jurnal teknik mesin jtm journal of mechanical engineering

advertisement
JTM
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
JTM
JURNAL TEKNIK MESIN
ISSN 2089-7235
Volume 03, Nomor 3, Oktober 2014
ISSN 2089 - 7235
JTM
JURNAL TEKNIK MESIN
Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi
Volume 03, Nomor 3, Oktober 2014
1
ANALISA PENGARUH KECEPATAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN
DRAW BAR MESIN MILLING ACIERA DENGAN PROSES CNC TURNING
Isya Prakoso
2
PERANCANGAN MODEL AIR ALIRAN SILANG (CROSS FLOW TURBINE) DENGAN
HEAD 2 m DAN DEBIT 0,03 m3/s
Ridwan
3
KONSEP DESAIN MEKANISME TELESKOPIS AS/RS (AUTOMATED STORAGE AND
RETRIEVAL SYSTEM) DAN ANALISIS BEBAN PADA GUIDE RAIL
Febriansyah, Dadang S. Permana
4
ANALISA COVER SUB ASSY BATTERY UNTUK KENDARAAN BERMOTOR RODA
EMPAT
Rizky Satrio Putra
5
ANALISIS PENGGUNAAN ELEKTROLISER TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN
HC PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH MERK SUZUKI SHOGUN 125 CC TAHUN
PEMBUATAN 2010
Sigit Mahendro
6
ANALISA SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA MESIN BENSIN MENGGUNAKAN
SCAN TOOLS DAN GAS ANALYZER
Septa Pamungkas
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena dengan karunia dan hidayah-Nya,
Redaksi mampu menerbitkan jurnal JTM, Volume 03, Nomor 3 Tahun 2014.
Edisi jurnal kali ini menyajikan enam makalah hasil kerja Tugas Akhir mahasiswa Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana. Dalam makalahnya, beberapa mahasiwa
mempresentasikan judul yang erat kaitannya dengan desain dan analisis proses. Antara judul
yang disajikan adalah analisis pengaruh kecepatan feeding proses pemesinan terhadap
kekasaran bahan menggunakan mesin CNC, analisis penggunaan elektroliser terhadap emisi
gas buang CO dan HC dan perancangan model aliran silang pada turbin.
Kami mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada seluruh anggota
Dewan Redaksi, Redaktur Pelaksana serta semua pihak yang telah memberikan kontribusinya
selama proses penyiapan, penyusunan sampai penerbitan. Semoga keberadaan Jurnal
Teknik Mesin ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh civitas akademika secara umum dan
semua kolega di Universitas Mercu Buana secara khususnya.
Jakarta, Oktober 2014
Prof. (Em.) Dr.-Ing. Ir. Darwin Sebayang
Pemimpin Redaksi
ISSN 2089 - 7235
JTM
JURNAL TEKNIK MESIN
Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi
Pemimpin Redaksi
:
Prof. (Em.) Dr.-Ing. Ir. Darwin Sebayang (UMB)
Dewan Redaksi
:
:
Prof. Dr. Ir. Chandrasa Soekardi (UMB)
Dr. Kontan Tarigan (UMB)
:
Dr. Nurdin Ali (UMB)
:
Dr. Poempida Hidayatullah (UMB)
:
:
Prof. Dr. Bambang Suharno (Universitas Indonesia)
Dr. Nasrudin (Universitas Indonesia)
:
Dr. Ing.Puji Untoro (Universitas Surya)
:
Dr. Ing Kusnanto (Universitas Gajah Mada)
:
:
Dr. Sagir Alva (UMB)
Ir. Yuriadi Kusuma (UMB)
:
Dr. Sulistyo (Universitas Diponegoro)
:
Dr. Abdul Hamid (UMB)
:
Haris Wahyudi (UMB)
:
Nurato (UMB)
:
Edijon Nopian (UMB)
:
Fakultas Teknik, Kampus Menara Bhakti, Universitas Mercu
Buana
Redaktur Pelaksana
Alamat Redaksi
Jl. Meruya Selatan No. 01, Kembangan, Jakarta Barat 11650,
Indonesia
Email: [email protected]
Telp/Fax: +62 21 5871335
Jurnal ilmiah JTM diterbitkan 3 (tiga) kali dalam setahun pada bulan Februari, Juni dan
Oktober. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian, karsa cipta, penerapan dan
kebijakan teknologi yang berkaitan dengan Teknik Mesin.
ISSN 2089 - 7235
JTM
JURNAL TEKNIK MESIN
Jurnal Penelitian, Karsa Cipta,
Penerapan dan Kebijakan Teknologi
Volume 03, Nomor 3, Oktober 2014
DAFTAR ISI
1
ANALISA PENGARUH KECEPATAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN
PERMUKAAN DRAW BAR MESIN MILLING ACIERA DENGAN PROSES CNC
TURNING
1-6
Isya Prakoso
2
PERANCANGAN MODEL AIR ALIRAN SILANG (CROSS FLOW TURBINE)
DENGAN HEAD 2 m DAN DEBIT 0,03 m3/s
7-12
Ridwan
3
KONSEP DESAIN MEKANISME TELESKOPIS AS/RS (AUTOMATED STORAGE
AND RETRIEVAL SYSTEM) DAN ANALISIS BEBAN PADA GUIDE RAIL
13-18
Febriansyah, Dadang S. Permana
4
ANALISA COVER SUB ASSY BATTERY UNTUK KENDARAAN BERMOTOR RODA
EMPAT
19-26
Rizky Satrio Putra
5
ANALISIS PENGGUNAAN ELEKTROLISER TERHADAP EMISI GAS BUANG CO
DAN HC PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH MERK SUZUKI SHOGUN 125 CC
TAHUN PEMBUATAN 2010
27-37
Sigit Mahendro
6
ANALISA SISTEM BAHAN BAKAR
INJEKSI PADA
MENGGUNAKAN SCAN TOOLS DAN GAS ANALYZER
Septa Pamungkas
MESIN
BENSIN
38-45
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
1
ANALISA PENGARUH KECEPATAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN
PERMUKAAN DRAW BAR MESIN MILLING ACIERA
DENGAN PROSES CNC TURNING
ISYA PRAKOSO
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta
E-mail: [email protected]
Abstrak -- Dalam industri manufaktur terdapat banyak yang menggunakan proses pemesinan seperti:
mesin milling, mesin turning, mesin frais, dan lain-lain. Di dalam mesin milling merk Aciera terdapat part
yang sering rusak yaitu Draw Bar yang berfungsi untuk memasang dan mengencangkan arbor pada
kepala mesin. Pembuatan Draw Bar pada dasarnya dilakukan dengan proses turning CNC. Untuk
mendapatkan Draw Bar sesuai produk yang aslinya, penulis mencoba melakukan penelitian untuk
membuat Draw Bar dimulai dengan pemilihan material yang kekerasanya sama atau mendekati
kekerasan Draw Bar aslinya dan proses pemesinan dengan melakukan variasi perubahan feed rate
(kecepatan pemakanan) menggunakan mesin CNC turning type Tornado 100. Dari hasil analisis
pengaruh feed rate terhadap kekasaran permukaan pada proses pembubutan Draw Bar meggunakan
mesin CNC turning menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara perubahan feed rate
dengan hasil kekasaran permukaan Draw Bar dari hasil pengujian (eksperimen). Nilai hasil uji kekasaran
yang di dapat adalah 1.91 µm dengan putaran spindle = 2400 RPM dan feeding 240 mm/menit. Dari hasil
21 uji coba kekasaran berarti semakin tinggi feed rate maka kekasaran permukaan Draw Bar yang
dihasilkan akan semakin kasar. Hasil pengujian menggunakan surface roughness tester,pada bagian
Draw Bar menunjukkan hasil permukaan pada part original nya adalah 1.90 µm.
Kata kunci: Draw Bar, Mesin CNC Turning, Feed Rate dan Kekasaran Permukaan
Abstract -- In manufacturing industries, there are various machinery processes for instance milling
machine, turning machine, frais machine and etc. Inside Aciera milling machine there is one part that
often break called Draw Bar. Draw Bar is used to install and tightened arbor to machine heads. Draw
Bar machine is built using the process of turning CNC. In order to obtain the replication, writers have
done research on processing building Draw Bar from scratch by choosing materials that has identical
hardness as the original Draw Bar. Later the research is continued to the machinery process of doing
various feed rates using CNC different turning type of Tornado 100 machine. On the analysis result of
the feed rate influence on surface roughness draw bar turning process by cnc machine shows the
significant effect between feed rate changes and the result of the surface roughness from the
experiments. The result value of the roughness testing is 1.91 µm with spindle speed = 2400 Rpm and
feeding speed = 240 mm/minute.From the result on 21 roughness testing means that more high the
feed rate then roughness the surface.The test result by surface roughness tester on draw bar shows
the surface roughness on its original part it’s 1.90 µm.
Keyword: Draw Bar, Mesin CNC Turning, Feed Rate dan Kekasaran Permukaan
1.
PENDAHULUAN
Dengan kemajuan teknologi yang berkembang
tak ubahnya seiring dengan berkembangnya
industri manufaktur selaku pembuat atau
produsen. Dalam mengembangkan teknologi
yang berkualitas industri manufaktur melakukan
pengembangan dalam proses produksinya.
Secara umum mesin-mesin yang digunakan
dalam industri manufaktur tidak banyak
mengalami perubahan yang sangat signifikan
dalam proses produksinya. Mesin milling adalah
suatu mesin perkakas yang menghasilkan
sebuah bidang datar dimana pisau berputar dan
benda
bergerak
pemakanan.
melakukan
langkah
Sedangkan proses milling adalah suatu proses
permesinan yang pada umumnya menghasilkan
bentukan bidang datar (bidang datar ini
terbentuk karena pergerakan dari meja mesin)
dimana proses pengurangan material benda
kerja terjadi karena adanya kontak antara alat
potong (cutter) yang berputar pada spindle
dengan benda kerja yang tercekam pada meja
mesin. Mesin milling jika dikolaborasikan
dengan suatu alat bantu atau alat potong
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
pembentuk khusus, akan dapat menghasilkan
beberapa bentukan-bentukan lain yang sesuai
dengan tuntutan produksi, misal: Uliran, Spiral,
Roda gigi, Cam, Drum Scale, Poros bintang,
Poros cacing dan lain-lain.
Dalam bagian mesin milling terdapat
komponen yang sering rusak yaitu pada bagian
Draw Bar. Draw Bar merupakan poros untuk
memasang dan mengencangkan arbor pada
kepala mesin.
Untuk mendapatkan Draw bar tersebut dan
membutuhkan waktu yang lama karena
memesan langsung ke pabriknya. Oleh karena
itu digunakan adalah mesin bubut untuk
membuat Draw Bar tersebut. Mesin bubut
merupakan salah satu mesin yang sangat
diandalkan oleh industri manufaktur dalam
membuat berbagai produknya. Mesin ini dapat
memenuhi kebutuhan produksi untuk berbagai
produk dengan bentuk yang kompleks. Seperti
memproduksi perkakas-perkakas penting yaitu
komponen yang memiliki tuntutan kualitas yang
tinggi baik secara geometri maupun tingkat
kekasaran permukaan hasil pemotongannya.
Pada proses pemotongan, mesin bubut
mempunyai tiga gerakan utama yaitu gerakan
berputarnya benda kerja/spindle (main motion),
kecepatan gerak potong (feed motion) dan
kedalaman potong (adjusting motion / depth of
cut).
2.
2
2.1 Penjelasan Diagram Alir
Diagram
alir
adalah
diagram
yang
menggambarkan bagaimana jalankan program
mulai dari awal hingga akhir. Setiap diagram alir
harus mempunyai titik awal dan titik akhir.
Diagram alir dibentuk dengan memanfaatkan
simbol-simbol tertentu.
2.2 Bahan Dan Alat Penilitian
Dalam hal ini, material yang digunakan untuk
membuat Draw Bar sesuai dengan originalnya
adalah material logam atau metal. Untuk
mengetahui tingkat kekerasan Draw Bar
tersebut maka perlu dilakukan uji hardness
tester.
Gambar 2.1 Hasil Uji Hardness Tester Part
Original (30.8 HRC)
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
hubungan antara feeding dengan kekasaran
permukaan pada proses pembubutan Draw Bar.
FLOW CHART
Mulai
Studi Pustaka
Data Awal Penelitian :
1.Pemilihan Materials sample
objek penelitian.
2.Pengumpulan Data penelitian .
3.Pengambilan Data penelitian
Gambar 2.2 Hasil Test Material SS400 adalah
49.1 HRA
Pengujian Parameter:
1.n = Tetap
2.Depth Of Cut = Tetap
Analisis Hasil
Kesimpulan
Selesai
Gambar 2.3 Hasil Test Material SCM4 adalah
30.2 HRC
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
3
Alat Penelitian yang digunakan sesuai
kebutuhan seperti Dial Caliper, Hardness
Tester, Profile Projector, Surface Roughness
Tester.
1
Carbide Insert Navi
sirkular. Profile projector memperbesar profil
benda kerja ke dalam sebuah layar
menggunakan tipe pencahayaan diascopic
illumination. Dimension benda kerja dapat diukur
langsung dari layar atau dibandingkan dengan
referensi standar perbesaran. Agar akurat, saat
pengukuran jangan mengubah sudut pandang
(perspektif) objek.
Gambar 2.4 Pahat Carbide Insert
2
Dial caliper
Dial caliper sering juga disebut sigmat atau
jangka sorong adalah sebuah alat ukur yang
dapat dipakai untuk mengukur diameter luar,
diameter dalam, ketebalan dan kedalaman
celah.
Gambar 2.6 Profile Projector
1. Perhitungan Kekerasan Material
Gambar 2.5 Dial Caliper
Uji kekerasan (Hardness tester) adalah
salah satu sifat mekanik (Mechanical properties)
dari suatu material. Kekerasan suatu material
harus diketahui khususnya untuk material yang
dalam
penggunaanya
akan
mangalami
pergesekan (frictional force) dan dinilai dari
ukuran sifat mekanis material yang diperoleh
dari deformasi plastis (deformasi yang diberikan
dan setelah dilepaskan, tidak kembali ke bentuk
semula akibat indentasi oleh suatu menda
sebagai alat uji.
Berdasarkan rumus:
Indentation depth = 100 – HRC = t units
= 100 – 30.8 HRC= 69.2 units
= 69.2 X 0.002 mm = 0.14 mm.
Berdasarkan rumus:
RHN = 100 – 500 t
= 100 – 500 X 0.14 mm
= 100 – 70
= 30 HRC
2. Perhitungan berdasarkan profile projector
Tabel 2.1 Uji Hardness Tester
Beberapa Material
Hasil uji kekerasan
(HRC)
Ratarata
6.6
HRC
5.9
HRC
8.4
HRC
6.97
HRC
Hasil profile projector = 0.540 mm / 2 = 0.27 mm.
SS400
49.1
HRA
48.1
HRA
50.9
HRA
49.37
HRA
90°
SCM4
30.2
HRC
29.4
HRC
29.1
HRC
29.57
HRC
Material
S45C
3
Gambar 2.7 Hasil Profil Proyektor
0.27 mm
30°
Profile Projector
Profile Projector adalah perangkat pengukuran
optikal yang memperbesar permukaan objek
kerja dan diproyeksikan dalam skala linier/
60°
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
0.27 =
Sin 60
X
4
proses pemesinan. Alat untuk mengukur Ra
adalah roughness tester.
Sin 30
X 0.867
=
0.5 x 0.27
2.4. Analisis Hasil
X 0.867
=
0.135
X
=
0.16 mm.
Dalam melakukan analisis hasil dari data yang
telah diolah, penulis menggunakan metode
Anova Satu Faktor Untuk membuktikan hasil
pengaruh Cutting technology antara feeding
dengan nilai kekasaran permukaan yang
dihasilkan pada proses pembubutan Draw Bar
mnggunakan mesin CNC turning.
e. Surface Roughness Tester
Surface Roughness Tester merupakan alat
pengukuran kekasaran permukaan. Setiap
permukaan komponen dari suatu benda
mempunyai beberapa bentuk yang bervariasi
menurut struktumya maupun dari hasil proses
produksinya.
Surface Roughness Tester didefinisikan
sebagai ketidak halusan bentuk yang menyertai
proses produksi yang disebabkan oleh
pengerjaan mesin. Nilai kekasaran dinyatakan
dalam Roughness Average (Ra).Ra merupakan
parameter kekasaran yang paling banyak
dipakai secara intemasional. Ra didefinisikan
sebagai rata-rata aritmatika dan penyimpangan
mutlak profil kekasaran dari garis tengah ratarata.
2.5. Kesimpulan
Dari uraian metode penelitian diatas, untuk
mencapai hasil yang optimal maka alur
penelitian tersebut harus dapat berjalan sesuai
dengan urutannya.
3.
ANALISA
Untuk mengetahui material yang sesuai dengan
part original maka dilakukan pengujian sebagai
berikut:
3.1 Menentukan Parameter Setting
Sebelum
melakukan
pengujian
tingkat
kekasaran permukaan berdasarkan putaran
spindle (spindle speed) kedalaman potong
(depth of cut) dan kecepatan gerak potong (feed
rate) pada proses bubut, perlu dilakukan
perhitungan
parameter
setting
untuk
mendapatkan parameter yang sesuai. Berikut
perhitungan untuk putaran spindle (material
specimen SCM 4 memiliki cutting speeds 140 320 m/min dengan menggunakan alat potong
carbide jenis insert tip):
3.1.1
Gambar 2.8 Mesin Penguji kekerasan
(hardness tester)
Kedalaman Potong (Depth of Cut)
Nilai dari kedalaman pemotongan finishing
ditetapkan 0.2 mm.
3.1.2 Menentukan Putaran Spindle (RPM)
2.3 Prosedur
2.3.1
Machining
Machining adalah proses pembuatan benda
kerja dengan menghilangkan material yang tidak
diinginkan dari benda kerja dalam bentuk chip.
2.3.2
Berdasarkan tabel cutting speed dapat diperoleh
besar putaran spindle (spindle speed) dengan
persamaan (2.1) dalam satuan rpm:
Pengujian / Pengukuran
Pengujian kekasaran permukaan pada benda
kerja dilakukan untuk mengetahui
nilai
kekasaran draw bar apakah ada pengaruh
antara perubahan nilai feed rate dengan
permukaan benda kerja yang dihasilkan dari
n = 2342 rpm,
dibulatkan menjadi n = 2400 rpm.
3.1.3
Menentukan
(Feeding)
Kecepatan
Potong
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
5
Nilai fr = (0.05 – 0.24)
= 0.88 mm / menit
dalam satuan mm / menit.
3.1.4
Maka di tetapkan nilai fr = 0.1 mm.
Pada proses finishing,maka untuk masingmasing nilai f (feeding) diatas dilakukan
percobaan sebanyak 3 benda kerja, jadi total
benda kerja keseluruhan adalah sebanyak 21
pcs, dengan rincian sebagai berikut :
f1= 150 mm/putaran 3 benda kerja
f2= 180 mm/putaran 3 benda kerja
f3= 210 mm/putaran 3 benda kerja
f4= 240 mm/putaran 3 benda kerja
f5= 270 mm/putaran 3 benda kerja
f6 = 300 mm/putaran 3 benda kerja
f7 = 330 mm/putaran 3 benda kerja
Feeding = 0.1 x 2400 (rpm)
= 240 mm/ menit.
Berdasarkan perhitungan diatas kecepatan
feeding yang didapat adalah 240 mm/menit,
maka penulis mengambil variable feeding yaitu:
3 (tiga) ke atas dan 3(tiga) ke bawah. Dengan
putaran spindle tetap yaitu 2400 rpm dan
Kedalaman pemotongan tetap yaitu 0.2 mm.
Berdasarkan pada persamaan (2.3) dalam
satuan mm / menit.
212
=
240
/
Menentukan Waktu Pemotongan
Tabel 3.1 Level Variasi Nilai Feeding
Feeding Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Level 6 Level 7
(f)
(f₁) (f₂) (f₃) (f₄) (f₅) (f₆) (f₇)
Satuan
150 180 210 240 270 300 330
(mm / mnt)
3.2 MenentukanKekasaran Rata-Rata
Berdasarkan pada persamaan (2.4)
1. Ra untuk f = 150 mm/menit
Ra
= 1.90/3
= 0.64 μm
2. Ra untuk f = 180 mm/menit
Ra
= 3.66/3
= 1.22 μm
3. Ra untuk f = 210 mm/menit
Ra
= 4.73/3
= 1.58 μm
4. Ra untuk f = 240 mm/menit
Ra
= 5.72/3
= 1.91 μm
5. Ra untuk f = 270 mm/menit
Ra
= 7.29/3
= 2.43 µm.
6.
Ra untuk f = 300 mm/menit
Ra
= 9.10/3
= 3.03 µm.
7.
Ra untuk f = 330 mm/menit
Ra
= 12.58/3
= 4.19 μm.
Tabel 3.2 Uji Coba Variasi Kecepatan Feeding
Uji tabel kontingensi dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut :
1. Hipotesis
Ho : Persentasi nilai kekasaran adalah
sama dengan part original .
H1 : Persentasi nilai kekasaran adalah
tidak sama dengan part original.
2. X= 0,05.
Berdasarkan table.
3. Dalam uji ini yang digunakan adalah
distribusi probabilitas chi-kuadrat,x².
Tabel kontingensi di atas memiliki 3
baris (r=3) dan 21 kolom.
4. (c=21),maka df = v = (r-1) (c-1) =(31)(21-1) = 40.
5. Batas-batas daerah penolakan/ batas
kritis uji. Dari table X² untuk x= 0,05; dv
= 40; diperoleh X² = 55,758.
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
6
6. Aturan keputusan Tolak Ho dan terima
H1 jika RUX² > 55,758. Jika tidak
demikian terima Ho.
7. Rasio Uji :
Perhitungan dilakukan dengan tabulasi
berikut:
O
E
1,84
1,84
1,83
2,59
1,74
3,02
2,51
4,2
2,68
1,63
2,41
1,11
3,15
0,7
2,9
1,98
2,85
0,68
4,17
4,29
4,04
3,1
4,14
1,69
1,6
1,61
1,77
3,18
1,42
1,01
1,03
4,35
1,23
0,57
1,01
2,45
0,67
2,03
0,7
2,41
0,68
1,51
134,98
134.98 134,98
O-E
0
-0,76
-1,28
-1,69
1,05
1,3
2,45
0,92
2,17
-0,12
7,14
2,45
-0,01
-1,41
0,41
-3,32
0,66
-1,39
-1,33
-1,71
-0,83
4.
KESIMPULAN
1. Dapat menentukan material untuk membuat
Draw Bar yaitu SCM 4.
Tabel 3.3 Rasio Uji
Benda
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jumlah
Dengan hasil uji beberapa kecepatan
pemakanan berdasarkan perhitungan, maka
kecepatan pemakanan yang sesuai adalah 240
mm/menit.
(O-E)² (O-E)² / E²
0
-1,84
0,58
-2,01
1,64
-1,38
2,86
-1,34
1,1
-0,53
1,69
0,58
6
5,3
0,85
-1,13
4,71
4,03
0,01
-4,28
50,98
47,88
6
4,31
0
-1,61
1,99
-1,19
0
-1,01
11,02
6,67
0
-0,57
17,25
14,8
1,77
-0,26
2,92
0,51
0
-1,51
39,61
Sumber: (Prinsip-Prinsip Statistik Untuk teknik
Dan Sains, Harinaldi,2002,hal.201)
RUx² = X² test = Σ (O-E)² = 39.61
Pengambilan keputusan:
Karena RUx₂< 55,758 maka Ho diterima.
Kesimpulannya
adalah
Persentasi
nilai
kekasaran adalah sama dengan part original.
Kekasaran (Ra/µm)
2. Mendapatkan produk yang mendekati atau
sama dengan produk kualitas aslinya yaitu
dengan hasil kekasaran pada part original
adalah 1.84 µm.
Setelah melakukan analisis hasil penelitian,
yang mendekati kekasaran dari part original
adalah 1.90 µm dengan Parameter Pemotongan
sebagai berikut:



Putaran spindle (n) = 2400 rpm
Kedalaman pemotongan (doc) = 0.2 mm
Kecepatan pengumpanan (F) = 240
mm/menit
Dari penelitian didapatkan juga bahwa untuk
mendapatkan hasil kekasaran yang lebih halus,
maka kecepatan feed rate nya semakin rendah.
Sebaliknya apabila kecepatan feed rate nya
semakin tinggi, maka hasilnya semakin kasar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Donald R. Askeland. The Science And
Engineering Of Materials,Sixth Edition.
University Of California.
2. Harinaldi. Prinsip – Prinsip Statistik Untuk
Teknik Dan Sains.
2002. Ciracas. Jakarta.
1. James F. Shackelford. Materials Science For
Engineers, Sixth Edition. 2000. University Of
Missouri.
2. James
Madison.
CNC
Machining
Handsbook. Industrial Press Inc.
5. Steven R. Schmid, Manufacturing Engineering
And Technology, Prentice Hall International.
Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Feeding
Terhadap Kekasaran (Ra)
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
7
PERANCANGAN MODEL AIR ALIRAN SILANG (CROSS FLOW TURBINE)
DENGAN HEAD 2 m DAN DEBIT 0,03 m3/s
Ridwan
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta
Abstrak - Pembangkit listrik tenaga mikrohidro merupakan pembangkit listrik skala kecil yang
menggunakan air sebagai penggeraknya dan penggerak mula adalah turbin. Sistem pembangkit ini
sangat tepat digunakan di pedesaan karena sistem ini mudah dibuat, menghasilkan daya listrik yang
cukup besar dan biaya pembuatan yang lebih relatif murah. Atas dasar diatas maka perlu dirancang
suatu turbin yang mendukung sistem pembangkit ini, diantaranya adalah Turbin Aliran Silang. Untuk
merancang sebuah turbin air agar tidak terjadi kesalahan dalam perancangan (seperti hal-nya biaya
pembuatannya) maka dilakukan perancangan prototipenya.
Sebuah prototipe Turbin Aliran Silang dirancang dalam kegiatan tugas akhir ini dengan debit (Q) = 0,03
m3/s, head (H) = 2 m dengan efisiensi 0,80. Spesifikasi teknik utama dari hasil perancangan turbin
adalah diameter runner (D) = 0,195 m dengan putaran turbin 281,39 rpm daya keluaran efektif sebesar
470,4 W.
Keywords: Mikrohidro, Turbin, Listrik
1.
Pendahuluan
Pada saat sekarang ini, listrik merupakan
kebutuhan yang sangat penting dalam segala
aktifitas manusia. Upaya pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan listrik sampai saat ini
masih tetap berlangsung. Termasuk melalui
beberapa metode pengkonversian energi,
misalnya dengan sistem pembangkit listrik
tenaga air (PLTA), sistem pembangkit listrik
tenaga diesel (PLTD), sistem pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU), dan sistem lainnya. Tetapi
masih belum mencukupi kebutuhan listrik yang
ada.
Salah satu alternatif yang sudah digunakan
adalah penggunaan sistem pembangkit listrik
tenaga mikrohidro (PLTMH) yang merupakan
solusi tepat untuk dikembangkan. Dimana
energi air sejauh ini adalah alternatif yang
menarik. Sumber energi air dalam ukuran kecil
dan sedang banyak tersedia.
Telah dilakukan banyak pemanfaatan
dengan menggunakan turbin aliran silang,
namun sejauh ini turbin tersebut bekerja pada
tingkat efisiensi rancangan sekitar 76%. Dalam
usaha mendapatkan pengetahuan yang lebih
banyak
tentang
turbin
aliran
silang,
direncanakan untuk membuat alat uji turbin.
Tugas akhir ini dikhususkan merancang turbin
yang akan digunakan untuk alat uji tersebut.
mengubah energi air (energi potensial, tekanan
dan energi kinetik) menjadi energi mekanik
dalam bentuk putaran poros. Putaran poros
turbin ini akan diubah oleh generator menjadi
tenaga listrik. Sistem pembangkit tenaga yang
memanfaatkan tenaga aliran air secara
maksimal adalah sistem pembangkit tenaga air.
Tetapi karena umumnya sistem pembangkit ini
digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik,
maka sistem ini disebut sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA). Sistem ini
menggunakan turbin air sebagai alat utama
untuk membangkitkan tenaga. Penggerakan
turbin ini adalah memanfaatkan tenaga aliran
yang didapat daripada aliran air. Yaitu dengan
memanfaatkan kecenderungan air yang selalu
mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga
didapatkan energi potensial air.
Turbin Cross
Turbin
Flow
Prototipe
H
20
2
M
Q
0,3
0,03
m3/s
N
500
281,39
Rpm
ns
90,69
90,69
Rpm
Pt
44,7336
0,4704
kWatt
D1
0,345
0,195
M
Satuan
2. Tinjauan
Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan
digunakan secara luas untuk pembangkit
tenaga listrik. Turbin air berperan untuk
Energi tersebut didapat dengan cara
mengalirkan air dari suatu ketinggian dengan
laju aliran tertentu melalui suatu saluran yang
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
biasanya disebut dengan pipa pesat kesuatu
unit turbin. Kecepatan dan tekanan air yang
yang terjadi akibat perbedaan ketinggian
tersebut digunakan untuk memutar runner
(roda turbin atau bagian turbin yang berputar),
runner tersebut mempunyai fungsi menerima
energi tekan dan kecepatan dari air. Energi
yang diterima sudu-sudu, kemudian dirubah
menjadi energi mekanis dalam bentuk daya dan
putaran pada poros turbin.
8
Secara garis besar turbin air terdiri dari dua
bagian utama, yaitu stator dan rotor. Rotor
adalah bagian-bagian dari turbin yang bergerak
atau berputar seperti roda turbin, poros,
kopling, roda gaya, pulley dan bagian lainnya
yang dipasang pada poros atau roda turbin.
Stator adalah bagian-bagian dari turbin air yang
diam seperti saluran masuk, rumah-rumah,
bantalan poros, sudu antar, saluran buang dan
lain-lain, seperti yang diperlihatkan pada
gambar.
2.2 Kontruksi Dasar
Gambar 2.1 Skema : Konstruksi Dasar Turbin Air
(Sumber: Steeter. VL. 1998. Hal 105)
Roda turbin (runner) adalah bagian utama
dari turbin air yang berfungsi untuk merubah
tenaga potensial dan tenaga kinetis aliran air
menjadi tenaga mekanis yang berupa putaran
poros. Runner ini terdiri dari bagian hub dimana
sejumlah sudu-sudu gerak dipasang pada
sekelilingnya. Hub ini dipasang pada poros
dengan sebuah pasak memanjang dan mur
pengikat. Poros, kopling dan pulley adalah
bagian dari rotor turbin air yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya, sedangkan roda gaya
untuk meratakan putaran turbin.
Saluran buang untuk menyalurkan air yang
keluar dari roda turbin ke pembuangan (tail
race). Pada turbin aksi saluran buang ini berupa
ruang terbuka saja. Jadi dalam hal ini air keluar
dari roda turbin langsung jatuh ke pembuangan.
Namun pada turbin-turbin reaksi saluran buang
ini pada umumnya berupa tabung vakum (draft
tube). Tabung ini disamping berguna untuk
menyalurkan air buangan juga menambah
head dari instalasi sehingga meningkatkan
effisiensinya.
Saluran masuk dan rumah turbin air adalah
bagian utama dari stator turbin dimana sudusudu antara atau nozzle dan bantalan poros
dipasangkan. Pada turbin-turbin reaksi seperti
turbin Kaplan dan turbin Francis, saluran masuk
atau rumah-rumah berupa ruang pusaran
rumah siput (scroll casing) dimana sejumlah
sudu-sudu antar yang berfungsi untuk
mengatur atau mengarahkan aliran air
dipasang. Sedangkan pada turbin aksi, seperti
turbin Pelton dan turbin Cross Flow saluran
masuk berupa nozzle yang dilengkapi dengan
tombak-tombak (spear) atau sudu antar yang
berguna untuk mengatur aliran air masuk roda
turbin. Pada turbin Propeller, rumah-rumah
turbin berupa suatu tabung lurus dua lapis yang
antara keduanya dipasang sudu-sudu antar.
2.3 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin Air
Ada beberapa faktor yang mendasari
perencanaan dan pemilihan suatu turbin air.
Faktor-faktor tersebut yang terutama antara lain
adalah:
1. Debit aliran air
2. Head atau tinggi air jatuh
3. Kecepatan spesifik
4. Putaran turbin
5. Putaran pesawat yang digerakkan
6. Posisi poros turbin
7. Biaya pembangunan instalasi
Dari sekian banyak faktor tersebut di atas,
yang paling menentukan adalah debit dan head
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
9
aliran air. Ukuran atau dimensi turbin air sangat
tergantung kepada debit dan head air ini. Debit
air yang besar pada head tertentu akan
memerlukan turbin air ukuran besar,
sedangkan untuk head air yang besar pada
debit tertentu, dimensi turbin air cenderung
lebih kecil. Dengan demikian debit dan head air
ini secara tidak langsung akan menentukan
biaya
pembuatan
turbin
air
berikut
pembangkitnya, sperti pada gambar:
Disamping itu debit dan head air ini beserta
jumlah putaran pesawat yang digerakkannya
akan mempengaruhi juga dalam penentuan
putaran turbin sekaligus kecepatan spesifiknya.
Sedangkan kecepatan spesifik itu sendiri akan
menentukan pula terhadap jenis turbin yang
digunakan. Demikian juga debit dan head air ini
akan menentukan juga posisi turbin, yang mana
turbin-turbin dengan debit air yang besar
biasanya mempunyai poros vertikal.
Seleksi awal dari jenis turbin yang cocok untuk
suatu keperluan paling tepat dilakukan dengan
menggunakan Kecepatan spesifik (nS).
Ada beberapa faktor yang menentukan
dalam pemilihan debit dan head air yang
direncanakan untuk suatu pemilihan turbin.
Penentuan pontensi sumber air dan keadaan
tanah atau topografi sekitar lokasi dan
kapasitas listrik yang dibutuhkan, serta
kemampuan dana yang diperlukan untuk
membangun instalasinya. Kita mengenal tinggi
air jatuh total (gross head = H) dan tinggi jatuh
air effektif (effective head = Hef). Head total ini
adalah
perbedaan
ketinggian
antara
permukaan antara head race dengan tail race,
sedangkan effective head adalah tinggi jatuh air
total dikurangi dengan kerugian tinggi tekan
akibat gesekan pada pipa pesat dan peralatan
lainnya.
2.4 Konsep Turbin Aliran Silang
Salah satu jenis turbin aksi ini juga dikenal
dengan nama Turbin Michell-Banki yang
merupakan penemunya. Selain itu juga disebut
Turbin Osberger yang merupakan perusahaan
yang memproduksi turbin Cross Flow. Turbin
Cross Flow dapat dioperasikan pada debit 0,2
m3/s hingga 10 m3/s dan head antara 1 s/d 200
m. Sebagai suatu turbin aliran radial atmosferik,
yang berarti bekerja pada tekanan atmosfir,
turbin aliran silang menghasilkan daya dengan
mengkonversikan energi kecepatan pancaran
air.
Meninjau
karakteristik
kecepatan
spesifiknya, ia berada di antara turbin Pelton
dan turbin Francis aliran campur.
Turbin aliran silang (Cross Flow) terdiri
atas dua bagian utama, nosel dan runner. Dua
buah piringan sejajar disatukan pada lingkarnya
oleh sejumlah sudu membentuk konstruksi
yang disebut runner. Nosel berpenampang
persegi, mengeluarkan pancaran air ke selebar
runner dan masuknya dengan sudut 16o
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
10
terhadap garis singgung lingkar luar runner.
Bentuk pancaran adalah persegi, lebar dan
tidak terlalu tebal. Air masuk ke sudu-sudu pada
rim runner, mengalir diatasnya, ke luar,
memintas ruang kosong di antara bagian dalam
rim, masuk ke sudu-sudu pada sisi dalam rim
dan akhirnya keluar dari runner, seperti terlihat
pada gambar di bawah.
3.
Koefisien empiris

-
0,95
Efisiensi turbin

-
0,80
Massa jenis air
a
Kg/m3
1000
Gravitasi bumi
g
m/s2
9,81
Metodologi
Perancangan kali ini adalah perancangan untuk
prototipe turbin Cross Flow sebagai alat uji di
laboratorium. Turbin prototipe dibuat dengan
debit dan head yang lebih rendah, dengan data
sebagai berikut:
Tinggi jatuh air, H
Debit air,
Q
= 2m
= 0,03 m3/s
Tabel Hasil Perhitungan Diameter Runner
Diameter runner, D1 = 0,195m
Besaran
Berdasarkan data prototipe yang ada dilakukan
perencanaan
turbin
prototipe
dengan
perhitungan yang meliputi:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Segi Tiga Kecepatan
Perencanaan Dinding Runner
Perencanaan Sudu
Lengkung Pemasukan
Titik Berat Sudu
Perhitungan Gaya Impuls
Perencanaan Sabuk
Perencanaan Poros
Perencanaan Pasak
Perhitungan Umur Bantalan
Satuan
Nilai
Daya turbin
Pt
kW
0,4704
Putaran
turbin
N
rpm
281,39
Kecepatan
spesifik
ns
rpm
90,69
Diameter
runner
D1
m
0,195
Jari-jari
runner
R1
m
0,0975
Tabel Hasil Perhitungan Segitiga Kecepatan
4. Hasil Perhitungan Perancangan
Spesifikasi teknik turbin air aliran silang hasil
perancangan adalah sebagai berikut:
Tabel Data Perancangan
Besaran
Simbol
Simbol
Satuan
Nilai
Debit
Q
m3/s
0,03
Head
H
m
2
Konstanta
kecepatan
k
-
0,087
Sudut masuk
1
(o)
16
Besaran
Simbol
Satuan
Nilai
Kecepatan absolut air
masuk turbin
C1
m/s
5,95
Kecepatan tangensial
ujung sudu
U1
m/s
2,86
Kecepatan relatif air
terhadap sudu
W1
m/s
3,29
Sudut kecepatan nisbi
1
(o)
30
Jari-jari dalam turbin
R2
m
0,0639
Kecepatan arah radial
W2
m/s
2,51
Kecepatan
tangensial
U2
m/s
1,87
arah
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
Sudut
antara
kecepatan arah absolut
dengan
kecepatan
arah tangensial
11
2
( o)
53,31
Kecepatan absolut
C2
m/s
3,13
Kecepatan
absolut
aliran masuk tingkat II
C3
m/s
3,13
Kecepatan arah radial
aliran masuk tingkat II
W3
m/s
2,51
Kecepatan
arah
tangensial
aliran
masuk tingkat II
U3
m/s
1,87
Kecepatan
arah
tangensial aliran keluar
tingkat II
U4
m/s
2,86
Kecepatan arah radial
aliran keluar tingkat II
W4
m/s
3,29
Kecepatan
absolut
aliran keluar tingkat II
C4
m/s
1,64
Dari hasil perhitungan dengan data yang
diberikan untuk membandingkan antara model
dengan prototipe dengan Q = 0,03 m/s3 dan H
= 2 m, maka didapatkan diameter runner
sebesar 0,195 m dan kecepatan spesifik
sebesar 90,69, atas dasar kecepatan spesifik
ini maka sesuai dengan nilai kecepatan spesifik
untuk turbin Cross Flow (dengan Ns = 40 –
180). Dalam penentuan pipa untuk sudu, dipilih
pipa baja yang ada dipasaran, jadi tebal yang
didapatkan dari perhitungan disesuaikan
dengan tebal pipa yang ada dipasaran,
demikian juga halnya dengan panjang sabuk
hasil dari perhitungan disesuaikan dengan
panjang sabuk yang ada dipasaran.
didapatkan dari perancangan gambar sebesar
427 mm. Sedangkan untuk bahan pasak dipilih
bahan yang memiliki kekuatan tarik yang
kurang dari kekuatan tarik poros, sehingga
pasak akan lebih dahulu rusak dari pada poros
atau naf. Ini disebabkan harga pasak lebih
murah dan mudah menggantinya.
Untuk
penentuan
umur
bantalan
didapatkan umur bantalan A selama 49,95
tahun dan umur bantalan B selama 2230,39
tahun. Dari perbedaan umur bantalan A dan B
dapat diketahui bahwa gaya yang bekerja pada
masing-masing bantalan tidaklah sama.
6.
Kesimpulan
Dengan dibuatnya turbin prototipe dari turbin
Cross Flow sebagai alat uji labor maka
diharapkan akan mempermudah dalam
perancangan dan pembuatan turbin Cross Flow
yang sebenarnya untuk mendapatkan aliran
listrik yang tentunya dengan perawatan yang
relatif mudah dan murah. Dalam kegiatan
Tugas Akhir ini berdasarkan hasil perhitungan
dan perancangan dimensi turbin prototipe dari
turbin Cross Flow maka dapat disimpulkan:
1. Pada perancangan prototipe dari turbin
Cross Flow ini direncanakan ditempatkan
pada kondisi debit air 0,03 m3/s dengan
tinggi air jatuh sebesar 2 m dan putaran
turbin direncanakan 500 rpm. Dengan
diameter runner 0,195 m dan efisiensi
turbin sebesar 0,80. Dengan menghasilkan
potensi tenaga air turbin yang dapat
membangkitkan energi listrik dengan daya
effektif sebesar 470,4 W.
2. Sudu yang digunakan adalah dari pipa baja
dengan jumlah sudu dan jari-jari sudu
masing-masing 18 buah dan 32 mm.
3. Poros
yang
digunakan
untuk
menggerakkan runner tersebut digunakan
poros baja ST 37 dengan diameter poros
25 mm dan panjang poros 427 mm. Dan
pasak yang digunakan Ball Single-row 200
dengan lebar, tinggi, dan panjang pasak
adalah masing-masing 6 mm, 4 mm , dan
20 mm.
4. Sabuk yang digunakan adalah sabuk V tipe
B, dengan panjang sabuk 1408,95 mm.
5. Bantalan yang digunakan adalah bantalan
peluru dengan umur bantalan A selama
49,95 tahun dan umur bantalan B selama
2230,39.
DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan untuk penentuan poros
digunakan bahan baja ST 37. Dimana diameter
poros didapatkan dari hasil perhitungan
sebesar 25 mm dengan panjang poros
1.
Alex Arte, Ueli Meier, SKAT, Seri
Memanfaatkan Tenaga Air dalam Skala
Kecil Buku 2, Pedoman Rekayasa Tenaga
Air, Jakarta ,1991.
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
2.
C. A. Mockmore Professor of Civil
Engineering
and
Fred
Merryfield
Professor
of
Civil
Engineering,
Engineering The Banki Water Turbine,
Experiment Station Oregon State System
of Higher Education Oregon State College
Corvallis Buletin Series No. 25, 1949.
12
10
Rochim, Taufik, Teori dan teknologi
Proses Pemesinan, Lab. Teknik Produksi
Pemesinan, Jurusan Teknik Mesin, ITB,
Bandung, 1993
11
Sefriko, Maiyoni. No.BP : 98 171 017.
Penyusunan Komputasi Perancangan
Turbin Cross Flow Menggunakan Bahasa
Pemrograman Matlab V6.5. Tugas Akhir
Mahasiswa Teknik Mesin Universitas
Andalas Padang, 2004.
12
Sularso, Dasar Perencanaan Dan
Pemilihan Elemen Mesin Edisi Ke-6, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta, 1987
3
Dietzel, Fritz, Dakso Sriyono, Turbin
Pompa dan Kompressor, Erlangga,
Jakarta, 1993.
4
Dr Ingeniero de Minas, Layman's
Handbook on How to Develop a Small
Hydro Site (Second Edition), European,
1998.
13
5
DTI, Hydropak, Concept Design and
Analysis of a Packaged Cross Flow
Turbine, Europa, 2004.
Spotts, M.F., Design of Machine Element
Sixth Edition
14
European Small Hydropower Association
ESHA, Guide on How to Develop a Small
Hydropower Plant, Thematic Network on
Small hydropower (TNSHP), 2004.
The British Hydropower Association, A
Guide to UK Mini-Hydro Developments,
Version 1.2, 2005.
15
Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Penerbit ITB,
Bandung, 1991
16
http://home.carolina.rr.com/microhydro
17
http://www.hydropowerdams.com/atlas/industry.html
6
7
MHPG Series Harnessing Water Power
on a Small Scale, Cross Flow Turbine
Design and Equipment Engineering,
Volume 3, SKAT, Swiss, 1993.
8
Niemann G, Elemen Mesin, Edisi II, Jilid
1, Erlangga, Jakarta, 1999.
9
Popov, E.P, terjemahan Astamar Z,
Mekanika Teknik, Edisi kedua, Erlangga,
Jakarta, 1991.
18
http://europa.eu.int/en/comm/dg17/hydro/
layman2.pdf
19
http://lingolex.com/bilc/engine.html
20
http://en.wikipedia.org/wiki/Kaplan_turbine
21
www.itpower.co.u
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
13
KONSEP DESAIN MEKANISME TELESKOPIS AS/RS (AUTOMATED STORAGE
AND RETRIEVAL SYSTEM) DAN ANALISIS BEBAN PADA GUIDE RAIL
Febriansyah, Dadang S. Permana
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Mercu Buana
Email: [email protected]
Abstrak - Sistem penyimpanan barang semakin berkembang pemakaiannya, terutama pada industriindustri maju. Hal ini disebabkan semakin banyaknya jumlah permintaan akan barang-barang
kebutuhan baik industri maupun rumah tangga. Oleh karena itulah dikembangkan sistem penyimpanan
dan pengambilan barang secara otomatis yang biasa dikenal dengan AS/RS. Untuk merancang sistem
penyimpanan dan pengambilan barang tersebut, perlu terlebih dahulu memilih model sistem yang
digunakan. Dalam perancangan ini dipilih model Telescopic Shuttle, dengan pertimbangan lebih efisien
dari sisi pemakain ruang.Untuk merancang Telescopic Shuttle menggunakan bantuan software
Autodesk Inventor Professional 2015, yang kemudian dibandingkan dengan perhitungan manual
tegangan serta efek defleksi terjadi.
Kata kunci : AS/RS, Telescopic Shuttle, Tegangan, Defleksi
Abstract - Storage system usage is growing, especially in advanced industries. This is due to the
increasing number of requests for goods needs of both industry and households. Therefore developed
goods storage and retrieval system automatically commonly known as AS / RS. To design the storage
and retrieval systems such goods, it is necessary to first select a model system used. In the design of
the model choosen Telescopic Shuttle, with consideration more efficient in terms of usage space .For
designing Telescopic Shuttle are using assistance of Autodesk Inventor Professional 2015 software,
which was then compared to manual calculation stress and deflection effects occur.
Keywords: AS/RS, Telescopic Shuttle, Stress, Deflection
1.
PENDAHULUAN
Pemindahan bahan atau material adalah suatu
aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan
produksi maupun distribusi dan memiliki kaitan
erat dengan perencanaan tata letak fasilitas
produksi dan distribusi. Aktivitas ini merupakan
aktivitas
“non
produktif”
sebab
tidak
memberikan nilai perubahan apa-apa terhadap
material atau bahan yang dipindahkan,tidak
akan terjadi perubahan bentuk, dimensi,
maupun sifat-sifat fisik atau kimiawi dari
material yang berpindah. Kegiatan pemindahan
bahan/material tersebut akan menambah biaya
(cost).
Pada
masa
sekarang
ini
sistem
penyimpanan dan pengambilan barang secara
otomatis banyak digunakan oleh perusahaanperusahaan besar. Sistem tersebut biasa
disebut dengan ASRS (Automated Storage and
Retrieval Systems). Pada ASRS yang akan
penulis coba rancang adalah kosep Telescopic
Shuttle.
Keuntungan menggunakan Telescopic
Shuttle ini pastinya tidak memerlukan tempat
yang luas, seperti pada pengangkutan manual
yang menggunakan Fork Lift. Penggunaan
sistem secara otomasi, menyebabkan campur
tangan manusia dalam pengoperasiannya tidak
diperlukan. Dengan demikian sistem ini dapat
digunakan untuk barang-barang berbahaya,
seperti produk yang mengandung bahan kimia
tertentu atau dapat digunakan pada ruangan
yang steril.. Berdasarkan latar belakang, maka
dalam konsep rancangan ini ditentukan
beberapa masalah yaitu:
a. Bentuk telescopic shuttle yang akan dibuat .
b. Analisis beban telescopic shuttle yang akan
dirancang.
c. Defleksi yang terjadi.
Dengan permasalahan yang ada di atas,
maka dilakukan perancangan yang memiliki
tujuan berikut ini.
Tujuan penelitian ini adalah membuat
desain teleskopis yang akan digunakan sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan dan
melakukan pembandingan perhitungan analisis
secara manual dengan hasil yang didapat
piranti lunak Autodesk Inventor Proffesional
2015.
2.
METODOLOGI
2.1. Diagram alir perancangan
Diagram alir studi perancangan dari desain
Teleskopis AS/RS diberikan pada gambar
dibawah ini.
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
14
pengamatan langsung di lapangan dan mencari
permasalahan.
2.3.
Telescopic Shuttle Frame
Dimensi frame membatasi dimensi dari
telescopic shuttle seperti lebar dan tingginya.
Frame tersebut berfungsi sebagai dudukan dari
telescopic shuttle dan merupakan bagian yang
bergerak naik dan turun.
Dimensi frame tersebut sudah tetap
dan tidak boleh diubah-ubah. Frame ini terbuat
dari aluminium profil x. Berikut adalah bentuk
frame dari aluminium pada Gambar 1.
Gambar 1 Frame dari telescopic shutlle
Kemudian data pengukuran rak , yaitu gambar
berikut:
2.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dikelompokan
berikut:
sebagai
1. Data yang diperoleh dari pengamatan secara
langsung dan meminta keterangan dari
karyawan yang terlibat langsung. Data yang
diperoleh antara lain adalah data mengenai
dimensi atau ukuran.
2. Data yang tidak langsung diamati. Data ini
merupakan dokumentasi perusahaan, hasil
rancangan yang sudah lalu dan data lainnya.
3. Data yang dikumpulkan nantinya digunakan
dalam perancangan, antara lain:
a. Ukuran Transfer Line ASRS
 Ukuran Frame Teleskopis
 Ukuran rak Pallet
 Data-data lainnya.
b. Data alat penunjang.
 Data Material.
 Data Bearing Cam Follower.
Gambar 2 Rak dari telescopic shutlle
2.4. Upper Level dari Telescopic Shuttle
Bagian tersebut dibentuk dari sheet metal
dengan tebal 2 mm, panjang 350 mm, dan lebar
±390 mm yang akan ditekuk seperti pada
gambar.
Studi pendahuluan diperlukan untuk
mempelajari lebih lanjut apa yang akan menjadi
permasalahan. Studi pendahuluan terdiri dari
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
15
3.2.
Gambar 3 Bentuk sheet metal setelah ditekuk
Dari bagian yang sudah ditekuk tadi
memiliki dimensi panjang 350 mm, lebar 250
mm, dan tinggi 54 mm. Di sisi bagian dalamnya
akan disisipi dengan guide rail sebagai lintasan
dari cam follower.
Mekanisme Rantai
Gambar 6 Mekanisme Rantai
Poin-poin mekanisme Rantai ini adalah:
1. Hanya memerlukan 1 motor penggerak
2. Biaya lebih murah
3. Proses produksi lebih murah
Desain ini sedapat mungkin dibuat agar
terlihat compact dan memiliki fleksibilitas tinggi
sehingga dalam proses manufakturnya mudah
dilakukan. Dimensi panjang yang tidak terlalu
besar agar teleskopis tersebut mampu
mengambil dan menaruh barang dengan
memanjang ke depan dan belakang. Hal ini
ditunjukkan pada gambar dibawah.
Gambar 4 Guide rail sebagai lintasan cam
follower
3.
ANALISIS
3.1. Mekanisme Rack Gear
Gambar 7 Gerakan mengambil pallet dari rak
Gambar 5 Mekanisme Rack Gear
Poin-poin mekanisme Rack Gear ini adalah:
1. Memerlukan
beberapa
motor
penggerak
2. Biaya lebih mahal
3. Proses produksi lebih sulit karena
harus membuat rack gear
Gambar 8 Gerakan menaruh pallet pada
conveyor
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
Dari gambar terlihat bahwa teleskopis tersebut
bergerak memanjang ke arah sumbu x positif
untuk menjangkau box dari rak dan bergerak
memanjang ke arah sumbu x negatif untuk
meletakkan box ke belt conveyor. Untuk
peletakan telescopic shuttle diposisikan pada
tengah-tengah rangka agar pada saat kondisi
stand by strukturnya menjadi stabil.
3.3.
16
Dari gambar penampang tersebut didapatlah
nilai inersia sebesar 4,78 x 10-8 m4. Selanjutnya
mencari nilai momen untuk perhitungan
tegangan berdasarkan diagram momen berikut.
Perhitungan Beban Manual
Bentuk
pembebanan
dilakukan
untuk
menghitung tegangan dan defleksi maksimum
diasumsikan sebagai batang cantilever dengan
beban seragam dan ujung tetap. Asumsi ini
telah didiskusikan dengan pembimbing untuk
mengetahui tegangan maksimum, jika batang
dengan beban tepusat dan ujung terikat masih
memiliki tegangan di bawah kekuatan luluh
material. Dengan asumsi seperti ini defleksi
yang terjadi akan maksimum dan dapat
diketahui lendutannya masih berada pada
batas yang diperbolehkan atau tidak. Daerah
pembebanan dikonsentrasikan pada guide rail
dan perhitungan hanya dilakukan pada salah
satu guide rail sehingga bebannya terbagi dua
dari beban Pallet 400N menjadi 200N. ntuk
mendapatkan batas atau standard kebocoran
suatu produk perlu dilakukan beberapa kali
percobaan sehingga kita dapat menetukan
batas kebocoran suatu produk.
Gambar 11 Shear dan Momen diagram
Didapatlah nilai momen sebesar 23,11 Nm
yang selanjutnya digunakan untuk perhitungan
nilai tegangan yaitu sebesar  = 12,08 Mpa dan
besar nilai defleksi adalah  = 0,0836 mm.
3.4.
Gambar 9 Model pembebanan upper level
Kemudian dilakukan perhitungan inersia
berdasarkan bentuk penampang guide rail
seperti pada gambar berikut:
Perhitungan Komputasi
Pada analisis ini pembebanan dibuat
sedemikian rupa sehingga mirip dengan kondisi
nyata pembebanan teleskopis. Analisis ini
menggunakan program analisis tegangan yang
telah terintegrasi pada Autodesk Inventor
Professional 2015.
Berikut adalah gambar pembebanan
pada guide rail yang merupakan pembebanan
terdistribusi merata.
Gambar 12 Pembebanan pada guide rail
Gambar 10 Penampang dari guide rail
Dengan beberapa parameter yang telah
ditentukan seperti jenis material dan dimensi
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
diperoleh nilai tegangan maksimum sebesar
11,5697 MPa yang diperlihatkan pada gambar
berkut.
Gambar 13 Tegangan yang terjadi
Dan
besarnya
defleksi
berdasarkan
perhitungan komputasi adalah 0,0592996 mm
yang ditunjukkan pada gambar.
17
memiliki
beberapa
perbedaaan.
Dari
perhitungan numerik diperoleh hasil defleksi
sebesar 0,0836 mm sedangkan dari
perhitungan AUTODESK INVENTOR didapat
0,0592996 mm. Hal ini menunjukkan hasil yang
cukup besar, adapun perbedaan ini disebabkan
pada perhitungan numerik, bentuk benda dan
beban di sederhanakan menjadi Cantilever
Beam-Uniform Load-Fixed End seperti pada
gambar-9.
Dari gambar gambar-13 deformasi maksimum
terjadi pada bagian ujung dari guide rail dan
bentuknya melengkung ke samping. Hal ini
disebabkan karena adanya momen puntir pada
guide rail tersebut, walaupun sudah di
minimalisir dengan membuat tumpuan beban
menjadi sejajar tumpuan bantalan.
Berdasarkan dari perhitungan numerik didapat
tegangan maksimal sebesar 12,08 Mpa dan
berdasarkan hasil komputasi sebesar 11,5697
MPa. Jika dilihat angka ini masih berada
dibawah kekuatan luluh material yaitu 48 Mpa
(dari data material), sehingga walaupun terjadi
defleksi masih bisa kembali ke bentuk semula
karena masih berada pada daerah elastis.
Gambar 14 Defleksi yang terjadi
Gambar 15 Defleksi pada penampang
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan solusi alternatif desain maka
terpilihlah mekanisme teleskopis menggunakan
sistem rantai. Dari hasil perhitungan manual
menggunakan rumus-rumus yang ada dibandingkan
dengan
hasil
perhitungan
menggunakan
AUTODESK
INVENTOR
DAFTAR PUSTAKA
1. Mesin Perkakas Produksi dan Otomasi
Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi,
Serpong.
2. Hibler,R.C., Mechanic of Material, 5th ed.,
Pearson Education, Inc., New Jersey,
2003.
3. Khurmi. (2009). Machine Design(ch-01).
4. Wiratmaja Puja, IGN.2007. BAHAN
KULIAH MS 2214 ELEMEN MESIN 1,LAB
PERNCANGAN MESIN DEPARTEMEN
TEKNIK MESIN ITB.
5. ASRS.(2010),website:http://www.innerspa
ceeng.com/asrs.
6. AS/RS.(2010),website:http://www.mhia.org
/industrygroups/as-rs
7. ASRS.(2010),website:http://www.rollhandli
ng.com/pictures/auto-roll-stor-syst/asrs.jpg
8. Automated Storage and Retrieval Systems
(ASRS).(2010),website:http://en.wikipedia.
org/wiki/Automated_Storage_and_Retrieva
l_System
9. Automated Storage and Retrieval Systems.
(2010),website:http://www.answers.com/A
utomated-Storage-and-Retrieval-System
10. Automated Storage and Retrieval Systems
(ASRS).(2010),website:http://www.bastian
solutions.com/products/automatedstorage-and-retrieval-systems/default.asp
11. Automated Storage and Retrieval Systems.
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
(2010),website:http://en.wikipedia.org/Auto
mated_Storage_and_Retrieval_System
12. eFunda Properties of Aluminum Alloy AA
5050.
(2010),website:http://www.efunda.com/mat
erials/alloys/aluminum/show_aluminum.cf
m?ID=AA_6061&show_prop=all&Page_Tit
le=AA%206061
13. Storage Equipment. (2010), website:
http://www.ise.ncsu.edu/kay/mhetax/StorE
q/index.htm
18
14. Our Machines AS/RS. (2010), website:
http://www.asrs.net/our_machines.php
15. PatentStorm.(2010),website:http://www.pat
entstorm.us/patents/005839873.pdf
16. Telescopic Cantilever Gate. (2010),
website:
http://www.amcsecurity.com/GATES/_Telescopic/Copy_of_Telescopic_Cantilev
er_Gate_-_IBM.JPG
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
19
ANALISA COVER SUB ASSY BATTERY UNTUK
KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT
Rizky Satrio Putra
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercu Buana, Jakarta
Email: [email protected]
Abstrak - Baterai atau aki, atau bisa juga accu adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya
berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (dapat berbalikan) dengan efisiensinya yang tinggi.
Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel, adalah di dalam baterai dapat berlangsung
proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari tenaga
listrik menjadi tenaga kimia, pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektroda-elektroda yang
dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan di dalam sel. Atau
aki pada mobil berfungsi untuk menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia, yang akan
digunakan untuk mensuplai (menyediakan) listik ke sistem starter, sistem pengapian, lampu-lampu dan
komponen komponen kelistrikan lainnya. Didalam bateri mobil terdapat elektrolit asam sulfat, elektroda
positif dan negatif dalam bentuk plat. Plat-plat tersebut dibuat dari timah atau berasal dari timah. Karena
itu baterai tipe ini sering disebut baterai timah, Ruangan didalamnya dibagi menjadi beberapa sel
(biasanya 6 sel, untuk baterai mobil) dan didalam masing masing sel terdapat beberapa elemen yang
terendam didalam elektrolit.
Kata kunci: sel listrik, elektrokimia, elektrokimia reversibel, elektroda
Abstract - Batteries or accumulators, or it could be accu is a power cell where it takes place in a
reversible electrochemical process (it can turn over) with a high efficiency. An electrochemical reversible
process is inside the battery can last the process of conversion of chemical into electrical power
(emptying), and otherwise of electric power into energy chemistry, re-charging by the regeneration of
the electrodes used, namely by passing electric in the direction (polarity) opposite in the cell. Or in a car
battery is used to store electrical energy in the form of chemical energy, which will be used to supply
(supply) system to the electric starter, ignition system, lights and other electrical components. Inside the
car battery contained sulfuric acid electrolyte, the positive and negative electrodes in the shape of the
plate. Plates are made of tin or tin comes from. Therefore batteries of this type are often called lead
batteries, inside the room is divided into several cells (usually 6 cell, for car batteries) and within each
cell there are some elements that are submerged in electrolyte.
Keywords: electro cell, elektrokimia, elektrokimia reversibel, elektroda
I. Pendahuluan
Mobil adalah kendaraan darat yang digerakkan
oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih
(selalu genap), biasanya menggunakan bahan
bakar minyak (bensin atau solar) untuk
menghidupkan mesinnya. di dalam mobil
terdapat banyak komponen - komponen
penting, diantaranya engine, accu, transmisi,
axlee dan komponen-komponen lainnya
sebagai pendukung. Adapun energi di dalam
mobil yaitu, mekanik, kinetik, listrik & kimia.
System di dalam mobil terdiri dari, pembakaran,
pendinginan dan sistem kelistrikan. Sistem
kelistrikan merupakan suatu rangkaian yang
secara sistematis menghubungkan satu
komponen dengan komponen lain dengan
menggunakan arus listrik. Setiap komponen
mempunyai cara kerja dan fungsi yang berbeda
tetapi mempunyai tujuan untuk mendukung
system secara keseluruhan. Untuk mendukung
sistem kelistrikan dibutuhankan sumber listrik,
yang diperoleh dari baterai.
Baterai atau aki, atau bisa juga accu
adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya
berlangsung
proses
elektrokimia
yang
reversibel
(dapat
berbalikan)
dengan
efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud
dengan proses elektrokimia reversibel, adalah
di dalam baterai dapat berlangsung proses
pengubahan kimia menjadi tenaga listrik
(proses pengosongan), dan sebaliknya dari
tenaga listrik menjadi tenaga kimia, pengisian
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
kembali dengan cara regenerasi dari elektrodaelektroda yang dipakai, yaitu dengan
melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas)
yang berlawanan di dalam sel.
Baterai atau aki pada mobil berfungsi untuk
menyimpan energi listrik dalam bentuk energi
kimia, yang akan digunakan untuk mensuplai
(menyediakan) listik ke sistem starter, sistem
pengapian, lampu-lampu dan komponen
komponen kelistrikan lainnya.
Umur baterai dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal. Suhu yang ekstrim
sangat mempengaruhi umur baterai, karena
dapat merusak sel-sel pada baterai.
2. LANDASAN TEORI
Baterai atau aki, atau bisa juga accu adalah
sebuah sel listrik dimana di dalamnya
berlangsung
proses
elektrokimia
yang
reversibel
(dapat
berbalikan)
dengan
efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud
dengan proses elektrokimia reversibel, adalah
di dalam baterai dapat berlangsung proses
pengubahan kimia menjadi tenaga listrik
(proses pengosongan), dan sebaliknya dari
tenaga listrik menjadi tenaga kimia, pengisian
kembali dengan cara regenerasi dari elektrodaelektroda yang dipakai, yaitu dengan
melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas)
yang berlawanan di dalam sel.
Baterai atau aki pada mobil berfungsi untuk
menyimpan energi listrik dalam bentuk energi
kimia, yang akan digunakan untuk mensuplai
(menyediakan) listik ke sistem starter, sistem
pengapian, lampu-lampu dan komponen
komponen kelistrikan lainnya.
Didalam bateria mobil terdapat elektrolit
asam sulfat, elektroda positif dan negatif dalam
bentuk plat. Plat plat tersebut dibuat dari timah
atau berasal dari timah. Karena itu baterai tipe
ini sering disebut baterai timah, Ruangan
didalamnya dibagi menjadi beberapa sel
(biasanya 6 sel, untuk baterai mobil) dan
didalam masing masing sel terdapat beberapa
elemen yang terendam didalam elektrolit
Pada mobil banyak terdapat komponenkomponen kelistrikan yang digerakkan oleh
tenaga listrik. Diwaktu mesin mobil hidup
komponen
kelistrikan
tersebut
dapat
digerakkan oleh tenaga listrik yang berasal dari
alternator dan baterai (aki), akan tetapi pada
saat mesin mobil sudah mati, tenaga listrik yang
berasal dari alternator sudah tidak digunakan
lagi, dan hanya berasal dari baterai saja.
Contoh bentuk pemakaian energi listrik saat
mesin mobil dalam kondisi off (mati) adalah
pada lampu parkir, lampu ruangan, indikator
20
pada ruangan kemudi, peralatan audio (tape
recorder), peralatan pengaman dan lain-lain.
Jumlah tenaga listrik yang disimpan dalam
baterai dapat digunakan sebagai sumber
tenaga listrik tergantung pada kapasitas baterai
dalam satuan amper jam (AH). Jika pada kotak
baterai tertulis 12 volt 60 AH, berarti baterai
baterai tersebut mempunyai tegangan 12 volt
dimana jika baterai tersebut digunakan selama
1 jam dengan arus pemakaian 60 amper, maka
kapasitas baterai tersebut setelah 1 jam akan
kosong (habis). Kapasitas baterai tersebut juga
dapat menjadi kosong setelah 2 jam jika arus
pemakaian hanya 30 amper. Disini terlihat
bahwa
lamanya
pengosongan
baterai
ditentukan oleh besarnya pemakaian arus listrik
dari baterai tersebut. Semakin besar arus yang
digunakan, maka akan semakin cepat terjadi
pengosongan baterai, dan sebaliknya, semakin
kecil arus yang digunakan, maka akan semakin
lama pula baterai mengalami pengosongan.
Besarnya kapasitas baterai sangat ditentukan
oleh luas permukaan plat atau banyaknya plat
baterai. Jadi dengan bertambahnya luas plat
atau dengan bertambahnya jumlah plat baterai
maka kapasitas baterai juga akan bertambah
Sedangkan tegangan accu ditentukan oleh
jumlah daripada sel baterai, dimana satu sel
baterai biasanya dapat menghasilkan tegangan
kira kira 2 sampai 2,1 volt. Tegangan listrik yang
terbentuk sama dengan jumlah tegangan listrik
tiap-tiap sel. Jika baterai mempunyai enam sel,
maka tegangan baterai standar tersebut adalah
12 volt sampai 12,6 volt. Biasanya setiap sel
baterai ditandai dengan adanya satu lubang
pada kotak accu bagian atas untuk mengisi
elektrolit aki.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metodologi Penelitian
Dalam bagian ini dikemukakan antara lain
populasi, sampel dan cara pemilihannya,
ukuran sampel, variabel dan instrumen yang
akan digunakan. Jika menggunakan data
sekunder atau primer yang dikumpulkan oleh
peneliti lain atau lembaga tertentu, hal-hal
tersebut juga dikemukakan banyak sekali
metode yang digunakan, berdasar pengalaman
sering digunakan metode analitis statistika,
yang merupakan perhitungan-perhitungan
matematis untuk melihat kecenderungan suatu
obyek penelitian. Ditinjau dari variabel yang
diteliti dapat juga digunakan metode analisis
multivariat
yang
menghubung-hubungkan
proses antara berbagai variable
Untuk
memecahkan
masalah
atau
melakukan
proses
analisa
terhadap
permasalahan pada kendaraan, penulis
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
21
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
dalam pembahasan analisa problem kendaraan
tidak dapat distater. Untuk mengetahui akar
permasalahan ini penulis menggunnakan
metode Fish Bone.
3.2. Fish Bone
MACHINE
MAN
METHODE
Alternator is not function
Low maintanance from user
Driving Habit
User didn't check battery
condition frequently
Alternator belt is broken
Seldom driving car
User think car as good as
usual
Alternator belt was beyond of
service
Short distance driving
User didn't recognize about
maintanance
Lack of maintanance
Gambar 4.2 Simulasi pengambilan data
BATTERY DEAD
Chemical compund attached
on pole
Element of cell is damage
Electrolyte spilled on pole
Gassing/ deterioration
Careless filling electrolyte to
battery
Over heat condition around
battery
Bad condition of road
Heat engine temp. Approach
battery easily
Can loosen connection or
crack the case
Position of battery and engine
is close
Pole Corrotion
Vibration
Battery cell not function
Over heat temperature
ENVIRONMENT
MATERIAL
Gambar 3.1 Fish Bone
3.3. Testing Methode
BATTERY DEAD
TESTING CAUSE
VALID
BACK
TO
TREE
INVALID
MAN
MACHINE
Unrecognize about maintanance
Lack of alternator maintanance
EVIDENCE
EVIDENCE
User check their car frequently.
Alternator and other component is OK
METHODE
MATERIAL
Short distance travel
Overheat condition around
EVIDENCE
EVIDENCE
Costumer use car for daily activity
working and another necessaty.
Liquid battery temperature up to 64C and more.
MATERIAL
ENVIRONMENT
Vent cap installed unproperly
Over heat temperature
EVIDENCE
EVIDENCE
Visual condition and check show that
vent cap was already installed properly.
Position of engine and battery is close and make
battery easy to be approached by engine heat.
Alat ukur yang digunakan untuk
mengambil temperatur adalah termometer.
Termometer dimasukkan kedalam baterai
melalui celah kecil untuk mengukur temperatur
baterai dan untuk mengukur temperatur
lingkungan termometer ditempelkan pada tiang
penyangga baterai. Kemudian data yang
terkumpul nantinya akan dijadikan landasan
untuk menentukan Cover S/A Battery baru.
Sehingga dapat diperoleh penyelesaian pada
permasalahan ini yaitu menentukan Cover S/A
Battery yang dapat mengurangi transfer panas
dari lingkungan ke battery. Adapun data yang
telah diambil yaitu temperatur battery dengan
menggunakan Cover S/A Battery current dan
temperatur lingkungan sebagai berikut.
Urethane
ENVIRONTMENT
Loosen connector or crack case
EVIDENCE
Visual condition check is OK.
No loosen connector or crack in case.
4. DATA & ANALISA
4.1. Pengambilan data Testing Methode
Tahap pengambilan data diperoleh dari
pengamatan mengenai temperatur lingkungan,
temperatur battery dengan Cover S/A Battery
current & temperatur battery dengan Cover S/A
Battery improve.
CURRENT
Gambar 4.3 Cover S/A Battery current
Condition: AC ON.
: Outside temp. 28 -31 C
: Time 180 minutes
: Idle up to 980 rpm
: 11.00 ~ 14.00 WIB
: Tanjung Priuk area
Gambar 4.1 Termometer
Gambar 4.4 Condition Trial
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
22
Waktu
Temp.
(Menit) Lingkungan °C
0
32
15
66
30
71.3
45
72.3
60
73.8
75
74
90
73.7
105
73.4
120
73.6
135
73.2
150
73
165
72.5
180
73
Battery Temp.
(current cover)°C
27.5
30.8
36
40.7
45
48.4
51.4
54.1
56.8
59.5
61.4
63.5
67
Tempe
Tabel 4.1 Pengukuran Temp. Lingkungan dan
battery
Tabel 4.2 Trial menentukan Cover S/A
Battery
No.
Sample
Workability
Full urethane
1
Reason
: Cover battery didn't fit to carrier
Cover battery can't down and come inside
carrier because of dimension of cover
didn't match with carrier.
NG
Lower sheet
Cover bottom
dimension is not
match with carrier
: Operator hard to install cover, need two
hands and additional lead time to make
sure cover battery touch and come inside
carrier.
Full urethane
Lower and
cover are
combined
2
NG
Lower sheet
Hubungan antara Temp. Dengan Life time
Battery
Need two hands to
install cover battery
: No problem in workability
But lower sheet is PP
Full urethane
3
Folding
NG
Lower sheet
possible to
Creep
Dari data-data yang diambil dapat
diperkirakan bahwa Cover S/A Battery current
tidak effective. Setelah pengetesan selama tiga
jam temperatur liquid battery meningkat
sampai 67°C. Countermeasure untuk masalah
ini ialah dengan memodifikasi Cover S/A
Battery. Dengan design baru diharapkan dapat
menyamai atau lebih baik dari Cover S/A
Battery competitor yaitu 58°C.
: Cover battery couldn't come
inside carrier battery.
same with sample 2
Full urethane
4
Material is
PP - GF 20
NG
Cover couldn't
come inside
carrier
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
: No problem in workability
But there is additional
process to combine double
tape and lower sheet
Full urethane
Material is
PP - GF 20
5
23
Keenam isolator diatas lalu diinstall pada
design baru, kemudian trial kembali dengan
metode dan kondisi yang sama seperti trial awal
dengan menggunakan current cover S/A
battery.
OK
4
5
Need additional
process : Attach
lower sheet using
double tape
3
1
Dari lima sampel diatas bisa ditentukan yang
mana yang akan digunakan untuk Cover S/A
Battery, yaitu sampel nomer lima.
2
Lalu menentukan isolator dengan
menggunakan berbagai macam bahan isolator
sebagai bahan trial, berikut enam bahan yang
digunakan dalam trial
7
6
Tabel 4.3 Thermal Conductivity isolator
No.
Nama
1
Cotton Wool insulation
Gambar
Thermal Conductivity
k
W/(m K)
0.029
2
Fiber insulating board
0.048
3
Foam Glass
0.045
8
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Nama
Cover
Cover ext
Insulator
Insulator
Insulator
Lower Sheet
Tape
Tape
Material
Polypropylene (PP)
Polypropylene (PP)
PP GF-20
Tape
Tape
Gambar 4.5 Cover S/A Battery improve
4
Plastics, foamed
Tabel 4.4 Thermal Conductivity cover
0.03
No.
5
6
Styrofoam
Urethane foam
Nama
Gambar
Thermal
Conductivity k
W/(m K)
0.033
1 Polypropylene (PP)
0.249
2
0.442
0.021
PP GF-20
Sumber : ASHRAE Fundamentals Hanbook
(SI Edition), 1997
Sumber : ASHRAE Fundamentals Hanbook
(SI Edition), 1997
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
24
Tabel 4.5 Trial menggunakan 6 insulator
Waktu
(Menit)
Temp.
Lingkungan °C
Battery Temp.
(current cover)°C
Battery Temp.
(insulaor 1)°C
Battery Temp.
(insulaor 2)°C
Battery Temp.
(insulaor 3)°C
Battery Temp.
(insulaor 4)°C
Battery Temp.
(insulaor 5)°C
Battery Temp.
(insulaor 6)°C
0
15
32
66
30
45
60
75
71.3 72.3 73.8 74
27.5 30.8 36
40.7 45
90
=
105 120 135 150 165 180
73.7 73.4 73.6 73.2 73
72.5 73
48.4 51.4 54.1 56.8 59.5 61.4 63.5 66
27.5 30.7 34.2 37.3 39.9 42.8 45.9 50.8 50.8 54.1 55.2 56
58.7
27.5 32.6 37.1 39.1 42.1 44.8 47.6 53.2 54.9 56.7 57.9 58.7 61.8
27.5 32.1 36.9 39
(Tl − Tb)
∆μPP ∆μi1
(
+
)
kPP
ki1
41.8 44.5 47.3 52.9 54.7 56.3 57.7 58.5 61.5
27.5 31.2 35.4 38.1 40.6 43.1 46.3 51.7 51.9 55.2 55.9 57.3 59.3
27.5 31.5 35.9 38.7 40.8 43.7 46.7 52.1 52.2 55.8 56.7 57.8 59.6
27.5 30.3 33.9 36.9 39.7 42.4 45.4 47.7 50.4 53.2 54.7 56.2 58
1. Perhitungan
heat
transfer
dengan
menggunakan improve Cover S/A Battery
insulator 1
Tlingkungan = 73°C
= 346K
Tbattery = 58.7°C
= 331.7K
∆T = Tl - Tb
= 346K - 331.7K
= 14.3K
∆µPP = 0.0025 m
kPP = 0.249 W/(m.K)
∆µi1 = 0.006 m
ki1 = 0.029 W/(m.K)
(Tl − Tb)
∆μPP ∆μi1
(
+
)
kPP
ki1
(346K − 331.7K)
=
0.0025 m
0.006 m
(
+
)
0.249 W/(m. K) 0.029 W/(m. K)
(14.3K)
=
(0.01 . / + 0.21 . / )
(14.3K)
=
(0.22 . / )
=
Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat
temperatur yang tercapai dari masing-masing
insulator yang digunakan setiap 15 menit sekali
selama 3 jam.
4.2. Analisa
Dengan data-data tersebut dapat dicari heat
transfer dari masing-masing cover battery.
Perhitungan di bawah ini menggunakan data
temperatur dimenit ke 180, dengan rincian
sebagai berikut :
Cover
Tlingkun
Isolator
TBattery
= 65
/
= 0.065
/
2. Perhitungan
heat
transfer
dengan
menggunakan improve Cover S/A Battery
insulator 2
Tlingkungan = 73°C
= 346K
Tbattery = 61.8°C
= 334.8K
∆T = Tl - Tb
= 346K – 334.8K
= 11.2K
∆µPP = 0.0025 m
(Tl − Tb)
=
∆μPP
∆μi1
(
+
)
kPP.
ki1.
(Tl − Tb)
=
1 ∆μPP ∆μi1
(
+
)
kPP
ki1
kPP = 0.249 W/(m.K)
∆µi2 = 0.006 m
ki2 = 0.048 W/(m.K)
(Tl − Tb)
=
∆μPP ∆μi1
(
+
)
kPP
ki1
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
(346K − 334.8K)
0.0025 m
0.006 m
(
+
)
0.249 W/(m. K) 0.048 W/(m. K)
(11.2K)
=
(0.01 . / + 0.125 . / )
(11.2K)
=
(0.135 . / )
=
= 82.96
=
/
.
/
3. Perhitungan
heat
transfer
dengan
menggunakan improve Cover S/A Battery
insulator 3
Tlingkungan = 73°C
= 346K
Tbattery = 61.5°C
= 334.5K
∆T = Tl - Tb
= 346K – 334.5K
= 11.5K
∆µPP = 0.0025 m
kPP = 0.249 W/(m.K)
∆µi3 = 0.006 m
ki3 = 0.045 W/(m.K)
(Tl − Tb)
=
∆μPP ∆μi3
(
+
)
kPP
ki3
(346K − 334.5K)
=
0.0025 m
0.006 m
(
+
)
0.249 W/(m. K) 0.045 W/(m. K)
(11.5K)
=
(0.01 . / + 0.13 . / )
(11.5K)
=
(0.14 . / )
= 82.14
=
/
.
/
4. Perhitungan
heat
transfer
dengan
menggunakan improve Cover S/A Battery
insulator 4
Tlingkungan = 73°C
= 346K
Tbattery = 59.3°C
= 332.3K
25
kPP = 0.249 W/(m.K)
∆µi4 = 0.006 m
ki4 = 0.03 W/(m.K)
(Tl − Tb)
=
∆μPP ∆μi4
(
+
)
kPP
ki4
(346K − 332.3K)
=
0.0025 m
0.006 m
(
+
)
0.249 W/(m. K) 0.03 W/(m. K)
(13.7K)
=
(0.01 . / + 0.2 . / )
(13.7K)
=
(0.21 . / )
= 65.24
=
/
. 065
/
5. Perhitungan
heat
transfer
dengan
menggunakan improve Cover S/A Battery
insulator 5
Tlingkungan = 73°C
= 346K
Tbattery = 59.6°C
= 332.6K
∆T = Tl - Tb
= 346K – 332.6K
= 13.4K
∆µPP = 0.0025 m
kPP = 0.249 W/(m.K)
∆µi6 = 0.006 m
ki6 = 0.033 W/(m.K)
(Tl − Tb)
=
∆μPP ∆μi4
(
+
)
kPP
ki4
(346K − 332.6K)
=
0.0025 m
0.006 m
(
+
)
0.249 W/(m. K) 0.033 W/(m. K)
(13.4K)
=
(0.01 . / + 0.18 . / )
(13.4K)
=
(0.19 . / )
= 70.53
=
.
/
/
∆T = Tl - Tb
= 346K – 332.3K
= 13.7K
6. Perhitungan
heat
transfer
dengan
menggunakan improve Cover S/A Battery
insulator 6
∆µPP = 0.0025 m
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
26
Tlingkungan = 73°C
= 346K
Tbattery = 58°C
= 331K
∆T = Tl - Tb
= 346K – 331K
= 15K
∆µPP = 0.0025 m
kPP = 0.249 W/(m.K)
∆µi6 = 0.006 m
ki6 = 0.021 W/(m.K)
(Tl − Tb)
=
∆μPP ∆μi4
(
+
)
kPP
ki4
(346K − 331K)
=
0.0025 m
0.006 m
(
+
)
0.249 W/(m. K) 0.021W/(m. K)
(15K)
=
(0.01 . / + 0.28 . / )
(15K)
=
(0.29 . / )
= 51.72
=
.
5.
Dari serangkaian trial dan analisa yang telah
dilakukan,
dapat
diambil
kesimpulan
menentukan Cover S/A Battery sebagai berikut:
/
/
Dari data dan perhitungan dapat kita
kumpulkan dalam sebuah tabel dan grafik
berikut.
Tabel 4.6 Hasil perhitungan
Cover Battery
(insulaor 1)
Cover Battery
(insulaor 2)
Cover Battery
(insulaor 3)
Cover Battery
(insulaor 4)
Cover Battery
(insulaor 5)
Cover Battery
(insulaor 6)
KESIMPULAN
∆T
K
∆µ
m
k
W/(m.K)
Q/A
kW/m²
14.3
0.006
0.029
0.065
11.2
0.006
0.048
0.083
11.5
0.006
0.045
0.082
13.7
0.006
0.030
0.065
13.4
0.006
0.033
0.070
15.0
0.006
0.021
0.051
1. Dalam menentukan Cover S/A Battery yang
akan digunakan maka harus diketahui
konduktivitas
termal,
tebal
dinding,
temperatur battery, temperatur lingkungan
dan heat transfer per unit area.
2. Pemilihan Cover S/A Battery berdasarkan
temperatur battery yang paling rendah dan
heat transfer per unit area paling rendah.
Adapun
selisih
antara
temperatur
lingkungan dengan temperatur baterai yaitu
15°C dan heat transfer per meter persegi
yang paling rendah yaitu 0.051 kW/m².
3. Dari Pemilihan Cover S/A Battery ini didapat
penambahan design pada cover bawah dan
cover samping.
4. Adapun penambahan insulator pada cover
samping dengan insulator urethane foam.
DAFTAR PUSTAKA
ASHRAE Fundamentals
Edition), 1997.
Hanbook
(SI
D Althhouse, Andrew; H Turnquist, Carl; F
Bracciano, Alfrod; "Modern Refrigeration
and Air Conditioning ",
The Goodheart Wilcox Company, South
Holland, 1982
http://www.solar-electric.com/deep-cyclebattery-faq.html
http://www.matweb.com/search/DataSheet.
aspx?MatGUID=cb2de59622bd485393435
6bf44f61d45&ckck=1
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
27
ANALISIS PENGGUNAAN ELEKTROLISER TERHADAP EMISI GAS BUANG
CO DAN HC PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH
MERK SUZUKI SHOGUN 125 CC TAHUN PEMBUATAN 2010
Sigit Mahendro
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Mercubuana, Jakarta
Abstrak - Pada penelitian ini digunakan motor tipe 4 langkah merk Suzuki Shogun 125 cc dengan tahun
pembuatan 2010. Pengambilan data uji emisi gas buang dilakukan ketika motor sebelum dan sesudah
memakai elektroliser dengan berbagai campuran elektrolit. Data diambil berdasarkan perubahan
putaran mesin mulai dari 1000 rpm sampai 4000 rpm. Hasil tertinggi untuk CO terjadi pada RPM 4000
dengan campuran elektrolit aquades dan 1 ½ sendok makan KOH dengan nilai 1,04 %. Sedangkan CO
terendah terjadi pada RPM 3200 ketika motor tidak menggunakan elektroliser dengan nilai 0,07%.
Untuk HC tertinggi ada pada RPM 1000 ketika motor tidak menggunakan elektroliser dengan nilai 382
ppm. Sedangkan HC terendah terjadi pada RPM 4000 dengan campuran elektrolit aquades dan KOH
sebanyak ½ sendok makan sebanyak 20,33 %. Dimana nilai tertinggi CO2 adalah 8,2% ada pada 2
campuran elektrolit yaitu campuran pertama adalah elektrolit aquades dengan KOH sebanyak 1 sendok
makan dan campuran kedua adalah ketika motor menggunakan elektroliser dengan elektrolit hanya
aquades saja. Sedangkan untuk nilai CO2 terendah bernilai 4,1%. Berdasarkan pengambilan data-data
tersebut, nilai emisi gas buang pada sepeda motor ini masih ada dibawah standar KEPMEN LH
05/2006.
Kata kunci: Elektrolisis, emisi gas buang sepeda motor
1. PENDAHULUAN
Polusi udara di Indonesia pada beberapa tahun
terakhir ini semakin mengkhawatirkan, khususnya
di DKI Jakarta. Dimana sebagai ibu kota negara,
DKI Jakarta adalah kota yang memiliki
permasalahan polusi yang sangat tinggi baik dari
sektor rumah tangga, industri, dan transportasi.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh JICA
dan BAPEDAL tahun tahun 1997, diketahui
bahwa kendaraan bermotor adalah penyumbang
emisi CO dan SO2 terbesar di Jakarta, yang
mencemari udara sebesar 599.180 dan 411.140
Ton/tahun, jauh lebih kecil jika dibandingkan
dengan utility/rumah tangga, industri, dan limbah
padat
Untuk kepemilikan kendaraan roda empat,
berdasarkann penelitian yang dilakukan oleh JICA
dan BAPPENAS, diketahui bahwa rata-rata
kepemilikan mobil per 100 penduduk adalah 20.7
dan rata-rata kepemilikan mobil per kepemilikan
rumah adalah 1.2, yang setara dan bahkan
melebihi negara maju. Dijelaskan pula bahwa, ada
28.8% penduduk yang tidak menggunakan
kendaraan bermotor dan 78.2% menggunakan
kendaraan bermotor, dengan komposisi, 52,7%
menggunakan bus, 30.8% menggunakan mobil
pribadi, 14.2% menggunakan sepeda motor, dan
hanya 2.0% saja yang menggunakan kereta api.
Berdasarkan Asosiasi Industri Sepeda motor
Indonesia (AISI), sepeda motor dalam 4 Tahun
terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan. Dimana dalam tahun 2014 saja
produksi sepeda motor adalah 7,926,104 unit.
Dengan bertambahnya sepeda motor, maka
kebutuhan akan bahan bakar minyak pun semakin
bertambah. Semakin banyak BBM yang terpakai,
maka semakin banyak polusi yang diproduksi.
Salah satu teknologi baru yang sedang dalam
pengembangan adalah Hidrogen Electrolyzer.
Hydrogen Electrolyzer ini berupa tabung plastik
yang komponen didalamnya berisi dua buah
batang stainless steel diisi dengan aquades yang
ditambahkan elektrolit selanjutnya dihubungkan
pada aki motor untuk mengubah air menjadi gas
H2 dan O2. Gas H2 dan O2 inilah yang akan
digunakan sebagai sumber energi dalam mesin
bakar. Elektrolit yang dipilih dalam tugas akhir ini
adalah H2O dan KOH karena keberadaannya
mudah didapat dan murah, dimana peneliti
mencoba memodifikasi system bahan bakar
dengan cara menambahkan gas HHO hasil
elektrolisis H2O, serta KOH agar dapat
mengurangi emisi gas buang pada kendaraan.
Dengan menambahkan gas H2 dan O2 pada
ruang bakar, peneliti berharap proses oksidasi
dan performa mesin akan meningkat, diikuti
dengan penurunan residu karbon pada ruang
bakar, serta penurunan emisi gas buang
Karbonmonoksida (CO), dan hidrokarbon (HC)
yang tidak terbakar.
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Emisi Gas Buang
Emisi adalah gas buang dari sumber kendaraan
bermotor sebagai hasil proses pembakaran di
ruang mesin. (PERGUB PROVINSI DKI
JAKARTA NO 92 TAHUN 2007). Bertambahnya
jumlah kendaraan bermotor di Indonesia kian
meningkatkan angka konsumsi BBM di negeri ini.
Berdasarkan data jumlah kendaraan bermotor
dari BPS tahun 2011, dapat diestimasikan dalam
satu hari saja konsumsi BBM bersubsidi melebihi
angka 137 juta liter (http://esdm.seruu.com).
Pencemaran udara di Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta pada umumnya
bersumber dari kondisi lalu lintas kendaraan
bermotor (sumber bergerak). Untuk mengetahui
tingkat pencemaran udara yang disebabkan oleh
lalu lintas kendaraan bermotor, yang secara
otomatis dan kontinyu mengukur dampak polusi
yang ditimbulkan.
Parameter-parameter yang diukur oleh stasiun
pemantau ini adalah: Ozon, Sulfur Dioksida (So2),
Nitrogen Monoksida (NO), Nitrogen Dioksida
(NO2), Nitrogen Oksida (Nox), Karbon Monoksida
(CO), Gas Metan (CH4), Non Metan Hidro Karbon
(NMHC), Total Hidro Karbon (THC), Partikel Debu
dengan diameter < 10 mikron (PM10), Suhu dan
Kelembaban, Kecepatan dan Arah Angin, Radiasi
Sinar matahari.
28
Dengan meningkatnya emisi gas buang yang
dihasilkan oleh kendaraan bermotor, maka
pemerintah pun melakukan berbagai upaya,
termasuk salah satunya adalah Uji Emisi, dimana
pemerintah memiliki aturan baku yang tertuang
dalam peraturan pemerintah dan undang-undang
yang dibuat.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara dan Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2007
tentang Uji Emisi dan Perawatan Kedaraan
Bermotor.
Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan
kesadaran dan kepedulian masyarakat semakin
meningkat
untuk
merawat
kendaraan
bermotornya dan mentaati Ambang Batas Uji
Emisi sebagaimana diamanatkan Perda 2/2005
tentang Pengendalian Pencemaran Udara,
Pergub 92/2007 tentang Uji Emisi Kendaraan
Bermotor (Kewajiban Uji Emisi Kendaraan
Bermotor setiap 6 bulan sekali), serta Pergub
31/2008 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor.
Berdasarkan KEPMEN LH 05/2006 batas
emisi gas buang yang dapat dilihat pada gambar
2.3.
Tabel 2.1 Tabel Kadar Emisi yang diijinkan berdasarkan jenis kendaraan.
Dalam penelitian ini emisi gas buang yang akan
ditinjau sesuai dengan ketentuan pemerintah
antara lain:
a. CO (Carbon Monoksida)
Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas
yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia
terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen
berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam
ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu
ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan
oksigen.
Karbon
monoksida
dihasilkan
dari
pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon,
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
sering terjadi pada mesin pembakaran dalam.
Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat
kekurangan oksigen dalam proses pembakaran.
Karbon monoksida mudah terbakar dan
menghasilkan
lidah
api
berwarna
biru,
menghasilkan karbon dioksida.
a. HC (Hidro Carbon)
Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri
dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Sebagai
bahan pencemar udara, hidrokarbon dapat
berasal dari proses industri yang diemisikan ke
udara dan kemudian merupakan sumber fotokimia
dari ozon. HC merupakan polutan primer karena
dilepas ke udara ambien secara langsung,
sedangkan oksidan fotokima merupakan polutan
sekunder yang dihasilkan di atmosfir dari hasil
reaksi-reaksi yang melibatkan polutan primer.
Kegiatan
industri
yang
berpotensi
menimbulkan cemaran dalam bentuk HC adalah
industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida
dan pemrosesan karet. Diperkirakan emisi industri
sebesar 10 % berupa HC.
Sumber HC dapat pula berasal dari sarana
transportasi. Kondisi mesin yang kurang baik akan
menghasilkan HC. Pada umumnya pada pagi hari
kadar HC di udara tinggi, namun pada siang hari
menurun. Sore hari kadar HC akan meningkat dan
kemudian menurun lagi pada malam hari.
2.2 Proses Elektrolisis
Elektroda adalah konduktor yang digunakan
untuk bersentuhan dengan bagian atau media
non-logam dari sebuah sirkuit. Elektrolisis
merupakan proses kimia yang mengubah energi
listrik menjadi energi kimia. Komponen yang
terpenting dari proses elektrolisis ini adalah
elektroda dan elektrolit. Pada elektrolisis,
katoda merupakan kutub negatif dan anoda
merupakan kutub positif. (Wikipedia, 2009)
Elektroliser merupakan alat bebas energi
yang memanfaatkan air dan elektrolit dengan
menggunakan prinsip elektrolisis.
2.2.1
Elektrolit
Larutan adalah yang antarzat penyusunnya
tidak memiliki bidang batas dan bersifat
homogen
di
setiap
bagian
campuran.
Komponen larutan adalah pelarut dan zat
terlarut. Elektrolit merupakan suatu zat yang
ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
29
larutan yang dapat menghasilkan arus listrik.
Dalam penelitian ini elektrolit yang dipakai
antara lain:
a. Air Suling
Air suling adalah air yang berasal dari proses
distilasi (penyulingan). Sifat air sulit dalam
elekrolit ini adalah sebagai pelarut. Air suling
dapat dimanfaatkan sebagai larutan elektrolit
untuk mengisi tabung elektroliser. Larutan ini
akan dicampur sodium bikarbonat (KOH).
Volume air suling yang digunakan tergantung
pada volume tabung yang digunakan. Air
mineral juga dapat digunakan sebagai
pengganti air suling, namun hal ini akan
membuat risiko rusaknya elektroda semakin
tinggi. Hal ini disebabkan kandungan logam dan
mineral dalam air mineral masih cukup tinggi.[2]
b. KOH
Kalium Hidroksida, biasa disebut potas api
dengan rumus KOH. Nama lain Kalium
Hidroksida yaitu Kaustik Kalium, Potash Alkali,
Potassia, Kalium Hidrat. KOH adalah senyawa
kimia alkali kaustik yang mudah larut dalam air
dan mudah terbakar. Zat ini cepat menyerap
karbon dioksida dan air dari udara.
Sifat Fisik dan Kimia
amonia
Reaktivitas
karbondioksida
Bentuk
:
Hidroskopis,
menyerap
: Padat tetapi dapat
dibentuk menjadi butir,
stick, gumpalan dan
serpih.
Warna
: Tidak berwarna (putih)
Bau
: Tak Berbau
Ph
: 13,5 (0,1 molar larutan)
Titik Lebur
: 3600C (680F)
Titik Didih
: 1.3200C (2408F) –
13240C
Massa molar
: 56,1056 gr/mol
Densitas
: 2,04 g/cm 3 pada 200C
Kelarutan
: 121 gr/100 mL (250 C),
178 gr/100 mL(1000C)
dalam air
Korosi
: Dapat merusak logam
Tekanan Uap : 1.0 torr pd 7140 C
(13170 F)
(mm Hg) Berat Mol : 56,1047
Kelarutan
: larut dalam alkohol, gliserol,
larut dalam meter, cairan
Prosses Elektrolis Air
2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsurunsur asalnya dengan mengalirinya arus
listrik. Proses ini disebut elektrolisis air.
Alat yang digunakan untuk menguraikan air
menjadi hydrogen dan oksigen disebut
dengan elektroliser (electrolyzer). Di dalam
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
elektroliser, air (H2O) dipecah menjadi gas H2
dan O2. Elektroliser menghasilkan hidrogen
dengan cara mengalirkan arus listrik pada
media air yang mengandung larutan elektrolit.
Medan magnet akan mengubah struktur atom
hidrogen (H2) dan oksigen (O2) pada air dari
bentuk diatomik menjadi monoatomik.
Tegangan listrik dihubungkan ke dua
buah elektroda atau dua buah plat (umumnya
terbuat dari beberapa logam inert seperti
platinum atau stainless steel) yang mana
dicelupkan kedalam air. Hidrogen akan
muncul pada katoda (elektroda bermuatan
negatif, dimana elektron masuk ke dalam air),
dan oksigen akan muncul pada anoda
(elektroda bermuatan positif). Diasumsikan
efisiensi faraday adalah ideal, jumlah
hidrogen yang dihasilkan adalah 2 kali lipat
dari jumlah mol dari oksigen dan keduanya
adalah sebanding dengan jumlah muatan
listrik yang dihantarkan oleh larutan. Namun
dalam banyak sel persaingan reaksi samping
mendominasi, menghasilkan produk yang
berbeda dan kurang dari efisiensi faraday
yang ideal.
Elektrolisis air murni membutuhkan
energi berlebih dalam bentuk overpotential
untuk mengatasi berbagai hambatan aktivasi.
Tanpa kelebihan energi, elektrolisis air murni
terjadi sangat lambat atau tidak sama sekali.
Hal ini sebagian disebabkan oleh ionisasi air
yang
terbatas.
Air
murni
memiliki
konduktivitas listrik sekitar sepersejuta dari
air laut. Banyak sel elektrolitik mungkin
kekurangan kebutuhan akan katalis. Efisiensi
dari
elektrolisis
meningkat
melewati
penambahan dari elektrolit (seperti garam,
asam atau basa) dan penggunaan dari
elektrokatalis.
Gambar 2.1 Alat elektrolisis (electrolyzer)
30
2.2.2
Proses Reaksi Kimia
Dalam air murni pada katoda bermuatan
negatif, reaksi reduksi berlangsung, dengan
elektron (e-) dari katoda yang diberikan
kepada kation hidrogen untuk membentuk gas
hidrogen (reaksi setengah seimbang dengan
asam):
Reduksi di katoda: 2 H+(aq) + 2e – → H2(g)
Setengah reaksi yang sama juga dapat
diseimbangkan dengan basa seperti yang
tercantum di bawah ini. Tidak semua setengah
reaksi harus seimbang dengan asam atau
basa. Banyak, seperti oksidasi atau reduksi air
yang tercantum di sini.Untuk menambah
setengah reaksi keduanya harus seimbang
dengan baik asam atau basa.
Katoda (reduksi): 2 H2O(l) + 2e– →H2(g) + 2
OH– (aq)
Anode (oksidasi): 4 OH– (aq) →O2(g) + 2 H2O(l)
+4e–
Penggabungan kedua persamaan
setengah reaksi menghasilkan decomposisi
keseluruhan yang sama dari air menjadi
oksigen dan hidrogen:
Reaksi keseluruhan: 2 H2O (l) →4 H+ (aq) + O2
(g) + 4 e
Jumlah molekul hidrogen yang dihasilkan
adalah dua kali jumlah molekul oksigen,
dengan asumsi suhu dan tekanan yang sama
untuk kedua gas. Gas hidrogen yang dihasilkan
adalah dua kali volume gas oksigen yang
dihasilkan. Jumlah elektron yang dilewatkan
melalui air adalah dua kali jumlah molekul
hidrogen dan empat kali dari jumlah molekul
oksigen yang dihasilkan.
Berdasarkan
persamaan
reaksi
tersebut, maka harga z untuk O2(g) adalah 4.
Dekomposisi air menjadi hidrogen dan oksigen
pada tekanan dan temperature standard secara
termodinamik tidak berlangsung spontan, hal ini
ditunjukkan oleh harga potensial reaksi
standard yang berharga negatif dan energi
bebas Gibbs yang positif. Proses tersebut
“mustahil”dapat
berlangsung
tanpa
penambahan suatu elektrolit dalam larutan dan
sejumlah energi listrik. Elektrolisis air murni
berlangsung
sangat
lambat.
Untuk
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
31
mempercepat perlu ditambahkan elektrolit,
seperti asam, basa atau garam. Pada
elektolisis air murni, kation H+ akan berkumpul
di anoda dan anion –OH akan berkumpul di
katoda. Hal ini dapat dibuktikan dengan
menambahkan suatu indikator ke dalam
elektrolisis air, daerah anoda akan bersifat
asam sedangkan daerah katoda akan bersifat
basa. Muatan ion ini yang akan mengganggu
aliran arus listrik lebih lanjut sehingga proses
elektrolisis air murni berlangsung sangat
lambat. Hal ini juga merupakan alas an
mengapa air murni memiliki daya hantar arus
listrik yang lemah. Jika suatu elektrolit
dilarutkan dalam air maka daya hantar air akan
naik dengan cepat. Elektrolit akan terurai
menjadi kation dan anion. Anion akan bergerak
ke arah anoda dan menetralkan muatan positif
H+ sedangkan kation akan bergerak ke arah
katoda dan menetralkan muatan negatif -OH.
Hal ini menyebabkan arus listrik dapat mengalir
lebih lanjut.).
elektrolisis menjadi lebih efisien pada
temperatur yang lebih tinggi dengan total
efisiensi sekitar 25-45%.
Perlu dicermati dalam memilih elektrolit,
karena akan terjadi persaingan antara anion
dari elektrolit dengan ion hidroksida untuk
melepaskan elektron (mengalami oksidasi),
demikian juga terjadi pada kation dengan ion
H+. Anion dengan harga potensial elektroda
standard lebih kecil dibandingkan ion
hidroksida akan mengalami oksidasi sehingga
tidak dihasilkan gas oksigen, sedangkan kation
dengan harga potensial elektroda standard
lebih besar dibandingkan ion hidrogen akan
mengalami reduksi sehingga tidak dihasilkan
gas hidrogen. Kation Li+, Rb+, K+, C+, Ba2+,
Sr2+, Ca2+, Na+, dan Mg2+ memiliki potensial
elektroda lebih rendah dibandingkan H+
sehingga memungkinkan untuk digunakan
sebagai kation dari elektrolit. Litium dan sodium
sering digunakan karena murah dan mudah
larut
Pencampuran tersebut terjadi karena
bahan
bakar
terhisap
masuk
atau
disemprotkan kedalam arus udara segar
yang masuk kedalam karburator. Campuran
bahan bakar dan udara segar yang terjadi itu
sangat mudah terbakar. Campuran tersebut
kemudian masuk kedalam silinder yang
dinyalakan oleh loncatan api listrik dari busi,
menjelang
akhir
langkah
kompresi.
Pembakaran bahan bakar ini menyebabkan
engine menghasilkan daya.
Anion sulfat (SO4 2-) sangat sukar
dioksidasi karena memiliki potensial oksidasi
standard relatif besar, yakni 0,22 Volt, yang
kemungkinannya akan diubah menjadi ion
peroksidisulfat. Asam kuat seperti asam sulfat (
H2SO4), dan basa kuat seperti kaliumhidroksida
(KOH) dan sodium hidroksida (NaOH) sering
digunakan sebagai zat elektrolit.
Elektrolisis air pada temperatur tinggi atau
elektrolisis uap air merupakan suatu metoda
yang sedang diteliti, yakni elektrolisis air
dengan mesin kalor. Elektrolisis air pada
temperatur tinggi ternyata lebih efisien
dibandingkan elektrolisis tradisional pada
temperatur kamar sebab sebagian energi
disediakan dalam bentuk panas, yang lebih
murah dibandingkan energi listrik, dan reaksi
2.3 Mesin Otto (Motor Bakar 4 Langkah)
Motor otto adalah motor yang bekerja
dengan cara memasukan panas dari
percikan bunga api listrik dari busi pada
campuran udara dan bahan bakar yang
dikompresikan. Motor otto berbeda dengan
motor diesel dalam metode pencampuran
bahan bakar dengan udara karena motor
otto selalu menggunakan penyalaan busi
untuk proses pembakaran.
Motor otto dilengkapi dengan busi dan
karburator. Busi memercikan loncatan api
listrik
yang
menyalakan
pembakaran
campuran bahan bakar dan udara, karena itu
motor otto disebut juga Spark Ignition
Engine.
Karburator
adalah
tempat
pencampuran bahan bakar dengan udara.
“Motor empat langkah adalah motor yang
menyelesaikan satu siklus dalam empat
langkah torak atau dua kali putaran poros
engkol” (Hidayat, 2007: 11). Empat langkah
torak tersebut terdiri dari langkah pengisian,
langkah kompresi dan proses penyalaan,
langkah ekspansi serta langkah pembuangan.
Proses kerja ini terjadi berurutan dan berulangulang. Piston (torak) motor bergerak bolak
balik dari titik mati atas (TMA) ke titik mati
bawah (TMB) dan dari titik mati bawah (TMB)
ke titik mati atas (TMA) pada langkah
selanjutnya. Proses kerja motor empat langkah
diselesaikan dalam empat langkah piston.
Langkah pertama yaitu piston bergerak dari
TMA ke TMB, disebut langkah pengisian.
Langkah kedua yaitu piston bergerak dari TMB
ke TMA disebut langkah kompresi. Langkah
ketiga piston bergerak dari TMA ke TMB
disebut langkah usaha. Langkah usaha ini
terjadilah proses pembakaran bahan bakar
(campuran udara dan bahan bakar) didalam
silinder motor/ ruang pembakaran yang
menghasilkan tenaga yang mendorong piston
dari TMA ke TMB. Langkah keempat yaitu
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
piston bergerak dari TMB ke TMA disebut
langkah pembuangan.Gas hasil pembakaran
didorong oleh piston keluar silinder motor.
Sehingga pada motor empat langkah proses
kerja motor untuk menghasilkan satu langkah
32
usaha (menghasilkan tenaga) diperlukan
empat langkah piston. Empat langkah piston
berarti sama dengan dua kali putaran poros
engkol. Empat langkah piston ini akan
dijelaskan seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 2.2 Prinsip Kerja Motor Otto 4 (Empat) Langkah (Arismunandar, 2005:8)
2.3.1
Langkah Hisap
Arismunandar
(2005:8)
mengemukakan
bahwa: Langkah hisap dimulai dari piston yang
bergerak dari TMA (titik mati atas) menuju ke
TMB (titik mati bawah). Katup hisap terbuka
sedangkan katup buang tertutup. Ketika piston
bergerak menuju TMB, menyebabkan ruang
silinder menjadi vakum, campuran udara dan
bahan bakar terhisap kedalam silinder karena
adanya tekanan udara diluar ruang silinder.
2.3.2
Langkah Kompresi
Arismunandar
(2005:8)
mengemukakan
bahwa: Setelah mencapai TMB, piston
bergerak kembali ke TMA, sementara katup
hisap dan katup buang dalam keadaan tertutup.
Campuran bahan bakar dan udara yang
terhisap sebelumnya terkurung di dalam
silinder dan dimampatkan oleh piston yang
bergerak ke TMA. Volume campuran bahan
bakar dan udara itu menjadi kecil dan karena itu
tekanan dan temperaturnya naik hingga
campuran itu mudah sekali terbakar.
2.3.3
Langkah Kompresi
Arismunandar (2005: 9) mengemukakan
bahwa:
Dalam
langkah
ini,
engine
menghasilkan tenaga untuk menggerakkan
kendaraan. Sesaat sebelum torak mencapai
TMA pada saat langkah kompresi, campuran
udara dan bahan bakar tersebut dibakar oleh
percikan bunga api dari busi, sehingga
terjadilah
proses
pembakaran
yang
mengakibatkan tekanan dan temperatur gas di
dalam silinder menjadi semakin tinggi. Gas
pembakaran mendorong piston bergerak ke
TMB, sementara katup hisap dan katup buang
dalam keadaan tertutup.
2.3.4
Langkah Buang
Arismunandar (2005: 9) mengemukakan
bahwa: Apabila piston telah mencapai TMB,
katup buang terbuka sedangkan katup hisap
tetap tertutup. Piston bergerak kembali ke TMA
mendorong gas pembakaran keluar dari dalam
silinder melalui saluran buang (ekhaus
manifold). Ketika torak mencapai TMA, akan
mulai bergerak lagi untuk persiapan langkah
berikutnya, yaitu langkah hisap. Poros engkol
telah melakukan 2 putaran penuh dalam satu
siklus yang terdiri dari empat langkah yaitu, 1
langkah hisap, 1 langkah kompresi, 1 langkah
usaha, 1 langkah buang yang merupakan dasar
kerja dari pada engine empat langkah
3. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Bengkel Otomotif Balai
Besar Latihan Kerja – Serang (BBLKI-Serang),
dan sepeda motor yang akan digunaan pada
penelitian adalah sepeda motor tipe 4 langkah
Merk Suzuki Shogun 125 CC dengan tahun
pembuatan 2010, untuk lebih jelas akan
dituangkan dalam diagram alir dibawah ini:
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
33
memastikan bahwa elektroliser bekerja dengan
baik dan yang kedua adalah pengujian Emisi
Gas Buang dimana pada pengujian ini akan
langsung di ukur oleh alat yang dinamakan Gas
Analyzer.
Pengujian Elektroliser
Pengujian ini dilakukan untuk megetahui bahwa
elektroliser bekerja dengan baik. Selain itu
pada proses pengujian elektroliser ini sekaligus
dilakukan pengujian emisi gas buang dari hasil
elektrolisis yang terjadi. Adapun beberapa data
yang akan diambil antara lain:
1)
2)
3)
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
4)
Adapun alat-alat yang digunakan
membuat elektroliser adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
untuk
Mesin bor.
Alat potong (gergaji, tang potong,
gunting, pemotong kabel).
Kikir dan amplas.
Ballpoin, pengaris, dan jangka
sorong.
Obeng.
Kunci 10
Kunci 14
Multitester,
Tang Ampere.
Adapun bahan – bahan penunjang dalam
pembuatan elektroliser adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Tabung
Stainless Steel Tube
Mur , Baut, & Fitting Kabel
Lem Silikon
Diode 4 kaki
Selang L dan Selang Tahan Panas
Air Suling dan Gelas Ukur
Amperemeter
Gas Analyser
KOH
Dalam pembuatan elektroliser ini, peneliti
mengikuti arahan pembuatan dari sebuah blog
internet,
http://scootermanado.blogspot.com/2008/12/tu
torial-membuat-tabung-hidrogen.html.
lain
Pengujian ini dibagi menjadi 2, antara
pertama Pengujian Elektroliser yaitu
5)
Sebelum memakai electroliser,
Sesudah memakai electroliser dengan
kapasitas Elektrolit I = 500 ml Aquades
murni,
Sesudah memakai electroliser dengan
kapasitas Elektrolit II = 500 ml Aquades +
½ sendok makan KOH.
Sesudah memakai electroliser dengan
kapasitas Elektrolit III = 500 ml Aquades +
1 sendok makan KOH.
Sesudah memakai electroliser dengan
kapasitas Elektrolit III = 500 ml Aquades +
1 ½ sendok makan KOH.
Pengujian ini dilakukan dengan parameter
putaran (rpm) pada motor dengan kombinasi
perubahan pada 1000 rpm sampai dengan
4000 rpm.
Adapun prosedur pada pengujian ini antara
lain:
1
2
3
Buat rangkaian listrik seperti pada Gambar
3.15
Buatlah campuran elektrolit dengan
ketentuan yang sesuai dengan data yang
akan diambil
Nyalakan motor, lalu atur rpm motor
dengan ketentuan – ketentuan data yang
akan diambil
Pengujian Emisi Gas Buang
Pengujian Emisi Gas Buang ini menggunakan
alat yang bernama Automotive Emission
Analyzer (lihat Gambar 3.10). Adapun prosedur
yang harus dilakukan dalam pengujian Emisi
Gas Buang ini adalah:
1
2
Memanaskan kendaraan yang akan di uji
emisinya.
Menyiapkan Alat Uji emisi dengan
mengkalibrasi (zero calibration) dan
pengosongan tabung (Purging).
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
3
4
5
6
7
8
9
34
Setelah siap (Stand by) masukkan probe ke
knalpot sepeda motor.
Sepeda motor diberikan variasi putaran
mesin dari putaran rendah ke tinggi.
Tekan
Meas/enter
Untuk
memulai
pengukuran.
Menekan Hold untuk pembacaan.
Setelah di dapat hasil pembacaan, tekan
esc.
Keluarkan probe dari knalpot sepeda motor
dan
Tekan Purging untuk pengosongan tabung.
4. DATA DAN ANALISA
Dari hasil pengujian yang dilakukan pada
sepeda motor merk Suzuki Shogun 125 CC
tahun 2010 maka didapatkan hasil data dengan
memanfaatkan
sistem
kelistrikan
yang
dihasilkan dari spull motor dan variasi dari
putaran mesin. Adapun hasil – hasil
pengukuran antara lain:
Setelah diuji dengan RPM yang bervariasi
dengan tanpa menggunakan elektroliser, maka
didapatkan data sesuai dengan Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data hasil pengujian rata-rata tanpa
menggunakan elektroliser
WAKTU
CO
HC
CO₂
(s)
(%)
(PPM)
(%)
1000
120
0,08
382,00
4,10
2
1300
240
0,09
248,00
4,10
3
1600
360
0,09
119,00
4,60
4
2000
480
0,09
58,67
5,20
5
2400
600
0,08
22,67
6,30
6
3200
720
0,07
25,67
7,30
7
3600
840
0,10
24,67
7,20
8
4000
960
0,24
23,33
7,70
NO
RPM
1
Ketika
sepeda
motor
tidak
memakai
elektroliser, dengan bertambahnya putaran
mesin maka kadar emisi CO dan CO2 ikut
meningkat, sedangkan kadar emisi HC semakin
berkurang.
Pada percobaan kedua setelah diuji dengan
RPM yang bervariasi menggunakan elektroliser
dengan elektrolit, maka didapatkan data sesuai
dengan Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data hasil pengujian menggunakan
elektroliser dengan elektrolit hanya aquades
saja
NO
RPM
WAKT
U
Arus
CO
HC
CO₂
(s)
Amper
e
(%)
(PPM)
(%)
1
1000
120
0,36
0,08
141,67
6,93
2
1300
240
0,42
0,08
137,67
7,03
3
1600
360
0,5
0,09
65,00
7,53
4
2000
480
0,52
0,12
46,67
7,73
5
2400
600
0,76
0,10
34,33
8,07
6
3200
720
1,1
0,25
45,00
8,50
7
3600
840
1,3
0,39
40,33
8,30
8
4000
960
1,4
0,55
32,67
7,20
Sama
ketika
sepeda
motor
tidak
menggunnakan
elektroliser,
dengan
bertambahnya putaran mesin maka CO & CO₂
ikut meningkat sedangkan HC semakin
berkurang.
Pada percobaan ketiga setelah diuji
dengan RPM yang bervariasi menggunakan
elektroliser
dengan
elektrolit
campuran
aquades dan KOH sebanyak ½ sendok makan,
maka didapatkan data sesuai dengan Tabel
4.3. Percobaan ketiga ini dapat kita lihat,
dengan bertambahnya putaran mesin maka CO
& CO₂ ikut meningkat sedangkan HC semakin
berkurang.
Tabel 4.3 Data hasil pengujian menggunakan
elektroliser dengan campuran elektrolit
aquades dan KOH ½ Sendok Makan
NO
RPM
WA
KTU
Arus
CO
HC
CO₂
(s)
Ampere
(%)
(PPM)
(%)
1
1000
120
1,86
0,10
108,67
6,60
2
1300
240
1,91
0,11
55,67
6,73
3
1600
360
1,96
0,15
36,33
7,20
4
2000
480
2,06
0,19
30,33
8,10
5
2400
600
2,17
0,22
31,00
7,50
6
3200
720
2,35
0,56
29,33
7,90
7
3600
840
2,39
0,70
26,00
7,70
8
4000
960
2,42
0,77
20,33
8,00
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
35
Pada percobaan keempat setelah diuji dengan
RPM yang bervariasi menggunakan elektroliser
dengan elektrolit campuran aquades dan KOH
sebanyak 1 sendok makan, maka didapatkan
data sesuai dengan Tabel 4.4. Dengan acuan
ketika sepeda motor tidak menggunnakan
elektroliser, dengan bertambahnya putaran
mesin maka CO & CO₂ ikut meningkat
sedangkan HC semakin berkurang.
Tabel 4.4 Data hasil pengujian menggunakan
elektroliser dengan campuran elektrolit
aquades dan KOH 1 Sendok Makan
NO
WAKT
U
Arus
CO
HC
CO₂
(s)
Amp
ere
(%)
(PPM)
(%)
RPM
1
1000
120
4,3
0,083
195,33
6,93
2
1300
240
5,2
0,090
120,00
7,30
3
1600
360
5,9
0,110
65,67
8,00
4
2000
480
6,3
0,233
44,00
7,80
5
2400
600
6,4
0,243
26,67
7,30
6
3200
720
6,6
0,550
34,67
8,00
7
3600
840
6,65
0,433
25,33
8,43
8
4000
960
6,8
0,860
23,00
7,90
Pada percobaan kelima setelah diuji dengan
RPM yang bervariasi menggunakan elektroliser
dengan elektrolit campuran aquades dan KOH
sebanyak 1 ½
sendok makan, maka
didapatkan data sesuai dengan Tabel 4.5
dibawah ini.
Pada Tabel 4.5 dapat kita lihat, dengan
bertambahnya putaran mesin maka kadar emisi
CO & CO₂ ikut meningkat sedangkan kadar
emisi untuk HC semakin berkurang.
Tabel 4.5 Data hasil pengujian menggunakan
elektroliser dengan campuran elektrolit
aquades dan KOH 1,5 Sendok Makan
NO
WA
KTU
Arus
CO
HC
CO₂
(s)
Amper
e
(%)
(PPM)
(%)
RPM
1
1000
120
2,14
0,10
149,67
7,1
2
1300
240
2,38
0,10
94,33
7,1
3
1600
360
2,53
0,14
53,67
8,2
4
2000
480
2,79
0,25
29,67
8,1
5
2400
600
2,84
0,30
21,00
8
6
3200
720
2,83
0,98
49,33
7,3
7
3600
840
2,8
0,93
36,67
7,2
8
4000
960
2,82
1,04
35,00
7
4.1 Analisa Data Pengujian Emisi Gas
Buang
Berdasarkan data-data yang dihasilkan dari
pengujian emisi gas buang diatas, maka dapat
peneliti analisa data-data tersebut kedalam
sebuah grafik seperti dibawah ini:
Grafik 4.1 Analisis Emisi Gas Buang untuk
Carbon monoksida (CO)
Dapat kita lihat pada Grafik 4.1 adalah analisis
emisi gas buang yang ditujukan pada
pengukuran gas buang berupa Carbon
Monoksida (CO). Berdasarkan Gambar 4.1
dapat kita lihat ketika putaran mesin kita naikan,
maka kadar emisi CO pun semakin meningkat.
Dapat kita lihat dalam grafik, bahwa dengan
penambahan elektroliser pada sepeda motor,
kadar emisi gas buang untuk CO tidak lebih
baik jika dibandingkan ketika tidak memakai
elektroliser. Kadar emisi gas buang semakin
meningkat.
Dimana kadar tertinggi untuk CO terjadi
pada putaran mesin 4000 rpm dengan
campuran elektrolit aquades dan 1 ½ sendok
makan KOH dengan nilai 1,04 %. Sedangkan
untuk kadar CO terendahnya terjadi pada
dengan nilai 0,24%.
Kadar emisi terbaik untuk CO adalah
pada saat putaran mesin 3200 rpm ketika motor
tidak menggunakan elektroliser dengan kadar
emisi CO adalah 0,07 %, dimana kadar tertinggi
untuk putaran 3200 rpm adalah 0,98% dimana
sepeda motor menggunakan elektroliser
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
36
dengan aquades ditambah elektrolit KOH
sebanyak 1 ½ sendok makan.
analisis emisi gas buang untuk Carbon
Dioksida (CO2). Pada Grafik 4.3 dapat kita lihat
dimana semakin tinggi RPM maka emisi gas
buang untuk CO2 semakin tinggi.
Grafik 4.2 Analisis Emisi Gas Buang untuk
Hidro Carbon (HC)
Grafik 4.3 Analisis Emisi Gas Buang untuk
Carbon Dioksida (CO2)
Berbeda hal dengan data pada Carbon
Monoksida (CO), untuk Hidro Carbon (HC)
dapat kita lihat pada Grafik 4.2 yang merupakan
gambar analisis emisi gas buang untuk Hidro
Carbon (HC). Pada Grafik 4.2 kita dapat lihat
dengan perubahan putaran mesin yang
semakin tinggi, maka emisi gas buang untuk
HC semakin menurun.
Dapat kita lihat pada Grafik 4.2 rata –
rata perubahan emisi gas buang untuk HC ini
lebih baik ketika sepeda motor menggunakan
elektroliser. Kadar emisi gas buang HC tertinggi
terjadi ketika putaran mesin 1000 rpm dengan
nilai 382 ppm ketika sepeda motor tidak
menggunakan elektroliser, dimana kadar emisi
terendah pada putaran mesin yang sama terjadi
ketika sepeda motor menggunakan elektroliser
dengan campuran aquades dan KOH sebanyak
½ sendok makan dengan kadar emisi sebesar
108,67 ppm.
Sedangkan kadar emisi HC terendah
berada pada putaran mesin 4000 rpm dengan
campuran aquades dan KOH sebanyak ½
sendok makan sebesar 20,33 ppm, dimana nilai
tertinggi kadar emisi gas buang pada putaran
mesin yang sama adalah 35 ppm ketika sepeda
motor menggunakan elektroliser dengan
campuran aquades dan 1 ½ sendok makan
KOH.
Pada pembacaan emisi gas buang CO2 ini
cenderung konstan, tapi dapat kita lihat
perbedaan pada Grafik 4.3 yang merupakan
Kadar emisi untuk CO2 pun paling rendah
berada pada putaran mesin 1000 rpm ketika
sepeda motor tidak menggunakan elektroliser
yaitu sebesar 4,1 %n dan pada putaran yang
sama didapat kadar CO2 tertingginya adalah 7,1
% ketika sepeda motor menggunakan
elektroliser dengan campuran aquades dan 1 ½
sendok makan KOH. Kadar emisi gas buang
HC paling tinggi di hasilkan pada putaran mesin
3200 rpm ketika sepeda motor memakai
elektroliser yang diisi aquades saja. Pada
putaran mesin yang sama kadar emisi terendah
terjadi ketika sepeda motor menggunakan
elektroliser dengan campuran aquades dan 1 ½
sendok makan.
5. KESIMPULAN
Dari penelitian analisis Pengunaan Elektroliser
terhadap Emisi Gas Buang CO dan HC pada
Sepeda Motor 4 Langkah Merk Suzuki Shogun
125 CC Tahun Pembuatan 2010 maka peneliti
dapat membuat kesimpulan berupa :
1.
Dari beberapa campuran elektrolit pada
penelitian, bahwa KOH hanya bekerja
untuk mengurangi kadar emisi dari HC
saja. Untuk kadar emisi gas buang CO dan
CO2 kita lihat tidak berpengaruh, bahkan
kadar emisi gas buangnya melebihi acuan
utama, yaitu ketika sepeda motor tidak
memakai elektroliser. Nilai pengukuran CO
yang tinggi kemungkinan diakibatkan oleh
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
2.
3.
4.
5.
percampuran yang kurang baik antara
bahan bakar dan udara di ruang bakar.
Dampak dari penggunaan elektroliser
adalah meningkatnya nilai CO ketika
putaran sepeda motor semakin bertambah
sedangkan dengan
bertambahnya
putaran mesin maka kadar emisi HC
semakin rendah.
Emisi gas buang CO paling rendah adalah
pada saat sepeda motor tidak memakai
elektroliser dengan nilai rata-rata adalah
0,11%. Sedangkan untuk emisi gas buang
CO paling tinggi ketika sepeda motor
menggunakan
elektroliser
dengan
elektrolit Aquades dan tambahan 1 ½
sendok makan KOH..
Untuk emisi gas buang HC paling tinggi
ketika sepeda motor tidak memakai
elektroliser yaitu dengan nilai 382 ppm.
Untuk emisi gas buang HC paling rendah
ketika sepeda motor menggunakan
elektroliser
menggunakan
elektrolit
aquades dan KOH sebanyak ½ sendok
makan dengan nilai 20,33ppm.
Nilai-nilai kadar emisi tersebut diatas
masih dibawah standar emisi gas buang
berdasarkan peraturan pemerintah.
Dari beberapa campuran elektrolit pada
penelitian analisis Pengunaan Elektroliser
terhadap Emisi Gas Buang CO dan HC
pada Sepeda Motor 4 Langkah Merk
Suzuki Shogun 125 CC Tahun Pembuatan
2010 didapat hasil dengan campuran
elektrolit yang optimal adalah ketika
sepeda motor menggunakan elektroliser
dengan campuran Aquades dan ½ Sendok
Makan KOH.
DAFTAR PUSTAKA
 Suyuty, Achmad, (2011).Studi Eksperimen
Konfigurasi Komponen Sel Elektrolisis
Dalam Rangka Peningkatan Performa Dan
Reduksi Sox-Nox Motor Diesel, ITS,.
 Aldhino Bhramantyo Putro, (2011). Kaji
Eksperimental Pemanfaatan Elektrolisa Air
Dengan Elektroda Coaxial Berlarutan Koh
Untuk Meningkatan Efisiensi Kompor Gas,
Jurusan Teknik Mesin, UNDIP.
37
 Arismunandar, W. 1983. Penggerak Mula
Motor Torak. ITB Bandung.
 Arismunandar, W. 2002. Penggerak Mula
Motor Bakar Torak. Edisi Kelima Cetakan
Kesatu. Bandung, Penerbit ITB.
 Ismiyati., Marlita,Devi, & Saidah, Deslida.
2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas
Buang
Kendaraan
Bermotor.
Jurnal
Manajemen
Transportasi
&
Logistik
(JMTransLog) - Vol. 01.
 Siswantoro, Lagiyono, & Siswiyanti. Analisa
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor 4
Tak Berbahan Bakar Campuran Premium
Dengan Variasi Penambahan Zat Aditif.
Universitas Pancasakti Tegal.
 Cahyono,Nurbudi, Subagsono, Drs., M.T., &
Basori, S.Pd.,M.Pd. Pengaruh Variasi
Jumlah Plat Stainless Steel Dan Variasi
Pemasangan Saluran Brown Gas Pada
Elektroliser Terhadap Torsi Dan Daya
Sepeda Motor Supra-X 125r Cw Tahun
2010. Prodi. Pendidikan Teknik Mesin,
Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, FKIP,
UNS.
 Fardiansah, Indrawan., Sudibyo, Drs. C.,
MT, & Rohman, Ngatou, S.Pd.,M.Pd.
Pengaruh Penggunaan Elektroliser Kawat
Tembagad Jenis Busi Terhadap Emisi Gas
Buang CO Dan HC Pada Sepeda Motor
Honda Beat Tahun 2010. Program
Pendidikan Teknik Mesin JPTK UNS.
 Website : http://www.aisi.or.id/statistic/
 Website :
http://bplhd.jakarta.go.id/01_ujiemisiartikel.
php
 Website:
http://bplhd.jakarta.go.id/01_pantauudara.p
hp
 Website : http://yohan.oprekblog.com
 Website :
http://scootermanado.blogspot.com/2008/1
2/tutorial-membuat-tabung-hidrogen.html
 Website :
http://engineeringxxx.blogspot.com/2013/09
/motor-bakar.html
 Website:
http://www.oprekpc.com/forum/printview.ph
p?t=14301&start=0&sid=628146326c5aa7b
c19d0a38033c92a3
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
38
ANALISA SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA MESIN BENSIN
MENGGUNAKAN SCAN TOOLS DAN GAS ANALYZER
Septa Pamungkas
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Mercubuana, Jakarta
Abstrak -- Dalam hal perbaikan kendaraan mesin modern banyak sekali fenomena kendaraan lama
dikerjakan dibengkel karena permasalahan yang cukup komplek. Terkadang permasalahan belum tentu
terbaca langsung oleh scan tools sehingga diperlukan analisa lebih lanjut. Penelitian dilakukan dalam
upaya menemukan permasalahan yang tidak di deteksi oleh scan tools dan perlu analisa lebih lanjut.
Dalam periode 2013-2014 didapat 3 kendaraan yang mengalami masalah tetapi tidak menimbulkan
kode masalah yaitu Mercedes E 280 tahun 2008, BMW 745i tahun 2002 dan BMW 730 tahun 1996.
Ketiganya mempunyai permasalahan yang hampir sama yaitu ganguan pada putaran idle. Pada
Mercedes E 280 dianalisa menggunakan scan tools menunjukkan pengukuran laju massa udara 23,3
kg/h padahal pada kondisi mesin normal seharusnya 14,2 kg/h. Setelah di hitung hal ini menyebabkan
λ = 1,79 atau 79% lebih banyak, hal ini dikarenakan pengukur laju massa udaranya rusak. Pada mobil
BMW 745i dianalisa menggunakan gas anslyzer menunjukkan λ = 1,291 dan untuk BMW 730i λ = 1,192
yang disebabkan oleh kebocoran udara pada sistem pemasukan udara. Kesimpulannya beberapa
permasalahan yang terjadi dan tidak menunjukkan kode kesalahan adalah permasalahan yang
disebabkan karena pengukur laju massa udara dan kebocoran udara pada sistem pemasukan udara.
Permasalahan ini timbul karena ada koreksi yang di lakukan oleh ECM setelah mendapat masukan dari
oksigen sensor.
1. PENDAHULUAN
Saat ini kemajuan dalam bidang otomotif kian
berkambang. Berbagai terobosan-terobosan
dikembangkan
serta
diupayakan
guna
menciptakan sebuah mesin yang memiliki
kemampuan yang besar dengan efesiensi yang
tinggi dan juga ramah lingkungan untuk berbagai
keperluan transportasi yang terus meningkat.
Salah satu alat transportasi yang banyak
menjadi pilihan adalah mobil. Saat ini mobil telah
menjadi lebih penting, mobil telah menjadi faktor
penting dalam “kualitas hidup”. Mobil berfungsi
sebagai alat mobilitas pribadi, kadang-kadang
menjadi
status
sosial
bagi
pemiliknya.
Penggunaan mobil pribadi mungkin dirasakan
lebih praktis dan efisien dari pada alat transportasi
lainnya. Tetapi disisi lain penggunaan mobil
memberikan pengaruh yang negatif terhadap
konsumsi
energi
dan
pencemaran
gas
pembakaran terhadap lingkungan sekitar. Guna
meminimalisasikan penggunaan bahan bakar dan
mengurangi kadar gas buang (emisi) yang
dihasilkan oleh mesin mobil, industri-industri
otomotif berusaha mengoptimalkan fungsi dari
sistem kendaraan terutama pada sistem
pencampuran bahan bakar dan udara yaitu
dengan sistem bahan bakar injeksi.
Sistem bahan bakar injeksi merupakan salah
satu sistem yang berfungsi untuk mensuplai
campuran bahan bakar dan udara yang tepat
kedalam silinder guna terjadinya pembakaran
didalam mesin. Pembakaran terjadi karena tiga
komponen yang bereaksi, yaitu bahan bakar,
oksigen dan panas. Jika salah satu komponen
tersebut tidak ada maka tidak akan timbul reaksi
pembakaran. Dengan menggunakan sistem
bahan bakar injeksi diharapkan dapat menjamin
perbandingan bahan bakar dan udara (air fuel
ratio) yang baik ke mesin.
Perlu disadari juga bahwa merk kendaraan di
dunia ini ada sangat banyak, dari dan tentu saja
mempunyai teknologi sistem injeksi yang
berbeda-beda, seperti Electronic Fuel Injection
(EFI) dari Toyota dan Daihatsu, Multi Point
Injection (MPI) dari Audi, PGM-FI dari Honda,
Motronic dari BMW, dll. Dewasa ini, sistem bahan
bakar injeksi di integrasikan dalam satu sistem
dengan sistem pengapian, dan sekarang lebih
sering di sebut Engine Management System.
Engine Management System dibagi ke dalam
tiga sistem, yaitu sistem kontrol elektronik
(electronic control sistem), sistem bahan bakar
(fuel system), dan sistem pemasukan udara (Air
Induction System). Dengan cukup banyaknya
komponen sensor dan aktuator cukup sulit untuk
dapat mendiagnosa kendaraan. Walaupun sudah
banyak beredar peralatan diagnosa scan tools
yang terjangkau, kadang kala tidak terlalu
membantu
apabila
kita
tidak
dapat
menggoptimalkannya.
Banyak
orang
beranggapan dengan adanya scan tools
permasalahan di kendaraan akan teratasi dengan
mudah. Scan tools hanyalah alat bantu untuk
menampilkan data yang disimpan dalam control
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
modul, tanpa memahami bagaimana sistem
injeksi ini bekerja, teknisi belum tentu bisa
menggunakan untuk mencari permasalahnnya.
Kurangnya pengetahuan dan panduan untuk
mengoptimalkan
scan
tools
ini
yang
menyebabkan diagnosa terkadang kurang tepat.
Kadang kala teknisi hanya mengandalkan
kebiasaan mencoba ganti komponen karena kode
kesalahan yang ditunjukkan scan tool. Hal ini
kemungkinan akan menimbulkan masalah baru
apabila ternyata komponen tersebut tidak
mengalami kerusakan, terlebih lagi komponenkomponen sistem bahan bakar injeksi relatif
cukup mahal.
Sebagai contoh kasus mobil BMW 745i E65
N62 tahun 2002 mengalami masalah ketika mesin
dingin terasa pincang, apabila sudah dinyalakan
kurang lebih 10 menit dihidupkan, mesin normal,
masuk ke bengkel pada September 2012 dan
permasalahan
ditemukan
Januari
2013
dikarenakan permasalahan kebocoran udara
yang tidak dapat dideteksi oleh scan tools.
Kasus ke dua adalah pada Mercedes E280
(W211) tahun 2008 dengan keluhan mesin
pincang ketika masuk gigi. Ketika di periksa
menggunakan scantools tidak menunjukkan kode
kesalahan (fault code), selanjutnya dilakukan
servis dan beberapa pemeriksaan yang lain yang
cukup panjang, setelah dibaca data aktual
menunjukan sebuah keanehan pada salah satu
data, sehingga dengan pengalaman membaca
data yang dimiliki dapat memutuskan penggantian
barang tersebut.
Dengan kompleksnya permasalahan yang
ada pada mesin injeksi, kadang kala terdapat
permasalahan mesin yang tidak dapat dideteksi
oleh scan tool, umumnya adalah kerusakan
mekanis atau karena kerusakan komponen belum
terlalu parah. Untuk itu teknisi dapat
menggunakan patokan dari hasil pembakaran.
Gas hasil pembakaran dapat dibaca oleh Gas
Analyzer, dari hasil pembacaan kita dapat
mengerucutkan masalah yang ada sampai
menemukan permasalahan yang sebenarnya.
2.
DASAR TEORI
Mesin 4 Langkah Adalah mesin yang melakukam
dua kali putaran poros engkol atau 4 kali langkah
bolak balik piston untuk menghasilakan 1 kali
usaha. Adapun siklus kerjanya adalah
Gambar Siklus Kerja 4 Tak
39
1. Langkah Hisap
Langkah hisap adalah langkah dimana campuran
bahan bakar dan udara dihisap ke dalam silinder.
Proses yang terjadi pada saat langkah hisap
adalah katup buang tertutup, katup hisap terbuka,
Piston bergerak dari Titik Mati Atas (TMA) ke Titik
Mati Bawah (TMB). Gerakan torak menyebabkan
ruang didalam silinder menjadi vakum, sehingga
campuran bahan bakar dan udara masuk
kedalam silinder.
2. Langkah Kompresi
Langkah kompresi adalah langkah dimana
campuran bahan bakar dan udara dikompresikan
atau ditekan di dalam silinder. Proses yang terjadi
pada langkah kompresi adalah kedua katup
tertutup, piston bergerak dari Titik Mati Bawah
(TMB) ke Titik Mati Atas (TMA). Karena gerakan
piston maka volume ruang bakar akan mengecil
sehingga tekanan dan 39amper39ture campuran
bahan bakar dan udara didalam silinder naik.
3. Langkah Usaha
Langkah
usaha
adalah
langkah
yang
dihasilkannya kerja dari 39amper pembakaran
campuran bahan bakar dan udara di dalam
silinder. Posisi kedua katup tertutup, beberapa
derajat sebelum TMA, spark plug akan
memercikan bunga api sehingga campuran
udara dan bahan bakar akan terbakar. Terjadinya
pembakaran menyebabkan gas didalam silinder
mengembang, tekanan dan 39amper39ture naik.
Tekanan pembakaran mendorong piston
bergerak ke TMB, gerakan inilah yang menjadi
tenaga motor.
Sistem Bahan Bakar Injeksi
Dibanding
dengan
karburator,
Engine
Management System mempunyai keuntungan
sebagai berikut:
1. Memungkinkan pembentukan campuran
yang homogen pada setiap silinder
Oleh karena setiap silinder mempunyai satu
injektor yang tepat dikontrol oleh ECM yang
sesuai dengan putaran mesin dan perubahan
beban , hal ini memungkinkan distribusi bahan
bakar kesetiap silinder akan homogen.
Selanjutnya perbandingan bahan bakar dan
udara dapat dikontrol dengan mudah oleh ECM
dengan merubah waktu bekerjannya injektor (fuel
injection duration). Untuk ulasan ini, campuran
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
40
bahan bakar dan udara yang didistribusikan
keseluruh silinder sama dan membentuk
perbandingan bahan bakar dan udara optimal,
kejadian di atas ini juga akan menguntungkan
aspek emission control dan kemampuan tenaga
mesin.
2. Perbandingan bahan bakar dan udara
diperoleh pada setiap rpm mesin
Dengan sistem bahan bakar injeksi, pengiriman
campuran bahan bakar dan udara akan
berlangsung terus menerus dengan tepat dan
pengiriman tersebut tidak tergantung pada
kecepatan putaran mesin dan beban. Inilah yang
merupakan keuntungan dari aspek emission
control dan penghematan bahan bakar.
3. Respon yang baik sesuai dengan
perubahan throttle
Dengan menggunakan sistem bahan bakar
injeksi, masing-masing injektor dipasangkan
didekat silinder, dan bahan bakar ditekan dengan
tekanan 2-3 kg/cm2 lebih tinggi dari tekanan
intake manifold dan karena bahan bakar injeksi
melalui lubang kecil sehingga mudah membentuk
kabut. Oleh karena itu, volume bahan bakar yang
diinjeksi secara serentak berubah dengan
perubahan volume udara masuk sesuai dengan
membukanya dan menutupnya throttle valve.
Singkatnya, respon yang baik sesuai dengan
perubahan posisi pedal akselerasi.
masuk dapat digunakan memasukkan campuran
bahan bakar udara lebih banyak.
6. Pembakaran lebih tepat dan sempurna
Sistem pengapian juga diatur oleh ECM, Sensor
mengirimkan beban mesin dan putaran mesin
untuk memberi informasi basic ignition timing
point.
Sistem Bahan Bakar Injeksi Elektronik
Sistem Kontrol Elektronik terdiri dari beberapa
sensor, yang mendeteksi beberapa kondisi mesin:
ECM berfungsi untuk mengkalkulasi volume
injeksi (lamanya injeksi) sesuai dengan signalsignal (data) dari sensor-sensor dan aktuatoraktuator, yang mengontrol injeksi bahan bakar
berdasarkan signal-signal ECM.
Sensor-sensor ini mendeteksi volume udara
masuk, beban mesin, temperatur udara dan
pendingin,
akselerasi/penurunan
kecepatan
(decelaration), dan mengirimkan signal-signal ke
ECM. Kemudian ECM menentukan lamanya
injeksi yang tepat dan mengirimkan signal ke
injektor-injektor. Injektor-injektor menginjeksikan
bahan bakar ke intake manifold sesuai dengan
signal ini. Volume injeksi tergantung dari lamanya
signal ECM. Blok diagram dari electronic control
system dapat dilihat dari gambar dibawah.
4. Koreksi campuran bahan bakar dan udara
Kemampuan untuk menghidupkan mesin pada
temperatur rendah lebih baik, dikarenakan
adanya informasi dari sensor temperatur air yang
kemudian diolah oleh ECM sehingga ECM akan
menyemprotkan bahan bakar lebih lama.
Selama desakseleraksi dan rpm tinggi
sampai throttle tertutup volume udara yang
masuk akan dikurangi dan kevacuman didalam
intake manifold akan menjadi besar. Pada sistem
bahan bakar injeksi saat throttle valve mulai
menutup bahan bakar yang diinjeksi dihentikan
sementasa sampai batas rpm tertentu sehingga
mengurangi konsumsi bahan bakar.
5. Efisiensi pemasukan campuran bahan
bakar dan udara
Pada Engine Management System akan selalu
digunakan tekanan bahan bakar sebesar 2-3
kg/cm2 akan diperoleh pengabutan yang baik
sehingga tidak diperlukan venturi. Juga manifold
dapat dibuat lebih besar sehingga inersia udara
Gambar 20. Engine Management System
Bagian ini menjelaskan beberapa komponen dan
signal-signal,
-
Sensor Pengukur Udara (MAP atau MAF)
Crankshaft Position Sensor
Camshaft Position Sensor
Water Temperatur Sensor
Intake Air Temperatur Sensor
Throttle Position Sensor
Knock Sensor
Lamda Sensor
Berikut ini adalah fungsi dan kemampuan scan
tools:
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
41
1. Membaca Kode kesalahan
Setiap
komponen
sensor
dan
actuator
mengirimkan signal ke ECU dan ECU akan
meproses kembali sinal tersebut sebagai indikasi
bahwa komponen berjalan dengan baik. Apabila
ada malfungsi dari komponen karena ada signal
yang tidak sesuai, maka ECU akan mencatatnya
didalam ROM dan akan menyalakan lampu check
engine, dan membuat kode kesalahan. Kode
kesalahan ini dapat di akses menggunakan scan
tools
sistem bahan bakar dan udara, sampai dengan
kondisi lingkungan bahan bakar yang digunakan.
Dalam evaluasi unjuk kerja mesin terdapat
beberapa
parameter
utama
yang
perlu
diperhatikan yang merupakan pengaruh dari
kondisi. Parameter unjuk kerja mesin tersebut
diantaranya:
2. Menghapus kode kesalahan
Setelah melakukan proses perbaikan terhadap
kerusakan, maka perlu menghapus kode
kesalahan, agar ECM mengetahui bahwa sensor
sudah beroperasi dengan baik.
Konsumsi Bahan Bakar Spesifik
3. Membaca Data Aktual
Data aktual adalah data yang ditampilkan oleh
scanner tentang semua data komponen yang
sedang berjalan. Contohnya adalah tampilan suhu
mesin, putaran mesin, timing pengapian, dan lainlain.
4. Actuation Test
Actuation test adalah proses untuk memerintah
actuator melalui scan tools seperti membuka
injector, dan komponen actuator yang lain, untuk
memeriksa fungsional komponen
5. Workshop Support
Workshop support adalah menu proses untuk
melakukan penyetelan kembali kekondisi setelan
pabrik, misalkan putaran idle, timing pengapian.
6. Adaptation
Adaptation adalah menu proses merubah nilainilai operasi dalam ECM, hal ini diperlukan apabila
kondisi keausan komponen terjadi, atau terjadi
penggantian komponen system lain seperti
penggantian kunci, atau instrument cluster
Gas Analyzer
Gas analyzer adalah peralatan yang mengukur
kadar campuran gas buang pada kendaraan.
Umumnya yang beredar di pasaran adalah
fourgas analyzer, yaitu untuk mendeteksi CO,
CO2, HC, dan O2. dan juga dapat menunjukkan λ.
Parameter Unjuk Kerja Mesin
Pada motor bakar mempunyai unjuk kerja mesin
yang berbeda-beda. Hal ini tergantung dari faktor
yang bersangkutan dengan spesifikasi motor
bakar torak itu sendiri, seperti; volume silinder,
susunan silinder, panjang langkah torak (stroke),
1. Torsi
2. Daya mesin efektif
3. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik
Specific Fuel Consumption adalah jumlah
pemakaian bahan bakar yang dikonsumsi oleh
mesin yang menghasilkan daya satu dk selama
satu jam. Sfc dapat dihitung dengan
menggunakan rumus [3]:
Sfc =
(2.2)
Dimana :
Sfc : Specific Fuel Consumption (kg/hp detik)
Mf : Massa bahan bakar yang di konsumsi
(kg) selama 1 jam
W
: Luaran Daya (hp) atau BHP
Dalam sistem bahan bakar injeksi elektronik,
bahan bakar disemprotkan melalui injektor dalam
waktu tertentu di setiap langkah hisap ke masingmasing silinder. Dengan mengetahui sfc dan W
maka akan dapat dicari ukuran injektor, hal
tersebut dapat dicari dengan rumus [4]:
Fuel injector size (lbs/h) =
Dapat ditulis dengan
mf =
(2.3)
dimana
mf: laju aliran bahan bakar (lbm/h)
W : Daya maksimum pada sebuah mesin
(hp)
Sfc
: Specific
(lbm/hph)
Fuel
Consumption
Dalam hal ini sfc menggunakan 0,45-0,60 lbm/hph
(0,2041166 – 0,2721554 kg/hph). Menggunakan
0,45-0,50 lbm/hph apabila mesin tanpa turbo, dan
menggunakan 0,6 lbm/hph apabila mesin dengan
turbocharger.
n: Jumlah injektor pada mesin
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
42
M : Duty cycle injektor yaitu lamanya waktu
injeksi dibanding dengan tersedianya waktu (1
siklus 4 langkah) yang di nyatakan dalam persen.
Menurut percobaan dari graham bell, duty cycle
injektor (M) pada saat daya maksimum sekitar 6070%.
“ However, it will often be found during dynotesting
that an engine will make best power with correctly
phased sequential injection when duty cycle is 6070%” [1].
Campuran Udara dan Bahan Bakar untuk
Mesin dengan Sistem Bahan Bakar Injeksi
Elektronik
Pada sistem injeksi bahan bakar elektronik
campuran udara dan bahan bakar diatur sekitar λ
= 1, “Manifold-injection gasoline engine develop
their maximum power output at 5…15% air
deficiency (λ = 0,95…0,85), and their lowest fuel
consumption at 10…20% excess air (λ =
1,1…1,2).” [4]: hal 40. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan pengontrolan sistem umpan
balik (closed-loop) “The air-fuel ratio can be
maintained precisely at λ=1 by means of lamda
closed-loop control” [2]: hal 95) yang mana gas
buang akan diukur oleh sensor dan selanjutnya
ECM akan mengkoreksi penyemprotan bahan
bakar sehingga dihasilkan λ=1. Untuk mencari
campuran dara dan bahan bakar dapat
menggunakan rumus [3]:
AFR=
(2.4)
dimana
AFR
: perbandingan udara dan bahan
ma
: laju alir massa udara (kg/s)
mf
: laju alir massa bakar (kg/s)
Langkah pemeriksaan yang dilakukan adalah :
a. Memeriksa keluhan
b. Melakukan pemeriksaan dengan Scan Tools,
untuk melihat apakah ada kode kesalahan
(fault code)
c. Karena tidak ada kode kesalahan maka
dilanjutkan pemeriksaan data aktual
d. Melihat data aktual dan membandingkan
dengan yang seharusnya
e. Selanjutnya apabila belum dapat mengambil
kesimpulan, periksa dengan alat uji emisi.
f. Membandingkan
dengan
data
yang
seharusnya dan mengambil kesimpulan.
Dalam hal emisi karena sudah ada spesifikasi
standar, lebih baik di bandingkan dengan
spesifikasi standar
Hasil Pengujian Mobil Normal
4.1.1 Hasil Pemeriksaan pada Mercedes E280
tahun 2008 dengan kondisi mesin normal
dan putaran idle
Tabel 4. Aktual data Mercedes E280 kondisi
normal pada saat roda gigi transmisi posisi drive
No
Putaran
Mesin
Laju
Udara
Waktu
Injeksi
(rpm)
(kg/h)
(s)
1
612
14,2
0,0029
2
620
14,3
0,0030
3
612
14,2
0,0029
4
620
14,2
0,0030
bakar
Prosedur pengujian kendaraan dilakukan di
bengkel Auto Service. Pengujian ini dilakukan
untuk menganalisa kendaraan dengan sistem
bahan bakar injeksi dengan Scan Tools atau Gas
Analyzer.
Pengujian Mesin Normal
Pengujian pertama menggunakan Scan Tools
pada mesin normal yaitu pada Mercedes E 280
tahun 2008:
a. Pasang Scan tools pada kendaraan
b. Masuk ke masing-masing kendaraan dengan
tepat
c. Baca data aktual seperti pada saat mesin
mengalami masalah yaitu idle dan posisi
selektor transmisi pada posisi D (drive).
Pengujian Mesin Bermasalah
Pengujian dengan Scan Tools atau gas analyzer
pada kendaraan yang bermasalah yaitu pada
mobil Mercedes, BMW dan BMW
4.2 Hasil Pemeriksaan pada mobil bermasalah
menggunakan Scan Tools atau Gas
Analyzer
4.2.1 Hasil Pemeriksaan pada Mercedes E280
tahun 2008 dengan kondisi mesin
bermasalah, menurut keluhan pelanggan
yaitu : Mesin pincang ketika idle setelah
beberapa lama dan pada posisi roda gigi
transmisi drive.
Tabel 5. Aktual data Mercedes E280 kondisi
bermasalah
No
Putaran
Mesin
udara
Laju
Waktu
Injeksi
(rpm)
(kg/h)
(s)
1
614
23,3
0,0030
2
620
24,2
0,0032
3
614
23,3
0,0030
4
620
24,2
0,0032
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
43
4.2.2 Hasil Pemeriksaan pada BMW 745i E65 N62
tahun 2002 dengan kondisi mesin
bermasalah, menurut keluhan pelanggan
yaitu : Ketika dingin mesin pincang, kalau
sudah kurang lebih 10 menit, mesin normal.
Pada mesin ini ketika diperiksa menggunakan
scan tools tidak menunjukkan adanya kode
kesalahan (fault code) dan ketika di baca data
aktual tidak menunjukkan data. Sehingga
dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan gas
analyzer
Tabel 6. Hasil Uji Emisi BMW 745i
Perhitungan kemampuan maksimum injektor
menyemprotkan bahan bakar berdasarkan rumus
2.3 yaitu diketahui
W = 228 Hp pada putaran mesin 6000
rpm
Sfc = 0,45-0,5 lbs/Hp.h untuk mesin
normal 0,6 lbs/Hp.h untuk mesin dengan
turbo
n
= 6 silinder
M
= 60%
Menurut percobaan dari graham bell, duty cycle
injektor (M) pada saat daya maksimum sekitar 6070%. Maka dapat dihitung kemampuan injektor
mengalirkan bahan bakar dalam 1 detik adalah
Putaran
mesin
CO
HC
CO2
O2
%
ppm
%
%
1
600 rpm
0,17
323
4,0
6,34
>1,3
mf = 31,67 lbm/h
2
600 rpm
0,42
565
5,7
3,38
1,288
diketahui 1 lbm = 0,453 kg jadi
3
600 rpm
0,21
421
4,5
4,25
1,291
No
Λ
,
mf =
4.2.3 Hasil Pemeriksaan pada BMW 730i E38
M60 tahun 1996 dengan kondisi mesin
bermasalah, menurut keluhan pelanggan
yaitu : Ketika dingin mesin pincang dan asap
knalpot pedih dimata. Dalam kasus ini
pemeriksaan langsung menggunakan gas
analyzer
.
mf = 31,67 lbm/h x 0,453 = 14,36375 kg/h
Jadi
kemampuan
injektor
dalam
menyemprotkan bahan bakar pada tekanan
spesifikasi adalah 14,36375 kg/h = 3,98993 g/s.
Apabila putaran mesin 612 rpm dengan lama
penyemprotan bahan bakar setiap siklus kerja
mesin adalah 0,0029 detik maka massa bahan
bakar yang disemprotkan adalah
3,98993 g/s x 0,0029 = 0,01157 g
Tabel 7. Hasil Uji Emisi BMW 730i
No
Putaran
Mesin
CO
HC
CO2
O2
%
Ppm
%
%
Λ
1
600 rpm
1,687
1168
11,38
5,98
1,192
2
600 rpm
0,299
925
10,71
5,40
1,261
3
600 rpm
0,296
756
10,78
5,43
1,273
4
600 rpm
0,260
1380
9,79
7,28
1,373
4.3 Perhitungan
Perhitungan untuk kendaraan Mercedes E280
tahun 2008 dengan kondisi mesin normal dan
transmisi masuk gigi drive.
Pada sistem injeksi bahan bakar elektronik
campuran udara dan bahan bakar diatur sekitar λ
= 1, “ Manifold-injection gasoline engine develop
their maximum power output at 5…15% air
deficiency (λ = 0,95…0,85), and their lowest fuel
consumption at 10…20% excess air (λ =
1,1…1,2).” [4] .
Diketahui kendaraan Mercedes E 280 tahun
2008 pada putaran idle adalah 612 rpm dan
pengukuran laju massa udara menunjukkan 14,2
kg/h dan lamanya injeksi bahan bakar setiap
siklus adalah 0,0029 s maka dapat dicari
perbandingan campuran udara dan bahan bakar.
Berikutnya untuk mengetahui massa udara adalah
mengetahui berapa banyak siklus per silinder
yang terjadi pada mesin.
/
N* =
,untuk mesin 4 langkah
Jadi dengan putaran mesin 612 rpm jumlah siklus
per silindernya adalah
N* =
detik.
= 5.1 siklus 4 langkah dalam 1
Dan selanjutnya harus dicari berapa lama langkah
hisap yang dilakukan
t=
.
= 0,196 s dalam 1 siklus 4 langkah
t hisap = 0,196 s : 4 = 0,049 s
seperti diketahui pengukuran laju massa udara
yang terukur dalah 14,2 kg/h maka harus dicari
banyaknya udara yang dihisap dalam 0,049 s
diketahui
1 h = 3600 s
1kg = 1000 g
Maka (14,2 x 1000) : 3600 = 3,94 g/s
Dan untuk 1 langkah hisap dapat dihitung
3,94 g/s x 0,049 s = 0,193355 g
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
44
Jadi perbandingan bahan bakar dan udara
menurut rumus 2.4 dapat dihitung, yaitu
AFR =
λ=
,
=
,
,
,
,
4.4 Analisa Hasil Uji Emisi Gas Buang
= 1,14
Tabel 8. Hasil perhitungan λ dari mesin
mercedes E280 dengan kondisi normal
No
Putaran
Mesin
Laju
Udara
Waktu
Injeksi
(rpm)
(kg/h)
(s)
Λ
1
612
14,2
0,0029
1,14
2
620
14,3
0,0030
1.09
3
612
14,2
0,0029
1.14
4
620
14,2
0,0030
1.08
Tabel 9. Hasil perhitungan λ dari mesin
mercedes E280 dengan kondisi bermasalah
No
ECM. Setelah pengukur udara (Air Mass Sensor)
diganti, mobil ini kembali normal
Putaran
Mesin
Laju
Udara
Waktu
Injeksi
(rpm)
(kg/h)
(s)
λ
1
614
23,3
0,0030
1,79
2
620
24,2
0,0032
1,73
3
614
23,3
0,0030
1,79
4
620
24,2
0,0032
1,73
Jadi λ pada mesin bermasalah =1,79 atau 79 %
lebih banyak dari teoritis dan campuran sangat
kurus. Hal ini akan dibaca oleh oksigen sensor
yang terdapat di saluran buang yang berfungsi
untuk membaca kadar oksigen yang terdapat
pada gas buang. Karena oksigen 80% lebih
banyak maka informasi di kirimkan ke ECM dalam
bentuk tegangan. Selanjutnya ECM akan
mengkoreksi lamanya injeksi bahan bakar
menjadi lebih lama. Hanya saja koreksi ini dibatasi
untuk putaran idle adalah 0,001-0,003 detik
(didapat dari data aktual yang ditampilkan scan
tools Star Diagnose Mercedes). Apabila dilihat
lamanya injeksi bahan bakar pada mobil
Mercedes E280 yang bermasalah ini sudah 0,003
detik. Jadi tidak mungkin ditambah 80% lebih
lama menjadi sekitar 0,0054 detik. Hal ini yang
menyebabkan putaran mesin pada saat idle dan
selektor pada posisi D bermasalah. Penyebabnya
adalah input dari pengukur udara (Air Mass
Sensor) yang salah. Karena dalam hal ini mesin
Mercedes E 280 sudah menggunakan sistem
injeksi elektronik tipe Motronic yang di buat oleh
BOSCH dan menggunakan pengukur udara (Air
Mass Sensor) tipe hot film maka sudah tidak
memungkinkan dilakukannya penyetelan baik
secara manual maupun dengan merubah program
Pada sistem injeksi bahan bakar elektronik
campuran udara dan bahan bakar diatur sekitar λ
= 1, “ Manifold-injection gasoline engine develop
their maximum power output at 5…15% air
deficiency (λ = 0,95…0,85), and their lowest fuel
consumption at 10…20% excess air (λ =
1,1…1,2).” [4].
Secara teoritis perbandingan udara dan bahan
bakar adalah 14,7:1
Dan dalam diagnosa dengan gas analyzer , perlu
dengan bantuan pertanyaan yang meliputi :
a. Apa keluhannya
b. Kejadian /pembacaan emisi pada putaran
berapa
c. Kemungkinan komponen yang menyebabkan
kasus emisi
4.4.1 BMW 745i
Tabel
10.
Hasil
pengukuran
emisi
dibandingkan standart pada BMW 745i
Pembacaan
Standar
Bermasalah
Keterangan
CO (%)
0,2
0,17-0,42
Relatif sama
HC (ppm)
100
323 – 421
Naik
CO2 (%)
14,5 – 16
4,0 - 5,7
Turun
O2 (%)
0,1 - 0,5
3,38 - 6,34
Naik
Λ
1.0
1,291 - 1,300
Kurus
=
λ=
1,291 =
,
=
AFR = 1,2 x 14,7 = 18,98
Pada mobil BMW 745i N62
1. Keluhanya adalah
Ketika dingin mesin pincang, kalau sudah
kurang lebih 10 menit, mesin normal.
2. Pemeriksaan dilakukan pada saat idle sesuai
keluhan
3. Kemungkinan
komponen
yang
menyebabkannya adalah :
Apabila dilihat dari kasus diatas terlihat λ lebih
dari 1,2 itu berarti campuran kurus
(kekurangan udara) dan ketika λ lebih dari 1,2
apabila dilihat dari grafik hubungan AFR maka
a. CO akan cenderung sama atau turun
sedikit
b. HC Cenderung naik
c. CO2 akan mengecil
d. O2 akan naik
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
45
Hal ini dapat disebabkan oleh kebocoran udara
pada saluran udara masuk . Dan hal ini tidak dapat
terdeteksi oleh ECU sehingga tidak dapat
menimbulkan kode kesalahan (fault code).
Pemeriksaan kebocoran udara dapat
dilakukan dengan menyemprotkan cairan carb
cleaner yang ke setiap bagian sistem pemasukan.
Apabila terdapat kebocoran ditandai dengan
penunjukan emisi akan mendekati normal (CO,
HC, CO2, O2, λ).
Pada BMW 745i kebocoran udara dikarenakan
lemahnya pegas pada Crankcase Venting System
yang berfungsi untuk ventilasi udara dari ruang
poros engkol ke saluran masuk udara sehingga
terjadi penambahan udara palsu ke dalam sistem
injeksi elektronik yang tidak di baca oleh pengukur
udara. Hasil pembakaran di baca oleh sensor
oksigen yang mengukur kadar oksigen dari emisi
gas buang dalam hal ini menunjukkan 80% lebih
banyak, sehingga ECM menerima dua informasi
yang berbeda yang menyebabkan permasalahan
terjadi
4.4.2 BMW 730i
Tabel
11.
Hasil
pengukuran
emisi
dibandingkan standart pada BMW 730i
Pembacaan
Standar
Bermasalah
Keterangan
CO (%)
0,5 – 1,5
0,260 – 1,687
Relatif sama
HC (ppm)
100
756 – 1168
Naik
CO2 (%)
14,5 – 16
9,79 – 11,38
Turun
O2 (%)
0,1 - 0,5
5, 40 – 7,28
Naik
Λ
0,97-1,03
1,192 – 1,373
Kurus
=
λ=
1,192 =
,
=
AFR = 1,2 x 14,7 = 17,52
1. Keluhan pada BMW 745i N62 adalah
Ketika dingin mesin pincang, dan asap knalpot
pedih dimata
2. Pemeriksaan dilakukan pada saat idle sesuai
keluhan
3. Kemungkinan
komponen
yang
menyebabkannya adalah :
Apabila dilihat dari kasus diatas terlihat λ
sekitar 1,2 itu berarti campuran kurus
(kekurangan udara) dan ketika λ sekitar 1,2
apabila dilihat dari grafik hubungan AFR maka
a. CO akan cenderung sama atau turun
sedikit
b. HC Cenderung naik
c. CO2 akan mengecil
d. O2 akan naik
Pada BMW 730i kebocoran terletak pada saluran
masuk udara yang terbuat dari plastik. Secara
kasus mirip dengan mobil BMW 745i diatas, tetapi
penyebab masalahnya berbeda.
5.1 Kesimpulan
1. Permasalahan pada kendaraan dengan
sistem bahan bakar injeksi yang tidak dapat
dideteksi oleh scan tool dalam penelitian ini
dikarenakan penyimpangan masukan dari
sensor pemasukan udara, putaran mesin dan
waktu penyemprotan bahan bakar.. Hal ini
dapat dianalisa dengan membandingkan data
yang ditampilkan scan tools dan gas analyzer
antara mesin normal dan mesin bermasalah.
2. Horst
Bauer,
2004.
Gasoline-Engine
Management, Robert Bosch Gmbh, Germany
3. Loekman Satibi, Irfan Purnawan dan Lisa
Nazifah, 2013.Mesin Penggerak Utama
(Prime Mover), raha Ilmu, Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA
1. Graham Bell, 1998. Four Stroke Performing
Tuning, Hynerss Publishing, Sparkford,
California
2. Robert G. Wagoner, 2012. Turbocharging
Normally Aspirated Endines on a Budget, Lulu
Enterprises.Inc, USA
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
46
PANDUAN PENULISAN JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN
Penulis01, Penulis02, dan Penulis03
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta
Email: [email protected]; [email protected],
Penulis [email protected]
Abstrak -- (intisari) memuat inti permasalahan, metodologi pemecahannya dan hasil yang diperoleh.
Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, disertai kata kunci (keyword) di
bawahnya. Tulisan asli berupa softcopy yang dikirim penulis akan langsung dicetak sebagai isi
JURNAL TEKNIK MESIN apabila telah memenuhi panduan penulisan. Untuk menjamin keseragaman
dan kelancaran proses pencetakan, serta format tulisan maka dibuat panduan penulisan. Panduan
ini sebagai acuan yang diperlukan untuk penulisan dan pengiriman tulisan JURNAL TEKNIK
MESIN. Panduan ini ditulis sebagai format baku JURNAL TEKNIK MESIN dan untuk kemudahan
panduan dalam bentuk softcopy ini dapat langsung dijadikan template bagi penulis.
Kata kunci: panduan, tulisan, format, judul
Abstract -- contains the core of the problem, the solution methodology and the results obtained. Abstract
written in Indonesian and English, accompanied by keywords (keywords) below. The original text in
the form of soft copy sent direct writer will be printed as JURNAL TEKNIK MESIN contents if it has
met the writing guide. To ensure uniformity and smoothness of the printing process, as well as the
format of the writing made the posting. This guide as a reference is required for the writing and delivery
of writings JURNAL TEKNIK MESIN This guide is written as a standard format for ease JURNAL
TEKNIK MESIN and guidelines in softcopy format can be directly used as a template for writers.
Keywords: guidance, writing, format, title
1.
PENGIRIMAN TULISAN
Tulisan asli yang dikirim ke Redaksi JURNAL
TEKNIK MESIN harus dalam bentuk softcopy
siap cetak yang dicopy-kan langsung kepada
Redaksi atau dikirimkan via email dalam format
*.doc atau *.docx dengan dilampiri pernyataan
bahwa tulisan tersebut belum diterbitkan dan tidak
sedang menunggu untuk diterbitkan di media
mana pun. Penulis juga diminta untuk
melampirkan biografi ringkas, afisiliasi dan alamat
lengkap, termasuk alamat email.
2.
TULISAN
Tulisan akan dicetak dengan tinta hitam pada satu
muka kertas HVS putih ukuran A4. Setiap
halaman diberi nomor dan panjang tulisan
maksimal 8 (delapan) halaman. Untuk menjamin
keseragaman
format,
tulisan
hendaknya
mempunyai marjin minimum sebagai berikut:
a. Marjin atas, bawah, inside, 3
cm,
sedangkan batas outside 2.0 cm dengan
Pages Mirror Margin.
b. Badan tulisan ditulis pada dua kolom
dengan jarak antar kolom 0.5 cm.
2.1
Huruf dan Spasi
jarak antar baris satu spasi, kecuali judul. Judul
menggunakan huruf besar Arial 12 yang dicetak
tebal (bold), dan abstrak ditulis miring (Italic)
dengan huruf Arial 10.
2.2
Judul
Judul Tulisan: Judul tulisan dicetak tebal dengan
huruf besar (14) dan diletakkan di tengah
halaman. Judul tulisan diikuti nama dan afisiliasi
penulis serta abstrak, seperti pada panduan ini.
Judul Bagian: Judul bagian dicetak tebal
(bold) dengan huruf besar, diberi nomor.
Judul Subbagian: judul sub-bagian
dicetak tebal, dengan gabungan huruf besar dan
kecil, dimulai dari sisi kiri kolom.
2.3
Bahasa, Satuan dan Persamaan
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan
bahasa dan istilah asing sedapat mungkin
dihindari, kecuali untuk “abstrak”.
Penggunaan singkatan dan tanda-tanda
diusahakan untuk mengikuti aturan nasional atau
internasional. Satuan yang digunakan hendaknya
mengikuti system satuan internasional (SI).
Persamaan atau hubungan matematik
harus dicetak dan diberi nomor seperti ini:
Tulisan menggunakan huruf Arial 10 dengan
ISSN 2089 - 7235
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014
47
(1)
Di dalam teks, persamaan 1 dinyatakan dengan
“Pers. (1)” atau “Persamaan (1)”.
2.4
Tabel
Tabel yang rapi dan jelas disertakan dalam teks
serta harus dirujuk pada teks. Keterangan tabel
ditulis di atas tabel sebagai berikut: “Tabel 1”. Di
dalam teks, tabel 1 dinyatakan dengan “Tabel
1”.
Di dalam teks, persamaan 1 dinyatakan
dengan “Pers. (1)” atau “Persamaan (1)”.
2.6
Gambar
Gambar dituliskan menggunakan format rata
tengah. Setiap gambar haruslah diberi nomor dan
judul serta diacu pada tulisan. Nomor dan judul
gambar diletakkan di bawah gambar, seperti
terlihat pada Gambar 1.
Tabel 1. Contoh penulisan nomor dan judul tabel
Symbol
Quantity

magnetic flux
4M
m
magnetization
magnetic moment
m
magnetic moment
B
4M
m
magnetic
flux
density,
magnetic
induction
magnetic
field
strength
magnetization
magnetic moment
M
magnetization
4M
4M
4M

magnetization
magnetization
magnetization
specific
magnetization
magnetic moment
H
m
4M
j
2.5
magnetization
magnetic dipole
moment
Conversion from
Gaussian and CGS
EMU to SI a
1 Mx  108 Wb = 108
V·s
1 G  103/(4) A/m
1 erg/G = 1 emu
 103 A·m2 = 103 J/T
1 erg/G = 1 emu
 103 A·m2 = 103 J/T
1 G  104 T = 104
Wb/m2
Gambar 16. Penulisan nomor dan judul gambar
1 Oe  103/(4) A/m
1 G  103/(4) A/m
1 erg/G = 1 emu
 103 A·m2 = 103 J/T
1 erg/(G·cm3) = 1
emu/cm3
 103 A/m
1 G  103/(4) A/m
1 G  103/(4) A/m
1 G  103/(4) A/m
1 erg/(G·g) = 1 emu/g 
1 A·m2/kg
1 erg/G = 1 emu
 103 A·m2 = 103 J/T
1 G  103/(4) A/m
1 erg/G = 1 emu
 4  1010 Wb·m
Nomenclature
Simbol dan Definisi kosa kata sebaiknya
dikumpulkan dan di tulis disini (sebelum Daftar
Pustaka). Sebagai contoh:
APT = Available Production Time
Cmax = Maximum Consumption
DT = Design Time
KD = Design Coefficient
3.
DAFTAR PUSTAKA
Penyitiran
pustaka
dilakukan
dengan
menyebutkan sumber penulis dan tahun, contoh:
(Chapman, 2008). Daftar Pustaka hanya memuat
pustaka yang secara langsung menjadi sumber
kutipan. Penulisan Daftar Pustaka dilakukan
dengan pengurutan berdasarkan nama belakang
penulis, dicantumkan pada bagian akhir tulisan.
Berikut adalah beberapa contoh penulisan
daftar pustaka.
[1]. Casadei D, Serra G, Tani K. Implementation
of a Direct Control Algorithm on Discrete
Space Vector Modulation. IEEE Transactions
on Power Electronics. 2007; 15(4): 769-777.
[2]. Calero C, Piatiini M, Pascual C, Serrano MA.
Towards Data Warehouse Quality Metrics.
Proceedings of the 3rd Int’l. Workshop on
Design and Management. Interlaken. 2009;
39: 2-11.
[3]. Ward J, Peppard J. Strategic planning for
Information Systems. Fourth Edition. West
Susse: John Willey & Sons Ltd. 2007: 102104.
ISSN 2089 - 7235
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Telp: 021-5840816 (Hunting), Pesawat: 5200
Fax: 021-5871335
Download