BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pertaruhan pemerintah kota Yogyakarta dalam pembangunan pariwisata
merupakan hal yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
Pariwisata telah berkembang menjadi sebuah usaha yang dapat disejajarkan
sebagai industri. Oleh karena itu, tidak heran jika pemerintah kota Yogyakarta
gencar melakukan pembangunan infrastruktur guna memenuhi kebutuhan sebagai
kota pariwisata. Pengembangan destinasi baru menjadi hal yang tak bisa
terelakkan dengan menciptakan kota sebagai titik sentral aktivitas perekonomian
dan perdagangan. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan adanya
pembangunan bekas terminal Yogyakarta yang ada di kecamatan Umbulharjo
menjadi Pasar Seni dan Kerajinan Yogyakarta (PSKY) atau XT Square.
Sesuai dengan konsep awal, PSKY ini akan dijadikan sebuah pasar malam
untuk menarik kunjungan wisatawan. Jam operasional dipilih pada malam hari
dikarenakan agar tidak ada persaingan berlebih dengan pasar-pasar lain dan
sengaja mencari market baru. Senada dengan yang dikemukakan oleh Neny
Meidawati anggota dewan pengawas XT Square bahwa konsepnya adalah night
market sehingga keberadaannya nanti tidak akan mematikan pasar-pasar lain yang
sudah ada.1 Keberadaan pasar ini nantinya diharapkan menjadi tujuan wisata
alternatif pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang mencari
oleh-oleh atau barang unik kreatif yang diproduksi oleh UMKM yang ada di
1
Kedaulatan Rakyat (KR) tgl 25 Oktober 2012
2
Yogyakarta. Selain itu, lokasi XT Square yang berada di kota Yogyakarta bagian
selatan menjadi salah satu cara untuk memecah konsentrasi wisata yang sampai
saat ini masih terpusat di Malioboro sehingga nantinya terjadi pemerataan
pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kepadatan di kawasan Malioboro.
Konsep pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah kota yaitu „what
to see, what to eat and what to buy‟ dengan kemitraan antara pemerintah-swasta
atau sering disebut public-private partnership (PPP). Konsep kemitraan sekarang
ini menjadi trend yang dilakukan oleh pemerintah karena ada keterbatasan dari
pemerintah dalam melakukan seluruh kegiatannya dan pihak swasta dianggap
lebih kompeten dalam hal-hal tertentu. Bentuk kelembagaan yang dipilih untuk
XT Square ini adalah BUMD. Pemilihan ini bukannya tanpa alasan, akan tetapi
karena pengelolaan aset daerah yang bernilai ekonomis harus dikelola secara
profesional. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 7 tahun 2010 tentang
Perusahaan Daerah Jogjatama Visesha menjadi payung hukum legal formal
pengoperasional pengelolaan XT Square.
Dalam operasionalnya bukannya tanpa kendala, sejak dilaunching pada
tanggal 20 Desember 2012 lalu dan sampai saat ini jumlah kunjungan wisatawan
di XT Square masih belum memuaskan penyewa kios atau sepi pengunjung.2
Sepinya pengunjung ini yang hanya dikunjungi 100 orang per hari berdampak
pada banyaknya para pedagang yang menutup kiosnya dan malas untuk berjualan.
Hal ini membuat pihak manajemen untuk bertindak tegas terhadap para pedagang
yang masih menutup kiosnya untuk tetap berjualan. Hal ini dilakukan oleh pihak
2
http://krjogja.com/read/163904/pengelola-xt-square-mulai-jemput-bola.krdiakses tgl 20 Maret
2013 pukul 19.42 WIB
3
manajemen karena sebagai sebuah destinasi wisata baru sebaiknya menciptakan
citra yang baik pada wisatawan.3
Rendahnya kunjungan ini bila dibandingkan Pasar Beringharjo yang
menyediakan produk-produk kerajinan serupa bisa dikunjungi oleh 100.000 orang
perhari. Ini menjadi tantangan besar bagi pengelola dan pemerintah kota
Yogyakarta dalam melakukan inovasi pemasaran.
1.1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan di Provinsi DIY
Tahun 2008-2012
TAHUN
Wisatawan
Mancanegara
Pertumbuhan
(%)
Wisatawan
Nusantara
Pertumbuhan
(%)
Wisatawan
Mancanegara
dan
Nusantara
Pertumbuhan
(%)
2008
128.660
24,64 1.156.097
0,86
1.284.757
2,83
2009
139.492
8,42 1.286.565
11,29
1.426.057
11,00
2010
152.843
9,57 1.304.137
1,37
1.456.980
2,17
2011
169.565
10,94 1.438.129
10,27
1.607.694
10,34
2012
197.751
16,62 2.162.422
50,36
2.360.173
46,80
Sumber : Statistik Kepariwisataan 2012, Dinas Pariwisata DIY
Lebih jauh lagi jika melihat data jumlah kunjungan wisatawan DIY dari
data di atas bahwa dari tahun 2008-2012 mengalami peningkatan kunjungan
wisatawan nusantara maupun mancanegara. Jumlah total kunjungan di tahun 2012
mencapai 2.360.000 orang sehingga ini menjadi peluang besar khususnya bagi XT
Square untuk menarik wisatawan lebih banyak. Peluang ini harus segera
ditangkap oleh pihak pengelola, pemerintah dan para pedagang untuk melakukan
sinergi dan bekerjasama dalam melakukan pemasaran. Perhatian utama dari
3
http://jogja.tribunnews.com/2012/12/28/duh..xt-square-hanya-dikunjungi-100-orang-per-hari/
diakses 20 Maret 2013 pukul 19.07 WIB
4
pemasaran adalah menghasilkan keluaran yang memenuhi nilai pangsa pasar.
Pada sektor swasta, mantra pemasarannya adalah nilai dan kepuasan pelanggan.
Pada sektor publik, mantra pemasarannya adalah nilai dan kepuasan masyarakat.4
Pihak PD Jogjatama Visesha selaku pengelola sudah melakukan
perubahan untuk menarik kunjungan wisatawan. Kebijakan yang dilakukan adalah
dengan mengubah jam buka XT Square. Jam buka XT Square yang pada awalnya
beroperasi pukul 13.00-01.00 diubah menjadi pukul 09.00-23.00 WIB. Perubahan
ini dilakukan untuk memberi waktu yang luas bagi wisatawan yang akan
berkunjung ke XT Square. Alasan lain dari perubahan ini menurut Marketing
Officer XT Square, Anggoro Suharjanto adalah adanya perubahan dinamika pasar.
Perubahan dinamika pasar menuntut adanya perubahan strategi pemasaran yang
dilakukan pihak pengelola.
Jumlah Pengunjung
1.2. GRAFIK JUMLAH PENGUNJUNG XT SQUARE
JANUARI 2013 - AGUSTUS 2014
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
67,470
50,807
47,265
41,675
34,325
32,385
24,942
23,638 23,212
16,578
74,950
67,422
55,684
75,546
73,257
60,767
60,145
50,500
40,336
10,000
-
Bulan
Sumber : Data Manajemen XT Square
4
Kotler, Philip dan Nancy Lee. 2007. Pemasaran di Sektor Publik. Jakarta : PT INDEKS hal 12
33,966
5
Dari grafik di atas memang terlihat adanya kenaikan dari tingkat
kunjungan wisatawan. Namun rata-rata juga ada penurunan tingkat kunjungan di
bulan-bulan tertentu. Hal ini cukup wajar mengingat ada periode low season dan
peak season dalam industri pariwisata.Perubahan strategi yang dilakukan pihak
manajemen XT Square cukup berhasil dalam meningkatkan jumlah pengunjung.
Akan tetapi perubahan strategi itu masih belum memenuhi ekspektasi semua
pihak. Pemasaran yang dilakukan harus memberikan kepuasan masyarakat yang
berarti dapat menarik pelanggan/wisatawan sebanyak mungkin sehingga dapat
memberikan dampak peningkatan ekonomi penyewa kios dan menumbuhkan
geliat perekonomian masyarakat sekitar sehingga nantinya keberadaan XT Square
ini memberikan nilai nyata.
Dalam analisa XT Square ini memiliki potensi produk berupa kerajinan
khas dari para UMKM yang ada di Yogyakarta yang menjadi daya tarik tersendiri
bagi wisatawan. Selain itu adanya sentra kuliner untuk mendukung terwujudnya
sistem one stop shopping bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan juga telah
tersedia. Berbagai macam produk yang dijual di XT Square ini akan membuat
wisatawan mempunyai banyak pilihan dan memiliki harga yang variatif. Dari itu
akan ada segmentasi harga, sehingga para wisatawan dapat terakomodasi
kebutuhannya untuk memilih barang yang sesuai dengan budget. Akan tetapi daya
tarik itu belumlah cukup untuk menarik wisatawan berkunjung tanpa ditunjang
dengan aspek-aspek pemasaran.
XT Square sebagai sebuah destinasi wisata baru yang memiliki potensi
perlu diperkenalkan ke wisatawan. Diperlukan integrasi dari pemerintah,
pengelola, pedagang dan pihak lain yang terkait dalam memasarkan XT Square
6
sebagai destinasi wisata. Pihak pengelola pastinya bekerja keras agar kinerja
mereka mampu menyejahterakan para penyewa kios. PD Jogjatama Visesha
tentunya akan mengejar tujuan dari pembangunan XT Square di antaranya untuk
memecah konsentrasi wisatawan belanja di kawasan Malioboro. Bentuk
kelembagaan BUMD dari XT Square berdampak pada aktifitas yang dilakukan
tidak akan terlepas dari peran pemerintah sebagai owner dalam program dan
kebijakannya.
Pemerintah sebagai owner dari XT Square tentunya memiliki peran sentral
dalam menentukan arah kebijakan.Perubahan kebijakan pemasaran yang telah
diambil dan dilakukan masih belum berdampak signifikan terhadap kunjungan
wisatawan. Potensi yang ada di XT Square perlu dikembangkan dan dipasararkan
dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah strategi alternatif baru yang bisa
lebih memasarkan XT Square.Penulis tertarik untuk mengidentifikasi strategi
bauran pemasaran yang dilakukan saat ini dan yang akan datang untuk bisa
menarik jumlah kunjungan wisatawan dan memperkenalkan XT Square lebih luas.
Peneliti hendak melihat dan memahami strategi dan kegiatan pemasaran yang
dilakukan XT Square.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, bahwa ada persoalan sepinya
pengunjung yang salah satunya dapat dilihat dari aktivitas pemasaran.Sehingga
dapat diuraikan sebuah rumusan Bagaimanakah strategi bauran pemasaran XT
Square dan kendala apa yang dihadapi?
7
1.3 TUJUAN

Mendeskripsikan penerapan strategi bauran pemasaran yang dilakukan
baik sekarang maupun rencana ke depan

Mengetahui
kendala
yang
dihadapi
XT
Square
dalam
mengimplementasikan bauran pemasaran
1.4 MANFAAT

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Penelitian ini dapat menyumbang penjelasan tentang strategi
bauran pemasaran 4P (Product, Price, Promotion, Place), dalam hal ini
kasus yang diangkat adalah XT Square. Hasil penelitian ini akan
melengkapi penelitian yang sudah ada, sehingga mampu menyempurnakan
kekurangan dalam penelitian sebelumnya.

Bagi civitas akademika
Penelitian ini memberikan tambahan referensi mengenai strategi
bauran pemasaran di era persaingan inovasi dan kreativitas.

Bagi pemerintah dan pengelola
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau masukan bagi
pemerintah dan pengelola untuk merumuskan kebijakan pemasaran yang
mendukung terciptanya pengembangan XT Square dan strategi bauran
pemasaran yang relevan digunakan.
8
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1
Pengertian Pemasaran
Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasikan dan memenuhi
kebutuhan manusia dan masyarakat5. Dalam artian, kegiatan dari pemasaran
sendiri berupa mengidentifikasikan apa saja kebutuhan manusia serta cara agar
kebutuhan tersebut terpenuhi misalkan dengan adanya pelayanan jasa dan
penjualan produk – produk kebutuhan manusia. Selain itu definisi sosial dalam
pemasaran sendiri adalah6 suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.
Menurut Tjiptono7, pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak
paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki
kendali yang terbatas terhadap lingkuangan eksternal. Menurut Rangkuti8
pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor,
masing-masing maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan
menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai
komoditas.
5
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid 1. Indonesia : PT
Indeks. hal. 6-7.
6
Ibid.
7
Tjiptono, Fandi .2002. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi. hal. 5.
8
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama. hal. 48.
9
Menurut William J, Stanton9 pemasaran adalah keseluruhan intern yang
berhubungan dengan kegiatan – kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
berfungsi untuk memuaskan kebutuhan konsumen.
Di satu sisi, pemasaran bernilai sosial karena di dalamnya terdapat sebuah
proses pemenuhan keinginan dan kebutuhan individu maupun kelompok, di sisi
lain pemasaran tidak lepas dari „keuntungan‟. Tujuan pemasaran tidak hanya
terpatok pada memperluas jangkauan penjualan produk dan jasa, namun juga
untuk memahami pelanggan. Sehingga produk dan jasa yang ditawarkan cocok
dengan apa yang diinginkan pelanggan.
Secara umum Kotler (2002:9) mendefinisikan bahwa pemasaran adalah
suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan
mempertukarkan timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Mendasarkan
pada pengertian pemasaran di atas dapat diartikan bahwa pemasaran bertujuan
untuk memuaskan konsumennya. Kunci utama untuk mencapai sasaran
pemasaran adalah dengan mengenali kebutuhan (needs) dan keinginan (wants)
dari pasar sasarannya dan memberikan kepuasan kepada konsumen dengan cara
yang lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaingnya.
Merujuk pada definisi umum pemasaran yang diberikan oleh Philip Kotler
di atas, manakala diterapkan pada aspek kepariwisataan. Menurut Sunaryo
(2013:179) maka kegiatan-kegiatan pokok yang harus dilakukan dalam program
pemasaran pariwisata paling tidak akan meliputi :
9
William J. Stanton. 1989. Prinsip Pemasaran Jilid ke I. Jakarta : Erlangga.
10
a. Memahami kebutuhan pasar wisatawan dengan baik
b. Mengembangkan produk wisata yang mempunyai nilai superior di
mata wisatawan tadi
c. Mendistribusikan informasi produk wisata ke wisatawan secara tepat
dan menarik
d. Mempromosikan produk wisata dengan efektif
Dalam kerangka pemahaman pemasaran pariwisata seperti diuraikan di
atas; Pada dasarnya keseluruhan produk wisata yang dikembangkan hendaknya
dilihat dalam kaitannya dengan keinginan dan harapan wisatawan. Sebagai
pembeli, wisatawan harus dapat memahami keseluruhan produk wisata yang ada
di destinasi.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran
merupakan cara untuk mengkomunikasikan dan menciptakan nilai yang
diinginkan oleh konsumen sehingga menguntungan pihak produsen maupun
konsumen serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan sekedar
menjual produk yang diciptakan saja. Banyak hal yang dapat dijual kepada
pelanggan mengingat kebutuhan – kebutuhan manusia semakin bermacam –
macam. Seperti sepuluh entitas pemasaran yakni barang, jasa, acara khusus
(event), pengalaman, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan gagasan.
Perubahan dan perkembangan pada konsep pemasaran membuat peralihan
orientasi pemasaran dari menjual barang yang dihasilkan menjadi pelayanan dan
kepuasan disamping menghasilkan laba.
11
2.2
Pengertian Strategi Pemasaran
Philip Kotler (2002:81) mendefinisikan strategi pemasaran adalah pola
pikir pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasarannya.
Strategi pemasaran berisi strategi spesifik untuk pasar sasaran, penetapan posisi,
bauran pemasaran dan besarnya pengeluaran pemasaran. Strategi pemasaran
merupakan rangkaian suatu kegiatan menyeluruh serta terpadu yang dilakukan
perusahaan untuk menghadapi kecenderungan yang terjadi di dalam atau luar
perusahaan.Tjiptono10 mengungkapkan bahwa :
Strategi pemasaran merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi
perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap
permintaan produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu. Perusahaan bisa
menggunakan dua atau lebih program pemasaran secara bersamaan, sebab setiap
jenis program (seperti periklanan, promosi penjualan, personal selling, layanan
pelanggan, atau pengembangan produk) memiliki pengaruh yang berbeda –
bedaterhadap permintaan. Oleh sebab itu, dibutuhkan mekanisme yang dapat
mengkoordinasikan program – program pemasaran agar program – program itu
sejalan dan terintegrasi dengan sinergistik.Mekanisme ini disebut strategi
pemasaran.(Fandy,Tjiptono:2012:hal 193)
Bertitik pada penjelasan Tjiptono, strategi pemasaran merupakan langkah
dimana perusahaan menggunakan cara yang dirancang dan dipikirkan dengan
matang sesuai dengan visi misi perusahaan untuk memperkenalkan produknya ke
pasaran luas yang menjadi target pemasaran. Strategi pemasaran ini digunakan
untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan segmen pasar sasaran perusahaan.
Ide-ide kreatif dan inovatif diperlukan untuk memenangkan persaingan dengan
kompetitor
perusahaan.
Sedangkan
strategi
pemasaran
menurut
Sofyan
(2013:154), adalah :
“Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan
yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke
waktu, pada masing-masing tingkat dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai
10
Tjiptono, Fandy & Chandra, Gregorius. 2012. Pemasaran Strategik Edisi 2. Yogyakarta :
Penerbit Andi. hal. 193.
12
tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan
yang selalu berubah”.
Pendapat lain disampaikan oleh Kurzt (2008:42) yang mendefinisikan
strategi pemasaran adalah sebuah keseluruhan, program perusahaan untuk
menentukan target pasar dan memuaskan konsumen dengan membangun
kombinasi dari elemen bauran pemasaran; produk, distribusi, promosi dan harga.
Berdasarkan uraian tentang strategi pemasaran di atas, peneliti mencoba
mendefinisikan pengertian tentang strategi pemasaran yaitu output dari hasil
analisa lingkungan internal dan eksternal serta analisa permintaan dan penawaran
produk pemasaran dengan tujuan untuk merespon dan memenuhi kebutuhan pasar
sehingga dapat memunculkan sebuah ide pemasaran. Selain itu, strategi
pemasaran merupakan serangkaian alat perencanaan untuk menentukan arah,
melakukan kegiatan pemasaran yang berkesinambungan dalam memasuki pasar
sasaran dan mencapai tujuan perusahaan menggunakan kombinasi elemen bauran
pemasaran yang efektif dan kreatif. Hal inilah yang mestinya dilakukan oleh
manajemen XT Square dalam menentukan strategi pemasaran yang sesuai dengan
kondisi perusahaan saat ini dan pasar industri pariwisata. Selain itu,
mempertimbangakan dengan baik elemen bauran pemasaran yang digunakan
seperti produk, harga, tempat dan promosi agar tercipta kreativitas kebijakan
strategi bauran pemasaran.
2.3
Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran merupakan tools atau alat bagi marketer yang terdiri
dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar
13
implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan
sukses. Menurut Assauri (2013:198) marketing mix merupakan kombinasi
variable atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variable yang
dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi
tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya. Hal senada juga disampaikan
Marius P. Angipora11, marketing mix adalah perangkat variabel-variabel
pemasaran terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menghasilkan
tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Terdapat strategi bauran
pemasaran yang merupakan komposisi terbaik dari pemasaran atau sering disebut
4P (strategi produk, price, place (distribusi/penyaluran), promosi).
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Buchari (2011:205), marketing mix
merupakan strategi mencampur kegiatan-kegiatan marketing, agar dicari
kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil paling memuaskan. Kemudian
diperkuat juga oleh William J, Stanton12 bahwa bauran pemasaran adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan kombinasi dari empat input yang
merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu produk, struktur harga,
kegiatan promosi, dan sistem distribusi.
Lebih detil lagi Kotler dan Amstrong dalam Pitana (2009:172)
mengatakan bahwa bauran pemasaran merupakan salah satu konsep kunci dalam
teori pemasaran modern. Bauran pemasaran merupakan pendekatan yang ada pada
proses pemasaran serta mempengaruhi jalannya pemasaran perusahaan. Bauran
pemasaran dapat divisualisasi sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.
11
Marius P. Angipora. 1999. Dasar-Dasar Pemasaran Cetakan Pertama Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
12
William J. Stanton. 1989. Prinsip Pemasaran Jilid ke I. Jakarta : Erlangga.
14
Gambar 2.1 Marketing Mix
Bauran Pemasaran
Produk
Harga
Promosi
Distribusi
Target Pasar
Produk:
-pelayanan
-kualitas
-jangkauan
-merek
-keunggulan
-garansi
Harga:
-biaya
-pemotongan
harga
-skimming
-kredit
Promosi:
-advertising
-promosi
penjualan
-penjualan
personal
-humas
-penjualan
langsung
Distribusi:
-lokasi
-aksesibilitas
-kenyamanan
-transport
-gudang
-saluran
Sumber : Pitana (2009:173)
Hal yang fundamental sebagai awal penentuan strategi bauran pemasaran
yang baik adalah dengan menentukan target pasar dengan jelas. Segmentasi dan
target pasar merupakan pusat dari aktivitas pemasaran yang efektif dan efisien
sebab kedua hal tersebut merupakan indikator dalam strategi bauran pemasaran
yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen dari grup yang berbeda-beda.
Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa marketing
mix atau bauran pemasaran merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan oleh
perusahaan untuk memengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen. Variabel atau
15
kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh perusahaan
seefektif mungkin dalam melakukan tugas pemasarannya. Dengan demikian
perusahaan tidak hanya sekedar memiliki kombinasi kegiatan yang terbaik saja,
tetapi dapat mengkoordinasikan berbagai variabel marketing mix tersebut untuk
melaksanakan program pemasaran secara efektif. Komponen-komponen dari
bauran pemasaran yang sering disebut empat P tersebut antara lain: produk
(product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion).
2.3.1
Produk (Product)
Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang
ditujukan untuk mencapai tujuan melalui pemuasan kebutuhan dan
keinginan pelanggan. Produk disini bisa berupa barang atau jasa yang
digunakan konsumen (pelanggan) untuk memenuhi kebutuhan. Produk
barang atau jasa yang ditawarkan memiliki keunggulan masing – masing.
Menurut Assauri13, produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan untuk
digunakan oleh konsumen guna memenuhi kebutuhannya dan memberikan
kepuasan.
Pendapat lain dikemukan Stanton, (1989: 222) yang mengatakan
bahwa produk adalah kumpulan dari atribut-atribut yang nyata maupun
tidak nyata, termasuk di dalamnya kemasan, warna, harga, kualitas dan
merk ditambah dengan jasa dan reputasi penjualannya. Setiap produk
memiliki standar dan kriteria berbeda yang melambangkan ciri khas
masing – masing perusahaan/organisasi pembuatnya. Misalkan dilihat dari
segi pelayanan, kualitas, merek, variasi, layanan yang diberikan,
13
Sofyan,Assauri. Manajemen Pemasaran (Dalam Konsep dan Strategi). Jakarta: Rajawali
Grafindo., hlm : 182.
16
pengemasannya. Keragaman produk yang ditawarkan oleh bermacam –
macam penyedia barang dan jasa yang ada di XT Square misalnya ada De
Mata, De Arca, kuliner, karaoke, barang khas Jogja, hiburan musik jazz,
keroncong, pop dan sebagainya merupakan bagian dari produk yang dijual
ke pengunjung.
Perencana produk harus memikirkan produk pada tiga tingkat14 :
a. Produk inti, yakni manfaat sebenarnya dari produk (manfaat
yang diperoleh oleh pembeli ketika membeli produk tersebut).
Manfaat sebenarnya dibalik kemasan dan promosi yang
ditawarkan oleh perusahaan misalkan saja rumah sakit
memiliki inti untuk melayani di bidang kesehatan, sekolah
untuk memberikan pendidikan.
b. Produk aktual, yakni bagian dari produk itu sendiri terdiri dari
tingkat mutu, sifat, rancangan, nama merek, dan pengemasan
yang dapat menambah manfaat dari produk inti. Dengan
penambahan bagian dari produk dapat membuat ketertarikan
dan membedakan produk satu dengan lainnya.
c. Produk tambahan, berada disekitaran produk inti dan aktual,
klasifikasi
pertama
adalah
produk
konsumen.
Produk
konsumen dibeli oleh konsumen dengan tujuan untuk konsumsi
pribadi terdiri dari produk sehari – hari, produk shopping,
produk khusus dengan karakteristik unik dan susah ditemukan
sehingga langka, dan produk yang tidak dicari. Kedua, produk
14
Daryanto. 2012. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Bandung : PT Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera. hal. 52-55.
17
industri yang fungsi dan manfaatnya untuk dipergunkana lebih
lanjut seperti bahan dan suku cadang, barang modal, dan
perlengkapan dan jasa.
Dalam buku karangan Daryanto (2012:52), indikator dari sebuah
produk yang baik dapat dilihat dari15 :
a. Atribut Produk
Atribut produk terdiri dari mutu produk (kemampuan produk
melaksanakan fungsinya), sifat – sifat produk yang dapat
menjadi pembanding dengan produk pesaing (kompatibilitas),
rancangan produk dimana calon konsumen mendapatkan
produk dengan desain yang menarik, fitur teknis dan kinerja
yang unik, tampilan ekonomis, reliabilitas serta aman
digunakan.
b. Merek
Merek merupakan sebuah nama ataupun istilah yang berfungsi
untuk memperkenalkan sebuah produk kepada masyarakat luas
sebagai calon konsumen selain itu merek bermanfaat untuk
membangun citra perusahaan
c. Pengemasan16
Pengemasan merupakan alat pemasaran untuk menarik rasa
keingintahuan konsumen dan menanamkan imej tentang
perusahaan pada konsumen. Pengemasan yang inovatif dan
15
Daryanto. 2012. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Bandung : PT Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera. hal. 52-55.
16
Daryanto. 2012. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Bandung : PT Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera. hal. 52-55.
18
original dapat menjadikan produk tersebut memiliki nilai lebih
dibandingkan produk pesaing.
d. Pemberian Label
Pemberian label atau keterangan khusus pada label sangat
penting agar konsumen mengetahui informasi dan merasa aman
menggunakan produk tersebu. Keterangan produk meliputi :
identifikasi produk, klasifikasi produk, uraian mengenai
produk, dan gambar yang menarik untuk menjelaskan produk
tersebut seperti logo atau slogan di bagian kemasan.
e. Layanan Purna Jual
Layanan purna jual ini merupakan layanan pada produk aktual.
Layanan
ini
diwujudkan
keluhan,pemeliharaan,
layanan
dalam
bentuk
teknis,
dan
layanan
informasi
konsumen. Biasanya perusahaan secara terbuka member nomor
telepon atau SMS layanan keluhan maupun pertanyaan supaya
konsumen tetap setia menggunakan produk perusahaan
tersebut.
Berdasarkan
penjelasan
di
atas
mengenai
produk
dapat
disimpulkan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan
ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dimiliki, digunakan, atau
dikonsumsi
yang
dapat
memuaskan
keinginan
atau
kebutuhan
pemakainya. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa,
orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide. Jadi produk bisa berupa
manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan.
19
2.3.2
Harga (Price)
Dalam buku Tjiptono17, harga menggambarkan besarnya rupiah
yang harus dikeluarkan seorang konsumen untuk memperoleh sebuah
produk dan terjangkau oleh konsumen. Menurut Kotler dan Amstrong
(2003:62) harga adalah suatu sistem manajemen perusahaan yang akan
menentukan harga dasar yang tepat bagi produk atau jasa dan harus
menentukan strategi yang menyangkut potongan harga, pembayaran
ongkos angkut dan berbagai variable yang bersangkutan.
Perusahaan menentukan harga dapat menargetkan laba yang dapat
diperoleh perusahaan serta pendapatan dari masyarakat sebagai konsumen.
Semakin terjangkaunya harga disertai dengan kualitas yang baik, maka
konsumen akan berpihak dan menggunakan pelayanan tersebut. Pada
penetapan harga ada beberapa tipe dalam menetapkan harga yang dapat
dipilih oleh perusahaan. Masing – masing tipe memiliki kekhususan
sendiri yang bisa menarik minat dan perhatian calon pembeli/pelanggan.
Tipe – tipe penetapan harga terdiri dari18 :
a. Penetapan harga penetrasi (penetration pricing)
Perusahaan menggunakan tipe penetapan harga ini bertujuan
meningkatkan pangsa pasar dengan menggunakan faktor harga
rendah yang ditawarkan. Keberhasilan menggunakan harga
penetrasi
didukung
apabila
permintaan
pasar
elastis,
permintaan perusahaan elastis dan pesaing tidak dapat
menyamai tingkat harga perusahaan, perusahaan menjual
17
Tjiptono, Fandy & Chandra, Gregorius. 2012. Pemasaran Strategik Edisi 2. Yogyakarta :
Penerbit Andi. hal. 315.
18
Ibid. hal. 325 – 326.
20
produk komplementer dengan marjin yang besar, ada pesaing
yang potensial.
b. Penetapan harga paritas (parity pricing)19
Perusahaan menentukan dan menetapkan harga hampir sama
ataupun sama dengan harga perusahaan pesaing. Keberhasilan
penetapan harga paritas dipengaruhi oleh permintaan pasar
yang inelastis sedangkan permintaan perusahaan bersifat
elastis, perusahaan tidak punya keunggulan biaya dibandingkan
pesaing, dan tujuan utama penetapan harga untuk menyamai
penyaing.
c. Penetapan harga premium (premium pricing)
Penetapan harga premium adalah penetapan harga diatas harga
pesaing dengan tujuan pembeli merasa dengan harga lebih
tinggi maka kualitas yang ditawarkan lebih tinggi/baik.
Keberhasilan penetapan harga premium dipengaruhi oleh
permintaan perusahaan yang bersifat inelastis, perusahaan tidak
punya kapasitas berlebih, keuntungan dari skala ekonomis
relatif kecil, dan tujuannya adalah menarik pelanggan baru
pada aspek kualitas.
Keberhasilan
dalam
keseluruhan
penetapan
harga
ditentukan oleh beberapa faktor yakni20 :
a. Elastisitas-harga permintaan
19
Tjiptono, Fandy & Chandra, Gregorius. 2012. Pemasaran Strategik Edisi 2. Yogyakarta :
Penerbit Andi. hal. 325 – 326.
20
Tjiptono, Fandy & Chandra, Gregorius. 2012. Pemasaran Strategik Edisi 2. Yogyakarta :
Penerbit Andi. hal. 325 – 326.
produk
21
Efektivitas penetapan harga bergantung dari perubahan harga
terhadap elastisitas permintaan. Elastisitas permintaan dapat
diketahui dengan survey minat pembeli, uji coba pemasaran,
meminta pendapat dari berbagai pihak yang berkepentingan
maupun
mengumpulkan
distributor
atau
cabang
untuk
mengetahui hasil penjualan dari masing – masing lokasi
berbeda.
b. Faktor persaingan
Perusahaan
dalam
menetapkan
harga
perlu
untuk
mempertimbangkan reaksi dari perusahaan pesaing terhadap
harga tersebut. Perusahaan harus memprediksi kegiatan
perusahaan pesaing setelah perusahaan menentukan harga
untuk dipasarkan di target pemasaran.
c. Faktor biaya
Sebaiknya dalam penetapan harga, harga minimal yang
ditentukan sudah dapat menutup biaya produksi produk yang
akan dipasarkan. Perusahaan harus berusaha memasarkan
produk dengan jumlah yang besar apabila menjual dengan
harga minimal (batas bawah harga) untuk mencegah terjadinya
kerugian.
d. Faktor lini produk21
Ada
dua
jenis
penetapan
harga
khusus
lini
produk
komplementer, pertama, leader pricing yakni menetapkan dan
21
Tjiptono, Fandy & Chandra, Gregorius. 2012. Pemasaran Strategik Edisi 2. Yogyakarta :
Penerbit Andi. hal. 325 – 326.
22
mempromosikan
harga
penetrasi
(harga
murah
untuk
merangsang permintaan) terhadap produk utama untuk
meningkatkan minat pembeli. Kedua, price bundling yakni
memasarkan dua produk atau lebih dengan harga spesial pada
masing – masing produk. Ada dua price bundling yakni pure
bundling and mixed bundling. Pure bundling yakni produk
yang ditawarkan dalam bentuk paket tidak dapat dijual
terpisah. Sedangkan mixed bundling yakni bisa memilih
beberapa produk baik dalam harga paket maupun ecer/terpisah.
e. Faktor pertimbangan lainnya dalam penetapan harga
Harga akhir tidak selamanya akan bertahan karena seiring dengan
tumbuhnya perekonomian dan daya beli masyarakat, perusahaan harus
mempertimbangan langkah untuk melakukan penyesuaian harga di
kemudian hari. Penyesuaian harga bisa dilakukan dengan beberapa cara
antara lain dengan22 :
a. Diskon dan potongan harga, dengan mengurangi harga baik
dengan diskon dan potongan langsung akan menarik lebih
banyak minta konsumen untuk menggunakan produk.
b. Segmentasi
harga23,
maksudnya
penyesuaian
harga
ini
didasarkan pada masing – masing segmen (perbedaan lokasi,
pelanggan dan produk).
c. Harga psikologis, penyesuaian untuk memberikan efek
psikologis misalkan saja memasang harga Rp. 9999,99
22
Kotler, Philip & Lee, Nancy.2007. Pemasaran di Sektor Publik. Indonesia : PT Indeks. hal. 85.
Kotler, Philip & Lee, Nancy.2007. Pemasaran di Sektor Publik. Indonesia : PT Indeks. hal. 85.
23
23
d. Harga promosi, penyesuaian dengan harga promosi biasanya
dilakukan perusahaan dalam jangka waktu pendek karena
untuk menarik perhatian pelanggan baru maupun meningkatkan
konsumsi pelanggan lama dengan mengurangi harga secara
sementara.
e. Harga geografis, penyesuaian harga berdasarkan faktor lokasi
geografis pelanggan misalnya di setiap daerah harga jual
masing – masing produk berbeda tergantung lokasi pelanggan
(medan yang dilewati distributor, harga lokasi penjualan dan
lain – lain).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
bagi konsumen, harga merupakan segala bentuk biaya moneter yang
dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan
sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk. Bagi
perusahaan penetapan harga merupakan cara atau strategi untuk
membedakan penawarannya dari para pesaing dan mendapatkan
pendapatan untuk operasional perusahaan.
2.3.3
Promosi (Promotion)
Dalam buku pemasaran di sektor publik karangan Kotler dan
Nancy24, promosi merupakan media komunikasi yang efektif antara
perusahaan dengan masyarakat. Menurut Tjiptono (2002:219) promosi
pada hakikatnya adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk
menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar
24
Ibid..hal.154.
24
sasaran, untuk memberi informasi tentang keistimewaan, kegunaan, dan
yang paling penting adalah tentang keberadaannya, untuk mengubah sikap
ataupun untuk mendorong orang untuk bertindak. Cara melakukan
promosi dengan cara iklan, promosi penjualan, penjualan langsung dan
hubungan masyarakat. Promosi menggambarkan berbagai macam cara
yang ditempuh perusahaan dalam rangka memperkenalkan produk ke
konsumen. Biasanya promosi dilakukan dengan cara yang menarik,
misalkan lewat media massa, turun ke lapangan langsung. Tujuan dari
promosi adalah menyampaikan manfaat, pesan, serta detail dari produk
yang
dipasarkan
supaya
masyarakat
mengetahui
dan
tertarik
mengkonsumsi.
Dengan promosi, perusahaan selain dapat memperkenalkan produk
dengan detail produknya juga dapat memperkenalkan nilai guna produk di
berbagai sektor. Setiap promosi mengandung nilai guna baik bagi
perusahaan penyedia layanan dan produk maupun bagi masyarakat sebagai
pengguna. Dalam buku karangan Daryanto25, umumnya promosi memiliki
empat macam kegiatan yang dilakukan yakni:
a. Periklanan (advertising)
Iklan merupakan salah satu media paling efektif untuk
melakukan sebuah promosi produk. Dengan iklan, perusahaan
memasarkan baik produk baru maupun memasuki segmen baru
yang tidak dapat dijangkau dengan cara promosi lainnya.
25
Daryanto. 2012. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Bandung : PT Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera. hal. 104-107.
25
Biasanya iklan dilakukan melalui majalan, koran, radio, TV
atau biro periklanan.
b. Personal Selling
Merupakan kegiatan yang dilakukan individu dengan cara
bertemu muka untuk menciptakan hubungan pertukaran yang
saling menguntungkan. Pendekatan yang dilakukan pihak
perusahaan tidak hanya sekali dua kali namun bisa saja berkali
– kali untuk mendapat keyakinan dan kepercayaan pihak
kedua.
c. Promosi Penjualan
Promosi penjualan maksudnya perusahaan mempromosikan
produknya secara langsung misalnya dengan membuka stand di
event, peragaan, pameran, demonstrasi, hadiah, memberikan
sampel produk secara gratis.
d. Publisitas dan Humas
Publisitas merupakan promosi lewat media namun lebih kepada
berita bukan hanya iklan saja. Disini perusahaan tidak
mengeluarkan biaya sedikitpun. Media merasa perusahaan
tersebut dapat direkomendasikan pada masyarakat karena mutu
dan kualitas produknya. Namun bisa jadi perusahaan rugi
karena ada isu negatif pada salah satu atau beberapa
produknya.
26
Setiap variabel 4P memiliki indikator penentu dimana variabel
dapat diimplementasikan sesuai dengan harapan perusahaan. Variabel
promosi dinyatakan berhasil apabila26 :
a. Mission, perusahaan berhasil menyampaikan tujuan dari iklan
atau promosi yang dilakukan kepada masyarakat luas sebagai
target penjualan produk.
b. Money, besaran penggunaan biaya sesuai dengan yang
diharapkan.
c. Message,
perancangan,
pengevaluasian,
pemilihan
dan
pengeksekusian pesan yang disampaikan pada audiens sasaran
sudah tepat sesuai imej perusahaan.
d. Media, keputusan memilih media periklanan dan promosi yang
digunakan sama - sama menguntungkan kedua belah pihak baik
dari segi waktu, biaya, jumlah iklan diekspos. Keuntungan
yang didapat selain efisiensi biaya, perusahaan dapat dengan
mudah dalam waktu yang singkat menjangkau lapisan
masyarakat tertentu.
e. Measurement, mengukur dampak komunikasi dan dampak
penjualan dengan ukuran awareness, knowledge, preference,
dan penjualan. Pengukuran dampak ditujukan agar perusahaan
dapat memahami respon pasar.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa promosi
merupakan
26
sebuah
strategi
yang
digunakan
perusahaan
dalam
Tjiptono, Fandy & Chandra, Gregorius. 2012. Pemasaran Strategik Edisi 2. Yogyakarta :
Penerbit Andi. hal. 352-354.
27
menginformasikan produk yang dijual dan mempengaruhi konsumen
sehingga tertarik untuk melakukan transaksi atau pertukaran produk
barang atau jasa yang ditawarkan dengan menggunakan media promosi
yang kreatif.
2.3.4
Tempat(Place)
Menurut Kotler (2005:17) tempat (place) adalah berbagai aktivitas
yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan
tersedia bagi pelanggan sasaran. Tempat sering juga disebut saluran
distribusi atau tempat pemasaran27 adalah serangkaian organisasi yang
saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu
produk atau jasa siap digunakan untuk konsumsi. Saluran distribusi dalam
bahasa sederhana berarti cara yang digunakan untuk mengirimkan tawaran
perusahaan dan bagaimana cara konsumen mengaksesnya. Dalam
pariwisata, pemilihan tempat atau lokasi merupakan keputusan penting
yang
dihadapi
manajemen.
Pemilihan
saluran
distribusi
wisata
memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor, antara
lain :
a. Lokasi wisata (tourism place) pada dasarnya adalah tempat
dimana
wisatawan
dapat
mencari
informasi
wisata,
memperoleh penjelasan atau melakukan pembelian terhadap
produk wisata yang ditawarkan kepada wisatawan.
b. Aksesibilitas wisata dalam hal ini adalah segenap sarana yang
memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai
27
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. 2008. Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid 2. Indonesia :
PT Indeks. hal. 122.
28
suatu destinasi maupun tujuan wisata terkait. Aksesibilitas
tidak
hanya
menyangkut
kemudahan
transportasi
bagi
wisatawan untuk mencapai sebuah tempat wisata atau destinasi
tertentu, akan tetapi juga waktu yang dibutuhkan, tanda
penunjuk arah menuju lokasi wisata dan perangkat terkait
lainnya.
c. Ketersediaan biro perjalananan wisata, tour wisata, travel
agent, yang berhubungan langsung dengan wisatawan sebagai
fasilitas pendukung wisata yang menyediakan paket wisata
yang terorganisir sehingga wisatawan yang berkunjung ke
lokasi merasa nyaman dan senang.
Variabel place ini disimpulkan sangat penting karena menentukan
jangkauan konsumen atau wisatawan dalam mendapatkan produk.
Semakin mudah dijangkau wisatawan untuk mendapatkan produk tersebut
maka akan
semakin banyak produk dicari dan terjual. Sehingga
pentingnya tempat wisata yang berada di pusat kota lebih menguntungkan
dibandingkan dengan yang berada di pinggiran karena akan lebih mudah
dilirik, diminati, dibeli dan dikunjungi wisatawan.
Marketing mix merupakan aspek yang paling terlihat (tangible) dari
sebuah perusahaan/destinasi wisata dalam aktivitas pemasaran.Jangan sampai
memiliki tawaran/produk bagus, tetapi tidak bisa mengkomunikasikannya ke
pelanggan secara tepat. Jika kurang bisa mempromosikannya, tawaran/produk
menjadi tidak diminati pelanggan. Dan juga sebagus apapun cara mempromosikan
tawaran itu, kalau tidak menguasai saluran distribusinya, pelanggan akan susah
29
mengakses produk yang dimiliki. Jadi, sebenarnya marketing mix bisa
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu penawaran (offering) yang berupa
produk dan harga, serta akses (access) yang berupa promosi dan distribusi/place.
Bauran pemasaran atau yang sering disebut sebagai Empat P dapat dilihat dari dua
sudut pandang yaitu, sudut pandang penjual dan sudut pandang pembeli. Dari
sudut pandang penjual, empat P merupakan perangkat pemasaran yang tersedia
untuk mempengaruhi pembeli. Sedangkan, dari sudut pandang pembeli empat P
merupakan perangkat pemasaran yang dirancang untuk memberikan manfaat bagi
pelanggan.
Dari penjelasan marketing mix di atas dapat disimpulkan bahwa elemen
pokok yang harus ada dalam bauran pemasaran adalah kombinasi 4P (Product,
Price, Place, Promotion).Adanya penambahan elemen bauran pemasaran yang
lainnya bersifat tambahan (additional) sesuai dengan kebutuhan yang ada. Para
perusahaan/otoritas produksi yang kreatif akan selalu menciptakan kombinasi
yang terbaik dari elemen-elemen yang menjadi komponen marketing mix. Mereka
harus menciptakan dari masing-masing elemen „P‟ yang mana yang paling banyak
digunakan dalam strategi pemasarannya. Produk yang akan ditawarkan harus
terintegrasi secara baik dengan marketing mix yang dipilih dan taktik komunikasi
untuk menciptakan sebuah kekuatan pemasaran.
Penerapan strategi bauran pemasaran XT Square dipengaruhi oleh
perencanaan perusahaan yang menyangkut aspek 4P yakni product, price, place,
and promotion. Supaya mendapatkan hasil pemasaran yang optimal sesuai tujuan
perusahaan, hendaknya perencanaan setiap variabel 4P dipertimbangkan sesuai
kapasitas perusahaan dan kebutuhan masyarakat dari jaman ke jaman. Pertama
30
variabel product (produk), merupakan salah satu variabel bauran pemasaran yang
harus ditetapkan perusahaan seperti apa saja yang akan dipasarkan, kualitas,
layanan produk, dan berbagai variasi produk yang diberikan XT Square pada
wisatawan sebagai pengguna/konsumen.
Kedua, variabel price (harga), merupakan variabel penentu baik bagi
perusahaan maupun masyarakat. Bagi perusahaan, variabel harga menentukan
besarnya profit yang diperoleh dari penjualan produk. Bagi wisatawan, variabel
harga mempengaruhi psikologis dan pertimbangan pembelian produk, seperti
masyarakat yang gemar membeli bila ada diskon maupun potongan harga
langsung sampai dengan masyrakat yang tidak terlalu peduli dengan harga karena
melihat dari segi kegunaan dan kualitas yang diberikan dari produk tersebut.
Variabel ketiga, yakni promotion (promosi) yang dilakukan manajemen
XT Square akan berdampak pada meningkatnya minat masyarakat/wisatawan
untuk mengetahui dan berkunjung ke lokasi serta membeliberbagai produk yang
ditawarkan. Promosi bisa berupa acara, iklan, dari mulut ke mulut, rekomendasi
sanak saudara dan orang terdekat, serta langsung dari sales people seperti agen
pemasaran, agen wisata, danmendatangi langsung masyarakat tertentu untuk
memberikan penjelasan mengenai produk – produk mereka.
Variabel keempat yakni place (tempat/saluran distribusi) pemilihan
saluran distribusi seperti agen penjualan, melalui travel agent atau kerjasama
dengan berbagai perusahaan atau pemerintah daerah meningkatkan target
pemasaran produk perusahaan. Dengan adanya saluran distribusi yang membantu
memasarkan, perusahaan memiliki jaringan lebih luas untuk mencakup berbagai
segmen masyarakat. Aksesibilitas lokasi wisata juga menjadi hal penting dalam
31
keberhasilan
wisata.
Keempat
variabel
bauran
pemasaran
kemudian
diimplementasikan perusahaan secara berkala untuk mencapai target pemasaran.
Setiap implementasi program memiliki hasil berbeda tiap periodenya, baik
keberhasilan yang sesuai harapan maupun tidak sesuai harapan karena adanya
kendala/hambatan
saat
proses
implementasi
berlangsung.
Keberhasilan
pengimplentasian strategi pemasaran perusahaan selain dari dalam juga dinilai
dari luar yakni persepsi wisatawan sebagai pengguna produk.
Persepsi
masyarakat/wisatawan
artinya,
seberapa
jauh
penilaian
masyarakat mengenai kualitas layanan dan faktor penentu kepuasan lain yang
diberikan produk perusahaan tersebut. Disamping mengetahui penilaian
wisatawan mengenai bauran pemasaran, maka dapat diketahui juga harapan
wisatawan mengenai XT Square ke depannya. Dari situ akan terlihat antara apa
yang dilakukan oleh perusahaan dan apa yang diinginkan masyarakat apakah
sudah sesuai atau masih ada kekurangan yang belum teratasi. Kekurangan dan
kendala tersebut akan dievaluasi setelah penerapan strategi pemasaran berakhir
untuk mengetahui hasil pemasaran. Langkah pengevaluasian berguna untuk
mengantisipasi langkah perusahaan kedepan apabila ada kendala – kendala baru
yang muncul di lapangan. Dengan demikian, berdasarkan pengkajian dapat
diketahui mengenai hasil dari strategi bauran pemasaran XT Square Yogyakarta
kepada wisatawan dan masyarakat luas.
32
2.4
Kerangka Berpikir
Penerapan pemasaran sangat erat kaitannya dengan bauran pemasaran 4P
yaitu Product, Price, Promotion, Place. Dalam mempelajari, menganalisis dan
memahami pemasaran XT Square diperlukan suatu kerangka pemikiran yang
diharapkan dapat membantu dalam mendeskripsikan strategi bauran pemasaran
yang dilakukan manajemen XT Square saat ini. Kerangka pemikiran ini
didasarkan pada perpaduan model-model bauran pemasaran yang diajukan oleh
para ahli pemasaran dan berbagai teori-teori pendukung lain yang berkaitan serta
penyesuain teori sesuai dengan kondisi locus penelitian. Adapun deskripsi
kerangka pemikiran selengkapnya dapat divisualisasi sebagaimana terlihat di
bawah ini.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian
BAURAN
PEMASARAN
Produk
(Product)
Harga (Price)
1. Variasi produk
2. Layanan
Produk
1. Penentuan
Harga
Penawaran
Produk
Promosi
(Promotion)
1. Cara Promosi
yang
Digunakan
2. Penyesuaian
Harga Produk
3. Tahapan
Manfaat (inti,
aktual,
tambahan)
(Sumber : diolah oleh peneliti)
Tempat (Place)
1. Lokasi wisata
2. Aksesibilitas
lokasi
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Dalam penelitian bauran pemasaran XT Square ini digunakan metodologi
dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Melalui metode ini peneliti dapat
mengetahui peta kondisi dan potensi kepariwisataan XT Square secara langsung.
Penelitian ini mengkaji beberapa aspek yang mempengaruhi strategi bauran
pemasaran yang telah dijalankan selama ini. Selain itu juga dilakukan analisa
terhadap manajemen pengelolaan XT Square sehingga dapat menciptakan strategi
pemasaran alternatif yang efektif.
3.2.
Unit Analisis
Dalam penelitian tentang strategi bauran pemasaran XT Square ini
menggunakan unit analisis organisasi yaitu manajemen XT Square atau PD
Jogjatama Visesha.
3.3
Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian ini penentuan informan dilakukan dengan teknik
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel untuk
tujuan tertentu saja (Susanto, 2006: 120). Sampel ditentukan dengan memilih
informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam
dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang tepat. Dengan menggunakan
teknik ini peneliti memilih atau menentukan narasumber yang dianggap perlu
34
seperti, Kepala Bagian Promosi dan Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kota Yogyakarta, Marketing Officer XT Square, dan wisatawan yang sedang
berkunjung.
Selain itu untuk melengkapi data, peneliti menggunakan kuisioner ke
wisatawan yang berkunjung sebagai populasi untuk mendapatkan data penunjang
yang lebih valid. Wisatawan sebagai responden dan informan penelitian ini
didefinisikan sebagai sekumpulan orang atau orang yang sedang berkunjung ke
XT Square. Teknik sampling responden dilakukan dengan menggunakan teknik
non probability sampling yakni convenience sampling. Wisatawan sebagai
informan penelitian diambil 100 orang (frekuensi tertentu selama 30 hari) untuk
mengisi kuesioner dengan mempertimbangkan kemudahan dan aksesibilitas
nyaman bagi peneliti seperti waktu dan tempat. Peneliti memilih sampel
responden wisatawan yang berkunjung ke XT Square Yogyakarta untuk
mengetahui informasi lain mengenai layanan XT Square.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Wawancara langsung yang akan diajukan kepada informan, yaitu :
Tabel 3.1 Narasumber dan Data yang Dibutuhkan
NO NARASUMBER
INFORMASI YANG DIBUTUHKAN
1
Kepala Bagian Promosi dan a. Kegiatan
Pemerintah
Kota
Pemasaran, Dinas Pariwisata
Yogyakarta mengenai pemasaran XT
dan
Kebudayaan
Kota
Square
Yogyakarta
b. Rencana pengembangan kawasan XT
Square oleh Pemkot Yogyakarta
2
Marketing Officer XT Square
a. Infrastruktur dan fasilitas pendukung
wisata
35
3
Wisatawan (diambil 100 orang
wisatawan secara convenience
samplingdengan
frekuensi
tertentu selama 30 hari)
b. Kegiatan bauran 4P (product, price,
place, promotion)
a. Motivasi
b. Penilaian keadaan nyata (kondisi
existing)
c. Penilaian Product, Price, Promotion
dan Place (4P)
2. Observasi atau pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh
data-data yang tidak dapat diperoleh dengan wawancara. Dengan
melakukan observasi, peneliti dapat mengetahui suasana yang terjadi
secara langsung di lokasi yang menjadi objek penelitian sehingga
dapat memberikan penilaian mengenai gambaran suatu wilayah secara
lebih spesifik. Observasi juga membantu peneliti untuk menemukan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di XT Square.
3. Dokumentasi, yaitu teknik yang digunakan untuk mendapatkan data
sekunder dengan cara mempelajari dan mencatat arsip-arsip atau datadata yang ada kaitannya dengan masalah-masalah yang akan diteliti.
Data dokumentasi juga diperkuat denganfoto-foto yang menunjukkan
kondisi wilayah yang menjadi fokus penelitian. Fokus pengamatan
dalam penelitian ini:
a. Kecenderungan atau perilaku wisatawan dalam melakukan
kegiatannya pada kawasan wisata.
b. Existing condition pada kawasan wisata
c. Kondisi lingkungan pada kawasan wisata yang meliputi kondisi
eksternal, internal, maupun isu-isu yang sedang berkembang di
sekitar kawsan wisata.
d. Analisis data sekunder dari media cetak dan media massa
36
e. Pencatatan hasil wawancara, diskusi, atau komunikasi informal
dari informan
3.5
Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini, analisis data ditujukan untuk menjawab rumusan
masalah mengenai strategi bauran pemasaran XT Square. Analisis data menurut
Bogdan (dalam Sugiyono)28 merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan
– bahan lainnya. Sehingga hasil temuan dapat diinformasikan kepada masyarakat.
Analisis dilakukan mulai dari saat peneliti berada dilapangan, mengikuti proses
yang ada, dan setelah selesai terlibat di kegiatan lapangan.
Setelah mengumpulkan, memilah, dan mengolah data yang diperoleh baik
data primer maupun sekunder, dapat ditarik kesimpulan sejauh mana keberhasilan
dan kendala yang dihadapi oleh perusahaan. Dengan demikian, peneliti
memberikan rekomendasi tindakan alternatif yang dapat membantu perusahaan
menghadapi kendala dalam memasarkan produk kedepannya.
Triangulasi data dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau
data dengan cara yang berdeda. Peneliti menggunakan metode wawancara,
obervasi, dan kuesioner. Selain itu, untuk memperoleh kebenaran informasi yang
handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa
menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti
menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek
kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda
28
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit
Alfabeta.
37
untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau
pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu,
triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek
atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu
sudah jelas, misalnya berupa dokumen resmi, catatan resmi, catatan atau tulisan
pribadi dan gambar atau foto sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan.
Download