perlekatan jaringan ikat pada model periodontitis tikus w istar dengan teknik histologis. E. Manfaat Penelitian M anfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. M emberikan pengetahuan ilm iah mengenai pengaruh irigasi tetrasiklin hidroklorid 75 mg/ml dengan pelarut akuades terhadap perlekatan jaringan ikat sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. 2. M emberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang kedokteran gigi mempertimbangkan khususnya pemilihan bidang bahan periodontologi demineralisasi akar gigi dalam yang digunakan pada terapi periodontal regeneratif. 5