Untuk informasi Lebih lanjut hubungi : Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon Fax Email Website : + 62 21 381 8180 + 62 21 381 8163 + 62 21 381 8119 : + 62 21 345 2489 : [email protected] : http://www.bi.go.id Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April, Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Darmin Nasution Gubernur Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur S. Budi Rochadi Deputi Gubernur Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur Budi Mulya Deputi Gubernur Halim Alamsyah Deputi Gubernur 1 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Daftar Isi I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3 II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter ................. 8 Perkembangan Ekonomi Dunia .................................................... 8 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .............................................. 11 Inflasi ........................................................................................ 14 Nilai Tukar Rupiah ...................................................................... 15 Kebijakan Moneter .................................................................... 17 Suku Bunga .......................................................................... 17 Dana, Kredit, dan Uang Beredar ........................................... 18 Pasar Saham ......................................................................... 20 Pasar SBN ............................................................................. 21 Pasar Reksadana ................................................................... 22 Kondisi Perbankan ................................................................ 23 Prospek Ekonomi Tahun 2011 .................................................... 24 III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 25 Boks: Paket Kebijakan Desember 2010 ...................................... 27 2 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Perkembangan berbagai indikator ekonomi di penghujung tahun 2010 menunjukkan kondisi perekonomian yang terus membaik. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai sekitar 6% dengan inflasi sebesar 6,96%. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) juga diperkirakan mengalami surplus yang cukup tinggi dengan nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat yang ditutup pada level Rp9.010 per dolar AS. Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik tersebut ditopang oleh kuatnya permintaan domestik terutama konsumsi dan investasi. Pertumbuhan tersebut juga didukung oleh pemulihan ekonomi global khususnya di negara-negara emerging market dan terjaganya kestabilan makroekonomi Indonesia. Perkembangan perekonomian domestik juga sangat diwarnai perkembangan sisi eksternal terutama oleh derasnya aliran masuk modal asing di tengah masih berlimpahnya likuiditas dalam perekonomian domestik. Hal ini semakin kompleks dengan tekanan inflasi yang mulai merambat naik. Kondisi ini memberikan tantangan yang berat bagi pengelolaan perekonomian nasional di sepanjang tahun 2010 dan diperkirakan masih akan berlanjut. Bank Indonesia telah merespons dinamika yang terjadi dengan tidak hanya terfokus pada satu instrumen kebijakan tetapi mengombinasikan berbagai instrumen yang tersedia secara tepat. Bauran kebijakan moneter dan makroprudensial (policy mix) yang mengombinasikan berbagai instrumen antara lain telah diumumkan dalam paket kebijakan pada tanggal 16 Juni 2010 yang lalu. Di akhir tahun 2010, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan lanjutan di bidang moneter dan perbankan yang bertujuan untuk memperkuat stabilitas moneter dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, dan pada saat bersamaan memperkuat ketahanan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya gejolak perekonomian. Kebijakan ini mencakup 5 (lima) aspek penting, yaitu: kebijakan penguatan stabilitas moneter, kebijakan mendorong intermediasi perbankan, kebijakan meningkatkan ketahanan perbankan, penguatan kebijakan makroprudensial, dan penguatan fungsi pengawasan perbankan. Di sisi eksternal, momentum pemulihan ekonomi global kembali meningkat yang dicerminkan oleh relatif membaiknya data perekonomian Irlandia. Indikator penuntun global terkini, meskipun masih dibayangi krisis Irlandia ekonomi seperti penjualan eceran dan produksi industri pengolahan di 3 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 negara-negara maju mulai meningkat disertai menguatnya sentimen konsumen. Tekanan inflasi global juga mulai meningkat terutama di negara-negara berkembang. Tekanan inflasi di Jepang juga telah menyentuh level positif. Namun demikian, AS masih menghadapi ancaman deflasi seiring dengan tren pergerakan inflasi inti yang terus menurun. Data ekonomi global yang mengindikasikan pemulihan yang terus berlanjut telah memicu sentimen positif di pasar keuangan global. Harga komoditas dunia juga terus meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian global. Harga minyak dunia mengalami lonjakan dipicu oleh meningkatnya permintaan negara-negara maju akibat pengaruh cuaca yang ekstrim serta keputusan OPEC untuk mempertahankan kuota produksinya. Sementara itu, krisis perbankan di Irlandia memunculkan kekhawatiran bahwa krisis serupa dapat terjadi di negara-negara PIIGS terutama Spanyol dan Portugal. Respons kebijakan bank sentral negaranegara maju juga masih cenderung mempertahankan suku bunganya pada level yang relatif rendah. Sementara itu, negara-negara emerging market telah meningkatkan suku bunga kebijakannya yang disertai kebijakan untuk mengelola capital inflow dan menstabilkan pergerakan nilai tukarnya. Di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2010 diperkirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya ditopang oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi. Kuatnya konsumsi rumah tangga ini didukung oleh daya beli yang masih kuat, pembiayaan yang masih tinggi baik oleh bank maupun nonbank, tingkat keyakinan konsumen yang terjaga serta relatif murahnya harga barang impor. Sementara itu, investasi diperkirakan masih terus meningkat didorong oleh persepsi pasar yang positif, pembiayaan yang meningkat, harga barang impor yang rendah akibat nilai tukar rupiah yang menguat dan penerapan berbagai kebijakan pemerintah yang mendukung investasi. Namun demikian, konsumsi pemerintah diperkirakan melambat pada triwulan IV 2010. Perlambatan juga diindikasikan pada kegiatan ekspor dan impor meskipun masih berada pada level yang tinggi. Dengan perkembangan tersebut, perekonomian pada triwulan IV 2010 diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,1% sehingga secara keseluruhan tahun dapat mencapai sekitar 6%. Perkembangan inflasi IHK pada Desember 2010 diwarnai oleh tingginya tekanan inflasi yang berasal dari kelompok volatile foods. Kenaikan harga beras dan cabe yang signifikan telah mendorong inflasi volatile foods 4 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 sebesar 3,29% (mtm). Kelompok administered prices memberikan sumbangan inflasi yang moderat sejalan dengan tidak adanya kebijakan strategis terkait harga yang dilakukan oleh pemerintah. Sementara itu, tekanan inflasi dari kelompok inti masih terkendali. Peningkatan inflasi di akhir tahun juga dipengaruhi oleh pola musiman terkait momen Hari Natal dan Tahun Baru serta liburan sekolah. Dengan berbagai perkembangan tersebut, inflasi IHK pada bulan Desember 2010 tercatat sebesar 0,92% (mtm) atau 6,96% (yoy). Hal tersebut mengakibatkan inflasi IHK tahun 2010 mengalami deviasi dari target 5%Ø1%. Deviasi realisasi inflasi terutama disebabkan oleh faktor nonfundamental yaitu tingginya realisasi inflasi volatile food akibat pengaruh anomali cuaca. Kenaikan inflasi volatile food yang sangat tajam juga dialami oleh beberapa negara kawasan. Sementara itu, tekanan faktor fundamental relatif terjaga sebagaimana tercermin dari realisasi inflasi inti yang terkendali dan administered prices yang juga relatif moderat. NPI diperkirakan masih mencatat surplus yang cukup besar.Ä besar.ÄHal itu didukung oleh masih besarnya aliran modal asing, utamanya Penanaman Modal Asing (PMA) dan investasi portofolio. Sementara dari sisi transaksi berjalan, ekspor masih tetap tinggi meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dan diikuti impor yang juga menunjukkan perlambatan sehingga transaksi berjalan masih mengalami surplus. Kinerja transaksi berjalan migas mengalami tekanan akibat meningkatnya defisit neraca minyak. Namun, hal ini diimbangi dengan meningkatnyaƒkinerja transaksi berjalan nonmigas. Dengan berbagai perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2010 mencapai 96,2 miliar dolar AS atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Sejalan dengan kuatnya kinerja eksternal ekonomi Indonesia tersebut, nilai tukar rupiah mencatat apresiasi disertai tingkat volatilitas yang cukup rendah. Secara point-to-point Rupiah menguat 4,4% (ytd)Ωmenjadi rendah Rp9.010 per USD disertai volatilitas yang menurun. Kebijakan pengelolaan capital inflows dan stabilitas nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia melalui intervensi valas dan akumulasi cadangan devisa mendorong ekspektasi positif terhadap perekonomian domestik. Secara relatif, penguatan Rupiah lebih rendah dari apresiasi nilai tukar negara di kawasan, dan karenanya daya saing Indonesia masih cukup kompetitif. Kinerja pasar keuangan domestik terus membaik. Kinerja pasar saham yang kuat tercermin dari peningkatan IHSG seiring dengan kondisi 5 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 fundamental perekonomian domestik yang membaik dan prospek keuangan emiten yang relatif baik. Namun demikian, masuknya arus modal asing ke pasar saham dan obligasi meningkatkan risiko terjadinya pembalikan arus modal (capital reversal) sehingga dapat berdampak pada penyesuaian harga surat berharga. Perbaikan kinerja pasar keuangan juga dicerminkan oleh yield SBN yang terus menurun khususnya untuk tenor jangka pendek. Bahkan, yield SBN bertenor satu tahun telah berada di bawah BI Rate dan SBI. Dari sisi transmisi kebijakan moneter, suku bunga perbankan masih terus mengalami penurunan meskipun penurunan suku bunga deposito relatif terbatas dibandingkan dengan suku bunga kredit. Dari jalur kredit, pertumbuhan kredit menunjukkan tren yang meningkat, terutama didorong oleh kredit modal kerja, meskipun kontribusi kredit konsumsi dan kredit investasi juga menunjukkan peningkatan. Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga didukung oleh kondisi sektor perbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko dan fungsi baik. Hal itu antara lain intermediasi yang juga berjalan dengan baik ditunjukkan oleh tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) perbankan yang saat ini mencapai 16,3% per November 2010 dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5,0%. Peningkatan fungsi intermediasi perbankan tercermin pada angka pertumbuhan kredit yang meningkat mencapai 22,8% (yoy) sampai dengan akhir Desember 2010. Pertumbuhan tersebut lebih banyak berasal dari kredit UMKM. Sejauh ini, krisis utang yang terjadi di Eropa tidak memberikan dampak negatif terhadap kinerja perbankan nasional. Hal ini mengingat relatif kecilnya eksposur perbankan nasional terhadap perbankan di negara-negara Eropa. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 5 Januari 2011 6,5%. Namun memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5% demikian, Dewan Gubernur mewaspadai tekanan inflasi yang cenderung meningkat ke depan, seiring dengan gangguan pasokan bahan-bahan kebutuhan pokok (volatile foods) dan kemungkinan penyesuaian hargaharga yang ditetapkan Pemerintah (administered prices). Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia berpandangan bahwa kenaikan ekspektasi inflasi akan dapat diminimalisir apabila dilakukan peningkatan efektivitas produksi, distribusi, dan ketersediaan bahan pokok di tingkat nasional dan daerah. Dari sisi Bank Indonesia, bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh tahun lalu akan terus diperkuat dengan mengoptimalkan semua instrumen secara seimbang dan terukur. 6 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Sebagaimana diketahui, selama ini Bank Indonesia telah menempuh sejumlah kebijakan untuk mengendalikan likuiditas dan capital inflows seperti kenaikan GWM (rupiah dan valas), one month holding period (OMHP) terhadap SBI, dan pembatasan pinjaman luar negeri jangka pendek bank. 7 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER %mtm % 2.5 Indeks Produksi Kapasitas Utilisasi (skala kanan) 1.5 79 77 75 0.5 Perkembangan Ekonomi Dunia 73 -0.5 71 Perkembangan terakhir perekonomian global yang menunjukkan perbaikan ekonomi dunia menumbuhkan peningkatan optimisme terhadap pemulihan ekonomi global. Perbaikan terjadi pada sektor industri dan konsumsi rumah tangga yang tercermin dari meningkatnya aktivitas produksi. Aktivitas produksi yang meningkat ditunjukkan oleh membaiknya Purchasing Manager Index (PMI), peningkatan utilisasi kapasitas produksi, serta perbaikan daya beli sebagaimana ditunjukkan oleh membaiknya nonfarm payroll di negara-negara maju. Namun demikian, tren perbaikan tersebut dibayangi oleh tantangan berupa masih tingginya angka pengangguran dan proses konsolidasi fiskal di kawasan Eropa. Selain itu, pemulihan ekonomi di negara maju belum sekuat pemulihan ekonomi di emerging market. Hal tersebut mendorong bank sentral negara maju tetap mempertahankan suku bunga pada level yang akomodatif disertai paket stimulus moneter tambahan. Di sisi lain, tekanan inflasi di negara emerging markets meningkat sejalan dengan kenaikan harga komoditas dunia, sementara tekanan inflasi di negara maju relatif stabil seiring dengan aktivitas perekonomian yang belum sepenuhnya pulih. Ekonomi Amerika Serikat (AS) diprakirakan tetap positif. Konsumsi rumah tangga AS melanjutkan tren pemulihan didorong oleh faktor musiman liburan akhir tahun. Tren pemulihan konsumsi tercermin dari indikator penjualan eceran,ƒincome spending households, dan menguatnya keyakinan konsumen. Sementara itu, merespons meningkatnya permintaan rumah tangga, sektor industri kembali melakukan ekspansi. Menjelang akhir tahun, ekspektasi terhadap meningkatnya permintaan rumah tangga mendorong aktivitas sektor produksi kembali meningkat sebagaimana terlihat dari Purchasing Manager Index (PMI) November 2010 yang bertahan di fase ekspansi. Indeks produksi AS pada November 2010 mencatat pertumbuhan positif sejalan dengan meningkatnya kapasitas utilisasi menjadi 75,2% dari sebelumnya sebesar 74,9% (Grafik 2.1). Namun, perbaikan ekonomi AS masih dibayangi oleh tingginya tingkat pengangguran di AS. Meski indikator nonfarm payroll menunjukkan tren positif (Grafik 2.2), tingkat pengangguran kembali meningkat ke level 8 -1.5 69 ...sd Nov 2010 -2.5 Jan Apr Jul Okt Jan Apr 2008 Jul Okt Jan 2009 Apr Jul 67 Okt 2010 Sumber: Bloomberg Grafik 2.1. Indeks Produksi dan Utilisasi Kapasitas AS % Ribuan 800 11,0 Perubahan Bulanan Nonfarm Payrolls (skala kanan) 10,0 9,8 600 Tingkat Pengangguran 400 9,0 200 8,0 0 7,0 - 200 6,0 - 400 5,0 - 600 ...sd Nov 2010 4,0 Jan Jul 2006 Jan Jul 2007 Jan Jul 2008 Jan Jul 2009 Jan Jul 2010 Sumber: Bloomberg Grafik 2.2. Nonfarm Payrolls dan Tingkat Pengangguran AS - 800 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 9,8% pada November 2010, naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,6%. Perekonomian negara Eropa menunjukkan perbaikan terutama ditopang oleh ekspansi sektor industri. Aktivitas sektor industri Eropa meningkat didorong oleh tingginya permintaan eksternal khususnya dari China. Peningkatan kegiatan industri Eropa juga terlihat dari indikator PMI Desember 2010 yang meningkat ke level 57,1 dari 55,3 pada bulan sebelumnya. Meskipun demikian, kinerja konsumsi di kawasan Eropa masih rentan akibat tingginya tingkat pengangguran yang bertahan pada level 10,1% serta pelaksanaan pengetatan fiskal yang menambah tekanan pada konsumsi rumah tangga. Perekonomian China kembali meningkat didorong oleh sektor industri. Aktivitas perekonomian China yang meningkat tercermin dari indikator indeks produksi yang tumbuh 13,3% (ytd) dan PMI manufaktur yang meningkat ke posisi 55,2 pada November 2010. Membaiknya sektor industri didukung oleh ekspansi kredit perbankan yang diperkirakan akan melebihi target Pemerintah meski beberapa kebijakan pengetatan telah diterapkan. Selain itu, konsumsi masyarakat juga masih menunjukkan perkembangan yang solid terlihat dari pertumbuhan M2 yang meningkat. Harga minyak terus mengalami peningkatan pada akhir tahun 2010. Meningkatnya harga komoditas minyak dipicu oleh keputusan OPEC untuk mempertahankan kuota produksinya di tengah ekspektasi melonjaknya permintaan minyak akibat cuaca ekstrim yang terjadi di Eropa dan sebagian besar wilayah AS. Selain itu, keputusan negara maju untuk mempertahankan suku bunga pada level yang rendah mengakibatkan rendahnya imbal hasil dalam denominasi dolar AS sehingga mendorong investor mengalihkan portofolionya ke pasar komoditas. Harga komoditas dunia (IMF) bulan November juga menunjukkan peningkatan didorong oleh kenaikan harga minyak. Selama Jan-Nov 2010, indeks harga komoditas naik sebesar 24,9% (yoy) atau 3,1% (mtm). Kenaikan indeks total tersebut didorong oleh indeks bahan bakar yang tumbuh sebesar 26,6% (yoy), sementara indeks non-bahan bakar tumbuh 22,2% (yoy). Meningkatnya aktivitas perekonomian mengakibatkan tekanan inflasi juga cenderung meningkat. Consensus Forecast bulan Desember 2010 memperkirakan inflasi global tahun 2010 mencapai 3,25% (yoy). Meningkatnya inflasi global, terutama didorong oleh inflasi di negara berkembang. Consensus Forecast memperkirakan inflasi di kelompok 9 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 negara maju sebesar 1,44% (yoy), sementara inflasi di negara berkembang diperkirakan mencapai 5,54% (yoy). Tekanan inflasi di kawasan Asia yang semakin kuat didorong oleh masih tingginya permintaan domestik dan melonjaknya harga komoditas. Perbaikan fundamental ekonomi negara-negara maju (AS dan Eropa) serta meningkatnya harga komoditas memicu rally di bursa saham global. Perkembangan tersebut mampu memperbaiki sentimen pelaku pasar yang sempat memburuk akibat krisis Irlandia. Keputusan European Commision dan IMF untuk memberikan bantuan dana kepada Irlandia serta tax cuts memperkuat ekspektasi terhadap pemulihan ekonomi dunia. Penguatan yang terjadi di bursa saham global tercermin dariƒindeks komposit harga bursa saham dunia (MSCI world) yang berada pada tren meningkat. Sejalan dengan bursa saham global, bursa saham Asia juga menguat disertai indikator risiko yang cenderung membaik. Keketatan likuiditas di negara maju juga semakin mereda kecuali di kawasan Eropa. Berbagai langkah kebijakan yang ditempuh bank sentral negara maju dengan melanjutkan program quantitative easing serta mempertahankan suku bunga pada level yang akomodatif mampu meredakan keketatan likuiditas di pasar uang. Beberapa indikator counterparty risks juga terus menunjukkan perkembangan yang membaik. Secara umum, respons kebijakan moneter negara-negara maju masih akomodatif. Beberapa bank sentral di negara-negara maju masih mempertahankan suku bunga rendah seiring dengan rendahnya tekanan inflasi dan untuk memfasilitasi pemulihan ekonomi. Selama Desember 2010, Bank Sentral AS (Federal Reserves), Inggris (BOE), Jepang (BoJ), Kanada (BoC), Eropa (ECB), dan Australia (RBA) masih mempertahankan suku bunga kebijakannya. Selain tetap mempertahankan suku bunga pada level yang akomodatif, The Fed bersama dengan ECB, BoJ, BoC, BoE, dan SNB (Swiss) melanjutkan program swap dollar sampai dengan 1 Agustus 2011. Kebijakan yang berbeda dilakukan oleh bank sentral Swedia (Bank of Sweden) yang kembali menaikkan suku bunga repo rate sebesar 25bps ke level 1,25% akibat tingginya tekanan inflasi. Beberapa bank sentral negara berkembang kembali melanjutkan kebijakan moneter yang ketat disertai dengan penerapan berbagai kebijakan untuk meredam capital inflow. Bank Sentral di kawasan emerging market yang menaikkan suku bunganya sepanjang bulan Desember yaitu PBoC - China (+25 bps: 5,81%),«HNB √ Hungaria (+25 bps: 5,75%), BoT - Thailand (+25 bps: 2,00%) dan CBC √ Chile (+25 bps: 3,25%). Meskipun demikian, 10 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 101 101,5 rata2 fase kontraksi : 19,3 bulan 100 rata2 fase ekspansi : 22,8 bulan 101,0 100 100,5 100 100,0 100 99,5 100 99,0 99 99 99 98,5 PDB Kons RT CLI Konsumsi RT (rhs) Impor Barang Konsumsi, M1 Riil, CPI I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2005 2006 2007 2008 2009 98,0 97,5 %, yoy 200 M Konsumsi makanan 150 M Konsumsi non makanan 100 50 0 -50 -100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008 2009 2010 Grafik 2.4. Pertumbuhan Impor Barang Konsumsi (%,yoy) 110 Penjualan Mobil 90 70 50 30 10 -10 -30 Penjualan Sepeda Motor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 2008 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2010 2011 Grafik 2.3. Indikator Penuntun Konsumsi Rumah Tangga -50 beberapa bank sentral masih melanjutkan kebijakan penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik sekaligus meredam capital inflow seperti CBoRTƒ√ Turki (-0,50 bps: 6,50%) dan NBK - Kazakhtan (-50 bps: 7,00%). Pengetatan kebijakan yang dilakukan beberapa bank sentral di emerging market juga diikuti dengan penerapan berbagai kebijakan lainnya untuk meredam capital inflows. 2009 Sumber : CEIC Grafik 2.5 Pertumbuhan Penjualan Mobil & Sepeda Motor 2010 Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diprakirakan terus menguat dengan kontributor utama dari ekspor yang diiringi oleh terus menguatnya peran konsumsi rumah tangga dan investasi. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diprakirakan mencapai 6,0% (yoy), meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 4,5% (yoy). Membaiknya kondisi perekonomian domestik dan global mendorong peningkatan ekspor dan pertumbuhan investasi. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih cukup kuat didukung oleh daya beli konsumen yang memadai. Dari sisi penawaran, perkembangan berbagai indikator sektoral menunjukkan peningkatan. Kinerja sektor industri pengolahan cukup baik terutama didorong oleh peningkatan aktivitas di subsektor makanan dan minuman, subsektor kimia serta subsektor alat angkut. Sektor penting lain yang memegang peran utama perkembangan ekonomi sisi penawaran yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor pangangkutan dan komunikasi. Kedua sektor tersebut, dalam perkembangannya, menunjukkan peran yang semakin kuat dalam dinamika perekonomian Indonesia. Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama tahun 2010 menunjukkan tren yang meningkat. Hal tersebut dikonfirmasi oleh indikator penuntun konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih berada dalam fase ekspansif (Grafik 2.3). Dorongan peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun 2010 ditopang oleh masih kuatnya daya beli masyarakat, peningkatan pembiayaan dari lembaga keuangan, penguatan nilai tukar rupiah, dan masih optimisnya keyakinan konsumen akan kondisi perekonomian. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan sebagian besar disumbang oleh konsumsi non makanan (Grafik 2.4). Konsumsi rumah tangga yang meningkat tercermin dari meningkatnya penjualan kendaraan bermotor (Grafik 2.5), dan penjualan eceran hingga November 2010 (Grafik 2.6). 11 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Investasi pada tahun 2010 diprakirakan menunjukkan kinerja yang terus membaik. Prakiraan tersebut terindikasi dari indikator penuntun investasi yang masih menunjukkan fase ekspansi. Membaiknya kinerja investasi juga didukung oleh meningkatnya realisasi PMA dan PMDN (Grafik 2.8), iklim investasi yang membaik, dan meningkatnya pembiayaan baik yang berasal dari dalam dan luar negeri serta dari lembaga keuangan maupun non keuangan. Sementara itu, investasi mesin diperkirakan masih terus menunjukkan peningkatan sebagaimana diindikasikan oleh impor mesin yang terus meningkat baik untuk telekomunikasi, transportasi, maupun kegiatan produksi (Grafik 2.9). Selain itu, peningkatan kegiatan investasi juga didukung oleh tren penurunan suku bunga kredit investasi riil yang memengaruhi kenaikan kredit investasi riil dan leasing riil sampai dengan November 2010 (Grafik 2.10). Rencana investasi perusahaan menurut Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia (SKDU-BI) diperkirakan masih tinggi pada semester II 2010. Menurut SKDU, sebagian besar investasi diperuntukkan untuk investasi baru dan penggantian dalam bentuk mesin dan bangunan. Survei Indeks Tendensi Bisnis BPS juga menunjukkan kondisi bisnis yang masih kondusif pada triwulan IV 2010 meski sedikit lebih pesimis jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di tengah penguatan rupiah, ekspor keseluruhan tahun 2010 masih mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipun melambat pada triwulan IV 2010. Kondisi itu didukung oleh pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang yang secara umum masih positif dan harga komoditas yang cenderung naik. Ekspor tahun 2010 diperkirakan akan mencatat pertumbuhan tertinggi dalam 10 tahun terakhir (kecuali tahun 2005), yaitu diperkirakan mencapai 13,4%. Peningkatan ekspor tahun 2010 terjadi baik pada komoditas migas maupun nonmigas. Peningkatan ekspor migas terutama pada gas, sementara peningkatan ekspor nonmigas terutama ditopang oleh komoditas berbasis sumber daya alam (SDA) seperti batubara, nikel, alumunium, tembakau, dan karet. Namun perkembangan ekspor pada triwulan IV 2010 mulai melambat. Perlambatan terjadi akibat menurunnya produksi minyak dan melambatnya harga komoditas industri dan pertanian. Impor pada tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan yang tinggi terkait respons terhadap kuatnya permintaan domestik dan eksternal. Perkembangan impor yang membaik tercermin dari indikator penuntun impor yang mengindikasikan impor masih berada pada fase ekspansif. Peningkatan impor terjadi baik di sektor migas maupun nonmigas. Faktor 12 % yoy % yoy 140 120 50 40 100 80 30 60 20 40 20 10 0 0 -20 Makanan & Tembakau Pakaian & Perlengkapannya -40 10 Perlengkapan rumah tangga INDEKS TOTAL (rhs) 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11* 2009 2010 Sumber : DSM Grafik 2.6 Indeks Penjualan Eceran Beberapa Kelompok Komoditas % yoy % yoy 800,0 700,0 600,0 500,0 400,0 300,0 200,0 100,0 0,0 -100,0 -200,0 30 25 20 15 10 5 0 -5 Konsumsi Listrik untuk Bisnis I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II III IV -10 -15 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 yoy Bangunan (rhs) M Manuf. of glass and glass products s/d Okt M Manuf. of non-metallic mineral products s/d Okt Konsumsi Semen s/d Nov (rhs) Grafik 2.7 PMTB √ Bangunan yoy,nom 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% yoy,nom 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% I II III IV 2007 PMTB I II III IV 2008 PMA I II III IV 2009 Total PMA dan PMDN Grafik 2.8 Realisasi PMA dan PMDN (BKPM) I II III -200% 2010 PMDN (rhs) Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 % yoy % yoy 2.000 500 400 1.500 300 200 1.000 100 500 0 0 -100 -200 500 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2008 2009 2010 71 - POWER GENERATING MACH. & EQP 75 - OFFICE MACH.& AUT.DATA PROC. 74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 78 - ROAD VEHICLES 73 - METALWORKING MACHINERY 77 - ELECTRICAL MACH., APPARATUS 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 76 - TELECOMMUNICATION & REP. APP 79 - OTHER TRANSPORT EQUIPMENT (rhs) Grafik 2.9 Perkembangan Impor Mesin %yoy %yoy 40 12 30 10 20 8 10 6 0 4 -10 2 -20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 2008 Kredit Investasi Riil 2009 Leasing Riil 0 2010 Suku Bunga KI Riil (rhs) Grafik 2.10 Suku Bunga Kredit Investasi Riil, Kredit Investasi Riil dan Leasing Riil pendukung kenaikan impor, selain kuatnya permintaan domestik dan eksternal, juga didukung oleh kuatnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan harga barang impor relatif lebih rendah. Namun demikian, seiring dengan melambatnya ekspor pada triwulan IV 2010, impor di triwulan IV 2010 juga mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meski kinerja investasi membaik dan permintaan domestik masih relatif kuat, melambatnya ekspor akan membawa dampak terhadap penurunan kinerja impor. Pertumbuhan impor riil pada awal triwulan IV 2010 sekitar 21% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 30% (yoy). Kinerja perekonomian dari sisi lapangan usaha pada tahun 2010 berpeluang tumbuh membaik. Pada sektor tradable, sektor industri diprakirakan tumbuh relatif stabil didorong oleh subsektor industri nonmigas yaitu subsektor makanan dan minuman, subsektor kimia, dan subsektor alat angkut. Pertumbuhan penjualan mobil dan motor, konsumsi listrik industri, serta kredit sektor industri masih menunjukkan perkembangan yang positif sampai dengan November 2010. Membaiknya kondisi ekonomi di dalam negeri serta pasar global menjadi faktor utama meningkatnya penjualan sektor industri. Sektor pertambangan juga diprakirakan akan tumbuh membaik sejalan dengan produksi minyak dan gas yang menunjukkan perbaikan sampai dengan November 2010. Sementara itu, sektor pertanian diprakirakan sedikit terkoreksi disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan produktivitas, menurunnya luas lahan pertanian, banjir, serta meningkatnya serangan hama. Pada sektor nontradable, sektor perdagangan, hotel, dan restoran diprakirakan masih tumbuh tinggi seiring dengan masih baiknya kegiatan domestik dan impor. Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga diprakirakan masih tumbuh tinggi. Hal tersebut terindikasi dari beberapa indikator yaitu pertumbuhan jumlah penumpang yang masih menunjukkan perbaikan hingga Oktober 2010 dan meningkatnya pertumbuhan layanan data. Sektor bangunan diprakirakan masih tumbuh membaik yang tercermin dari relatif stabilnya pertumbuhan penjualan semen. Pada sektor keuangan, pemberian kredit yang meningkat oleh bank dan lembaga keuangan non bank berpotensi untuk mendorong sektor ini tumbuh membaik. Sementara itu, kinerja sektor listrik, gas, dan air bersih diperkirakan juga tumbuh membaik seiring dengan mulai beroperasinya beberapa pembangkit program 10.000 MW tahap I pada triwulan IV 2010, dan adanya program penambahan pelanggan rumah tangga pada Oktober 2010. 13 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Inflasi %,yoy 24 Tekanan inflasi IHK mengalami akselerasi yang cukup besar di penghujung tahun 2010 sehingga melampaui rentang sasaran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pada akhir tahun 2010, inflasi IHK tercatat sebesar 0,92% (mtm) atau 6,96% (yoy). Tingginya tekanan inflasi tersebut diwarnai oleh dominasi tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok bahan pangan. Kenaikan harga beberapa komoditas bahan pangan akibat gangguan cuaca yang masih berkelanjutan menyebabkan laju inflasivolatile foods mencatat kenaikan yang tinggi. Selain faktor domestik, perkembangan harga komoditas pangan internasional juga turut memengaruhi harga komoditas di dalam negeri, khususnya komoditas minyak goreng yang mulai merambat naik pada triwulan akhir tahun 2010. Sementara itu, inflasi inti secara keseluruhan tahun masih cukup terkendali sejalan dengan penguatan nilai tukar, relatif terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat, dan sisi penawaran yang masih memadai dalam merespons kenaikan permintaan. Dari kelompok administered prices, pasca kenaikan tarif dasar listrik pada Juli 2010 tidak terdapat lagi kebijakan strategis pemerintah hingga akhir tahun 2010. Dengan realisasi tersebut, inflasi tahun 2010 berada di atas sasaran inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 5Ø1%. Laju inflasi volatile food menjelang akhir tahun menunjukkan kenaikan yang signifikan. Tingginya tekanan inflasi tersebut didorong oleh gejolak harga yang terjadi pada komoditas bawang merah, cabe merah, beras, dan minyak goreng akibat penurunan produksi dan tekanan kenaikan harga komoditas internasional. Kondisi cuaca yang tidak normal mengakibatkan menurunnya pasokan beberapa komoditas bumbu seperti cabe merah dan cabe rawit sehingga tidak dapat menahan lonjakan harga komoditas tersebut. Selain itu, kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia pada akhir tahun 2010 mendorong kenaikan harga minyak goreng domestik dan menjadi salah satu penyumbang inflasi tertinggi pada bulan laporan. Dengan perkembangan tersebut, inflasi kelompokvolatile food pada Desember 2010 mencapai 3,29% (mtm) atau 17,74% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,69% (mtm) atau 13,77% (yoy). Tekanan inflasi administered prices relatif rendah terkait minimalnya kebijakan penyesuaian harga yang dilakukan oleh Pemerintah. Di tengah gejolak harga bahan pangan yang terjadi, Pemerintah memutuskan untuk menunda penyesuaian harga beberapa komoditas strategis seperti Bahan 14 CPI Core Volatile Food Administered Prices 18 17,74 12 6,96 6 5.40 4,28 -1 -7 2007 2008 2009 2010 Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi %,qtq 8 7 Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi 6 5 4 3 2 1 0 -1 Tw-I Tw-III Tw-I Tw-III Tw-I Tw-III Tw-I Tw-III Tw-I Tw-III Tw-I Tw-III Tw-I Tw-III Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, qtq) Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 1800 500000 Emas Int'l 1600 450000 Emas domestik(rhs) 1400 400000 1200 350000 1000 300000 800 250000 I IVIII II I IVIII II I IVIII II I IVIII II I IVIII II I IVIII II I IVIII II I IVIII II I IVIII II I IVIII II I IVIII II I IVIII II V 600 200000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2008 2009 2010 Di sisi fundamental, inflasi inti masih cukup terkendali didukung oleh nilai tukar yang apresiatif. Selama bulan laporan, tekanan eksternal terhadap inflasi inti relatif tinggi sejalan dengan perkembangan harga komoditas di pasar internasional. Lebih lanjut, perkembangan positif pada inflasi inti ditopang oleh terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat dan masih baiknya respons sisi penawaran terhadap kenaikan permintaan. Dengan perkembangan tersebut, inflasi inti mencapai 0,38% (mtm) atau 4,28% (yoy), relatif sama dengan bulan sebelumnya yaitu sebesar 0,30% (mtm) atau 4,31% (yoy). Grafik 2.13. Perkembangan Harga Emas Domestik & Internasional Rp/USD 12500 Kurs Harian 12000 11581 Rata-rata Bulanan 11500 Rata-rata Triwulanan 10913 11000 10527 10500 Nilai Tukar Rupiah 9973 10000 9459 9500 9259 9254 8.998 9221 9000 8500 Bakar Minyak (BBM) dan gas elpiji. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi terbesar pada triwulan laporan adalah kelompok rokok. Sementara komoditas energi yang tercakup dalam bahan bakar rumah tangga (gas elpiji dan minyak tanah) tidak signifikan memberikan sumbangan inflasi sejalan dengan tidak adanya kendala dalam program konversi energi yang tengah berlangsung. Dengan perkembangan tersebut, inflasi administered prices pada Desember 2010 mencapai 0,18% (mtm) atau 5,40% (yoy). 9.110 8.966 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov 2008 2009 2010 Grafik 2.14. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah % IDR/USD 12 12400 Vol harian 10 8 Rata2 Volatilitas 11900 Kurs Harian (Rp/USD)-rhs 11400 10900 6 Pergerakan rupiah selama Desember 2010 relatif stabil dengan kecenderungan melemah. Sentimen negatif terkait krisis fiskal di Irlandia sempat menimbulkan tekanan terhadap rupiah meski selanjutnya mereda. Selain itu, rupiah juga terkoreksi akibat meningkatnya permintaan valas di akhir tahun. Rata-rata nilai tukar rupiah selama Desember 2010 tercatat sebesar Rp9.024 per dolar AS atau melemah 0,9% (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Grafik 2.14). Pada akhir bulan, rupiah ditutup pada level Rp9.010 per dolar AS atau menguat 0,3% (ptp) dari level penutupan bulan sebelumnya. Dengan demikian, selama tahun 2010 rupiah secara rata-rata mencapai Rp9.081 per dolar AS atau terapresiasi sebesar 3,8% dibandingkan dengan akhir tahun 2009. Adapun pergerakan nilai tukar rupiah selama Desember 2010 menurun menjadi 0,16% dari 0,26% pada bulan sebelumnya (Grafik 2.15). 10400 4 9900 2 9400 Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des 2008 2009 2010 Grafik 2.15. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah 8900 Dari sisi eksternal, meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi fiskal di negara-negara kawasan Eropa sempat menyebabkan tertahannya aliran modal ke kawasan emerging markets. Krisis fiskal yang terjadi di Irlandia pada penghujung tahun 2010 mengakibatkan sentimen negatif yang menekan kinerja pasar keuangan global pada akhir November hingga awal 15 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Desember 2010. Namun, sentimen negatif tersebut mereda setelah rilis data ekonomi global menunjukkan perbaikan. Bursa saham global kembali bergerak menguat dan mayoritas mata uang global kembali bergerak menguat terhadap dolar AS di akhir periode laporan. Selain permasalahan fiskal di Eropa, permasalahan geopolitik di semenanjung Korea dan kuatnya sinyal pengetatan kebijakan moneter di China juga turut menyebabkan tertahannya aliran dana asing ke kawasan emerging markets Asia. Dari sisi domestik, masih kokohnya fundamental ekonomi domestik mampu menopang stabilitas pergerakan rupiah. Ekspansi ekonomi domestik dan kinerja positif neraca pembayaran mampu menjadi tambahan kekuatan (cushion) nilai tukar terhadap tekanan dari sektor eksternal. Selain itu, meningkatnya cadangan devisa mampu menjaga perspektif positif investor terhadap kemampuan pembiayaan eksternal Indonesia. Indikator risiko investasi di Indonesia masih relatif stabil meski sempat mengalami kenaikan akibat dampak sentimen negatif kondisi fiskal Eropa. Indikator Credit Default Swap (CDS) Indonesia bergerak di kisaran 132bps, membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di kisaran 137bps. Searah dengan pergerakan CDS, indikator risiko lainnya yaitu yield spread antara Government Bond Indonesia dan US T-Note juga mengalami penurunan. Sementara itu, premi swap, yang merupakanƒ salah satu indikator ekspektasi arah pergerakan rupiah, tetap bergerak stabil untuk semua tenor (1, 3, 6 dan 12 bulan). Tingginya imbal hasil investasi rupiah masih menjadi daya tarik masuknya modal asing. Indikator imbal hasil rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP √ Uncovered Interest Parity) tetap berada dalam level tinggi di kawasan regional Asia. Jika memperhitungkan premi risiko yang semakin membaik, maka daya tarik investasi dalam rupiah semakin tinggi. Hal itu tercermin dari tren indikator CIP (Covered Interest Parity) yang terus meningkat selama tahun 2010. Derasnya aliran masuk modal asing ke Indonesia serta membaiknya persepsi risiko Indonesia mengakibatkan meningkatnya posisi cadangan devisa Indonesia. Cadangan devisa hingga akhir Desember 2010 mencapai 96,2 miliar dolar AS atau setara dengan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah. EUR 2,51 -3,38 -0,19 MYR PHP -0,84 IDR -0,91 3,48 1,22 Rata-rata Point-to-point 0,27 -0,75 THB 0,77 -0,58 SGD 3,12 -1,31 KRW 3,71 -0,96 JPY -4,00 -2,00 3,06 0,00 2,00 6,00 Grafik 2.16. Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Asia Desember vs November 2010 % Risk Worsen Risk Worsen bps 8,5 850 Yield Spread CDS Ind (RHS) 7,0 700 EMBIG Spread (RHS) 5,5 550 4,0 400 2,5 250 1,0 100 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov 2010 2009 Sumber: Bloomberg Grafik 2.17. Indikator Persepsi Risiko Indonesia % 24 19 Premi 1 M Premi 3 M Premi 6 M Premi 12 M 14 9 4 Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des 2008 2009 Sumber: Reuters (diolah) Grafik 2.18. Premi Swap Berbagai Tenor 16 4,00 % 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Kebijakan Moneter % 11,0 Indonesia 9,0 Suku Bunga 7,0 Filipina 5,0 Suku bunga PUAB selama Desember 2010 terus menurun mendekati floor rate disebabkan oleh likuiditas jangka pendek perbankan yang melimpah. Sepanjang Desember 2010 rata-rata suku bunga PUAB O/N mencapai 5,57%, lebih rendah dari rata-rata bulan sebelumnya sebesar 5,60%. Persepsi risiko di PUAB O/N relatif terjaga sebagaimana terindikasi dari rata-rata spread suku bunga tertinggi dan terendah yang menurun pada Desember menjadi 12bps. Secara keseluruhan tahun, rata-rata spread suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah di tahun 2010 menurun menjadi 24bps dari rata-rata tahun sebelumnya sebesar 43bps. Suku bunga PUAB O/N yang terus menurun juga diiringi dengan penurunan suku bunga PUAB bertenor lebih panjang. Rata-rata suku bunga PUAB bertenor lebih panjang dari O/N selama tahun 2010 berada pada kisaran 6,10% √ 6,55%. Korea 3,0 1,0 -1,0 Malaysia -3,0 Jan Mei Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Grafik 2.19. UIP ( Uncovered Interest Parity) Di sisi suku bunga perbankan, suku bunga deposito dan suku bunga kredit mengalami penurunan. Sampai dengan November 2010, rata-rata suku bunga deposito 1 bulan menurun sebesar 3bps dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 6.78% (Tabel 2.1). Apabila dibandingkan dengan akhir tahun 2009, suku bunga deposito mengalami penurunan sebesar 9bps dari 6.87% menjadi 6,78%. Sementara itu, suku bunga kredit mengalami penurunan di bulan November 2010. Suku bunga KMK, Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) pada November 2010 masing-masing tercatat sebesar 12,96%, 12,35% dan 14,53%. Tabel 2.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Suku Bunga (%) 2009 Nov 2010 Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov BI Rate 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 Dep 1 bulan (Weighted Average) 7,16 6,87 7,09 6,93 6,77 6,89 6,76 6,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 Base Lending Rate 12,94 12,83 12,65 12,66 12,58 12,62 12,58 12,50 12,39 12,38 12,21 12,07 11,98 Kredit Modal Kerja (KMK) 13,96 13,69 13,75 13,68 13,54 13,42 13,26 13,17 13,21 13,19 13,00 13,01 12,96 Kredit Investasi (KI) 13,03 12,96 13,24 13,21 12,72 12,62 12,59 12,70 12,60 12,40 12,41 12,38 12,35 Kredit Konsumsi (KK) 16,47 16,42 16,32 16,36 15,42 15,34 15,23 14,99 14,92 14,83 14,75 14,65 14,53 17 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Dibandingkan dengan akhir tahun 2009, secara keseluruhan tahun suku bunga untuk seluruh jenis kredit mengalami penurunan. % 20 18 Berdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito 1 bulan terbesar sampai dengan November 2010 terjadi pada kelompok bank swasta nasional sebesar 19bps. Sementara itu, kelompok bank asing dan campuran justru meningkatkan suku bunga deposito 1 bulannya sebesar 71bps. Untuk suku bunga kredit, selama tahun 2010 kelompok bank asing dan campuran merupakan kelompok bank yang paling agresif dalam menurunkan suku bunga KMK dan suku bunga KK masing-masing sebesar 147bps dan 405bps. Kelompok yang tercatat paling agresif dalam menurunkan suku bunga KI (167bps) adalah kelompok bank persero. BI Rate Deposito 1 bulan Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Modal Kerja 16 14 12 10 8 6 1 3 5 7 9 11 1 2008 3 5 7 9 11 1 2009 3 5 7 9 11 2010 Grafik 2.20. Perkembangan Berbagai Suku Bunga Dana, Kredit, dan Uang Beredar Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) terus meningkat. Pada November 2010, pertumbuhan DPK mencapai 16,6% (yoy) (Grafik 2.21). Posisi DPK pada November 2010 mencapai Rp2.212,2 triliun atau meningkat sebesar Rp38,3 triliun dari bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,7% (yoy). Dengan demikian, pertambahan DPK sejak akhir tahun lalu hingga November 2010 telah mencapai Rp239,2 triliun atau tumbuh 12,1%. Dilihat berdasarkan komponennya, meningkatnya pertumbuhan DPK terutama didukung oleh pertumbuhan deposito dan tabungan masingmasing sebesar 16,9% dan 21,6% (yoy). Kedua komponen tersebut menyumbang 76,9% dari total DPK. Sementara komponen DPK lainnya yaitu giro, tumbuh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan deposito dan tabungan pada level 10,2% (yoy) walaupun dengan tren yang meningkat dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya (8,3%, yoy). Pertumbuhan kredit yang ekspansif masih berlanjut. Sampai dengan November 2010, pertumbuhan kredit (termasuk channeling) mencapai 21,3% (yoy), meningkat dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya sebesar 8,7% (yoy) sejalan dengan penurunan suku bunga kredit di tahun 2010. Dengan perkembangan tersebut, penyaluran kredit selama tahun 2010 telah bertambah sebesar Rp265,3 triliun (18,0%, ytd) mencapai level Rp1.736,1 triliun. Sampai dengan akhir tahun 2010, kredit diperkirakan dapat mencapai sekitar 23%(yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, KMK masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit. Sampai dengan November 2010, sebagian besar pertambahan kredit berasal dari kredit jenis KMK (Rp150,1 triliun) dengan 18 % % 40 10 35 9 30 8 25 21,3 7 20 6 15 16,6 5 10 5 0 4 Kredit BI Rate DPK Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov 2008 2009 3 2010 Grafik 2.21. Pertumbuhan Kredit, DPK, dan BI Rate % yoy 60 KMK 50 KI KK 40 30 24,8 20 22,5 15,0 10 0 -10 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Grafik 2.22. Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 pertumbuhan yang mencapai 24,8% (yoy), meningkat dibandingkan akhir tahun sebelumnya sebesar 2,7% (yoy).ƒHal tersebut mencerminkan semakin besarnya kontribusi KMK dalam pertumbuhan total kredit sehingga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Grafik 2.22). Sementara itu, kredit jenis KI meningkat sebesar Rp32,1 triliun dengan pertumbuhan sebesar 15,0% (yoy) sedikit menurun dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya (16,4%, yoy). Kredit jenis KK meningkat sebesar Rp86,2 triliun atau 22,5% (yoy) dengan tren menurun sejak awal tahun. % yoy 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 -5 -10 M0 (GWM 5%) Currency M0 28,8 17,3 14,1 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt 2006 2007 2008 2009 2010 Grafik 2.23. Pertumbuhan Base Money dan Currency %yoy 28 24 20 16,9 16 12 14,7 8 4 M1 M2 0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11123 5 7 9 11 2005 2006 2007 2008 Grafik 2.24. Pertumbuhan Uang Beredar 2009 Secara sektoral, pertumbuhan kredit masih ditopang oleh sektor lainnya. Pada November 2010, pertumbuhan sektor lainnya1 tercatat sebesar 35,5% (yoy). Dengan pangsa sebesar 34,1% dari total kredit, sektor tersebut masih menjadi penopang pertumbuhan total kredit meskipun telah menunjukkan kecenderungan melambat sejalan dengan perkembangan KK. Penyaluran kredit ke sektor strategis lainnya seperti sektor industri pengolahan, sektor jasa dunia usaha, dan sektor jasa sosial semakin akseleratif. Sektor-sektor tersebut diharapkan dapat mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan valuta, pertumbuhan kredit valas menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sampai dengan November 2010, pertumbuhan kredit valas mencapai 31,3% (yoy), meningkat dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya yang tumbuh negatif 17,4% (yoy). Namun demikian, akselerasi pertumbuhan kredit valas tersebut berdampak relatif minimal terhadap pertumbuhan kredit mengingat porsi kredit valas yang hanya 15% dari total kredit. Sementara itu, kredit rupiah tumbuh sebesar 20,6% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 16,5% (yoy). Pertumbuhan base money dan uang kartal meningkat.. Pada Desember 2010, pertumbuhan base money mencapai 28,9% (yoy), meningkat secara signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 11,8% (yoy) (Grafik 2.23). Pada akhir tahun 2010 pertumbuhan uang kartal juga meningkat menjadi 18,3% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 14,2% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan base money maupun uang kartal merupakan indikasi dari membaiknya perekonomian, terutama dari sisi konsumsi rumah tangga. 2010 1 Mencakup kredit perumahan, kendaraan, dan alat-alat rumah tangga. Pertumbuhan kredit lain-lain tersebut mencerminkan dominannya peranan kredit konsumsi. 19 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Pertumbuhan M1 dan M2 relatif stabil. Pada November 2010, pertumbuhan likuiditas perekonomian khususnya M1 relatif stabil pada tingkatn14,7% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya (14,0%, yoy). Sementara itu, pertumbuhan M2 terus berlanjut pada November 2010 yang meningkat menjadi 16,9% (yoy). Pertumbuhan M2 yang disebabkan oleh bertambahnya uang kuasi tersebut tidak jauh berbeda dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 17,1% (yoy). Pasar Saham Peningkatan IHSG pada tahun 2010 menjadikan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai bursa dengan pertumbuhan harga tertinggi di antara negara kawasan. IHSG terus menunjukan tren penguatan sampai dengan akhir Desember 2010 sehingga ditutup pada level 3703,5. Perkembangan beberapa indikator penting dari sisi makro ekonomi maupun mikro emiten seperti nilai tukar yang relatif stabil, prospek pertumbuhan ekonomi, inflasi yang cenderung rendah, pertumbuhan laba emiten yang cukup tinggi serta ekspektasi pencapaian investment grade dalam waktu yang lebih cepat semakin menambah kepercayaan investor asing untuk menempatkan dananya di pasar saham. Dalam perjalanannya di tahun 2010, IHSG sempat beberapa kali mengalami tekanan, di antaranya berkaitan dengan sentimen krisis Yunani pada triwulan II 2010. Meskipun demikian, perkembangan satu bulan terakhir menunjukan pergerakan IHSG yang cukup bergejolak meskipun masih mencatat penguatan yang cukup besar. Volatilitas tersebut dilatarbelakangi oleh kenaikan harga komoditas global di tengah kekhawatiran pengetatan moneter di China, krisis Irlandia serta eskalasi konflik Korea terus meningkat. Meski volatilitas IHSG pada Desember 2010 tergolong tinggi, indeks masih mampu membukukan penguatan sebesar 4,9% secara bulanan atau 46,1% (ytd). Perjalanan tahun 2010 juga ditandai oleh pencapaian level all time high di level√3786,1 pada 12 Desember 2010. Secara sektoral, kenaikan IHSG selama tahun 2010 lebih didukung oleh konsumsi.≈Hal tersebut mencerminkan sektor perdagangan dan barang konsumsi.≈ meningkatnya kinerja perekonomian yang ditopang oleh pertumbuhan di sektor perdagangan dan konsumsi rumah tangga yang masih tinggi. Pesatnya pertumbuhan kedua sektor tersebut menggeser sektor pertambangan sebagai sektor dengan pertumbuhan tertinggi di tahun 2009. 20 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 % 100 80 60 40 20 0 -20 Indonesia Thailand (STI) Philippines Kuala Lumpur India England (FTSE) US (Dow Jones) EM Asia Strait Times World Hong Kong (Hang Seng) Japan (Nikkei) Vietnam Shanghai (SHCOMP) Indonesia (IHSG) India Shanghai (SHCOMP) Strait Times EM Asia Thailand (STI) Philippines Vietnam Hong Kong (Hang Seng) Kuala Lumpur World England (FTSE) Japan (Nikkei) US (Dow Jones) -40 2009 2010 Grafik 2.25. IHSG dan Indeks Regional IHSG (Rp, T per Hari) 4.000 8,0 Nilai Perdagangan(Rata-rata)-RHS 3.500 7,0 IHSG 3.000 6,0 2.500 5,0 2.000 4,0 1.500 3,0 1.000 2,0 500 1,0 - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2008 2009 2010 Grafik 2.26. Nilai dan Volume Perdagangan IHSG Kondisi mikro emiten memiliki prospek keuangan yang relatif baik di kawasan.. Laporan emiten triwulan III 2010 menunjukan antara negara kawasan profit emiten yang masih cukup terjaga dengan ekspektasi yang positif untuk laporan keuangan tahun 2010. Dari sisi negara kawasan, return on equity Indonesia tercatat masih yang terbesar. Cukup kondusifnya kondisi mikro emiten juga dicerminkan oleh aksi pembagian dividen oleh beberapa emiten yang merupakan sinyal bahwa kondisi solvabilitas emiten masih cukup kokoh sehingga mampu membagikan dividen. Pelaku pasar juga cukup optimis terhadap pertumbuhan laba emiten ke depan sejalan dengan rencana pihak korporasi untuk melakukan belanja modal. Meskipun demikian, kenaikan harga minyak yang cukup tinggi selama Desember 2010 menimbulkan kerentanan tersendiri bagi kondisi mikro emiten. Implikasi kenaikan harga minyak dunia tersebut berpotensi mendorong biaya produksi dan mengurangi capaian laba emiten. Faktor makro dan mikro yang kondusif serta lingkungan global yang masih diwarnai oleh ekses likuiditas mendorong aliran modal asing ke pasar saham. Pihak asing yang sempat membukukan jual neto sebesar Rp 2,5 triliun pada Oktober dan November 2010, kembali masuk dalam jumlah yang relatif sama pada Desember 2010. Pada tahun 2010 tercatat beli neto asing sebesar Rp19,2 triliun atau naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp13,9 triliun. Aktivitas tersebut turut mendorong perkembangan likuiditas di pasar saham. Volume perdagangan selama tahun 2010 tercatat sebesar Rp4,9 triliun per hari atau naik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp3,9 triliun per hari (Grafik 2.26). Pasar Surat Berharga Negara (SBN) 20 18 Yield SUN 10 Tahun 16 BI Rate 14 12 10 8 6 4 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov 2008 2009 Grafik 2.27. Yield SBN dan BI Rate 2010 Kinerja SBN menunjukkan kinerja terbaik di negara kawasan. Hal ini tercermin dari penurunan yield terbesar di negara kawasan. Penurunan yield tersebut menunjukkan SBN masih sangat diminati bagi investor asing karena memiliki yield yang cukup menarik dengan didukung kondisi fundamental perekonomian domestik yang cukup kuat serta kondisi fiskal yang sehat. Dengan perkembangan tersebut, yield jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 175bps, 217bps, dan 153bps sehingga secara umum yield turun 189bps dan ditutup pada level 7,39%. 21 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Faktor eksternal yang mendukung serta fundamental perekonomian SBN. Secara domestik yang cukup kuat memperkuat minat asing terhadap SBN umum, yield SBN Indonesia yang relatif menarik bila dibandingkan dengan negara kawasan, seperti Thailand, Malaysia dan Philipina. Hal tersebut menyebabkan posisi asing di SBN meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dalam perkembangannya, terdapat indikasi switching antar tenor yang dilakukan oleh pelaku pasar dari jangka panjang ke jangka menengah. Sementara itu, relatif meredanya faktor risiko eksternal pada Desember 2010 dan harga SBN yang tergolong murah dimanfaatkan oleh investor untuk kembali melakukan pembelian dan mencatat posisi beli neto. % (Rp, T per Hari) 10,0 18 16 Volume Perdagangan (rata-rata) - RHS 14 Yield(rata-rata) 9,0 8,0 7,0 6,0 12 5,0 10 4,0 8 3,0 2,0 6 1,0 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2008 2009 - 2010 Grafik 2.28. Yield SBN dan Volume Perdagangan SBN Pasar Reksadana Kinerja positif underlying asset yang terus meningkat dan tren penurunan suku bunga deposito mendorong peningkatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana. Peningkatan kinerja reksadana sejalan dengan kenaikan harga aset keuangan seperti saham, SBN, dan obligasi korporasi. Selain itu, penurunan suku bunga deposito menjadikan reksadana sebagai alternatif investasi yang cukup menjanjikan, khususnya bagi kalangan pemodal ritel. Hal ini sejalan dengan kenaikan NAB reksadana pasar uang, pendapatan tetap dan terproteksi yang naik paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 41,5%, 31,4% dan 21,7%. Pada produk reksadana berbasis saham seperti Tabel 2.2 Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per Produk) Pertumbuhan Bulanan Saham Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2010 (yoy) Sumber: BAPEPAM (diolah) 22 -3% 2% 1% 5% -2% -4% -2% -1% 9% 6% 2% 9% 23% Pasar Uang 17% 4% 10% 10% -3% -1% 2% 1% 1% -2% -2% 1% 42% Campuran -11% 1% 6% 4% 1% -2% -2% 1% 8% 3% 5% 0% 13% Pendapatan Terproteksi Indeks Tetap -10% 0% 2% 11% 0% 11% -1% 7% 6% 10% -4% -3% 31% -1% 0% -4% 7% 1% 3% 0% 6% 4% 1% 3% -1% 22% -1% -34% 4% 5% -6% -5% -4% 11% 14% 9% 3% -31% -39% ETFSaham -20% -3% 9% 6% -5% 5% 5% -2% 10% -11% -21% 0% -29% ETFPendapatan Tetap 2% -40% 4% 3% -1% 3% 2% 1% 2% 3% -15% 0% -38% Syariah 1% 1% -3% 5% -6% 4% 1% -3% 3% -2% -1% 17% 15% Total -4% 1% 1% 7% 0% 1% -1% 3% 6% 4% 1% 2% 23% Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 reksadana saham, reksadana indeks, reksadana campuran dan reksadana Exchange Traded Fund (ETF) saham, kinerjanya masih lebih rendah dari IHSG yang tumbuh sebesar 46,1% secara year to date. Sementara untuk produk reksadana berbasis surat utang, seperti pendapatan tetap, pasar uang dan terproteksi, kinerjanya di atas benchmark kenaikan harga IDMAΔBond Index yang tumbuh sebesar 12,2% secara year to date. Kondisi Perbankan Kinerja perbankan cukup positif positif. Pada November 2010, rasio permodalan (CAR) perbankan cukup tinggi, mencapai 16,3% relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Indikator-indikator utama lainnya seperti rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan √ NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Return On Asset (ROA) menunjukkan perkembangan yang baik. NPL pada November 2010 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dari 3,6% menjadi sebesar 3,4%, sedangkan Return On Asset (ROA) dan«Net Interest Margin (NIM) relatif stabil sebesar 2,8% dan 0,5% (Tabel 2.3). Tabel 2.3 Kondisi Umum Perbankan 2009 Indikator Utama Nov 2 0 10 Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Total Aset (T Rp) 2.439,7 2.534,1 2.501,8 2.517,0 2.563,7 2.576,3 2.604,4 2.678,3 2.683,5 2.700,2 2.758,1 2,769,4 2.856,3 DPK (T Rp) 1.897,0 1.973,0 1.948,6 1.931,6 1.982,2 1.980,5 2.013,2 2.096,0 2.082,6 2.092,8 2.144,1 2,173,9 2.212,2 Kredit (T Rp) 1.430,9 1.470,8 1.435,7 1.459,7 1.485,9 1.516,0 1.561,2 1.615,8 1.627,4 1.670,6 1.689,1 1,705,8 1.736,1 LDR (%) 75,4 74,5 73,7 75,6 75,0 76,5 77,5 77,1 78,1 79,8 78,8 78,5 NPLs Gross* (%) 4,4 3,8 3,9 4,0 3,8 3,5 3,6 3,3 3,4 3,4 3,3 3,6 78,5 3,4 NPLs Net * (%) 1,4 0,9 1,1 1,0 1,0 0,9 1,0 0,8 0,9 0,7 0,7 0,9 1,0 CAR (%) 17,0 17,4 19,2 19,3 19,1 19,2 17,8 17,4 16,5 16,2 16,4 16,4 16,3 NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 ROA (%) 2,6 2,6 3,1 2,9 3,0 2,9 2,9 2,9 2,9 2,8 2,8 2,9 2,8 * dengan channeling 23 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Prospek Ekonomi Tahun 2011 Pertumbuhan ekonomi di tahun 2011 diperkirakan akan meningkat dengan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga dan sumber berimbang. Pada tahun 2011, pertumbuhan pertumbuhan yang semakin berimbang ekonomi diprakirakan tumbuh mencapai 6,0%-6,5% didorong oleh tetap kuatnya permintaan domestik dan kondisi eksternal, serta peran investasi yang semakin meningkat. Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih tumbuh tinggi didukung oleh daya beli yang memadai dan tetap terjaganya keyakinan konsumen. Kinerja investasi akan terus membaik didorong oleh iklim investasi yang lebih kondusif, ekspektasi perbaikan ekonomi ke depan, serta potensi pencapaian investment grade. Sementara itu, ekspor diprakirakan tumbuh tinggi dengan kuatnya permintaan dari negara mitra dagang khususnya untuk komoditas berbasis sumber daya alam. Masih kuatnya permintaan, baik yang berasal dari domestik maupun eksternal, diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan impor yang masih relatif tinggi di 2011. Di sisi harga, Bank Indonesia memprakirakan inflasi pada tahun 2011 dapat diarahkan pada kisaran sasarannya, yaitu 5%Ø1%. Meskipun demikian, perlu tetap diwaspadai beberapa faktor risiko terhadap pencapaian sasaran inflasi tersebut maupun prospek makroekonomi ke depan, seperti masih tingginya ketidakpastian pemulihan ekonomi global, kenaikan harga komoditas internasional, dan derasnya aliran modal asing masuk serta kebijakan penyesuaian harga dari Pemerintah«Dalam menghadapi kondisi tersebut, Bank Indonesia akan terus memperkuat penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial. Selain itu, diperlukan juga berbagai upaya peningkatan efektivitas produksi, distribusi dan ketersediaan bahan pokok di tingkat nasional dan daerah. Untuk itu koordinasi yang baik dengan Pemerintah perlu ditingkatkan melalui Tim Pengendalian Inflasi di tingkat pusat (TPI) maupun daerah (TPID). Hal ini terutama diperlukan untuk memperkuat respons sisi suplai di tengah kecenderungan meningkatnya aktivitas ekonomi ke depan sehingga tidak menimbulkan tekanan inflasi. Berbagai upaya dan langkah tersebut di atas diyakini akan membawa inflasi tahun 2011 pada sasarannya. 24 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 5 Januari 2011 6,5%. Namun memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5% demikian, Dewan Gubernur mewaspadai tekanan inflasi yang cenderung meningkat ke depan, seiring dengan gangguan pasokan bahan-bahan kebutuhan pokok (volatile foods) dan kemungkinan penyesuaian hargaharga yang ditetapkan Pemerintah (administered prices). Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia berpandangan bahwa kenaikan ekspektasi inflasi akan dapat diminimalisir apabila dilakukan peningkatan efektivitas produksi, distribusi, dan ketersediaan bahan pokok di tingkat nasional dan daerah. Ke depan, Dewan Gubernur meyakini prospek ekonomi Indonesia kuat. Pertumbuhan PDB pada tahun 2011 diprakirakan akan tetap kuat diprakirakan tumbuh lebih tinggi sebesar 6,0% - 6,5% terutama didorong oleh permintaan domestik khususnya investasi yang mengalami akselerasi. Akan tetapi, Dewan Gubernur memandang bahwa peningkatan kegiatan ekonomi tersebut akan disertai dengan tekanan inflasi yang meningkat meningkat. Tekanan inflasi dapat berasal dari gangguan pasokan bahan-bahan kebutuhan pokok (volatile foods) dan kemungkinan penyesuaian hargaharga yang ditetapkan Pemerintah (administered prices), di samping kenaikan permintaan dan harga komoditas internasional. Sementara itu, risiko lainnya yang perlu mendapat perhatian yaitu masih tingginya aliran modal masuk di tengah ekses likuiditas yang masih cukup besar. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh tahun lalu dengan mengoptimalkan semua instrumen secara seimbang dan terukur. Terkait dengan hal ini, berbagai kebijakan yang telah ditempuh selama ini baik dalam pengendalian likuiditas maupun dalam pengelolaan capital inflows akan terus dievaluasi dan, apabila diperlukan, disesuaikan guna mendukung efektivitas kebijakan moneter. Langkah-langkah di atas perlu didukung oleh peningkatan koordinasi Pemerintah. Hal ini terutama diperlukan untuk kebijakan dengan Pemerintah memperkuat respons sisi suplai di tengah kecenderungan meningkatnya aktivitas ekonomi ke depan sehingga tidak menimbulkan tekanan inflasi. Dalam konteks ini, kerjasama dengan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi di tingkat pusat (TPI) maupun daerah (TPID) perlu terus 25 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 diperkuat dengan mempertajam program-program untuk meningkatkan sisi pasokan dan perbaikan distribusi pada khususnya. Bank Indonesia berharap dan percaya bahwa Pemerintah akan menangani hal ini dengan sebaik-baiknya. Berbagai upaya dan langkah tersebut di atas diyakini akan membawa inflasi pada sasarannya yaitu 5%Ø1% pada tahun 2011 dan 4,5%Ø1% pada tahun 2012. 26 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 BOKS: PAKET KEBIJAKAN DESEMBER 2010 Dengan mencermati perkembangan perekonomian global dan domestik, serta menimbang prospek dan tantangan perekonomian ke depan, Bank Indonesia menetapkan serangkaian kebijakan lanjutan di bidang moneter dan perbankan. Tujuan dari paket kebijakan tersebut adalah untuk memperkuat stabilitas moneter dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan pada saat bersamaan memperkuat ketahanan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya gejolak perekonomian. Prioritas kebijakan yang dikeluarkan meliputi 5 (lima) aspek penting, yaitu: (i) kebijakan penguatan stabilitas moneter; (ii) kebijakan mendorong peran intermediasi perbankan; (iii) kebijakan meningkatkan ketahanan perbankan; (iv) penguatan kebijakan makroprudensial; dan (v) penguatan fungsi pengawasan. Uraian dari paket kebijakan yang dikeluarkan pada 31 Desember 2010 tersebut adalah sebagai berikut: A. Kebijakan penguatan stabilitas moneter, 1) Penerapan kembali batasan posisi Saldo Harian Pinjaman Luar Negeri (PLN) Bank Jangka Pende 2) Pencabutan Ketentuan Penyediaan Pasokan Valuta Asing bagi Perusahaan Domestik B. Kebijakan mendorong peran intermediasi perbankan, 3) Penerapan standar operasi administrasi sekuritisasi kredit pemilikan rumah 4) Pemberlakuan kewajiban mengumumkan suku bunga dasar kredit secara luas ke masyarakat 5) Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) bagi Bank Umum yang lebih rendah untuk Kredit Ritel, Usaha Mikro dan Usaha Kecil 6) Perizinan, Pengaturan dan Pengawasan Biro Kredit Swasta 27 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 7) Program Bank Pembangunan Daerah sebagai motor pertumbuhan ekonomi daerah (BPD Regional Champion) 8) Program Perluasan Akses Kepada Lembaga Keuangan (Financial Inclusion) C. Kebijakan meningkatkan ketahanan perbankan, 9) Penyempurnaan ketentuan Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) 10) Peningkatan Fungsi Kepatuhan Bank Umum 11) Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Bank Umum untuk Risiko Kredit dengan menggunakan Pendekatan Standar 12) Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Aktivitas Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi (Bancassurance) 13) Pengaturan Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah serta Kualitas Aktiva Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 14) Penyempurnaan Pengaturan Restrukturisasi Pembiayaan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 15) Penyempurnaan Batas Maksimum Pembiayaan Dana (BMPD) BPR Syariah 16) Perubahan Ijin Usaha Bank Umum menjadi Ijin Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 17) Upaya mendorong terwujudnya BPR yang berdaya saing tinggi dan menerapkan good corporate governance D. Penguatan kebijakan makroprudensial, 18) Penyempurnaan Ketentuan dan Penggunaan Informasi Rencana Bisnis Bank 19) Menaikkan Rasio GWM Valas 20) Mengembalikan Peraturan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) kepada kondisi normal 28 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 E. Penguatan fungsi pengawasan perbankan 21) Penyempurnaan Sistem Pengawasan Bank berdasarkan risiko 22) Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank (Exit Policy) 23) Penyempurnaan penilaian Tingkat Kesehatan Bank berdasarkan risiko Selain berbagai kebijakan untuk memperkuat stabilitas moneter dan sistem keuangan yang terangkum dalam 5 aspek di atas, Bank Indonesia juga memberikan perhatian khusus bagi beberapa daerah yang mengalami bencana dalam bentuk Pemberian Perlakuan Khusus bagi Kredit di Daerah Bencana. Kebijakan ini diharapkan dapat mendukung pemulihan kondisi perekonomian di daerah daerah yang terkena bencana, yakni letusan gunung Merapi, bencana banjir bandang di Wasior, dan bencana tsunami di kepulauan Mentawai. Kebijakan tersebut telah diberlakukan atas dasar Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 8 Desember 2010. 29 Tinjauan Kebijakan Moneter - Januari 2011 Indikator Terkini SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 1 bln 1) Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) 2010 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 6,45 6,60 7,09 7,31 6,45 2.611 6,41 6,59 6,93 7,08 6,40 2.549 6,27 6,56 6,77 6,99 6,38 2.777 6,20 6,50 6,89 6,98 6,30 2.971 6,30 6,58 6,76 6,95 6,30 2.797 6,26 6,60 6,79 6,95 6,34 2.914 6,63 6,79 6,95 6,32 3.069 6,63 6,75 6,96 6,33 3.082 6,64 6,72 6,69 6,30 3.501 6,37 6,81 6,99 6,16 3.635 3.531 3.704 BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah 384.176 496.527 211.811 284.716 1.942.999 1.446.473 1.317.461 736.999 580.462 129.011 1.813.988 380.145 490.084 211.708 278.376 1.936.273 1.446.189 1.317.102 744.823 572.280 129.086 1.807.186 374.406 494.461 205.083 289.378 1.972.683 1.478.222 1.347.094 772.718 574.376 131.128 1.841.555 385.431 494.718 211.390 283.327 1.981.457 1.486.739 1.359.591 780.475 579.116 127.148 1.854.309 391.848 514.005 214.695 299.310 2.011.683 1.497.677 1.373.918 789.142 584.776 123.759 1.887.923 401.435 545.405 222.828 322.577 2.082.394 1.536.988 1.412.917 808.099 604.818 124.072 1.958.322 408.967 539.735 228.228 311.507 2.070.246 1.530.511 1.402.699 792.881 609.818 127.812 1.942.434 426.867 555.495 241.166 314.328 2.097.385 1.541.891 1.410.754 789.119 621.635 131.137 1.966.248 423.809 549.490 229.832 319.657 2.129.985 1.580.495 1.448.446 808.463 639.983 132.050 1.997.935 418.884 555.931 236.104 319.827 2.170.197 1.614.266 1.479.398 833.819 645.579 134.868 2.035.329 483.922 239.036 - - Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum 1.530.338 1.557.520 1.592.410 1.350.803 1.378.227 1.399.757 1.616.541 1.411.582 1.658.263 1.460.007 1.718.368 1.728.382 1.771.390 1.509.671 1.521.268 1.559.824 1.794.187 1.807.847 1.583.371 1.598.263 - - HARGA Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy) 0,84 3,72 0,30 3,81 -0,14 3,43 0,15 3,91 0,29 4,16 0,97 5,05 1,57 6,22 0,76 6,44 0,44 5,80 0,06 5,67 0,60 6,33 0,92 6,96 9.365 8.399 7.522 61,59 9.335 9.058 7.490 62,14 9.115 11.054 8.981 63,60 9.012 9.727 8.737 70,75 9.180 10.032 8.136 68,54 9.083 10.538 9.045 69,68 8.952 10.815 10.067 70,86 9.041 11.841 9.939 73,93 8.924 9.944 7.582 76,76 8.928 11.455 9.350 79,69 9.013 80,72 8.991 83,59 SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD) 2010 INDIKATOR KUARTALAN Tw-I* Pertumbuhan PDB (%, yoy)** Konsumsi Investasi (PMTB) Perubahan Stok Ekspor Impor 5,7 2,5 7,8 187,1 20,0 22,6 Tw-III* Tw-III* 6,2 3,1 7,9 43,0 14,5 18,4 5,8 4,9 8,9 13,1 11,3 11,0 Tw-IV*** 6,1 4,8 9,3 9,2 10,7 * angka sementara ** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 *** angka prakiraan Bank Indonesia 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS 30