9 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Bank Strategi bank dalam

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Bank
Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan
penarik bagi nasabahnya berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan.
Balas jasa tersebut dapat berupa bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip
konvensional dan bagi hasil untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah.
Kemudian penarikan lainnya dapat berupa cendera mata, hadiah, undian, atau
balas jasa lainnya, semakin beragam dan menguntungkan balas jasa yang
diberikan, maka akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya.
Menurut pasal 1 Undang - Undang No. 4 Tahun 2003 tentang Perbankan,
Bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sedangkan berdasarkan pasal 1 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan Undang – Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank
didefinisikan sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakyat banyak.
9
1.
Jenis-Jenis Bank
Berdasarkan pasal 5 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua
jenis bank berdasarkan undang-undang, yaitu :
a. Bank umum adalah : Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya terutama
dalam memberikan kredit jangka pendek.
b. Bank Perkreditan Rakyat adalah : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Fungsi Pokok Bank
Bank sebagai lembaga perantara keuangan memberikan jasa - jasa keuangan
baik kepada pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang memiliki dana bank bank melakukan beberapa fungsi dasar sementara tetap menjalankan kegiatan
rutinnya di bidang keuangan. Fungsi dasar dan bank dapat dilihat dan keterangan
berikut. Bank memiliki fungsi pokok sebagai berikut ( Dahlan Siamat 2003 : 88).
a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi.
b. Menciptakan uang
c. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat.
d. Menawarkan jasa - jasa keuangan lain.
e. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional.
10
f. Menyediakan pelayanan penyimpanan untuk barang - barang berharga.
g. Menyediakan jasa - jasa pengelolaan dana.
B. Determinan Faktor Internal Bank
1.
Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari
masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan
deposito. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dikatakan bahwa bank
merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki intermediasi yaitu
menghimpun dana dari masyarakyat yang kelebihan dana dan meyalurkan
dana yang dihimpunnya kepada masyarakyat yang kekurangan dana
(Abdullah, 2005:17). Masyarakyat yang kelebihan dana dapat menyimpan
dananya di bank dalam bentuk tabungan, giro, deposito dan bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu sesuai kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak
ketiga. Sementara masyarakyat yang kekurangan dan membutuhkan dana
dapat mengajukan pinjaman atau kredit pada bank. Penyaluran kredit
merupakan kegiatan yang mendominasi usaha bank dalam fungsinya sebagai
lembaga intermediasi. Selain mensejahterakan masyarakyat, kredit yang
dilaksanakan oleh bank juga bertujuan untuk memperoleh laba, yang berasal
dari selisih bunga tabungan yang diberikan pada nasabah penabung dengan
bunga yang diperoleh dari nasabah debitur dan merupakan sumber utama
pendapatan bank.
11
Menurut Lukman Dendawijaya (2005:49), mengemukakan bahwa
“dana-dana yang dihimpun dari masyarakyat dapat mencapai 80%-90% dari
seluruh dana yang dikelolah bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70%80% dari kegiatan usaha bank”. Sebagaimana umumnya negara berkembang
sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi penyaluran
kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hal ini menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga mempunyai pengaruh positif
terhadap pemberian kredit pada perbankan. Umumnya dana yang dihimpun
oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas
sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo, 2005:432).
2. Return on Assets (ROA )
Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi
bank dan segi penggunaan asset yang dimiliki. Rasio ini diperoleh dengan cara
membagi laba bersih dengan total aktiva.
Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha,
termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan
tersebut dapat berupa kecukupan dalam pemenuhan dalam memenuhi
kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan
meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya. Laba yang
12
tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang
memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga
bank memperoleh kesempatan meminjamkan lebih luas.
Berdasarkan laporan keuangan dari bank dan juga beberapa literatur
menyatakan bahwa bunga merupakan unsur atau komponen pendapatan yang
paling besar dalam perbankan. Hasil yang diperoleh yaitu 75% dari bunga,
sedangkan yang 25% berasal dari pendapatan jasa lainnya. Yang berarti
pendapatan terbesar bank diperoleh dari usaha bank dalam menyalurkan
kreditnya. Selain itu, jika kita melihat struktur aset bank, pinjaman merupakan
earning asset yang paling besar jika dibandingkan dengan golongan aset lainnya.
Sehubungan dengan teori di atas dapat disimpulkan bahwa ROA mempunyai
pengaruh positif terhadap pemberian kredit dalam perbankan.
3.
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Permodalan merupakan hal yang pokok bagi sebuah bank, selain sebagai
penyangga kegiatan operasional sebuah bank, modal juga sebagai penyangga
terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Modal ini terkait juga dengan
aktivitas perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi atas dana yang diterima nasabah. Dengan terjaganya modal
berarti bank bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang amat
penting artinya bagi sebuah bank karena dengan demikian, bank dapat
menghimpun dana untuk keperluan operasional selanjutnya.
13
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/21/PBI/2001, Bank wajib
menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut
risiko yang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR).
Perhitungan CAR ini pada prinsipnya adalah bahwa untuk setiap penanaman
dalam bentuk kredit yang mengandung risiko maka harus disediakan sejumlah
modal
yang
disesuaikan
dengan
persentase
tertentu
sesuai
jumlah
penanamannya tersebut (Budiawan, 2008). Rasio ini juga bertujuan untuk
memastikan bahwa jika dalam aktivitasnya bank mengalami kerugian, maka
ketersediaan modal yang dimiliki oleh bank mampu mengcover kerugian
tersebut.
Capital Adequacy Ratio adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa
jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dan dana modal sendiri bank,
disamping memperoleh dana-dana dan sumber-sumber di luar bank, seperti
dana masyarakat, pinjaman, dan lain-lain. Rasio ini merupakan indikator
terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai
akibat dan kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
beresiko. CAR diukur dengan membagi modal dengan aktiva tertimbang
menurut resiko (ATMR). Rasio ini sesuai dengan teori di atas menyatakan
mempunyai pengaruh positif terhadap pemberian kredit pada perbankan.
14
4.
Non-Performing Loan (NPL)
Rasio non-performing loan menunjukan bahwa kemampuan manajemen
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga
semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit
bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan
memungkinkan pencapaian laba semakin rendah. Kredit dalam hal ini adalah
kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank
lain.
C.
Kredit
Perkataaan kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang berarti
kepercayaan (truth). Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan.
Maksudnya adalah seseorang atau badan yang memberikan (kreditur) percaya
bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikannya sesuai dengan
perjanjian, dan penerima kredit (debitur) memperoleh kepercayaan sehingga
mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan. Secara praktik kredit dapat diartikan penyediaan dana oleh pihak bank
yang dapat dipergunakan oleh debitur (nasabah) dengan syarat yang disepakati
bersama.
1. Pengertian Kredit
Undang-Undang No.7 Tahun 1997 tentang perbankan sebagaimana telah
15
diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 memberikan pengertian
mengenai kredit sebagai berikut:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesempatan pinjam
meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
lain untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
Berdasarkan pengertian diatas, maka ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Adanya dua pihak yang saling berkepentingan, yaitu pihak penyedia uang
(kreditur) dan pihak peminjam uang (debitur). Kedua pihak tersebut
melaksanakan atas perjanjian pinjam meminjam, dimana keduanya harus
mematuhi semua syarat dan kewajiban masing-masing.
b. Terdapat suatu penyerahan uang, tagihan atau juga dapat berupa barang
yang menimbulkan tagihan kepada pihak lain, dengan harapan Bank sebagai
kreditur akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman
tersebut yang berupa uang, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
c. Terjadi suatu kesepakatan bersama tentang pelunasan utang, jangka waktu
dan jaminan serta jumlah bunga, imbalan maupun pembagian hasil
keuntungan yang akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
2. Unsur-Unsur Kredit
Unsur–unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit menurut
Kasmir (2010:103-105) adalah sebagai berikut :
16
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan keyakinan sipemberi kredit bahwa kredit
yang diberikan akan benar-benar diterima kembali diwaktu tertentu dimasa
yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh pemberi kredit setelah
melakukan penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang di
penerima kredit. Penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk mengetahui
kesungguhan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang diberikan.
b. Kesepakatan
Kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit
dituangkan dalam suatu perjanjian dimana tiap-tiap pihak menandatangani
hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka waktu
Kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa .pengembalian kredit yang telah disepakati.
d. Resiko
Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal, yang pertama yaitu
resiko kerugian yang diakibatkan musibah yang dialami oleh nasabah
seperti bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur
kesengajaan. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang
disengaja maupun yang tidak disengaja.
e. Balas Jasa
Bagi Bank, balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas
17
pemberian suatu kredit. Balas jasa dapat berbentuk bunga, biaya provisi
dan komisi serta biaya administrasi kredit.
3. Tujuan dan Fungsi Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan dan fungsi tertentu
sebagai berikut :
a. Mencari keuntungan
Keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh Bank
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup Bank dan
memperluas usahanya.
b. Membantu usaha nasabah
Bank memberikan fasilitas untuk membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal
kerja. Dalam hal ini baik pihak Bank maupun nasabah sama- sama
diuntungkan, dimana Bank memperoleh bunga, dan nasabah dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya.
c.
Membantu pemerintah
Pemerintah menerima pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan
Bank, meningkatkan devisa negara apabila produk dari kredit yang
dibiayai untuk keperluan ekspor, dan membuka kesempatan kerja, bila
kredit yang diberikan digunakan untuk membuka usaha baru.
18
Adapun Fungsi Kredit secara umum, yaitu :
a. Untuk meningkatkan daya guna uang,
b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang,
c. Untuk meningkatkan daya guna barang,
d. Untuk meningkatkan peredaran uang,
e. Sebagai stabilitas ekonomi,
f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha,
g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan,
h. Untuk meningkatkan hubungan internasional.
4. Jenis-Jenis Kredit
Menurut Wijaya dan Hadiwigeno (2004 : 307-308), “Kredit dapat
dibedakan menurut berbagai kriteria, yaitu dari lembaga pemberi-penerima kredit,
jangka waktu serta penggunaan kredit, atau dari berbagai kriteria lain”.
Secara umum jenis-jenis kredit dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan tujuan penggunaannya :
1) Kredit Produktif (Ritel), adalah kredit yang diberikan dengan tujuan
untuk memperlancar jalannya proses suatu usaha dalam rangka
meningkatkan produktivitas. Kredit produktif ini dapat dibagi lagi
menjadi :
- Kredit investasi, yaitu kredit yang digunakan oleh debitur untuk
pembelian barang-barang modal yang akan digunakan dalam jangka
menengah atau jangka panjang, dan jumlahnya relatif kecil,
19
- Kredit Modal Kerja, yakni kredit yang digunakan oleh debitur untuk
tujuan pembiayaan modal kerja dalam operasi normal suatu usaha.
2) Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk
memperoleh/membeli barang-barang dan kebutuhan lainnya yang
bersifat konsumtif.
b. Dilihat dari Jaminan terdiri dari:
1) Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan
berupa barang berwujud, tidak berwujud atau jaminan pihak ketiga,
2) Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang
atau orang tertentu tetapi diberikan dengan melihat prospek usaha,
karakter, serta loyalitas atau nama baik calon nasabah selama
berhubungan dengan Bank atau pihak lain.
c. Dilihat dari segi sektor usaha, terdiri dari:
1) Kredit Pertanian, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai sektor
pertanian dan perkebunan.
2) Kredit Peternakan, yaitu kredit yang diberiakn untuk sektor peternakan.
3) Kredit Industri, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai industri,
baik industri kecil, industri menengah dan industri besar.
4) Kredit Pertambangan, yaitu kredit yang kepad usaha tambang.
5) Kredit Pendidikan, yaitu kredit yang diberikan untuk membangun sarana
dan prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk para mahasiswa.
6) Kredit Profesi, yaitu kredit yang diberikan kepada para kalangan
professional.
20
7) Kredit Perumahan, yaitu kredit yang membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan.
5. Prinsip-Prinsip Kredit
Untuk melaksanakan analisa kredit, metode 5C digunakan sebagai
pertimbangan dalam pemberian kredit, kelima prinsip tersebut adalah :
a. Character, yaitu analisa yang dilakukan terhadap pribadi nasabah
perseorangan atau pengurus dari suatu badan usaha,
b. Capacity, yaitu analisa terhadap kemampuan nasabah dalam merealisir
rencana usaha dan perkembangannya serta menilai realistis tidaknya dalam
menetapkan rencana yang meliputi aspek teknis, produksi, pemasaran, dan
sebagainya,
c. Capital, yaitu menilai kemampuan nasabah dalam merealisir usahanya,
karena kredit pada dasarnya hanya merupakan dana pelengkap, hal ini
dimaksudkan agar nasabah ikut bertanggung jawab atas resiko yang
mungkin terjadi,
d. Collateral, yaitu analisa yang dilakukan dengan menilai jaringan yang
diberikan. Jaminan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi resiko
kemungkinan kerugian yang terjadi akibat kegagalan pengembalian kredit,
e. Condition of Economic, yaitu penilaian kredit atas dasar kondisi ekonomi
sektor usaha calon debitur serta beberapa sektor usaha yang berkaitan.
21
6. Pemberian Kredit
Pemberian kredit yang dilakukan oleh perbankan kepada masyarakat
atau organisasi tertentu terkadang masih bermasalah seperti terjadinya kredit
macet, dimana peminjam tidak mampu mengembalikan dana yang dipinjam. Hal
ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dan keseriusan dalam melakukan
analisis pemberian kredit terhadap para debitur.
Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung
risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank.
Namun mengingat sebagai lembaga intermediasi, sebagian besar dana bank
berasal dari dana masyarakat, maka pemberian kredit perbankan banyak dibatasi
oleh ketentuan undang-undang dan ketentuan Bank Indonesia.
Undang-Undang Perbankan telah mengamanatkan agar bank senantiasa
berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan usahanya,
termasuk dalam memberikan kredit. Selain itu, Bank Indonesia sebagai otoritas
perbankan juga menetapkan peraturan-peraturan dalam pemberian kredit oleh
perbankan. Beberapa regulasi dimaksud antara lain adalah regulasi mengenai
Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank, Batas
Maksimal Pemberian Kredit, Penilaian Kualitas Aktiva, Sistem Informasi Debitur,
dan pembatasan lainnya dalam pemberian kredit.
a. Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan
Bank
Sebagaimana telah dikemukakan, bank dalam melakukan kegiatan usaha
terutama dengan menggunakan dana masyarakat yang dipercayakan kepada
22
bank. Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung
risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank,
sehingga dalam pelaksanaannya bank harus berpegang pada azas-azas
perkreditan yang sehat guna melindungi dan memelihara kepentingan dan
kepercayaan masyarakat.
Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan
berdasarkan azas-azas perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan
perkreditan yang tertulis. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah
menetapkan ketentuan mengenai kewajiban bank umum untuk memiliki dan
melaksanakan kebijakan perkreditan bank berdasarkan pedoman penyusunan
kebijakan perkreditan bank.
b. Batas Maksimum Pemberian Kredit
Salah satu penyebab dari kegagalan usaha bank adalah penyediaan dana
yang tidak didukung dengan kemampuan bank mengelola konsentrasi
penyediaan dana secara efektif. Dalam rangka mengurangi potensi kegagalan
usaha bank maka bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
pemberian kredit, antara lain dengan melakukan penyebaran (diversifikasi)
portofolio penyediaan dana melalui pembatasan penyediaan dana, baik kepada
pihak terkait maupun kepada pihak bukan terkait. Pembatasan penyediaan
dana adalah persentase tertentu dari modal bank yang dikenal dengan batas
maksimum pemberian kredit (BMPK). BMPK mendapatkan dasar pengaturan
dalam UU Perbankan.
Pengaturan tersebut selanjutnya dijabarkan oleh Bank Indonesia dalam
23
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum
Pemberian Kredit Bank Umum. Berdasarkan PBI tersebut, BMPK adalah
persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal
bank. Tujuan ketentuan BMPK adalah untuk melindungi kepentingan dan
kepercayaan masyarakat serta memelihara kesehatan dan daya tahan bank,
dimana dalam penyaluran dananya, bank diwajibkan mengurangi risiko
dengan cara menyebarkan penyediaan dana sesuai dengan ketentuan BMPK
yang telah ditetapkan sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada peminjam
dan/atau kelompok peminjam tertentu.
c.
Penilaian Kualitas Aktiva
Kondisi dan karakteristik dari aset perbankan nasional pada saat ini
maupun di waktu yang akan datang masih tetap dipengaruhi oleh risiko kredit,
yang apabila tidak dikelola secara efektif akan berpotensi mengganggu
kelangsungan usaha bank. Pengelolaan risiko kredit yang tidak efektif antara
lain disebabkan kelemahan dalam penerapan kebijakan dan prosedur
penyediaan dana, termasuk penetapan kualitasnya, kelemahan dalam
mengelola portofolio aset bank, serta kelemahan dalam mengantisipasi
perubahan faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas penyediaan dana.
Untuk memelihara kelangsungan usahanya, bank perlu meminimalkan
potensi kerugian atas penyediaan dana, antara lain dengan memelihara
eksposur risiko kredit pada tingkat yang memadai. Berkaitan dengan hal
tersebut, pengurus bank wajib menerapkan manajemen risiko kredit secara
efektif pada setiap jenis penyediaan dana serta melaksanakan prinsip kehati-
24
hatian yang terkait dengan transaksitransaksi dimaksud. Hal di atas diatur
dalam PBI No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
PBI tersebut mewajibkan bank (dalam hal ini Direksi) untuk menilai,
memantau dan mangambil langkahlangkah yang diperlukan agar kualitas
Aktiva (meliputi Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif) senantiasa baik.
Aktiva Produktif adalah penyediaan dana Bank untuk memperoleh
penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar
bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji
dijual kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan,
transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang
dapat dipersamakan dengan itu. Sementara, Aktiva Non Produktif adalah aset
bank selain Aktiva Produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain
dalam bentuk agunan yang diambil alih.
d.
Sistem Informasi Debitur
Kelancaran proses kredit dan penerapan manajemen risiko kredit yang
efektif serta ketersediaan informasi kualitas debitur yang diandalkan dapat
dicapai apabila didukung oleh sistem informasi yang utuh dan komprehensif
mengenai profil dan kondisi debitur, terutama debitur yang sebelumnya telah
memperoleh penyediaan dana. Dalam proses kredit, sistem informasi mengenai
profil dan kondisi debitur dapat mendukung percepatan proses analisa dan
pengambilan keputusan pemberian kredit. Untuk kepentingan manajemen
risiko, sistem informasi mengenai profil dan kondisi debitur dibutuhkan untuk
menentukan profil risiko kredit debitur. Selain itu tersedianya informasi
25
kualitas debitur, diperlukan juga untuk melakukan sinkronisasi penilaian
kualitas debitur di antara bank pelapor.
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Bank
Indonesia berperan untuk mengatur dan mengembangkan penyelenggaraan
sistem informasi antar bank yang dapat diperluas dengan menyertakan lembaga
lain di bidang keuangan.
Sehubungan dengan itu Bank Indonesia
mengembangkan sistem informasi debitur yang dari waktu ke waktu selalu
disempurnakan untuk disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan
teknologi.
7. Kredit kepada Pihak Asing
Penerapan sistem devisa bebas di Indonesia telah mempercepat
perkembangan dan integrasi pasar keuangan Indonesia dengan pasar dunia.
Integrasi pasar keuangan antara lain terlihat pada penggunaan mata uang
domestik, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pada awalnya mata uang
domestik digunakan oleh warga negara asing dan badan asing di dalam negeri,
namun selanjutnya penggunaan tersebut meluas ke luar negeri baik oleh warga
negara Indonesia dan badan hukum Indonesia maupun oleh warga negara asing
dan badan asing.
Sebagai akibat dari perkembangan dan integrasi pasar keuangan di atas,
peningkatan transaksi rupiah antara bank dengan warga neara asing dan badan
asing dalam perkembangannya telah menimbulkan ketidakstabilan kondisi
moneter di dalam negeri, khususnya dalam bentuk tekanan terhadap nilai tukar
26
rupiah. Sehubungan dengan hal tersebut, telah diambil langkah kebijakan dengan
menetapkan pembatasanpembatasan yang diperlukan sebagaimana tertuang dalam
peraturan Bank Indonesia Nomor 3/3/PBI/2001 tanggal 12 Januari 2001 tentang
Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing.
Dalam perkembangan selanjutnya, meskipun PBI No 3/3/PBI/2001 telah
menyediakan
kemungkinan
bagi
berbagai
transaksi
untuk
kepentingan
pembiayaan yang bermanfaat bagi perekonomian domestik, namun masih
dirasakan perlu dilakukan berbagai penyempurnaan. Langkah penyempurnaan
perlu diambil agar ketentuan yang berlaku tidak menghambat kegiatan produktif
dan dapat sejalan dengan beberapa perkembangan terakhir baik dalam pasar
keuangan maupun dalam perekonomian domestik secara keseluruhan dan dipihak
lain dapat tetap menunjang tercapainya stabilitas sistem keuangan dan moneter di
dalam negeri.
D. Kerangka Pikir
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat masalah penyaluran
kredit ini, yaitu sebagai berikut :
1.
Budiawan (2008)
Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran
kredit pada BPR. Variabel dependennya adalah penyaluran kredit itu sendiri, sedang
variabel independennya adalah tingkat suku bunga, kredit non lancar, tingkat
kecukupan modal, dan jumlah simpanan masyarakat. Hasil yang diperoleh dari
penelitian tersebut adalah tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan,
NPL memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan yaitu tidak mempengaruhi
27
penyaluran
kredit,
tingkat
kecukupan
modal
berpengaruh
positif
dan
signifikan,jumlah simpanan berpengaruh positif dan signifikan.
2.
Fransisca dan Hasan Sakti Siregar (2007)
Penelitian yang dilakukan adalah mengenai pengaruh faktor internal bank
terhadap volume kredit pada bank yang Go Public di Indonesia. Variabel independen
yang digunakan adalah dana pihak ketiga ketiga, CAR, ROA, NPL. Hasil yang
diperoleh dari penelitian tersebut adalah dana pihak ketiga (DPK) memiliki pengaruh
yang positif terhadap volume kredit, CAR menunjukkan tidak ada pengaruh yang
signifikan dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit, ROA
mempunyai hubungan yang positif terhadap volume kredit, dan NPL juga tidak dapat
digunakan untuk memperediksi volume kredit.
3.
Luh Gede Meydianawathi (2006)
Penelitian ini menganalisis perilaku penawaran kredit perbankan kepada
sektor UMKM di Indonesia (20022006). Variabel independen yang dipakai adalah
dana pihak ketiga (DPK), CAR, ROA, dan NPL. Dari hasil penelitian tersebut
diperoleh hasil bahwa DPK berpengaruh nyata dan positif terhadap penyaluran kredit,
begitu juga terhadap variabel CAR dan ROA. Sedangkan untuk variabel NPL negatif
dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM.
4.
Mahrinasari (2003)
Penelitian yang dilakukan adalah mengenai Pengelolaan Kredit Pada Bank
Perkreditan Rakyat di Kota Bandarlampung. Variabel independen yang digunakan
28
adalah Likuiditas (Cash Ratio dan LDR) dan rentabilitas (ROA) terhadap jumlah
volume kredit. Hasil yang diperoleh adalah Cash Ratio terhadap volume kredit
berpengaruh negatif, sedangkan LDR dan ROA berpengaruh positif.
5.
Hapsari (2008)
Penelitian yang diangkat oleh Hapsari berjudul Analisis pengaruh LDR,
NPL, ROA, dan ROE terhadap pemberian kredit KPR (Studi Kasus pada PD. BPR di
Jawa Tengah). Yang meneliti tentang pengaruh LDR, NPL, ROA, dan ROE terhadap
pemberian Kredit KPR oleh BPR. Dari penelitian tersebut dihasilkan bahwa LDR
berpengaruh positif dan signifikan, NPL berpengaruh negatif dan signifikan, sedang
ROA dan ROE berpengaruh negatif dan tidak signifikan.
6. Perry Warjiyo dan Chaikal Nuryakin (2006)
Penelitian yang dilakukan adalah mengenai Perilaku Penawaran Kredit
Bank Di Indonesia: Kasus Pasar Oligopoli Periode Januari 2001Juli 2005. Variabel
independen yang digunakan adalah spread suku bunga kredit, perilaku maksimisasi
laba, struktur pasar oligopolistik, kondisi internal perbankan, kebijakan moneter,
preferensi bentuk investasi portofolio bank. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil
bahwa spread suku bunga kredit bernilai positif, terdapat pengaruh maksimalisasi
laba terhadap penawaran kredit dengan tingkat kepercayaan 99%, struktur pasar
oligopoli bernilai positif terhadap kredit. Sedang dari kondisi internal perbankan
diperoleh data bahwa CAR bernilai negatif signifikan, NPL bernilai positif, DPK
bernilai positif, dan BOPO bernilai negatif signifikan. Tidak ada perbedaan preferensi
bank terhadap investasi portofolio kredit dan SBI.
29
E. Model Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini akan dianalisa dan dibahas faktor
internal bank mempengaruhi pemberian kredit sesuai dengan kerangka pemikiran
dan dibuat model sebagai berikut :
X1 : Dana Pihak Ketiga
X2 : Capital Adequacy Ratio
Y : Pemberian Kredit
X3 : Return On Asset
X4 : Non Performing Loan
30
Download