BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Penelitian ini bersifat asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala (Sugiyono, 2004). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012) metode survai digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya. Metode kuantitatif disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme, realitas dipandang sebagai sesuatu yang kongkrit, dapat diamati dengan panca indera, dapat dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna dan perilaku, tidak berubah, dapat diukur dan diverifikasi. Dengan demikian dalam penelitian kuantitatif, peneliti dapat menentukan hanya beberapa variabel saja dari obyek yang akan diteliti, dan kemudian dapat membuat instrumen untuk mengukurnya. Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut 53 http://digilib.mercubuana.ac.id/ metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2012). 4.2. Variabel Penelitian Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady dalam Sugiyono, 2012). Kerlinger dalam Sugiyono (2012) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Dibagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda. Dengan demikian variabel itu merupakan suatu yang bervariasi. Selanjutnya Kidder dalam Sugiyono (2012) menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Sugiyono (2012) merumuskan variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variable penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiyono (2012) menyatakan bahwa menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi: a. Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor. variabel bebas. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai Variabel bebas adalah merupakan variabel yang 54 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). b. Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. c. Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen ke dua. d. Variabel Intervening: adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. e. Variabel Kontrol: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Menurut Haryono dan Wardoyo (2013) variabel-variabel yang terdapat dalam analisis Structural Equation Modeling (SEM) antara lain adalah: 55 http://digilib.mercubuana.ac.id/ a. Variabel Tersembunyi (Un-observed/Latent). Dalam SEM, unobserved variabel sering disebut juga dengan istilah laten, konstruk atau tak teramati. Menurut Latan (2012:8) Unobserved variabel merupakan variabel yang tidak dapat diukur atau diobservasi secara langsung tetapi melalui indikator atau manifest variabelnya. Unobserved dapat berupa variabel eksogen, variabel endogen atau variabel moderating ataupun intervening. b. Variabel Teramati/Manifest (Observed). Menurut Latan (2012:8) observed variabel merupakan variabel yang dapat diukur secara langsung atau variabel yang menjelaskan unobserved variabel yang diukur. Observed variabel juga sering disebut juga dengan istilah manifest variabel, indikator atau variabel teramati. Observed variabel dapat juga berupa variabel independen, variabel dependen atau variabel moderating maupun intervening, walaupun hal tersebut jarang terjadi. Menurut Hair et. al (1995) dalam Kurniawan dan Yamin (2009:6) pengertian variabel manifest (manifest variable) adalah sebagai berikut: [“... nilai observasi untuk bagian spesifik yang dipertanyakan, baik dari responden yang menjawab pertanyaan (misalnya, kuesioner) maupun observasi yang dilakukan oleh peneliti.”] c. Variabel Reflektif Vs Formatif. Menurut Bollen (1989) dalam Ghozali (2008b:7) pemilihan konstruk berdasarkan model refleksi atau model formatif tergantung dari prioritas hubungan kualitas antara indikator dan variabel laten. Lebih jauh dinyatakan oleh Fornell dan Bookstein (1982) 56 http://digilib.mercubuana.ac.id/ bahwa konstruk dipandang sebagai faktor yang menimbulkan sesuatu yang diamati sehingga indikatornya bersifat refleksi. Sebaliknya jika konstruk merupakan kombinasi penjelas dari indikator yang ditentukan oleh kombinasi variabel maka indikatornya harus bersifat formatif. Dalam SEM, variabel-variabel teramati atau indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur sebuah variabel laten bersifat reflektif, dikatakan demikian karena variabel-variabel teramati tersebut dipandang sebagai indikator-indikator yang dipengaruhi oleh konsep yang sama dan yang mendasarinya (yaitu variabel laten). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: - Penerimaan Pemasaran mobile sebagai variabel laten, konstruk endogen, dan variabel dependen - Menyediakan Konten, Membagi Konten dan Mengakses Konten masingmasing sebagai variabel laten, konstruk endogen, dan variabel dependen - Penerimaan Resiko dan Karakter Personal sebagai variabel laten, konstruk eksogen, dan variabel independen. 4.2.1. Definisi Konseptual Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah variabel penerimaan resiko dan karakter personal dalam menggunakan alat komunikasi bergerak. Sultan et. al (2009) mendefinisikan penerimaan resiko sebagai kecenderungan individu untuk menyediakan informasi personal sehingga dapat berpartisipasi dalam promosi pemasaran online agar dapat memperoleh kesempatan mendapatkan hadiah, 57 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mengikuti suatu kontes, atau mendapatkan diskon. Sementara karakter personal mengacu kepada seberapa jauh konsumer melakukan usaha-usaha untuk memberikan ciri-ciri personal terhadap telepon selular, smartphones, atau gadget yang dimilikinya sebagai contoh, penggunaan wallpapers, konten yang unik, dan ringtones sebagai cara-cara untuk memberikan karakter personal ke dalam alat komunikasi bergerak yang dimiliki. Variabel Menyediakan Informasi, Mengakses Konten, dan Membagi Konten disebut sebagai variabel endogen/dependen. Sultan et. al (2009) menjelaskan variabel-variabel tersebut diturunkan berdasarkan literatur penelitian yang terkait dengan karakteristik penggunaan telepon selular yang beragam berdasarkan motivasi utilitarian dan hedonik. Ke-tiga variabel ini juga disebut sebagai aktifitas mobile terkait dengan pemasaran. Variabel laten Penerimaan Pemasaran Mobile diukur dengan intensi perilaku pengguna alat komunikasi bergerak terhadap pemasaran yang terdapat di dalam alat komunikasi tersebut. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Sultan et. al (2009), intensi perilaku didefinisikan sebagai kekuatan intensi seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Menurut Sultan et. al (2009) konstruk penerimaan pemasaran mobile berkaitan dengan penerimaan dan intensi responden atas aktifitas pemasaran produk atau menerima informasi yang terkait dengan komunikasi pemasaran dan usaha-usaha promosi produk atau jasa di dalam alat komunikasi mobile yang dimilikinya. Konstruk ini merupakan variabel endogen dan merupakan variabel keluaran utama dalam penelitian ini. Sultan et. al (2009) mengargumentasikan bahwa indikator-indikator variabel penerimaan 58 http://digilib.mercubuana.ac.id/ pemasaran mobile mencakup keinginan menerima usaha-usaha pemasaran atau penawaran promosi produk/jasa melalui telepon selular atau smartphones, keinginan menerima penawaran produk melalui telepon selular dan smartphones yang dikaitkan dengan event tertentu (konser musik, event olahraga, dll.), dan menerima penawaran dari produk atau perusahaan melalui telepon selular dimana yang bersangkutan telah memberikan persetujuan terlebih dahulu. 4.2.2. Definisi Operasional Terdapat beberapa konsep yang akan diukur melalui pertanyaan indikator yang diajukan kepada responden dalam penelitian ini. Konsep-konsep tersebut yaitu: (1) faktor anteseden yang mencakup penerimaan resiko dan karakter personal, (2) aktifitas mobile terkait dengan pemasaran, dan (3) penerimaan pemasaran mobile. Skala pengukuran data dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal dimana menggunakan bilangan atau tanda yang berfungsi sebagai simbol yang dapat membedakan. Skala ordinal menunjukkan urutan atau peringkat. Dalam hal ini dinyatakan ke dalam sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, dan sangat setuju. Pada tabel 4.1. berikut ditampilkan definisi operasional variabel dan indikator pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini. 59 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel dan Indikator Variabel Penerimaan Resiko (X1) Kecenderungan individu untuk menyediakan informasi personal sehingga dapat berpartisipasi dalam promosi pemasaran online. Notasi Dimensi/Indikator X11 Kemungkinan menyediakan informasi personal (alamat e-mail) ke suatu website untuk menerima hadiah Kemungkinan menyediakan informasi personal (alamat e-mail) ke suatu website untuk mengikuti kontes Kemungkinan menyediakan informasi personal (alamat e-mail) ke suatu website untuk menerima diskon dalam pembelian yang akan datang Menyesuaikan telepon selular dengan wallpapers atau grafis yang menarik Tampilan dan desain telepon selular yang dimiliki adalah penting Menggunakan ringtones yang baru pada telepon selular yang dimiliki Memberikan alamat email ke suatu website melalui telepon selular Melakukan registrasi ke suatu website melalui telepon selular Melakukan registrasi untuk mengikuti kontes atau program promosi melalui telepon selular X12 X13 Karakter Personal (X2) Usaha konsumen untuk memberikan ciri-ciri personal terhadap telepon selular, smartphones, atau gadget yang dimilikinya X21 X22 X23 Menyediakan Informasi (Y1) Y11 Y12 Y13 Skala Pengukuran 5 point skala digunakan mulai 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) 5 point skala digunakan mulai 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) 5 point skala digunakan mulai 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) 60 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Lanjutan Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel dan Indikator Variabel Mengakses Konten (Y2) Notasi Dimensi/Indikator Y21 Mendownload konten (wallpaper, ringtone, aplikasi, dll.) melalui telepon selular Mengakses konten yang menyenangkan dan menghibur seperti misalnya ringtones atau games melalui telepon selular Membeli konten seperti games atau ringtones untuk digunakan pada telepon selular Teman-teman sering mengirimkan download yang keren seperti ringtones atau grafis layar melalui telepon selular Sering mengirimkan ringtones, grafis layar kepada teman melalui telepon selular Menerima informasi dimana membeli produk tertentu melalui telepon selular. Menerima penawaran penjualan produk melalui telepon selular yang terkait dengan event yang dihadiri. Memenuhi permintaan perusahaan/produk melalui telepon selular dimana sebelumnya telah mendapatkan persetujuan Y22 Y23 Membagi Konten (Y3) Y31 Y32 Penerimaan Pemasaran Mobile (Y4) Penerimaan dan intensi responden atas aktifitas pemasaran produk atau menerima informasi yang terkait dengan komunikasi pemasaran dan usaha-usaha promosi produk atau jasa di dalam alat komunikasi mobile yang dimilikinya. Y41 Y42 Y43 Skala Pengukuran 5 point skala digunakan mulai 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) 5 point skala digunakan mulai 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) 5 point skala digunakan mulai 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) Sumber: Dikembangkan untuk tesis ini. 61 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian Cooper dan Emori dalam Harianto (2006:26) mendefinisikan populasi sebagai kumpulan individu yang memiliki kualitas-kualitas dan ciri-ciri yang telah ditetapkan. Berdasarkan kualitas dan ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai kelompok individu atau obyek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan karakteristik. Peters et. al (2007) dalam Sultan (2009) mengungkapkan bahwa penggunaan telepon selular dikalangan mahasiswa dimotivasi oleh kebutuhan untuk menghilangkan kepenatan serta untuk mengisi waktu, motivasi ini dihubungkan dengan pandangan yang positif terhadap pemasaran mobile. Motivasi penggunaan telepon selular untuk target segmen lainnya seperti misalnya karyawan kemungkinan mungkin memiliki motivasi yang berbeda. Sementara itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumya bahwa ketidakjelasan dalam penerimaan pemasaran mobile tersebut juga dapat terjadi dalam area demografis yang lebih sempit yaitu kelompok demografis mahasiswa dan karyawan. Sehingga dapat dijelaskan terdapat dua populasi yang diminati dalam penelitian ini, yaitu: (1) mahasiswa strata satu Kampus Meruya, Universitas Mercu Buana, (2) karyawan di beberapa stasiun televisi. Masing-masing populasi tersebut memiliki kriteria yang sama yaitu kepemilikan alat komunikasi bergerak (mobile) yang digunakan tidak hanya sebagai alat komunikasi verbal tetapi juga digunakan untuk kegiatan digital lainnya (misalnya, browsing internet, percakapan di media sosial, penggunaan aplikasi, dll.). Tidak terdapat data yang pasti mengenai jumlah mahasiswa dan 62 http://digilib.mercubuana.ac.id/ karyawan yang memiliki alat komunikasi bergerak (mobile) yang digunakan tidak hanya sebagai alat komunikasi verbal tetapi juga digunakan untuk kegiatan digital lainnya sehingga teknik penarikan sampling menggunakan nonprobability sampling. Tidak seluruh anggota populasi akan menjadi responden dalam penelitian ini, sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel. Menurut Singarimbun dalam Harianto (2006:27), sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang relatif sama dan bisa dianggap mewakili populasi. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel pada penelitian ini adalah kombinasi sampling aksidental dan sampling purposive. Menurut Sugiyono (2004:77), sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel penelitiannya adalah mahasiswa strata satu, Kampus Meruya, Universitas Mercu Buana yang memiliki alat komunikasi bergerak (mobile) seperti misalnya telepon selular, smartphones, dan/atau mobile devices lainnya dan karyawan di lingkungan stasiun televisi dengan kriteria yang sama seperti halnya sampel di lingkungan Universitas Mercu Buana. Dalam penelitian ini kuesioner penelitian didistribusikan kepada orang yang kebetulan bertemu dengan peneliti di lingkungan Universitas Mercu Buana dan lembaga penyiaran televisi swasta yang memiliki alat komunikasi bergerak (mobile) seperti misalnya telepon selular, smartphones, dan/atau mobile devices 63 http://digilib.mercubuana.ac.id/ lainnya untuk kegiatan komunikasi verbal dan untuk kegiatan digital lainnya sebagai pertimbangan tertentu dari penetapan populasi penelitian. Masing-masing responden dari lingkungan Universitas Mercu Buana dan lembaga penyiaran televisi swasta tersebut menjadi dua populasi yang diminati peneliti sebagai kajian analisis sehingga hasilnya dapat diperbandingkan berdasarkan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan persyaratan yang didefinisikan oleh Hair et. al dalam Harianto (2006). Hair et. al menyatakan bahwa jumlah sampel yang diambil minimal 5 kali dari jumlah parameter yang berupa indikator pertanyaan dalam kuesioner, sehingga jumlah sampel minimal yang diambil adalah sebesar 17 * 5 = 85. Lebih lanjut Hair et. al menyebutkan bahwa jumlah sampel yang representatif untuk menggunakan teknik analisis SEM adalah 100 – 200. Berdasarkan jumlah sampel minimal yang harus diambil dalam penelitian ini dan adanya saran dari Hair et. al yang menyebutkan bahwa jumlah sampel dalam analisis SEM adalah sebesar 100 – 200. Dalam penelitian ini jumlah kuesioner yang didistribusikan ke masing-masing populasi adalah sebanyak 175 kuesioner, analisis data dilakukan terhadap minimal 130 kuesioner yang dipertimbangkan layak untuk dilakukan analisis statistik. 4.4. Jenis dan Sumber Data Menurut Cooper dan Emory dalam Harianto (2006) data primer adalah data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti. 64 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer. Pada penelitian ini data primer diperoleh melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner didistribusikan kepada responden untuk diisi kemudian responden diminta untuk mendistribusikan kuesioner tersebut di lingkungan terdekatnya (Universitas Mercu Buana dan Lembaga-lembaga Penyiaran Televisi Swasta). 4.5. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer yang digunakan adalah dengan metode angket (kuesioner). Di lingkungan Universitas Mercu Buana, angket tersebut disebarkan kepada mahasiswa yang menjadi responden penelitian. Sejumlah pertanyaan akan diajukan kepada responden dan kemudian responden diminta menjawab sesuai dengan pendapat mereka. Sementara, di lingkungan lembaga penyiaran televisi swasta, angket tersebut disebarkan kepada karyawan (responden) yang bekerja di masing-masing lembaga, sejumlah pertanyaan akan diajukan kepada responden dan kemudian responden diminta menjawab sesuai dengan pendapat mereka. Dari masing-masing responden yang ditunjuk tersebut, kemudian peneliti meminta mereka agar dapat mendistribusikan kuesioner di lingkungan masing-masing. Menurut Sugiyono (2004) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian 65 http://digilib.mercubuana.ac.id/ indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif (atau sangat setuju) sampai sangat negatif (atau sangat tidak setuju). Dalam penelitian ini untuk mengukur pendapat tersebut digunakan skala Likert lima angka yaitu mulai angka 1 untuk sangat tidak setuju (STS), angka 2 untuk tidak setuju (TS), angka 3 untuk ragu-ragu (RR), angka 4 untuk setuju (S), dan angka 5 untuk sangat setuju (SS). Sebelum daftar pertanyaan diajukan kepada seluruh responden penelitian, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas daftar pertanyaan dengan sampel 30 responden. Tujuan pengujian daftar pertanyaan adalah untuk menghasilkan daftar pertanyaan yang reliabel dan valid sehingga dapat secara tepat digunakan untuk menyimpulkan hipotesis. Menurut Sekaran (1992) dalam Harianto (2006), suatu angket dikatakan reliabel jika mempunyai nilai korelasi Alpha dari Cronbach di atas 0.7. Sementara itu uji validitas angket dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesahihan angket. Angket dikatakan valid akan mempunyai arti bahwa angket mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Ghozali dalam Harianto (2006) syarat minimum yang harus dipenuhi agar angket dikatakan valid adalah nilai corrected item total correlation lebih besar dari 0,239. 4.5. Teknik Analisis Data Suatu penelitian membutuhkan analisis data dan interpretasi, yang bertujuan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengungkapkan fenomena sosial tertentu. penelitian dalam rangka Analisis data adalah proses 66 http://digilib.mercubuana.ac.id/ penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metode yang dipilih untuk menganalisis data harus sesuai dengan pola penelitian dan variabel yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan alat/teknis analisis multivariat Structural Equation Modeling (SEM) yang dapat menganalisis hubungan antar variabel secara lebih kompleks. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan di antara variabel laten yang satu dengan variabel manifes (persamaan pengukuran), hubungan antara variabel laten yang satu dengan variabel laten yang lain (persamaan struktural), serta memaparkan kesalahan pengukuran (Sarjono dan Julianita, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel laten penerimaan resiko dan karakter personal dengan variabel laten penyediaan informasi personal, membagi konten melalui alat komunikasi bergerak, mengakses konten melalui alat komunikasi bergerak dan variabel laten penerimaan pemasaran pada alat komunikasi bergerak sehingga ditinjau dari kompleksitas variabel serta hubungan antar variabel dan mengacu kepada penjelasan teknik analisis SEM di atas, pemilihan teknik analisis SEM dipandang sebagai teknik analisis yang tepat. Haryono dan Wardoyo (2013:3) memaparkan metode SEM merupakan pengembangan dari analisis jalur (path analysis) dan regresi berganda (multiple regression) yang sama-sama merupakan bentuk model analisis multivariat (multivariate analysis). Dalam analisis yang bersifat asosiatif, multivariate- korelasional atau kausal-efek, metode SEM seakan mematahkan dominasi 67 http://digilib.mercubuana.ac.id/ penggunaan analisis jalur dan regresi berganda yang telah digunakan selama beberapa dekade sampai dengan sebelum memasuki tahun 2000-an. Dibandingkan dengan analisis jalur dan regresi berganda, metode SEM lebih unggul karena dapat menganalisis data secara lebih komprehensif. Analisis data pada analisis jalur dan regresi berganda hanya dilakukan terhadap data total score variabel yang merupakan jumlah dari butir-butir instrumen penelitian. Dengan demikian, analisis jalur dan regresi berganda sebenarnya hanya dilakukan pada tingkat variabel laten (unobserved). Sedangkan analisis data pada metode SEM bisa menusuk lebih dalam karena dilakukan pada setiap score butir pertanyaan sebuah instrumen variabel penelitian. Butir-butir instrumen dalam analisis SEM disebut sebagai variabel manifes (observed) atau indikator dari sebuah konstruk atau variabel laten. Menurut Ghozali dan Fuad (2008) dalam Haryono dan Wardoyo (2013), variabel laten merupakan variabel yang tidak dapat diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator sebagai proksi, sedangkan variabel manifes merupakan indikator yang digunakan dalam pengukuran tersebut. Haryono dan Wardoyo (2013) memaparkan beberapa alasan keunggulan metode SEM sebagai berikut: 1. Metode SEM memiliki kemampuan analisis dan prediksi yang lebih hebat (stronger predicting power) dibandingkan analisis jalur dan regresi berganda karena SEM mampu menganalisis sampai pada tingkat terdalam terhadap variabel atau konstruk yang diteliti. 68 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Metode SEM lebih komprehensif dalam menjelaskan fenomena penelitian. Sementara analisis jalur dan regresi berganda hanya mampu menjangkau tingkat variabel laten sehingga mengalami jalan buntu untuk mengurai dan menganalisis fenomena empiris yang terjadi pada butir-butir atau indikator-indikator dari variabel laten. 3. Dilihat dari data yang digunakan, analisis jalur dan regresi berganda sejatinya hanya menjangkau kulit luar sebuah model penelitian. Sedangkan metode SEM dapat diibaratkan mampu menjangkau sekaligus mengurai dan menganalisis isi perut terdalam sebuah model penelitian. Metode SEM diharapkan mampu menjawab kelemahan dan kebuntuan yang dihadapi metode multivariat generasi sebelumnya, yaitu analisis jalur dan regresi berganda. Menurut Ghozali (2008) dalam Haryono dan Wardoyo (2013) model persamaan struktural (Structural Equation Modeling) adalah generasi kedua teknik analisis multivariat yang memungkinkan peneliti menguji hubungan antar variabel yang komplek baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai keseluruhan model. SEM dapat menguji secara bersama-sama: 1. Model struktural: hubungan antara konstruk independen dengan dependen. 2. Model pengukuran (measurement model): hubungan (loading value) antara indikator dengan konstruk/laten. 69 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Model struktural adalah model yang menggambarkan hubungan yang terjadi antar variabel laten. Sarjono dan Julianita (2015) memaparkan model pengukuran adalah model yang menggambarkan hubungan yang terjadi di antara variabel laten dengan indikator-indikatornya (variabel manifes). Model pengukuran di dalam SEM dikenal juga sebagai analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis) karena hubungan di antara variabel laten dengan variabel-variabel manifes dimodelkan dalam bentuk analisis faktor. Dalam SEM, setiap variabel laten biasanya memiliki beberapa indikator (variabel manifes) dan indikator yang digunakan dalam SEM merupakan indikator reflektif. Indikator reflektif adalah indikator yang dipengaruhi oleh variabel laten. Digabungkannya pengujian model struktural dengan pengukuran tersebut memungkinkan peneliti untuk: 1. Menguji kesalahan pengukuran (measurement error) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari SEM. 2. Melakukan analisis fakor bersamaan dengan pengujian hipotesis. Sementara itu, kesalahan dalam SEM menurut Sarjono dan Julianita (2015) dapat dikelompokkan menjadi: 1. Kesalahan Struktural; adanya kesalahan struktural karena variabel laten eksogen tidak dapat secara sempurna memprediksi variabel laten endogen. 2. Kesalahan Pengukuran; kesalahan pengukuran disebabkan oleh variabelvariabel manifes yang tidak dapat secara sempurna memprediksi variabel laten. Komponen kesalahan pengukuran yang terkait dengan variabel manifes X (variabel manifes yang terkait dengan variabel laten eksogen) 70 http://digilib.mercubuana.ac.id/ diberi label " (delta), sementara komponen kesalahan pengukuran yang terkait dengan variabel Y (variabel manifes yang terkait dengan variabel laten endogen) diberi label # (epsilon). Sedangkan menurut Haryono dan Wardoyo (2013) Kesalahan Struktural dan Kesalahan Pengukuran dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesalahan Struktural (Structural Error); Peneliti umumnya tahu bahwa tidak mungkin memprediksi secara sempurna (perfect) konstruk dependen, oleh karena itu model SEM memasukkan struktural error term yang ditulis dalam karakter Greek “zeta” ($). Untuk mencapai konsistensi estimasi parameter, error term ini diasumsikan tidak berkorelasi dengan kosntruk eksogen dalam model. Namun demikian struktural error term dapat dikorelasikan dengan struktur error term yang lain dalam model. 2. Kesalahan Pengukuran (Measurement Model); Pengguna SEM mengakui bahwa pengukuran mereka tidak sempurna dan hal ini dimasukkan dalam model. Jadi model persamaan struktural memasukkan kesalahan pengukuran dalam modeling. Dalam kaitannya dengan faktor analytic measurement model, kesalahan pengukuran (error term) ini adalah faktor yang unik dikaitkan dengan setiap pengukuran. Kesalahan pengukuran yang berhubungan dengan pengukuran X di beri label karakter Greek “delta” (") sedangkan kesalahan pengukuran yang dihubungkan dengan pengukuran Y diberi simbol karakter Greek “epsilon” (&). Kesalahan pengukuran " boleh berkovarasi satu sama lain, meskipun demikian secara default mereka tidak berkovarasi satu sama lain. Matrik kovarian dari " 71 http://digilib.mercubuana.ac.id/ diberi tanda dengan huruf Yunani Θ" (“thetra delta”) dan secara default adalah matrik diagonal. Hal yang sama berlaku untuk kesalahan pengukuran epsilon yang matrik kovariannya adalah Θε (“thetra epsilon”) dan merupakan matrik diagonal secara default. Gozhali (2008a:71) dan Santoso (2011:69) dalam Haryono dan Wardoyo (2013) memaparkan bahwa estimasi parameter dalam SEM umumnya berdasarkan pada metode Maximum Likehood (ML). Perlu diketahui bahwa estimasi dengan metode ML menghendaki adanya asumsi yang harus dipenuhi, diantaranya: 1. Jumlah sampel harus besar (asymptotic) 2. Distribusi dari observed variabel normal secara multivariat 3. Model yang dihipotesiskan harus valid 4. Skala pengukuran variabel kontinyu (interval) Haryono dan Wardoyo (2013) memaparkan secara lebih spesifik asumsi dasar SEM dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Jumlah sampel harus besar (asymptotic) Sampel (n) atau perwakilan populasi adalah anggota populasi yang dipilih dengan berbagai pertimbangan sehingga dianggap mewakili karakteristik populasi secara keseluruhan. Dengan demikian apabila pengujian hipotesis signifikan maka kesimpulan dari analisis terhadap sampel dapat digeneralisasikan terhadap karakteristik populasi. Dalam Ghozali (2008a:64) besarnya ukuran sampel memiliki peran penting dalam interpretasi hasil SEM. Ukuran sampel memberikan dasar untuk mengestimasi sampling error. Menurut Wijaya (2009:10) asumsi 72 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dasar yang harus dipenuhi dalam analisis SEM adalah jumlah sampel yang memenuhi kaidah analisis. Menurut Sekaran dalam Wijaya (2009:10) analisis SEM membutuhkan sampel paling sedikit 5 kali jumlah variabel indikator yang digunakan. Teknik Maximum Likelihood Estimation membutuhkan sampel berkisar antara 100 – 200 sampel. Pendapat lain mengemukakan bahwa teknik Maximum Likelihood Estimation (ML) efektif untuk sampel berkisar 150 – 400 sampel. Teknik Generalised Least Square Estimation (GLS) dapat digunakan pada sampel berkisar 200 – 500. Teknik ML dan GLS mengharuskan data dalam kondisi berdistribusi normal. Model yang menggunakan sampel sangat besar yang berada di atas 2500 sampel disarankan menggunakan teknik Asymptotic Distribution Free Estimation. Menurut Ghozali (2008a:71) analisis struktur kovarian atau SEM berdasar pada large sample size theory. Sehingga jumlah sampel yang besar sangat kritis untuk mendapatkan estimasi parameter yang tepat, begitu juga dicapainya asymptotic distributional approximation. 2. Distribusi dari observed variabel normal secara multivariat Menurut Wijaya (2009:11) analisis SEM mensyaratkan data berdistribusi normal untuk menghindari bias dalam analisis data. Data dikatakan normal secara multivariat apabila c.r. multivariat (critical ratio) memiliki syarat -2,58 < c.r. < 2,58. Namun tidak setiap data berdistribusi secara normal. Untuk mengurangi dampak ketidaknormalan sebuah 73 http://digilib.mercubuana.ac.id/ distribusi data, penggunaan jumlah sampel yang besar dapat dipertimbangkan. Sedangkan Ghozali (2006:27) screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariat, khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan score yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri disekitar nilai means sama dengan nol (0). Jadi salah satu cara mendeteksi normalitas adalah lewat pengamatan nilai residual. 3. Skala pengukuran variabel kontinyu (interval) Menurut Ghozali (2008a:71) skala pengukuran variabel dalam analisis SEM merupakan yang paling kontroversial dan banyak diperdebatkan. Kontroversi ini timbul karena perlakuan variabel ordinal yang dianggap sebagai variabel kontinyu. Umumnya pengukuran indikator suatu variabel laten menggunakan skala Likert dengan 5 kategori yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS) yang sesungguhnya berbentuk skala ordinal (peringkat). Banyak juga peneliti yang merubah dahulu skala Likert yang ordinal ini menjadi skala interval dengan metode successive interval (MSI). Menurut Edward dan Kenny dalam Ghozali (2008a:72) skor yang dihasilkan oleh skala Likert ternyata berkorelasi sebesar 0,92 jika dibandingkan dengan skor hasil pengukuran menggunakan skala 74 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Thurstone yang merupakan skala interval. Disamping itu skor hasil perhitungan skala interval ternyata mempunyai urutan yang sama dengan skor skala Likert. Oleh karena tidak ada perbedaan urutan, maka skala Likert dapat dianggap berskala interval. Menurut Haryono dan Wardoyo (2013) penting bagi kita mengetahui bahwa jika data ordinal dianggap sebagai data interval berdasarkan studi Monte Carlo, West et. Al (1995) menemukan beberapa hal penting. Pertama, koefisien korelasi Pearson antar variabel kontinyu nilainya lebih besar dibandingkan jika korelasi itu antara variabel kategori atau ordinal tersebut memiliki distribusi mendekati normal, maka: a. Jumlah kategori mempunyai pengaruh yang kecil terhadap X12 likelihood ratio test of model fit. b. Loading faktor dan factor correlation hanya sedikit underestimate. c. Estimasi error variance dibandingkan parameter lainnya lebih sensitif terhadap data kategorikal seperti dijelaskan pada point 2. d. Estimasi standard error untuk semua parameter cenderung rendah. Secara umum, steps atau tahapan-tahapan dalam praktek penelitian yang menggunakan persamaan struktural dalam ilmu-ilmu social-behavioral dan manajemen dapat dijelaskan dalam gambar 4.1. berikut (Haryono dan Wardoyo, 2013): 75 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gambar 4.1. Skematik Diagram Langkah-Langkah Model SEM Skematik diagram langkah-langkah model SEM dalam Gambar 4.1. dapat dijelaskan sebagai berikut (Haryono dan Wardoyo, 2013): - Dalam membuat sebuah model persamaan struktural atau SEM, langkah pertama adalah mengkaji berbagai teori dan literatur yang merupakan temuan-temuan terdahulu yang relevan (previous relevant facts finding). Dari kajian dan sintesis teori serta temuan-temuan sebelumnya lalu disusunlah model persamaan struktural. Langkah ini disebut membuat spesifikasi model persamaan struktural. - Kurniawan dan Yamin (2011) menyatakan landasan awal analisis SEM adalah sebuah teori yang secara jelas terdefinisi oleh peneliti. Landasan teori tersebut kemudian menjadi sebuah konsep keterkaitan antar variabel. Hubungan kausalitas antara variabel laten (unobserved) tidak ditentukan 76 http://digilib.mercubuana.ac.id/ oleh analisis SEM, melainkan dibangun oleh landasan teori yang mendukungnya. Dapat dikatakan bahwa analisis SEM berguna untuk mengkonfirmasi suatu bentuk model berdasarkan data empiris yang ada. - Hasil yang diharapkan dari analisis teori adalah menentukan definisi konseptual dan operasional untuk menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengukur variabel latent. Hasil dari proses pada tahap ini dapat digunakan untuk mengembangkan questionaire atau instrumen penelitian. - Persamaan struktural yang digambarkan oleh diagram alur (path analysis) adalah representasi teori. Jadi jalur-jalur yang menghubungkan antar variabel latent pada persamaan struktural merupakan manifestasi atau perwujudan teori-teori yang telah dikaji sebelumnya. - Setelah didapatkan spesifikasi model dan questionaires langkah selanjutnya adalah menentukan sampel dan pengukurannya. Setelah itu peneliti melakukan estimasi terhadap paramater model. Pada tahap ini dapat dilakukan estimasi terhadap setiap variabel, baru diikuti model struktural atau model keseluruhan (full model). Kemudian lakukan pengujian kesesuaian model (goodness of fit test). Jika masih dihasilkan model yang belum fit, maka lakukan modifikasi atau respesifikasi model. - Dengan proses iterasi yang terus-menerus, akhirnya dapat dihasilkan model yang paling sesuai atau fit. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dan menarik kesimpulan. Langkah terakhir adalah melakukan pembahasan. 77 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini diarahkan untuk menjelaskan: 1. Analisis model struktural untuk menggambarkan hubungan yang terjadi antar variabel laten. 2. Analisis model pengukuran atau analisis faktor konfirmatori untuk menjelaskan hubungan di antara setiap variabel laten dengan variabelvariabel manifesnya. 3. Perbandingan hasil model struktural dan model pengukuran untuk setiap populasi yang diminati. Penelitian ini menggunakan alat bantu analisis AMOS 22.00 (Analysis of Moment Structure) untuk menganalisis data hasil penelitian. Menurut Harianto (2006), AMOS digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini karena dipandang lebih mampu untuk menguji serangkaian hipotesis yang telah dirumuskan secara bersamaan di mana terdapat lebih dari satu variabel dependen yang saling berkaitan dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan secara bersamaan ini sangatlah penting dalam penelitian ini, karena model pada pada penelitian ini merupakan model persamaan struktur yang membutuhkan pengujian secara simultan. Diharapkan pula dapat disimpulkan kelayakan model penelitian yang diajukan pada penelitian ini. Menurut Bacon dalam Harianto (2006), sebagai sebuah model persamaan struktur, AMOS telah sering digunakan dalam pemasaran dan penelitian manajemen strategik. Model kausal AMOS menunjukkan pengukuran dan masalah yang struktural, dan digunakan untuk menganalisis dan menguji model hipotesis. Menurut Arbuckle dan Bacon dalam Harianto (2006), AMOS sangat 78 http://digilib.mercubuana.ac.id/ tepat untuk analisis seperti ini, karena kemampuannya untuk: (1) memperkirakan koefisien yang tidak diketahui dari persamaan linier terstruktur, (2) mengakomodasi model yang meliputi latent variable, (3) mengakomodasi kesalahan pengukuran mengakomodasi pada peringatan variabel yang dependen timbal balik, dan independen, simultan dan (4) saling ketergantungan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menerapkan tahapan-tahapan seperti yang dijelaskan oleh Haryono dan Wardoyo (2013) sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan karakteristik jawaban responden untuk masing-masing konstruk atau variabel yang diteliti. Hasil analisis deskriptif selanjutnya digunakan untuk mendapatkan tendensi jawaban responden mengenai kondisi masing-masing konstruk atau variabel penelitian. Analisis deskriptif yang disusun berdasarkan data dari suatu sampel survey mempunyai peranan yang penting, bahkan dapat dinyatakan merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam laporan hasil penelitian. Menurut Agung (2001), ada beberapa alasan kenapa rangkuman deskriptif mempunyai peranan penting didalam laporan hasil penelitian, diantaranya; mempunyai kebenaran yang mutlak jika data yang digunakan akurat dan tepat waktu; mudah dimengerti dan dapat dipahami oleh banyak pihak; mudah dilakukan walaupun latar belakang statistika yang kurang; nilai-nilai statistik seperti rata-rata, proporsi, varian, atau standar deviasi dari suatu atau beberapa variabel sampel dapat digunakan sebagai estimator titik parameter populasi. 79 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Analisis Inferensial Statistik Dengan Analisis SEM Analisis SEM dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan dua tahap (two-step approach). Tahap pertama dilakukan dengan merespesifikasikan sebuah model hybrid atau full model sebagai sebuah model CFA (confirmatory factor analysis) sehingga diperoleh model CFA dari masingmasing konstruk eksogen maupun endogen yang dapat diterima. Model CFA dapat diterima apabila memiliki kecocokan data model validitas dan reliabilitas yang baik (Wijanto, 2008:69). Tahap kedua dari two step approach adalah menggabungkan model CFA dari konstruk eksogen maupun endogen yang sudah diterima menjadi satu model keseluruhan (hybrid model) atau full model untuk diestimasi dan dianalisis guna melihat kecocokan model secara keseluruhan serta evaluasi terhadap model strukturnya sehingga diperoleh full model yang dapat diterima. a. Analisis Faktor Konfirmatori Analisis faktor konfirmatori dirancang untuk menguji unidimensionalitas dari suatu konstruk teoritis. Analisis ini sering juga disebut menguji validitas suatu konstruk teoritis (Ghozali, 2008a:121). Variabel laten yang digunakan dalam penelitian ini dibentuk berdasarkan konsep teoritis dengan beberapa indikator atau variabel manifes. Analisis konfirmatori menguji apakah indikator dan dimensi pembentuk konstruk laten merupakan indikator dan dimensi yang valid sebagai pengukur konstruk laten. Analisis konfirmatori dalam penelitian ini 80 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dilakukan antar konstruk eksogen dan antar konstruk endogen. Adapun pengujian CFA merujuk pada criteria model fit yang terdapat pada tabel 4.2. Goodness of Fit Index berikut: Tabel 4.2. Goodness of Fit Index No Goodness of Fit Index 1. DF Chi-Square Probability CMIN/DF GFI AGFI CFI TLI atau NNFI NFI IFI RMSEA RMR 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Cut off Value (Nilai Batas) >0 < ).df > 0,05 <2 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≤ 0,08 ≤ 0,05 Kriteria Over Identified Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Sumber : Ghozali (2008) dan Wijanto (2008) Apabila dalam model CFA baik konstruk eksogen maupun endogen memiliki persoalan identifikasi (misalnya terdapat varian yang negatif pada error atau nilai residual) maka nilai varian tersebut harus dibuat fix dengan nilai yang kecil (sebesar 0,005). Apabila model yang dihasilkan tetap memiliki kondisi yang sama, penyesuaian terhadap nilai varian yang negatif terus dilanjutkan sampai dengan konstruk tidak memiliki nilai varian yang negatif. memiliki varian yang Apabila model CFA konstruk tidak lagi negatif selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi terhadap dimensi dan indikator yang merefleksikan konstruk serta dilakukan pengujian validitas konstruk. Menurut Igbaria et. al dalam Wijanto (2008:65) dan Ghozali (2008a:135) apabila hasil model yang memiliki dimensi atau indikator 81 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dari konstruk seluruhnya signifikan (nilai P < 0,05 atau terdapat tanda ***, mengacu pada output Regression Weights) dan valid (nilai faktor loading standard > 0,5, mengacu pada output Standardized Regression Weights) maka dapat dilanjutkan dengan pengujian kelayakan model (goodness of fit). Analisis CFA yang menghasilkan GOF index yang memenuhi kriteria menunjukkan bahwa secara keseluruhan model CFA konstruk merupakan fit Model dari konstruk yang dapat diterima. Sebaliknya apabila hasil pengujian kelayakan model CFA konstruk tidak memenuhi kriteria perlu dilakukan modifikasi model agar model menjadi fit. Apabila model CFA konstruk tidak lagi memiliki persoalan identifikasi model selanjutnya dapat dilakukan pengujian signifikansi terhadap dimensi dan indikator yang merefleksikan konstruk serta dilakukan pengujian validitas konstruk. Kasus-kasus modifikasi model yang dapat terjadi dalam analisis CFA konstruk antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut: - Nilai probabilitas Chi-square < 0,05, modifikasi model dilakukan agar model menjadi fit dengan cara membuat covarian antar indikator yang memiliki nilai Modification Indicies (M.I.) yang besar. - Nilai C.R. atau probabality indikator yang tidak signifikan karena memiliki nilai C.R. < 1,96 atau probability (P) > 0,05 dan terdapat ketidak-valid-an beberapa indikator karena memiliki faktor loading standard < 0,5 maka modifikasi model dapat dilakukan dengan cara 82 http://digilib.mercubuana.ac.id/ men-drop atau membuang indikator-indikator tersebut dari konstruk pada analisis selanjutnya. b. Analisis Model Struktural Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM) secara full model, setelah dilakukan analisis terhadap tingkat unidimensionalitas dari dimensi maupun indikator-indikator pembentuk variabel laten atau konstruk eksogen maupun endogen yang diuji dengan confirmatory factor analysis. Analisis hasil pengolahan data pada tahap full model SEM dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Adapun pengujiannya merujuk pada kriteria model fit yang terdapat pada tabel 4.2. Goodness of Fit Index di atas. Hasil pengolahan data untuk analisis full model SEM untuk memeriksa apakah model masih memiliki persoalan identifikasi model. Jika tidak terdapat persoalan identifikasi model dapat dilanjutkan dengan pengujian signifikansi dimensi maupun indikator pengukur konstruk dan pengujian validitas konstruk. Sepertinya halnya dalam proses analisis faktor konfirmatori baik pada konstruk eksogen dan endogen, prosedur ini terus dilakukan sampai dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan full model terakhir merupakan fit model yang dapat diterima. Hal ini dapat diartikan bahwa hipotesis fundamental analisis SEM di dalam penelitian dapat diterima, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara matrik kovarian data dari variabel teramati dengan matrik kovarian dari model yang 83 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dispesifikasikan (implied covariance matrix). Hal ini menunjukkan bahwa persamaan-persamaan yang dihasilkan oleh fit model dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dan pengaruh antar variabel eksogen dengan variabel endogen-nya. Sedangkan besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen akan dilakukan pengujian secara statistik sehingga dapat diketahui variabel independen mana saja yang berpengaruh signifikan dan paling dominan mempengaruhi variabel dependen-nya. c. Evaluasi Model Struktural Sebelum dilakukan pengujian secara statistik terhadap pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dalam fit model (pengujian hipotesis penelitian), terlebih dahulu akan dilakukan evaluasi terhadap model struktural yang dihasilkan oleh fit model di dalam penelitian. Evaluasi yang dilakukan terhadap model struktural, meliputi: 1. Skala Pengukuran Variabel (Skala Data) Data yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dengan 5 kategori 1 s/d. 5. Menurut Edward dan Kenny dalam Ghozali (2008a:72) skor yang dihasilkan oleh skala Likert ternyata berkorelasi sebesar 0,92 jika dibandingkan dengan skor hasil pengukuran menggunakan skala Thurstone yang merupakan skala interval. Disamping itu skor hasil perhitungan skala 84 http://digilib.mercubuana.ac.id/ interval ternyata mempunyai urutan yang sama dengan skor skala Likert. Oleh karena tidak ada perbedaan urutan, maka skala Likert dapat dianggap berskala interval. Dengan demikian, penggunaan data skala Likert untuk analisis dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan asumsi structural equation modeling (SEM). 2. Ukuran Sampel Untuk melakukan penetapan jumlah sampel penelitian ini penulis mengacu pendapat Wijaya (2009:10) dan Santoso (2011:70) yang menyatakan syarat jumlah sampel yang harus dipenuhi jika menggunakan analisis SEM, maka jumlah sampel berkisar antara 100200 atau minimal lima kali jumlah indikator. Penentuan jumlah sampel berdasarkan pendapat Hair, et. al bahwa analisis data multivariat mengggunakan SEM, pada umumnya metode estimasi menggunakan Maximum Likelihood Estimation (MLE) disamping alternatif metode lain, seperti GLS atau ULS. Metode MLE akan efektif pada jumlah sampel antara 150-400. 3. Normalitas Data Estimasi dengan Maximum Likelihood menghendaki variabel observed harus memenuhi asumsi normalitas multivariate. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk melihat tingkat normalitas secara multivariat terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini adalah dengan mengamati nilai kurtosis data yang digunakan. Evaluasi normalitas multivariat dengan AMOS 22.00 85 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio (c.r.) dari multivariat pada kurtosis, apabila berada pada rentang ± 2,58 berarti data berdistribusi normal secara multivariat. jika nilai curtosis ratio (c.r.) dari multivariat pada kurtosis berada dibawah harga mutlak 2,58. 4. Data Outliers Outlier adalah kondisi observasi dari suatu data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasiobservasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk variabel tunggal maupun kombinasi (Hair, et. al, dalam Ghozali, 2008a:227). Deteksi terhadap multivariat outliers memperhatikan nilai Mahalanobis Distance. dilakukan dengan Jarak Mahalanobis (Mahalanobis Distance) untuk tiap-tiap observasi akan menunjukkan jarak sebuah observasi data terhadap nilai rata-rata (centroid) nya. Observasi yang jauh dari nilai centroid-nya dianggap outlier dan harus dibuang (di-drop) dari analisis. Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai Chi-squares pada derajat kebebasan (degree of freedom) ~ yaitu jumlah indikator dalam fit model penelitian ~ pada tingkat signifikansi p < 0,001. Semua kasus (observation number) yang memiliki nilai Mahalanobis Distance yang lebih besar dari nilai Chi-squares (df;0,001) adalah multivariat outliers. 86 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5. Multicolinearity dan Singularity Pengujian selanjutnya adalah untuk melihat apakah terdapat multikolinearitas dan singularitas dalam sebuah kombinasi variabel. Indikasi adanya multikolinearitas dan singularitas dapat diketahui melalui nilai determinan matrik kovarian sampel yang benar-benar kecil, atau mendekati nol. Multikolinearitas dan singularitas yang terdapat pada data penelitian masih dapat diterima apabila persyaratan asumsi SEM yang lain terpenuhi. 6. Uji Reliabilitas Konstruk Reliabilitas adalah ukuran konsistensi internal dari indikatorindikator sebuah variabel bentuk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah variabel bentuk yang umum. Terdapat dua cara yang dapat digunakan, yaitu composite (construct) reliability dan variance extracted. Cut-off Value dari construct reliability adalah minimal 0,70 sedangkan Cut-off Value Extracted minimal 0,50 (Ghozali, 2008:233). Uji reliabilitas dapat diperoleh melalui rumus sebagai berikut: @A3<1B<4B:0<B;1C D /0123456389:;<=;:;3> = @A3<1B<4B:0<B;1C D + @&F G<4;<16989:;<=;:;3> = @A3<1B<4BH0<B;1CD @A3<1B<4BH0<B;1CD + @&F 87 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Keterangan: • Standard Loading ( I) diperoleh dari standardized loading untuk tiap indikator yang didapat dari hasil perhitungan alat bantu analisis • &F adalah measurement error dari tiap indikator = 1A3<1B<4BH0<B;1CD 7. Discriminant Validity Discriminant Validity mengukur sampai seberapa jauh suatu konstruk benar-benar berbeda dari konstruk lainnya. Nilai discriminant validity yang tinggi memberikan bukti bahwa suatu konstruk adalah unik dan mampu menangkap fenomena yang diukur. Cara mengujinya adalah membandingkan nilai akar kuadrat dari Average Variance Extracted (AVE) atau JGK dengan nilai korelasi antar konstruk. 3. Pengujian Hipotesis Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan nilai t-Value dengan tingkat signifikansi 0,05. Apabila nilai Critical Ratio (C.R.) ≥ 1,967 atau nilai probability (P) ≤ 0,05 maka H0 ditolak (hipotesis penelitian diterima). 4. Analisis Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh Total Analisis pengaruh ditujukan untuk melihat seberapa kuat pengaruh suatu variabel dengan variabel lainnya baik secara langsung, maupun secara tidak langsung. Interpretasi dari hasil ini akan memiliki arti yang penting untuk 88 http://digilib.mercubuana.ac.id/ menentukan strategi yang jelas dalam meningkatkan kinerja variabel endogen yang merupakan variabel keluaran utama dari penelitian. Sebelum analisis faktor konfirmatori dilakukan, dijalankan terlebih dahulu pengujian reliabilitas dan validitas angket. Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi derajat ketergantungan dan stabilitas dari alat ukur sementara uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesahihan angket. Uji reliabilitas dan validitas dilakukan dengan melakukan pengujian pada 30 angket yang telah diisi oleh responden dari kedua kelompok populasi yang diminati pada tahap pra survei. Angket dikatakan reliabel jika Cronbach Alpha di atas 0,70 (Sekaran, 1992 dalam Harianto, 2006). Apabila hasil uji reliabilitas yang dilakukan diperoleh Cronbach Alpha untuk di atas 0.70 untuk setiap variabel indikator penelitian sehingga dapat disimpulkan dan diyakinkan bahwa angket adalah handal untuk digunakan sebagai alat dalam mengumpulkan data penelitian. Angket dikatakan valid akan mempunyai arti bahwa angket mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Syarat minimum yang harus dipenuhi agar angket dikatakan valid / sahih adalah nilai corrected item total correlation untuk setiap variabel indikator lebih besar dari 0,239 (Imam Ghozali (2001) dalam Harianto, 2006) terpenuhi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa angket yang digunakan adalah valid / sahih. Pada penelitian ini analisa uji reliabilitas dan validitas angket penelitian ditempatkan setelah analisis deskriptif dilakukan, dan sebelum analisis faktor konfirmatori dijelaskan. 89 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Proses analisis SEM menggunakan alat bantu analisis AMOS 22.00 dapat digambarkan dalam gambar 4.2. berikut ini: Start Indicator Significance & Construct Validity Test Designing Model No Yes Significance and/or Valid Model Fit Test No Model Verification Problem Identification Yes Modifying Model No Model Fit Yes Accepted Model End Gambar 4.2. Proses analisis SEM dalam AMOS 22.00 90 http://digilib.mercubuana.ac.id/