PENGARUH QUALITY OF WORK LIFE TERHADAP KOMITMEN KEORGANISASIAN PEGAWAI TETAP KANTOR PUSAT PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK Arieska Ovtaria, Pantius D. Soeling Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh quality of work life terhadap komitmen keorganisasian pegawai tetap PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh positif antara quality of work life terhadap komitmen keorganisasian. Semakin tinggi quality of work life maka semakin tinggi pula komitmen keorganisasian pegawai. Subjek penelitian ini adalah pegawai tetap PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang telah bekerja minimal 3 tahun dengan responden berjumlah 204 pegawai. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Skala pengukuran yang digunakan untuk quality of work life terdiri dari 24 item pernyataan berdasarkan pada teori Walton. Sedangkan komitmen keorganisasian menggunakan skala pengukuran berdasarkan pada teori Mowday, Steers, Porter dengan 15 item pernyataan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Sollution (SPSS) 20.0. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif antara variabel quality of wok life terhadap komitmen keorganisasian. Kata Kunci: Quality of Work Life, Komitmen Keorganisasian. The Influence of Quality of Work Life on Permanent Employee Organizational Commitment at PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk abstract The purpose of this research is to analyze the influence between quality of work life on permanent employee organization commitment in PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Hyphothesis proposed there is a positive impact between quality of work life on employee organizational commitment. If quality of work life is increase then organizational commitment will be increase. Respondents in this study were permanent employee of PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk who already work minimum 3 years. Total respondents in this research are 204 respondents. This research uses quantitative methods with questionnaire as an research instrument. The scale of quality of work life is measured by using 24 statement based on theory from Walton and the scale of organizational commitment is measured by using 15 statement based on aspects stated by Mowday, Steers, and Porter. The statistical technique is using Statistical Product and Service Sollution (SPSS) 20.0. The results of this study shows that quality of work life has an significant positive impact on permanent employee organizational commitment in PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Key Words: Quality of Work life, Organizational Commitment Pendahuluan Munculnya era globalisasi memiliki pengaruh pada berbagai aspek kehidupan manusia tidak terkecuali bisnis. Globalisasi mengakibatkan meningkatnya pelaku bisnis terutama 1 Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 Universitas Indonesia 2 perusahaan yang ada. Hal ini mengakibatkan persaingan atau kompetisi dalam dunia bisnis semakin ketat, terutama bagi perusahaan dengan jenis usaha yang sama. Untuk tetap menjalankan bisnisnya perusahaan harus mampu memilih strategi untuk memenangkan kompetisi yang ada. Pada awalnya, untuk memenangkan persaingan bisnis para pelaku bisnis terutama perusahaan hanya memfokuskan persaingan bisnis pada masalah keuangan, metode, dan teknologi sebagai strategi untuk memenangkan persaingan bisnis yang ada. Akan tetapi, akhirnya perusahaan menyadari bahwa persaingan sesungguhnya antar perusahaan bukanlah berada pada pasar (not in the market), ataupun produk (not in the product) tetapi di dalam kepala (in the brain) dan cara berpikir (in the mindset) dari sumber daya manusia di dalam perusahaan yang merupakan awal dari seluruh strategi perusahaan. Tantangan manajemen perusahaan saat ini adalah untuk memenangkan perang talenta, yaitu situasi ketika perusahaan-perusahaan saling bersaing memperebutkan dan mempertahankan sumber daya manusia terbaik (Pella, 2011). Pendapat tersebut juga sesuai dengan pendapat lain yang menyebutkan bahwa karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena memiliki bakat, tenaga, dan kreativitas yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya bagi kesuksesan perusahaan di masa mendatang. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuan dan tumbuh secara berkelanjutan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia,dalam hal ini adalah kualitas karyawan (Hasibuan, 2002). Karena sumber daya manusia atau karyawan penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan maka perusahaan diharapkan mampu mengelola karyawannya dengan baik. Salah satu syarat untuk mencapai keberhasilan perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk dapat membangun sumber daya manusia yang handal dan mampu mempertahankan mereka agar tetap berada di dalam perusahaan yang sejalan dengan konsep komitmen keorganisasian (Unarajan, 1996). Komitmen keorganisasian menurut Allen dan Meyer (1997) merupakan suatu keadaan psikologis yang memperlihatkan hubungan karyawan dengan organisasi dan berpengaruh kepada keputusan karyawan untuk melanjutkan keanggotaannya di dalam organisasi. Komitmen keorganisasian dalam suatu perusahaan menjadi sangat penting karena menurut Greenberg dan Baron (1993), karyawan yang memiliki komitmen keorganisasian yang tinggi adalah karyawan yang lebih stabil dan lebih produktif sehingga pada akhirnya juga lebih menguntungkan bagi organisasi.Selain itu, komitmen yang tinggi pada karyawan menjadi penting bagi suatu organisasi karena memiliki berbagai dampak positif, seperti menurunnya Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 3 tingkat keterlambatan, absensi dan turn over karena karyawan yang memiliki komitmen kemungkinan besar akan bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada di organisasi (Mathieu & Zajac, 1990). Sebaliknya jika karyawan tidak memiliki komitmen pada suatu organisasi, maka produktivitas, efisiensi, dan keuntungan yang didapat juga akan berkurang. Hal ini dikarenakan jika karyawan keluar dari perusahaan, maka perusahaan harus mampu mencari pengganti untuk jabatan yang kosong tersebut. Meskipun jabatan tersebut dapat diisi dan digantikan oleh karyawan yang baru, kompetensi mereka bisa saja lebih rendah dari karyawan sebelumnya dalam kaitannya dengan kurangnya pengalaman dan pengetahuan. Sehingga, dibutuhkan suatu usaha lebih dari perusahaan untuk mendapatkan pengganti yang sesuai dengan yang diharapkan, baik dari segi keuangan, waktu, serta tenaga (Lawler, Huang, & Lei, 2007). Berdasarkan berbagai penjelasan yang ada maka dapat terlihat bahwa komitmen keorganisasian merupakan suatu hal penting bagi perusahaan untuk dapat memenangkan persaingan bisnis yang ada dan harus dimiliki oleh seluruh karyawan sehingga perusahaan memiliki tantangan untuk meningkatkan komitmen keorganisasian para karyawannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan komitmen keorganisasian para karyawannya adalah dengan meningkatkan quality of work life (QWL) atau kualitas kehidupan kerja bagi para karyawan. QWL merupakan suatu bentuk persepsi pekerja terhadap suasana dan pengalaman pekerja di lingkup pekerjaannya (Walton, 1973). QWL menjadi salah satu faktor penentu komitmen keorganisasian karena menurut Taylor & Cozensa (1998), walaupun uang masih merupakan sesuatu yang penting,tetapi tidak dapat untuk membangkitkan komitmen keorganisasian para karyawan. Saat ini, dalam bekerja karyawan tidak hanya berorientasi dalam hal kompensasinya. Telah terjadi perubahan nilai dari karyawan yang mengindikasi bahwa karyawan saat ini lebih tertarik kepada peningkatan kualitas kehidupan mereka. Di luar penghasilan, karyawan memiliki ekspektasi untuk mendapatkan benefit tambahan dari pekerjaan mereka, seperti tantangan dan penghargaan, pengembangan dan peningkatan karir, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan berkeluarga, suasana perusahaan yang harmonis, dan dukungan dari manajerial. Dalam kaitannya dengan komitmen keorganisasian, peningkatan QWL juga berpengaruh pada tingkat kehadiran serta mengurangi tingkat turnover karyawan (Ivancevich & Konopaske, 2006). Selain itu, menurut Haryanto (1996) Peningkatan QWL akan membawa pengaruh yang positif secara langsung, yaitu yang pertama, meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen. Kedua, meningkatkan produktivitas. Ketiga, berkaitan dengan dua keuntungan sebelumnya adalah meningkatkan efektivitas organisasi. Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 4 Untuk itu, perusahaan harus mampu menawarkan QWL dengan lebih baik untuk mendapatkan dan mempertahankan karyawan yang memiliki kemampuan di dalam perusahaan sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara penerapan QWL dengan komitmen keorganisasian karyawan (May, Lau & Johnson, 1999). Jenis perusahaan yang memiliki tantangan terbesar dalam menghadapi masalah sumber daya manusia dialami oleh perusahaan jasa, dimana pihak manajemen harus mampu mengintegrasikan seluruh elemen yang ada dalam customer service agar sesuai dengan strategi dan operasi perusahaan yang telah ditetapkan. Karena perusahaan jasa mengutamakan pelayanan maka seluruh bagian sumber daya manusia perusahaan jasa merupakan customer service yang memiliki tanggung jawab kepada kepuasan konsumen, baik untuk sumber daya manusia yang terlibat pada front office ataupun back office. Sehingga dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menjalankan bisnisnya (Lovelock, 1991). Salah satu perusahaan jasa yang berkembang di kawasan Asia Pasifik saat ini, termasuk di dalamnya Indonesia adalah industri transportasi terutama industri penerbangan. Untuk di Indonesia, pertumbuhan industri penerbangan melonjak tajam dalam satu dekade terakhir. Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, menuturkan dunia penerbangan Indonesia sangat kompetitif. Sumber daya manusia yang dibutuhkan bisnis ini juga harus mempunyai keterampilan khusus. Sehingga banyak perusahaan yang berguguran karena tidak mempunyai manajemen yang kuat (www.dephub.go.id, 2014). Salah satu maskapai penerbangan yang menunjukkan manajemen yang kuat sehingga menjadi maskapai terbaik di Indonesia adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, yang menurut Kementerian Perhubungan Republik Indonesia merupakan maskapai penerbangan dengan tingkat ketepatan waktu atau On Top Performace (OTP) terbaik periode Januari-Juni 2013 (semester I) (www.masstrip.com, 2014). Sedangkan untuk peringkat maskapai penerbangan di dunia, menurut penelitian yang dilakukan oleh SkyTrax, salah satu lembaga konsultan industri penerbangan yang berbasis di London pada tahun 2013, hasilnya menunjukkan bahwa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berhasil menduduki peringkat ke-8. Maskapai dunia terbaik adalah Emirates, kedua Qatar Airways, ketiga Singapore Airlines, keempat All Nippon Airways, kelima Asiana Airlines, keenam Cathay Pasific Airways, ketujuh Etihad Airways, kedelapan Garuda Indonesia, kesembilan Turkish Airlines, dan yang terakhir, peringkat kesepuluh Qantas Airways (http://bisniskeuangan.kompas.com, 2014) Walaupun telah mencapai peringkat 10 besar maskapai penerbangan terbaik di dunia, dalam kurun waktu lima hingga tujuh tahun Chief Executive Officer PT Garuda Indonesia Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 5 (Persero) Tbk, Emirsyah Satar, menargetkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk masuk kedalam lima besar maskapai penerbangan terbaik dunia. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menyadari bahwa keberhasilan perusahaannya tidak terlepas dari kerja keras sumber daya manusia yang ada, yaitu para pegawainya. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk juga menyadari bahwa pegawai yang memiliki komitmen keorganisasian akan dapat meningkatkan produktivitasnya sehingga produktivitas dan kinerja unit serta perusahaan dapat meningkat. Dengan demikian pegawai yang memiliki komitmen akan menjadikan pertumbuhan bisnis perusahaan yang berkesinambungan. Selain itu menurut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, komitmen keorganisasian selain berkorelasi dengan performa bisnis juga memberikan informasi kepada perusahaan seberapa atraktif perusahaan dalam kompetisi perang talent, selain itu dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menarik, memotivasi, dan mempertahankan talent yang sangat bernilai yang pada akhirnya dapat mengurangi talent yang berkinerja rendah. Kesadaran akan pentingnya komitmen keorganisasian dari PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk ini, membuat Garuda Indonesia akan lebih mengintensifkan pengembangan aspek human capital dan organisasi sebagai upaya menjadikan Garuda Indonesia sebagai high performance organization dan employer of choice, yaitu perusahaan idaman yang dipilih oleh pegawai untuk bekerja. Dengan upaya ini, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berharap bahwa perusahaan mampu menarik calon pegawai serta yang terpenting adalah mempertahankan pegawai yang ada. Jika pegawai merasa bahwa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk merupakan perusahaan idaman untuk bekerja maka kecil kemungkinan bagi pegawai berpikiran untuk meninggalkan perusahaan. Apalagi dengan berbagai target yang diharapkan perusahaan. Menurut Lockwood (Lawler, Huang, & Lei, 2007), biaya yang diakibatkan oleh tingkat keluar atau pergantian karyawan dengan hilangnya pengetahuan yang berharga di perusahaan merupakan suatu yang signifikan. Sesuai dengan target yang ingin dicapai, baik secara performa bisnis ataupun menjadi perusahaan idaman, serta kesadaran perusahaan akan pentingnya komitmen keorganisasian, perusahaan memiliki suatu pilar dalam strategi human capital, yaitu penerapan budaya organisasi yang menjadi pedoman berperilaku bagi setiap pegawai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif dimana hal ini terkait dengan konsep QWL. Quality of Work Life menjadi suatu hal yang penting untuk meningkatkan keinginan bagi karyawan untuk memilih dan bertahan pada suatu perusahaan atau dengan pengertian lain, QWL dapat meningkatkan komitmen keorganisasian pegawai. Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 6 Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan, maka pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan “Apakah terdapat pengaruh antara quality of work life (QWL) terhadap komitmen keorganisasian pegawai tetap kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk?” Berdasarkan masalah penelitian dan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh quality of worklife (QWL) terhadap komitmen keorganisasian pada pegawai tetap kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero)Tbk. Tinjauan Teoritis Mowday, Porter, dan Steers (1982) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu kekuatan relatif atas identifikasi individu terhadap keterikatan dengan organisasi. Komitmen keorganisasian memiliki 3 ciri, yaitu: a. keyakinan yang kuat serta penerimaan terhadap tujuan dan nilai organisasi. Maksudnya adalah pegawai merasa bahwa tujuan serta nilai yang ingin dicapai dan dianut oleh perusahaan baik dan sejalan dengan tujuan serta nilai yang dianut pegawai tersebut. b. kesiapan untuk bekerja keras. Pegawai yang memiliki komitmen keorganisasian tinggi akan memiliki sikap bersedia untuk lebih bekerja keras demi masa depan perusahaan. Karena pegawai dengan komitmen keorganisasian tinggi akan lebih merasa peduli dengan nasib perusahaan tempatnya bekerja. c. keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi. Komitmen keorganisasian terkait juga dengan sikap kesediaan pegawai untuk selalu berada dan memberikan kontribusi bagi perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komitmen keorganisasian seorang individu, yaitu (Cherrington, 1994): a. Faktor Personal Merupakan faktor yang dipengaruhi dari dalam personal individu masing-masing. Faktor personal terdiri dari usia, masa kerja, tingkat pendidikan, jenis kelamin, suku bangsa dan kepribadian berkolerasi dengan komitmen organisasi (Mathieu & Zajac, Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 7 1990). Komitmen keorganisasian pada faktor ini digeneralisasi akan lebih besar pada individu yang telah lama berada dalam organisasi (Mathieu & Zajac, 1990). Dalam kelompok, wanita dianggap lebih berkomitmen terhadap organisasi dibanding pria. Individu yang berpendidikan lebih rendah akan lebih berkomitmen dibandingkan dengan individu dengan pendidikan yang lebih tinggi (Angle & Perry, 1981). b. Karakteristik pekerjaan dan peran Karakteristik disini adalah kesempatan individu untuk memperoleh pengalaman baru dalam pekerjaannya sehingga mampu meningkatkan komitmen terhadap organisasi. Sedangkan peran yang dimaksud adalah konflik peran. Konflik peran berkorelasi negatif dengan komitmen keorganisasian. c. Karakteristik struktural Komitmen akan lebih kuat saat kewenangan bersifat desentralisasi dan menuntut adanya kerjasama antara atasan dan bawahan. Hal ini dikarenakan adanya partisipasi dari setiap individu dalam setiap keputusan yang ada. d. Pengalaman kerja Komitmen muncul karena adanya ketergantungan terhadap organisasi, kepentingan personal pada organisasi, sikap positif dan keterikatan sosial terhadap organisasi. Menurut Buchanan (1974), Pengalaman kerja meliputi keterandalan organisasi, perasaan dipentingkan, sikap rekan kerjayang positif terhadap organisasi, persepsi terhadap gaji, serta norma kelompok yang berkaitan dengan kerja keras. Faktor-faktor yang dikemukakan oleh Cherington sama dengan yang dikemukakan oleh Steers (1977), bahwa faktor penyebab (anteseden) komitmen keorganisasian terdiri dari karakteristik personal, karakteristik yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, dan pengalaman kerja. Komitmen keorganisasian seorang individu terhadap organisasinya akan berdampak pada lima hal, yaitu (Allen & Meyer, 1997): a. Job performance (performa kerja) Individu dengan komitmen afektif yang tinggi terhadap organisasi akan berusaha bekerja lebih keras dan memperlihatkan performa yang lebih dibanding pegawai yang memiliki komitmen afektif rendah. b. Absenteeism (tingkat kehadiran) Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 8 Allen dan Meyer mengatakan bahwa individu dengan komitmen afektif tinggi akan lebih jarang absen dibandingkan dengan individu yang komitmen afektifnya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara komitmen dan tingkat ketidakhadiran individu yang dilakukan dengan sengaja. c. Tenure (masa jabatan) Dari hasil meta analisis yang dilakukan oleh beberapa peneliti tampak bahwa terdapat hubungan yang positif antara masa jabatan dengan komitmen keorganisasian. Untuk meningkatkan komitmen terhadap organisasi, seorang individu mungkin memerlukan sejumlah pengalaman tertentu dengan organisasi ataupun melakukan pelayanan jangka panjang sehingga individu merasa terikat secara afektif dengan organisasi. d. Turnover (tingkat keluar masuk) Komitmen keorganisasian berkorelasi negatif dengan perilaku turnover yang dilakukan secara sengaja. Secara khusus pegawai dengan komitmen kontinuans cenderung akan bertahan dalam organisasi. e. Tardiness (keterlambatan) Menurut Angle & Perry (1981), komitmen keorganisasian berkorelasi negatif dengan keterlambatan(Allen & Meyer, 1997). Hadir tepat waktu merupakan representatif sikap positif terhadap organisasi(Mowday, Porter, & Steers, 1982). Selain Allen dan Meyer, terdapat ahli lain yang mengungkapkan mengenai dampak dari komitmen keorganisasian. Menurut Greenberg dan Baron (1993), karyawan yang memiliki komitmen keorganisasian yang tinggi adalah karyawan yang lebih stabil dan lebih produktif sehingga pada akhirnya juga lebih menguntungkan bagi organisasi. Untuk pengertian dari variabel independent penelitian ini, yaitu quality of work life (QWL) adalah persepsi pekerja terhadap suasana dan pengalaman pekerja di lingkup pekerjaan (Walton, 1973). Menurut Walton, terdapat delapan aspek QWL, yaitu: a. Adequate and fair compensation(kompensasi yang memadai dan adil) Maksudnya adalah gaji yang diterima pegawai dari perusahaan dapat memenuhi standar gaji yang diterima umum, cukup untuk membiayai suatu tingkat hidup yang layak dan mempunyai perbandingan yang sama dengan gaji yang diterima orang lain dalam posisi yang sama. Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 9 b. Safe and healthy working conditions(lingkungan kerja yang aman dan sehat) Pegawai tidak ditempatkan kepada keadaan yang dapat membahayakan fisik dan kesehatan mereka, waktu kerja pegawai juga sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. c. Immediate opportunity to use and develop human capacities (adanya kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kapasitas manusia) Pekerjaan yang pegawai lakukan memerlukan berbagai kemahiran, pegawai juga diberikan pemahaman yang jelas mengenai tujuan dan perspektif tentang pekerjaan dan tugas yang dilakukan. Pegawai diberikan kebebasan bertindak dalam menjalankan tugas yang diberikan sesuai dengan ketentuan yang. Selain itu, pegawai juga dilibatkan dalam perencanaan. d. Future opportunity for continued growth and security(peluang untuk tumbuh dan merasa aman) Suatu pekerjaan dapat memberi sumbangan dalam menetapkan dan mengembangkan kapasitas individu. Kemahiran dan kapasitas individu itu dapat dikembangkan dan dipergunakan dengan sepenuhnya, selanjutnya peningkatan peluang kenaikan pangkat dan promosi dapat diperhatikan serta mendapatkan jaminan terhadap pendapatan. e. Social integration in the work organization (integrasi sosial dalam organisasi kerja) Pegawai memiliki integrasi sosial dengan pegawai lain di dalam organisasi, adanya mobilitas bagi pegawai untuk bergerak ke atas, pegawai merasa bagian dari suatu tim, mendapat dukungan dari kelompok-kelompok primer dan terdapat rasa hubungan kemasyarakatan serta hubungan antara perseorangan. f. Constitutionalism in the work organization (hak pegawai pada organisasi kerja) Pegawai memiliki hak untuk memiliki privasi. Selain itu, pegawai dapat memiliki kebebasan bersuara tanpa adanya rasa takut akan adanya tindakan dari atasan. g. Work and the total life space(pekerjaan dan ruang hidup secara keseluruhan) ketersediaan organisasi untuk mengijinkan anggotanya memiliki peran kehidupan lain diluar pegawai. Selain berperan di lingkungan kerja, pegawai juga mempunyai peranan di luar tempat kerja seperti sebagai seorang suami atau bapak dan ibu atau isteri ataupun anak yang perlu mempunyai waktu untuk bersama keluarga. Seorang pegawai juga membutuhkan kehidupan lain diluar bekerja. h. The social relevance of work life (tanggung jawab sosial organisasi) Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 10 Setiap organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap pengguna dan masyarakat secara keseluruhan selama menjalankan organisasinya. Organisasi yang mengabaikan peranan dan tanggung jawab sosialnya akan menyebabkan pegawai tidak menghargai pekerjaan mereka. Gambar 1. Walton Model of Quality of Work Life Sumber: (Walton, 1973) Menurut Usman (2009) program QWL dapat meningkatkan komunikasi internal dan kelompok, meningkatkan koordinasi, motivasi, dan kapabilitas pekerja sehingga visi, misi, dan tujuan organisasi dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. komitmen Seperti halnya keorganisasian, penerapan QWL juga memiliki dampak tersendiri bagi perusahaan. Lau dan May (1998), menemukan bahwa perusahaan dengan kualitas kehidupan kerja atau quality of work life (QWL) yang tinggi mendapatkan pertumbuhan bisnis dan keuntungan yang luar biasa. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni suatu pendekatan penelitian yang dilakukan dengan cara pengolahan dan penyajian data dengan menggunakan metode statistika sehingga memungkinkan peneliti untuk mengambil kesimpulan secara obyektif. Menurut Neuman (2007), penelitian kuantitatif berangkat dari hipotesis peneliti dengan konsep dalam bentuk variabel-variabel yang jelas. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini tergolong penelitian eksplanatif, yaitu penelitian yang berusaha menjelaskan kondisi variabelvariabel penelitian dan melihat hubungan antarvariabel tersebut (Kerlinger & B. Lee, 2000). Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 11 Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara variabel QWL dengan komitmen keorganisasian pegawai tetap kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Berdasarkan manfaat dari penelitian, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian terapan. Penelitian terapan merupakan penelitian yang mencoba untuk memecahkan masalah nyata atau mengarah pada pertanyaan kebijakan yang spesifik dan yang memiliki penerapan langsung (Neuman, 2007). Penelitian ini termasuk ke dalam categori cross sectional research karena penelitian ini hanya dilakukan dalam satu waktu tertentu dan penulis tidak melakukan penelitian yang sama di waktu yang berbeda sebagai perbandingan (Umar, 2013). Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan pengambilan data berdasarkan penelitian lapangan, yaitu survei dan kepustakaan sebagai berikut: a. Penelitian lapangan, yaitu melakukan survei dengan menyebarkan kuesioner di lokasi penelitian guna mendapatkan data primer. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang akan disebarkan kepada responden yang dibuat dengan merujuk pada skala model Likert. Masing-masing jawaban terdiri dari 5 (lima) alternatif jawaban dengan rincian dan bobot nilai (skor) sebagai berikut: Sangat Setuju = 5, Setuju= 4, Kurang Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, dan Sangat Tidak Setuju= 1. (Neuman, 2007) b. Studi Kepustakaan, dilakukan dengan cara membaca dan mengutip baiksecara langsung maupun tidak langsung dari literatur-literatur yang berhubungan langsung dengan variabel penelitian. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka populasi yang akan diteliti hanyalah pegawai tetap kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang telah bekerja minimal 3 tahun. Pemilihan populasi ini didasarkan pada asumsi bahwa pegawai tetap yang telah bekerja selama minimal 3 tahun pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah merasakan bagaimana kualitas kehidupan kerja di perusahaan tersebut dibanding dengan pegawai kontrak ataupun pegawai tetap yang baru bergabung di perusahaan kurang dari 3 tahun. Jumlah populasi dalam penelitian adalah 537 orang yang terbagi ke dalam 34 unit kerja Untuk pemilihan sampel, digunakan rumus slovin. Adapun rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel adalah sebagai berikut (Umar, 2013): keterangan: Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 12 n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (penelitian ini menggunakan e sebesar 5%) Berdasarkan rumus yang ada, maka sampel yang dapat diambil pada penelitian ini berjumlah 230 responden. Untuk mengetahui jumlah responden dari setiap unit kerja yang akan dijadikan responden, teknik penarikan sampel dalam penelitian ini dengan teknik multistage sampling, yaitu teknik penarikan sampel dengan menggabungkan teknik penarikan sampel cluster (area sampling) dengan teknik penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) (Creswell, 2008). Akan tetapi, hingga batas waktu yang ditentukan jumlah responden belum mencukupi sehingga untuk mencapai jumlah sampel yang telah ditentukan maka teknik penarikan sampel berubah menjadi teknik accidental. Hal ini menjadi suatu keterbatasan dari penelitian ini dimana hasil penelitian tidak dapat merepresentasikan unit kerja yang ada. Hasil kusioner yang diisi oleh responden, diolah dalam program SPSS 20 dengan teknik analisis yang terbagi menjadi dua, yaitu teknik analisis deskriptif dan teknik analisis inferensial. Teknik analisis deksriptif merupakan statistik yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data (Neuman, 2013). Data hasil analisis statistik deskriptif akan menjadi tiga macam bentuk data yaitu distribusi frekuensi, ukuran pemusatan, dan ukuran penyebaran. Hasil analisis statistik deskriptif ini akan memperlihatkan karakteristik responden dan ratarata dari variabel yang ada. Untuk melihat karakteristik responden penelitian ini dilakukan analisis melalui analisis frekuensi sedangkan untuk melihat kecenderungan penilaian responden terhadap pernyataan yang ada maka digunakan mean atau rata-rata. Kedua variabel yang diteliti, baik quality of work life ataupun komitmen keorganisasian dikategorisasikan ke dalam 5 kelas berdasarkan pada skala alternatif jawaban Likert. Untuk mengetahui batasan nilai dari 5 kelas tersebut, maka digunakan rumus: RS = = = 0,8 Keterangan: RS : Rentang Skala Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 13 m : Jumlah alternatif jawaban tiap item Berikut merupakan hasil dan penjelasannya: Tabel 1. Kategori Nilai Variabel QWL dan Komitmen Keorganisasian QWL Komitmen keorganisasian Batasan Sangat Buruk Sangat Rendah 1,00< x < 1,80 Buruk Rendah 1,80 < x < 2,60 Cukup Baik Cukup Tinggi 2,60 < x < 3,40 Baik Tinggi 3,40< x < 4,20 Sangat Tinggi 4,20 < x < 5,00 Sangat Baik Sumber: Data olahan peneliti Sebelum digunakan untuk menghimpun data penelitian, kuesioner sebagai instrumen penelitian diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya(Azwar, 2003). Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus teknik Statistic Pearson Product Moment Correlation (Pearson’s r) tetapi pada penelitian ini digunakan SPSS 20 untuk mengolah data yang ada. Untuk melihat valid tidaknya suatu pernyataan maka dilakukan perbandingan antara r hitung yang didapat oleh setiap pernyataan dengan r tabel product moment. Berikut merupakan tabel product moment: Tabel 2. Nilai r Product Moment N Taraf Signifikansi 5% 1% 3 0,997 0,999 4 0,950 0,990 5 0,878 0,959 26 0,388 0,496 27 0,381 0,487 28 0,374 0,478 29 0,367 0,470 30 0,361 0,470 Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 14 1000 0,062 0,081 Sumber: Sugiyono (2008) Suatu butir pernyataan dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel (Sugiyono, 2008). Jika dilihat dari tabel yang ada dan dikaitkan dengan jumlah responden (n) serta tingkat signifikansi pada penelitian ini, yaitu 30 responden dan tingkat signifikansi 5% maka r tabelnya yang sesuai adalah sebesar 0,361. Jadi, apabila r hitung suatu butir pernyataan dalam kuesioner lebih besar dari r tabel, yaitu sebesar 0,361 maka pernyataan tersebut dianggap valid. Menurut Kerlinger (1990) pengujian reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukurankembali terhadap gejala atau kondisi yang sama pada saat berbeda. Suatu pernyataan dalam kuesioner dianggap reliabel jika Cronbach’s Alpha yang dimiliki oleh pernyataan tersebut setelah dilakukan pengujian lebih besar dari 0.6. 3. Hasil Penelitian Dari hasil uji deskriptif diketahui beberapa karakteristik yang terdapat dari responden. Analisis deskriptif pada penelitian ini, merupakan gambaran karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, status pernikahan, dan masa kerja. Berikut merupakan penjelasan masing-masing penjelasan karakteristik responden yang ada: Gambar 2. Persebaran Identitas Responden berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Hasil olah data menggunakan SPSS 20 (2014) Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 15 Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki. Dari 204 responden, 121 responden atau sebesar 59,3% berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 83 responden atau sebesar 40,7% berjenis kelamin perempuan. Hal ini dikarenakan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk merupakan perusahaan maskapai penerbangan dimana dibutuhkan jenis pekerjaan inti yang berhubungan dengan alat berat, mesin pesawat, serta urusan maskapai penerbangan lainnya. Gambar 3. Persebaran Identitas Responden Berdasarkan Usia Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20 (2014) Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa responden paling banyak berada pada rentang usia 20-30 tahun atau 49%, usia >40-50 tahun sebanyak 74 responden dengan persetase 36.3%, usia >30-40 tahun sebanyak 21 responden dengan persentase 10.3%, dan yang terakhir uia >50 tahun dengan responden sebanyak 9 responden dan persentase 4.4%. Hal ini menunjukan bahwa pegawai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk banyak diisi oleh pegawai berusia relatif muda. Hal ini berhubungan dengan target PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk mencapai Quantum Leap tahun 2015 sehingga dibutuhkan penambahan sumber daya manusia baru. Selain itu, hal ini juga terkait dengan salah satu nilai yang dianut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, yaitu Customer Centricity dimana terdapat perilaku kreatif dan inovatif. Dengan banyaknya pegawai dengan usia 20-30 tahun diharapkan mampu membawa inovasi dan juga pemikiran-pemikiran yang kreatif bagi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk meningkatkan pelayanan bagi para penumpangnya. Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 16 Gambar 4. Persebaran Identitas Responden Berdasarkan Status Pernikahan Sumber: Hasil olahan data menggunakan SPSS 20 (2014) Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa lebih banyak pegawai yang menikah, yaitu sebanyak 145 responden dengan persentase 71.1% dibandingkan dengan yang belum menikah, yaitu sebanyak 59 responden dengan persentase 28.9%. Untuk melihat kecenderungan jawaban responden atas pernyataan tiap variabel maka dapat dilihat hasil mean dari setiap variabel. Berikut merupakan hasil rata-rata jawaban responden terhadap 8 dimensi QWL: Tabel 3. Hasil Mean Per Dimensi Variabel QWL Dimensi Mean Kategori Adequate & Fair Compensation 3.72 Baik Safe & Healthy Working Conditions 4.00 Baik Immediate Opportunity To se & Develop Human 3.92 Baik Future Opportunity For Continued Growth & Security 3.76 Baik Social Integration in The Work Organization 3.73 Baik Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 17 Constitutionalism in The Work Organization 3.90 Baik Work & The Total Life Space 3.65 Baik The Social Relevance of Work Life 4.14 Baik Variabel Quality of Work Life 3.85 Baik Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20 (2014) Untuk lebih memudahkan melihat perbandingan nilai rata-ratanya, berikut gambaran grafik nilai mean per dimensi QWL 4.2 4 4.14 4 3.8 3.92 3.76 3.72 3.6 3.9 3.73 3.65 3.4 AFC SHW ID FGS SIW CWO WTL SR Gambar 4 Nilai Mean Tiap Dimensi Quality of Work Life Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS Berdasarkan tabel dan gambar grafik di atas terlihat bahwa dimensi the social relevance of work life merupakan dimensi yang memiliki nilai yang paling baik dalam variabel quality of work life dengan nilai mean paling tinggi dibandingkan dengan dimensi yang lain. Sedangkan dimensi dengan mean terendah adalah dimensi work and the total life space. Social relevance of work life merupakan tanggung jawab sosial organisasi terhadap penggunanya dan masyarakat. Menurut Walton (Bowin & Don, 2001), organisasi yang mengabaikan peranan dan tanggung jawab sosialnya akan menyebabkan pegawai tidak menghargai pekerjaan mereka. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah satu perusahaan dengan nilai peranan dan tanggung jawab sosial yang tinggi. Tanggung jawab Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 18 sosial perusahaan difokuskan pada bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan; sejalan upaya perusahaan menjadi “Green Airline” dengan ikut melibatkan pegawainya. Misalnya saja di bidang kesehatan, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memberikan fasilitas kesehatan bagi penyandang tunanetra. Hal ini sejalan dengan nilai yang dianut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dimana seluruh insan Garuda harus senantiasa penuh perhatian, siap membantu, dan melayani. Untuk variabel komitmen keorganisasian berikut merupakan hasil mean tiap indikator pernyataan: Tabel 4. Hasil Mean per Indikator variabel Komitmen Keorganisasian Kategori OC1 OC2 OC3 OC4 OC5 OC6 OC7 OC8 OC9 OC10 OC11 OC12 OC13 OC14 OC15 Mean Statistic 4.08 3.91 4.19 4.01 4.00 4.25 3.86 4.04 3.67 3.96 3.59 3.77 4.12 3.95 4.03 Variabel Komitmen Keorganisasian 3.96 Tinggi Indikator Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20 (2014) Berdasarkan data mean yang ada pada tabel di atas terlihat bahwa komitmen keorganisasian responden pada penelitian ini dapat digolongkan pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki keinginan yang tinggi untuk bertahan sebagai pegawai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mean tertinggi terdapat pada item pernyataan 6, yaitu kebanggaan menjadi bagian dari PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Sedangkan mean terendah terdapat pada item pernyataan 11, yaitu harapan jika berada lama di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pegawai tetap PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk merasa bangga terhadap perusahaan karena memiliki pencitraan yang baik di masyarakat. Hal ini dikarenakan nilai PT Garuda Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 19 Indonesia (Persero) Tbk yang menjunjung tinggi nilai customer centricity. Rasa bangga ini akan membuat pegawai bertahan untuk bekerja lebih lama di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Sedangkan untuk nilai mean terendah adalah harapan terhadap perusahaan di masa mendatang. Hal ini mungkin diakibatkan oleh kurangnya pemahaman pegawai tentang jenjang karir mereka di masa mendatang. Hal ini dapat menjadi pemicu pegawai berpindah ke perusahaan lain karena merasa tidak ada yang dapat diharapkan dari perusahaan di masa mendatang. Untuk mengetahui pengaruh antara QWL terhadap komitmen keorganisasian dilakukan analisis data menggunakan regresi sederhana melalui. Berikut merupakan hasilnya: Tabel 5. Koefisien Regresi Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) VQWL B 18.109 Std. Error 4.142 .447 .045 Beta .575 t 4.372 Sig. .000 9.996 .000 Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20 (2014) Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa nilai α sebesar 18.109 dan nilai b sebesar 0.447. Kedua nilai a dan b positif sehingga mengartikan bahwa apabila nilai variabel QWL sebagai variabel independen semakin tinggi maka nilai variabel depeden, yaitu komitmen keoganisasian akan semakin tinggi. Besaran pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen juga dapat dilihat dari model summary regresi yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan SPSS. Berikut merupakan hasil uji regresi linier sederhana antara variabel QWL dengan variabel komitmen keorganisasian. Tabel 6. Model Summary Regresi Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 20 .575a 1 .331 .328 3.77912 Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20 (2014) Berdasarkan tabel di atas terlihat nilai R sebesar 0.575. Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel QWL dengan variabel komitmen keorganisasian terdapat hubungan yang cukup kuat (Sugiyono, 2008). Tabel tersebut juga menunjukkan hasil adjusted R square, yaitu sebesar 0.328 yang memiliki pengertian bahwa variabel komitmen keorganisasian dipengaruhi oleh variabel QWL sebesar 32.8% dan sisanya, yaitu 67.2% dipengaruhi oleh variabel lain seperti kepuasan kerja, persepsi terhadap manajemen partisipatif (Dunham dkk, 1994), iklim organisasi, dan sebagainya. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi spengaruh QWL terhadap komitmen keorganisasian pada pegawai tetap kantor pusat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan uji regresi linear sederhana yang digunakan, maka dapat diketahui terdapat pengaruh yang signifikan positif dari variabel QWL (X) terhadap variabel komitmen keorganisasian (Y) walaupun pengaruh ini tidak terlalu kuat. QWL hanya memiliki pengaruh dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, seperti iklim psikologis, tantangan pekerjaan, iklim organisasi, kepuasan kerja, dan faktor-faktor lainnya. Saran Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa quality of work life yang diterapkan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah dianggap baik oleh pegawai tetap yang berada di kantor pusat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa QWL memiliki pengaruh yang signifikan tetapi tidak terlalu kuat terhadap komitmen keorganisasian dan memiliki hubungan yang bersifat positif. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk diharapkan mampu mempertahankan penerapan QWL yang telah baik bahkan meningkatkan QWL yang ada untuk lebih meningkatkan komitmen keorganisasian pegawai. Terutama pada bagian pembagian waktu kerja bagi para pegawai. Sehingga diharapkan pegawai dapat merasa bahwa waktu yang mereka gunakan untuk bekerja tidak menghabiskan waktu yang mereka miliki sepenuhnya. Maksudnya adalah pegawai masih memiliki waktu untuk melakukan hal lain di luar bekerja sebagai pegawai. Pada penelitian selanjutnya, peneliti diharapkan dapat Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 21 melakukan perbandingan antara pegawai tetap dengan pegawai kontrak dan dapat mengukur komitmen keorganisasian dari faktor-faktor lain di luar variabel quality of work life. Kepustakaan Buku: Allen, N. J., & Meyer, J. P. (1997). Commitment in the workplace: theory, research, and application. London: Sage Publication. Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan aliditas Ed. 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bowin, R. B., & Don, H. (2001). Human resources management: an experiental approach Ed.2. New Jersey: Prentice Hall. Cherrington, J. D. (1994). The management of human resources. New Jersey: Prentice Hall International. Creswell, J. W. (2008). Research design: qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. California: Sage Publications, Inc. Drafke, M. (2009). The human side of organization. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Greenberg, J., & Baron, R. A. (1993). Behaviour in organizations: Understanding and managing the human side of work (5th Ed). New Jersey: Prentice Hall. Hasibuan, M. (2002). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ivancevich, J. M., & Konopaske, R. (2006). Perilaku dan manajemen organisasi. Jakarta: Erlangga. Kerlinger, F. N., & Howard, B. L. (2000). Foundation of behavioral research. Furth Worth: Harcout College Publisher. Lovelock, C. H. (1991). Services marketing. New York: Prentice Hall. Neuman, W. L. (2007). Social research methods 6th edition. New York: Pearson Education. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 22 Pella, D. A. (2011). Talent management. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2005). Metode penelitian kuantitatif: teori dan aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Purnawanto, B. (2010). Manajemen SDM berbasis proses. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Rivai, V., & Sagala, E. J. (2011). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan. Jakarta: Rajawali Pers. Robbins, S. P. (2002). Prinsip perilaku-perilaku organisasi edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Ruky, A. (2003). Sumber daya manusia berkualitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sekaran, U. (2000). Research methods for business. New York: Wiley & Sons, Inc. Siagian, S. (2004). Teori motivaasi dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Simanjuntak, P. J. (2011). Manajemen dan evaluasi kinerja edisi 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Singarimbun, M., & Effendi, S. (1989). Metode penelitian survei. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Sugiyono. (2008). Metode peneitian administratif. Bandung: Alfaeta. Umar, H. (2013). Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta: Rajawali Pers. Umar, H. (2001). Metode riset bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Werther, W. B., & Davis, K. (1996). Human resources and personal management fifth edition . New York: McGraw-Hill. Artikel Jurnal: Angle, H., & Perry, J. (1981). An empirical assessment of organizational commitment and organizational effectiveness. Administrative Science Quaterly , 1-14. Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 23 Buchanan, B. (1974). Building organizational commitment: the socialization of managers in work organizations. Administrative Science Quaterly , 533-546. Haryanto, H. (1996). Komitmen Organisasi dan Perkembangannya. Jurnal Unitas , 59-80. Kaihatu, T., & Rini, W. A. (2007). Kepemimpinan Transformasional dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan atas Kualitas Kehidupan Kerja, Komitmen Organisasi, dan Perilaku Ekstra Peran: Studi pada Guru-Guru SMU di Kota Surabaya. Jurnal Ekonomi Manajemen , 49-61. Lawler, J., Huang, T. C., & Lei, C. Y. (2007). The effects of quality of work life on commitment and turn over intention. Social Behavior and Personality , 735-750. Mathieu, & Zajac, D. (1990). A Review and Meta Analysis of The Antecedent , Correlates, and Consequences of Organizational Commitment. Psychological Bulletin 180 , 171-194. Mowday, R. T., Porter, L. W., & Steers, R. M. (1982). Employee organization linkages: the psychology of commitment, absenteeism, and turnover. New York: Academic Press. Walton, R. (1973). Quality of work life. Sloan Management Review , 11-12. Artikel Majalah: Sumbodo, P. (2000). Mengapa seseorang bertahan dalam organisasi. Psikomedia vol. 1 no. 2 . Unarajan, D. D. (1996). Sumber daya manusia dalam bisnis global. Suara Pembaharuan. Dokumen Lembaga: Garuda Indonesia. (2011). Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.. Garuda Indonesia. (2012). Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.. Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014 24 Sumber Lain-Lain: http://www.dephub.go.id diakses pada 21/4/2014 http://bisniskeuangan.kompas.com diakses pada 30/4/2014 http://www.masstrip.com diakses pada 25/4/2014 Pengaruh quality…, Arieska Ovtaria, FISIP UI, 2014