BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Modal Pengertian Modal

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Modal
Pengertian Modal Menurut Munawir (2006:19) merupakan hak atau bagian yang
dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham),
surplus dan laba ditahan, atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
terhadap seluruh hutang - hutangnya.
Menurut Polak yang ditulis dalam bukunya Dasar-Dasar pembelanjaan Perusahaan,
karangan Bambang Riyanto (2004:18) mengemukakan bahwa modal adalah “sebagai
kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal untuk memenuhi harapan yang akan
dicapai”. Sedangkan barang-barang modal adalah barang-barang yang ada dalam
perusahaan yang belum digunakan.
Menurut Liitge (2000:24), mengartikan Modal hanyalah dalam artian uang (Gled
capital).
Schawiedland memberikan Pengertian Modal dalam artian yang lebih luas, dimana
modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (Gledkapital) maupun dalam bentuk
barang (Sach capital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Bakker, Modal ialah baik berupa barang-barang kongkret yang
masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat disebelah debit, maupun berupa
daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat disebelah kredit.
Hal ini berarti Modal adalah nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau
menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal. Barang-barang modal berupa
semua barang yang ada dalam perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk
pendapatan.
1.
Sumber – Sumber Modal
A.
Sumber Modal Intern
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang
dibentuk atau dihasilkan sendiri didalam perusahaan. Alasan perusahaan
menggunakan sumber dana intern yaitu:
a.
Dengan dana dari dalam perusahaan, maka perusahaan tidak mempunyai
kewajiban untuk membayar bunga maupun dana yang dipakai.
b.
Setiap saat tersedia jika diperlukan.
c.
Dana yang tersedia sebagian besar telah memenuhi kebutuhan dana
perusahaan.
d.
Biaya pemakaian relatif murah.
Sumber intern atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri
didalam perusahaan adalah laba ditahan dan penyusutan. (Sutrisno,2004:7)
B.
Sumber Modal Ektern
Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari
luar perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumber dana ekstern adalah:
a. Jumlah dana yang digunakan tidak terbatas.
b. Dapat dicari dari berbagai sumber.
c. Dapat bersifat fleksibel.
Yang merupakan sumber dana ekstern perusahaan adalah Supplier, Bank,
dan Pasar Modal. (Sutrisno, 2004:7)
2.
Jenis - Jenis Modal
A.
Modal Sendiri
Modal Sendiri yang berasal dari pemilik perusahaan untuk waktu yang
tidak tentu lamanya (Riyanto ,2007: 240). Menurut Husnan (2004 :275),
sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam Perusahaan maupun luar
perusahaan. Sumber dari dalam (Internal financing) berasal dari hasil operasi
(laba ditahan). Sedangkan sumber dari luar (eksternal financing ) didapat
dalam saham biasa atau saham preferen. Bagi perusahaan yang tidak
berbentuk PT, sumber dari luar berupa modal sendiri adalah tambahan
modal yang disetor.
a.
Saham biasa.
Saham biasa (common stock) merupakan jenis efek yang paling sering
dipergunakan oleh Emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga
paling popular dipasar modal. Saham biasa adalah hak perseroan tersisa yang
menanggung resiko terbatas jika terjadi kerugian dan menerima manfaat bila
terjadi keuntungan. Saham ini tidak menjamin menerima deviden atau
pembagian aktiva bila perusahaan dilikuidasi. Tetapi, pemegang saham biasa
umumnya menguasai manajemen perusahan dan perolehan laba lebih besar jika
perusahaan sukses. (Sutrisno, 2004:23)
Fungsi dari saham biasa adalah sebagai alat pembelanjaan perusahaan
serta sebagai alat pemenuhan kebutuhan permanen. Saham biasa dapat juga
berfungsi sebagai alat untuk pembagian laba. (Sutrisno, 2004:23)
b.
Saham Preferen ( preferred stock ).
Saham Preferen adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi
dan saham biasa. Saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran. Saham
preferen sama dengan saham biasa karena tidak memiliki jatuh tempo dan juga
mewakili kepemilikan dari modal. Dipihak lain, saham preferen sama dengan
obligasi karena jumlah devidennya tetap selama masa berlaku dari saham,
memiliki klaim atas laba dan aktiva sebelumnya memiliki hak tebus dan dapat
dipertukarkan dengan saham biasa. (Atmaja, 2003:313)
Adapun keunggulan Saham Preferen adalah sebegai berikut:
A.
Pendapatan yang tinggi dan dapat diprediksi.
B.
Memiliki keamanan.
C.
Biaya per unit rendah.
Dan adapun kerugian Saham Preferen adalah sebagai berikut:
c.
a.
Rentan terhadap inflasi dan suku bunga yang tinggi.
b.
Sangat kurang berpotensi untuk peralihan modal.
Laba ditahan (Retained earning).
Laba ditahan adalah laba bersih yang disimpan untuk diakumulasikan
dalam suatu bisnis setelah deviden dibayarkan. Laba ditahan juga disebut laba
yang tidak dibagikan (Undistributed Profits) atau surplus yang diperoleh
(Earned Surplus).
B.
Modal Hutang (Hutang Jangka Panjang)
Modal Hutang adalah hutang yang berjangka waktu jatuh temponya panjang,
umumnya lebih dari 10 tahun (Riyanto, 2006:238).
Pada umunya hutang jangka panjang digunakan untuk membelanjai perlunasan
perusahaan (ekspansi) atau modernisasi perusahaan, karena kebutuhan modal untuk
keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar dan memiliki beberapa keunggulan
maupun kelemahan. (Atmaja,2008:311).
a. Keunggulan pembiayaan dengan menggunakan Hutang adalah:
1. Pemegang obligasi tidak menikmati keuntungan perusahaan yang besar.
2.
Biaya hutang bersifat mengurangi pembayaran pajak (tax saving), sedangkan
biaya modal sendiri tidak.
3.
Tidak mesti harus membagi kontrol perusahaan.
b. Kelemahan pembiayaan dengan menggunakan Hutang adalah:
1.
Dapat menyebabkan kebangkrutan apabila bunga dan pokok pinjaman tidak
dapat dibayar.
2.
Hutang meningkatkan, resiko pada perusahaan sehingga biaya hutang (biaya
sendiri) ikut meningkat.
3.
Harus membayar pokok pinjaman dimasa mendatang.
4.
Menimbulkan batasan – batasan atau Convenant dari kreditur.
5.
Kewajiban menyisihkan dana pelunasan obligasi (Sinking Fund).
Ada beberapa instrumen hutang jangka panjang yang lazim digunakan
dalam praktek
perekonomian, diantaranya adalah obligasi (Bond) dan hutang
berjangka ( Term Loan ).
3.
Bentuk – Bentuk Modal.
Menurut
Bambang
Riyanto
dalam
bukunya
Dasar-Dasar
Pembelanjaan
Perusahaan, bentuk- bentuk modal, yaitu:
1.
Modal Aktif
Modal aktif adalah kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdapat
dalam neraca. (Riyanto, 2001:19)
Berdasarkan cara dan lamanya perputaran modal aktif atau kekayaan suatu
perusahaan terdapat dua jenis Modal Aktif yaitu “Aktiva Lancar” dan “Aktiva
Tetap”. Aktiva Lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali perputaran
proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang
pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Aktiva Tetap adalah aktiva yang
tahan lama atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi.
2.
Modal Pasif
Modal pasif adalah sumber-sumber dari mana dana diperoleh yang terdapat
dalam neraca sebelah kredit. (Martono dan Agus, 2004:19)
Terdapat dua modal pasif yaitu “Modal Asing” dan “Modal Sendiri”. Modal
Asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara
bekerja didalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal
tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal asing
dibagi menjadi tiga golongan yaitu hutang jangka pendek, hutang jangka
menengah, dan hutang jangka panjang. Sedangkan Modal Sendiri adalah modal
yang berasal dari pemilik perusahaaan untuk waktu yang tidak tentu lamanya.
(Riyanto, 2007:240)
B. Pengertian Struktur Modal
Struktur Modal (capital structure) adalah perban$dingan atau imbangan pendanaan
jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang
terhadap modal sendiri (Martono dan Harjito, 2004:239).
Menurut Horne (2002:253), “capital structure is the proportion of debet instrument and
preferred stock and common stock on a company’s balance sheet.” Berdasarkan pengertian
tersebut, struktur modal adalah proporsi instrument hutang, saham preferen, dan saham
biasa yang terdapat dalam neraca.
Menurut Riyanto (2006:22), Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana
mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri.
Warren, dkk (2005:25), mengungkapkan bahwa Struktur Modal adalah berbagai macam
alat yang bisa digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan dan kondisi perusahaan.
Salah satunya terutama berguna dalam menganalisis kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutangnya.
Menurut Brigham dan Houston (2006:6), Struktur Modal adalah kombinasi antara
hutang jangka panjang dan ekuitas yang digunakan perusahaan untuk merencanakan
mendapatkan modal.
Berdasarkan pengertian diatas , dapat ditarik pengertian yang sama mengenai
struktur modal
yaitu, Struktur
modal
adalah
merupakan campuran pembelanjaan
permanen perusahaan yang merupakan perpaduan antara total hutang jangka panjang dan
modal sendiri.
Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami
kekurangan (deficit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari
luar,yaitu dari hutang (debt financing).
Menurut Brigham (2006:7) Struktur modal yang ditargetkan (target capital
structure) adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa yang direncanakan
perusahaan untuk menambah modal.
Perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien dalam
pemenuhan kebutuhan dana. Pembahasan masalah ini lebih terkonsep, dalam bagian
manajemen struktur modal.
Menurut Keown,et al (2000:542) ,manajemen struktur modal bertujuan untuk
memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara yang akan
memaksimumkan harga saham perusahaan. Tujuan ini bisa dipandang sebagai pencarian
terhadap paduan dana yang akan meminimumkan campuran biaya modal perusahaan.
Paduan sumber dana yang tepat ini disebut dengan struktur modal optimal. Struktur modal
yang optimal diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimumkan biaya
penggunaan modal keseluruhan sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
Struktur modal yang optimal terjadi pada leverage keuangan tingkat tertentu.
Leverage keuangan merupakan penggunaan dana dimana dalam penggunaan dana tersebut
perusahaan harus mengeluarkan beban tetap. Leverage keuangan ini merupakan
perimbangan penggunaan hutang dengan modal sendiri dalam perusahaan (Martono dan
Harjito, 2004 :240).
Variabel struktur modal dapat diukur dari
perbandingan antara hutang jangka
panjang dengan modal sendiri. Dapat di ukur dengan rumus (Setiawan, 2006:325):
Struktur Modal =
Hutang Jangka Panjang
Modal sendiri
C. Teori Struktur Modal
Teori mengenai struktur modal bermula pada tahun 1958 , yang di kemukakan
oleh Franco Modigliani dan Merlon Miller. Teori struktur modal menjelaskan apakah
ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain,
seandainya perusahaan
mempengaruhi sebagian modal sendiri dengan hutang (atau
sebaliknya). Struktur modal yang memaksimumkan nilai peusahaan atau harga saham adalah
struktur modal yang terbaik.
Berikut ini ada Tiga Teori Struktur Modal , yaitu :
a. Teori Struktur Modal Modigliani dan Miller ( MM theory )
(Sudjaja dan Barlin, 2006: 286), mencoba untuk menjelaskan teori struktur
modal Modigliani Miller, sebagai berikut :Teori “MM” dengan asumsi harga pasar
sempurna. Dimana teori struktur modal dengan berbagai asumsi tidak mungkin
terjadi, akan tetapi sangat membantu dalam memahami bagaimana perusahaan
menentukan bauran pendanaan yang berasal dari hutang dan ekuitas secara benar.
(Siaw, 1999)
Asumsi yang mendasari adalah sebagai berikut:
1.
Semua aktiva berwujud dimilki oleh perusahaan.
2.
Pasar modal sempurna (tidak ada pajak, tidak ada biaya transakasi, dan tidak ada
biaya kebangkrutan).
3.
Perusahaan hanya dapat menerbitkan macam-macam sekuritas yakni ekuitas yang
berisiko dan hutang bebas tanpa resiko.
4.
Individu maupun perusahaan dapat meminjam atau meminjamkan uang dan
tingkat suku bunga bebas resiko.
5.
Para investor mempunyai ekspektasi yang sama (homogen) terhadap keuntungan
perusahaan dimasa mendatang.
6.
Semua perusahaan yang tidak mengalami perubahan (Arus kas diasumsikan
konstan dan perpektual, dan semua laba dibagikan dalam bentuk deviden).
7.
Semua perusahaan dapat dikelompokkan dalam satu kelompok kembalian, dan
kembalian saham dari semua perusahaan dalam kelompok tersebut adalah
proporsional.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka nilai perusahaan yang tidak menggunakan
hutang (Unlevered Firm), sama persis dengan perusahaan yang menggunakan hutang
(Levered Firm).
b.
Teory Trade-off
Teori ini merupakan perkembangan dari teori struktur modal Modigliani
Miller. Filosofi Pendanaan atas dasar Static Ttradeoff Model menyatakan bahwa
perusahaan mendasarkan pada keputusan pendanaan pada suatu struktur modal yang
optimal. Menurut Sundjaya dan Barlian (2002), Teori Struktur Modal yang optimal
didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan dengan
hutang. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan hutang adalah pengurangan
pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengijinkan bahwa bunga atas hutang
dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak. Sedangkan biaya dari
hutang dihasilkan dari :
1.
Peningkatan kemungkinan kebangkrutan yang disebabkan oleh
kewajiban hutang yang tergantung pada tingkat resiko bisnis dan
resiko keuangan.
2.
Biaya agen dan pengendalian tindakan perusahaan.
3.
Biaya yang berkaitan dengan manajer yang mempunyai informasi
lebih banyak tentang prospek perusahaan daripada investor.
Perusahaan yang melakukan upaya untuk mempertahankan Struktur modal yang
optimal untuk dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
Struktur Modal yang optimal dapat dicapai dengan hutang dan biaya- biaya yang
mempertimbangkan antara keuntungan penggunaan hutang dan biaya-biaya yang harus
dibayarkan.
c.
Teori Pecking Order
Teori dikenal pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1964 , sedangkan penamaan
Pecking order theory dilakukan oleh Myers dan Maljuf pada tahun 1984 . Dalam
Keown, el al (2005:557), dengan ringkas mengikhtisarkan teori Pecking Order struktur
modal dengan 4 poin penting yaitu sebagai berikut:
a. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan
yang berwujud laba ditahan).
b. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yang dimulai dengan
penerbitan obligasi , kemudian diikuti oleh sekuritas berkarakteristik opsi, baru
pada akhirnya apabila masih belum mencukupi saham baru diterbitkan.
c. Perusahaan menetapkan kebijakan deviden untuk kesempatan investasi.
d. Dengan demikian semakin banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk mendanai
proyek dengan nilai sekarang positif, pernyataan pecking order akan diikuti.
Keown, et al (2000:557) berpendapat bahwa Pecking Order theory merupakan
pandangan alternatif yang ditujukan dalam hal bagaimana manajer akan mendanai
anggaran modal perusahaanya.
Apabila pecking order theory perusahaan mempunyai growth opportunity tinggi
maka akan menghadapi kesenjangan informasi antara manajer dan investor luar tentang
kualitas proyek investasi perusahaan.
Pecking Order Theory telah banyak disampaikan oleh para ahli ekonomi dalam
bentuk sederhana. Hal ini berarti Theory Pecking Order adalah teori yang tidak rasional,
karena adanya asumsi yang menyatakan bahwa kondisi pasar tidak sempurna.
D. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Komposisi pendanaan suatu perusahaan harus diperhatikan dengan baik agar dapat
membentuk struktur modal yang optimal. Dalam memenuhi
operasional
perusahaan , manajer
keuangan
diharapkan
kebutuhan dana
untuk
pada suatu siklus dalam
pembelanjaan. yakni situasi dimana perusahaan lebih menggunakan dana yang berasal dari
modal sendiri. Oleh karena itu , manajer keuangan harus memperhatikan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kebijakan struktur modal perusahaan, sehingga dapat tercipta
struktur modal
sasaran, yakni struktur modal
yang dapat
memaksimumkan nilai
perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah sebagai berikut:
a. Struktur Aktiva (Tangibility)
Struktur aktiva adalah komposisi relatif aktiva tetap yang dimiliki oleh
perusahaan ( Mai, 2006: 235). Struktur aktiva merupakan faktor yang paling penting
dalam keputusan pendanaan perusahaan, karena asset berwujud dapat bertindak sebagai
jaminan dan memberikan jaminan bagi para pemberi pinjaman dalam hal terjadinya
kesulitan keuangan ( financial distress) karena nilai dari aktiva tetap (Tangible assets)
lebih tinggi dari nilai aktiva variabel.
b. Ukuran Perusahaan (size)
Ukuran perusahaan mengambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang di ukur
berdasarkan besar assets yang dimiliki perusahaan. ukuran perusahaan yang dapat
menjadi suatu ukuran mengenai kemungkinan teradinya kegagalan perusahaan
mengembalikan hutang (default). Perusahaan besar akan lebih mudah untuk memperoleh
pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini terkait tingkat kepercayaan yang
diberikan oleh kreditur kepada perusahaan besar dibandingkan dengan perusahaan kecil
(Napa dan Mulyadi,2006).
c. Peluang Pertumbuhan (growth opportunity)
Peluang pertumbuhan adalah peluang perumbuhan perusahaan dimasa depan.
Perusahaan dengan pertumbuhan yang cepat sering kali harus meningkatkan aktiva
tetapnya. Dengan demikian perusahaan-perusahaan dengan tingkat perumbuhan yang
tinggi, lebih banyak membutuhkan dana, dmana dimasa depan juga lebih banyak
mempertahankan laba. Dan perusahaan yang memiliki prediksi akan mengalami
pertumbuhan yang pesat dimasa datang akan lebih memilih menggunakan saham untuk
mendanai opersional perusahaannya.
d. Stabilitas Penjualan.
Semakin stabil penjualan suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan
membelanjai kegiatannya dengan utang. Karena stabilitas penjualan akan mempengaruhi
stabilitas pendapatan, yang pada akhirnya akan dipergunakan sebagai jaminan untuk
memperoleh pinjaman (Mayangsari,2005:10). Stabilitas dari besarnya pendapatan yang
diperoleh suatu perusahaan akan menentukan apakah perusahaan tersebut dibenarkan
untuk menarik modal dengan beban tetap atau tidak (Riyanto 2005: 297).
e. Profitabilitas.
Perusahaan dengan rate of return tinggi cenderung menggunakan proporsi utang yang
relatif kecil, karena dengan rate of return yang tinggi, kebutuhan dana yang didapat
diperoleh dari laba ditahan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa perusahaan dengan
tingkat pengembalian keuntungan investasi tinggi cenderung menggunakan utang yang
relatif kecil (Mayangsari, 2005:11).
f. Resiko Bisnis
Resiko bisnis dalam perusahaan akan meningkat jika penggunaan utang tinggi. Hal ini
juga akan meningkatkan peluang kebangkrutan. Ferri dan Jones (Mayangsari 2005:11)
mengemukakan bahwa resiko bisnis ditunjukkan oleh variabilitas pendapatan yang akan
diterima pada masa yang akan datang.
g. Kebijakan Deviden
Kebijakan deviden akan memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat
penggunaan utang suatu perusahaan. Kebijakan deviden yang stabil menyebabkan adanya
keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah
deviden yang tetap tersebut.
h. Posisi Pajak dari Perusahaan
Alasan utama penggunaan utang (leverage) adalah bahwa bunga mengurangi pengeluaran
pajak. Semakin besar tarif pajak yang diberlakukan terhadap perusahaan, maka biaya
utang efektif menjadi semakin rendah (Warsono, 2003:237).
E. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan-perusahaan dengan profit
yang tinggi cenderung menggunakan lebih banyak pinjaman untuk memenuhi manfaat
pajak (tax benefit). Hal ini karena, pengurangan laba oleh bunga pinjaman akan lebih kecil
dibanding apabila perusahaan menggunakan modal yang tidak dikenai bunga maupun
penghasilan kena pajak akan lebih tinggi.
Menurut Brigham dan Houston (2006:197),
“Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”.
Menurut Sartono (2005: 119),
“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubunganya
dengan penjualan ,total aktiva maupun modal sendiri”.
Dengan demikian bagi para investor jangka panjang akan sangat berkepentingan
dengan analisis profitabilitas. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin
tinggi efesiensi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan.
Perusahaan dengan laba yang tinggi akan menggunakan lebih banyak
ditahan dan lebih sedikit hutang.
Pengukuran profitabilitas dapat diukur, menurut Sutrisno (2005):
Profitabititas =
EBIT
Total assets
laba
Keterangan
:
EBIT
:
laba sebelum beban bunga atau pajak
Total assets
:
total aktiva
F. Rasio Profitabilitas
Warsono (2003:37) mengemukakan bahwa profitabilitas suatu perusahaan dapat di ukur
dengan berbagai rasio berikut:
1.
Return On Equity (ROE)
Return On Equity dapat diperoleh dengan membandingkan laba setelah pajak
dengan total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik. Rasio ini
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Return On Equity (ROE) = Laba bersih setelah pajak
Total ekuitas
2.
Return On Investment (ROI)
Return On Investment dapat diperoleh dengan membandingkan laba setelah
pajak dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini digunakan
untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal
sendiri dengan seluruh aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Return On Investment (ROI) = Laba bersih setelah pajak
Total assets
3.
Rentabilitas (RENT)
Rentabilitas ekonomis atau sering disamakan dengan Earning Power
dimakasudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
usaha (EBIT) dengan total aktiva. Rasio ini dapat diukur dengan rumus sebagai
berikut:
Rentabilitas (RENT) =
EBIT
Total assets
4.
Operating profit margin (OPM)
Operating profit margin merupakan perbandingan tingkat laba operasi dengan
volume penjualan. Rasio ini dapat diukur dengan rumus:
Operating profit margin (OPM) =
EBIT
Penjualan
5.
Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin merupakan rasio perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Net Profit Margin =
EAT
Penjualan
Salah
satu
cara
pengukuran
profitabilitas
perusahaan
adalah
dengan
menggunakan Return On Invesments (ROI) adalah kemampuan untuk mengukur
seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri dengan
seluruh aktiva yang dimilikinya. Maka dapat disimpulkan semakin tinggi rasio
ini semakin baik keadaan suatu perusahaan.
G.
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Menurut (Brigham dan Houston, 2006: 40), profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba. Sering kali pengamatan menunjukkan bahwa
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan
hutang yang relatif kecil, tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan
umtuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
secara internal. Menurut Larry (2006), perusahaan dengan tingkat keuntungan yang
tinggi cenderung mempunyai laba ditahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
keuangan perusahaan. Konsekuensinya perusahaan cenderung mempunyai rasio hutang
terhadap ekuitas yang rendah. Teori keuangan menyatakan bahwa perusahaan akan
meminimalkan biaya modal mereka, dengan demikian memaksimalkan nilai
perusahaan. Hal ini menandakan bahwa perusahaan akan menggunakan jumlah hutang
yang layak karena hutang merupakan sumber pembiayaan yang termurah.
Menurut Harahap (2007), Struktur modal sangat berpengaruh terhadap
profitabilitas karena struktur modal yang digunakan perusahaan untuk operasional
perusahaan menentukan profit yang diinginkan perusahaan.
H.
Penelitian Terdahulu
Lisdah(2006) melakukan penelitian sebelumnya yang membahas tentang Struktur
Modal dengan menggunakan variabel independen yaitu Struktur Modal (x1) yang
menunjukkan perbandingan antara Total hutang dengan Total modal sendiri,dan variabel
dependen adalah Tingkat Pertumbuhan (Y). Objek penelitian yang digunakan adalah
Perusahaan Barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia dengan sampel sebanyak 11
perusahaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan struktur
modal atas tingkat penjualan perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
variabel independen yaitu Struktur Modal (x1) dan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya, terletak pada perusahaan yang menjadi sampel dari penelitian ini.
Apabila penelitiaan sebelumnya menggunakan perusahaan Barang Konsumsi, maka
penelitian kali ini menggunakan perusahaan Food and Beverages.
Download