BAB II KAJIAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Penyampaian laporan keuangan auditan kepada regulator maupun kepada public merupakan kewajiban dari masing-masing perusahaan go public yang diatur dalam keputusan Bapepam Nomor : Kep-36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan keuangan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada Bapepeam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Menurut Owusu Ansah (2000), ketepatan waktu laporan keuangan dikategorikan menjadi 2 yaitu, berhubungan dengan dampak ketepatan waktu laporan keuangan terhadap return saham (Chambers dan Penman, 1994) yang berhubungan dengan keterlambatan pelaporan. Ketepatan waktu audit merupakan sinyal kompetensi manajemen keuangan yang efektif dan penulis akan mendeskripsikan teori-teori apa saja yang terkait dengan penelitian ini. 1. Signalling Theory Isyarat atau signal adalah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan dimana manajemen mengetahui informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan daripada pihak investor. Oleh karena itu, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada para stakeholder. 16 17 Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti publikasi laporan keuangan. Teori Signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman (Suwardjono,2002). Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada pasar. Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal good news atau bad news. Sinyal yang diberikan akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham perusahaan. Jika sinyal manajemen mengindikasikan good news, maka dapat meningkatkan harga saham. Namun sebaliknya, jika sinyal manajemen mengindikasikan bad news dapat mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan. Oleh karena itu, sinyal dari perusahaan merupakan hal yang penting bagi investor guna pengambilan keputusan. Pada penelitian ini perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan memberi sinyal dengan cara menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu, sedangkan perusahaan yang berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. 18 Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan akan adanya informasi yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan dari investor. Semakin panjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan harga saham. Investor dapat mengartikan lamanya audit delay dikarenakan perusahaan memiliki bad news sehingga tidak segera mempublikasikan laporan keuangannya, yang kemudian akan berakibat pada penurunan harga saham perusahaan. 2. Teori Kepatuhan Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran atau peraturan. Kepatuhan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan terdapat kepatuhan setiap individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Hal tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory). 19 Menurut Tyler (Saleh, 2004) terdapat dua perspektif dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan kepada hukum, yang disebut instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahanperubahan yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi. Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimaty) berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku. Teori kepatuhan dapat membuat seseorang lebih patuh pada peraturan yang berlaku, sama seperti perusahaan yang berusaha tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena selain sebagai kewajiban, juga bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan (Sulistyo, 2010). 2. Teori Agensi (Agency Theory) Konsep Agency Theory menurut Anthoni dan Govindarajan (1995.569) menunjukan hubungan keagenan yaitu kontrak antara principal dan agent. Agent bekerja untuk melakukan tindakan sesuai dengan keinginan principal. Pada perusahaan yang 20 modalnya tersendiri atas saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Excecutive Officer) sebagai agent mereka. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa, kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Menurut Jensen (1986), agency problem timbul karea orang cenderung untuk mementingkan dirinya sendiri dan munculnya konflik ketika beberapa kepentingan bertemu dalam suatu aktivitas bersama. Konflik kepentingan mendasari adanya biaya keagenan, dalam asumsi rasionalitas ekonomi dimana orang akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum pemenuhan kepentingan orang lain. Dalam kontrak antara manajer dan para pemegang saham dilihat sebagai principal. Teori agensi menjelaskan hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan berdasarkan keuntungan potensial dari pengungkapan yang meningkat dengan biaya agensi (Hosain et al., 1995). Biaya agensi dapat meningkat karena perbedaan kepentingan antara pemegang saham, manajer dan kreditur. Watts dan Zimmerman (1986) menemukan bukti empiris dimana hubungan keagenan antara principal dan agent sering ditentukan oleh informasi akuntansi. Meningkatnya pengungkapan akan mengurangi biaya agensi dan kesenjangan informasi (Marston, 2003). Jadi kesimpulannya bahwa 21 indikasi audit delay bagi pihak perusahaan emiten diperlukannya biaya agensi untuk mengembalikan kepercayaan investor, kaitannya adalah semakin panjang audit delay dan semakin sering terjadi maka semakin besar pula biaya agensi yang harus dikeluarkan. 3. Auditing a. Pengertian Auditing Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan audit delay, maka diperlukan pemahaman terlebih dahulu secara mendasar dan mendalam mengenai pengertian auditing. Sukrisno Agoes (2012:4) dan Konrath (2002:5) mendefinisikan pengertian auditing: Menurut Sukrisno Agoes (2012 ; 4) mendefinisikan audit yaitu : “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatancatatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. Menurut Konrath (2002:5) dalam Sukrisno Agoes (2012:2) mendefinisikan auditing sebagai: “Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan untuk mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan 22 kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.” Berdasarkan pengertian auditing di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses yang dilakuan secara sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif yang dilakukan oleh auditor yang independen dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. b. Jenis Audit Dalam (Sukrisno Agoes, 2012:10) Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas : 1) Pemeriksaan Umum (General Audit) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus sesuai dengan standar Professional Akuntan Publik dan memperhatikan kode etik akuntan indonesia, aturan etika KAP yang telah disahkan Ikatan Akuntan Indonesia serta standar pengendalian mutu. 23 2) Pemeriksaan Khusus (Special Audit) Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan Auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan pada penagihan piutang usaha perusahaan. Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang, penjualan dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar jumlahnya dan bagaimana modus operandinya. Dalam (Sukrisno Agoes, 2012 ; 11-13) Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas: 1) Management Audit (Operational Audit) Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. Pengertian efisien disini adalah, dengan biaya tertentu dapat mencapai hasil atau manfaat yang telah ditetapkan atau berdaya guna. Efektif adalah dapat mencapai tujuan atau sasaran 24 sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau berhasil/dapat bermanfaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ekonomis adalah dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya dapat mencapai hasil yang optimal atau dilaksanakan secara hemat. 2) Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit) Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit. 3) Pemeriksaan Intern (Internal Audit) Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan umum yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor, yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit finding) 25 mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya (recommendations). 4) Computer Audit Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) sistem. c. Standar Auditing Menurut PSAP 01 (2011: 150.1-150.2) Standar auditing yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia terdiri atas sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: 1) Standar Umum a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama 26 2) Standar Pekerjaan Lapangan a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit 3) Standar Pelaporan a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor 27 d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. (IAPI, 2011:150.1 & 150.2). 4. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan audit delay atas laporan keuangan, terlebih dahulu diperlukan pemahaman yang mendasar dan mendalam mengenai pengertian dari laporan keuangan. Pengertian Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:2) adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporankeuangan.Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.” 28 Pengertian Laporan Keuangan menurut Zaki Baridwan (2004:17) adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keunangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.” Pengertian laporan keuangan menurut Slamet Munawir (2007:2) adalah sebagai berikut: “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan dengan data atau efektivitas perusahaan tersebut.” Pengertian Laporan Keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:105) adalah sebagai berikut: “Laporan Keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat teretentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah : Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.” Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisi transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang dibuat manajemen 29 sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik perusahaan dan laporan kepada pihak lain yang berkepentingan. b. Tujuan Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. 30 c. Manfaat Laporan Keuangan Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) paragraf ke 9 (Revisi 2009), dinyatakan bahwa pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi : 1) Investor Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. 2) Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 31 3) Pemberi Pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4) Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. 5) Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan 6) Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7) Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 32 d. Komponen Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 Paragraf 49 (Revisi 2009), “laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen – komponen berikut ini: 1) neraca, 2) laporan laba rugi, 3) laporan perubahan ekuitas, 4) laporan arus kas, 5) catatan atas laporan keuangan. 5. Audit Delay Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2006:4). Menurut Dyer & McHugh (1975:206 dalam Wiwik Utami, 2006:4) “Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditor’ report”. Ketepatwaktuan penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang sangat penting, khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Menurut Lawrence dan Briyan (1988) dalam Yugo Trianto (2006:31) Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit. 33 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten Atau Perusahaan Publik, bahwa Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK dan diumumkan kepada publik selambat-lambatnya pada akhir bulan ke-3 setelah tahun buku berakhir dan telah diperiksa oleh akuntan publik. Hal ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi auditor dan manajemen bahwa jika melebihi batas waktu yang telah ditentukan, maka dapat diperhitungkan sebagai audit delay. 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay a. Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lainlain. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Pada dasarnya Ukuran Perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan perusahaan ini 34 didasarkan pada total aset perusahaan Kategori Ukuran Perusahaan yaitu: 1) Perusahaan Besar Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun. 2) Perusahaan Menengah Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar. 3) Perusahaan Kecil Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun. b. Opini Audior Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan 35 auditan. Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh auditor (Mulyadi, 2002:20-22): 1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. 2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion report with Explanatory Language) Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah sesuai standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (penjelasan lain) laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. 3) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion) Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit apabila lingkup audit dibatasi klien, auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada 36 diluar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disusun dengan prinsip akuntansi yang berterima umum digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak ditetapkan secara konsisten. 4) Pendapat tidak wajar (adverse Opinion) Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. 5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah: a) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Sebagai pemeriksa laporan keuangan auditor akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini yang dikeluarkan berdasarkan bukti dan penemuan selama 37 melaksanakan pekerjaan lapangan. Apabila selama pelaksanaan pekerjaan lapangan auditor tidak menemukan masalah ataupun bukti yang sangat menyimpang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum maka auditor mungkin dapat dengan cepat menyelesaikan tugasnya dan kemudian mengeluarkan opini audit yang sesuai dengan hasil yang diperoleh, tetapi jika auditor menemukan penyimpangan karena laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum kemungkinan auditor akan lebih banyak lagi mencari penyimpangan serta bukti-bukti lain yang akhirnya dapat mempengaruhi penyelesaian waktu audit (Ardhi Dharma Yuana, 2008: 15). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan opini yang dikeluarkan oleh auditor dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. c. Ukuran Kantor Akuntan Publik Menurut SK. Menkeu No.43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997 sebagaimana telah diubah dengan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4 Oktober 1999 dalam Haryono Jusup (2001:19), Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalakan pekerjaannya. Jumlah kantor akuntan publik di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah sejalan dengan perkembangan perekonomian dan 38 bisnis. Dewasa ini di seluruh Indonesia terdapat 448 kantor akuntan publik yang dapat digolongkan menjadi kantor akuntan besar, sedang dan kecil. Kantor akuntan publik yang tergolong besar hanya sedikit jumlahnya dan umumnya bekerjasama dengan kantor-kantor akuntan besar yang berskala internasional. Sebagian besar terdiri dari kantorkantor akuntan publik kecil dengan wilayah operasi yang terbatas (Haryono Jusup, 2001:19). Struktur Kantor Akuntan Publik, mengingat pekerjaan audit atas laporan keuangan menuntut tanggungjawab yang besar, maka pekerjaan professional kantor akuntan publik menuntut indenpendensi dan kompetensi yang tinggi pula. Indenpendensi memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan tanpa bias tentang laporan keuangan yang diauditnya. Kompentensi memungkinkan auditor untuk melakukan audit secara efisien dan efektif. Adanya kepercayaan atas indenpendensi dan kompentensi auditor, menyebabkan pemakai bisa mengandalkan diri pada laporan yang dibuat auditor. Oleh karena kantor akuntan publik demikian banyak jumlahnya, maka tidaklah mungkin bagi pemakai laporan untuk menilai independensi dan kompentensi masingmasing kantor akuntan publik. Oleh karena itu struktur kantor akuntan publik akan sangat berpengaruh terhadap hal ini, walaupun tidak menjamin sepenuhnya (Haryono Jusup, 2001:20). Bentuk usaha Kantor Akuntan Publik yang dikenal menurut hukum Indonesia ada dua macam yaitu (Haryono Jusup, 2001:20) : 39 1) Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Sendiri. Kantor Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama akuntan publik yang bersangutan. 2) Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Kerjasama. Kantor Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama sebanyakbanyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi rekan/partner dalam Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan. Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Tabel 2.1 Daftar KAP The Big Four FIRMA Pendapatan Delloite Tauche $ 28,8 Thomatshu Price Karyawan 182.000 Tahun Kantor Fiskal Pusat 2011 Amerika miliar Water $26,6 miliar Serikat 161.000 2010 House Cooper Ernst dan Young Britania Raya $21,3 miliar 144.000 2010 Britania Raya KPMG $20,6 miliar 138.000 2010 Belanda 40 Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Empat_Besar_(firma_audit) Menurut Yuliana dan Aloysia (2004:115) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four. Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP the big four di Indonesia adalah: 1) Kantor Akuntan Publik Price Water House Cooper, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Susanto dan rekan. 2) Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar), yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Sidharta dan Wijaya. 3) Kantor Akuntan Publik Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Sarwoko dan Sanjoyo. 4) Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thomatshu, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hans Tuanokata. d. Profitabilitas Rasio Profitabilitas dapat memberikan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas ini merupakan suatu perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat laba yang diperoleh perusahaan dengan berdasarkan komponenkomponen yang ada dalam perusahaan tersebut. Menurut Harmono (2009:109) menyatakan bahwa: 41 “Analisis profitabilitas ini menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba”. Sedangkan menurut Sutrisno (2009:215) definisi rasio profitabilitas adalah sebagai berikut: “Rasio keuntungan atau profitability ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan”. Dari definisi di atas bahwa rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 1) Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan perusahaan. Pengertian ROA menurut beberapa ahli yaitu : a) Menurut Mamduh Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah : .. “mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu.” b) Menurut Brigham dan Houston (2010:148) mengatakan bahwa ROA adalah : “rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total aset.” 42 c) Menurut Sutrisno (2009:222) ROA sering disebut juga rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dlam mengfhasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa return on asset adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. Begitu juga sebaliknya bila ROA kecil maka tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan akan kecil dan posisi perusahaan akan kurang baik. Beasley (2009:297) merumuskan formula untuk menghitung pengembalian tingkat aktiva / return on asset (ROA) sebagai berikut : Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut : Return On Asset = Laba bersih setelah pajak x 100% Total Aset e. Rasio Solvabilitas Menurut Harmono (2009:106) Rasio Solvabilitas mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini mempunyai beberapa implikasi, (1) kredit mengharapkan dana yang sediakan pemilik perusahaan sebagai margin keamanan bila pemilik hanya menyediakan sebagian kecil modalnya maka resiko 43 bisnis sebagian besar ditanggung oleh kreditur; (2) meskipun pengadaan dana melalui hutang, pemilik masih dapat mengendalikan perusahaan; (3) bila perusahaan mendapatkan keuntungan lebih besar dari dana yang dipinjamnya dibandingkan biaya bunga yang harus dibayar, maka pengambilan kepada pemilik dapat diperbesar. Menurut Kasmir (2010:151) menyatakan bahwa: “Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengatur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai dengan utang”. Sedangkan menurut Irham Fahmi (2011:62) : “Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang”. Penggunaan pembiyaan menggunakan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan akan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus mempertimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang. 1. Debt To Asset Ratio Menurut Kasmir (2010:156) Debt to assets ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset. Dengan kata lain seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang 44 perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aset. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aset yang dimilikinya. Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut : Total debt Debt to assets ratio = Total assets B. Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay telah dilakukan oleh beberapa akademisi. Adapun penelitian-penelitian tersebut menggunakan variabel-variabel yang berbeda yang menunjukkan hasil penelitian yang berbeda-beda. Beberapa hasil penelitian tersebut, yaitu: 1. Elen Puspitasari mengenai Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian Audit (Audit Delay) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010 terhadap 69 perusahaan dengan menggunakan 4 variabel independen, yaitu ukuran perusahaan, solvabilitas, laba/rugi dan ukuran KAP. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis menunjukkan bahwa opini auditor independen mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) mempunyai waktu audit yang 45 lebih cepat dibandingkan perusahaan yang menerima opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion). 2. Novelia Sagita Indra (2012) meliputi factor-faktor yang dapatan menyebabkan audit delay semakin lama, antara lain : ukuran perusahaan, Return On Asset (ROA), ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), dan umur perusahaan di perusahaan property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2010 dengan menggunakan sampel sebanyak 10 perusahaan property & real estate. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) variable ukuran perusahaan, Return On Asset (ROA) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay pada perusahaan property & real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 – 2010 dengan arah hubungan yang positif, (2) variable ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dan umur perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay pada perusahaan property & real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 – 2010 dengan arah hubungan yang positif dan (3) Variabel ukuran perusahaan, Return On Asset (ROA), ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), dan umur perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay pada perusahaan property & real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 – 2010. 3. Lidya Agustina, dkk (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 dengan menggunakan sampel sebanyak 75 46 perusahaan manufaktur. Adapun faktor-faktor yang diuji dalam penelitiannya, yaitu Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Profitabilitas, Opini Auditor, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata lamanya Audit Delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar 70,79 hari, dengan nilai minimum atau audit tercepat 30 hari dan nilai maksimum atau audit terlama 96 hari. Secara parsial Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Profitabilitas, Opini Auditor, dan Ukuran KAP tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay, ini dikarenakan waktu penelitian yang hanya mengambil satu tahun yakni tahun 2008, dan pengaruh keadaan krisis ekonomi pada tahun 2008 yang membuat perubahan drastis pada nilai variabel-variabel independen sehingga secara parsial pengaruhnya tak lagi sedominan dalam keadaan perekonomian yang sedang stabil. 4. Oviek Dewi Saputri (2012) mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) dengan menggunakan sampel sebanyak 200 perusahaan. Adapun faktor-faktor yang diuji dalam penelitiannya, yaitu ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, jenis opini auditor, reputasi KAP, jenis industri, dan kompleksitas operasi perusahaan. Rata-rata audit delay yang terjadi pada perusahaan sampel di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 sebesar 75,975 hari. Model dalam penelitian ini dinyatakan lolos dalam uji asumsi klasik, yaitu telah memenuhi uji 47 normalitas, heteroskedastisitas dan multikolinearitas. Kemampuan variabel bebas/independen dalam menjelaskan variabel terikat/dependen pada hasil penelitian ini sebesar 24,9 persen. Hasil penelitian ini secara simultan menunjukkan bahwa seluruh variabel independen secara serempak mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit delay. Namun, berdasarkan hasil pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel reputasi KAP memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap audit delay, sedangkan variabel laba/rugi, opini auditor, dan kompleksitas operasi perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap audit delay. Dan selanjutnya untuk variabel ukuran perusahaan, dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit delay. 5. Irsalina Kinanti (2012) mengenai Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Periode 2009-2011 dengan menggunakan sampel sebanyak 78 perusahaan. Adapun faktor-faktor yang diuji dalam penelitiannya, yaitu Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, dan Ukuran KAP. Hasil penelitiani ini menunjukan bahwa rata – rata audit delay yang terjadi pada perusahaan property dan real estate selama tahun 2009 sampai 2011 adalah 74,5 hari. Secara parsial variabel Profitabilitas yang diwakilkan oleh Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Variabel Solvabilitas yang diwakilkan oleh Total Debt to Total Asset Ratio secara parsial (TDTA) berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Ukuran Perusahaan yang diproksikan oleh Total Asset secara parsial 48 berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Opini Auditor yang diukur dengan variabel dummy secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Variabel Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) yang diukur dengan variabel dummy secara parsial berpengaruh signifikan terhadap audit delay. menunjukkan bahwa Hasil pengujian hipotesis secara simultan keseluruhan variabel secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. 6. Hasil penelitian Novice Lianto (2010) mengenai faktor yang berpengaruh terhadap audit report leg. Hasil penelitiani ini menunjukan bahwa Nilai signifikansi variabel profitabilitas 0,003 menunjukkan hipotesis pertama diterima artinya profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka akan menyebabkan semakin rendah audit report lag. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi cenderung membutuhkan waktu pengauditan laporan keuangan yang lebih cepat karena adanya tuntutan untuk menyampaikan kabar baik tersebut secepatnya kepada publik. Variabel solvabilitas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,023. Hal ini berarti hipotesis kedua yang menyatakan solvabilitas berpengaruh terhadap audit report lag dapat diterima. Tingginya jumlah hutang yang dimiliki perusahaan akan menyebabkan proses audit yang relatif lebih lama. Proporsi hutang terhadap total aset yang tinggi juga mungkin membuat auditor perlu meningkatkan kehati – hatian dan kecermatan yang lebih dalam pengauditan terkait dengan masalah kelangsungan hidup perusahaan ( going concern ). Jika dipandang 49 dari sudut pemberi pinjaman, ratio total debt to total asset yang besar memberikan ukuran mengenai tingkat risiko dalam hubungannya dengan ketersediaan nilai aktiva yang dapat dijadikan jaminan. C. Rerangka Pemikiran Berkaitan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, persyaratan ketepatan waktu merupakan suatu keharusan, karena perusahaan yang tidak tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya akan dikenakan sanksi administrasi dan denda sesuai dengan ketentuan pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa ”Emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)”. Pasar modal di Indonesia memandang keterlambatan tersebut sebagai pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan informasi di pasar modal. Ketentuan tentang denda tersebut juga tertuang dalam aturan Bapepam-LK Nomor PER-03/BL/2010 tentang Bentuk, Susunan, dan Penyampaian Laporan Keuangan Triwulanan dan Laporan Kegiatan Usaha. Pengenaan denda ditetapkan berdasarkan keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam-LK dan besarnya denda Rp.1.000.000 (satu juta rupiah) per hari atas keterlambatan semua laporan dengan jumlah keseluruhan sanksi denda Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah). 50 Audit delay dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian informasi dalam laporan keuangan, sehingga akan berpengaruh pula pada tingkat ketidakpastian pengambilan keputusan yang berdasarkan pada informasi laporan keuangan tersebut. Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin lama pula audit delay. Jika audit delay semakin lama, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar. Penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dengan variabel bebasnya yaitu ukuran perusahaan, opini auditor, Ukuran KAP, Profitabilitas dan solvabilitas dapat digambarkan kerangka pemikiran pada gambar 2.1. 51 Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Ukuran Perusahaan H1 Opini Auditor H2 H3 Ukuran KAP Audit Delay H4 Return on Asset Ratio Debt to Asset Ratio H5 52 C. Hipotesis Menurut Rahayu (2011) Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dinyatakan dan ditentukan berdasarkan besarnya total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan, nilai pasar saham, dan total penjualan perusahaan dalam satu periode penjualan. Hasil penelitian Elen Puspitasari menyebutkan bahwa total aset berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Artinya total aset yang lebih besar akan menyelesaikan audit lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai total asset lebih kecil, dikarenakan jumlah sampel yang harus diambil semakin besar dan semakin banyak prosedur audit yang harus ditempuh. Perusahaan berskala besar cenderung untuk tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan, karena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawai, kreditur dan pemerintah, sehingga perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit yang lebih awal. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1: Ukuran perusahaan mempengaruhi audit delay. Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1). Sehingga pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Hasil penelitian Oviek Dewi Saputri (2012) mengenai Analisis 53 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada PerusahaanPerusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Berdasarkan hasil statistik, variabel opini memiliki pengaruh yang positif terhadap audit delay. Perusahaan yang memiliki opini selain wajar tanpa pengecualian akan mengalami audit delay yang lebih lama. Opini auditor memiliki pengaruh positif terhadap audit delay, hal ini dapat disebabkan karena proses pemberian opini auditor melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2: Opini Auditor mempengaruhi audit delay. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan public yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik. KAP yang besar umumnya memiliki lebih banyak pengalaman dan insentif yang kuat, sehingga lebih cepat dalam menyelesaikan tugas audit demi mempertahankan reputasinya. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Big Four akan memiliki waktu audit delay yang lebih pendek dibanding perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non Big Four. Hasil penelitian Irsalina Kinanti (2012) mengenai Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Periode 2009-2011. Hasil penelitiani ini menunjukan bahwa Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh positif signifikan terhadap audit delay yang dapat dilihat dari nilai signifikannya sebesar 0,006 berada dibawah 0,05. Dapat 54 disimpulkan bahwa kantor akuntan publik (KAP) yang berafiliasi dengan Big Four umumya lebih cepat dalam menyelesaikan tugas auditnya karena mereka memiliki lebih banyak pengalaman dan insentif yang kuat serta auditor yang berkualitas sehingga dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien. KAP Big Four bekerja lebih profesional dibandingkan kantor akuntan publik (KAP) Non Big Four. Disamping itu, untuk mempertahankan klien dan menjaga reputasinya, cara yang dilakukan Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah dengan penyelesaian waktu audit yang lebih cepat. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3: Ukuran KAP mempengaruhi audit delay. Menurut Harmono (2009:109) menyatakan bahwa analisis Return on Asset Ratio ini menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. Hasil penelitian Novice Lianto (2010) mengenai faktor yang berpengaruh terhadap audit report leg. Hasil penelitiani ini menunjukan bahwa Nilai signifikansi variabel profitabilitas 0,003 menunjukkan hipotesis pertama diterima artinya profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka akan menyebabkan semakin rendah audit report lag. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi cenderung membutuhkan waktu pengauditan laporan keuangan yang lebih cepat karena adanya tuntutan untuk menyampaikan kabar baik tersebut secepatnya kepada publik. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H4: Return on Asset Ratio mempengaruhi audit delay. 55 Menurut Harmono (2009:106) Debt to Asset Ratio mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini mempunyai beberapa implikasi, (1) kredit mengharapkan dana yang sediakan pemilik perusahaan sebagai margin keamanan bila pemilik hanya menyediakan sebagian kecil modalnya maka resiko bisnis sebagian besar ditanggung oleh kreditur; (2) meskipun pengadaan dana melalui hutang, pemilik masih dapat mengendalikan perusahaan; (3) bila perusahaan mendapatkan keuntungan lebih besar dari dana yang dipinjamnya dibandingkan biaya bunga yang harus dibayar, maka pengambilan kepada pemilik dapat diperbesar. Hasil penelitian Novice Lianto (2010) mengenai faktor yang berpengaruh terhdap audit report leg. Hasil penelitiani ini menunjukan bahwa Variabel solvabilitas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,023. Hal ini berarti hipotesis kedua yang menyatakan solvabilitas berpengaruh terhadap audit report lag dapat diterima. Tingginya jumlah hutang yang dimiliki perusahaan akan menyebabkan proses audit yang relatif lebih lama. Proporsi hutang terhadap total aktiva yang tinggi juga mungkin membuat auditor perlu meningkatkan kehati – hatian dan kecermatan yang lebih dalam pengauditan terkait dengan masalah kelangsungan hidup perusahaan ( going concern ). Jika dipandang dari sudut pemberi pinjaman, ratio total debt to total asset yang besar memberikan ukuran mengenai tingkat risiko dalam hubungannya dengan ketersediaan nilai aktiva yang dapat dijadikan jaminan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H5: Debt to Asset Ratio mempengaruhi audit delay.