BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah
dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada
masyarakat pengguna data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan perbankan yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia.
Penelitian
ini
menggunakan
nonprobability
purposive
sampling.
Nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Selama tahun pengamatan hanya terdapat 23 bank yang
memenuhi kriteria sampel. Data dari populasi sebanyak 69 data menjadi hanya
terdapat 38 data yang memenuhi semua kriteria sebagai sampel.
B. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang
digunakan dalam penelitian ini serta menunjukkan nilai maksimum, nilai
minimum, nilai rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel.
Variabel dalam penelitian ini meliputi variable CAR, NPL, ROA, LDR, dan
40
pertumbuhan laba. Hasil olah data deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Data diatas menunjukkan bahwa jumlah data pada setiap variable yang
diteliti adalah 38. Dari 38 sampel data CAR, nilai minimum sebesar 10,35 pada
Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk tahun 2012 dan nilai maksimum sebesar 26.91
pada Bank of India Indonesia Tbk tahun 2010. Berdasarkan hasil perhitungan
diatas tampak bahwa standar deviasi CAR sebesar 3,77 dan nilai rata-rata yaitu
sebesar 15,91. Berdasarkan peraturan bank indonesia nomor 10/15/PBI/2008
tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum pada pasal 2 adalah
bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari aset
tertimbang menurut risiko (ATMR). Data sampel yang diteliti telah memenuhi
kriteria tersebut dengan memiliki minimum CAR sebesar 10,35.
41
Data yang terdiri 38 sampel NPL, nilai minimum sebesar 0,60 pada Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Tbk tahun 2012 dan nilai maksimum sebesar 3,68
pada Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk tahun 2012. Berdasarkan hasil
perhitungan diatas tampak bahwa nilai rata-rata yaitu sebesar 1,98 dan standar
deviasi NPL sebesar 0,87. Berdasarkan peraturan bank indonesia nomor
13/3/PBI/2011 tentang penetapan status dan tindak lanjut pengawasan bank pasal
2 mengenai bank dalam pengawasan intensif adalah bank yang memiliki rasio
kredit atau pembiayaan bermasalah (non performing loan/financing) secara
lebih dari 5% (lima persen) dari total kredit atau total pembiayaan. Data sampel
yang diteliti telah memenuhi kriteria bukan bank dalam pengawasan intensif
karena memiliki minimum NPL sebesar 3,68.
Berdaasarkan data yang terdiri 38 sampel ROA, nilai minimum sebesar
0,66 pada Bank Artha Graha Internasional Tbk tahun 2012 dan nilai maksimum
sebesar 5,15 pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tahun 2012. Berdasarkan
hasil perhitungan diatas tampak bahwa nilai rata-rata yaitu sebesar 2,27 dan
standar deviasi ROA sebesar 1,09. Kriteria Bank Kinerja Baik (BKB) adalah Bank
yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara berkesinambungan yang
tercermin profitabilitas yang baik, tercermin dari rasio Return on Asset (ROA)
minimal 1.5% (BPI, 2008:33). Data sampel yang diteliti masih belum memenuhi
kriteria Bank Kinerja Baik (BKB), namun ROA minimal bank yang diteliti sudah
mencapai 0,66 yang didapatkan pada Bank Artha Graha Internasional Tbk tahun
2012.
42
Olahan data berdaasarkan data yang terdiri 38 sampel LDR, nilai
minimum sebesar 78,38 pada Bank Mayapada Internasional Tbk tahun 2010 dan
nilai maksimum sebesar 98,30 pada Bank Danamon Indonesia Tbk tahun 2011.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas tampak bahwa nilai rata-rata yaitu sebesar
86,36 dan standar deviasi LDR sebesar 5,06. Berdasarkan peraturan bank
indonesia nomor 12/19/PBI/2010 tentang giro wajib minimum bank umum pada
bank indonesia dalam rupiah dan valuta asing pada pasal 10 untuk parameter yang
digunakan dalam perhitungan LDR batas bawah LDR target sebesar 78% hingga
batas atas LDR target sebesar 100%.
Pada data pertumbuhan laba berdaasarkan data yang terdiri 38 sampel
pertumbuhan laba, nilai minimum sebesar 1,09 pada Bank CIMB Niaga Tbk
tahun 2012 dan nilai maksimum sebesar 134,24 pada Bank Rakyat Indonesia
Agroniaga Tbk tahun 2010. Berdasarkan hasil perhitungan diatas tampak bahwa
nilai rata-rata yaitu sebesar 35,49 dan standar deviasi pertumbuhan laba sebesar
30,06.
C. Uji Asumsi dan Kualitas Instrumen Penelitian
Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda
dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Data yang digunakan adalah
data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan
pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan antara lain uji normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
43
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regressi,
variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Pengujian terhadap normalitas data dalam penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil penelitian pada tabel 4.2
menunjukkan bahwa data variabel residual mempunyai nilai signifikansi sebesar
0,23 yang lebih besar dari 0,05 dan hal ini berarti data yang ada terdistribusi
normal.
Tabel 4.2
b. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar veriabel bebas. Pengujian multikolinieritas dapat dilakukan
44
dengan mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat
dilihat dari Tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan hasil
penelitian pada tabel 4.3 menunjukan bahwa semua variable bebas memiliki nilai
Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi.
Tabel 4.3
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
dalam suatu model regresi.
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga
45
model regraei layak dipakai untuk memprediksi Pertumbuhan Laba berdasarkan
masukan variable independen CAR, NPL, ROA, dan LDR.
Tabel 4.4
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada data periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1.
Hasil output SPSS pada tabel 4.4 menunjukan Nilai Test adalah -8,11
dengan probabilitas 0,87 signifikan lebih besar daripada 0.05 yang berarti bahwa
nilai residual tidak sistematis atau acak.
46
Tabel 4.5
D. Pengujian Hipotesis
Digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang memiiki
hubungan yang erat atau saling mempengaruhi, antara variabel X dan variabel Y
maka dilakukan uji hipotesis baik secara parsial maupun simultan.
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji R 2 atau uji
determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat
menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi, atau dengan
kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang
terestimasi dengan data sesungguhnya.
47
Tabel 4.6
Berdasarkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai adjusted R square
sebesar 0,238 atau 23,8%. Hal ini berarti 23,8% variasi pertumbuhan laba yang
bisa dijelaskan oleh variasi dari empat variabel bebas yaitu Capital Adequacy
Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to
Deposit Ratio (LDR), sedangkan sisinya sebesar 76,2% dipengarui oleh faktorfaktor lain yang tidak dimasukkan dalam model transformasi regresi.
b. Uji F
Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji Model, yaitu uji untuk melihat
bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap
variabel terikatnya atau untuk menguji apakah model regresi yang kita buat
signifikan atau non signifikan.
Pada tabel 4.6 Uji F menunjukan bahwa nilai F hitung sebesar 3,88 dengan
tingkat signifikan 0.01 lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05, maka model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba. Berarti model regresi
48
dengan variasi dari empat variabel bebas yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return On Asset (ROA), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Tabel 4.7
c. Uji t
Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh
masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel
terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t tabel
atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung. Jika tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima
atau dikatakan signifikan, artinya secara parsial variabel bebas berpengaruh
signifikan terhadap variable terikat adalah hipotesis diterima.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dirumuskan persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
Pertumbuhan Laba = 74,94 + 3,44 CAR – 4,44 NPL – 16,85 ROA - 0,55 LDR
49
Tabel 4.8
Dari hasil analisis dapat disimpulkan CAR berpengaruh signifikan positif
terhadap pertumbuhan laba. Pada hipotesis pertama menyebutkan bahwa CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, sehingga hipotesis
diterima. Bedasarkan hasil analisis dapat disimpulkan NPL berpengaruh tidak
signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan laba. Pada hipotesis kedua
menyebutkan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan laba, sehingga hipotesis ditolak.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan ROA berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Pada hipotesis ketiga menyebutkan bahwa
ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, sehingga
hipotesis ditolak. Hasil analisis dapat disimpulkan LDR tidak berpengaruh
50
signifikan negatif terhadap
pertumbuhan
laba. Pada
hipotesis
pertama
menyebutkan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan laba, sehingga hipotesis ditolak.
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji F menunjukan bahwa nilai F hitung sebesar 3,88
dengan tingkat signifikan 0.01 lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05, maka model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba. Berarti model
regresi dengan variasi dari empat variabel bebas yaitu Capital Adequacy Ratio
(CAR), Return On Asset (ROA), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to
Deposit Ratio (LDR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Berdasarkan hasil uji t menunjukan bahwa masing-masing variabel
Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Non Performing Loan
(NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
sebagai berikut:
1. Pengaruh CAR Terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan hasil perhitungan secara partial variabel CAR berpengaruh
signifikan positif terhadap variabel pertumbuhan laba yang ditunjukkan dengan
besarnya koefisien regresi sebesar 3,44 dan tingkat signifikan 0,01 yang lebih
kecil dari 0,05. Jadi variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif
51
dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini menguatkan hasil
penelitian sebelumnya menghasilkan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba bank (Teddy, 2009:78) dan
(Triono, 2007:71).
Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi CAR, akan semakin tinggi
modal sendiri bank, semakin murah biaya dana dan berakibat makin tinggi
keuntungan. Semakin tinggi permodalan bank maka bank dapat melakukan
ekspansi usahanya dengan lebih aman. Adanya ekspansi usaha yang pada
akhirnya akan mempengarui kinerja keuangan bank tersebut. Alasan signifikannya
CAR terhadap pertumbuhan laba karena sebagian semakin besar nilai CAR bank
pada periode penelitian maka semakin besar pertumbuhan laba yang diperoleh
oleh bank pada periode penelitian. Oleh karena itu variabel Capital Adequacy
Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Namun tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya lain yang menyatakan
Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan dan negatif secara
parsial terhadap pertumbuhan laba pada Bank swata devisa periode penelitian
2008 – 2010. (Firmansyah, 2012:53). Alasan tidak signifikannya CAR terhadap
pertumbuhan laba dikarenakan sebagian besar nilai CAR pada bank umum di
Indonesia pada saat periode penelitiannya cenderung konstan dibandingkan
dengan pertumbuhan laba. (Lilis, 2010:74).
52
2. Pengaruh NPL Terhadap Pertumbuhan Laba
Dilihat dari hasil perhitungan secara partial variabel NPL tidak
berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel pertumbuhan laba yang
ditunjukkan dengan besarnya koefisien regresi sebesar 4,44 dan tingkat signifikan
0,38 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa pada saat NPL
meningkat, maka pertumbuhan laba bank menurun. Hasil penelitian ini
menguatkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh
peneliti
sebelumnya
mengungkapkan NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba bank. (Firmansyah, 2012:53).
NPL merupakan perbandingan dari kredit bermasalah dengan jumlah
kredit yang dikucurkan pada masyarakat. NPL digunakan oleh perbankan
untuk
mengukur
kemampuan bank
tersebut
untuk
menyanggah
resiko
kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL yang terus meningkat dapat
menunjukan tingkat resiko kredit bank yang semakin memburuk. Meningkatnya
NPL akan membuat perputaran keuntungan bank akan mengalami penurunan jika
tidak segera diantisipasi dengan langkah menekan tingkat NPL.
Namun tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya lain yang menyatakan
Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif terhadap variabel pertumbuhan
laba secara signifikan (Lilis, 2010:74). Nilai positif pada koefisien regresi variabel
Non Performing Loan (NPL) menunjukkan sebagian besar data pada periode
53
penelitian ketika nilai NPL mengalami kenaikan, diikuti dengan kenaikan nilai
pertumbuhan laba pada periode penelitiannya.
3. Pengaruh ROA Terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan hasil perhitungan secara partial variabel ROA berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap variabel pertumbuhan laba yang ditunjukkan
dengan besarnya koefisien regresi sebesar 16,85 dan tingkat signifikan 0,001 yang
lebih kecil dari 0,05. Jadi variabel Return On Assets (ROA) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini menunjukan bahwa pada saat
ROA meningkat, maka pertumbuhan laba bank menurun. Hasil penelitian ini
menguatkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh
peneliti
sebelumnya
mengungkapkan dengan hasil penelitiannya menunjukan bahwa variabel ROA
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (Carningsih,
2009:5).
ROA berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pertumbuhan laba
satu tahun mendatang dan dua tahun mendatang. Hasil ini bertentangan dengan
hipótesis yang menyatakan ROA berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
Hal ini dikarenakan walaupun ROA meningkat, tetapi jika kenaikan itu bukan
karena kenaikan return melainkan disebabkan karena penurunan aset maka laba
akan menurun.
54
Berbeda dengan berdasarkan penelitian sebelumnya mengungkapkan ROA
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba (Andrianto,
2013:6). ROA menunjukan tingkat keefisienan atas pengelolaan asset perusahaan
dalam menghasilkan laba. Semakin efisien pengelolaan asset suatu perusahaan, itu
berarti bahwa sumber daya yang sedikit mampu dikelola dengan baik sehingga
mampu menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya. Hal ini secara otomatis
akan mengurangi modal perusahaan namun meningkatkan laba yang disebabkan
karena perusahaan mampu mengelola asetnya secara efisien.
4. Pengaruh LDR Terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil perhitungan secara partial variabel LDR tidak berpengaruh
signifikan negatif terhadap variabel pertumbuhan laba yang ditunjukkan dengan
besarnya koefisien regresi sebesar 0,55 dan tingkat signifikan 0,53 yang lebih
besar dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa pada saat LDR meningkat, maka
pertumbuhan laba bank menurun. Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengungkapkan dengan hasil
penelitiannya menunjukan bahwa variabel LDR berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan (Edward, 2009:114).
LDR merupakan rasio yang menunjukkan tingkat likuiditas suatu bank
dan menunjukkan kemampuan dalam menjalankan fungsi intermediasinya dalam
menyalurkan dana pihak ketiga ke kredit. Jika rasio ini menunjukkan angka yang
berlebihan bank akan mengalami kesulitan likuiditas untuk memenuhi kewajiban
55
jangka pendeknya sehingga bank harus dapat mengelola rasio ini agar tidak
mengalami kesulitan likuiditas tetapi juga dapat memaksimalkan komposisi LDR
untuk bisa memaksimalkan laba yang akan diperolehnya. Bank yang memiliki
tingkat LDR yang tinggi pada periode penelitian cenderung tidak bisa
memaksimalkan laba. Hal ini berarti bahwa bank tidak mampu menarik
pendapatan yang maksimal dari nasabah yang melakukan kredit. Padahal disisi
lain bank harus tetap membayar beban kepada nasabah yang dananya disimpan di
bank.
Penelitian lain mengeluarkan hasil Loan to Deposit Ratio (LDR)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas bank domestik (Lilis,
2010:75). LDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang
ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana pihak ketiga. Semakin
tinggi LDR maka semakin besar dana yang disalurkan dalam bentuk kredit dan
hal tersebut tentu berpotensi untuk meningkatkan pendapatan bagi bank. Semakin
besar LDR suatu bank, maka semakin besar pula pertumbuhan laba bank.
Sehingga LDR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba bank.
56
Download