Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014

advertisement
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
Dinamika Muhammadiyah di Indonesia
Oleh:
Fadhli Adi
0806467130
Makalah Non-Seminar
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
Dinamika Muhammadiyah di Indonesia
Fadhli Adi dan Suranta
Program Studi Sastra Arab, FIB, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Analisis dalam makalah ini difokuskan pada dinamika yang terjadi pada Muhammadiyah di Indonesia baik pada
masa sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Banyak perubahan penting yang terjadi pada masa sebelum
kemerdekaan, terutama pada masa kepemimpinan K. H. Ahmad Dahlan, K. H. Mas Mansur, dan pada masa
kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo. Pada masa sesudah kemerdekaan perubahan juga terjadi yang merupakan
pintu awal masuknya Muhammadiyah dalam dunia politik atas gagasan Amien Rais.
Dynamics of Muhammadiyah in Indonesia
Abstract
Analysis of this paper focused on the dynamics of Muhammadiyah in Indonesia before and after the
proclamation day. Important changes occurred before the Independence Day, especially at the time when K.H.
Ahmad Dahlan, K.H. Mas Mansur, and Ki Bagus Hadikusumo lead Muhammadiyah. After the proclamation
day, other changes occurred and Amien Rais’ notions made Muhammadiyah stepped into political scene.
Keywords: Amien Rais, A. M. Fatwa, K. H. Ahmad Dahlan, K. H. Mas Mansur, Ki Bagus Hadikusumo,
Muhammadiyah, PAN, education, politics, reformation.
Pendahuluan
Gerakan sosial-keagamaan Muhammadiyah adalah bagian dari perjalanan sejarah Indonesia.
Besarnya jumlah anggota Muhammadiyah juga menunjukan potensi dan peranan organisasi
ini dalam menumbuhkan semangat dan upaya bangsa Indonesia dalam mengembangkan
keterbukaan, demokrasi, dan kesejahteraan tanpa meninggalkan jati diri kemajemukan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, makalah tentang dinamika Muhammadiyah di Indonesia ini layak
untuk dijadikan wacana kita. Pada pembahasan makalah ini hanya terbatas pada dinamika
yang terjadi pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan. Tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang dinamika yang terjadi dalam
Muhammadiyah pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan serta memenuhi rasa
keingintahuan penulis tentang bahasan tersebut.
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode analisis pustaka. Penulis
mengumpulkan data-data dari buku-buku yang memiliki keterkaitan dengan topik makalah.
Dalam mencari buku-buku tersebut penulis merasa sedikit kesulitan karena buku-buku yang
bisa dijadikan bahan dalam pembuatan makalah ini sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis
merasa bahan yang dijadikan acuan dalam pembuatan makalah ini masih terbilang sedikit.
Sistematika Penyajian
Penulis membagi makalah ini menjadi tiga bab. Bab pertama yaitu pendahuluan yang berisi
subbab latar belakang, permasalahan, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab kedua yaitu isi yang berisi tentang dinamika Muhammadiyah di Indonesia sebelum dan
sesudah kemerdekaan. Bab terakhir yaitu penutup yang berisi kesimpulan penulis terhadap
topik yang dibahas dalam makalah ini.
Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada 8 Zulhijah 1330 H atau 18
November 1912 di kota Yogyakarta yang sekarang telah memiliki cabang dan ranting di
seluruh Indonesia. Pada awalnya, sifat dasar Muhammadiyah adalah gerakan agama Islam,
bergerak di bidang sosial dan pendidikan, serta bukan partai politik. Dasar Muhammadiyah
menurut album Muhammadiyah ke-II tahun 1934 adalah:
”hanja hendak menjerah kepada Tuhan Allah dan mendjalankan perintah-Nja jang
tersebut dalam Al-Quran dan mentjontoh Nabi Besar Muhammad S.A.W. jang tsb. dalam
haditsnja, dengan meng-harap2 akan pahala sorga dan mendjaga diri dari siksa neraka
dihari kemudian, serta mendjalankan dan mengorbankan harta, tenaga, fikiran , dan
njawanja pada agama Islam”. 1
Sedangkan berdasarkan keputusan muktamar yang ke-34 pada 18-23 November 1959, dasar
Muhammadiyah adalah Islam itu sendiri. Berikut adalah cita-cita Muhammadiyah:
1. Surga Jannatun Na’im dengan keridhoan Allah yang Rahman dan Rahim.
2. Masyarakat yang sejahtera, aman dan damai, makmur dan bahagia, disertai nikmat Allah
yang melimpah sehingga merupakan suatu negara yang indah, bersih, suci, dan makmur di
bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun.
1
Prof. H. M. Faried Ma,ruf , ALMANAK MUHAMMADIJAH, Almanak ke-XXII ( Jakarta : PP Muhammadiyah
Madjlis Taman Pustaka), hlm. 6
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
Maksud dan tujuan Muhammadiyah pada awal berdirinya dirumuskan sebagai berikut:
a. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W. kepada penduduk bumiputera
di dalam residensi Yogyakarta dan
b. Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.
Setelah Muhammadiyah tersebar keluar Yogyakarta, pada 1914 rumusan tersebut berubah
menjadi seperti berikut:
a. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia
Nederland dan
b. Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama
Islam kepada lid-lidnya.
Kemudian pada saat Jepang menjajah Indonesia tahun 1942-1945, rumus tersebut didikte
ulang oleh pemerintah Jepang sebagai berikut:
“sesuai dengan kepertjajaan untuk mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Timur Raya, dibawah
pimpinan Dai Nippon, dan memang diperintahkan oleh Tuhan Allah, maka perkumpulan ini:
a. Hendak menjiarkan Agama Islam serta melatihkan hidup jang selaras dengan tuntunannya.
b. Hendak melakukan pekerdjaan kebaikan umum.
c. Hendak memadjukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti jang baik kepada
anggauta2nja.
Kesemuanja itu ditudjukan untuk berdjasa mendidik masjarakat ramai”. 2
Setelah Indonesia merdeka, maka rumusan tujuan Muhammadiyah diubah pada kongres yang
pertama setelah kemerdekaan RI atau muktamar yang ke-31 pada 21 Desember 1950 di
Yogyakarta. Perubahan tersebut menjadi :
(Maksud dan tudjuan persjarikatan ini ialah menegakkan dan mendjundjung tinggi Agama
Islam sehingga dapat mewudjudkan masjarakat Islam jang se-benar2nya (Ma’ruf, 1962 : 7)).
Saat ini perkembangan Muhammadiyah semakin pesat dan melingkupi berbagai aspek
masyarakat, tidak hanya dalam bidang syariat saja tetapi juga meliputi aspek sosial dan
intelektual. Muhammadiyah juga tidak membuang kesempatannya untuk berpartisipasi dalam
dunia politik, hal ini dapat dilihat dari pembentukan Partai Amanat Nasional yang berada di
bawah naungan Muhammadiyah.
2
Prof. H. M. Faried Ma,ruf , ALMANAK MUHAMMADIJAH, Almanak ke-XXII ( Jakarta : PP Muhammadiyah
Madjlis Taman Pustaka), hlm. 7
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
Dinamika Muhammadiyah Sebelum Kemerdekaan
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi sosial-keagamaan yang memiliki beberapa fase
perubahan di dalam perjalanannya baik dari segi akhlak, keagamaan, sosial, pendidikan,
bahkan politik. Pada awal berdirinya Muhammadiyah sebelum zaman kemerdekaan, terdapat
tiga fase penting dinamika Muhammadiyah yang perlu kita ketahui. Tiga fase tersebut adalah
saat Muhammadiyah berada di bawah kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Mas
Mansur, dan Ki Bagus Hadikusumo.
Pergerakkan Muhammadiyah pada masa sebelum kemerdekaan RI lebih mementingkan atau
condong kepada perbaikan akhlak umat Islam di Indonesia. Karena pada masa itu keadaan
moral dan akhlak bangsa Indonesia masih sangat buruk dan tidak sesuai dengan syariat Islam
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, para pemimpin Muhammadiyah pada masa sebelum
kemerdekaan banyak melakukan perubahan dalam bidang akhlak. Dalam fase dinamika ini
ada tiga pemimpin yang sangat menonjol dalam memperjuangkan perbaikkan akhlak umat
Islam di Indonesia, mereka adalah : K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Mas Mansur, dan Ki Bagus
Hadikusumo. Bagaimana dinamika-dinamika yang terjadi pada masa kepemimpinan mereka
akan diuraikan pada subbab berikut.
Muhammadiyah Pada Masa K.H. Ahmad Dahlan
Muhammadiyah pada awal berdirinya dipimpin oleh seorang kyai bernama H. Ahmad Dahlan
yang sangat memperhatikan keadaan umat Islam yang waktu itu diliputi kebodohan, kebekuan
berpikir, dan kemalasan. Pada saat Muhammadiyah berada di bawah kepemimpinan beliau.
Muhammadiyah memiliki empat sifat dasar yang menjadi pedoman dalam pergerakannya.
Empat sifat dasar tersebut adalah :
a. Dalam langkah-langkahnya bersifat membaharui atau tajdid. Dengan diselaraskan atas
dasar-dasar Islam yang murni, Muhammadiyah mengajak berpikir lebih jauh ke depan,
mempunyai pandangan untuk di waktu yang akan datang. Muhammadiyah tidak hanya
mengikuti perkembangan zaman, bahkan dapat dikatakan mendahului zaman.
b. Dalam mengajak tuntunan Islam, baik yang bersifat keimanan maupun yang berwujud
peribadatan dan amalan-amalan lainnya pada masyarakat, Muhammadiyah mendasarkan
atas rasa kasih sayang.
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
c. Dalam menjalankan amalan-amalan Islam, Muhammadiyah selalu mengusahakan rasa
kegembiraan. Jangan sampai orang merasa susah dan berat, serta hina dalam menjalankan
perintah-perintah agama. Kegembiraan tersebut benar-benar diusahakan, baik dalam
kalangan pengurus-pengurus, dalam kalangan anggota maupun dalam kalangan
Muhammadiyah pada umumnya.
d. Dalam hubungan keluarga besar Muhammadiyah, tali persaudaraan harus dijaga dengan
erat. Antara sesama keluarga Muhammadiyah satu dengan yang lain bagaikan saudara
kandung. Perbedaan ilmu, kekayaan, pangkat, bahkan perbedaan kota, daerah, dan suku
sama sekali tidak menimbulkan rasa perpisahan dan perbedaan.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan
pertentangan, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan,
tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama
baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniruniru bangsa Belanda yang Kristen dan macam-macam tuduhan lain. Bahkan ada pula orang
yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar.
Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah
air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.
Muhammadiyah Pada Masa K.H. Mas Mansur
K.H. Mas Mansur adalah seorang tokoh cendekiawan muslim yang terkenal cerdas, pandai
bergaul dan tepat waktu. Beliau belajar agama Islam di Mekkah dan juga pernah belajar di
Mesir. Di dalam pergerakan beliau pernah diutus ke kongres ‘Alam Islami di Mekkah
bersama H.O.S. Tjokroaminoto, pernah menjadi ketua Sarikat Islam, Partai Islam Indonesia,
dan pernah pula menjabat sebagai ketua Majelis A’la Indonesia. Pada zaman penjajahan
Jepang, ia terkenal sebagai salah seorang empat serangkai. Ketika beliau ditunjuk sebagai
ketua Pengurus Besar Muhammadiyah dan harus meninggalkan kampung halamannya hijrah
ke Yogyakarta, dengan ikhlas dan jiwa besar beliau menerima keputusan tersebut.
Semasa kepemimpinan K.H. Mas Mansur, Muhammadiyah menerapkan beberapa perubahan
yang merupakan kelanjutan dari ide-ide K.H. Ahmad Dahlan. Perubahan-perubahan tersebut
antara lain :
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
I.
Dalam bidang ketauhidan dan peribadatan.
1.
Muhammadiyah menyatakan bahwa beramal dan beribadat harus tidak bertaklid buta.
2.
Bid’ah dalam peribadatan, khurafat dan takhayul dalam ketauhidan meskipun dengan
cara yang tidak begitu ekstrem harus diberantas dan disapu bersih.
3.
Ziarah kubur dengan cara-cara yang biasa pada masa itu ditentang oleh Muhammadiyah
karena menyalahi tuntunan agama.
4.
Perawatan jenazah dengan pesta-pesta diberantas dan disalurkan menurut tuntunan Islam
yang sewajarnya. Harusnya dengan bergotong-royong dan suka rela, para tetangga
membuatkan makanan bagi keluarga yang mendapat musibah kematian, karena
demikianlah tuntunan Rasulullah. Sedangkan talkin, adzan dan upacara yang melanggar
agama semuanya disingkirkan.
5.
Arah orang salat yang umumnya dengan tidak berdasar ilmu, diluruskan ke arah kiblat
yang sebenar-benarnya.
6.
Menyalurkan pembagian zakat, zakat fitrah, dan daging kurban kepada yang
membutuhkan sesuai dengan tuntunan Islam.
7.
Penebusan dosa dan pengiriman pahala kepada dan bagi seorang yang telah meninggal,
diberantas dan dibenarkan menurut tuntunan Qur’an dan Hadis.
8.
II.
1.
Salat Ied di tanah lapang, yang awalnya hanya dilakukan di dalam masjid.
Dalam bidang kemasyarakatan.
Muhammadiyah mempopulerkan kalender Hijriah dan hari-hari besar Islam yang
sebelum itu belum dikenal masyarakat muslim Indonesia.
2.
Memperkenalkan ucapan salam dalam pertemuan-pertemuan, baik secara perseorangan
maupun dalam rapat dan sidang.
3.
Memulai mengadakan pemisahan tempat-tempat dalam rapat-rapat atau pertemuanpertemuan antara laki-laki dan perempuan.
4.
Menggerakkan penyederhanaan dalam acara perkawinan dan lain-lain, dengan anjuran
agar uang yang hendak dihambur-hamburkan dalam upacara tersebut dipergunakan untuk
gerakan yang nyata-nyata bertujuan menjunjung tinggi agama Islam.
III.
1.
Dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Muhammadiyah
memajukan
sekolah-sekolah
yang
berdasarkan
mengutamakan:
a.
Ajaran-ajaran Islam
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
Islam
dengan
b.
Melatih dan mengamalkan ibadah.
c.
Menanamkan jiwa ke-muhammadiyah-an
d.
Mewujudkan gerakan pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah sebagai lapangan
latihan berorganisasi.
2.
Muhammadiyah selalu menggembirakan penuntun ilmu umum dengan pengetahuan
agama, meskipun dalam Islam dua ilmu itu tidak dibedakan.
3.
Membuat corak baru dalam menuntut ilmu agama dengan cara-cara seperti kursus-kursus
dan ceramah di samping pengajian di surau-surau atau langgar dan di masjid-masjid.
4.
Gedung-gedung sekolah Muhammadiyah selalu didampingi dengan masjid atau langgar
untuk menjalankan praktek salat.
5.
Memperluas tempat-tempat belajar antara putra dan putri yang telah dewasa.
6.
Mengadakan persatuan guru-guru dan pertemuan dengan para wali murid dengan tidak
lupa memberikan dasar-dasar Islam di dalamnya.
IV.
Dalam bidang kewanitaan.
1.
Muhammadiyah memberikan kesadaran beramal bagi kaum wanita.
2.
Mendirikan tempat beribadat khusus bagi wanita dengan nama mushola Aisyiyah, di
mana belum ada contohnya di seluruh dunia.
3.
V.
Menggerakkan wanita agar menutup auratnya dengan kerudung atau makhromah.
Dalam bidang penyiaran Islam.
Muhammadiyah memberikan kesadaran berdakwah kepada tiap-tiap muslim baik laki-laki
dan wanita, sehingga menimbulkan beratus bahkan beribu mubalighin dan mubalighat yang
ikhlas, tidak mengharapkan suatu apa, kecuali keridhoan Allah semata.
VI.
Dalam bidang sosial.
Muhammadiyah memberikan kesadaran wajibnya memberi pertolongan kepada setiap yang
sengsara dan menderita. Hingga dengan demikian Muhammadiyah di kalangan masyarakat
Islam dikenal yang telah mempelopori berdirinya:
1.
Tempat pemeliharaan anak-anak yatim (panti asuhan) dan orang-orang miskin.
2.
Balai kesehatan.
3.
Persatuan juru rawat Muhammadiyah.
4.
Badan yang memberikan pertolongan bagi orang-orang yang terkena musibah dan
bencana.
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
VII.
1.
Dalam bidang perpustakaan dan tulis-menulis.
Muhammadiyah mengadakan buku-buku yang berisikan pelajaran-pelajaran Islam. Di
antaranya pelajaran sekolah atau madrasah dan sebagian untuk umum.
2.
Menerbitkan majalah, almanak buku dan almanak dinding.
3.
Mengadakan persatuan ahli-ahli pena dalam Muhammadiyah.
4.
Mengadakan taman bacaan untuk umum.
VIII.
1.
Dalam bidang kepemudaan.
Didikan Islam lengkap dengan mengamalkan berbagai ibadat, Muhammadiyah
mengharuskan agar diberikan kepada para pemuda.
2.
Dengan mengadakan permainan dan kegembiraan, oleh Muhammadiyah para pemuda
dapat diarahkan kepada kesadaran beragama, keinsyafan berdakwah dan menolong
kepada sesama manusia.
3.
Oleh Muhammadiyah, bidang kepemudaan ini diwujudkan dengan adanya bagian
kepanduan Hizbul Wathan. Dengan ini Muhammadiyah memperoleh tenaga-tenaga muda
yang berjiwa Islam dan sanggup melanjutkan kepemimpinan Muhammadiyah.
Muhammadiyah Pada Masa Ki Bagus Hadikusumo
Ki Bagus Hadikusumo adalah seorang tokoh pergerakan dan ahli pemikiran yang ikhlas dan
bijaksana, berani, dan bertanggung jawab. Ia juga sangat sederhana dalam hidupnya dan tidak
suka menonjolkan diri. Di samping menjadi pemimpin Muhammadiyah, ia juga pernah
menjadi pemimpin Sarikat Islam dan anggota Pengurus Besar Partai Islam Indonesia (Ma’ruf,
1962 : 7).
Saat kepemimpinannya, Muhammadiyah dalam keadaan yang serba sulit, mendapat tekanan
dari tentara Jepang, zaman pertempuran dengan senjata, tetapi juga pada zaman kemerdekaan.
Pada zaman Jepang, Ki Bagus Hadikusumo menjadi anggota Tyo Sangi In, menjadi anggota
Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dan pernah diutus ke Jepang bersama
dengan Dr. Ir. Soekarno, dan Dr. Moh. Hatta, akan tetapi ia tetap menentang Sei Kerei (ruku’
ke arah istana kaisar Jepang) meskipun menghadapi ancaman yang berat dari bala tentara
Jepang.
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
Pada zaman pertempuran, ia turut mengatur dan menyusun kekuatan, bahkan pernah
berangkat ke front Semarang, meskipun usianya sudah lanjut. Pada zaman kemerdekaan, ia di
samping menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat juga senantiasa memikirkan jalan yang
harus ditempuh oleh Muhammadiyah, dan juga memikirkan keadaan masyarakat Indonesia
pada umumnya. Dalam memikirkan keadaan masyarakat Indonesia pada zaman penjajahan
dan sesudah merdeka ia sering memberi peringatan terhadap gejala-gejala demoralisasi dan
krisis akhlak. Krisis akhlak yang selalu menjadi beban pikirannya, di antaranya adalah :
1.
Merendahkan adat kita yang usang meskipun baik dan berpegang kepada adat baru
meskipun adat tersebut buruk.
2.
Masyarakat Indonesia senang bermewah-mewahan dalam hidupnya, sehingga orang yang
tidak mampu berperilaku seperti orang kaya.
3.
Pemuda senang menikah dengan gadis yang cantik atau kaya, meskipun buruk akhlaknya.
Gadis-gadis senang menikah dengan laki-laki yang kaya, meskipun buruk budi
pekertinya.
4.
Menjalarnya pelacuran di kota-kota besar sampai ke kota-kota kecil.
5.
Lemahnya penuntut dan penegak keadilan yang seharusnya menuntut malah dituntut, dan
yang seharusnya mengadili malah diadili.
6.
Banyak di antara anak-anak dan murid-murid yang tidak menghormati orang tua dan
gurunya.
7.
Para remaja lebih memilih membaca buku-buku dan majalah-majalah porno daripada
membaca buku-buku yang bermanfaat.
8.
Para pegawai dan buruh selalu menuntut haknya, akan tetapi tidak melakukan
kewajibannya dengan semestinya.
9.
Masyarakat banyak yang tidak mau mendengarkan barang yang hak, apalagi
mengucapkan kebenaran, karena biasanya kata yang benar itu pahit rasanya.
10. Para pemimpin kurang bertanggung jawab tentang kesejahteraan rakyat, terutama di
waktu yang agak sulit dan berbahaya.
11. Munculnya cross-boys dan cross-girls di kota-kota besar yang kadang-kadang
mengganggu ketenteraman umumdan melanggar hukum akhlak.
Karena krisis akhlak tersebut, Ki Bagus Hadikusumo mengarang sebuah buku yang berjudul
“Pustaka Ihsan”. Dalam buku tersebut ia membahas tentang akhlak dan bagaimana cara untuk
menyelidiki akhlak yang mulia. Di antara akhlak-akhlak yang terdapat dalam bukunya
tersebut adalah :
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
1.
Istiqomah – dalam akhlak ini ia menjelaskan demikian :
,,Istiqomah artinja lurus, teguh dan ber-sungguh2. Lurus ialah tidak miring dan tidak
berbelok, teguh berarti tetap tak berobah pendirian, ber-sungguh2 berarti jakin dan setia.
Maka istiqomah berarti : lurus dan benar didalam i’tiqad (kepertjayaan), pembitjaraan
dan tindakan dengan pendirian jang teguh serta bersedia membela kebenaran itu dengan
setia” (Ki Bagus Hadikusumo, Pustaka Ihsan).
2.
Tawakal.
3.
Self koreksi.
4.
Adil dan jujur.
5.
Tawadhu dan tidak takabur
Dalam akhlak ini ia menerangkan demikian, :
,,Orang dapat mempunjai rasa udjub, ialah heran dan tertarik oleh keadaan dirinja jang
dianggapnja baik atau gagah, kuat dsb. Dari rasa udjub ini lahirlah sikap dan sifat takabur,
jaitu sombong, angkuh dan tinggi hati. Maka timbullah perbuatan se-wenang2, merendahkan
orang lain, menghina kawan dan lawan, tidak suka menerima kebenaran dari orang lain
karena malu atau karena perasaan angkuhnja, maka timbullah sifat lain yang disebut : kibir”.
6.
Menepati janji.
7.
Sabar dan halim.
8.
Hidup sederhana.
Demikianlah perubahan yang dilakukan Ki Bagus Hadikusumo dalam aspek akhlak selama
kepemimpinannya di Muhammadiyah. Berdasarkan beberapa wasiat dan tulisan-tulisannya
yang terakhir, dapat disimpulkan bahwa ia cenderung ke arah aliran agama dan tasawwuf.
Beliau banyak mengambil contoh dari Imam Al-Ghazali tentang apa yang menjadi prinsipnya
tentang tasawwuf.
Muhammadiyah Sesudah Kemerdekaan Hingga Reformasi
Seiring dengan perkembangan zaman dan waktu, Muhammadiyah juga berkembang dan
meningkatkan kinerjanya dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Pada masa sesudah
kemerdekaan, Muhammadiyah mulai berperan aktif dalam dunia politik dan meningkatkan
partisipasinya dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Muhammadiyah juga turut berperan
dalam melakukan reformasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
Muhammadiyah pada masa sekarang ini sangat memperhatikan kemajuan bidang pendidikan,
karena pendidikan merupakan aspek yang penting dalam membangun suatu bangsa yang
maju. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Prof. Kurshid Ahmad dalam artikelnya yang
berjudul “Islam and the Problem of Educational Reconstruction” yang berbunyi : “Of all the
problems that confront the muslim World today, the educational problem is the most
chalenging. The future of the muslim world will depend upon the way it respons to this
chalenge” (Di antara problem yang dihadapi dunia Islam dewasa ini, problem pendidikan
adalah yang paling menantang. Masa depan dunia Islam akan bergantung pada cara
bagaimana mereka menjawab tantangan ini)3.
Dalam
konteks
Indonesia,
sejak
1912
K.H.
Ahmad
Dahlan
dengan
organisasi
Muhammadiyahnya telah menjawab dan memulai pembaruan tersebut, dengan berpartisipasi
dalam bidang sosial, dakwah, dan pendidikan. Gagasan dan gerakan pembaruan yang
dilakukan oleh Muhammadiyah, khususnya melalui institusi-institusi pendidikannya
berlangsung dengan lancar dan dengan hasil yang sangat memuaskan.
Dalam reformasi pendidikan tinggi Islam, Muhammadiyah telah menunjukan prestasi yang
sangat membanggakan. Sekolah-sekolah tinggi dan universitas-universitas Muhammadiyah
terus berdiri di berbagai kota besar di Indonesia. Reformasi tersebut tidak hanya
pembangunan gedung dan sarana-sarananya, tetapi juga metode, sistem, dan kurikulum
pendidikannya.
Sejak 1912 hingga 1998, kiprah Muhammadiyah khususnya di bidang pendidikan patut
dihargai. Kiprah ini telah dilakukan Muhammadiyah sejak 1912 hingga 1998, dan terus
dilanjutkan sampai masa yang akan datang. Muhammadiyah sangat berjasa besar dalam
membangun pendidikan di Indonesia, hal ini sesuai dengan amanat UUD 45 yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Secara keseluruhan, aset yang dimiliki Muhammadiyah cukup banyak, 3.485 TK/Bustanul
Athfal, 3.027 SD/Ibtidaiyah, 4.375 SLTP, 5.084 SLTA, 65 perguruan tinggi, 114 panti
asuhan, 5 panti jompo, 83 rumah bersalin, 317 balai pengobatan, dan 12 rumah sakit (Pelita,
3
Alfian. 1989. Muhammadiyah The Political Behaviour Of A Muslim Modernist Organization Under Dutch
Colonialism. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
15-12-1989). Tak diragukan lagi, aset yang dimiliki Muhammadiyah cukup besar. Oleh
karena itu, hal tersebut membutuhkan penanganan dan pengelolaan secara khusus dan
profesional untuk menjaga dan meningkatkan mutu dan kualitas sarana-sarana tersebut.
Dalam bidang politik juga Muhammadiyah mulai menunjukan geliatnya di masa sesudah
kemerdekaan. Salah satu contohnya adalah apa yang dilakukan Amien Rais, ia adalah seorang
tokoh reformasi yang menumbangkan Orde Baru sekaligus menjadi tonggak pergerakan
politik Muhammadiyah. Ia juga yang pertama kali mengusulkan untuk membentuk partai
politik dalam menghadapi gejolak politik yang terjadi di negara Indonesia ini.
PAN (Partai Amanat Nasional) kemudian lahir menjadi parpol yang dimotori oleh
Muhammadiyah. Ketua umum pertama partai tersebut tidak lain adalah Amien Rais itu
sendiri. Nama PAN diajukan oleh A. M. Fatwa pada awalnya nama yang diusulkan adalah
PAB (Partai Amanat Bangsa), namun A. M. Fatwa mengatakan bahwa kata “nasional” lebih
cocok untuk konteks Indonesia, dan apabila disingkat akan menjadi PAN yang memiliki arti
persatuan. Oleh karena itu, akhirnya nama PAN menjadi parpol yang diusung
Muhammadiyah hingga saat ini.
Kesimpulan
Muhammadiyah adalah gerakan sosial-keagamaan yang memliki banyak wajah, baik pada
sifat gerakan, kegiatan-kegiatan, maupun akulturasi diri pada aspek kehidupan masyarakat
yang serba dinamis. Muhammadiyah juga memiliki tridimensi dalam gerakannya, yaitu
keislaman, dakwah, dan pembaruan (tajdid), serta melaksanakan kegiatan hampir di setiap
aspek kehidupan masyarakat. Pada aspek tertentu kegiatan tersebut dilangsungkan pada
tataran berbeda, seperti halnya dalam bidang politik.
Muhammadiyah pada masa sebelum kemerdekaan banyak melakukan pembaruan di bidang
pembangunan akhlak, baik yang digagas oleh K. H. Ahmad Dahlan, K. H. Mas Mansur, dan
Ki Bagus Hadikusumo. Hal ini dilakukan karena keadaan moral akhlak muslim Indonesia
pada saat itu tidak sesuai dengan syariat Islam yang sebenarnya. Banyak perilaku
menyimpang umat Islam Indonesia Kegiatan Muhammadiyah masih sangat terbatas karena
pada masa itu semuanya harus mengikuti kehendak penjajah (Belanda dan Jepang). Apabila
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
gerakan yang dilakukan tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah penjajah, maka gerakan
tersebut akan dinilai menyimpang dan dibubarkan. Oleh karena itu, Muhammadiyah
mengalami keterbatasan dalam kegiatannya dan selalu berhati-hati dalam menghadapi
keadaan tersebut.
Pada masa sesudah kemerdekaan Muhammadiyah sangat berperan aktif dalam meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia. Hal tersebut dapat kita lihat dari kesungguhan Muhammadiyah
dalam membangun sistem, infrastruktur, dan sarana-sarana dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan. Dalam bidang politik Muhammadiyah juga turut aktif. Dalam menghadapi
gejolak politik di Indonesia, Muhammadiyah melihat adanya peluang untuk melakukan
pembaruan secara menyeluruh di Indonesia yang dapat ditempuh melalui jalur politik. Oleh
karena itu akhirnya Muhammadiyah mengabulkan gagasan Amien Rais untuk membentuk
partai politik yang kemudian diberi nama PAN (Partai Amanat Nasional).
Daftar Referensi
Alfian. 1989. Muhammadiyah The Political Behaviour Of A Muslim Modernist Organization
Under Dutch Colonialism. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Aqsa, Darul. Kiai Haji Mas Mansur (1986—1946) : Perjuangan dan Pemikiran. Jakarta :
Erlangga.
Muhammadiyah “Digugat” Reposisi di Tengah Indonesia Yang Berubah. 2000. Jakarta :
Kompas.
Kutoyo, Sutrisno. 1985. Kiai Haji Ahmad Dahlan. Jakarta : Depdikbud.
PP Muhammadiyah Madjlis Taman Pustaka. 1962. ALMANAK MUHAMMADIJAH, Almanak
ke-XXII. Jakarta : PP Muhammadiyah Madjlis Taman Pustaka.
Soebagijo, I. N. 1982, K. H. Mas Mansur Pembaharu Islam di Indonesia. Jakarta : Gunung
Agung.
Dinamika Muhamadiyah ..., Fadhli Adi, FIB UI, 2014
Download