revisi bab 2

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka
Penyampaian laporan keuangan auditan kepada regulator maupun kepada
public merupakan kewajiban dari masing-masing perusahaan go public yang
diatur dalam keputusan Bapepam Nomor : Kep-36/PM/2003 yang menyatakan
bahwa laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan keuangan pendapat
yang lazim harus disampaikan kepada Bapepeam selambat-lambatnya pada
akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Menurut Owusu Ansah (2000), ketepatan waktu laporan keuangan
dikategorikan menjadi 2 yaitu, berhubungan dengan dampak ketepatan waktu
laporan keuangan terhadap return saham (Chambers dan Penman, 1994) yang
berhubungan dengan keterlambatan pelaporan. Ketepatan waktu audit
merupakan sinyal kompetensi manajemen keuangan yang efektif dan penulis
akan mendeskripsikan teori-teori apa saja yang terkait dengan penelitian ini.
1. Signalling Theory
Isyarat atau signal adalah tindakan yang diambil oleh manajemen
perusahaan dimana manajemen mengetahui informasi yang lebih lengkap
dan akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa
depan daripada pihak investor. Oleh karena itu, manajer berkewajiban
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada para stakeholder.
16
17
Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi
akuntansi seperti publikasi laporan keuangan.
Teori Signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik yang
memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan
perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan
sinyal adalah pengumuman
yang dilakukan
oleh suatu emiten.
Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga
sekuritas
perusahaan
emiten
yang
melakukan
pengumuman
(Suwardjono,2002).
Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan
informasi kepada pasar. Umumnya pasar akan merespon informasi
tersebut sebagai suatu sinyal good news atau bad news. Sinyal yang
diberikan akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham
perusahaan. Jika sinyal manajemen mengindikasikan good news, maka
dapat meningkatkan harga saham. Namun sebaliknya, jika sinyal
manajemen mengindikasikan bad news dapat mengakibatkan penurunan
harga saham perusahaan. Oleh karena itu, sinyal dari perusahaan
merupakan hal yang penting bagi investor guna pengambilan keputusan.
Pada penelitian ini perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan
memberi sinyal dengan cara menyampaikan laporan keuangannya dengan
tepat waktu, sedangkan perusahaan yang berkualitas buruk akan
cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.
18
Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu
penyajian laporan keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan akan
adanya informasi yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan
keputusan dari investor. Semakin panjang audit delay menyebabkan
ketidakpastian pergerakan harga saham. Investor dapat mengartikan
lamanya audit delay dikarenakan perusahaan memiliki bad news sehingga
tidak segera mempublikasikan laporan keuangannya, yang kemudian akan
berakibat pada penurunan harga saham perusahaan.
2. Teori Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan
berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran atau
peraturan. Kepatuhan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan tahunan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam
Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, selanjutnya diatur
dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 Lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Keuangan Berkala. Peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan
terdapat kepatuhan setiap individu maupun organisasi (perusahaan publik)
yang terlibat di pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan
keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Hal
tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory).
19
Menurut Tyler (Saleh, 2004) terdapat dua perspektif dalam literatur
sosiologi mengenai kepatuhan kepada hukum, yang disebut instrumental dan
normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh
didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahanperubahan
yang
berhubungan
dengan
perilaku.
Perspektif
normatif
berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan
dengan kepentingan pribadi. Seorang individu cenderung mematuhi hukum
yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal
mereka.
Komitmen
normatif melalui moralitas personal
(normative
commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum
tersebut dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif
melalui legitimasi (normative commitment through legitimaty) berarti
mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak
untuk mendikte perilaku.
Teori kepatuhan dapat membuat seseorang lebih patuh pada
peraturan yang berlaku, sama seperti perusahaan yang berusaha
tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena
selain sebagai kewajiban, juga bermanfaat bagi para pengguna
laporan keuangan (Sulistyo, 2010).
2.
Teori Agensi (Agency Theory)
Konsep Agency Theory menurut Anthoni dan Govindarajan
(1995.569) menunjukan hubungan keagenan yaitu kontrak antara
principal dan agent. Agent bekerja untuk melakukan tindakan
sesuai dengan keinginan principal. Pada perusahaan yang
20
modalnya tersendiri atas saham bertindak sebagai principal, dan
CEO (Chief Excecutive Officer) sebagai agent mereka. Jensen dan
Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)
untuk
memberikan
suatu
jasa,
kemudian
mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Menurut
Jensen (1986), agency problem timbul karea orang cenderung
untuk mementingkan dirinya sendiri dan munculnya konflik ketika
beberapa kepentingan bertemu dalam suatu aktivitas bersama.
Konflik kepentingan mendasari adanya biaya keagenan, dalam
asumsi rasionalitas ekonomi dimana orang akan memenuhi
kepentingannya terlebih dahulu sebelum pemenuhan kepentingan
orang lain. Dalam kontrak antara manajer dan para pemegang
saham dilihat sebagai principal. Teori agensi menjelaskan
hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan
berdasarkan keuntungan potensial dari pengungkapan yang
meningkat dengan biaya agensi (Hosain et al., 1995). Biaya agensi
dapat meningkat karena perbedaan kepentingan antara pemegang
saham, manajer dan kreditur. Watts dan Zimmerman (1986)
menemukan bukti empiris dimana hubungan keagenan antara
principal dan agent sering ditentukan oleh informasi akuntansi.
Meningkatnya pengungkapan akan mengurangi biaya agensi dan
kesenjangan informasi (Marston, 2003). Jadi kesimpulannya bahwa
21
indikasi audit delay bagi pihak perusahaan emiten diperlukannya
biaya
agensi
untuk
mengembalikan
kepercayaan
investor,
kaitannya adalah semakin panjang audit delay dan semakin sering
terjadi maka semakin besar pula biaya agensi yang harus
dikeluarkan.
3. Auditing
a. Pengertian Auditing
Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan audit delay,
maka diperlukan pemahaman terlebih dahulu secara mendasar dan
mendalam mengenai pengertian auditing. Sukrisno Agoes (2012:4) dan
Konrath (2002:5) mendefinisikan pengertian auditing:
Menurut Sukrisno Agoes (2012 ; 4) mendefinisikan audit yaitu :
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis
dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatancatatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut”.
Menurut Konrath (2002:5) dalam Sukrisno Agoes (2012:2)
mendefinisikan auditing sebagai:
“Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan untuk
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan
22
kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan
antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan
hasilnya
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan.”
Berdasarkan pengertian auditing di atas, dapat disimpulkan bahwa
auditing adalah suatu proses yang dilakuan secara sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif yang dilakukan
oleh auditor yang independen dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
b. Jenis Audit
Dalam (Sukrisno Agoes, 2012:10) Ditinjau dari luasnya pemeriksaan,
audit bisa dibedakan atas :
1) Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat
mengenai
kewajaran
laporan
keuangan
secara
keseluruhan.
Pemeriksaan tersebut harus sesuai dengan standar Professional
Akuntan Publik dan memperhatikan kode etik akuntan indonesia,
aturan etika KAP yang telah disahkan Ikatan Akuntan Indonesia serta
standar pengendalian mutu.
23
2) Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan Auditee) yang
dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya
auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada
pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang
dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa
apakah terdapat kecurangan pada penagihan piutang usaha perusahaan.
Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang,
penjualan dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya
memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap
penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan,
berapa besar jumlahnya dan bagaimana modus operandinya.
Dalam (Sukrisno Agoes, 2012 ; 11-13) Ditinjau dari jenis
pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:
1) Management Audit (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan
operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan
ekonomis. Pengertian efisien disini adalah, dengan biaya tertentu
dapat mencapai hasil atau manfaat yang telah ditetapkan atau
berdaya guna. Efektif adalah dapat mencapai tujuan atau sasaran
24
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau berhasil/dapat
bermanfaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ekonomis
adalah dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya dapat
mencapai hasil yang optimal atau dilaksanakan secara hemat.
2) Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan
(manajemen,
dewan
komisaris)
maupun
pihak
eksternal
(Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak,
dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun
bagian internal audit.
3) Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,
baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan,
maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah
ditentukan. Pemeriksaan umum yang dilakukan internal auditor
biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang
dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan
opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak
diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor, yang
merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan
internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit finding)
25
mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan,
kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya
(recommendations).
4) Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing
(EDP) sistem.
c.
Standar Auditing
Menurut PSAP 01 (2011: 150.1-150.2) Standar auditing yang
ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia terdiri
atas sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar,
yaitu:
1)
Standar Umum
a)
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor
b)
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor
c)
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama
26
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a)
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya
b)
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan
c)
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit
3) Standar Pelaporan
a)
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia
b)
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika
ada, ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya
c)
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor
27
d)
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor
harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan
audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor. (IAPI, 2011:150.1 & 150.2).
4.
Laporan Keuangan
a.
Pengertian Laporan Keuangan
Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan audit
delay
atas
laporan
keuangan,
terlebih
dahulu
diperlukan
pemahaman yang mendasar dan mendalam mengenai pengertian
dari laporan keuangan.
Pengertian Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
(2007:2) adalah sebagai berikut :
“Laporan
keuangan
merupakan
bagian
dari
proses
pelaporankeuangan.Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya,
sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul
dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut,
misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.”
28
Pengertian Laporan Keuangan menurut Zaki Baridwan (2004:17)
adalah sebagai berikut :
“Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keunangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.”
Pengertian laporan keuangan menurut Slamet Munawir (2007:2)
adalah sebagai berikut:
“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan dengan data atau efektivitas perusahaan
tersebut.”
Pengertian Laporan Keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap
(2009:105) adalah sebagai berikut:
“Laporan Keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat teretentu atau jangka waktu
tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah
: Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus
Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.”
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan adalah suatu laporan yang berisi transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang dibuat manajemen
29
sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik perusahaan dan
laporan kepada pihak lain yang berkepentingan.
b.
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi”.
Laporan
keuangan
juga
menunjukkan
hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka
mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi
dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik
dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang
terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna
laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam
hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
30
c.
Manfaat Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) paragraf ke 9
(Revisi 2009), dinyatakan bahwa pengguna laporan keuangan meliputi
investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta
lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat. Mereka menggunakan
laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang
berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :
1)
Investor
Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan
dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi
yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk
membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau
menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada
informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden.
2)
Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan
balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
31
3)
Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4)
Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang
terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
5)
Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat
dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan
6)
Pemerintah
Pemerintah
dan
berbagai
lembaga
yang
berada
dibawah
kekuasannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan
karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka
juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7)
Masyarakat
Laporan
keuangan
dapat
membantu
masyarakat
dengan
menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan
terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
32
d.
Komponen Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 Paragraf 49 (Revisi 2009), “laporan keuangan
yang lengkap terdiri dari komponen – komponen berikut ini:
1) neraca,
2) laporan laba rugi,
3) laporan perubahan ekuitas,
4) laporan arus kas,
5) catatan atas laporan keuangan.
5. Audit Delay
Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur
dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan
audit independen (Wiwik Utami, 2006:4). Menurut Dyer & McHugh
(1975:206 dalam Wiwik Utami, 2006:4) “Auditors’ report lag is the open
interval of number of days from the year end to the date recorded as the
opinion signature date in the auditor’ report”. Ketepatwaktuan penerbitan
laporan keuangan audit merupakan hal yang sangat penting, khususnya untuk
perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah
satu sumber pendanaan. Menurut Lawrence dan Briyan (1988) dalam Yugo
Trianto (2006:31) Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor
untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan
tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit.
33
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib menyampaikan
laporan keuangan secara berkala. Hal ini telah diatur dalam Peraturan
Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor
Kep-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten
Atau Perusahaan Publik, bahwa Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan
kepada Bapepam dan LK dan diumumkan kepada publik selambat-lambatnya
pada akhir bulan ke-3 setelah tahun buku berakhir dan telah diperiksa oleh
akuntan publik. Hal ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi auditor dan
manajemen bahwa jika melebihi batas waktu yang telah ditentukan, maka
dapat diperhitungkan sebagai audit delay.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
a.
Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana
dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara
antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lainlain. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan
perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah
badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar,
sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya
diatas seratus milyar.
Pada dasarnya Ukuran Perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori,
yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium
size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan perusahaan ini
34
didasarkan pada total aset perusahaan Kategori Ukuran Perusahaan
yaitu:
1)
Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan.
Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.
2) Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki
hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50
Milyar.
3) Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan
memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.
b.
Opini Audior
Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam
mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang
diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pendapat auditor
sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang
membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Auditor dapat
memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan
35
auditan. Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh
auditor (Mulyadi, 2002:20-22):
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak
terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan terdapat pengecualian
yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip
akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan,
konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut,
serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
(Unqualified Opinion report with Explanatory Language)
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah
sesuai standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip
akuntansi yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu
yang
mengharuskan
auditor
menambahkan
suatu
paragraf
penjelasan (penjelasan lain) laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan.
3) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam
laporan audit apabila lingkup audit dibatasi klien, auditor tidak
dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat
memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada
36
diluar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan tidak
disusun dengan prinsip akuntansi yang berterima umum digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan tidak ditetapkan secara
konsisten.
4) Pendapat tidak wajar (adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika
laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi
berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan
klien.
5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditor, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa
pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:
a) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan
audit.
b) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan
kliennya.
Sebagai
pemeriksa
laporan
keuangan
auditor
akan
memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini
yang dikeluarkan berdasarkan bukti dan penemuan selama
37
melaksanakan pekerjaan lapangan. Apabila selama pelaksanaan
pekerjaan lapangan auditor tidak menemukan masalah ataupun
bukti yang sangat menyimpang sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum maka auditor mungkin dapat dengan cepat
menyelesaikan tugasnya dan kemudian mengeluarkan opini audit
yang sesuai dengan hasil yang diperoleh, tetapi jika auditor
menemukan penyimpangan karena laporan keuangan tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum kemungkinan auditor
akan lebih banyak lagi mencari penyimpangan serta bukti-bukti
lain yang akhirnya dapat mempengaruhi penyelesaian waktu audit
(Ardhi Dharma Yuana, 2008: 15). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan opini yang dikeluarkan oleh
auditor dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.
c.
Ukuran Kantor Akuntan Publik
Menurut SK. Menkeu No.43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari
1997
sebagaimana
telah
diubah
dengan
SK.
Menkeu
No.
470/KMK.017/1999 tertanggal 4 Oktober 1999 dalam Haryono Jusup
(2001:19), Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga yang
memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan
Publik dalam menjalakan pekerjaannya.
Jumlah kantor akuntan publik di Indonesia dari tahun ke tahun
semakin bertambah sejalan dengan perkembangan perekonomian dan
38
bisnis. Dewasa ini di seluruh Indonesia terdapat 448 kantor akuntan
publik yang dapat digolongkan menjadi kantor akuntan besar, sedang
dan kecil. Kantor akuntan publik yang tergolong besar hanya sedikit
jumlahnya dan umumnya bekerjasama dengan kantor-kantor akuntan
besar yang berskala internasional. Sebagian besar terdiri dari kantorkantor akuntan publik kecil dengan wilayah operasi yang terbatas
(Haryono Jusup, 2001:19).
Struktur Kantor Akuntan Publik, mengingat pekerjaan audit atas
laporan keuangan menuntut tanggungjawab yang besar, maka pekerjaan
professional kantor akuntan publik menuntut indenpendensi dan
kompetensi yang tinggi pula. Indenpendensi memungkinkan auditor
untuk menarik kesimpulan tanpa bias tentang laporan keuangan yang
diauditnya. Kompentensi memungkinkan auditor untuk melakukan
audit secara efisien dan efektif. Adanya kepercayaan atas indenpendensi
dan kompentensi auditor, menyebabkan pemakai bisa mengandalkan
diri pada laporan yang dibuat auditor. Oleh karena kantor akuntan
publik demikian banyak jumlahnya, maka tidaklah mungkin bagi
pemakai laporan untuk menilai independensi dan kompentensi masingmasing kantor akuntan publik. Oleh karena itu struktur kantor akuntan
publik akan sangat berpengaruh terhadap hal ini, walaupun tidak
menjamin sepenuhnya (Haryono Jusup, 2001:20).
Bentuk usaha Kantor Akuntan Publik yang dikenal menurut hukum
Indonesia ada dua macam yaitu (Haryono Jusup, 2001:20) :
39
1) Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Sendiri. Kantor
Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama akuntan publik
yang bersangutan.
2) Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Kerjasama. Kantor
Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama sebanyakbanyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi rekan/partner
dalam Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan.
Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah
kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional
terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk
perusahaan publik maupun perusahaan tertutup.
Tabel 2.1
Daftar KAP The Big Four
FIRMA
Pendapatan
Delloite Tauche $ 28,8
Thomatshu
Price
Karyawan
182.000
Tahun
Kantor
Fiskal
Pusat
2011
Amerika
miliar
Water $26,6 miliar
Serikat
161.000
2010
House Cooper
Ernst dan Young
Britania
Raya
$21,3 miliar
144.000
2010
Britania
Raya
KPMG
$20,6 miliar
138.000
2010
Belanda
40
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Empat_Besar_(firma_audit)
Menurut Yuliana dan Aloysia (2004:115) Kantor Akuntan
Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor
Akuntan Publik non the big four. Kantor Akuntan Publik yang
masuk kategori KAP the big four di Indonesia adalah:
1)
Kantor Akuntan Publik Price Water House Cooper, yang
bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi
Susanto dan rekan.
2)
Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick
Goedelar), yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik
Sidharta dan Wijaya.
3)
Kantor Akuntan Publik Ernst dan Young, yang bekerja sama
dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Sarwoko dan Sanjoyo.
4)
Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thomatshu, yang
bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hans
Tuanokata.
d.
Profitabilitas
Rasio Profitabilitas dapat memberikan informasi mengenai
kinerja keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas ini merupakan
suatu perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat laba
yang diperoleh perusahaan dengan berdasarkan komponenkomponen yang ada dalam perusahaan tersebut.
Menurut Harmono (2009:109) menyatakan bahwa:
41
“Analisis profitabilitas ini menggambarkan kinerja fundamental
perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas operasi
perusahaan dalam memperoleh laba”.
Sedangkan menurut Sutrisno (2009:215) definisi rasio profitabilitas
adalah sebagai berikut:
“Rasio keuntungan atau profitability ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
mendapatkan keuntungan”.
Dari definisi di atas bahwa rasio profitabilitas menggambarkan
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.
1)
Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan bagian dari
rasio profitabilitas dalam menganalisa laporan keuangan
atas laporan kinerja keuangan perusahaan. Pengertian ROA
menurut beberapa ahli yaitu :
a)
Menurut Mamduh Hanafi (2008:42) pengertian
ROA adalah : .. “mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset
yang tertentu.”
b)
Menurut
Brigham
dan
Houston
(2010:148)
mengatakan bahwa ROA adalah : “rasio laba bersih
terhadap total aset mengukur pengembalian atas
total aset.”
42
c)
Menurut Sutrisno (2009:222) ROA sering disebut
juga rentabilitas ekonomis merupakan ukuran
kemampuan perusahaan dlam mengfhasilkan laba
dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
return
on
asset
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik posisi
perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. Begitu juga sebaliknya
bila ROA kecil maka tingkat keuntungan yang dicapai oleh
perusahaan akan kecil dan posisi perusahaan akan kurang baik.
Beasley
(2009:297)
merumuskan
formula
untuk
menghitung pengembalian tingkat aktiva / return on asset (ROA)
sebagai berikut :
Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :
Return On Asset = Laba bersih setelah pajak x 100%
Total Aset
e.
Rasio Solvabilitas
Menurut Harmono (2009:106) Rasio Solvabilitas mengukur
sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini
mempunyai beberapa implikasi, (1) kredit mengharapkan dana
yang sediakan pemilik perusahaan sebagai margin keamanan bila
pemilik hanya menyediakan sebagian kecil modalnya maka resiko
43
bisnis sebagian besar ditanggung oleh kreditur; (2) meskipun
pengadaan
dana
melalui
hutang,
pemilik
masih
dapat
mengendalikan perusahaan; (3) bila perusahaan mendapatkan
keuntungan lebih besar dari dana yang dipinjamnya dibandingkan
biaya bunga yang harus dibayar, maka pengambilan kepada
pemilik dapat diperbesar.
Menurut Kasmir (2010:151) menyatakan bahwa:
“Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengatur sejauh mana aktivitas perusahaan
dibiayai dengan utang”.
Sedangkan menurut Irham Fahmi (2011:62) :
“Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai dengan utang”.
Penggunaan pembiyaan menggunakan utang yang terlalu
tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan
masuk kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan
akan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk
melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan
harus mempertimbangkan berapa utang yang layak diambil dan
dari mana sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang.
1.
Debt To Asset Ratio
Menurut Kasmir (2010:156) Debt to assets ratio merupakan
rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara
total utang dengan total aset. Dengan kata lain seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang
44
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aset. Dari hasil
pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan
utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk
memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan
tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aset yang
dimilikinya. Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan
sebagai berikut :
Total debt
Debt to assets ratio =
Total assets
B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay telah
dilakukan oleh beberapa akademisi. Adapun penelitian-penelitian tersebut
menggunakan variabel-variabel yang berbeda yang menunjukkan hasil penelitian
yang berbeda-beda. Beberapa hasil penelitian tersebut, yaitu:
1. Elen Puspitasari mengenai Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Lamanya Waktu Penyelesaian Audit (Audit Delay) Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010
terhadap 69 perusahaan dengan menggunakan 4 variabel independen, yaitu
ukuran perusahaan, solvabilitas, laba/rugi dan ukuran KAP. Berdasarkan
hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis menunjukkan bahwa
opini auditor independen mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap audit delay perusahaan. Perusahaan yang menerima opini wajar
tanpa pengecualian (unqualified opinion) mempunyai waktu audit yang
45
lebih cepat dibandingkan perusahaan yang menerima opini wajar dengan
pengecualian (qualified opinion).
2. Novelia Sagita Indra (2012) meliputi factor-faktor yang dapatan
menyebabkan audit delay semakin lama, antara lain : ukuran perusahaan,
Return On Asset (ROA), ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), dan umur
perusahaan di perusahaan property & real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2010 dengan menggunakan sampel
sebanyak 10 perusahaan property & real estate. Hasil penelitian
menunjukan bahwa (1) variable ukuran perusahaan, Return On Asset
(ROA) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay
pada perusahaan property & real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2007 – 2010 dengan arah hubungan yang positif, (2) variable
ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dan umur perusahaan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap audit delay pada perusahaan property &
real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 – 2010 dengan arah
hubungan yang positif dan (3) Variabel ukuran perusahaan, Return On
Asset (ROA), ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), dan umur perusahaan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay pada
perusahaan property & real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2007 – 2010.
3. Lidya Agustina, dkk (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2008 dengan menggunakan sampel sebanyak 75
46
perusahaan
manufaktur.
Adapun
faktor-faktor
yang
diuji
dalam
penelitiannya, yaitu Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Profitabilitas, Opini
Auditor,
dan
Ukuran
Kantor
Akuntan
Publik.
Hasil
penelitian
menunjukkan rata-rata lamanya Audit Delay pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar
70,79 hari, dengan nilai minimum atau audit tercepat 30 hari dan nilai
maksimum atau audit terlama 96 hari. Secara parsial Ukuran Perusahaan,
Solvabilitas, Profitabilitas, Opini Auditor, dan Ukuran KAP tidak memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay, ini dikarenakan waktu
penelitian yang hanya mengambil satu tahun yakni tahun 2008, dan
pengaruh keadaan krisis ekonomi pada tahun 2008 yang membuat
perubahan drastis pada nilai variabel-variabel independen sehingga secara
parsial pengaruhnya tak lagi sedominan dalam keadaan perekonomian yang
sedang stabil.
4. Oviek Dewi Saputri (2012) mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) dengan menggunakan sampel
sebanyak 200 perusahaan. Adapun faktor-faktor yang diuji dalam
penelitiannya, yaitu ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, jenis opini auditor,
reputasi KAP, jenis industri, dan kompleksitas operasi perusahaan. Rata-rata
audit delay yang terjadi pada perusahaan sampel di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2009 sebesar 75,975 hari. Model dalam penelitian ini
dinyatakan lolos dalam uji asumsi klasik, yaitu telah memenuhi uji
47
normalitas, heteroskedastisitas dan multikolinearitas. Kemampuan variabel
bebas/independen dalam menjelaskan variabel terikat/dependen pada hasil
penelitian ini sebesar 24,9 persen. Hasil penelitian ini secara simultan
menunjukkan bahwa seluruh variabel independen secara serempak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit delay. Namun, berdasarkan
hasil pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel reputasi KAP
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap audit delay, sedangkan
variabel laba/rugi, opini auditor, dan kompleksitas operasi perusahaan
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap audit delay. Dan selanjutnya
untuk variabel ukuran perusahaan, dan jenis industri tidak berpengaruh
terhadap audit delay.
5. Irsalina Kinanti (2012) mengenai Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal
Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Periode
2009-2011 dengan menggunakan sampel sebanyak 78 perusahaan. Adapun
faktor-faktor
yang
diuji
dalam
penelitiannya,
yaitu
Profitabilitas,
Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, dan Ukuran KAP. Hasil
penelitiani ini menunjukan bahwa rata – rata audit delay yang terjadi pada
perusahaan property dan real estate selama tahun 2009 sampai 2011 adalah
74,5 hari. Secara parsial variabel Profitabilitas yang diwakilkan oleh
Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Variabel Solvabilitas yang diwakilkan oleh Total Debt to Total Asset Ratio
secara parsial (TDTA) berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Ukuran Perusahaan yang diproksikan oleh Total Asset secara parsial
48
berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Opini Auditor yang diukur
dengan variabel dummy secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap audit delay. Variabel Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
diukur dengan variabel dummy secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap audit delay.
menunjukkan
bahwa
Hasil pengujian hipotesis secara simultan
keseluruhan
variabel
secara
bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay.
6. Hasil penelitian Novice Lianto (2010) mengenai faktor yang berpengaruh
terhadap audit report leg. Hasil penelitiani ini menunjukan bahwa Nilai
signifikansi variabel profitabilitas 0,003 menunjukkan hipotesis pertama
diterima artinya profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag.
Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka akan menyebabkan
semakin rendah audit report lag. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi
cenderung membutuhkan waktu pengauditan laporan keuangan yang lebih
cepat karena adanya tuntutan untuk menyampaikan kabar baik tersebut
secepatnya kepada publik. Variabel solvabilitas menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,023. Hal ini berarti hipotesis kedua yang menyatakan
solvabilitas berpengaruh terhadap audit report lag dapat diterima.
Tingginya jumlah hutang yang dimiliki perusahaan akan menyebabkan
proses audit yang relatif lebih lama. Proporsi hutang terhadap total aset
yang tinggi juga mungkin membuat auditor perlu meningkatkan kehati –
hatian dan kecermatan yang lebih dalam pengauditan terkait dengan
masalah kelangsungan hidup perusahaan ( going concern ). Jika dipandang
49
dari sudut pemberi pinjaman, ratio total debt to total asset yang besar
memberikan ukuran mengenai tingkat risiko dalam hubungannya dengan
ketersediaan nilai aktiva yang dapat dijadikan jaminan.
C.
Rerangka Pemikiran
Berkaitan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
persyaratan ketepatan waktu merupakan suatu keharusan, karena perusahaan yang
tidak tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya akan dikenakan sanksi
administrasi dan denda sesuai dengan ketentuan pasal 63 huruf e Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang
Pasar Modal yang menyatakan bahwa ”Emiten yang pernyataan pendaftarannya
telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) atas
setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah
keseluruhan denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)”. Pasar
modal di Indonesia memandang keterlambatan tersebut sebagai pelanggaran
terhadap prinsip keterbukaan informasi di pasar modal. Ketentuan tentang denda
tersebut juga tertuang dalam aturan Bapepam-LK Nomor PER-03/BL/2010
tentang Bentuk, Susunan, dan Penyampaian Laporan Keuangan Triwulanan dan
Laporan Kegiatan Usaha. Pengenaan denda ditetapkan berdasarkan keterlambatan
penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam-LK dan besarnya denda
Rp.1.000.000 (satu juta rupiah) per hari atas keterlambatan semua laporan dengan
jumlah keseluruhan sanksi denda Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
50
Audit delay dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian informasi
dalam laporan keuangan, sehingga akan berpengaruh pula pada tingkat
ketidakpastian pengambilan keputusan yang berdasarkan pada informasi laporan
keuangan tersebut. Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya,
maka semakin lama pula audit delay. Jika audit delay semakin lama, maka
kemungkinan keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar.
Penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dengan
variabel bebasnya yaitu ukuran perusahaan, opini auditor, Ukuran KAP,
Profitabilitas dan solvabilitas dapat digambarkan kerangka pemikiran pada
gambar 2.1.
51
Gambar 2.1
Rerangka Pemikiran
Ukuran Perusahaan
H1
Opini Auditor
H2
H3
Ukuran KAP
Audit Delay
H4
Return on Asset Ratio
Debt to Asset Ratio
H5
52
C.
Hipotesis
Menurut Rahayu (2011) Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang
dapat menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dinyatakan dan
ditentukan berdasarkan besarnya total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan,
nilai pasar saham, dan total penjualan perusahaan dalam satu periode penjualan.
Hasil penelitian Elen Puspitasari menyebutkan bahwa total aset berpengaruh
signifikan terhadap audit delay. Artinya total aset yang lebih besar akan
menyelesaikan audit lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang
mempunyai total asset lebih kecil, dikarenakan jumlah sampel yang harus diambil
semakin besar dan semakin banyak prosedur audit yang harus ditempuh.
Perusahaan berskala besar cenderung untuk tepat waktu dalam penyampaian
laporan keuangan, karena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh
investor, pengawai, kreditur dan pemerintah, sehingga perusahaan berskala besar
cenderung menghadapi tekanan yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan
audit yang lebih awal.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Ukuran perusahaan mempengaruhi audit delay.
Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini
atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan
arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).
Sehingga pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan audit. Hasil penelitian Oviek Dewi Saputri (2012) mengenai Analisis
53
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada PerusahaanPerusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Berdasarkan hasil statistik,
variabel opini memiliki pengaruh yang positif terhadap audit delay. Perusahaan
yang memiliki opini selain wajar tanpa pengecualian akan mengalami audit delay
yang lebih lama. Opini auditor memiliki pengaruh positif terhadap audit delay,
hal ini dapat disebabkan karena proses pemberian opini auditor melibatkan
negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf
teknis lainnya dan perluasan lingkup audit.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2: Opini Auditor mempengaruhi audit delay.
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan
public yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berusaha dibidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik. KAP
yang besar umumnya memiliki lebih banyak pengalaman dan insentif yang kuat,
sehingga lebih cepat dalam menyelesaikan tugas audit demi mempertahankan
reputasinya. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik Big Four akan memiliki waktu audit delay yang lebih pendek
dibanding perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non Big Four.
Hasil penelitian Irsalina Kinanti (2012) mengenai Pengaruh Faktor Internal Dan
Eksternal Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Property Dan Real Estate
Periode 2009-2011. Hasil penelitiani ini menunjukan bahwa Ukuran Kantor
Akuntan Publik (KAP) berpengaruh positif signifikan terhadap audit delay yang
dapat dilihat dari nilai signifikannya sebesar 0,006 berada dibawah 0,05. Dapat
54
disimpulkan bahwa kantor akuntan publik (KAP) yang berafiliasi dengan Big
Four umumya lebih cepat dalam menyelesaikan tugas auditnya karena mereka
memiliki lebih banyak pengalaman dan insentif yang kuat serta auditor yang
berkualitas sehingga dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien. KAP Big Four
bekerja lebih profesional dibandingkan kantor akuntan publik (KAP) Non Big
Four. Disamping itu, untuk mempertahankan klien dan menjaga reputasinya, cara
yang dilakukan Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah dengan penyelesaian waktu
audit yang lebih cepat.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H3: Ukuran KAP mempengaruhi audit delay.
Menurut Harmono (2009:109) menyatakan bahwa analisis Return on Asset
Ratio ini menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat
efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. Hasil
penelitian Novice Lianto (2010) mengenai faktor yang berpengaruh terhadap
audit report leg. Hasil penelitiani ini menunjukan bahwa Nilai signifikansi
variabel profitabilitas 0,003 menunjukkan hipotesis pertama diterima artinya
profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag. Semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan maka akan menyebabkan semakin rendah audit report
lag. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi cenderung membutuhkan waktu
pengauditan laporan keuangan yang lebih cepat karena adanya tuntutan untuk
menyampaikan kabar baik tersebut secepatnya kepada publik.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H4: Return on Asset Ratio mempengaruhi audit delay.
55
Menurut Harmono (2009:106) Debt to Asset Ratio mengukur sejauh
mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini mempunyai beberapa
implikasi, (1) kredit mengharapkan dana yang sediakan pemilik perusahaan
sebagai margin keamanan bila pemilik hanya menyediakan sebagian kecil
modalnya maka resiko bisnis sebagian besar ditanggung oleh kreditur; (2)
meskipun
pengadaan
dana
melalui
hutang,
pemilik
masih
dapat
mengendalikan perusahaan; (3) bila perusahaan mendapatkan keuntungan
lebih besar dari dana yang dipinjamnya dibandingkan biaya bunga yang harus
dibayar, maka pengambilan kepada pemilik dapat diperbesar. Hasil penelitian
Novice Lianto (2010) mengenai faktor yang berpengaruh terhdap audit report
leg.
Hasil
penelitiani
ini
menunjukan
bahwa
Variabel
solvabilitas
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,023. Hal ini berarti hipotesis kedua
yang menyatakan solvabilitas berpengaruh terhadap audit report lag dapat
diterima. Tingginya jumlah hutang yang dimiliki perusahaan akan
menyebabkan proses audit yang relatif lebih lama. Proporsi hutang terhadap
total aktiva yang tinggi juga mungkin membuat auditor perlu meningkatkan
kehati – hatian dan kecermatan yang lebih dalam pengauditan terkait dengan
masalah kelangsungan hidup perusahaan ( going concern ). Jika dipandang
dari sudut pemberi pinjaman, ratio total debt to total asset yang besar
memberikan ukuran mengenai tingkat risiko dalam hubungannya dengan
ketersediaan nilai aktiva yang dapat dijadikan jaminan.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H5: Debt to Asset Ratio mempengaruhi audit delay.
Download