Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013

advertisement
1
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
2
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
3
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
Krisis Identitas dan Fenomena Bunuh Diri di Korea Selatan
Dalisa Enda Magdalena dan Zaini
Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstrak
Proses industrialisasi yang cepat di Korea menyebabkan perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan sosial di Korea akibat industrialisasi mengakibatkan perubahan identitas nasional negara
Korea dari negara agraris menjadi negara industri. Individualisme yang merupakan karakter dasar dari negara
industri telah menggeser kolektivisme. Industrialisasi juga menyebabkan tingginya persaingan dan tuntutan
hidup. Ketidakmampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan dapat menyebabkan seseorang merasa depresi.
Hal ini memicu seseorang untuk bunuh diri. Kasus bunuh diri yang diri semakin meningkat di Korea telah
menjadikan bunuh diri menjadi suatu fenomena sosial. Penelitian ini bertujuan untuk membahas faktor-faktor
sosial terkait dengan fenomena bunuh diri di Korea Selatan.
Identity Crisis and Suicide Phenomenon in South Korea
Abstract
Industrialization’s process rapidly induced social changes in society. Social changes caused by industrialization
have shifted Korean national identity from agrarian country to industrial country. Collectivism has shifted to
Individualism which is based character of industrial country. Industrialization also induced highly
competitiveness and highly life’s demand. Incapability in social adaptation can emerge depression feeling on
someone. This condition triggers someone to suicide. The increasing of suicides cases in Korea have made
suicide become social phenomenon. The purpose of this study is to describe the social factors associated with
suicide phenomenon in South Korea.
Keywords : Industrialization, social change, individualism, suicide, social phenomenon
1. Pendahuluan
Latar Belakang
Perkembangan ekonomi yang semakin meningkat di Korea Selatan menghadirkan suatu
fenomena baru dalam masyarakat Korea yang modern. Fenomena yang kini semakin
berkembang di Korea salah satunya adalah tindakan bunuh diri. Bunuh diri adalah suatu
tindakan mengakhiri hidup yang disengaja oleh seorang individu. Motif dari tindakan
bunuh diri ini bisa bermacam-macam. Di negara Korea sendiri fenomena bunuh diri yang
semakin marak ini motifnya dipicu oleh faktor ekonomi, sulitnya mencari pekerjaan,
pengaruh buruk yang muncul dari lingkungan sekitar, migrasi dan depresi (Jin, et al,
2006).
4
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
Keadaan saat ini di Korea seperti persaingan ekonomi yang ketat, sulitnya mencari
pekerjaan, pengaruh buruk dari lingkungan sekitar, migrasi dan depresi merupakan
bentuk-bentuk perubahan sosial yang terjadi akibat adanya transformasi dari negara
agraris menjadi negara industri. Paham Kapitalisme yang merupakan karakter dari negara
industri menjadikan identitas negara Korea berubah dari negara Konfusianisme menjadi
Konfusianisme kapitalis. Karakteristik utama yang dibawa oleh paham kapitalis yaitu
rasa individualisme yang tinggi dan kurangnya ikatan dalam kelompok.
Paham Konfusianisme menekankan pada kolektivisme, tentang pentingnya suatu
hubungan sosial dan kebersamaan dalam kelompok sosial. Penekanan identitas mendasar
dari sifat individualisme adalah identitas ke-“Aku”-annya
sedangkan identitas dari
kolektivisme adalah identitas ke-“Kita”-annya (Shim, et al. 2008)
Kecenderungan masyarakat Korea untuk bunuh diri ditunjukkan dalam situs International
Bussiness Times (diakses tanggal 27 Desember 2011) yang mengutip dari survei yang
dilakukan pada kelompok mahasiswa yang baru lulus oleh sebuah situs on-line pencarian
kerja di Korea. Dari hasil survey tersebut, 30,9% responden mempertimbangkan untuk
bunuh diri karena rasa khawatir tidak akan mendapat pekarjaan; sementara 26,2%
responden merasa terasing dan tak berdaya di lingkungan
sosial mereka;
20,1%
responden merasa jenuh terhadap pandangan orang lain yang menganggap bahwa mereka
tidak berguna karena status pengangguran yang disandangnya (Aviles, 2011). Faktor
pemicu lainnya yaitu semakin banyaknya artis Korea yang bunuh diri. Contohnya adalah
pada tanggal 2 Oktober 2008, seorang artis bernama Choi Jin-sil dilaporkan tewas karena
gantung diri di kamar apartemennya (Veale, 2008). Setelah kematian Choi Jin-sil, sekitar
700 orang termasuk kakak laki-lakinya diberitakan bunuh diri di bulan berikutnya
(Talusan, 2010).
Negara Korea dengan masyarakatnya yang homogen di satu sisi dinilai berhasil dalam
memajukan perekonomian, namun di lain sisi meningkatnya praktik bunuh diri menjadi
suatu ironi tersendiri bagi negara tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa kemajuan
ekonomi di Korea Selatan mempunyai dampak negatif terhadap identitas masyarakat.
5
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
Dari uraian di atas penulis akan menganalisis bunuh diri sebagai fenomena sosial yang
saat ini semakin meningkat di
negara Korea Selatan akibat terjadinya perubahan-
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan-perubahan tersebut memicu
berkembangnya tindakan bunuh diri menjadi fenomena sosial, karena tidak diikuti oleh
adapatasi individu terhadap perubahan tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk menjelaskan perubahan-perubahan sosial
masyarakat Korea yang mengakibatkan krisis identitas sebagai faktor pemicu fenomena
bunuh diri di Korea Selatan.
Manfaat Penelitian
Penulisan penelitian ini dibuat agar dapat memberikan kontribusi bagi penelitian yang
berkembang mengenai fenomena bunuh diri di Korea. Melalui penelitian ini, penulis
mengharapkan penelitian yang sejenis mengenai topik ini dapat terus berkembang.
2. Metode Penelitian
Metode dan Teknik
Penulisan ini dibuat dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan metode
kuantitatif. Secara kualitatif penulis menelusuri sumber-sumber kepustakaan dan
informasi dari internet yang ada hubungannya dengan bunuh diri di Korea. secara
kuantitatif penulis mengumpulkan dan mengkaji data-data statistik angka kematian di
Korea Selatan antara tahun 2006-2010.
Proses Pengumpulan Data
Peneliatan dilakukan dengan mencari data statistik bunuh diri di Korea dari tahun 2006 –
2010 dari situs statistik Korea kemudian membuat tabel dari data statistik tersebut.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi oleh analisis fenomena bunuh diri di Korea Selatan dan faktorfaktor yang melatarbelakanginya terkait dengan perubahan-perubahan sosial yang terjadi.
6
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
Landasan Teori
Tindakan bunuh diri dapat dipandang dari berbagai perspektif. Dalam ilmu sosiologi
bunuh diri dianggap sebagai bentuk penyimpangan sosial yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar. Ilmu psikologi memandang bunuh diri sebagai bentuk gangguan
kejiwaan yang diakibatkan oleh tidak teratasinya depresi. Keberhasilan seseorang dalam
mengatasi depresi tergantung pada perilaku setiap individu. Pola perilaku yang tidak
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial merupakan indikasi dari krisis identitas.
1. Teori Bunuh Diri Emile Durkheim
Bunuh diri dalam bahasa Inggris disebut dengan suicide mengandung definisi “The act
or an instance of intentionally killing oneself” (The American Heritage® Dictionary of
the English Language 4th edition. 2010). Dalam bahasa Indonesia bunuh diri memiliki
pengertian suatu perbuatan membunuh diri sendiri secara disengaja.
Menurut Durkheim (1951) bunuh diri dapat dikelompokan ke dalam tiga tipelogi bunuh
diri yang berbeda-beda yaitu:
1. Bunuh diri egoistis
Bunuh diri egoistis adalah bunuh diri yang disebabkan akibat sikap berlebih-lebihan
dengan mementingkan diri sendiri. Bunuh diri egoistis terjadi ketika seseorang
merasa terpisah dari kelompok sosial. Kelompok sosial yang dimaksud contohnya
adalah keluarga dan kelompok keagamaan. Perceraian, berhenti dari pekerjaan dan
kurangnya interaksi sosial menyebabkan seseorang merasa terpisah dari kelompok
sosial. Akibatnya seseorang kehilangan dasar atas keberadaannya dalam kehidupan.
2. Bunuh diri alturistik
Bunuh diri alturistik adalah bunuh diri yang dianggap sebagai suatu tindakan
“berkorban” bagi kelompoknya. Bunuh diri alturistik muncul akibat rasa solidaritas
yang berlebihan dalam kelompok. Pengintegrasian yang kuat seorang individu
dengan nilai-nilai dalam kelompok menumbuhkan rasa ketergantungan yang tinggi
dengan kelompoknya sampai pada tingkatan seseorang merasa bahwa di luar
kelompok dia tidak memiliki identitas. Maka, ketika seseorang dituntut agar
merelakan nyawanya demi suatu keyakinan atau kepentingan bersama, ia akan
7
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
cenderung memilih untuk menyanggupi tuntutan tersebut ketimbang harus keluar
dari kelompoknya.
3. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik merupakan kebalikan dari bunuh diri alturistik. Bunuh diri
anomik dikategorikan sebagai bunuh diri akibat terlalu lemahnya pengaruh
kelompok sosial terhadap individu. Akibat tidak kuatnya pengaruh kelompok sosial,
seseorang merasa kesepian dan seorang diri. Perasaan ini menyebabkan hilangnya
arah tujuan untuk hidup. Harapan dan keinginan dalam hidup dapat memotivasi
seseorang untuk meraihnya. Akan tetapi bila seseorang kehilangan harapan dan
keinginan yang menggerakkannya untuk hidup maka ia akan merasa kekosongan
dalam hidupnya. Kekosongan inilah yang mendorong seseorang untuk mengakhiri
hidupnya.
2. Depresi
Depresi adalah suatu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (Dadang Hawari.
2010:19). Seseorang yang mengalami depresi berat sulit untuk menggunakan akal
sehatnya sehingga cenderung berbuat perilaku ekstrim seperti misalnya bunuh diri.
Berdasarkan situs Centre for Addiction and Mental Health depresi ditandai dengan
beberapa gejala di antaranya :
1. nafsu makan dan berat badan yang menurun
2. gangguan tidur berupa insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau hipersomnia
(terlalu banyak tidur)
3. tidak adanya minat dalam pekerjaan dan hobi;
berkurangnya rasa
persaudaraan dan rasa pertemanan
4. perasaan tidak berguna, putus asa, dan rasa bersalah yang berlebihan
5. agitasi atau retardasi psikomotor; perasaan gelisah dan tidak berdaya saat
melakukan sesuatu hal
6. menurunnya konsentrasi dan daya ingat
7. gangguan seksual
8. kecenderungan untuk menangis
9. timbulnya pikiran-pikiran untuk bunuh diri
8
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
10. mengalami halusinasi
Seseorang yang mengalami lima gejala dari gejala-gejala di atas selama dua minggu
atau lebih didiagnosis menderita depresi ringan. Namun apabila seseorang mengalami
lebih dari lima gejala depresi selama dua minggu lebih digolongkan dalam kategori
depresi berat (Centre for Addiction and Mental Health. 2011. “Understanding
Depression”).
3. Pola perilaku
Pola perilaku merupakan tindakan suatu individu secara berkesinambungan sehingga
membentuk suatu susunan tertentu. Pola perilaku juga dapat dipahami sebagai kebiasaan.
Dalam setiap tindakan yang kita lakukan kerapkali dipengaruhi oleh pola perilaku. Oleh
karena itu melalui pola perilaku dapat dilihat apakah faktor yang mendorong orang
Korea melakukan bunuh diri.
Lee (2003) merumuskan pola perilaku orang Korea ke dalam lima karakteristik, yaitu:
1. Sikap Baik
Sikap yang baik sangat ditekankan dalam kebudayaan Korea. Pembelajaran utama
dari sikap yang baik adalah sikap dalam menyembunyikan perasaan-perasaan yang
tidak menyenangkan untuk dirinya sendiri agar membuat suatu hubungan dengan
orang lain menjadi nyaman. Selain itu menunjukkan perasaan gembira yang meluapluap juga dianggap sebagai sikap yang tidak baik. Orang Korea dalam kesehariannya
cenderung tidak menceritakan masalah-masalahnya yang berkaitan tentang
kebutuhannya sehari-hari seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
terutama ketika keluarga mereka sedang dalam masa sulit. Sikap yang baik dipahami
sebagai sikap yang menunjukkan perilaku yang sewajarnya dalam perkataan dan
perbuataan. Maksud dari perilaku sewajarnya berarti tidak berlebihan. Misalnya,
seorang laki-laki sebaiknya tidak terlalu banyak berbicara, tidak terlalu cepat
maupun terlalu lambat dalam bertindak dan tidak bertindak sembarangan. Sikap
permusuhan yang terang-terangan dan terlalu banyak minum-minuman keras
dianggap sebagai sikap yang tidak sopan. Sikap yang baik ditekankan pada kaum
wanita. Wanita dituntut untuk berperilaku anggun, lemah lembut dan penurut.
Wanita juga seharusnya berbicara lemah lembut. Kesederhanaan dan kebaikan hati
dipandang sebagai karakteristik ideal bagi wanita di Korea.
9
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
2. Perilaku Sopan Santun
Perilaku sopan santun tercermin dalam status sosial seseorang. Perilaku berkorelasi
dengan etiket yang sikapnya konvensional dapat diterima di masyarakat.
Kesopansantunan diwujudkan melalui sikap dalam berbicara dan berperilaku di
depan orang yang lebih tua. Standar tertinggi kesopanan dalam berperilaku terwujud
pada hubungan seseorang dengan ayahnya. Seorang anak harus selalu menunjukkan
sikap kesopansantunan terhadap ayahnya. Misalnya, seorang anak tidak boleh
merokok di depan ayahnya, tidak boleh berbicara terlalu kencang dan diharuskan
menggunakan bahasa yang sopan. Perilaku sopan santun terhadap ayah merupakan
perilaku yang wajib untuk dilakukan. Perilaku sopan santun terhadap ibu lebih
sedikit longgar. Seorang anak masih diperbolehkan untuk merokok di depan ibunya.
Meskipun demikian perilaku sopan santun tetap harus ditunjukkan melalui
penggunaan bahasa yang sopan.
Perilaku yang sopan santun juga harus ditunjukkan terhadap saudara dan teman yang
lebih tua. Seorang yang lebih muda harus hormat terhadap yang lebih tua dan
memposisikan diri lebih rendah daripada orang yang lebih tua. Terhadap orang yang
lebih tua, orang yang lebih muda harus memberi salam terlebih dahulu ketika
berpapasan, tidak membantah perkataannya dan harus selalu menggunakan bahasa
yang sopan. Perilaku sopan santun dalam pertemanan ditunjukkan dengan hubungan
pertemanan yang dilandasi rasa saling percaya, sikap murah hati dan sikap ramah.
3. Pencitraan diri
Etika menjaga citra diri adalah perilaku seseorang terkait dengan status sosial.
Apabila seseorang melepaskan status sosialnya dari kelas atas menjadi kelas bawah,
secara otomatis ia dapat lebih bebas dalam perilaku dan leluasa dalam menjaga citra
diri. Seseorang dari keluarga dengan status sosial yang tinggi, lulus dari institusi
pendidikan terkemuka, diharapkan untuk menunjukkan beberapa etika menjaga citra
diri. Misalnya, saat ditawari makanan harus mengabaikan rasa laparnya dengan
menunjukkan seolah-olah dirinya sudah makan.
Etika menjaga citra diri tidak hanya terbatas pada perilaku individu tetapi juga
diterapkan guna menjaga citra baik keluarga. Citra baik keluarga ditunjukkan
10
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
dengan mengadakan pesta ulang tahun untuk orang tua. Pesta pernikahan, ulang
tahun anak dan upacara pemakaman juga merupakan acara-acara yang dapat
menunjukkan citra baik keluarga. Dalam menjaga citra diri seseorang bisa memiliki
kepribadian ganda. Seseorang dapat berlaku mengetahui suatu hal ataupun berpurapura tidak tahu di hadapan orang lain tergantung situasi dan latar belakang lawan
bicaranya. Terkadang orang Korea bisa saja mengatakan “ya” padahal sebenarnya ia
tidak ingin berkata demikian.
4. Fatalisme
Orang Korea demi menjaga citra diri, harus menyembunyikan perasaan dan
keinginan pribadinya. Perilaku ini menghasilkan kesabaran dan ketahanan. Sabar
dan sikap menahan diri adalah dua karakter yang sering digunakan untuk
menggambarkan orang Korea. Kesabaran merupakan mekanisme untuk menerima
paksaan dari luar tanpa adanya penolakan langsung ataupun respon langsung.
Bentuk kesabaran terhadap paksaan dari luar adalah dengan menerimanya sebagai
nasib yang harus diterimanya. Dengan kata lain alasan mengapa penderitaan itu
muncul adalah karena penderitaan tersebut merupakan takdir yang harus diterima.
Takdir adalah suatu hal yang berada diluar kendali manusia. Hal tersebut dipahami
sebagai fatalisme.
Kekuatan dari luar terkadang tidak dapat diatasi oleh batin dan dalam beberapa
kasus hal ini menimbulkan rasa penyesalan. Kaum muda memiliki kemungkinan
besar untuk mengalami penyesalan karena kekecewaan yang mereka alami atau
karena selisih pendapat dengan orang lain. Pada kasus yang ekstrim, seorang yang
merasakan penyesalan akan memutuskan untuk bunuh diri agar dirinya terhindar
dari rasa malu. Ketika seseorang bunuh diri, hal ini sering diinterpretasikan sebagai
suatu tindakan pembersihan diri akibat orang tersebut telah melakukan perbuatan
yang tidak baik. Bunuh diri dijadikan jalan keluar dari kesalahan yang telah
diperbuat.
5. Senyuman Orang Korea
Senyuman dipakai oleh orang Korea dengan maksud untuk menyembunyikan
perasaan dan untuk mematahkan hal-hal negatif seperti perasaan rendah diri,
penghinaan atau kesalahan. Sehingga orang Korea ketika dipaksa untuk
11
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
mengungkapkan perasaan atau pendapatnya kepada orang luar khususnya dalam
keadaaan yang terdesak, ia akan tetap diam atau berusaha melarikan diri dari situasi
tersebut dengan tersenyum. Senyuman orang Korea terkadang sering disalahartikan
oleh orang luar. Bagi orang Korea senyuman juga bisa berarti ekspresi positif yang
mengisyaratkan pemberian maaf terhadap kesalahan orang lain atau ekspresi
meminta maaf.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Korea Selatan saat ini menduduki peringkat pertama negara dengan angka bunuh diri
tertinggi di antara negara-negara yang tergabung dalam OECD (Organization for
Economic Cooperation and Development). Berdasarkan data statistik di Korea tahun
2006-2010 menunjukkan peningkatan yang signifikan.Untuk lebih jelas lihat table di
bawah ini.
Tabel Jumlah kematian karena bunuh diri di Korea tahun 2006-2010
Tahun
Jumlah
Angka
Jumlah Kematian
Kematian Kematian
per hari
2006
10.688
23,0
29
2007
12.174
24,8
33,3
2008
12.858
26,0
35,1
2009
15.413
31,0
42,2
2010
15.566
31,2
42,6
Sumber: http://korstat.go.kr diakses 1 Januari 2012
Sumber di atas menunjukkan pada tahun 2006 jumlah kematian di Korea yang disebabkan
oleh bunuh diri berjumlah 10.688. Tahun 2007 jumlahnya meningkat menjadi 12.174.
Lalu di tahun 2009 jumlah bunuh diri mencapai 15.413, jumlah ini mengalami
peningkatan sebanyak 2.555 dari tahun sebelumnya yang berjumlah 12.858. Sedangkan di
tahun 2010 jumlahnya bertambah sebanyak 153. Jumlah tersebut memperlihatkan bahwa
peningkatan jumlah kematian di Korea terbanyak terjadi di tahun 2009, sedangkan selisih
jumlah kematian dari tahun 2008 ke tahun 2009 yang berjumlah 2555, selisihnya
berkurang menjadi 153 di tahun 2010.
12
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
Penyebab Bunuh Diri di Korea
Bunuh diri selalu dipandang sebagai suatu fenomena individu. Alasan mendasar individu
melakukan bunuh diri diakibatkan oleh faktor psikologis yaitu depresi. Saat mengalami
depresi bunuh diri dilakukan sebagai suatu usaha nekat untuk melarikan diri dari
penderitaan yang sudah tidak dapat ditahan. Perasaan seseorang yang hendak melakukan
bunuh diri dibutakan oleh kebencian terhadap diri sendiri, keputusasaan dan perasaan
terkucilkan dari lingkungan sehingga ia tidak dapat melihat solusi lain selain bunuh diri
atas depresi yang dirasakannya. Tindakan seseorang dipengaruhi oleh pola perilaku.
Melihat perkembangannya di Korea Selatan, bunuh diri bukan lagi semata-mata hanyalah
fenomena individu, melainkan telah menjadi fenomena sosial karena dipengaruhi oleh
faktor sosial dan lingkungan. Faktor tersebut meliputi perubahan-perubahan sosial akibat
modernisasi di Korea. Menurut Inkeles & Smith (1974), modernisasi masyarakat
menghasilkan perubahan-perubahan sosial dalam cara seseorang memandang, menilai,
berekspresi dan bertindak dengan penghormatan terhadap diri sendiri, hubungan antarperseorangan dan dunia sekitarnya (Inkeles, 1983: 211).
Modernisasi di Korea merupakan transformasi secara tiba-tiba dari sistem monarki yang
tertutup menjadi demokratis, kapitalis, individualis mengikuti gaya Barat. Korea
mengadaptasi tidak hanya tekhnologi dari Barat tetapi juga ideologinya seperti: demokrasi,
hak asasi manusia individu, kebebasan memilih, kesetaraan gender dan individualisme.
Modernisasi Korea meliputi industrialisasi yang pesat. Mata pencaharian utama
masyakatnya berubah dari bertani menjadi pekerja jasa maupun industri yang tetap.
Modernisasi yang terjadi di Korea berlangsung selama 40 tahun lebih mulai dari tahun
1960-an. Modernisasi yang berlangsung cepat berkontribusi terhadap persoalan dan
kekacauan dalam nilai-nilai sosial, moralitas dan hubungan antar-perseorangan yang tidak
dapat menyimbangi proses industrialisasi (Hong, 2006)
Industrialisasi yang terjadi di Korea Selatan memacu masyarakatnya untuk senantiasa
berinovasi dan bersaing agar dapat menjadi yang terbaik. Persaingan yang semakin ketat
mengakibatkan tingginya tuntutan hidup, meningkatnya sikap individualisme dan
melemahnya ikatan sosial antarindividu. Hal ini berdampak terhadap proses interaksi
dalam lingkungan sosial. Sikap individualisme menciptakan masyarakat Korea yang
13
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
tertutup. Sikap tertutup ini menyebabkan mereka cenderung untuk tidak menceritakan
masalah yang sedang dialami kepada orang lain. Bertumpuknya berbagai persoalan yang
tidak teratasi senantiasa membebani pikiran mereka lalu timbullah perasaan depresi.
Depresi yang dihasilkan akibat ketidakmampuan individu beradaptasi dengan perubahan
sosial yang terjadi di Korea, dapat memicu praktik bunuh diri.
Selain faktor-faktor penyebab bunuh diri di atas, faktor penyebab bunuh diri lainnya yaitu,
efek negatif dari maraknya kasus bunuh diri. Semakin maraknya kasus bunuh diri di
Korea menstimulus orang banyak untuk turut melakukannya hal yang sama. Manusia
selalu memiliki kecenderungan meniru sesuai dengan apa yang dilihatnya.
Kasus Bunuh Diri di Korea
Di Korea, orang melakukan tindakan bunuh diri dengan menggunakan macam-macam
metode bunuh diri misalnya, gantung diri, meminum racun pestisida, terjun dari tempat
ketinggian, menabrakkan diri ke kereta api atau kendaraan bermotor, melukai diri dengan
benda-benda tajam, menembak diri dengan senjata api, membakar diri dan meminum
obat-obatan melebihi dosis. Di antara sekian banyak metode-metode bunuh diri, gantung
diri adalah metode bunuh diri paling sering dilakukan, kemudian diikuti oleh metode
dengan meminum racun pestisida dan terjun dari tempat ketinggian. Berikut ini adalah
pembahasan mengenai kasus-kasus bunuh diri di kalangan pelajar, usia 20-30an dan kaum
lanjut usia.
1. Kasus Bunuh Diri di Kalangan Pelajar
Menurut data kementerian selama periode tahun 2006-2010 kasus kekerasan di
sekolah dasar dan menengah yang mengakibatkan bunuh diri secara keseluruhan
berjumlah 735 siswa. Sedangkan kasus bunuh diri yang diakibatkan faktor
perselisihan dalam keluarga di kalangan pelajar pada periode tahun 2004-2008
berjumlah 177 siswa dari total keseluruhan yang berjumlah sebanyak 623 siswa.
Depresi adalah penyebab terbesar kedua yaitu mencapai angka 19,6% dari jumlah
keseluruhannya (Kim Boram, 2009. http://english.yonhapnews.co.kr). Keinginan
orang tua supaya anak mereka memperoleh prestasi di bidang akademis menuntut
anak-anak mereka untuk belajar yang keras. Tuntutan ini kerapkali memaksa mereka
belajar setiap hari dengan durasi belajar yang sangat lama bahkan membuat mereka
14
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
tidak memiliki waktu pribadi untuk bermain. Inilah yang membuat para pelajar di
Korea mengalami depresi.
2. Kasus Bunuh Diri di Kalangan Usia 20-an hingga 30-an
Bunuh Diri Pekerja Seni di Korea
Sepanjang tahun 2006-2010 setidaknya terdapat delapan orang pekerja seni yang
terdiri dari aktor, aktris, penyanyi, dan model. Nama-nama delapan orang tersebut
yang dilaporkan tewas akibat bunuh diri ialah U-Nee (2007), Jung Da-bin (2007), Ahn
Jae-hwan (2008), Choi Jin-sil (2008), Jang Ja-yeon (2009), Kim Da-ul (2009), Choi
Jin-young (2010), dan Park Young-ah (2010).
Ketatnya persaingan dalam industri hiburan Korea menuntut para pekerja seni di
Korea harus selalu memenuhi standar keinginan dari penggemar mereka. Selain itu
jadwal kegiatan mereka yang padat membuat mereka tidak memiliki waktu banyak
untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Bunuh Diri Pemuda Wajib Militer
Pemuda-pemuda yang berkisar antara 20-30 tahun di Korea diharuskan untuk wajib
militer. Selama rentan waktu tahun 2007 hingga 2009 menurut pemberitaan surat
kabar elektronik Yonhap terdapat 556 tentara yang meninggal bunuh diri saat sedang
mengikuti pelatihan militer
Faktor pemicu besarnya jumlah tersebut adalah dikarenakan beratnya pelatihan di
kamp militer di sana ditambah rasa senioritas yang tinggi. Kerapkali para tentara
junior mendapat perlakuan kasar, dilecehkan, bahkan dianiaya oleh para senior.
3. Kasus Bunuh Diri di Kalangan Kaum Lanjut Usia (40 tahun ke atas)
Penyebab kematian nomor satu pada golongan kaum lanjut usia di Korea adalah
penyakit neoplasma akut. Tindakan bunuh diri sendiri di kalangan kaum lanjut usia
jumlahnya memang tidak sebanyak jumlah bunuh diri di kalangan kaum muda tetapi
jumlah yang terus meningkat secara konstan setiap tahun maka sudah sepatutnya
mendapat perhatian khusus.
15
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
Hal ini sebagai mana dinyatakan oleh Park Ji-young, seorang profesor Kesejahteraan
Sosial di Universitas Sangji bahwa "As they get older, people are financially
challenged after a comparatively early retirement, and of course many of them have
health problems. But they have fewer options to rely on as many of them can't expect
their children's support in the absence of any effective social welfare programs.
Society marginalizes them and so it is not so strange that many elderly people
consider committing suicide". (Kim Tae-jong, 2011)
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa alasan kaum lanjut usia
melakukan tindakan bunuh diri adalah karena kebanyakan diantara mereka tidak
memiliki tunjangan hari tua yang mencukupi dan perasaan tidak ingin membebani
anak-anak mereka. Karena itu, kebanyakan dari mereka memilih untuk tinggal di
tempat panti jompo.
4. Kesimpulan
Semakin pesatnya perkembangan negara Korea di berbagai aspek membuat persaingan
pun semakin ketat. Persaingan ketat yang terjadi inilah yang menjadikan masyarakatnya
menganggap kesuksesan adalah segala-segalanya serta memiliki ambisi yang besar untuk
meraih kesuksesan. Ambisi yang besar untuk meraih kesuksesan terkait dengan mobilitas
yang tinggi di Korea. Industrialisasi akibat adanya proses modernisasi menyebabkan
tingginya mobilitas. Mobilitas yang tinggi di Korea terkait dengan keinginan seseorang
untuk mempertinggi status sosialnya di masyarakat.
Bunuh diri di kalangan pelajar dipicu oleh depresi akibat tuntutan orang tua di bidang
akademis. Para orang tua di Korea menganggap bahwa pendidikan merupakan cara untuk
mempertinggi status sosial mereka. Pendidikan yang tinggi memudahkan anak-anak
mereka dalam memperoleh pekerjaan yang dapat mempertinggi status sosial keluarga.
Bunuh diri di kalangan usia menengah dikarenakan ketidakmampuan untuk beradaptasi
dengan lingkungan sosial dengan tingkat persaingan yang tinggi. Sedangkan perasaan
kesepian dan tak berdaya yang biasa dialami oleh kaum lanjut usia merupakan alasan
banyaknya kaum lanjut usia yang melakukan tindakan bunuh diri.
16
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
Dari kasus-kasus bunuh diri yang terjadi, tipe bunuh diri di Korea dapat dikategorikan
sebagai bunuh diri anomik. Dikatakan sebagai bunuh diri anomik karena disebabkan oleh
lemahnya rasa terikat
dengan kelompok masyarakat. Individualisme dan sikap
mementingkan diri sendiri membuat lemahnya ikatan sosial.
Daftar Acuan
Buku:
Baudelot, C., & Establet, R. (2008). Suicide: The hidden side of modernity. Cambridge,
UK: Polity Press.
Durkhiem, E. (1951). Suicide: A Study in Sociology. New York: Free Press.
Inkeles, Alex. (1983). Exploring Individual Modernity. New York: Columbia University
Press.
Lee, Kwang-kyu. (2003). Korean Traditional Culture (Korean Studies Series No.25).
Seoul: Jimoondang.
Morrison, K. L. (2006). Marx, Durkheim, Weber: Formations of modern social thought.
Great Britain: Alden Press, Oxford.
Salomo, R., & Levitt, P. (2007). Psychological disorders: Suicide. New York: Infobase
Publishing.
Shim, Youn-ja T., Kim, Min-sun., & Martin, Judith N. (2008). Changing Korea:
Understanding Culture and Communication. New York: Peter Lang Publishing.
Sumber Internet:
Aviles, Kay. (2011, September 24). Youth Suicide in South Korea Soaring High.
Desember 27, 2011. http://m.ibtimes.com/youth-suicide-in-s-korea-soaring-high219380.html.
CAMH (2011, August 15). Understanding depression. September 25, 2011.
http://www.camh.net/About_Addiction_Mental_Health/Mental_Health_Informat
ion/Depressive_Illness/depressive_ill_understanding.html.
17
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
Hong, Michael Kang-e. (2006) Impacts of Rapid Social and Family Changes on the
Mental Health of Children in Korea. Journal of Psychiatry Investigation, 3, 6-25.
Diambil 25 Agustus 2013 dari psychiatryinvestigation database.
Jin, Pyo-Hong et al. (2006). Epidemiology of Suicide in Korea. Desember 28, 2011.
http://www.psychiatryinvestigation.org/html/fulltext.asp?no=0502006015&m=0.
Kim, Tae-jong. (2011). Depression: leading cause of suicides. November 17, 2011.
http://koreatimes.co.kr/www.news/nation/2013/07/117_99008.html
Korean Statistic (2010, October 5). Causes of death statistics. January 2, 2011.
http://kostat.go.kr.
Talusan, Lucille. (2010). S. Korea: The Suicide Capital of the World. August 13, 2010.
http://www.cbn.com/cbnnews/world/2010/August/S-Korea-The-Suicide-Capitalof-the-World/.
Veale, Jennifer. (2008). South Korean Are Shaken by a Celebrity Suicide. October 6,
2008. http://www.time.com/time/world/article/0,8599,1847437,00.html.
18
Krisis identitas ..., Dalisa Enda M T, FIB UI, 2013
Download