BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Valas 1. Pengertian Pasar Valas

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pasar Valas
1.
Pengertian Pasar Valas
Menurut Faisal, M (2007 :17)
Pasar Valas merupakan mekanisme dimana suatu negara dapat
memperdagangkan satu mata uang dengan mata uang lainnya.”
Pasar valas tidak mengenal tempat khusus untuk melakukan transaksi jual
beli valuta tersebut (over the counter market) dan dilakukan melalui sebuah
jaringan yang luas mencakup seluruh dunia seperti telepon,teleks,fax,komputer
yang dilakukan oleh pihak yang berkepentingan. Faktor utama pasar valas
adalah untuk memberikan fasilitas terhadap perdagangan internasional dan
berinvestasi. Dengan berkembangnya perangkat telekomunikasi, pasar valas
dunia mampu menyediakan informasi kepada para pesertanya sehingga pasar ini
merupakan pasar global yang beroperasi secara efesien. Pusat perdagangan
(bursa) tidak terpusat pada suatu negara, namun tersebar pada beberapa kota
dunia seperti: London, New York, Milan dll.
2.
Fungsi Pasar Valas
Menurut Faisal, M (2007 : 17) ada tiga fungsi pasar valas, yaitu :
-
Pasar valas memfasilitasi konversi mata uang domestik ke mata uang
asing dan sebaliknya.
8
-
Sebagai pembayaran internasional.
-
Menghubungkan tingkat bunga domestik dan luar negeri dan
penggunaan operasi arbitrage (eksploitasi perbedaan kurs) untuk
menjalin nilai tukar menjadi sama antar negara.
3.
Jenis – Jenis Transaksi Valas
Menurut K, Mudjarad (2006 : 16)
Pertukaran satu mata uang asing dengan mata uang asing lainnya disebut
transaksi valas (foreign exchange transaction). Ada dua jenis transaksi valas,
yaitu :
a. Transaksi Spot
Transaksi ini terdiri dari transaksi valas yang biasanya selesai dalam
maksimal dua hari kerja. Dalam transaksi Spot dibedakan atas tiga
transaksi, yaitu:
1.
Cash, dimana pembayaran satu mata uang dan pengiriman mata
uang lainnya diselesaikan pada hari yang sama.
2.
Tom (kependekan dari tomorrow / besok), dimana pengiriman mata
uang dilakukan pada hari berikutnya.
3.
Spot, dimana pengiriman mata uang diselesaikan dalam tempo 48
jam setelah perjanjian.
b. Transaksi Foward
Transaksi foward merupakan transaksi valas dimana pengiriman mata
uang dilakukan pada satu tanggal tertentu dimasa mendatang. Kurs dimana
9
transaksi foward akan diselesaikan sebenarnya telah ditentukan pada saat
kedua pihak menyetujui kontrak pertukaran mata uang yang sebenarnya
terjadi dapat bervariasi dari 2 minggu hingga 1 tahun.
4.
Pelaku Utama pasar Valas
Menurut K , Mudjarad (2006 :118 – 123)
Pelaku pasar valas beragam tidak hanya dalam skala operasi namun juga
tujuan dan metode memanfaatkan pasar valas ini. Pelaku utama dalam Ekonomi
pasar valas dapat digolongkan menjadi :
a. Individu
Individu – individu yang bermain di pasar valas terdorong oleh kebutuhan
bisnis dan kepribadiannya. Kebutuhan pribadi misalnya seseorang akan
mengirimkan sejumlah uang kepada keluarga di luar negeri. Untuk itu, ia
memanfaatkan pasar valas untuk memperoleh mata uang negara dimana
keluarganya tinggal. Kebutuhan bisnis muncul bila seseorang terlibat
bisnis internasional, misalnya importir individu.
b. Intitusi
Institusi – Institusi merupakan pelaku penting dalam valas karena
kebutuhan mereka yang besar dan bervariasi akan mata uang.
Transactional Corporation atau TNC adalah pelaku utama dipasar valas,
yang mentransfer sejumlah besar mata uang melewati batas – batas negara,
jelas sekali memerlukan konversi dari satu mata uang ke mata uang lain.
10
Institusi - Institusi keuangan yang mempunyai investasi internasional juga
merupakan pelaku pasar valas.
c. Perbankan
Perbankan adalah pelaku valas terbesar dan paling aktif. Perbankan
beroperasi dalam pasar valas melalui para pelanggannya. Istilah teknis
untuk menyebut para pedagang ini adalah exchange dealer atau exchange
trade. Pedagang valas dari suatu bank membeli dan menjual mata uang
atas nama banknya, untuk memenuhi permintaan para pelanggan.
d. Bank Sentral
Bank Sentral memasuki pasar valas karena beberapa alasan. Mereka dapat
membeli sejumlah mata uang asing untuk mendongkrak cadangan devisa
yang dimilikinya. Atau menurunkan nilai mata uang domestiknya, yang
dilakukan untuk karena mata uang mereka dinilai terlalu tinggi
(overvalued) oleh pasar. Tujuan utama Bank Sentral bukan memperoleh
laba atau menghindari resiko dari operasi valas yang dilakukan. Tujuan
Bank Sentral adalah mempengaruhi nilai mata uangnya dan mata uang
asing penting agar bergerak sesuai dengan nilai yang menurut Bank
Sentral tersebut dengan kepentingan ekonomi negaranya.
e. Pialang Pasar Saham
Pialang valas perantara yang menghubungkan antara pihak yang
membutuhkan dan menawarkan valas dipasar valas. Kontak dengan bank
11
dilakukan melalui hot line (saluran sibuk) dan berusaha untuk memenuhi
permintaan pembeli dan penjual. Mereka tidak memperdagangkan
valasnya sendiri dan bukan merupakan pihak untuk melakukan transaksi
yang sebenarnya. Untuk jasa perantara, pialang mengenakan biaya yang
telah disepakati yang disebut brokerage.
f. Spekulan dan Arbitraser
Peran serta spekulan dan arbitraser dalam pasar valas semata–mata
didorong oleh motif mengejar keuntungan. Mereka justru menuai laba dan
fluktuasi drastis yang terjadi di pasar valas. Dengan kata lain mereka tidak
mempunyai transaksi bisnis atau komersil yang perlu di lindungi di pasar
valas. Spekulan memborong mata uang bila mereka yakin akan mata uang
tersebut, dan menjualnya bila mereka yakin akan mata uang tersebut dan
menjual ketika harga naik, nice versa.
B. Nilai Tukar (Kurs)
1.
Pengertian Kurs/Nilai Tukar
Menurut J. Ahmad (2008 : 22)
Kurs adalah harga dari suatu mata uang dalam ukuran mata uang lain yang
menunjukan jumlah satuan valas yang dipersiapkan oleh pembeli dan penjual
untuk pertukaran dengan mata uang domestik atau valas lainnya.
Menurut M. Faisal (2007 : 20)
Kurs adalah harga satu mata uang domestik atau valas lainnya.
12
Kurs dapat diekspresikan sebagai jumlah mata uang lokal yang dibutuhkan
membeli satu mata uang asing (direct quote) atau sebaliknya sejumlah mata
uang asing yang dibutuhkan untuk membeli satu mata uang lokal (inderect
qoute). Kurs/nilai tukar yang biasa dikuotasi seperti sebelumnya disebut nilai
tukar nominal (nominal exchange rate).
Pada saat bertransaksi (dealing) dengan pelanggan–pelanggan non bank
dibanyak negara, men-kurs mata uang asing dengan sistem langsung (direct
qoutation) yakni harga mata uang asing dinyatakan dalam kurs mata uang
negara tersebut, begitu juga transaksi di pasar modal.
2.
Pengertian Nilai Tukar (Kurs) Rupiah Terhadap Mata Uang Asing
(Foreign Exchange Rate)
Perdagangan yang dilakukan antara dua negara / lebih tidaklah semudah
yang dilakukan dalam satu negara, karena harus memakai dua mata uang yang
berbeda. Misalnya antara negara Indonesia dan Amerika Serikat. Pengimpor
Amerika harus membeli Rupiah untuk membeli barang barang dari Indonesia,
sebaliknya pengimpor Indonesia harus membeli Dollar Amerika untuk
menyelesaikan pembayaran terhadap barang yang dibelinya di Amerika.
Menurut Sudono Sukirno (2006 : 22), besarnya jumlah mata uang tertentu
yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut kurs mata
uang asing (foreign exchange rate).
3.
Sistem Kurs Mata Uang
13
Kurs dapat ditetapkan oleh badan pemerintah atau dibiarkan berfluktuasi
(mengambang) sesuai dengan perubahan di pasar valuta. Kurs resmi atau tetap,
ditentukan oleh pemerintah dan tidak berubah seiring perubahan di dalam pasar
valuta dunia. Kurs bebas, atau mengambang adalah kurs yang mencerminkan
fluktuasi harga pasar suatu valuta berdasarkan penawaran dan permintaan dan
faktor lainnya dalam pasar valuta dunia. Pergerakan nilai tukar mencerminkan
perubahan tingkat kelangkaan. Suatu mata uang dapat dikatakan semakin mahal
bila nilai tukarnya semakin menguat, begitu juga sebaliknya. Kurs inilah sebagai
salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar
uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi.
Dalam bisnis internasional, mata uang juga telah menjadi komoditas yang
diperjualbelikan, lebih tepatnya saling ditukarkan. Mata uang Indonesia adalah
rupiah, Nilai tukar rupiah itu sendiri adalah harga rupiah terhadap mata uang
asing atau negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari suatu rupiah
yang ditranslasikan kedalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah
(Rp) terhadap mata uang Amerika yaitu dollar (USD), yaitu harga USD di
Indonesia dinyatakan dalam beberapa jumlah Rp yang diperlukan untuk
mendapatkan satu unit USD.
Menurut Kuncoro (2001:26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang
berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
14
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya
stabilisasi oleh otorisasi moneter. Di dalam sistem kurs mengambang
dikenal 2 (dua) macam kurs mengambang, yaitu :
a. Mengambang bebas (murni)
Dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme
pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut
dengan clean floating exchange rate. Didalam sistem ini, cadangan
devisa tidak diperlukan karena otorisasi moneter tidak berupaya
untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.
b. Mengambang terkendali (managed or dirty exchange rate)
Dimana otorisasi moneter berperan aktif dalam menstabilitaskan
kurs pada tingkat tertentu. yang jika pergerakan nilai tukarnya
melampaui batas, pemerintah melakukan intervensi. Oleh karena itu,
cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu
membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
2. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate)
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan
mata uang negara lain atau dengan sekelompok mata uang yang biasanya
merupakan mata uang negara partner dagang yang utama. Menambatkan
ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti
mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang
15
ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap
mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatanya.
3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling peged exchange rate)
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai
mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai
tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah
suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang
lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini
dapat
menghindari
kejutan-kejutan
terhadap perekonomian
akibat
revaluasi atau devaluasi yang tiba - tiba dan berubah secara tajam.
4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies)
Banyak negara terutama negara-negara yang sedang berkembang
menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang.
Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu
negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata
uang. Seleksi mata uang dimasukan dalam “keranjang” umumnya
ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara
tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung
peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi
suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang berbeda dengan bobot
yang berbeda pula.
5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate)
16
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas
nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual dan
membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs
biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat
sempit.
4.
Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia
Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan 3 (tiga) sistem nilai
tukar, yaitu:
1. Sistem kurs tetap (1970 – 1978)
Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut
sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/USD, sementara kurs uang
lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar Rupiah terhadap USD. Untuk
menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank
Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.
2. Sistem mengambang terkendali (1978 – Juli 1997)
Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata
uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan
dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini,
17
pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs
bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan
intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.
3. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997 – Sekarang)
Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap USD semakin
melemah.
Sehubungan
dengan
hal
tersebut
dan
dalam
rangka
mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah
memutuskan untuk menghapus tentang intervensi (sistem nilai tukar
mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar
mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal
14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga dimaksudkan
untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan
memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.
5.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kurs (Nilai Tukar)
Menurut sadono Sukirno (2006: 26) faktor – faktor yang mempengaruhi
perubahan kurs adalah sebagai berikut:
a.
Perubahan dalam citra rasa masyarakat.
Bila penduduk suatu negara menyukai barang – barang dari negara lain,
maka nilai mata uang asing tersebut akan naik dan kurs mata uang lokal
terhadap mata uang asing akan turun (terdepresiasi).
b.
Perubahan harga dari barang – barang ekspor
18
Semakin tinggi harga barang yang akan diekspor semakin turun mata uang
impor, artinya kurs negara pengimpor terhadap negara ekspor akan turun
(terdepresiasi).
c.
Kenaikan harga – harga umum (inflasi)
Semakin tinggi tingkat inflasi negara pengeskpor semakin turun nilai mata
uang negara tersebut dan semakin terdepresiasi terhadap negara tujuan
ekspor. Misalnya kenaikan harga – harga di negara Indonesia relatif tinggi
daripada barang–barang di Amerika Serikat, sehingga menyebabkan
konsumen mensubsitusi barang – barang Indonesia dengan barang impor
dari Amerika sehingga meningkatkan ekspor Amerika ke negara Indonesia
dan mengurangi ekspor Indonesia ke negara Amerika dan mengakibatkan
depresiasi rupiah terhadap dollar.
d. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi.
Semakin tinggi tingkat bunga investasi di negara tersebut semakin tinggi
nilai mata uang tersebut.
e.
Perkembangan Ekonomi. Semakin banyak nilai ekspor suatu negara
semakin kuat nilai mata uang negara tersebut.
f.
Stabilitas Politik
Stabilitas politik berpengaruh terhadap nilai mata uangnya. Adanya rasa
takut terhadap kemungkinan perubahan politik yang kurang dapat
menurunkan nilai mata uang. Kemungkinan perubahan drastis pada suatu
19
sistem politik dapat menyebabkan perubahan besar yang cepat atas nilai
mata uangnya.
C. Tingkat Suku Bunga
1.
Pengertian Tingkat Suku Bunga
Suku bunga menurut Brigham (2001) adalah harga yang harus dibayar atas
modal yang terdiri atas modal pinjaman, dan deviden serta keuntungan modal
yang merupakan hasil dari modal ekuitas.
Menurut Wardane (2003) dalam Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga
adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Tingkat Suku
bunga menurut Sunariyah (2006) adalah harga dari pinjaman. Tingkat suku
bunga yang dinyatakan sebagai presentase uang pokok per unit waktu. Dengan
kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang.
Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh
debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Adapun fungsi tingkat suku
bunga menurut Sunariyah (2006) adalah :
1.
Sebagai daya tarik bagi para penabung individu, institusi, atau lembaga
yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
2.
Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi
pemerintah terhadap dan langsung investasi pada sektor-sektor
ekonomi.
20
3.
Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam
suatu perekonomian.
4.
Pemerintah
dapat
memanipulasi
tingkat
suku
bunga
untuk
meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat suku bunga dapat
digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi.
Menurut Keynes dalam Wardane (2003), tingkat suku bunga ditentukan
oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang).
Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk
mengadakan investasi, misalnya pada surat beharga, dimana harga dapat naik
atau turun tergantung pada tingkat bunga yaitu apabila tingkat suku bunga naik
maka surat beharga turun, begitupun sebaliknya apabila tingkat suku bunga
turun maka surat beharga akan naik. Menurut Keynes karena ada perubahan
tingkat suku bunga, maka ada kemungkinan pemegang surat beharga akan
menderita capital loss (rugi) atau gain (untung).
Para ekonom membedakan suku bunga menjadi empat, yaitu:
1. Suku bunga nominal
Yaitu, suku bunga dalam uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang
dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukan sejumlah rupiah
untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.
2. Suku bunga riil
21
Yaitu, suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan
didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.
3. Suku bunga jangka pendek
Yaitu, suku bunga yang jatuh tempo (maturity) satu tahun atau kurang.
4. Suku bunga jangka panjang
Yaitu, suku bunga yang jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Unsur – unsur di dalam tingkat suku bunga, meliputi:
1. Syarat jatuh tempo
Berbagai pinjaman mempunyai syarat atau jatuh tempo. Pinjaman
terpendek adalah pinjaman satu malam. Surat surat berharga jangka
pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun. Surat
surat beharga jangka panjang umumnya memberikan suku bunga yang
lebih tinggi dibandingkan dengan jangka pendek.
2. Risiko
Ada pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki risiko, sementara
lainnya bersifat spekulatif. Obligasi obligasi dan tagihan tagihan
pemerintah didukung dengan penuh kepercayaan, oleh kredit dan
kekuatan pajak dari pemerintah. Unsur–unsur ini dapat dipercaya karena
bunga pinjaman pemerintah akan benar-benar dibayar. Risiko menengah
terdapat pada pinjaman atas kredit kredit perusahaan yang kondisinya
baik. Sedangkan investasi yang berisiko mempunyai peluang gagal atau
22
tidak diabayar sangat tinggi termasuk investasi pada perusahaan yang
hampir bangkrut.
3. Likuiditas
Aktiva akan disebut “likuid” apabila dapat ditukarkan dengan kas secara
cepat dan hanya menimbulkan kerugian nilai yang sedikit. Sebagian
besar surat beharga, termasuk saham biasa, obligasi perusahaan dan
pemerintah, dapat diukur dengan kas secara cepat mendekati nilai
sekarangnya. Aktiva – aktiva tidak likuid termasuk aktiva–aktiva unik
yang tidak memiliki pasar yang berkembang baik.
4. Biaya–biaya administrasi, waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk
administrasi berbagai jenis pinjaman sangatlah berbeda. Pinjaman
dengan biaya administrasi yang tinggi akan mempunyai bunga 5 sampai
10 persen per tahun lebih besar dari tingkat bunga lainnya.
D. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
1.
Pengertian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah sertifikat atas unjuk yang
diterbitkan bank sentral (Bank Indonesia) dengan nilai nominal. Bagi Bank
Indonesia, SBI adalah sekuritas dalam rangka melaksanakan kebijakan moneter
melalui operasi pasar terbuka (open market operation) sebagaimana tercantum
dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Bila jumlah uang beredar
ingin dikurangi, Bank Indonesia menjual SBI. Begitu sebaliknya. Agar minat
23
membeli SBI semakin tinggi, Bank Indonesia dapat menaikkan tingkat suku
bunga SBI atau sebaliknya. Mengingat risiko SBI sangat kecil (paling kecil),
biasanya tingkat bunga SBI paling rendah diantara instrumen pasar uang
lainnya. Karena itu bila Bank Indonesia menaikkan tingkat bunga SBI maka
tingkat bunga tabungan juga akan naik, agar nasabah perbankan tidak
memindahkan
depositonya
ke
surat
beharga
Bank
Indonesia
(SBI)
(Manurung,2004:92).
Tingkat suku bunga SBI adalah tolak ukur tingkat suku bunga nasional,
muncul sebagai hasil lelang antara Bank Indonesia dengan para investor.
Tingkat suku bunga SBI dipengaruhi secara langsung oleh inflasi. Ketika inflasi
naik, maka otomatis tingkat suku bunga SBI pun akan naik untuk menjaga
jumlah uang beredar dan kestabilan moneter.
Tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia adalah hasil ratarata tertimbang (weighted average) dan tingkat diskonto yang ditawarkan pasar
pemilik SBI. Tingkat suku bunga SBI dijadikan patokan suku bunga perbankan
dan merupakan acuan bagi tingkat pengembalian yang didapatkan investor
apabila berinvestasi pada investasi yang bebas risiko.
2.
Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia
Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai
Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang
giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI
diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.
24
3.
Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia
Dasar hukum penerbitan SBI adalah:
a.
Undang – Undang No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral
b.
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal
23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank
Indonesia serta Intervensi Rupiah.
c.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari
2004 tentang Bank Indonesia
4.
Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia
SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id), yaitu :
a.
Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya
ditebitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.
b.
Denominasi: dari yang terendah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan tertinggi Rp. 100.000.000.000,- (seratus
milliard rupiah).
c.
Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp. 100.000.000,- (seratus
juta rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan lima puluh juta rupiah.
d.
Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto
murni (true discount) yang diperoleh dengan rumus:
Nilai Nominal x 360
Nilai Tunai =
360 + { (Tingkat Diskonto x Jangka Waktu ) }
25
e.
Pembelian SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar
dimuka.
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
f.
Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenankan secara final
sebesar 15%
g.
SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless)
h.
SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
E. Indeks Harga Saham
Saat ini Bursa efek Indonesia (BEI) terdapat 7 (tujuh) jenis indeks
(www.jsx.co.id), yaitu sebagai berikut:
1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masing
masing saham yang didasarkan pada harga dasarnya.
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta
Composite Index (JSI), mecakup pergerakan harga seluruh
saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.
3. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap
sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam
9 (sembilan) sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang
ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange
Industrial Clasification).
26
4. Indeks LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa
kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham saham yang mempunyai
likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari
saham – saham tersebut.
5. Jakarta Islamic Index (JII), terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan
Syariah Islam. Dewan Pengawas Syariah PT. DIM (Danareksa Investment
Management) terlibat dalam menetapkan kriteria saham – saham yang
masuk dalam JII.
6. Indeks papan utama (Main Board Indekx/MBX) diperuntukan bagi
perusahaan dengan track record yang baik.
7. Indeks Papan Pengembang (Development Board Index/DBX), untuk
mengakomodasi perusahaan–perusahaan yang belum bisa memenuhi
persyaratan Papan Utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan
berprospek baik. Disamping itu Papan Pengembang diperuntukan bagi
perusahaan yang mengalami restrukrisasi atau pemulihan performa.
Dari beberapa jenis indeks saham tersebut, dalam penelitian ini hanya
menggunakan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebagai objek penelitian
karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan
saham preferen yang tercatat di BEJ.
Indeks harga saham gabungan pertama kali diperkenalkan pada tanggal
1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta baik saham biasa maupun saham preferen.
27
Anoraga dan Piji (2001:100-104) mengatakan, secara sederhana yang
disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk
membandingkan suatu peristiwa dengan pristiwa lainnya. Demikian juga dengan
indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham
dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau
kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu.
Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga
saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu
yang berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan
waktu berlaku merupakan merupakan kegiatan akan diperbandingkan dengan
waktu dasar.
Pergerakan nilai indeks akan menunjukan perubahan situasi pasar yang
terjadi. Pasar yang sedang bergairah terjadi transaksi aktif ditunjukan dengan
indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya
menunjukan keadaan yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukan dengan indeks
harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu ditunjukan dengan indeks harga
saham yang mengalami penurunan.
Untuk mengetahui besarnya Indeks harga saham gabungan, digunakan
rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2001:102) :
Σ Ht
IHSG =
x 100
Σ Ho
28
Dimana :
Σ Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku
Σ Ho = Total harga semua saham pada waktu dasar
F. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang
lingkup hampir sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang digunakan
berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan
sebagai referensi untuk saling melengkapi.
Berikut ringkasan beberapa penelitian terdahulu :
1. Gupta (2000)
Gupta yang mengadakan penelitian di Indonesia dengan menggunakan data
periode 1993 – 1997 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas
antara tingkat bunga , nilai tukar, dah harga saham.
2. Sudjono (2002)
Dengan menggunakan metode VAR (Vector Auto Regression) dan ECM
(Error Correction Model) ditemukan bahwa variabel ekonomi makro yang
direfleksikan dengan nilai rupiah mempunyai pengaruh signifikan terhadap
indeks harga saham.
3. Sitinjak dan Kurniasari (2003)
29
Mereka menyimpulkan bahwa jika nilai kurs (Nilai tukar dolar terhadap
rupiah) naik satu satuan berarti akan terjadi penurunan indikator pasar
(IHSG) seham sebesar satu satuan. Terutama sekali pada saat kondisi pasar
sedang bearish. Sedangkan pada pasar sedang bullish, indikator pasar saham
dan indikator pasar uang secara bersama sama berpengaruh positif.
Terutama pada indikator pasar uang SBI, signifikan positif untuk
mempengaruhi pasar saham.
4. Sa’adah dan Panjaitan (2006)
Berdasarkan hasil penelitian dengan metode VAR (Vector Auto Regression)
menunjukan bahwa tidak ada interaksi dinamis yang signifikan antara harga
saham dengan nilai tukar.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Tahun
Gupta
2000
Sudjono
2002
Sitinjak dan
Kurniasari
2003
Variabel
Sampel/Model
Penelitian
Hasil Penelitian
- Tingkat Bunga
- Nilai Tukar
- Harga Saham
Regresi
Tidak ada kausalitas
antara ketiga
variabel tersebut
- IHSG
- Tingkat
Bunga
Deposito
- SBI
- Jumlah uang
beredar
- Nilai tukar
rupiah
- Inflasi
- SBI
- Indek
harga
saham
- Kurs
- Pasar saham
VAR (Vector Auto
Regression) dan ECM
(Error
Correction
Model)
Nilai tukar rupiah
berpengaruh
signifikan terhadap
indek harga saham
Neo-Linear
Combination
Kurs
berpengaruh
signifikan
negatif
dan
SBI
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
pasar
saham
30
Sa’adah dan
Panjaitan
2006
- IHSG
- Nilai tukar
VAR (Vector
Regression)
Auto
Tidak ada interaksi
dinamis antara harga
saham dan nilai
tukar
Adapun persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian– penelitian
sebelumnya adalah:
Tabel 2.2
Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
Persamaan
Perbedaan
Variabel yang digunakan berdasarkan
penelitian – penelitian sebelumnya yaitu
antara variabel variabel makroekonomi
(nilai tukar rupiah/USD dan tingkat suku
bunga SBI) dengan indeks harga saham
gabungan (IHSG)
-
Jangka waktu penelitian selama 3 (tiga)
tahun dari tahun 2003-2005
-
Teknik analisa yang digunakan adalah
analisis regresi linear berganda (multiple
regression analysis model) dengan
persamaan kuadrat terkecil (Ordinary
Least Square)
G. Kerangka Pikir dan Hipotesis
1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Dalam penelitian ini, dilakukan terhadap 2 (dua) variabel makroekonomi
yang diduga berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di
Bursa Efek Indonesia. Adapun variabel makroekonomi yang diprediksikan
31
berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah nilai tukar
Rupiah/USD dan tingkat suku bunga SBI.
Berdasarkan uraian diatas, hubungan masing–masing variabel independen
(variabel makroekonomi) terhadap IHSG dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Hubungan Nilai Tukar Rupiah/USD terhadap IHSG
Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat
mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal.
Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dolar misalnya, akan memberikan
dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri,
terutama dalam hal persaingan harga. Apabila hal ini terjadi, secara tidak
langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan, karena
menurunnya nilai ekspor dibandingkan dengan nilai impor. Seterusnya, akan
berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Dan memburuknya
neraca pembayaran tentu akan berpengaruh terhadap cadangan devisa.
Berkurangnya cadangan devisa akan mengurangi kepercayaan investor
terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak
negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal sehingga terjadi capital
outflow.
Selanjutnya bila terjadi penurunan kurs yang berlebihan, akan berdampak
pada perusahaan–perusahaan go public yang menggantungkan faktor produksi
terhadap barang barang impor. Besarnya belanja impor dari perusahaan seperti
32
ini bisa mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba perusahaan.
Selanjutnya dapat ditebak, harga saham perusahaan itu akan anjlok.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sudjono
(2003), Sitinjak dan Kurniasari (2003) telah membuktikan bahwa nilai tukar
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
B. Hubungan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG
Kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban perusahaan
(emiten) yang lebih lanjut dapat menurunkan harga saham. Kenaikan ini juga
potensial mendorong investor mengalihkan dananya ke pasar uang atau
tabungan meupun deposito. Sehingga investasi di lantai bursa turun dan
selanjutnya dapat menurunkan harga saham. Hal ini telah dibuktikan oleh
Sitinjak dan Kurniasari bahwa tingkat bunga berpengaruh signifikan terhadap
indeks harga saham.
Atas dasar analisis tersebut makan pengaruh dari masing - masing variabel
tersebut terhadap IHSG dapat digambarkan dalam model paradigma seperti
ditunjukan dalam gambar berikut:
Gambar 2.1.
Model Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/USD dan Tingkat Suku
Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di BEI
Nilai Tukar
Rupiah
Terhadap USD
33
IHSG
Tingkat Suku
Bunga SBI
Sumber : Sitinjak dan Kurniasari (2003)
Berdasarkan model gambar 2.1 tersebut menunjukan bahwa variabel
independen terdiri dari Nilai Tukar Rupiah/USD (X1) dan Tingkat Suku Bunga
SBI (X2) dan variabel dependennya IHSG (Y).
2.
Hipotesis
Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis. Hupo
berarti lemah, kurang atau dibawah. Sedangkan thesis berarti teori, proposisi,
atau pernyataan yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan
atau dugaan yang sifatnya masih sementara (Hasan, 2003:140).
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 :
Diduga bahwa Nilai Tukar (X1) dan Tingkat Suku Bunga SBI (X2)
secara bersama sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG
(Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2010.
34
H2 :
Diduga bahwa Nilai Tukar (X1) secara parsial mempunyai pengaruh
signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 –
2010.
H3 :
Diduga bahwa Tingkat Suku Bunga SBI (X2) secara parsial
mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek
Indonesia tahun 2006 – 2010.
35
Download