BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Valas 1. Pengertian Pasar Valas Menurut Faisal, M (2007 :17) Pasar Valas merupakan mekanisme dimana suatu negara dapat memperdagangkan satu mata uang dengan mata uang lainnya.” Pasar valas tidak mengenal tempat khusus untuk melakukan transaksi jual beli valuta tersebut (over the counter market) dan dilakukan melalui sebuah jaringan yang luas mencakup seluruh dunia seperti telepon,teleks,fax,komputer yang dilakukan oleh pihak yang berkepentingan. Faktor utama pasar valas adalah untuk memberikan fasilitas terhadap perdagangan internasional dan berinvestasi. Dengan berkembangnya perangkat telekomunikasi, pasar valas dunia mampu menyediakan informasi kepada para pesertanya sehingga pasar ini merupakan pasar global yang beroperasi secara efesien. Pusat perdagangan (bursa) tidak terpusat pada suatu negara, namun tersebar pada beberapa kota dunia seperti: London, New York, Milan dll. 2. Fungsi Pasar Valas Menurut Faisal, M (2007 : 17) ada tiga fungsi pasar valas, yaitu : - Pasar valas memfasilitasi konversi mata uang domestik ke mata uang asing dan sebaliknya. 8 - Sebagai pembayaran internasional. - Menghubungkan tingkat bunga domestik dan luar negeri dan penggunaan operasi arbitrage (eksploitasi perbedaan kurs) untuk menjalin nilai tukar menjadi sama antar negara. 3. Jenis – Jenis Transaksi Valas Menurut K, Mudjarad (2006 : 16) Pertukaran satu mata uang asing dengan mata uang asing lainnya disebut transaksi valas (foreign exchange transaction). Ada dua jenis transaksi valas, yaitu : a. Transaksi Spot Transaksi ini terdiri dari transaksi valas yang biasanya selesai dalam maksimal dua hari kerja. Dalam transaksi Spot dibedakan atas tiga transaksi, yaitu: 1. Cash, dimana pembayaran satu mata uang dan pengiriman mata uang lainnya diselesaikan pada hari yang sama. 2. Tom (kependekan dari tomorrow / besok), dimana pengiriman mata uang dilakukan pada hari berikutnya. 3. Spot, dimana pengiriman mata uang diselesaikan dalam tempo 48 jam setelah perjanjian. b. Transaksi Foward Transaksi foward merupakan transaksi valas dimana pengiriman mata uang dilakukan pada satu tanggal tertentu dimasa mendatang. Kurs dimana 9 transaksi foward akan diselesaikan sebenarnya telah ditentukan pada saat kedua pihak menyetujui kontrak pertukaran mata uang yang sebenarnya terjadi dapat bervariasi dari 2 minggu hingga 1 tahun. 4. Pelaku Utama pasar Valas Menurut K , Mudjarad (2006 :118 – 123) Pelaku pasar valas beragam tidak hanya dalam skala operasi namun juga tujuan dan metode memanfaatkan pasar valas ini. Pelaku utama dalam Ekonomi pasar valas dapat digolongkan menjadi : a. Individu Individu – individu yang bermain di pasar valas terdorong oleh kebutuhan bisnis dan kepribadiannya. Kebutuhan pribadi misalnya seseorang akan mengirimkan sejumlah uang kepada keluarga di luar negeri. Untuk itu, ia memanfaatkan pasar valas untuk memperoleh mata uang negara dimana keluarganya tinggal. Kebutuhan bisnis muncul bila seseorang terlibat bisnis internasional, misalnya importir individu. b. Intitusi Institusi – Institusi merupakan pelaku penting dalam valas karena kebutuhan mereka yang besar dan bervariasi akan mata uang. Transactional Corporation atau TNC adalah pelaku utama dipasar valas, yang mentransfer sejumlah besar mata uang melewati batas – batas negara, jelas sekali memerlukan konversi dari satu mata uang ke mata uang lain. 10 Institusi - Institusi keuangan yang mempunyai investasi internasional juga merupakan pelaku pasar valas. c. Perbankan Perbankan adalah pelaku valas terbesar dan paling aktif. Perbankan beroperasi dalam pasar valas melalui para pelanggannya. Istilah teknis untuk menyebut para pedagang ini adalah exchange dealer atau exchange trade. Pedagang valas dari suatu bank membeli dan menjual mata uang atas nama banknya, untuk memenuhi permintaan para pelanggan. d. Bank Sentral Bank Sentral memasuki pasar valas karena beberapa alasan. Mereka dapat membeli sejumlah mata uang asing untuk mendongkrak cadangan devisa yang dimilikinya. Atau menurunkan nilai mata uang domestiknya, yang dilakukan untuk karena mata uang mereka dinilai terlalu tinggi (overvalued) oleh pasar. Tujuan utama Bank Sentral bukan memperoleh laba atau menghindari resiko dari operasi valas yang dilakukan. Tujuan Bank Sentral adalah mempengaruhi nilai mata uangnya dan mata uang asing penting agar bergerak sesuai dengan nilai yang menurut Bank Sentral tersebut dengan kepentingan ekonomi negaranya. e. Pialang Pasar Saham Pialang valas perantara yang menghubungkan antara pihak yang membutuhkan dan menawarkan valas dipasar valas. Kontak dengan bank 11 dilakukan melalui hot line (saluran sibuk) dan berusaha untuk memenuhi permintaan pembeli dan penjual. Mereka tidak memperdagangkan valasnya sendiri dan bukan merupakan pihak untuk melakukan transaksi yang sebenarnya. Untuk jasa perantara, pialang mengenakan biaya yang telah disepakati yang disebut brokerage. f. Spekulan dan Arbitraser Peran serta spekulan dan arbitraser dalam pasar valas semata–mata didorong oleh motif mengejar keuntungan. Mereka justru menuai laba dan fluktuasi drastis yang terjadi di pasar valas. Dengan kata lain mereka tidak mempunyai transaksi bisnis atau komersil yang perlu di lindungi di pasar valas. Spekulan memborong mata uang bila mereka yakin akan mata uang tersebut, dan menjualnya bila mereka yakin akan mata uang tersebut dan menjual ketika harga naik, nice versa. B. Nilai Tukar (Kurs) 1. Pengertian Kurs/Nilai Tukar Menurut J. Ahmad (2008 : 22) Kurs adalah harga dari suatu mata uang dalam ukuran mata uang lain yang menunjukan jumlah satuan valas yang dipersiapkan oleh pembeli dan penjual untuk pertukaran dengan mata uang domestik atau valas lainnya. Menurut M. Faisal (2007 : 20) Kurs adalah harga satu mata uang domestik atau valas lainnya. 12 Kurs dapat diekspresikan sebagai jumlah mata uang lokal yang dibutuhkan membeli satu mata uang asing (direct quote) atau sebaliknya sejumlah mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli satu mata uang lokal (inderect qoute). Kurs/nilai tukar yang biasa dikuotasi seperti sebelumnya disebut nilai tukar nominal (nominal exchange rate). Pada saat bertransaksi (dealing) dengan pelanggan–pelanggan non bank dibanyak negara, men-kurs mata uang asing dengan sistem langsung (direct qoutation) yakni harga mata uang asing dinyatakan dalam kurs mata uang negara tersebut, begitu juga transaksi di pasar modal. 2. Pengertian Nilai Tukar (Kurs) Rupiah Terhadap Mata Uang Asing (Foreign Exchange Rate) Perdagangan yang dilakukan antara dua negara / lebih tidaklah semudah yang dilakukan dalam satu negara, karena harus memakai dua mata uang yang berbeda. Misalnya antara negara Indonesia dan Amerika Serikat. Pengimpor Amerika harus membeli Rupiah untuk membeli barang barang dari Indonesia, sebaliknya pengimpor Indonesia harus membeli Dollar Amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap barang yang dibelinya di Amerika. Menurut Sudono Sukirno (2006 : 22), besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut kurs mata uang asing (foreign exchange rate). 3. Sistem Kurs Mata Uang 13 Kurs dapat ditetapkan oleh badan pemerintah atau dibiarkan berfluktuasi (mengambang) sesuai dengan perubahan di pasar valuta. Kurs resmi atau tetap, ditentukan oleh pemerintah dan tidak berubah seiring perubahan di dalam pasar valuta dunia. Kurs bebas, atau mengambang adalah kurs yang mencerminkan fluktuasi harga pasar suatu valuta berdasarkan penawaran dan permintaan dan faktor lainnya dalam pasar valuta dunia. Pergerakan nilai tukar mencerminkan perubahan tingkat kelangkaan. Suatu mata uang dapat dikatakan semakin mahal bila nilai tukarnya semakin menguat, begitu juga sebaliknya. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Dalam bisnis internasional, mata uang juga telah menjadi komoditas yang diperjualbelikan, lebih tepatnya saling ditukarkan. Mata uang Indonesia adalah rupiah, Nilai tukar rupiah itu sendiri adalah harga rupiah terhadap mata uang asing atau negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari suatu rupiah yang ditranslasikan kedalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah (Rp) terhadap mata uang Amerika yaitu dollar (USD), yaitu harga USD di Indonesia dinyatakan dalam beberapa jumlah Rp yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit USD. Menurut Kuncoro (2001:26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu: 1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate) 14 Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otorisasi moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal 2 (dua) macam kurs mengambang, yaitu : a. Mengambang bebas (murni) Dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut dengan clean floating exchange rate. Didalam sistem ini, cadangan devisa tidak diperlukan karena otorisasi moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. b. Mengambang terkendali (managed or dirty exchange rate) Dimana otorisasi moneter berperan aktif dalam menstabilitaskan kurs pada tingkat tertentu. yang jika pergerakan nilai tukarnya melampaui batas, pemerintah melakukan intervensi. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs. 2. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate) Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan mata uang negara lain atau dengan sekelompok mata uang yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama. Menambatkan ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang 15 ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatanya. 3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling peged exchange rate) Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba - tiba dan berubah secara tajam. 4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies) Banyak negara terutama negara-negara yang sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang dimasukan dalam “keranjang” umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang berbeda dengan bobot yang berbeda pula. 5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate) 16 Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual dan membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit. 4. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan 3 (tiga) sistem nilai tukar, yaitu: 1. Sistem kurs tetap (1970 – 1978) Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/USD, sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar Rupiah terhadap USD. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing. 2. Sistem mengambang terkendali (1978 – Juli 1997) Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, 17 pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread. 3. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997 – Sekarang) Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap USD semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus tentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri. 5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kurs (Nilai Tukar) Menurut sadono Sukirno (2006: 26) faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan kurs adalah sebagai berikut: a. Perubahan dalam citra rasa masyarakat. Bila penduduk suatu negara menyukai barang – barang dari negara lain, maka nilai mata uang asing tersebut akan naik dan kurs mata uang lokal terhadap mata uang asing akan turun (terdepresiasi). b. Perubahan harga dari barang – barang ekspor 18 Semakin tinggi harga barang yang akan diekspor semakin turun mata uang impor, artinya kurs negara pengimpor terhadap negara ekspor akan turun (terdepresiasi). c. Kenaikan harga – harga umum (inflasi) Semakin tinggi tingkat inflasi negara pengeskpor semakin turun nilai mata uang negara tersebut dan semakin terdepresiasi terhadap negara tujuan ekspor. Misalnya kenaikan harga – harga di negara Indonesia relatif tinggi daripada barang–barang di Amerika Serikat, sehingga menyebabkan konsumen mensubsitusi barang – barang Indonesia dengan barang impor dari Amerika sehingga meningkatkan ekspor Amerika ke negara Indonesia dan mengurangi ekspor Indonesia ke negara Amerika dan mengakibatkan depresiasi rupiah terhadap dollar. d. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi. Semakin tinggi tingkat bunga investasi di negara tersebut semakin tinggi nilai mata uang tersebut. e. Perkembangan Ekonomi. Semakin banyak nilai ekspor suatu negara semakin kuat nilai mata uang negara tersebut. f. Stabilitas Politik Stabilitas politik berpengaruh terhadap nilai mata uangnya. Adanya rasa takut terhadap kemungkinan perubahan politik yang kurang dapat menurunkan nilai mata uang. Kemungkinan perubahan drastis pada suatu 19 sistem politik dapat menyebabkan perubahan besar yang cepat atas nilai mata uangnya. C. Tingkat Suku Bunga 1. Pengertian Tingkat Suku Bunga Suku bunga menurut Brigham (2001) adalah harga yang harus dibayar atas modal yang terdiri atas modal pinjaman, dan deviden serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas. Menurut Wardane (2003) dalam Prawoto dan Avonti (2004), suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Tingkat Suku bunga menurut Sunariyah (2006) adalah harga dari pinjaman. Tingkat suku bunga yang dinyatakan sebagai presentase uang pokok per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Adapun fungsi tingkat suku bunga menurut Sunariyah (2006) adalah : 1. Sebagai daya tarik bagi para penabung individu, institusi, atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. 2. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dan langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi. 20 3. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. 4. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat suku bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat suku bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi. Menurut Keynes dalam Wardane (2003), tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat beharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga yaitu apabila tingkat suku bunga naik maka surat beharga turun, begitupun sebaliknya apabila tingkat suku bunga turun maka surat beharga akan naik. Menurut Keynes karena ada perubahan tingkat suku bunga, maka ada kemungkinan pemegang surat beharga akan menderita capital loss (rugi) atau gain (untung). Para ekonom membedakan suku bunga menjadi empat, yaitu: 1. Suku bunga nominal Yaitu, suku bunga dalam uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan. 2. Suku bunga riil 21 Yaitu, suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. 3. Suku bunga jangka pendek Yaitu, suku bunga yang jatuh tempo (maturity) satu tahun atau kurang. 4. Suku bunga jangka panjang Yaitu, suku bunga yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Unsur – unsur di dalam tingkat suku bunga, meliputi: 1. Syarat jatuh tempo Berbagai pinjaman mempunyai syarat atau jatuh tempo. Pinjaman terpendek adalah pinjaman satu malam. Surat surat berharga jangka pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun. Surat surat beharga jangka panjang umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka pendek. 2. Risiko Ada pinjaman yang pada hakikatnya tidak memiliki risiko, sementara lainnya bersifat spekulatif. Obligasi obligasi dan tagihan tagihan pemerintah didukung dengan penuh kepercayaan, oleh kredit dan kekuatan pajak dari pemerintah. Unsur–unsur ini dapat dipercaya karena bunga pinjaman pemerintah akan benar-benar dibayar. Risiko menengah terdapat pada pinjaman atas kredit kredit perusahaan yang kondisinya baik. Sedangkan investasi yang berisiko mempunyai peluang gagal atau 22 tidak diabayar sangat tinggi termasuk investasi pada perusahaan yang hampir bangkrut. 3. Likuiditas Aktiva akan disebut “likuid” apabila dapat ditukarkan dengan kas secara cepat dan hanya menimbulkan kerugian nilai yang sedikit. Sebagian besar surat beharga, termasuk saham biasa, obligasi perusahaan dan pemerintah, dapat diukur dengan kas secara cepat mendekati nilai sekarangnya. Aktiva – aktiva tidak likuid termasuk aktiva–aktiva unik yang tidak memiliki pasar yang berkembang baik. 4. Biaya–biaya administrasi, waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagai jenis pinjaman sangatlah berbeda. Pinjaman dengan biaya administrasi yang tinggi akan mempunyai bunga 5 sampai 10 persen per tahun lebih besar dari tingkat bunga lainnya. D. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah sertifikat atas unjuk yang diterbitkan bank sentral (Bank Indonesia) dengan nilai nominal. Bagi Bank Indonesia, SBI adalah sekuritas dalam rangka melaksanakan kebijakan moneter melalui operasi pasar terbuka (open market operation) sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Bila jumlah uang beredar ingin dikurangi, Bank Indonesia menjual SBI. Begitu sebaliknya. Agar minat 23 membeli SBI semakin tinggi, Bank Indonesia dapat menaikkan tingkat suku bunga SBI atau sebaliknya. Mengingat risiko SBI sangat kecil (paling kecil), biasanya tingkat bunga SBI paling rendah diantara instrumen pasar uang lainnya. Karena itu bila Bank Indonesia menaikkan tingkat bunga SBI maka tingkat bunga tabungan juga akan naik, agar nasabah perbankan tidak memindahkan depositonya ke surat beharga Bank Indonesia (SBI) (Manurung,2004:92). Tingkat suku bunga SBI adalah tolak ukur tingkat suku bunga nasional, muncul sebagai hasil lelang antara Bank Indonesia dengan para investor. Tingkat suku bunga SBI dipengaruhi secara langsung oleh inflasi. Ketika inflasi naik, maka otomatis tingkat suku bunga SBI pun akan naik untuk menjaga jumlah uang beredar dan kestabilan moneter. Tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia adalah hasil ratarata tertimbang (weighted average) dan tingkat diskonto yang ditawarkan pasar pemilik SBI. Tingkat suku bunga SBI dijadikan patokan suku bunga perbankan dan merupakan acuan bagi tingkat pengembalian yang didapatkan investor apabila berinvestasi pada investasi yang bebas risiko. 2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. 24 3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia Dasar hukum penerbitan SBI adalah: a. Undang – Undang No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah. c. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Bank Indonesia 4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id), yaitu : a. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya ditebitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan. b. Denominasi: dari yang terendah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan tertinggi Rp. 100.000.000.000,- (seratus milliard rupiah). c. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan lima puluh juta rupiah. d. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount) yang diperoleh dengan rumus: Nilai Nominal x 360 Nilai Tunai = 360 + { (Tingkat Diskonto x Jangka Waktu ) } 25 e. Pembelian SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar dimuka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai f. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenankan secara final sebesar 15% g. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless) h. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder. E. Indeks Harga Saham Saat ini Bursa efek Indonesia (BEI) terdapat 7 (tujuh) jenis indeks (www.jsx.co.id), yaitu sebagai berikut: 1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masing masing saham yang didasarkan pada harga dasarnya. 2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta Composite Index (JSI), mecakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. 3. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan) sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Clasification). 26 4. Indeks LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham – saham tersebut. 5. Jakarta Islamic Index (JII), terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan Syariah Islam. Dewan Pengawas Syariah PT. DIM (Danareksa Investment Management) terlibat dalam menetapkan kriteria saham – saham yang masuk dalam JII. 6. Indeks papan utama (Main Board Indekx/MBX) diperuntukan bagi perusahaan dengan track record yang baik. 7. Indeks Papan Pengembang (Development Board Index/DBX), untuk mengakomodasi perusahaan–perusahaan yang belum bisa memenuhi persyaratan Papan Utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan berprospek baik. Disamping itu Papan Pengembang diperuntukan bagi perusahaan yang mengalami restrukrisasi atau pemulihan performa. Dari beberapa jenis indeks saham tersebut, dalam penelitian ini hanya menggunakan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebagai objek penelitian karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEJ. Indeks harga saham gabungan pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta baik saham biasa maupun saham preferen. 27 Anoraga dan Piji (2001:100-104) mengatakan, secara sederhana yang disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan pristiwa lainnya. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu. Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu yang berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu berlaku merupakan merupakan kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar. Pergerakan nilai indeks akan menunjukan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah terjadi transaksi aktif ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukan keadaan yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan. Untuk mengetahui besarnya Indeks harga saham gabungan, digunakan rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2001:102) : Σ Ht IHSG = x 100 Σ Ho 28 Dimana : Σ Ht = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku Σ Ho = Total harga semua saham pada waktu dasar F. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut ringkasan beberapa penelitian terdahulu : 1. Gupta (2000) Gupta yang mengadakan penelitian di Indonesia dengan menggunakan data periode 1993 – 1997 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat bunga , nilai tukar, dah harga saham. 2. Sudjono (2002) Dengan menggunakan metode VAR (Vector Auto Regression) dan ECM (Error Correction Model) ditemukan bahwa variabel ekonomi makro yang direfleksikan dengan nilai rupiah mempunyai pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham. 3. Sitinjak dan Kurniasari (2003) 29 Mereka menyimpulkan bahwa jika nilai kurs (Nilai tukar dolar terhadap rupiah) naik satu satuan berarti akan terjadi penurunan indikator pasar (IHSG) seham sebesar satu satuan. Terutama sekali pada saat kondisi pasar sedang bearish. Sedangkan pada pasar sedang bullish, indikator pasar saham dan indikator pasar uang secara bersama sama berpengaruh positif. Terutama pada indikator pasar uang SBI, signifikan positif untuk mempengaruhi pasar saham. 4. Sa’adah dan Panjaitan (2006) Berdasarkan hasil penelitian dengan metode VAR (Vector Auto Regression) menunjukan bahwa tidak ada interaksi dinamis yang signifikan antara harga saham dengan nilai tukar. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Tahun Gupta 2000 Sudjono 2002 Sitinjak dan Kurniasari 2003 Variabel Sampel/Model Penelitian Hasil Penelitian - Tingkat Bunga - Nilai Tukar - Harga Saham Regresi Tidak ada kausalitas antara ketiga variabel tersebut - IHSG - Tingkat Bunga Deposito - SBI - Jumlah uang beredar - Nilai tukar rupiah - Inflasi - SBI - Indek harga saham - Kurs - Pasar saham VAR (Vector Auto Regression) dan ECM (Error Correction Model) Nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap indek harga saham Neo-Linear Combination Kurs berpengaruh signifikan negatif dan SBI berpengaruh signifikan positif terhadap pasar saham 30 Sa’adah dan Panjaitan 2006 - IHSG - Nilai tukar VAR (Vector Regression) Auto Tidak ada interaksi dinamis antara harga saham dan nilai tukar Adapun persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian– penelitian sebelumnya adalah: Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu Persamaan Perbedaan Variabel yang digunakan berdasarkan penelitian – penelitian sebelumnya yaitu antara variabel variabel makroekonomi (nilai tukar rupiah/USD dan tingkat suku bunga SBI) dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) - Jangka waktu penelitian selama 3 (tiga) tahun dari tahun 2003-2005 - Teknik analisa yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) G. Kerangka Pikir dan Hipotesis 1. Kerangka Pemikiran Teoritis Dalam penelitian ini, dilakukan terhadap 2 (dua) variabel makroekonomi yang diduga berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Adapun variabel makroekonomi yang diprediksikan 31 berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah nilai tukar Rupiah/USD dan tingkat suku bunga SBI. Berdasarkan uraian diatas, hubungan masing–masing variabel independen (variabel makroekonomi) terhadap IHSG dapat dijelaskan sebagai berikut: A. Hubungan Nilai Tukar Rupiah/USD terhadap IHSG Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dolar misalnya, akan memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila hal ini terjadi, secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan, karena menurunnya nilai ekspor dibandingkan dengan nilai impor. Seterusnya, akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Dan memburuknya neraca pembayaran tentu akan berpengaruh terhadap cadangan devisa. Berkurangnya cadangan devisa akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal sehingga terjadi capital outflow. Selanjutnya bila terjadi penurunan kurs yang berlebihan, akan berdampak pada perusahaan–perusahaan go public yang menggantungkan faktor produksi terhadap barang barang impor. Besarnya belanja impor dari perusahaan seperti 32 ini bisa mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba perusahaan. Selanjutnya dapat ditebak, harga saham perusahaan itu akan anjlok. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sudjono (2003), Sitinjak dan Kurniasari (2003) telah membuktikan bahwa nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap harga saham. B. Hubungan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG Kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban perusahaan (emiten) yang lebih lanjut dapat menurunkan harga saham. Kenaikan ini juga potensial mendorong investor mengalihkan dananya ke pasar uang atau tabungan meupun deposito. Sehingga investasi di lantai bursa turun dan selanjutnya dapat menurunkan harga saham. Hal ini telah dibuktikan oleh Sitinjak dan Kurniasari bahwa tingkat bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham. Atas dasar analisis tersebut makan pengaruh dari masing - masing variabel tersebut terhadap IHSG dapat digambarkan dalam model paradigma seperti ditunjukan dalam gambar berikut: Gambar 2.1. Model Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/USD dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di BEI Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 33 IHSG Tingkat Suku Bunga SBI Sumber : Sitinjak dan Kurniasari (2003) Berdasarkan model gambar 2.1 tersebut menunjukan bahwa variabel independen terdiri dari Nilai Tukar Rupiah/USD (X1) dan Tingkat Suku Bunga SBI (X2) dan variabel dependennya IHSG (Y). 2. Hipotesis Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis. Hupo berarti lemah, kurang atau dibawah. Sedangkan thesis berarti teori, proposisi, atau pernyataan yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya masih sementara (Hasan, 2003:140). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Diduga bahwa Nilai Tukar (X1) dan Tingkat Suku Bunga SBI (X2) secara bersama sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2010. 34 H2 : Diduga bahwa Nilai Tukar (X1) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2010. H3 : Diduga bahwa Tingkat Suku Bunga SBI (X2) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2010. 35