Obama Datang, Sektor Riil Berkembang Pande Raja Silalahi, Ekonom. Selasa, 9 Nopember 2010 JAKARTA (Suara Karya): Kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama ke Indonesia bisa berdampak positif terhadap perekonomian nasional, terutama mendorong kinerja investasi di sektor riil dan energi, industri pertahanan, di samping menormalisasi kerja sama pertahanan RI-AS. Harapan ini beralasan karena visi dan orientasi kebijakan Presiden Obama punya banyak titik singgung dengan semangat revitalisasi ekonomi nasional. Demikian rangkuman pendapat ekonom Pande Raja Silalahi, pengamat ekonomi Sri Adiningsih, anggota Komisi I DPR Fraksi Partai Golkar Fayakhun Andriadi, anggota Komisi I DPR Nurhayati Ali Assegaf, dan juga beberapa menteri secara terpisah di Jakarta, kemarin, terkait kunjungan kenegaraan Presiden AS Barack Obama di Indonesia selama 9-10 November. Presiden Obama sendiri dijadwalkan tiba di Indonesia Selasa ini, meski hingga kemarin petang kalangan pejabat tinggi AS menyatakan masih terus memantau perkembangan sebaran abu vulkanik letusan Gunung Merapi. Mereka beralasan, tak hendak berisiko atas abu vulkanik yang bisa mengganggu pernapasan, di samping gangguan abu terhadap penerbangan juga harus diwaspadai. Sementara itu, Juru Bicara Kepresidenan Teuku Faizasyah kemarin mengaku belum mendengar ihwal pembatalan kunjungan Presiden AS ke Indonesia. Menurut dia, Presiden Obama tetap dijadwalkan berkunjung ke Indonesia selama 9-10 November 2010. Obama diagendakan mengadakan pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyaksikan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Komprehensif Indonesia-AS, mengunjungi Masjid Istiqlal Jakarta, serta memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia. Menurut Sri Adiningsih, Presiden Obama sudah memberi contoh kebijakan untuk memperkuat ekonomi nasional melalui investasi langsung, khususnya di sektor industri pengolahan dan manufaktur. Sejak awal, katanya, Obama berkomitmen mengusung kebijakan yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja dan penurunan angka pengangguran. Obama tampil menjadi presiden ketika krisis finansial global menerpa. Dia memulai langkah sebagai presiden dengan melakukan perkuatan ekonomi AS dengan menempatkan sektor riil sebagai prioritas. "Salah satunya dengan merestrukturisasi industri otomotif," kata Adiningsih. Menurut dia, selain di sektor pertambangan serta migas, investasi dari AS juga bisa diarahkan ke sektor industri pengolahan dan manufaktur. "Kalau dia (Obama) berkomentar positif tentang Indonesia, investasi di sektor riil niscaya jadi terdorong," tuturnya. Senada dengan itu, Pande Radja Silalahi menuturkan bahwa potensi peningkatan kerja sama RI-AS di bidang investasi, terutama di sektor pertambangan, migas, perdagangan, juga industri sangat ditentukan oleh tindak lanjut masing-masing institusi di kedua negara. Tapi dia menekankan, pemerintah harus bisa "menggiring" Obama saat berkunjung ke Indonesia ini agar menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang kondusif untuk tujuan investasi. "Jika Obama bicara begitu, investasi kita niscaya bergairah. Bukan hanya pemodal AS, tapi investor di negara-negara lain pun bisa diharapkan tergerak menanam modal secara langsung di Indonesia," tutur Pande. Sementara itu, Fayakhun Andriadi meminta Presiden Barack Obama membuktikan atensinya untuk memperkuat kerja sama militer AS-RI, khususnya di bidang pendidikan dan peningkatan alat utama sistem pertahanan. "Peningkatan kerja sama militer di kedua negara ini jangan lagi diembel-embeli masalah HAM dan lain sebagainya sebagai prasyarat," kata Fayakhun. Sementara Nurhayati Ali Assegaf berharap kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia memperlancar dan memperkuat normalisasi kerja sama pertahanan kedua negara tersebut. Kehadiran Obama di Indonesia, katanya, hendaknya bisa memuluskan proses peremajaan alat utama sistem persenjataan TNI, seperti modernisasi pesawat tempur F-16 dan Hercules, juga menjamin tidak ada embargo peralatan militer di kemudian hari. Dia juga berharap, kerja sama latihan Kopassus dan tentara AS diharapkan bisa pulih. "Saya mengikuti upaya menormalisasi hubungan militer RI-AS. Normalisasi hubungan pertahanan kedua negara, terutama yang melibatkan Kopassus, diharapkan bisa dilanjutkan dengan baik, dan segera terlaksana tanpa tekanantekanan," kata Nurhayati. Dia menambahkan, kunjungan Obama diharapkan bisa membuat citra Indonesia di mata dunia internasional terangkat positif. "Kita harapkan juga, Indonesia menjadi mitra sejajar bagi AS--bukan kita berada di bawah atau di atas negara itu. Kalau AS menganggap Indonesia sebagai negara besar, kedua negara harus bisa bermitra secara sejajar," tutur Nurhayati. Dalam kesempatan terpisah, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, kedatangan Presiden Barack Obama ke Indonesia diharapkan dapat mendorong investor AS melakukan penanaman modal di bidang energi terbarukan. "Kita ingin ada transfer teknologi di bidang energi terbarukan. Kita juga berharap ada investasi di bidang teknologi maupun dalam pengelolaan energi terbarukan," katanya. Menurut Hatta, selain soal energi, kedua negara itu juga akan membahas isu perubahan iklim, perdagangan, pendidikan, dan pertanian. "Di bidang pertanian, kedua negara akan membahas penyesuaian teknologi yang sesuai dengan kondisi perubahan iklim, sehingga produksi pertanian meningkat," tutur Hatta. Selama ini, investasi AS di Indonesia dominan di sektor migas. Karena itu, menurut Hatta, pemerintah merasa perlu mengusahakan pengembangan investasi AS ke sektor-sektor lain. Indonesia berupaya meningkatkan nilai perdagangan dengan AS hingga mencapai 35 miliar dolar AS. Saat ini nilai perdagangan kedua negara baru sekitar 20 miliar dolar AS dengan posisi surplus di pihak Indonesia. Mengenai proyek investasi yang diminati pengusaha AS, sejumlah perusahaan negara itu, seperti GE dan Caterpillar, sudah memiliki rencana investasi di Indonesia. Terkait itu, Menperind MS Hidayat mengatakan, investasi perusahaan asal AS di Indonesia akan menembus angka 1 miliar dolar AS dalam beberapa tahun mendatang. "Investasi AS di Indonesia memang masih kecil dibanding negara Asia seperti Jepang dan Korea. Saya harap, investasi AS bisa meningkat usai kedatangan Obama ke Indonesia ini," kata Hidayat. Menurut dia, pemerintah mengarahkan perusahaan AS berinvestasi di sektor alat berat dan permesinan. Sejauh ini, beberapa perusahaan AS sudah masuk ke sektor alat berat, seperti Caterpillar Inc. Caterpillar berencana menanam modalnya sekitar 500 juta dolar AS. Investasi ini akan direalisasikan pada tahun depan. Hidayat juga berharap, investasi dari pelaku usaha asal AS tidak hanya pada sektor pertambangan serta minyak dan gas, tetapi juga meluas ke sektor industri pengolahan dan manufaktur. "Saya berharap pemulihan ekonomi AS bisa lebih cepat. Saat ini masih berjalan," ucapnya. Sementara itu, Wakil Menperdag Mahendra Siregar mengatakan, pemerintah siap memperkuat kerja sama di bidang perdagangan dan investasi dengan AS. Apalagi, AS tercatat sebagai salah satu negara tujuan ekspor terbesar dan sumber investasi penting Indonesia. Menurut dia, seiring pertumbuhan ekonomi yang pesat, Indonesia membutuhkan investasi yang cukup besar, dan AS merupakan sumber investasi terbesar. Bahkan, termasuk dalam tiga negara investor terbesar di Indonesia. (Bayu/Kentos/Andrian/Victor)