BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Bank Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan penarik bagi nasabahnya berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil untuk bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian penarikan lainnya dapat berupa cendera mata, hadiah, undian, atau balas jasa lainnya, semakin beragam dan menguntungkan balas jasa yang diberikan, maka akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Menurut pasal 1 Undang - Undang No. 4 Tahun 2003 tentang Perbankan, Bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan berdasarkan pasal 1 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang – Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank didefinisikan sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakyat banyak. 9 1. Jenis-Jenis Bank Berdasarkan pasal 5 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank berdasarkan undang-undang, yaitu : a. Bank umum adalah : Bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya terutama dalam memberikan kredit jangka pendek. b. Bank Perkreditan Rakyat adalah : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Fungsi Pokok Bank Bank sebagai lembaga perantara keuangan memberikan jasa - jasa keuangan baik kepada pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang memiliki dana bank bank melakukan beberapa fungsi dasar sementara tetap menjalankan kegiatan rutinnya di bidang keuangan. Fungsi dasar dan bank dapat dilihat dan keterangan berikut. Bank memiliki fungsi pokok sebagai berikut ( Dahlan Siamat 2003 : 88). a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. b. Menciptakan uang c. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat. d. Menawarkan jasa - jasa keuangan lain. e. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional. 10 f. Menyediakan pelayanan penyimpanan untuk barang - barang berharga. g. Menyediakan jasa - jasa pengelolaan dana. B. Determinan Faktor Internal Bank 1. Dana Pihak Ketiga Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dikatakan bahwa bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakyat yang kelebihan dana dan meyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakyat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17). Masyarakyat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya di bank dalam bentuk tabungan, giro, deposito dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu sesuai kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga. Sementara masyarakyat yang kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit pada bank. Penyaluran kredit merupakan kegiatan yang mendominasi usaha bank dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Selain mensejahterakan masyarakyat, kredit yang dilaksanakan oleh bank juga bertujuan untuk memperoleh laba, yang berasal dari selisih bunga tabungan yang diberikan pada nasabah penabung dengan bunga yang diperoleh dari nasabah debitur dan merupakan sumber utama pendapatan bank. 11 Menurut Lukman Dendawijaya (2005:49), mengemukakan bahwa “dana-dana yang dihimpun dari masyarakyat dapat mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelolah bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70%80% dari kegiatan usaha bank”. Sebagaimana umumnya negara berkembang sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi penyaluran kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga mempunyai pengaruh positif terhadap pemberian kredit pada perbankan. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo, 2005:432). 2. Return on Assets (ROA ) Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dan segi penggunaan asset yang dimiliki. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba bersih dengan total aktiva. Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha, termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan tersebut dapat berupa kecukupan dalam pemenuhan dalam memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya. Laba yang 12 tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan meminjamkan lebih luas. Berdasarkan laporan keuangan dari bank dan juga beberapa literatur menyatakan bahwa bunga merupakan unsur atau komponen pendapatan yang paling besar dalam perbankan. Hasil yang diperoleh yaitu 75% dari bunga, sedangkan yang 25% berasal dari pendapatan jasa lainnya. Yang berarti pendapatan terbesar bank diperoleh dari usaha bank dalam menyalurkan kreditnya. Selain itu, jika kita melihat struktur aset bank, pinjaman merupakan earning asset yang paling besar jika dibandingkan dengan golongan aset lainnya. Sehubungan dengan teori di atas dapat disimpulkan bahwa ROA mempunyai pengaruh positif terhadap pemberian kredit dalam perbankan. 3. Capital Adequacy Ratio (CAR) Permodalan merupakan hal yang pokok bagi sebuah bank, selain sebagai penyangga kegiatan operasional sebuah bank, modal juga sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Modal ini terkait juga dengan aktivitas perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi atas dana yang diterima nasabah. Dengan terjaganya modal berarti bank bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang amat penting artinya bagi sebuah bank karena dengan demikian, bank dapat menghimpun dana untuk keperluan operasional selanjutnya. 13 Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/21/PBI/2001, Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko yang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Perhitungan CAR ini pada prinsipnya adalah bahwa untuk setiap penanaman dalam bentuk kredit yang mengandung risiko maka harus disediakan sejumlah modal yang disesuaikan dengan persentase tertentu sesuai jumlah penanamannya tersebut (Budiawan, 2008). Rasio ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa jika dalam aktivitasnya bank mengalami kerugian, maka ketersediaan modal yang dimiliki oleh bank mampu mengcover kerugian tersebut. Capital Adequacy Ratio adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dan dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dan sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman, dan lain-lain. Rasio ini merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dan kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. CAR diukur dengan membagi modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Rasio ini sesuai dengan teori di atas menyatakan mempunyai pengaruh positif terhadap pemberian kredit pada perbankan. 14 4. Non-Performing Loan (NPL) Rasio non-performing loan menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan memungkinkan pencapaian laba semakin rendah. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. C. Kredit Perkataaan kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang berarti kepercayaan (truth). Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Maksudnya adalah seseorang atau badan yang memberikan (kreditur) percaya bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikannya sesuai dengan perjanjian, dan penerima kredit (debitur) memperoleh kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Secara praktik kredit dapat diartikan penyediaan dana oleh pihak bank yang dapat dipergunakan oleh debitur (nasabah) dengan syarat yang disepakati bersama. 1. Pengertian Kredit Undang-Undang No.7 Tahun 1997 tentang perbankan sebagaimana telah 15 diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 memberikan pengertian mengenai kredit sebagai berikut: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesempatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Berdasarkan pengertian diatas, maka ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: a. Adanya dua pihak yang saling berkepentingan, yaitu pihak penyedia uang (kreditur) dan pihak peminjam uang (debitur). Kedua pihak tersebut melaksanakan atas perjanjian pinjam meminjam, dimana keduanya harus mematuhi semua syarat dan kewajiban masing-masing. b. Terdapat suatu penyerahan uang, tagihan atau juga dapat berupa barang yang menimbulkan tagihan kepada pihak lain, dengan harapan Bank sebagai kreditur akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yang berupa uang, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. c. Terjadi suatu kesepakatan bersama tentang pelunasan utang, jangka waktu dan jaminan serta jumlah bunga, imbalan maupun pembagian hasil keuntungan yang akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. 2. Unsur-Unsur Kredit Unsur–unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit menurut Kasmir (2010:103-105) adalah sebagai berikut : 16 a. Kepercayaan Kepercayaan merupakan keyakinan sipemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali diwaktu tertentu dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh pemberi kredit setelah melakukan penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang di penerima kredit. Penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kesungguhan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang diberikan. b. Kesepakatan Kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit dituangkan dalam suatu perjanjian dimana tiap-tiap pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. c. Jangka waktu Kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa .pengembalian kredit yang telah disepakati. d. Resiko Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal, yang pertama yaitu resiko kerugian yang diakibatkan musibah yang dialami oleh nasabah seperti bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja maupun yang tidak disengaja. e. Balas Jasa Bagi Bank, balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas 17 pemberian suatu kredit. Balas jasa dapat berbentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit. 3. Tujuan dan Fungsi Kredit Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan dan fungsi tertentu sebagai berikut : a. Mencari keuntungan Keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh Bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup Bank dan memperluas usahanya. b. Membantu usaha nasabah Bank memberikan fasilitas untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dalam hal ini baik pihak Bank maupun nasabah sama- sama diuntungkan, dimana Bank memperoleh bunga, dan nasabah dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. c. Membantu pemerintah Pemerintah menerima pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan Bank, meningkatkan devisa negara apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor, dan membuka kesempatan kerja, bila kredit yang diberikan digunakan untuk membuka usaha baru. 18 Adapun Fungsi Kredit secara umum, yaitu : a. Untuk meningkatkan daya guna uang, b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, c. Untuk meningkatkan daya guna barang, d. Untuk meningkatkan peredaran uang, e. Sebagai stabilitas ekonomi, f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha, g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan, h. Untuk meningkatkan hubungan internasional. 4. Jenis-Jenis Kredit Menurut Wijaya dan Hadiwigeno (2004 : 307-308), “Kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, yaitu dari lembaga pemberi-penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit, atau dari berbagai kriteria lain”. Secara umum jenis-jenis kredit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Berdasarkan tujuan penggunaannya : 1) Kredit Produktif (Ritel), adalah kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses suatu usaha dalam rangka meningkatkan produktivitas. Kredit produktif ini dapat dibagi lagi menjadi : - Kredit investasi, yaitu kredit yang digunakan oleh debitur untuk pembelian barang-barang modal yang akan digunakan dalam jangka menengah atau jangka panjang, dan jumlahnya relatif kecil, 19 - Kredit Modal Kerja, yakni kredit yang digunakan oleh debitur untuk tujuan pembiayaan modal kerja dalam operasi normal suatu usaha. 2) Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperoleh/membeli barang-barang dan kebutuhan lainnya yang bersifat konsumtif. b. Dilihat dari Jaminan terdiri dari: 1) Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan berupa barang berwujud, tidak berwujud atau jaminan pihak ketiga, 2) Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu tetapi diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas atau nama baik calon nasabah selama berhubungan dengan Bank atau pihak lain. c. Dilihat dari segi sektor usaha, terdiri dari: 1) Kredit Pertanian, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai sektor pertanian dan perkebunan. 2) Kredit Peternakan, yaitu kredit yang diberiakn untuk sektor peternakan. 3) Kredit Industri, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah dan industri besar. 4) Kredit Pertambangan, yaitu kredit yang kepad usaha tambang. 5) Kredit Pendidikan, yaitu kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk para mahasiswa. 6) Kredit Profesi, yaitu kredit yang diberikan kepada para kalangan professional. 20 7) Kredit Perumahan, yaitu kredit yang membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. 5. Prinsip-Prinsip Kredit Untuk melaksanakan analisa kredit, metode 5C digunakan sebagai pertimbangan dalam pemberian kredit, kelima prinsip tersebut adalah : a. Character, yaitu analisa yang dilakukan terhadap pribadi nasabah perseorangan atau pengurus dari suatu badan usaha, b. Capacity, yaitu analisa terhadap kemampuan nasabah dalam merealisir rencana usaha dan perkembangannya serta menilai realistis tidaknya dalam menetapkan rencana yang meliputi aspek teknis, produksi, pemasaran, dan sebagainya, c. Capital, yaitu menilai kemampuan nasabah dalam merealisir usahanya, karena kredit pada dasarnya hanya merupakan dana pelengkap, hal ini dimaksudkan agar nasabah ikut bertanggung jawab atas resiko yang mungkin terjadi, d. Collateral, yaitu analisa yang dilakukan dengan menilai jaringan yang diberikan. Jaminan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi resiko kemungkinan kerugian yang terjadi akibat kegagalan pengembalian kredit, e. Condition of Economic, yaitu penilaian kredit atas dasar kondisi ekonomi sektor usaha calon debitur serta beberapa sektor usaha yang berkaitan. 21 6. Pemberian Kredit Pemberian kredit yang dilakukan oleh perbankan kepada masyarakat atau organisasi tertentu terkadang masih bermasalah seperti terjadinya kredit macet, dimana peminjam tidak mampu mengembalikan dana yang dipinjam. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dan keseriusan dalam melakukan analisis pemberian kredit terhadap para debitur. Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Namun mengingat sebagai lembaga intermediasi, sebagian besar dana bank berasal dari dana masyarakat, maka pemberian kredit perbankan banyak dibatasi oleh ketentuan undang-undang dan ketentuan Bank Indonesia. Undang-Undang Perbankan telah mengamanatkan agar bank senantiasa berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan usahanya, termasuk dalam memberikan kredit. Selain itu, Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan juga menetapkan peraturan-peraturan dalam pemberian kredit oleh perbankan. Beberapa regulasi dimaksud antara lain adalah regulasi mengenai Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank, Batas Maksimal Pemberian Kredit, Penilaian Kualitas Aktiva, Sistem Informasi Debitur, dan pembatasan lainnya dalam pemberian kredit. a. Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank Sebagaimana telah dikemukakan, bank dalam melakukan kegiatan usaha terutama dengan menggunakan dana masyarakat yang dipercayakan kepada 22 bank. Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus berpegang pada azas-azas perkreditan yang sehat guna melindungi dan memelihara kepentingan dan kepercayaan masyarakat. Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan azas-azas perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan perkreditan yang tertulis. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan mengenai kewajiban bank umum untuk memiliki dan melaksanakan kebijakan perkreditan bank berdasarkan pedoman penyusunan kebijakan perkreditan bank. b. Batas Maksimum Pemberian Kredit Salah satu penyebab dari kegagalan usaha bank adalah penyediaan dana yang tidak didukung dengan kemampuan bank mengelola konsentrasi penyediaan dana secara efektif. Dalam rangka mengurangi potensi kegagalan usaha bank maka bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit, antara lain dengan melakukan penyebaran (diversifikasi) portofolio penyediaan dana melalui pembatasan penyediaan dana, baik kepada pihak terkait maupun kepada pihak bukan terkait. Pembatasan penyediaan dana adalah persentase tertentu dari modal bank yang dikenal dengan batas maksimum pemberian kredit (BMPK). BMPK mendapatkan dasar pengaturan dalam UU Perbankan. Pengaturan tersebut selanjutnya dijabarkan oleh Bank Indonesia dalam 23 Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum. Berdasarkan PBI tersebut, BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap modal bank. Tujuan ketentuan BMPK adalah untuk melindungi kepentingan dan kepercayaan masyarakat serta memelihara kesehatan dan daya tahan bank, dimana dalam penyaluran dananya, bank diwajibkan mengurangi risiko dengan cara menyebarkan penyediaan dana sesuai dengan ketentuan BMPK yang telah ditetapkan sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada peminjam dan/atau kelompok peminjam tertentu. c. Penilaian Kualitas Aktiva Kondisi dan karakteristik dari aset perbankan nasional pada saat ini maupun di waktu yang akan datang masih tetap dipengaruhi oleh risiko kredit, yang apabila tidak dikelola secara efektif akan berpotensi mengganggu kelangsungan usaha bank. Pengelolaan risiko kredit yang tidak efektif antara lain disebabkan kelemahan dalam penerapan kebijakan dan prosedur penyediaan dana, termasuk penetapan kualitasnya, kelemahan dalam mengelola portofolio aset bank, serta kelemahan dalam mengantisipasi perubahan faktor eksternal yang mempengaruhi kualitas penyediaan dana. Untuk memelihara kelangsungan usahanya, bank perlu meminimalkan potensi kerugian atas penyediaan dana, antara lain dengan memelihara eksposur risiko kredit pada tingkat yang memadai. Berkaitan dengan hal tersebut, pengurus bank wajib menerapkan manajemen risiko kredit secara efektif pada setiap jenis penyediaan dana serta melaksanakan prinsip kehati- 24 hatian yang terkait dengan transaksitransaksi dimaksud. Hal di atas diatur dalam PBI No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. PBI tersebut mewajibkan bank (dalam hal ini Direksi) untuk menilai, memantau dan mangambil langkahlangkah yang diperlukan agar kualitas Aktiva (meliputi Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif) senantiasa baik. Aktiva Produktif adalah penyediaan dana Bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Sementara, Aktiva Non Produktif adalah aset bank selain Aktiva Produktif yang memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang diambil alih. d. Sistem Informasi Debitur Kelancaran proses kredit dan penerapan manajemen risiko kredit yang efektif serta ketersediaan informasi kualitas debitur yang diandalkan dapat dicapai apabila didukung oleh sistem informasi yang utuh dan komprehensif mengenai profil dan kondisi debitur, terutama debitur yang sebelumnya telah memperoleh penyediaan dana. Dalam proses kredit, sistem informasi mengenai profil dan kondisi debitur dapat mendukung percepatan proses analisa dan pengambilan keputusan pemberian kredit. Untuk kepentingan manajemen risiko, sistem informasi mengenai profil dan kondisi debitur dibutuhkan untuk menentukan profil risiko kredit debitur. Selain itu tersedianya informasi 25 kualitas debitur, diperlukan juga untuk melakukan sinkronisasi penilaian kualitas debitur di antara bank pelapor. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Bank Indonesia berperan untuk mengatur dan mengembangkan penyelenggaraan sistem informasi antar bank yang dapat diperluas dengan menyertakan lembaga lain di bidang keuangan. Sehubungan dengan itu Bank Indonesia mengembangkan sistem informasi debitur yang dari waktu ke waktu selalu disempurnakan untuk disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan teknologi. 7. Kredit kepada Pihak Asing Penerapan sistem devisa bebas di Indonesia telah mempercepat perkembangan dan integrasi pasar keuangan Indonesia dengan pasar dunia. Integrasi pasar keuangan antara lain terlihat pada penggunaan mata uang domestik, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pada awalnya mata uang domestik digunakan oleh warga negara asing dan badan asing di dalam negeri, namun selanjutnya penggunaan tersebut meluas ke luar negeri baik oleh warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia maupun oleh warga negara asing dan badan asing. Sebagai akibat dari perkembangan dan integrasi pasar keuangan di atas, peningkatan transaksi rupiah antara bank dengan warga neara asing dan badan asing dalam perkembangannya telah menimbulkan ketidakstabilan kondisi moneter di dalam negeri, khususnya dalam bentuk tekanan terhadap nilai tukar 26 rupiah. Sehubungan dengan hal tersebut, telah diambil langkah kebijakan dengan menetapkan pembatasanpembatasan yang diperlukan sebagaimana tertuang dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 3/3/PBI/2001 tanggal 12 Januari 2001 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing. Dalam perkembangan selanjutnya, meskipun PBI No 3/3/PBI/2001 telah menyediakan kemungkinan bagi berbagai transaksi untuk kepentingan pembiayaan yang bermanfaat bagi perekonomian domestik, namun masih dirasakan perlu dilakukan berbagai penyempurnaan. Langkah penyempurnaan perlu diambil agar ketentuan yang berlaku tidak menghambat kegiatan produktif dan dapat sejalan dengan beberapa perkembangan terakhir baik dalam pasar keuangan maupun dalam perekonomian domestik secara keseluruhan dan dipihak lain dapat tetap menunjang tercapainya stabilitas sistem keuangan dan moneter di dalam negeri. D. Kerangka Pikir Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat masalah penyaluran kredit ini, yaitu sebagai berikut : 1. Budiawan (2008) Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit pada BPR. Variabel dependennya adalah penyaluran kredit itu sendiri, sedang variabel independennya adalah tingkat suku bunga, kredit non lancar, tingkat kecukupan modal, dan jumlah simpanan masyarakat. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan, NPL memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan yaitu tidak mempengaruhi 27 penyaluran kredit, tingkat kecukupan modal berpengaruh positif dan signifikan,jumlah simpanan berpengaruh positif dan signifikan. 2. Fransisca dan Hasan Sakti Siregar (2007) Penelitian yang dilakukan adalah mengenai pengaruh faktor internal bank terhadap volume kredit pada bank yang Go Public di Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah dana pihak ketiga ketiga, CAR, ROA, NPL. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah dana pihak ketiga (DPK) memiliki pengaruh yang positif terhadap volume kredit, CAR menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit, ROA mempunyai hubungan yang positif terhadap volume kredit, dan NPL juga tidak dapat digunakan untuk memperediksi volume kredit. 3. Luh Gede Meydianawathi (2006) Penelitian ini menganalisis perilaku penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM di Indonesia (20022006). Variabel independen yang dipakai adalah dana pihak ketiga (DPK), CAR, ROA, dan NPL. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa DPK berpengaruh nyata dan positif terhadap penyaluran kredit, begitu juga terhadap variabel CAR dan ROA. Sedangkan untuk variabel NPL negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM. 4. Mahrinasari (2003) Penelitian yang dilakukan adalah mengenai Pengelolaan Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Bandarlampung. Variabel independen yang digunakan 28 adalah Likuiditas (Cash Ratio dan LDR) dan rentabilitas (ROA) terhadap jumlah volume kredit. Hasil yang diperoleh adalah Cash Ratio terhadap volume kredit berpengaruh negatif, sedangkan LDR dan ROA berpengaruh positif. 5. Hapsari (2008) Penelitian yang diangkat oleh Hapsari berjudul Analisis pengaruh LDR, NPL, ROA, dan ROE terhadap pemberian kredit KPR (Studi Kasus pada PD. BPR di Jawa Tengah). Yang meneliti tentang pengaruh LDR, NPL, ROA, dan ROE terhadap pemberian Kredit KPR oleh BPR. Dari penelitian tersebut dihasilkan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan, NPL berpengaruh negatif dan signifikan, sedang ROA dan ROE berpengaruh negatif dan tidak signifikan. 6. Perry Warjiyo dan Chaikal Nuryakin (2006) Penelitian yang dilakukan adalah mengenai Perilaku Penawaran Kredit Bank Di Indonesia: Kasus Pasar Oligopoli Periode Januari 2001Juli 2005. Variabel independen yang digunakan adalah spread suku bunga kredit, perilaku maksimisasi laba, struktur pasar oligopolistik, kondisi internal perbankan, kebijakan moneter, preferensi bentuk investasi portofolio bank. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa spread suku bunga kredit bernilai positif, terdapat pengaruh maksimalisasi laba terhadap penawaran kredit dengan tingkat kepercayaan 99%, struktur pasar oligopoli bernilai positif terhadap kredit. Sedang dari kondisi internal perbankan diperoleh data bahwa CAR bernilai negatif signifikan, NPL bernilai positif, DPK bernilai positif, dan BOPO bernilai negatif signifikan. Tidak ada perbedaan preferensi bank terhadap investasi portofolio kredit dan SBI. 29 E. Model Penelitian Dalam melakukan penelitian ini akan dianalisa dan dibahas faktor internal bank mempengaruhi pemberian kredit sesuai dengan kerangka pemikiran dan dibuat model sebagai berikut : X1 : Dana Pihak Ketiga X2 : Capital Adequacy Ratio Y : Pemberian Kredit X3 : Return On Asset X4 : Non Performing Loan 30