BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Menurut Stair dan Reynolds (2006, p8), sistem adalah sekelompok elemen atau komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem dinamis memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi. yaitu: 1. Input, melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen untuk diproses. 2. Proses, melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi output. 3. Output, melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses transformasi ke tujuan akhirnya. Menurut McLeod dan Schell (2007, p9), sistem adalah mengubah input yang datang dari lingkungan perusahaan, ditransformasikan, dan mengembalikan output ke lingkungan yang sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu kumpulan komponen yang saling berhubungan dan terintegrasi untuk mengubah input melalui proses transformasi menjadi output yang diinginkan oleh suatu organisasi. 2.1.2 Informasi Menurut Mcleod dan Schell (2007, p9), informasi adalah data yang telah diproses dan memiliki makna, biasanya memberitahukan pengguna sesuatu yang belum diketahuinya. 10 11 Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p29), infomasi adalah data yang telah diubah ke dalam bentuk yang memiliki arti dan berguna bagi end user tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang diolah dan dibentuk menjadi lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Informasi merupakan pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan keterangan atau pengetahuan. 2.1.3 Sistem Informasi Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p6), sistem informasi adalah gabungan yang terorganisir dari orang-orang, perangkat keras (hardware), piranti lunak (software), jaringan komunikasi, dan sumber-sumber daya; yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Menurut McLeod dan Schell (2007, p9), sistem informasi adalah sistem virtual yang memampukan pihak manajemen untuk mengontrol operasi fisik perusahaan. Sistem fisik perusahaan terdiri sumber daya tangible seperti material, manusia, mesin, dan uang. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sebuah rangkaian komponen yang saling terkait yang terdiri dari orang-orang, perangkat keras (hardware), piranti lunak (software), jaringan komunikasi, dan sumber-sumber daya yang telah dikumpulkan, diproses, disimpan dan didistribusikan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi secara virtual. 12 2.1.4 Sistem Informasi Manajemen Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p238), sistem informasi manajemen adalah salah satu tipe sistem informasi yang menghasilkan informasi untuk mendukung kebutuhan pengambilan keputusan sehari-hari dari manajer dan para profesional bisnis. Menurut McLeod dan Schell (2007, p10), sistem infromasi manajemen adalah sebuah informasi yang mendukung manajer yang merepresentasikan sebuah unit organisasi seperti level manajemen atau area bisnis. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi manajemen adalah sebuah sistem informasi yang dipakai dalam level manajemen dengan tujuan mendukung kegiatan level manajemen dalam sebuah unit organisasi. 2.1.5 1. Implementasi Sistem Instalasi dan Training Sistem Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p421-423) tahap implementasi adalah tahapan penerapan sistem yang telah dikembangkan ke dalam perusahaan. Terdiri atas data conversion, yaitu tahap penginputan data pada sistem lama ke sistem baru, training yaitu kegiatan pelatihan kepada user, dan documentation yaitu kegiatan mengdokumentasikan sistem baru. 2. Konversi Sistem Menurut O’Brien dan Marakas (2006, p423-424) dalam pengoperasiannya, sistem baru dikonversi dulu ke dalam proses bisnis perusahaan. Ada 4 cara yang dapat dipakai dalam mengkonversi sistem, yaitu: a. Parallel conversion, sistem baru dijalankan bersamaan dengan sistem yang lama. 13 b. Pilot conversion, sistem dikonversikan pada satu bagian yang dijadikan sebagai percontohan. c. Phases conversion, sistem dikonversikan secara bertahap dari sistem lama ke sistem yang baru. d. Direct conversion, sistem baru langsung menggantikan sistem yang lama. Gambar 2.1 Metode Konversi Sistem Informasi Sumber : O’Brien dan Marakas (2006, p424) 2.2 Internet 2.2.1 Pengertian Internet Menurut Kotler dan Armstrong (2010, p528), internet adalah web publik yang amat pesat dan dihubungkan oleh jaringan komputer, yang menghubungkan berbagai tipe pengguna diseluruh dunia sehingga membentuk suatu gudang informasi (information repository) yang sangat besar. 14 Menurut Laudon dan Laudon (2010, p51), internet adalah jaringan global yang menggunakan standar umum untuk menghubungkan jutaan jaringan yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa internet adalah kumpulan jaringan yang telah mengglobal yang menggunakan standar umum yang memungkinkan hubungan dengan para pengguna komputer. 2.2.2 World Wide Web Menurut Post dan Anderson (2006, p588), world wide web adalah ruang informasi di internet tempat dokumen hypermedia tersimpan dan dapat dipanggil dengan suatu skema alamat yang unik dan berbeda. Suatu cara pemanggilan informasi dari database global dengan menggunakan web browser untuk menampilkan informasi dalam bentuk tampilan halaman. Beberapa teknologi yang terkait dengan web: a. Situs Web Mengacu kepada sebuah komputer yang dikoneksikan dengan internet yang dapat diakses oleh komputer lain dalam jaringan melalui hypertext link b. Hypertext Limk Mengacu kepada suatu pointer yang terdiri dari teks atau grafik yang digunakan untuk mengakses hypertext yang disimpan di sebuah situs web. c. Hyper Text Markup Language (HTML) Menurut Chaffey (2007, p106), HTML adalah format standar presentasi web page yang digunakan untuk mendefinisikan text dan layout halaman web. Standar internasional ini dikembangkan oleh konsorsium World Wide Web untuk memastikan semua halaman web yang diotorisasi menurut definisi yang ada pada 15 standar akan muncul sama dengan web browser manapun. File HTML biasanya menggunakan ekstensi .html atau .htm. d. Web Page Halaman web yang mengacu pada suatu hypermedia file yang disimpan di suatu situs web, yang diidentikasikan dengan suatu alamat yang baik. e. Web Browser Mengacu pada suatu software yang memungkinkan kita mengambil hypermedia dengan mengetik parameter pencarian atau mengklik suatu grafik. Kemampuan ini membebaskan kita dari keharusan mengetahui URL dari halaman web yang berisi informasi yang kita butuhkan. f. URL (Universal Resource Locator) Mengacu kepada alamat dari sebuah halaman web dengan format yang terdiri dari protokol, nama domain, dan path. 1. Protokol adalah suatu set standar yang mengatur komunikasi data. HTTP (Hypertext Transfer Protocol) adalah protokol untuk hypertext. 2. Nama Domain adalah alamat situs web tempat halaman web disimpan. 3. Path mengindentifikasikan suatu account (directory/sub-directory file) tertentu di situs web dan HTML. g. FTP (File Transfer Protocol) Mengacu kepada software yang memungkinkan kita menyalin file ke komputer kita dari situs web apa saja. Untuk melakukan hal itu, kita harus mengetahui dari URL dari situs tersebut. 16 2.3 Pelanggan 2.3.1 Definisi Pelanggan Menurut Greenberg (2010, p8), pelanggan adalah individu atau kelompok yang terbiasa membeli sebuah produk atau jasa berdasarkan keputusan atas pertimbangan manfaat maupun harga, kemudian melakukan hubungan dengan perusahaan melaui telepon, surat, dan fasilitas lainnya untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari perusahaan. 2.3.2 Nilai Pelanggan Menurut Kotler dan Armstrong (2008, Jilid 1, p8), nilai pelanggan adalah selisih antara nilai yang diperoleh pelanggan dengan memiliki dan menggunakan suatu produk dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produk yang diinginkan. Pelanggan sering mengukur nilai produk dan biaya tidak secara akurat atau objektif. Pelanggan bertindak berdasarkan nilai perkiraan. Nilai perkiraan ini dilihat dari apa yang perusahaan berikan kepada pelanggan, apakah pelayanan sesuai dengan harga yang ditawarkan atau apakah kualitas produk/jasa sesuai dengan harga yang diberikan oleh perusahaan. 2.3.3 Kepuasan Pelanggan Menurut Kotler dan Armstrong (2010, p37), kepuasan pelanggan adalah suatu tingkatan dimana perkiraan kinerja produk sesuai dengan harapan pembeli. Jika kinerja produk jauh lebih rendah dari harapan pelanggan, pembeli tidak terpuaskan. Jika kinerja sesuai dengan harapan pelanggan, pembeli terpuaskan. Jika kinerja melebihi yang diharapkan, pembeli lebih senang. 17 Marketer harus berhati-hati dalam menetapkan tingkat ekspektasi pelanggan yang tepat. Jika marketer menetapkan ekspektasi terlalu rendah, marketer mungkin memuaskan pelanggan yang membeli produk itu tetapi gagal menarik cukup banyak pembeli. Jika marketer menetapkan ekspektasi terlalu tinggi, para pembeli akan kecewa. Nilai dan kepuasan pelanggan merupakan kunci untuk mengembangkan dan menata hubungan kepada pelanggan. 2.3.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Menurut Schiffman dan Kanuk (2010), bauran pemasaran mencakup produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan ke pelanggan dan metode dan alat bagaimana mencapai perubahan. Bauran pemasaran terdiri dari empat elemen, yaitu: 1. Product, fitur, design, merek, dan pengemasan dari barang atau jasa yang ditawarkan bersama dengan keuntungan pasca pembelian, seperti garansi dan kebijakan kembali. 2. Price, daftar harga termasuk diskon, tunjangan, dan metode pembayaran. 3. Place, distribusi dari produk atas jasa melalui toko yang jelas dan nonstore outlet 4. Promotion, iklan dan promosi penjualan serta penjualan secara personal perlu dirancang untuk membangun kesadaran pelanggan atas produk atas jasa peusahaan. 2.4 Pemasaran 2.4.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler dan Armstrong (2010, p29), era pemasaran sekarang bukan hanya sekedar menjual, mengkomunikasikan, dan menjual lagi tetapi bagaimana caranya untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Jika seorang marketer mengerti 18 kebutuhan dari pelanggannya, lalu mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dari sisi nilai maupun harga, melakukan promosi dan distribusi yang efektif, maka produk itu akan dapat dijual dengan lebih mudah. Menurut Kotler dan Armstrong (2008, Jilid 1, p6), pemasaran adalah suatu proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Ada lima langkah proses pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2008, p6-7): 1. Memahami pasar dan kebutuhan serta keinginan pelanggan 2. Merancang strategi pemasaran yang digerakkan oleh pelanggan 3. Membangun program pemasaran terintegrasi yang memberikan nilai yang unggul 4. Membangun hubungan yang menguntungkan dan menciptakan kepuasan pelanggan 5. Menangkap value dari pelanggan untuk menciptakan keuntungan dan ekuitas pelanggan 2.4.2 Manajemen Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2006, p6), manajemen pemasaran adalah seni dan pengetahuan dalam memilih target pasar serta memperoleh, menjaga, dan memelihara pelanggan melalui menciptakan, menyampaikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan dengan lebih baik. Menurut Kotler dan Armstrong (2008, Jilid 1, 11-15), manajemen pemasaran ingin merancang strategi yang akan membangun hubungan yang menguntungkan dengan konsumen sasaran. Ada lima konsep alternatif yang mendasari langkah-langkah organisasi dalam merancang dan melaksanakan strategi pemasaran, yaitu: 19 a. Konsep produksi Konsep produksi menyatakan ide bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dan sangat terjangkau dan karena itu organisasi harus berfokus pada peningkatan produksi dan efisiensi distribusi. b. Konsep produk Konsep produk menyatakan ide bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan kualitas, kinerja, dan fitur terbaik dan oleh karena itu organisasi harus menguras energinya untuk membuat peningkatan produk yang berkelanjutan c. Konsep penjualan Konsep penjualan menyatakan ide bahwa konsumen tidak akan membeli produk perusahaan kecuali jika produk itu dijual dalam skala penjualan dan usaha promosi yang besar d. Konsep pemasaran Filosofi manajemen pemasaran yang menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih baik dari pesaing. e. Konsep pemasaran berwawasan sosial Konsep pemasaran berwawasan sosial menyatakan bahwa perusahaan harus mengambil keputusan pemasaran yang baik dengan memperhatikan keinginan konsumen, persyaratan perusahaan, kepentingan jangka panjang konsumen, dan kepentingan jangka panjang masyarakat. 20 2.4.3 Pemasaran Langsung Menurut Kotler dan Keller (2006, p558), pemasaran langsung adalah saluran pelanggan langsung (consumer-direct channel) untuk mencapai dan menyampaikan barang dan jasa kepada pelanggan tanpa menggunakan perantara pemasaran. Saluran ini meliputi direct mail, katalog, telemarketing, TV interaktif, kios, website, dan mobile devices. Manfaat dari pemasaran langsung bagi pelanggan adalah menghemat waktu, memperkenalkan kepada pelanggan pilihan yang beragam, dan pembelajaran terhadap produk yang tersedia. Manfaat bagi penjual adalah dapat memilih kelompok pelanggan, menyesuaikan tawaran dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan, dan dapat mempromosikan produk/jasa lebih komunikatif 2.4.4 Pemasaran Online Semakin pesatnya teknologi pada era sekarang ini, cara pemasaran yang menjadi trend sekarang ini melalui media online. Pemasaran online adalah usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produk dan jasanya serta menciptakan hubungan dengan pelanggan melalui media online atau internet (Kotler dan Armstrong, 2010, p528). Mengutip dari Kotler dan Armstrong (2010, p529) ada empat bidang utama dalam pemasaran online, yaitu: 1. Business to Consumer Online Marketing (B2C) Perusahaan menjual atau menyalurkan produk atau jasanya ke pengguna akhir secara online 21 2. Business to Business Online Marketing (B2B) Perusahaan memanfaatkan website, e-mail, online catalogs, online trading network, dan online resources untuk menjangkau pelanggan baru, melayani pelanggan yang ada dengan lebih efektif, serta mendapatkan efisiensi dan penghematan biaya. 3. Customer to Consumer Online Marketing (C2C) Pertukaran barang dan informasi diantara pengguna akhir melalui media online 4. Consumer to Business Online Marketing (C2B) Pertukaran secara online dimana konsumen mencari pembeli, kemudian perusahaan mempelajari penawaran konsumen, dan memulai pembelian bahkan terkadang secara kontinu. 2.5 Customer Relationship Management (CRM) 2.5.1 Pengertian CRM Menurut Greenberg (2010, p30), CRM merupakan sebuah filosofi dan strategi bisnis yang didukung oleh sebuah sistem dan teknologi yang dirancang untuk meningkatkan interaksi manusia dalam sebuah lingkungan bisnis. CRM merupakan sebuah inisiatif strategi bisnis yang memetakan transformasi terhadap proses bisnis untuk memenuhi keinginan pelanggan. Greenberg juga menambahkan bahwa CRM adalah kegiatan operasional, pendekatan manajemen pelanggan yang berfokus pada kegiatan sales, marketing, dan customer service. Menurut Kotler dan Armstrong (2008, p15) CRM merupakan konsep yang paling penting dalam pemasaran modern. CRM adaalah keseluruhan proses membangun dan memelihara hubungan pelanggan yang menguntungkan dengan memberikan nilai dan kepuasan pelanggan yang tinggi. 22 Menurut Turban et al (2008, p870), CRM merupakan sebuah konsep service kepada pelanggan yang berfokus kepada membangun hubungan jangka panjang dan berkelanjutan yang memberikan value-added baik kepada pelanggan maupun kepada perusahaan. Menurut Baran et al (2008, p492), CRM merupakan inisiasi, peningkatan, dan pemeliharaan dari hubungan mutualisme antara pelanggan dan partner dalam jangka panjang melalui strategi bisnis intelijen yang berdasarkan pengambilan, penyimpanan, dan analisis informasi yang didapat dari seluruh pelanggan dan partner yang melakukan hubungan dan transaksi. Baran et al (2008, p492) menambahkan CRM adalah sebuah proses yang memaksimalkan value pelanggan melalui kegiatan pemasaran yang aktivitasnya didasarkan pengetahuan tentang pelanggan, pendekatan pelanggan, dan manajemen hubungan dengan pelanggan. Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa CRM adalah sebuah konsep strategi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan dalam memelihara hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan dengan harapan mendapatkan value-added dari pelanggan. 2.5.2 Tipe CRM Berdasarkan pendapat Turban et al (2008, p611), CRM terdiri dari 3 tipe, yaitu: 1. Operational CRM Komponen dalam operational CRM berkaitan dengan melakukan otomatisasi atas proses dalam berinteraksi dengan pelanggan, seperti memberikan contact point untuk komunikasi dengan pelanggan dan memberikan efisiensi dalam berinteraksi 23 dengan pelanggan. Aplikasi utama dalam operational CRM mencakup Sales Force Automation (SFA), customer service, dan call center management. 2. Analytical CRM Analytical CRM mencakup aplikasi yang dapat menganalisis data yang relevan untuk menghasilkan informasi yang menguntungkan dalam berinteraksi dengan pelanggan. 3. Collaborative CRM Collaborative CRM adalah aktifitas untuk menggabungkan semua komunikasi yang diperlukan, koordinasi dan kolaborasi antara vendors dan customer. Collaborative CRM akan menyediakan media bagi staff penjualan, partner bisnis, dan pelanggan untuk mengakses ke dalam data pelanggan. 2.5.3 Fase CRM Menurut O’Brien (2004, p187), CRM dapat dilihat sebagai sistem yang terintegrasi dengan web-enabled software tools dan database yang menyelesaikan berbagai proses bisnis yang berkaitan dengan customer. O’Brien dan Marakas (2006, p253) mengadaptasi Kalakota dan Robinson (2001), terdapat 3 (tiga) fase siklus pelanggan dalam CRM, yaitu : 1. Acquire Bisnis bergantung pada software CRM dan database untuk membantu memperoleh pelanggan baru dengan melakukan pekerjaan manajemen, penjualan calon pelanggan, penjualan, pemasaran langsung, dan pemenuhan kebutuhan pelanggan. Tujuan dari fungsi CRM ini adalah untuk membantu pelanggan merasakan nilai dari sebuah produk unggulan yang ditawarkan oleh perusahaan. 24 2. Enhance Web memungkinkan CRM sebagai alat pendukung membantu menjaga pelanggan senang dengan mendukung layanan yang unggul dari tim jaringan responsif pelayanan penjualan dengan spesialis dan mitra bisnis, sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan 3. Retain Piranti lunak dan database CRM membantu perusahaan mengidentifikasi secara pro aktif dan memberikan reward untuk mempertahankan dan mengembangkan pelanggan yang paling loyal dan menguntungkan dengan cara targetted marketing dan program hubungan pemasaran. Nilai yang dirasakan oleh customer adalah keuntungan hubungan bisnis dengan perusahaan. Gambar 2.2 Tiga Fase CRM Sumber: O’brien dan Marakas (2006, p253) 2.5.4 Social CRM Mengutip dari pendapat Greenberg (2010, p34) social CRM adalah suatu filosofi dan strategi bisnis, yang didukung oleh teknologi, aturan bisnis, proses bisnis, dan karakteristik sosial yang bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan pelanggan dalam 25 kerjasama dengan perusahaan guna menyediakan value yang saling menguntungkan pada lingkungan bisnis yang transparan dan terpercaya. 2.5.4.1 Perbedaan Social CRM dengan CRM Tradisional Menurut Greenberg (2010, p35), CRM tradisional didasarkan atas suatu pendekatan operasional internal untuk mengelola hubungan dengan pelanggan yang efektif. Sedangkan social CRM didasarkan kepada kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan pada saat yang sama perusahaan mencapai tujuan rencana bisnis. Tabel 2.1 Perbedaan Social CRM dengan CRM Tradisional CRM Tradisional Fitur/Fungsi Social CRM Fitur/Fungsi Fitur pendekatan pelanggan – sales, marketing, dan support; masih terisolasi dari back office dan supply chain Tools berhubungan dengan funsgi otomatisasi Terintegrasi dalam value chain yang melibatkan pelanggan di dalamnya Terintegrasi dengan tool media sosial, seperti wiki, podcast, jejaring sosial, dan komunitas pengguna Memunculkan hubungan kedekatan Memunculkan otontikasi dan dengan pelanggan transparan dalam interaksi dengan pelanggan Memanfaatkan pengetahuan dan informasi pelanggan untuk menciptakan suatu interaksi atau hubungan yang berarti Membentuk proses pelanggan dari Membentuk proses perusaahaan dari sudut pandang perusahaan sudut pandang pelanggan Hubungan dengan pelanggan mencakup pencarian informasi dan informasi berkontribusi dalam perilaku Berada dalam ekosistem bisnis Berada dalam ekosistem pelanggan fokus terhadap pelanggan Utilitarian, fungsional, dan Mencakup semua yang ada ditambah 26 operasional Marketing berfokus kepada pengiriman pesan yang terarah dan spesifik sesuai dengan pesan perusahaan kepada pelanggan Bisnis menghasilkan produk dan jasa kepada pelanggan Intellectual property dilindungi oleh hukum yang ada Bisnis fokus pada produk dan jasa yang memuaskan pelanggan Bersifat taktis dan operasional Strategi pelanggan adalah bagian dari strategi perusahaan Inovasi berasal dari petunjuk Perusahaan mengatur hubungan dengan pelanggan Tekonologi difokuskan kepada aspek operasional sales, marketing, support Hubungan antara perusahaan dengan pelanggan dilihat sebagai suatu hubungan yang diatur oleh perusahaan Sumber: Greenberg (2010, p36-37) dengan sikap dan perilaku Marketing lini depan untuk menciptakan hubungan dengan pelanggan – melibatkan pelanggan dalam suatu aktivitas dan diskusi, mengamati dan mengarahkan percakapan antara pelanggan Bisnis adalah suatu aggregator dari pengalaman, produk, pelayanan, dan pengetahuan kepada pelanggan. Intellectual property diciptakan dan dimiliki secara bersama-sama dengan pelanggan, partner, supplier. Bisnis fokus kepada lingkungan dan pengalaman yang melibatkan pelanggan Bersifat strategis Strategi pelanggan adalah strategi perusahaan Inovasi berasal dari sumber daya internal dan eksternal Pelanggan berkolaborasi dengan perusahaan Teknologi difokuskan kepada aspek operasional dan sosial untuk mengintegrasikan pelanggan ke dalam rantai nilai perusahaan Hubungan antara perusahaan dengan pelanggan harus sederajat namun perusahaan harus memegang pengaruh pada aspek lainnya 2.5.4.2 Penerapan Konsep Social CRM Mengutip dari pendapat Greenberg (2010, p27), dalam menerapkan konsep social CRM ada enam hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Content, pelanggan membutuhkan informasi yang dapat membuat pelanggan memberikan keputusan untuk melakukan transaksi atau bisnisnya dengan perusahaan. 27 2. Connected, pelanggan terhubung secara langsung (peer to peer) dan dapat mengakses informasi secara mobile. 3. Creative, pelanggan dapat memberikan sebuah ide secara cuma-cuma apabila pelanggan merasa tertarik untuk melakukannya. 4. Collaborative, pelanggan bersedia untuk terlibat dengan perusahaan dan partner untuk memberikan solusi yang menguntungkan semua pihak yang terkait. 5. Contextual, pengetahuan dan ide sangat berarti untuk pelanggan, apabila pelanggan melihat adanya alasan yang menguntungkan maka pelanggan pasti akan mendukung. 6. Communicative, pelanggan akan memberitahukan kepada pihak lain tentang baik buruknya perusahaan. 2.5.5 Aplikasi CRM Menurut Turban et al (2008, p613-614), ada beberapa macam aplikasi CRM diantaranya yaitu: 1. Customer-facing application Mencakup keseluruhan proses interaksi antara pelanggan dengan perusahaan, seperti call center, help desk, sales force automation, dan service automation. 2. Customer-Touching application Pelanggan berinteraksi langsung dengan aplikasi, aktivitas self-service, seperti FAQ. 3. Customer-centric intelligence Aplikasi ini lebih berfokus kepada pelaporan data, data warehouse, data mining. 28 4. Online Networking Mengacu kepada metode yang menyediakan kesempatan untuk menjalin hubungan personal dengan orang-orang dalam jarak yang lebih luas, contohnya chat rooms, blog, dan discussion forum. 2.5.6 Electronic-Customer Relationship Management (E-CRM) Menurut Mitussis dan O'Malley (2004) dalam Perrien (2007), CRM telah berkembang menjadi e -CRM karena semakin pentingnya mobilitas elektronik. E-CRM adalah strategi bisnis yang berasal dari pemasaran relasional, yang menggunakan teknologi informasi untuk menyediakan perusahaan dengan visi handal, lengkap, dan jelas basis pelanggan sehingga proses dan interaksi pelanggan dapat digunakan untuk mempertahankan dan mengembangkan hubungan timbal balik manfaat. Menurut Campbell (2003) dalam Perrien (2007), sejumlah peneliti telah mengeksplorasi bagaimana perusahaan bisa memanfaatkan potensi dari strategi CRM untuk mencapai keunggulan kompetitif dengan menawarkan nilai lebih kepada pelanggan. Menurut Turban et al (2008, p607), E-CRM adalah suatu aplikasi untuk mengelola pelanggan, yang meliputi pengelolaan data pelanggan, proses penjualan, menangani complain, status order, customer service, dan laporan. E-CRM dapat digunakan untuk mengelola data pelanggan pada kantor cabang dan kantor pusat yang lokasinya terpisah. Dengan berbasiskan teknologi internet seluruh data dan aplikasi ditempatkan di satu titik, yaitu internet data center, maka akan terjadi integritas data. 29 2.6 Metodologi Analisis Bisnis 2.6.1 Analisis Porter Menurut David (2011, p106-110), analisis Porter adalah pendekatan yang dipakai untuk mengembangkan strategi di banyak perusahaan. Menurut Porter persaingan tersebut adalah: 1. Persaingan antar perusahaan pesaing Persaingan antar perusahaan pesaing merupakan kekuatan paling kompetitif karena sebuah strategi perusahaan dapat berhasil apabila menghasilkan keunggulan kompetitif terhadap strategi perusahaan pesaing. 2. Potensi masuknya pesaing baru Intensitas persaingan antar perusahaan akan meningkat bila pesaing baru dapat masuk ke suatu industri dengan mudah. Hambatan masuknya bagi pesaing baru berupa pencapaian skala ekonomis secara cepat, kebutuhan untuk menguasai teknologi, loyalitas pelanggan. Maka dari itu perusahaan pemain lama, biasanya akan melakukan serangan balik diam-diam dan juga penyaringan pasar untuk mencegah masuknya pesaing baru. 3. Potensi pengembangan produk substitusi Produk substitusi dapat berakibat secara signifikan pada produk perusahaan jika dengan adanya produk tersebut mempengaruhi tingkat penjualan perusahaan. 4. Daya tawar pemasok Daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri ketika terdapat sejumlah besar supplier, atau ketika hanya terdapat sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau biaya peralihan ke bahan mentah lainnya semakin tinggi 30 5. Daya tawar konsumen Daya tawar konsumen dapat menjadi kekuatan terbesar dalam keunggulan kompetitif apabila: a. Konsumen dapat dengan mudah untuk beralih ke produk substitusi, b. Konsumen memegang informasi tentang produk, harga dan biaya dari penjual, c. Perusahaan tidak dapat menyelesaikan masalah penurunan permintaan konsumen, d. Konsumen memiliki posisi penting untuk perusahaan, dan e. Konsumen menentukan apa dan kapan mereka membeli produk perusahaan. Potensi pengembangan produk substitusi Daaya tawar pemasok Persaingan antar perusahaan pesaing Potensi masuknya pesaing baru Gambar 2.3 Model Lima Kekuatan Porter Sumber: David (2011, p106) Daaya tawar konsumen 31 2.6.2 Tahap Input 2.6.2.1 Evaluasi Faktor External Menurut David (2011, p112), Matriks Evaluasi Faktor External (External Factor Evaluastion Matrix – EFE Matrix) memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan informasi yang kompetitif. Matriks EFE dapat dikembangkan dalam lima langkah, yaitu: 1. Buat daftar faktor-faktor eksternal sebagai yang disebutkan dalam proses audit eksternal. Masukkan 10 sampai 20 faktor termasuk peluang dan ancaman, yang mempengaruhi perusahaan. Daftar terlebih dahulu peluang, kemudian ancamannya. Buat sespesifik mungkin dengan menggunakan presentase, rasio, dan perbandingannya jika dimungkinkan. 2. Berilah pada setiap faktor tersebut berkisar 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot tersebut mengindikasikan siginifikasi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Peluang seringkali mendapat bobot yang lebih tinggi daripada ancaman tetapi ancaman dapat diberi bobot tinggi terutama jika mereka sangat parah atau mengancam. Bobot yang sesuai dapat ditentukan dengan cara membandingkan pesaing yang berhasil dengan yang tidak berhasil atau melalui diskusi untuk mencapai konsensus group. Jumlah total seluruh bobot yang diberikan pada faktor itu harus sama dengan 1,0. 3. Berilah peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal utama untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor tersebut, dimana 4 adalah responnya sangat bagus, 3 adalah responnya diatas rata- 32 rata, 2 adalah responnya rata-rata, 1 adalah responnya dibawah rata-rata. Peringkat didasarkan pada keefektifan strategi perusahaan. Oleh karena itu, peringkat tersebut berbeda antar perusahaan, sementara bobot di langkah kedua berbasis industri. Penting untuk diperhatikan bahwa baik ancaman maupun peluang dapat menerima 1, 2, 3, atau 4. 4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot. 5. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel guna menentukan skor bobot total untuk organisasi. 2.6.2.2 Evaluasi Faktor Internal Menurut David (2011, p154), Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation Matrix – IFE Matrix) merupakan alat perumusan strategi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan diantara area tersebut. Mengutip dari pendapat David (2011, p154), Matriks Evaluasi Faktor Internal dapat dikembangkan dalam lima langkah, yaitu: 1. Buat daftar faktor-faktor internal utama sebagaimana yang disebutkan dalam proses audit internal. Masukkan 10 sampai 20 faktor internal, termasuk kekuatan maupun kelemahan organisasi. Daftar terlebih dahulu kekuatannya, kemudian kelemahannya. Buat sespesifik mungkin dengan menggunakan presentase, rasio, dan angka-angka perbandingan. 33 2. Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot yang diberikan pada suatu faktor tertentu menandakan siginifikasi relatif bagi keberhasilan industri perusahaan. Terlepas dari apakah faktor utama itu memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja organisasional harus diberi bobot tertinggi. Jumlah total seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3. Berilah peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat 1), lemah (peringkat 2), kuat (peringkat 3), atau sangat kuat (peringkat 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Oleh karena itu, peringkat berbasis perusahaan, sementara bobot di langkah 2 berbasis industri. 4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot bagi masing-masing variabel. 5. Jumlahkan skor bobot masing-masing variabel untuk memperoleh bobot total organisasi. 2.6.3 Tahap Pencocokan 2.6.3.1 Analisis SWOT Menurut David (2011, 210), Matriks SWOT (Strengths-Weakness-OpportunitiesThreats - SWOT) adalah sebuah alat pencocokan yang membantu perusahaan terutama bagi manajer dalam mengambil suatu keputusan maupun mengembangkan empat tipe strategi bisnis. Empat tipe strategi bisnis yang dapat dilakukan, yaitu: 1. Strategi SO (Strengths-Opportunities) 34 Untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal 2. Strategi WO (Weakness-Opportunities) Bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan mengambil keuntungan dari peluang eksternal 3. Strategi ST (Strenghts-Threats) Menggunakan kekuatan internal sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. 4. Strategi WT (Weakness-Threats) Merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari acaman eksternal. Matriks SWOT terdiri atas sembilan sel dimana terdapat empat sel faktor utama, yaitu empat sel strategi, dan satu sel kosong. Keempat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah melengkapi keempat sel utama, yaitu S, W, O, dan T. Tabel 2.2 Tabel SWOT Kekuatan (S) Kelemahan (W) Peluang (O) Strategi SO Strategi WO Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT Sumber: David (2011, p210) 35 Ada delapan langkah dalam membentuk matriks SWOT menurut David (2011, 211), yaitu: 1. Buat daftar peluang-peluang eksternal utama perusahaan. 2. Buat daftar ancaman-ancaman eksternal utama perusahaan. 3. Buat daftar kekuatan-kekuatan internal utama perusahaan. 4. Buat daftar-daftar kelemahan-kelemahan internal utama perusahaan. 5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya dengan sel strategi SO. 6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WO. 7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya pada strategi ST. 8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WT. 2.6.3.2 Matriks Internal Eksternal Menurut David (2011, p220-221), Matriks Internal Eksternal (Internal External Matrix – IE Matriks) didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu skor bobot IFE total pada sumbu x dan EFE total pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah; skor 2.0 sampai 2.99 dianggap sedang; dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah kuat. Pada sumbu y, skor bobot EFE total 1.0 sampai 1.99 dipandang rendah; skor 2.0 sampai 2.99 dianggap sedang; dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah tinggi. 36 Gambar 2.4 Matriks Internal Eksternal Sumber: David (2011, p221) Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian yang mempunyai perbedaan strategi implikasi, yaitu: 1. Ketentuan umum untuk divisi-divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai grow and bulid. Strategi yang intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integrasi (integrasi ke depan, belakang, dan horizontal) dapat menjadi paling tepat bagi divisi-divisi ini. 2. Divisi-divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat ditangani dengan baik melalui strategi hold and maintain. Penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang paling banyak digunakan dalam jenis divisi ini. 3. Ketentuan umum untuk divisi masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah harvest or divest. 37 2.6.4 Tahap Keputusan: Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Menurut David (2011, p224-228), Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan strategi yang akan diajalankan secara objektif dengan menggunakan stratego-strategi altrenatif. Secara konseptual, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang dibangun berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting dari eskternal dan internal. Ada enam langkah untuk mengembangkan QSPM, yaitu: 1. Buat daftar dari peluang kunci/ancaman perusahaan eksternal dan kekuatan/kelemahan internal perusahaan di kolom kiri QSPM. Informasi ini diambil secara langsung dari Matriks EFE dan Matriks IFE. 10 faktor kunci sukses eksternal dan internal harus dimasukkan dalam QSPM. 2. Tentukan bobot masing-masing faktor kunci eksternal dan internal. Bobot diidentifikasi dari Matriks EFE dan Matriks IFE. Bobot ini menunujukkan dalam kolom yang sebelah kanan fari faktor keberhasilan internal dan eksternal. 3. Memeriksa tahap 2 (pencocokan) dan indentifikasikan strategi alternatif bahwa organisasi harus mempertimbangkan penerapan. Rekam strategi ini di dalam baris atas dari QSPM. 4. Tentukan nilai Attractiveness Scores (AS). Berikan nilai angka yang mengindikasikan daya tarik dari setiap strategi yang diberikan dalam strategi alternatif. Attractiveness Scores (AS) ditentukan dengan memeriksa setiap factor kunci eksternal dan internal dengan pertanyaan. Peringkat untuk Attractiveness Scores (AS) adalah 1 = tidak menarik, 2 = cukup menarik, 3 = menarik, atau 4 = sangat menarik. 38 5. Hitung total dari Attractiveness Scores (TAS). Total Attractiveness Scores (TAS) dihitung dengan mengalikan Attractiveness Scores (AS) disetiap baris. Total Attractiveness Scores (TAS) diindikasikan dengan daya tarik dari setiap strategi alternative. 6. Hitung Sum Total Attractiveness Scores (STAS). Tambahkan total Attractiveness Scores dalam setiap strategi dari kolom QSPM. Sum Total Attractiveness Scores (STAS) menunjukkan strategi yang mana yang paling menarik dalam serangkaian alternatif strategi. Tabel 2.3 Matriks QSPM Alternatif Strategi Strategi A Strategi B Faktor-Faktor Utama Faktor Eksternal Utama 1. Ekonomi 2. Politik/Hukum/Pemerintah 3. Sosial/Budaya/Demografis/Lingkungan 4. Teknologi 5. Persaingan Faktor Internal Utama 1. Manajemen 2. Pemasaran 3. Keuangan/Akuntansi 4. Produksi/Operasi 5. Penelitian dan Pengembangan (R&D) 6. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Bobot AS TAS AS TAS 39 Sumber: David (2011, p225) 2.7 Proses Analisis Bertingkat 2.7.1 Definisi Proses Analisis Bertingkat Menurut Taylor (2005, p17), proses analisis bertingkat (Analytical Hierarchy Process - AHP) merupakan metode untuk mengurutkan alternatif keputusan dan memilih yang terbaik pada saat pengambilan keputusan memiliki beberapa alternatif yang dapat dipilih pada saat mengambil keputusan tertentu. AHP merupakan proses untuk menghitung nilai angka yang merangking tiap alternatif keputusan berdasarkan sejauh mana alternatif tersebut memenuhi kriteria pengambilan keputusan. Proses matematis secara umum yang tercakup dalam AHP adalah menetapkan preferensi pada tiap tingkat hierarki. 2.7.2 Perbandingan Pasangan Menurut Taylor (2005, p19), pada AHP pengambilan keputusan menentukan nilai atau skor tiap alternatif untuk suatu kriteria menggunakan perbandingan pasangan (pairwise comparison). Pada perbandingan pasangan pembuat keputusan membandingkan dua alternatif berdasarkan suatu kriteria tertentu dan mengindikasikan preferensi. Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan skala preferensi. 40 Tabel 2.4 Skala Preferensi Perbandingan Pasangan Tingkat Preferensi Nilai Angka Sama disukai 1 Sama hingga cukup disukai 2 Cukup disukai 3 Cukup hingga sangat disukai 4 Sangat disukai 5 Sangat disukai hingga amat sangat disukai 6 Amat sangat disukai 7 Amat sangat disukai hingga luar biasa disukai 8 Luar biasa disukai 9 Sumber: Taylor (2005, p19) 2.8 Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) Menurut Lenonard L. Berry, A. Parasuraman, dan Valerie A. Zeithaml (1985) dalam Rangkuti (2002. P22-23), penelitian mengenai kualitas yang dipersepsikan pelanggan (customer-perceived quality) industri jasa diidentifikasikan lima kesenjangan yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa, dan perbedaan persepsi mengenai kualitas jasa adalah: 1. Kesenjangan tingkat kepentingan konsumen dan persepsi manajemen (kesenjangan persepsi manajemen), yaitu adanya perbedaan antara penilaian pelayanan menurut pengguna jasa dan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa, karena pihak manajemen tidak selalu dapat merasakan secara tepat apa yang diinginkan oleh pelanggan. 2. Kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap tingkat kepentingan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa (kesenjangan spesifikasi kualitas). Kadangkala 41 manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan, namun gagal menyusun standar kerja yang jelas. 3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (kesenjangan penyampaian jasa). Ketidaksesuaian terjadi karena karyawan tidak mampu memenuhi standar kinerja atau bahkan ketidakmauan memenuhi standar kinerja yang ditetapkan. 4. Kesenjangan antara penyampaian jasa komunikasi eksternal (kesenjangan komunikasi), yaitu kesenjangan akibat ketidaksesuaian antara antara pelayanan yang dijanjikan dan pelayanan yang disampaikan. 5. Kesenjangan antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan (kesenjangan layanan jasa), yaitu pelanggan keliru mempersepsikan kualitas jasa yang diinginkan dari perusahaan. Menurut Rangkuti (2002, p43), ketidaksesuaian dari kelima kesenjangan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Satu kesenjangan, yaitu kesenjangan kelima yang bersumber dari sisi penerimaan pelayanan (pelanggan). 2. Empat macam kesenjangan, yaitu kesenjangan pertama sampai dengan keempat, bersumber dari sisi penyedia jasa (manajemen). 42 Gambar 2.5 Gap Model of Service Quality Sumber: Rangkuti (2002, p42) 2.8.1 Service Quality (SERVQUAL) Menurut Lenonard L. Berry, A. Parasuraman, dan Valerie A. Zeithaml (1985) dalam Rangkuti (2002. P28), menyatakan bahwa kualitas jasa (SERVQUAL) didefiniskan sebagai penyampaian jasa yang akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan. SERVQUAL digunakan untuk melakukan analisis kesenjangan dari kualitas kinerja layanan organisasi dari kebutuhan kualitas layanan. Hasil analisis kesenjangan digunakan untuk memprioritaskan atribut yang relatif penting dari persepsi-persepsi pelanggan. 43 Menurut Hoffman dan Bateson (2006, p341) SERVQUAL adalah suatu pengukuran skala kepuasan pelanggan dan pendapat sesuai dengan lima dimensi pedoman kulitas jasa. SERVQUAL terdiri dari bagian yang merekam pengharapan atas kepuasan pelanggan, dan bagian lain yang terdiri atas persepsi pelanggan mengenai perusahaan jasa atau lembaga penyedia layanan jasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa SERVQUAL adalah suatu pengukuran penyampaian jasa kepada pelanggan sesuai dengan lima dimensi pedoman kualitas jasa untuk memprioritaskan atribut yang relatif penting dari persepsi-persepsi pelanggan. Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) dalam Rangkuti (2002, p1819), ciri-ciri kualitas jasa dapat dievaluasi dalam lima dimensi besar, yaitu: 1. Berwujud/kasat mata (tangible), yaitu kemampuan perusahaan menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal, meliputi fasilitas fisik, peralatan, personel, serta sarana komunikasi. 2. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. 3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. 4. Jaminan (assuramce), yaitu pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan para karyawan untuk menumbukhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. 5. Empati (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan. 44 2.8.2 Matriks Importance & Performance Menurut Rangkuti (2002, p109-110), matriks Importance & Performance menggambarkan tingkat kepentingan menurut pelanggan, yang dikaitkan dengan pentingnya variabel dengan kenyataan yang dirasakan. Dari berbagai tingkat persepsi kepentingan pelanggan, dapat dirumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan, yang bertujuan untuk menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya variabel tersebut dimata pelanggan. Menurut Rangkuti (2002, p112-113), matriks Importance & Performance terdiri dari empat kuadran, yaitu: 1. Kuadran I, terletak di sebelah kiri atas (attributes to improve) Pada wilayah ini, faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan tetapi pada kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai dengan yang diharapkan, karena tingkat kepuasan yang diperoleh sangat rendah. Perusahaan harus melakukan perbaikan terus menerus sehingga performance faktor tersebut meningkat. 2. Kuadran II, terletak di sebelah kanan atas (maintain performance) Wilayah ini memuat faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan sudah sesuai dengan yang dirasakan oleh pelanggan sehingga tingkat kepuasan relatif tinggi. Faktor tersebut harus dipertahankan karena merupakan keunggulan di mata pelanggan. 3. Kuadran III, terletak di sebelah kiri bawah (attributes to maintain) Kuadran ini memuat faktor yang dianggap kurang penting bagi pelanggan, dan kinerjanya juga tidak terlalu istimewa. Peningkatan pada variabel ini perlu dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya sangat kecil terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan. 45 4. Kuadran IV, terletak di sebelah kanan bawah (main priority) Kuadran ini memuat faktor yang kurang penting bagi pelanggan, akan tetapi kinerjanya tinggi, atau mungkin terlalu berlebihan. Faktor tersebut dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya. Gambar 2.6 Matriks Importance and Performance Sumber: Rangkuti (2002, p111) 2.9 Teori Statistika 2.9.1 Populasi Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007, p38), populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syaratsyarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. 46 2.9.2 Sampel Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007, p49-50), sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Keuntungan sampel antara lain memudahkan untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan populasi, lebih efisien (dalam arti penghematan uang, waktu, dan tenaga), dan lebih teliti dalam pengumpulan data. 2.9.3 Teknik Sampling Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007, p40-41), teknik penarikan sampel atau teknik sampling adalah cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pada umumnya teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Probability Sampling, teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur untuk dipilih menjadi anggota sampel. 2. Non probability Sampling, teknik pengambilang sampel yang tidak memberi peluang yang sama untuk setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. 2.9.4 Teknik Pengolahan Sampel Menurut Umar (2002, p141), untuk menentukan berapa minimal sampel yang perlu diambil jika ukuran populasi diketahui, dapat menggunakan rumus Slovin. n= Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi N N.e 2 +1 47 e2 = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir. 2.9.5 Teknik Pengukuran Sampel Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007, p19), tipe skala dalam penelitian sosial adalah menggunakan skala sikap. Skala sikap yang sering digunakan adalah: 1. Skala Likert. Skala Likert biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. 2. Skala Guttman. Skala ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang bersifat tegas atau jelas dan konsistem terhadap suatu permasalahan, karena hanya terdiri dari dua jawaban. 3. Rating Skala. Pada skala ini, responden menjawab salah satu jawaban kuantitaif yang disediakan, dan ditafsirkan sebagai data kualitatif. 4. Diferensial Semantik. Diferensial Semantik, yaitu serangkaian karakteristik dua kutub dengan keadaan yang bertentangan, dan digunakan untuk menilai persepsi seseorang terhadap objek sosial. 5. Skala Thurstone. Skala ini meminta responden memilih pertanyaan yang disetujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. 2.9.6 Uji Validitas Menurut Riduwan (2004) dalam Riduwan dan Kuncoro (2007, p216) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan suatu alat ukur. 48 Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment (Riduwan dan Kuncoro, 2007, p217): rhitung = n(∑ XiYi) − (∑ Xi).(∑Yi) {n.∑ Xi 2 − (∑ Xi)2 }.{n.∑Yi 2 − (∑Yi)2 } Keterangan : r hitung = Koefisien korelasi ∑ Xi = Jumlah skor item ∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : thitung = r n−2 1− r 2 Keterangan : t = nilai t hitung r = Koefiisen korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden Jika t hitung > t tabel berarti data tersebut valid, sebaliknya jika t hitung < t tabel berarti data tersebut tidak valid. 2.9.7 Uji Reliabilitas Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007, p220-221), uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. 49 Menurut Nisfiannoor (2009, p216), terdapat beberapa pendekatan yang sering dilakukan untuk mencari koefisien reliabilitas suatu alat ukur yaitu: 1. Ukur ulang (test retest), yaitu pengukuran yang diberikan pada sekelompok subjek yang sama sebanyak dua kali dengan memberi tenggang waktu antara pengukuran pertama dan kedua. 2. Ukur setara (parallel fom/equivalent form/alternative form), yaitu dua perangkat test atau pengukuran yang mirip/parallel. 3. Sekali ukur (one shot), yaitu pengukuran diberikan satu kali pada sekelompok subjek. Alat tes yang disusun haruslah memiliki cukup banyak butir (pernyataan/pertanyaan) yang mengukur aspek yang sama. Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007, p220-221), Alpha Cronbach adalah teknik pengujian reliabilitas instrumen yang melibatkan semua butir dalam pengujian. Rumus Alpha Cronbach : " k %" ∑ Si % ' r11 = $ '$1− # k −1 &$# St '& Keterangan: r11 ∑ Si = Nilai reliabilitas = Jumlah Varians skor tiap-tiap item St = Varians total k = Jumlah item 50 2.10 Metode Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.10.1 Notasi Unified Modelling Language (UML) Menurut Whitten dan Bentley (2007, p370), UML (Unified Modelling Language) adalah serangkaian model konvensi yang digunakan untuk menentukan atau menggambarkan sebuat sistem software dalam sebuah objek. Menurut Satzinger et al (2005, p48) UML adalah serangkaian standar model konstruksi dan notasi yang dikembangkan secara spesifik untuk pengembangan objectoriented. Jadi dapat disimpulkan UML adalah serangkaian model dan notasi yang digunakan dan dikembangkan secara spesifik untuk menentukan, menggambarkan serta mengembangkan sebuah sistem software dalam object-oriented. 2.10.2 Object Menurut Whitten dan Bentley (2007, p372), object adalah sesuatu yang atau mampu dilihat, disentuh atau dirasakan dan data dan perilaku yang terkait dapat disimpan oleh user. Menurut Bennett et al (2006, p64), object adalah sebuah abstraksi dari sesuatu dalam problem domain yang mencerminkan kemampuan dari sistem yang menyimpan informasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa object adalah sebuah abstraksi yang dapat dilihat, disentuh atau dirasakan dalam sebuah problem domain yang saling terkait. 51 2.10.3 Object Oriented Analysis and Design (OOAD) Menurut Whitten dan Bentley (2007, p25), object oriented analysis and design merupakan sekumpulan dari alat dan teknik untuk pengembangan sistem yang akan mengutilisasi teknologi objek untuk mengkonstruksi sebuat sistem dan softwarenya. 2.10.3.1 Activity Diagram Menurut Satzinger et al. (2008, p141), activity diagram adalah sebuah tipe dari workflow diagram yang menggambarkan aktivitas dari user dan flow nya secara berurutan. Gambar 2.7 Simbol Activity Diagram Sumber: Satzinger et al. (2005, p145) 52 2.10.3.2 Domain Model Class Diagram Domain Model Class Diagram menurut Satzinger et al. (2005, p184), sebuah UML class diagram yang menggambarkan cara kerja problem domain classes, associations, dan attributes. Atributte adalah karakteristik dari sebuah objek yang memiliki nilai seperti ukuran, bentuk, warna, lokasi dan lain sebagainya. a. Class, yaitu tipe atau klasifikasi dari objek yang sama b. Methods, yaitu behaviours atau operasi yang menggambarkan apa yang dapat dilakukan oleh sebuah objek. c. Message, yaitu komunikasi dari objek yang saling berhubungan. Tabel 2.5 Notasi Class Diagram Keterangan Gambar Nama class Class -Atribute +method()() Message Multiply Sumber: Satzinger et al. (2005, p184) 0..1 ; 1 ; 1..1 ; 0..* ; * ; 1..* 53 2.10.3.3 Use Case Use case menurut Satzinger et al. (2005, p214), merupakan kegiatan yang sistem lakukan, biasanya dalam menanggapi permintaan oleh user. Tabel 2.6 Notasi Usecase Keterangan Gambar Automation Boundary Actor Actor Use Case Use Case Connection Sumber: Satzinger et al. (2005, p214) 2..10.3.4 System sequence Diagram System sequence Diagram menurut Satzinger et al. (2005, p226) adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan masuk dan keluarnya aliran informasi di dalam sistem. 54 Menurut Bennet et al (2006, p252-253), sequence diagram setara secara sematik dengan diagram komunikasi interaksi sederhana. Sequence diagram menunjukkan interaksi antara objek yang diatur dalam waktu sequence. Tabel 2.7 Notasi Sequence Diagram Keterangan Gambar Actor Actor Input Message Output message :System Object dan lifeline Sumber: Satzinger et al. (2005, p226) 2.10.3.5 User Interface Menurut Satzinger et al (2005, p444), user interface adalah segala yang berinteraksi dengan end user ketika menggunakan system. Delapan Aturan Emas Perancangan User Interface Dalam perancangan user interface terdapat pedoman delapan aturan emas menurut Shneiderman dan Plaisant (2010, p88-89) : 55 1. Berusaha untuk konsisten. Urutan tindakan yang konsisten sangat diperlukan dalam situasi serupa; terminologi identik harus digunakan dalam prompt, menu, dan help screens, dan tata letak warna yang konsisten, kapitalisasi, font, dan sebagainya harus diterapkan. 2. Memenuhi kegunaan yang universal. Mengenali kebutuhan pengguna yang beragam dan desain untuk plasticity, memfasilitasi transformasi konten/isi. 3. Memberikan umpan balik yang informatif. Untuk setiap tindakan/action pengguna, harus ada sistem umpan balik, seperti konfirmasi atau informasi suatu aksi. 4. Merancang dialog yang memberikan penutupan (keadaan akhir). Umpan balik yang didapatkan pengguna atas aksi-aksi yang telah mereka lakukan mamberikan kepuasan terhadap pengguna tersebut yang kemudian juga memberikan petunjuk untuk melanjutkan ke aksi berikutnya. 5. Mencegah error. Sistem yang telah dirancang sedemikian rupa dapat mencegah user dalam membuat kesalahan. 6. Memungkinkan pembalikan aksi yang mudah. Ada saatnya user tidak sengaja melakukan aksi yang tidak diinginkan, untuk itu maka user ingin melakukan pembatalan. Sistem harus mampu memberikan fungsi pembatalan ini agar user akan merasakan lebih aman dan tidak takut dalam mencoba memakai sistem tersebut. 56 7. Mendukung pusat kendali internal. User yang telah memiliki pengalaman sangat mengharapkan sebuah pengontrolan pada sistem, sehingga mereka menguasai sistem tersebut. 8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek. Keterbatasan memori pada manusia harus ditanggulangi oleh program dengan tidak banyak membuat user untuk melakukan proses penyimpanan memori. 2.11 Kerangka Pikir Dalam penulisan ini penulis menyusun kerangka pikir dengan menganalisis proses berjalan dengan menggunakan activity diagram. Setelah mendapatkan proses berjalan, penulis akan menganalisis nilai kesenjangan dengan menggunakan instrumen SERVQUAL dan mendapatkan permasalahan yang terjadi di dalam perusahaan. Lalu dilanjutkan dengan menganalisis kekuatan kompetitif dengan Model Lima Kekuatan Porter. Setelah mendapatkan analisis kompetitif, akan dilanjutkan dengan perumusan strategi dengan tiga tahap. Setelah perumusan strategi akan didapatkan hasil strategi dan ususlan pemecahan masalah. Pemecahan masalah adalah membuat suatu sistem yang akan diturunkan dalam pemetaan fitur aplikasi berdasarkan fase CRM dengan memperhatikan enam hal dari konsep social CRM. Perancangan sistem CRM akan menggunakan pendekatan OOAD dengan notasi UML. Setelah sistem dirancang, tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi kebutuhan sistem yang dilanjuti dengan jadwal implementasi sistem. Adapun kerangka pikir yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dapat digambarkan sebagai berikut: 57 Gambar 2.8 Kerangka Berpikir