BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pemasaran 2.1.1 Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). Komunikasi hakekatnya adalah proses peyimpanan pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan4. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam5. 2.1.2 Pemasaran Pemasaran (Marketing) adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia6. Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami 4 5 6 Effendy, O.U, 2005. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya. Bandung Wiryanto, DR., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga. PT Grasindo. Jakarta William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Wilhelmus W. Bokowatun, Erlangga, Jakarta, 1991, hlm. 5 9 pelanggan dengan baik sehingga produk/ jasa bisa sesuai dengan kebutuhannya sehingga terjual sendiri7. 2.1.3 Komunikasi Pemasaran Komunikasi Pemasaran adalah salah satu kegiatan pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan maupun produk agar bersedia menerima, membeli, dan setia kepada produk yang ditawarkan8. Pengertian komunikasi pemasaran sendiri yaitu sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung tentang produk yang mereka jual9. 2.2 Periklanan sebagai Proses Komunikasi Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media10. Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan pelayanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif11. Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk dan menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan12. Iklan bisa didefinisikan sebagai 7 Kotler, P & Keller, L. Kevin, 2009, Manajemen Pemasaran (Edisi Ke-13) Jilid 1, Jakarta, Erlangga, hal 5. 8 Ibid http://www.anneahira.com/pengertian-komunikasi-pemasaran.htm 9 10 Kasali, Rhenald, 1992. Manajemen Periklanan, Grafiti, Jakarta. Wright (Alo Liliweri), 1992. Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan, Citra Aditya Bakti, Bandung. 12 Durianto, Sugiarto, Widjaja dan Supraktino, 2003. Invasi Pasar Dengan Iklan Yang Efektif, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 11 10 bentuk komunikasi nonpersonal yang menjual pesan-pesan persuasif dari sponsor yang jelas untuk mempengaruhi orang membeli produk dengan membayar sejumlah biaya untuk media13. Iklan adalah komunikasi komersial dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak sebagai target melalui media yang bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah direct mail (pengeposan langsung), reklame ruang luar, atau kendaraan umum14. Communication is fundamental aspect of human existence and advertising is a communication (Komunikasi adalah aspek fundamental dari keberadaban manusia dan iklan adalah komunikasi)15. Periklanan merupakan kegiatan yang terkait pada dua bidang kehidupan manusia sehari-hari, yakni ekonomi dan komunikasi. Dalam bidang komunikasi, periklanan merupakan proses atau kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak-pihak sponsor (pemasang iklan), media massa, dan agen periklanan16. Suatu iklan dapat dikatakan efektif, apabila tujuan dari periklanan tersebut dapat terpacai dan terlaksana. Tujuan dari pembuatan iklan harus dapat menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pembeli tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan melalui media iklan tersebut17. 13 14 15 16 17 Kriyantono, 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta. Lee, Monle dan Johnson Carla, 2004. Prinsip-prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global, Prenada Media, Jakarta. O’Guinn, Thomas C, Chris T. Allen and Richard J. Semenik, 2000. Advertising & Integrated Brand Promotion, South-Western College Publishing, London. Suhandang, 2005. Periklanan: Manajemen, Kiat dan Strategi, Nuansa, Bandung. Purnama, Lingga, 2001. Strategic Marketing Plan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 11 Dengan adanya iklan berfungsi agar pesan yang disampaikan dalam iklan dapat sampai kepada audience. Ada beberapa fungsi iklan antara lain adalah sebagai berikut18: 1. Informing (Memberi Informasi) Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik mereka terhadap fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek (brand image) yang positif. Karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau khalayak luas dengan biaya yang relative rendah. Periklanan memfasilitasi pengenalan (introducing) merek-merek baru, meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (top of mind awareness) untuk merekmerek yang sudah ada dalam kategori produk yang matang. 2. Persuasing (Mempersuasi) Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Persuasi berbentuk mempengaruhi perntaan primer. Yakni, menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk., lebih sering iklan berupaya untuk membangun permintaan sekunder yaitu permintaan bagi perusahaan yang spesifik. 3. Reminding (Mengingatkan) Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen saat kebutuhan muncul yang berhubungan dengan produk yang 18 Shimp, A Terence, 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran, Erlangga, Jakarta. 12 diiklankan. Dampak periklanan di masa lalu memungkinkan merek pengiklan untuk hadir di benak konsumen sebagai suatu kandidat merek yang akan dibeli. 4. Adding Value (Memberikan Nilai Tambah) Periklanan mmberikan nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing. 5. Assisting (Bantuan Untuk Upaya Lain Perusahaan) Pada saat-saat lain, peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dari proses komunikasi pemasaran. Peran penting lain dari periklanan adalah membantu perwakilan penjualan. Iklan mengakili produk-produk penjualan dan memberikan pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum melakukan kontak personal dengan para pelanggan yang prospektif. Secara umum iklan mempunyai dampak untuk19 : 1. Menarik calon konsumen menjadi konsumen yang loyal selama jangka waktu tertentu. 2. Mengembangkan sifat positif calon konsumen yang diharapkan menjadi pembeli yang potensial di masa yang akan datang. 19 Kasali, Rhenald, 1995. Manajemen Periklanan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta. 13 Kesuksesan sebuah iklan tidak terlepas dari bagaimana cara untuk mengembangkan komunikasi yang efektif. Seorang komunikator pemasaran dalam mengembvangkan program komunikasi dan promosi totalnya harus memperhatikan langkah-langkah yang terstruktur. Mulai dari mengidentifikasi audiens yang dituju, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih saluran komunikasi, menentukan anggaran promosi, membuat putusan atas bauran promosi, mengukur hasil promosi, mengelola dan mengkoordinasikan proses komunikasi pemasaran terintergrasi20. Iklan akan dapat digunakan untuk mencapai paling tidak salah satu dari efek berikut: tahap kognitif yang mengindikasikan bahwa pesan telah diterima; tahap afektif yang mengindikasikan bahwa perkembangan sikap (suka atau tidak suka) terhadap produk atau perusahaan; dan tahap perilaku yaitu respon actual yang dilakukan oleh audience sasaran21 2.3. Sikap Sikap adalah suatu keadaan mental yang bereaksi pada situasi tertentu dalam berbagai kesempatan. Sikap merupakan prediposisi yang dipelajari, perasaan yang kita rasakan terhadap suatu objek, seseorang ataupun ide yang akhirnya merujuk pada perilaku tertentu22. Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Pembentukan sikap konsumen (consumer attitude formation) seringkali menggambarkan hubungan antara kepercayaan, sikap, dan perilaku. Kepercayaan, 20 Kotler, Philip, 2008. Manajemen Pemasaran, Indeks, Jakarta. Guiltinan, Joseph P., Gordon W Paul, Thomas J Madden, 1997. Marketing Management: Strategies and Program. Sixth Edition, McGraw-Hill Companies, Inc. 22 Wells, William, John Burnett, and Sandra Moriarty. 2000. Advertising: Principles dan Practise. Fifth Edition. Upper Sadle River. New Jersey: Prentice-Hall International Inc. Hal 102 21 14 sikap dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk (product attribute). Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk., konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk23. Sikap menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak, baik perasaan emosional dan kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan. Sikap konsumen merupakan suatu respon yang diberikan oleh pesan iklan dan ditangkap oleh konsumen. Setelah seseorang menyelesaikan pencariannya akan informasi dan melakukan evaluasi yang luas atas berbagai kemungkinan, hasilnya adalah pembentukan suatu sikap terhadap alternatif-alternatif yang dipertimbangkannya. Sikap merupakan suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang memberikan respon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan24. Sikap yang sudah terbentuk masih berkemungkinan untuk dipengaruhi faktor-faktor lain sebelum akhirnya menjadi perilaku. Faktor-faktor tersebut dapat mendukung sikap semakin positi atau justru sebaliknya, membuat sikap menjadi negatif. Oleh karena itu, pada akhirnya hubungan antara sikap dan perilaku tidak selalu terjadi karena adanya banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku25. Objek sikap yang terdapat dalam konsep sikap diatas adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan sikap tertentu terhadapnya, mencakup: produk, kategori produk, brand, jasa, kepemilikan, kegunaan produk, kejadian/ isu-isu, individu, 23 Mowen dan Minor. 1998. dalam Sumarwan, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya). Bogor. Ghalia Indonesia 24 Purnama, Lingga. 2001. Strategic Marketing Plan, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 25 Belch, G.E, & Belch, M.A.2003. Advertising and Promotion, An Integrated Marketing Communication Perspective. Sixth Edition. New York. McGraw Hill. Hal 119 15 iklan, website internet, harga, media maupun retailer26. Dalam bidang pemasaran dan periklan, sikap digunakan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap iklan., produk, atau merek. Sikap positif yang kuat akan mengarah pada brand awareness dan loyalty27. 2.3.1. Sikap pada Iklan Sikap terhadap iklan adalah gambaran perasaan memyenangkan maupun tidak menyenangkan dari khalayak terhadap suatu eksekusi iklan28. Sikap pada iklan telah dianggap sebagai indicator terbaik oleh beberapa akademisi dan praktisi periklanan dalam mengukur efektivitas suatu iklan29. Sikap pada iklan mampu menimbulkan dampak terhadap sikap pada merek melebihi kemampuan iklan itu sendiri sebagai penyampai informasi atribut. Sikap pada umumnya lebih difokuskan pada komponen afektif, untuk menilai bagaimana derajat persaan positif, atau negatif seseorang terhadap suatu objek. Namun orang akan menyukai sesuatu setelah mengevaluasinya secara kognitif. Beberapa peneliti pun yakin bahwa sikap pada iklan mempunyai dua komponen berbeda yaitu komponen afektif yang merefleksikan efek langsung dari perasaan yang timbul oleh iklan, dan komponen kognitif yang merefleksikan penilaian khalayak mengenai seberapa baik dan bergunanya iklan itu dan informasi di dalamnya30. Sikap akan terbentuk dari alur berpikir (kognitif), perasaan (afektif) dan berperilaku (konatif). 26 Schiffman and Lazar Kanuk, 2000, Costumer behaviour, Internasional Edition, Prentice Hall. Hal 200 Wells, William, John Burnett, and Sandra Moriarty. 2000. Advertising: Principles dan Practise. Fifth Edition. Upper Sadle River. New Jersey: Prentice-Hall International Inc. Hal 107 28 Belch, G.E, & Belch, M.A.2003. Advertising and Promotion, An Integrated Marketing Communication Perspective. Sixth Edition. New York. McGraw Hill. Hal 161 29 Schall, Lawrance D. dan Charles W. Haley, 1991, Introduction to Financial Management, McGraw-hill Inc, Singapore 30 Aaker, David, J.G. Mayers & R. Batra .1996. “Advertising Management”, Fifth Edition,Prentice Hall, Internasional Inc. Hal 250 & 293 27 16 Sikap terhadap iklan sendiri didefinisikan sebagai predisposisi untuk memberikan respon terhadap rangsangan iklan tertentu pada saat terpaan iklan terjadi31. Respon terhadap suatu produk tidak hanya dipengaruhi oleh perasaan (afeksi) konsumen terhadap produk tersebut, namun juga terpengaruh oleh evaluasi atau penilaian (kognisi) mereka terhadap iklan produk32. 2.3.2. Sikap pada Merek Merek sebagai suatu symbol yang digunakan untuk membedakan suatu produk atau jasa dari sebuah perusahaan dengan perusahaan lainnya33. Merek lebih luas daripada produk. “A product is something that is made in factory; a brand is something that is bought by the consume”. Merek memiliki eksistensi lebih ketimbang actual product/ service, karena merek memiliki nyawa tersendiri yang dapat mendukung produk seutuhnya, serta dapat membawa nilai dan identitas tersendiri ke dalam area produk baru. Maka dari itu merek adalah keseluruhan kombinasi dari produk dan nilai tambahan (added value)34. Sikap pada merek merupakan kesimpulan-kesimpulan dari evaluasi yang kita lakukan dengan merefleksikan preferensi kita untuk bebrbagai jenis produk dan jasa35. Sikap terhapa merek merupakan kecenderungan untuk mengevaluasi merek secara menyenangkan atau tidak mnyenangkan36. Sebuah merek menjadi lebih kuat (sehingga mempunyai lebih banyak konsumen yang loyal) ketika 31 Shimp, Terence A. 2000. Periklanan Promosi. Jakarta. Erlangga. Hal 226 Solomon M.R. 2002. Consumer Behavior: Buying, Having and Being. 33 Jean-Noel Kapferer. 2000. Startegic Brand Management. India : New Delhi Kogan Page. Hal 187 34 Alvin A Arens, Randal, Mark, 2003. Auditing dan Pelayanan Verivikasi, Edisi Kesembilan, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Amir Abadi Yusuf, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta. Hal 4 35 Ibid 36 Wells, William, John Burnett, and Sandra Moriarty. 2000. Advertising: Principles dan Practise. Fifth Edition. Upper Sadle River. New Jersey: Prentice-Hall International Inc. Hal 196 32 17 memiliki perbedaan yang lebih besar dengan merek lain. Oleh karena itu, sikap pada merek adalah tujuan komunikasi yang penting. Suatu merek yang dikenal oleh pembeli akan menimbulkan minat konsumen untuk mengambil keputusan pembelian. Dampak dari simbol suatu produk memberikan arti didalam pengambilan keputusan konsumen sebab simbol image merupakan hal penting dalam iklan dan mempunyai pengaruh dalam minat untuk membeli37. Terdapat empat dimensi untuk mengukur sikap pada iklan, yakni good mengacu pada bagus tidaknya sebuah iklan, like mengacu pada kesukaan konsumen pada sebuah iklan, not irritating mengacu pada tidak terganggunya konsumen dengan sebuah iklan, dan interesting mengacu pada ketertarikan konsumen pada sebuah iklan38. 2.4 Hierarki Efek Sikap konsumen terbentuk melalui tahapan-tahapan langkah yang akan dipaparkan pada Model “Hierarki Efek”. Hierarki Efek merupakan gambaran dari sikap konsumen. Sikap memiliki 3 komponen yakni: kognitif, afektif, dan konatif 39. Ketiga tahapan tersebut merupakan bagian dari langkah Hierarki Efek dalam proses pembentukan keputusan konsumen. Uraian ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut 40 : 1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap. 37 Cobb‐Walgren, Cathy J., Cyntia A. Ruble, and Naveen Donthu, 1995. “Brand Equity, Brand Preference, and Purchase Intent”, Journal of Advertising, XXIV (Fall). Hal 25‐40. 38 Gardner.1985 .dalam www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/126663-6033 39 Morgan dan King, 1975;Krech dan Ballacy, 1963,Howard dan Kendler 1974, Gerungan, 2000 40 Bimo Walgito. 2001. Psikologi Sosial. Penerbit Andi. Yogyakarta 18 2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif. 3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap. Selain itu, seperti yang akan dikemukakan dalam model Hierarchy of Effect bahwa sikap pada merek terbentuk dari reaksi emosional dimana reaksi tersebut berada pada tahap afektif41. Model Hierarki Efek memaparkan bagaimana konsumen melewati tahapan-tahapan yang terdiri dari beberapa proses mental ketika melihat terpaan iklan suatu produk yang pada akhirnya memutuskan untuk membeli produk tersebut. Model Hierarki Efek yaitu model komunikasi pemasaran yang menunjukkan bahawa ada enam langkah dari melihat iklan produk (iklan) untuk pembelian produk. Tugas pengiklan adalah untuk mendorong pelanggan untuk melalui enam langkah tersebut sampai membeli produk. Model Hierarki Efek menunjukkan poses dimana iklan berkerja. Iklan mempengaruhi konsumen melalui beberapa tahapan dalam urutan, dimulai dari kesadaran pertama mengenai produk atau jasa hingga tahap pembelian yang sesungguhnya. Alasan mendasar dari model ini ialah bahwa iklan berkerja setelah selang beberapa waktu, bukan secara instan. Pesan iklan yang disampaikan tidak langsung mempengaruhi 41 De Pelsmacker P. Geuens M. Van Den Bergh J. 2001. "Marketing Communications." Financial Times/Prentice Hall. Hal 124 & 60 19 kepada tindakan tetapi didahului dengan beberapa tingkatan sebalumnya, dimana setiap tingkatan harus terpenuhi sebelum naik ke tingkatan berikutnya. Proses atau cara kerja periklanan yang telah dijelaskan tersebut lebih lanjut dapat digambarkan sebagai berikut42 : Gambar 2.1 Model Hierarki Efek Awareness Cognitive Knowledge Liking Preference Affective Conviction Conative Purchase Sumber : Robert J Lavidge dan Gary A Steiner (1961) Hierarki Efek terbagi menjadi tiga tahap perilaku konsumen yaitu, kognitif, afektif dan konatif yang terdiri dari enam langkah tahapan tindakan konsumen: 1. Kognitif adalah tahap berpikir sehingga konsumen menjadi sadar produk dan mengumpulkan pengetahuan tentang produk. Tahap kognitif mengarah pada usaha mental yang dilakukan secara sadar untuk memahami informasi yang ditampilkan43. Pada tahap kognitif, konsumen melakukan proses berpikir secara mental yang mengarah pada awareness dan knowledge dari merek yang dikomunikasikan. Kesadaran (awareness) 42 43 eprints.undip.ac.id/23909/1/KARTIKA_E.R_-_D2C005177.pdf Wells, Burnett, and Moriarty. 1989. Advertising Principles and Practice. New Jersey. Prentice Hall. Hal 197 20 adalah proses penerimaan pesan melalui indera-indera pada titik terpaan awal sehingga menuju pada suatu kesadaran44. Pelanggan menjadi sadar akan produk melalui iklan. Namun tidak ada jaminan bahwa pelanggan akan menyadari merek tersebut setelah melihat iklan tersebut karena pelanggan banyak melihat iklan produk setiap hari tetapi hanya sebagian kecil dari produk yang diingat oleh pelanggan. Sedangkan knowledge adalah pengetahuan yang dimiliki konsumen mengenai produk. Pesanpesan yang disampaikan dalam iklan harus mengandung informasiinformasi mengenai produk. Informasi tersebut akan dijadikan sebagai pengetahuan konsumen mengenai produk tersebut45. Pelanggan mulai mendapatkan pengetahuan tentang produk misalnya melalui internet, ritel dan kemasan produk. Di dunia digital saat ini, langkah ini telah menjadi kebutuhan bagi konsumen yang berharap untuk mengumpulkan pengetahuan produk. Konsumen akan cepat pindah ke merek pesaing jika mereka tidak mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Pekerjaan pengiklan adalah untuk memastikan informasi produk mudah tersedia. 2. Afektif adalah tahap merasakan sehingga konsumen menyukai merek produk dan memiliki keyakinan di dalamnya. Pada tahap afektif, respon emosional atau persaan yang terjadi ketika diasosiasikan dengan merek yang diiklankan dan sikap terhadap merek mulai terbentuk46. Tahap afektif terdiri dari perasaan suka (liking), preferensi (preference) dan keyakinan 44 Duncan, Tom. 2002. Principles of Advertising & IMC, 2nd ed – International Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin (series in marketing). Hal 171 45 Jefkins Frank. 1995. Periklanan. Jakarta. Erlangga. Hal 242 46 De Pelsmacker P. Geuens M. Van Den Bergh J. 2001. "Marketing Communications. 509 p." Financial Times/Prentice Hall. Hal 60 21 (conviction). Liking dimana konsumen merasa suka atau tidak suka terhadap suatu produk. Liking menjadi suatu hal yang penting karena sebagian besar iklan berusaha untuk membangun sikap yang positif terhadap suatu produk47. Liking adalah sebuah langkah untuk memastiukan bahwa pelanggan menyukai suatu produk. Preferance adalah keadaan konsumen cenderung lebih menyukai produk yang satu disbanding produk yang lainnya. Pada tahap preference konsumen mungkin ingin lebih dari satu merek produk dan bisa berakhir membeli salah satu dari produk tersebut. Pada tahap ini pengiklan yang ingin konsumen untuk memutuskan hubungan dari produk pesaing dan fokus pada produk tertentu mereka. Pengiklan ingin menonjolkan manfaat merek mereka dan poin penjualan unik sehingga konsumen dapat membedakan dari merek pesaing. Dan conviction berarti keyakinan yang sudah tertanam kuat dalam pikiran seseorang. Iklan yang diciptakan harus memiliki kemampuan untuk memunculkan keyakinan bahwa konsumen memang layak untuk melakukan pembelian dan hal tersebut akan memberikan kepuasan sebagaimana mereka inginkan48. Pada tahap ini pengiklan dapat mendorong keyakinan dengan memungkinkan konsumen menguji atau mencoba sampel produk seperti mengundang konsumen pembeli mobil untuk melakukan test drive atau menawarkan sampel gratis produk makanan. Ini meyakinkan konsumen bahwa pembelian akan menjadi tepat. 47 48 Wells, William; John, Burnett; Sandra, Moriarty. 1996. Advertising: Principles and Practice. Ninth Edition Prentice Hall. New Jersey. Enggel Woods Clifts. Jefkins Frank. 1995. Periklanan. Jakarta. Erlangga. Hal 242 22 3. Konatif adalah bentuk perilaku konsumen atau tindakan sehingga konsumen membeli merek produk. Pada tahap ini terjadi proses purchase yaitu intruksi yang berasal dari diri konsumen untuk membeli sebuah produk atau melakukan tindakan yang berhubungan dengan pembelian. Pada tahap ini harus sederhana dan mudah, jika tidak pelanggan akan merasa kecewa dan pergi tanpa pembelian. Model ini dikenal sebagi “hierarki” karena jumlah konsumen bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya. Mungkin ada banyak konsumen yang melihat iklan produk tetapi tidak semua orang akan melakukan pembelian. Dibutuhkan banyak tahapan mulai dari kesadaran sampai ke tahap akhir pembelian, sehingga perusahaan perlu memastikan bahwa mereka telah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan pelanggan dari keyakinan untuk menyelesaikan ke tahap akhir dari pembelian49. Dari beberapa tahapan diatas, untuk pengaruh lebih ditekan pada tahap afektif atau perasaan konsumen. 2.5 Elemen-Elemen Iklan Suatu iklan yang baik dapat menciptakan citra positif, untuk itu diperlukan usaha-usaha periklanan yang efektif sehingga mampu memberikan informasi yang akan memperkuat kesadaran dan pengetahuan terhadap produk yang diiklankan khususnya iklan televisi. “Television is the most powerfull advertising medium of all because it incorporates sight, sound and montion”, (televisi merupakan media 49 Robert J. Lavidge and Gary A. Steiner. 1996. A Model For Predictiv Measurement of Advertising Effectiviness. Journal of Marketing 23 periklanan yang sangat ampuh dibandingkan media lainnya karena menggabungkan pengelihatan, suara dan gerak)50. Tanggapan atau reaksi pemirsa terhadap elemen-elemen iklan terjadi melalui langkah-langkah dari suatu rangkaian respon yang disebut processing. Processing dapat didefinisikan sebagai reaksi segera dari pembeli potensial atas elemen-elemen iklan. Reaksi tersebut terjadi ketika permirsa sedang melihat, mendengar maupun mengingat tentang iklan. Reaksi-reaksi pemrosesan dipakai untuk merangsang atau mendorong elemen-elemen yang terdapat dalam periklanan secara detail dan rinci. Elemen dan stimuli ini tergantung pada media periklanan yang dipakai, dapat berupa gambar-gambar, kata-kata yang terdengar atau terlihat, musik atau lainnya. Kreatifitas sangat diperlukan untuk menciptakan keterkaitan antara iklan dengan faktor emosi51. Elemen-elemen iklan antara lain52: 1. Suara Terdiri dari kata-kata yang didengar dalam sebuah iklan, yang membuat konsumen dapat mengerti maksud akan iklan tersebut. 2. Musik Ilustrasi musik yang digunakan saat iklan ditayangkan. Musik sebagai elemen iklan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu jingle dan mlatar belakang. 50 Russel, T. J. & Lane, W. R. 1990 Tata Cara Periklanan Klepner. 2th Edition. Jakarta: Erlangga. Hal 169 Rossiter, J. Percy, L. 1987. Advertising and Promotion Management. USA. McGraw Hill. Hal 197 52 Ibid 51 24 3. Kata-kata Kata-kata yang terlihat pada tayangan iklan untuk memperjelas iklan tersebut. Kata-kata yang digunakan harus mendukung manfaat produk yang dikomunikasikan dalam iklan. 4. Gambar Meliputi gmbar-gambar yang digunakan dalam tayangan iklan yang berhubungan dengan objek yang diiklankan. 5. Warna Komposisi keserasian warna dan pengaturan pencahayaan yang digunakan dalam iklan. 6. Gerakan Gerakan yang terlihat pada saat tayangan iklan yang dapat mempengaruhi emosi seseorang untuk larut di dalamnya meliputi fragmen cerita dari adegan yang ditampilkan.