BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Terdapat banyak sekali pengertian dari komunikasi, seperti contohnya
dalam bahasa Inggris kata communication berasal dari kata Latin
communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di
sini maksudnya adalah sama makna.4
Lain halnya dengan pengertian komunikasi menurut Bernard Berelson
dan Gary A. Steiner yaitu Communication is the transmission of information,
ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol (komunikasi adalah
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan
menggunakan simbol-simbol dan sebagainya). Tindakan atau proses
transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.5
Dalam proses komunikasi terdapat lima unsur menurut Paradigma
Lasswell yaitu antara lain:
1.
Komunikator (communicator, source, sender)
2.
Pesan (message)
4
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Jakarta: PT Remaja Rosdakarja,
2006) hal 9
5
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: PT Grasindo, 2006) hal 7 10
11
3.
Media (channel, media)
4.
Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
5.
Efek (effect, impact, influence)6
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu:
1.
Proses Komunikasi secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang (symbol) sebagai media.
2.
Proses Komunikasi secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Hal ini dilakukan guna melancarkan komunikasinya karena komunikan
sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya
banyak.7
6
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. (Bandung; PT Citra Aditya Bakti,
2005) hal 253
7
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, op.cit., 11
12
Terdapat lima ciri efektivitas komunikasi antar pribadi yang dikutip
dari Kumar yaitu antara lain adalah:8
1.
Keterbukaan (openess)
Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di
dalam menghadapi hubungan antarpribadi
2.
Empati (empathy)
Merasakan apa yang dirasakan orang lain
3.
Dukungan (supportiveness)
Situasui yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif
4.
Rasa Positif (positiveness)
Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong
orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi
kondusif untuk interaksi yang efektif
5.
Kesetaraan (equality)
Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai,
berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
8
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, op.cit., 36 13
2.1.2 Fungsi & Tujuan Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Dimensi–dimensi
Komunikasi, tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:9
1.
Social Change/Social Participation
Perubahan Sosial dan partisipasi sosial. Memberikan berbagai informasi
pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung
dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu disampaikan. Misalnya
supaya masyarakat ikut serta dalam pilihan suara pada pemilu atau ikut
serta dalam berperilaku sehat, dan sebagainya.
2.
Attitude Change
Perubahan Sikap. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada
masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya.
Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai hidup sehat
tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan
sikap masyarakat akan positif terhadap pola hidup sehat.
3.
Opinion Change
Perubahan pendapat. Memberikan berbagai informasi pada masyarakat
tujuan akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan
persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan, misalnya dalam
informasi mengenai pemilu. Terutama informasi mengenai kebijakan
pemerinatah yang biasanya selalu mendapat tantangan dari masyarakat
9
Onong Uchjana Effendy. Dimensi-Dimensi Komunikasi. (Bandung; Alumni, 2005) hal 55
14
maka harus disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya
pendapat masyarakat dapat terbentuk untuk mendukung kebijakan
tersebut.
4.
Behaviour Change
Perubahan perilaku. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada
masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah perilakunya.
Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai hidup sehat
tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan
perilaku masyarakat akan positif terhadap pola hidup sehat atau
mengikuti perilaku hidup sehat.
2.2
Komunikasi Organisasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi menurut Wayne adalah sebagai pertunjukkan
dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian
dari organisasi. Organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubunganhubungan hierarkis antara yang satu dan lainya, dan berfungsi dalam suatu
lingkungan.10
Sedangkan pengertian komunikasi organisasi menurut Alo Liliweri,
komunikasi
organisasi
adalah
perilaku
pengorganisasian
(organizing
10
Husein Umar. Metode Riset Ilmu Administrasi. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004) hal
60-62
15
behavior) yakni bagaimana para karyawan terlibat dalam proses interaksi dan
memberikan makna atas apa yang sedang terjadi. Jadi komunikasi organisasi
akan
berpusat
organisasi,
pada
apakah
mengesyahkan,
simbol-simbol
kata-kata,
yang
memungkinkan
gagasan-gagasan
mengkoordinasikan
dan
yang
mewujudkan
kehidupan
mendorong,
aktivitas
yang
terorganisir dalam situasi-situasi spesifik.11
Komunikasi di dalam organisasi ditekankan pada arus komunikasi
yang terjadi di antara orang-orang, dalam hal ini pimpinan dan karyawan
yang dibentuk oleh struktur organisasi tersebut. Proses komunikasi tersebut
dapat terjadi melalui saluran komunikasi yang ada, yaitu komunikasi formal
dan komunikasi non formal. Komunikasi formal terjadi dalam struktur
organisasi formal dan terwujud pola-pola hubungan formal, seperti hubungan
mengenai tugas-tugas, pembagian kerja, peraturan-peraturan, pelaksanaan
kebijakan, cara kerja dan sebagainya.
Sedangkan komunikasi nonformal menurut Arni Muhammad terjadi
pada situasi di luar pekerjaan seperti adanya kegiatan yang memungkinkan
karyawan saling berinteraksi dan berkomunikasi secara nonformal, seperti
diadakannya tour karyawan, team work, kegiatan olahraga dan lain-lain.12
11
Alo Liliweri. Wacana Komunikasi Organisasi. (Bandung: Mandar Maju, 2004) hal 114
12
Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000) hal 27
16
Terdapat berbagai macam tujuan komunikasi organisasi antara lain
yaitu:13
1.
Untuk meningkatkan kesetiaan, kerjasama dan pengertian pegawai
2.
Untuk memberi informasi kepada manajemen tentang kebutuhan dan
tujuan pegawai
3.
Untuk memberikan informasi kepada manajemen tentang reaksi pegawai
terhadap tujuan, kebijaksanaan dan praktek perusahaan
4.
Untuk memberikan, menjelaskan dan menafsirkan program-program
perusahaan dan keefektifan dari program-program demikian
5.
Untuk mencapai tujuan manajemen dan pegawai yang saling dapat
diterima yakni kerjasama dan gotong royong
6.
Untuk meningkatkan hubungan pribadi dan peran serta pegawai
7.
Untuk memberikan alat ekspresi dan penjelasan
8.
Untuk memotivasi pegawai
Sedangkan terdapat dimensi-dimensi komunikasi dalam kehidupan
organisasi antara lain adalah:14
1.
Komunikasi Internal
Komunikasi internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai:
13
Moekjijat. Teori Komunikasi. (Bandung: PT Mandar Maju, 2003) hal 14-15 14
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, op.cit., 122-125
17
”interchange of ideas among the administrators and its particular
structure (organization) and interchange of ideas horizontally and
vertically within the firm which gets work done (operating and
management)”
Untuk memperoleh kejelasan, komunikasi internal dapat dibagi menjadi
dua dimensi dan dua jenis, yaitu:
a. Dimensi Komunikasi Internal
- Komunikasi Vertikal
adalah komunikasi dari atas ke bawah (downward communication)
dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah
komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan
kepada
pimpinan
secara
timbal
balik
(two-way
traffic
communication). Contohnya pimpinan memberikan instruksi,
petunjuk, informasi, penjelasan kepada bawahan. Sebaliknya
karyawan
memberikan
laporan,
saran,
pengaduan
kepada
pimpinan.
- Komunikasi Horizontal
ialah komunikasi secara mendata, antara anggota staf dengan
anggota staf, karyawan sesama karyawan dan sebagainya. Berbeda
dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi
horizontal sering kali berlangsung tidak formal.
18
b. Jenis Komunikasi Internal
- Komunikasi Persona (personal communication)
ialah komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan
dua cara yaitu secara tatap muka (face to face communication) dan
bermedia (mediated communcation)
- Komunikasi Kelompok (group communication)
ialah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang
dalam situasi tatap muka.
2.
Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan oraganisasi
dengan khalayak di luar organisasi.
a. Komunikasi dari Organisasi kepada Khalayak
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat
informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa
memiliki keterlibatan, setidak-tidaknya ada hubungan batin.
b. Komunikasi dari Khalayak kepada Organisasi
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik
sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.
19
2.2.2 Perilaku Organisasi
Mengenai hubungan organisasi dengan komunikasi, William V.
Hanney menyatakan “Organization consists of a number of people; it
involves interdependence; interdependence alls for coordination; and
coordination requires communication”. (Organisasi terdiri dari sejumlah
orang;
ia
melibatkan
keadaan
saling
bergantung;
kebergantungan
memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi).15
Sedangkan pengertian perilaku organisasi menurut Robbins adalah
bidang ilmu yang menyelidiki dampak dari pengaruh individu, kelompok dan
struktur dalam organisasi terhadap perilaku orang-orang yang terlibat di
dalamnya yang bertujuan untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam
meningkatkan efektivitas organisasi.16
Mengutip pendapat Keith Davis, perilaku keorganisasian merupakan
telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang-orang bertindak
di dalam organisasi. Perilaku organisasi adalah sarana manusia bagi
keuntungan manusia yang dapat diterapkan secara luas dalam perilaku orangorang di semua jenis organisasi. Unsur pokok dalam perilaku organisasi
antara lain:
1.
Orang, di sini adalah yang membentuk sistem sosial intern organisasi
15
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, op.cit., 116 16
Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge. Perilaku Organisasi. (Jakarta: Salemba Empat, 2005)
hal 12
20
2.
Struktur, sarana penentu hubungan resmi orang-orang dalam organisasi
3.
Teknologi, sebagai penyedia sumber daya yang digunakan orang-orang
untuk bekerja dan mempengaruhi tugas yang mereka lakukan17
2.3
Human relations
2.3.1 Pengertian Human relations
Sebelum membahas strategi human relations pada suatu organisasi
atau perusahaan, baiknya kita ketahui terlebih dahulu definisi dari human
relations. Banyak orang salah mengartikan ataupun membedakan antara
human relations dengan employee relations, di mana keduanya merupakan
salah satu tanggung jawab seorang public relations (PR). Hal ini
mengaburkan pengertian human relations itu sendiri.
Tidaklah mudah mengartikan human relations ke dalam bahasa
Indonesia yang benar-benar tepat. Ada yang menerjemahkannya sebagai
“hubungan manusia” dan ada yang menerjemahkannya menjadi “hubungan
antar manusia”. Secara harafiah terjemahan tersebut mungkin tidaklah salah
tetapi kedua-duanya tidak mengandung makna yang sebenarnya.
Ciri hakiki human relations bukan “human” dalam pengertian wujud
manusia (human being), melainkan dalam makna proses rokhaniah yang
tertuju kepada kebahagiaan berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian,
17
Husein Umar. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2005) hal 23 21
sikap, tingkah laku dan aspek kejiwaan lain yang terdapat pada diri manusia.
Oleh karena itu, terjemahan yang paling mendekati makna dan maksud
human relations adalah hubungan manusiawi atau hubungan insani.18
Menurut Keith Davis, penulis buku Human relations at Work, human
relations adalah seni dan ilmu pengetahuan terapan (applied art and science).
Dipandang dari sudut seorang pemimpin yang bertanggung jawab untuk
memimpin sebuah kelompok, human relations adalah pengintegrasian orangorang ke dalam suatu situasi kerja yang menggiatkan mereka untuk bekerja
bersama-sama serta dengan rasa puas, baik kepuasan ekonomis, psikologis
maupun kepuasan sosial. Atau singkatnya, human relations adalah
pengembangan usaha kelompok karyawan secara produktif dan memuaskan
(human relations is the development of productive, satisfying group effort).19
Manusia adalah titik sentral dari human relations, begitu juga titik
sentral dalam organisasi kekaryaan adalah karyawan. Untuk mempraktekkan
human relations, seorang pemimpin perlu sedikit banyak mempelajari sifat
tabiat manusia karyawan tadi. Dua faktor yang menentukan sifat tabiat
manusia antara lain:
1.
Pembawaan sejak manusia dilahirkan (heredity)
2.
Lingkungan manusia hidup (environment)20
18
Onong Uchjana Effendy, Human Relations & Public Relations ,op.cit., hal. 41
19
Ibid, hal. 51
20
Ibid, hal. 54
22
2.3.2 Pendekatan Human Relations
Salah satu tujuan dari pendekatan antar bidang human relationship
adalah untuk mengembangkan teknik-teknik pengukuran dalam studi
organisasi sosial. Tiga alat human relations yang berkembang sangat jauh
ialah dinamika kelompok, studi semantik dan konsep-konsep kultural
antropologi.
Pendekatan etik human relations bila dilaksanakan dengan sebenarnya
adalah lebih daripada pengaturan kembali sistem yang ada, seperti
menghargai kebesaran atau kehormatan orang. Inilah perubahan secara
radikal dalam perdagangan bebas (sistem kapitalis). Konsep pendekatan ini
dibagi dua, yaitu yang mengkombinasikan ilmu-ilmu sosial untuk
mengembangkan suatu ilmu masyarakat industri dan yang mencakup studi
etik industri yang mengikuti pendekatan antar bidang.21
Komunikasi persuasif (persuasive communication) adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain agar berubah sikapnya,
opininya dan tingkah lakunya dengan kesadaran sendiri. Istilah “persuasi”
atau “persuasion” bersumber pada perkataan Latin “persuasio”. Kata
kerjanya adalah “persuadere” yang berarti membujuk atau merayu. Jadi
komunikasi persuasif adalah komunikasi yang mengandung bujukan atau
rayuan.22
21
Yayat M. Herujito. Dasar-dasar manajemen. (Jakarta; Grasindo, 2001) hal. 205
22
Onong Uchjana Effendy, Human relations & Public Relations ,op.cit., hal. 81
23
Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain disebut human
skill. Di tempat kerja, keterampilan tersebut muncul dalam bentuk rasa
percaya, antusias, keterlibatan secara tulus dalam hubungan interpersonal.
Dalam kaitan ini, Keith Davis mengatakan ada tiga falsafah human skill yang
menjadi dasar hubungan manusiawi, yakni:23
1.
Mutual Interest atau kepentingan bersama. Setiap orang, termasuk
pimpinan dengan orang yang dipimpin masing-masing mempunyai
kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri, tetapi dalam suatu organisasi
atau lembaga mereka harus mempunyai kepentingan bersama untuk
mencapai tujuan dan sasaran demi kepentingan utama organisasi yang
bersangkutan dan bukan berdasarkan kepentingan per individu atau per
kelompok. Dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing, baik
sebagai pimpinan maupun sebagai bawahan dalam satu kesatuan dan
saling bekerjasama untuk mencapai kepentingan bersama pula.
2.
Human Dignity atau harga diri. Pada dasarnya manusia itu ingin dihargai,
dihormati dan diperhatikan. Menurut Keith Davis, harga diri merupakan
etika utama atau moral dalam Human relations yang pada akhirnya
diberlakukan sebagai manusia yang terhormat dan mempunyai harga diri.
3.
Perbedaan-perbedaan individu. Setiap perbedaan tersebut ditentukan
berdasarkan pengalaman, karena perbedaan yang ada pada individu
merupakan dinamika dan falsafah dalam human relations yang dimulai
23
Tommy Suprapto. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. (Yogyakarta; Media Pressindo,
2009) hal 135-136
24
dari apa dan bagaimana mengenai pandangan, pengertian dan
perorangan. Di dalam berbagai sikap tindak atau perilaku sebagai
individu tetap ditunjuk untuk bertanggung jawab.
Terdapat beberapa prinsip-prinsip dalam human relations menurut
Abdurahman, yaitu antara lain:
1.
Importance of Individual (pentingnya individu)
- Setiap karyawan harus diperhatikan sebagai individu
- Setiap tindakan perusahaan harus memperhitungkan perasaan
karyawan, mengakui dan memperhatikan kepentingannya
2.
Mutual acceptance (saling menerima)
- Semua anggota perusahaan harus saling menerima satu sama lain
sebagai individu maupun kelompok
3.
Common interest (kepentingan bersama)
- Satu sama lain terkait oleh kepentingan bersama
- Harus mementingkan kepentingan perusahaan secara bersama dengan
rasa kerja sama
4.
Open interest (komunikasi terbuka)
- Berterus terang mengenai ide, pendapat, perasaan yang menyangkut
kepentingan bersama
25
- Komunikasi yang bersifat terbuka akan menimbulkan pengertian yang
lebih baik dan menghasilkan keputusan yang lebih tepat
- Dengan komunikasi terbuka akan terjalin rasa saling membantu dan
bekerja sama dengan menjalankan tugas dan pekerjaan
5.
Partisipasi karyawan
- Karyawan harus memberikan ide atau gagasan yang menyangkut
kepentingan perusahaan
- Karyawan harus kreatif dalam berkarya yang berkaitan dengan
pekerjaannya
6.
Local identity
- Adanya musyawarah dalam mengambil keputusan secara bersamasama
- Dengan memberikan pujian yang tepat pada seseorang, maka orang
itu akan merasa bagian dari organisasi di mana ia ditugaskan
7.
Local dicitions
- Memberikan
wewenang
kepada
memecahkan masalahnya sendiri
anggota
perusahaan
untuk
26
8.
High moral standard (ukuran moral yang tinggi)
- Kebenaran dan keadilan mengenai suatu tindakan dapat disebut benar
dan adil apabila berdasarkan pada moralitas dan hak-hak asasi
manusia24
Terdapat beberapa teknik pendekatan human relations yang bisa
digunakan oleh atasan kepada bawahannya yaitu konseling atau diskusi
kelompok. Tujuan konseling adalah membantu para karyawan memecahkan
masalah sendiri, memecahkan masalah yang bersangkutan dengan karyawan,
atau mengusahakan adanya suatu suasana yang menimbulkan keberanian
untuk memecahkan masalah yang mungkin ada.25
Teknik pendekatan human relations yang lain adalah diskusi
kelompok yaitu komunikasi kelompok yang berlangsung secara tatap muka
dan secara timbal balik.26 Dalam kegiatan human relations diskusi kelompok
banyak dilakukan dalam rangka memecahkan masalah yang timbul dalam
situasi kerja atau dapat juga mengembangkan semangat kerja para karyawan.
Dengan
keikutsertaan para karyawan dalam diskusi, karyawan merasa
dihargai dan merasa bertanggung jawab dengan keputusan yang telah
24
Oemi Abdurrachman. Dasar-dasar Publik Relations. (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001) hal
76
25
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, op.cit., 82 26
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, op.cit., 89 27
diambil. Dalam hal ini seorang pimpinan harus berpikir secara situasional
dalam rangka mencapai tujuannya.
Dalam human relations, terdapat berbagai macam pendekatan yang
digunakan untuk memotivasi para pekerjanya. Salah satunya adalah
pendekatan atau usaha manajemen untuk meningkatkan kinerja karyawannya
dengan memberikan motivasi, yaitu antara lain:27
1.
Mengubah jam dan atau hari kerja (dari enam hari kerja menjadi lima
hari kerja dalam seminggu)
2.
Pada waktu-waktu tertentu, menaikkan gaji secara berkala
3.
Mengirim ke kursus-kursus baik kursus di dalam negeri maupun di luar
negeri
4.
Meningkatkan pendidikan kejuruan
5.
Pembinaan karier
6.
Tour of duty atau tour of area
7.
Kegiatan olahraga dan sosial
8.
Peraturan cuti beserta fasilitas cutinya
9.
Rekreasi
10. Pemberian tanda jasa bagi karyawan yang telah bekerja selama 15, 20,
25, 30 dan 35 tahun
27
Kuswadi. Cara Mengukur Kepuasan Pekerja. (Jakarta: Gramedia, 2004) hal 38 28
11. Tunjangan transpor, jabatan dan sebagainya
12. Peraturan gaji pokok
13. Peraturan pension
14. Perpanjangan masa dinas
15. Tunjangan pisah keluarga
16. Beasiswa bagi anak-anak karyawan
2.4
Kinerja
2.4.1 Pengertian Kinerja
Definisi kinerja menurut Armstrong dan Baron adalah hasil pekerjaan
yang mempunyai hubungan yang kuat dengan tujuan strategis organisasi,
kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan
demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai
dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya.28
Kinerja adalah keberhasilan personel. Tim atau unit organisasi dalam
mewujudkan sasaran strategi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
perilaku yang diharapkan. Keberhasilan pencapaian sasaran strategi perlu
diukur. Itulah sebabnya sasaran strategi yang menjadi basis pengukuran
28
Wibowo. Manajemen Kinerja. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) hal 7
29
kinerja perlu ditentukan ukurannya, dan ditentukan strategi untuk
mewujudkan sasaran tersebut. Sasaran strategi beserta ukurannya kemudian
digunakan untuk menentukan target yang akan dijadikan basis penilaian
kinerja untuk menentukan penghargaan yang akan diberikan kepada personel,
tim atau unit organisasi.29
Salah satu ukuran keberhasilan kinerja individu, tim atau organisasi
terletak pada produktivitasnya. Secara konseptual, pengertian produktivitas
menurut Blecher adalah hubungan antara keluaran atau hasil organisasi
dengan masukan yang diperlukan. Produktivitas dapat dikuantifikasi dengan
membagi keluaran dengan masukan. Menaikkan produktivitas dapat
dilakukan dengan memperbaiki rasio produktivitas, dengan menghasilkan
lebih banyak keluaran atau output yang lebih baik dengan tingkat masukan
sumber daya tertentu.30
2.4.2 Ukuran Kinerja
Karyawan akan menghasilkan kinerja yang baik apabila mereka
memiliki motivasi pribadi yang tinggi. Menurut Gerald Kushel dalam
“Reaching the Peak Performance Zone”, faktor berikut ini merupakan alat
29
Mulyadi. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. (Jakarta: Salemba Empat, 2007) hal
337
30
Wibowo, op.cit., 109
30
untuk menciptakan manusia (karyawan) yang mempunyai motivasi pribadi,
yaitu:31
1.
Pendapatan secara fisik (gaji dan kesejahteraan lainnya)
2.
Harga diri
3.
Kekuasaan (power)
4.
Pekerjaan atau tugas yang menarik
5.
Kesempatan untuk berhasil
6.
Merasa dianggap penting
7.
Kesempatan untuk belajar keterampilan baru
8.
Pengakuan
9.
Hubungan akrab dengan sesama karyawan
10. Kesempatan untuk merealisasikan harapan dan impian
11. Merasa dianggap berguna
Ciri-ciri karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi antara lain
adalah:32
1.
Ciri-ciri karyawan yang bermotivasi tinggi
- Merasa senang dan mendapat kepuasan dalam pekerjaan
31
Kuswadi, op.cit., 19
32
Kuswadi, loc.cit., 31
- Bekerja dengan semangat dan moral yang tinggi
- Selalu berusaha mencapai hasil yang lebih baik
- Berusaha mengembangkan tugas dan dirinya, dengan kata lain tidak
terjerat oleh tugas rutin dan lain-lain
2.
Ciri-ciri karyawan yang bermotivasi rendah
- Masih merasa tidak puas dengan peraturan perusahaan
- Datang dan pulang tidak pada waktunya
- Banyak alasan sakit ke poliklinik atau ke suatu keperluan yang hanya
untuk menghindari pekerjaan
- Waktu kerja banyak digunakan untuk ngobrol dengan teman atau baca
surat kabar
- Bekerja dengan semangat dan moral yang rendah
Teori dua faktor (two-factor theory) atau biasa disebut teori motivasi
higiene (motivation-hygiene theory) yang dikemukakan oleh Frederick
Hezberg mempunyai keyakinan bahwa hubungan seorang individu dengan
pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap seseorang terhadap pekerjaan
bisa dengan sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan.33
33
Stephen P. Robbins & Timothy A., Op.cit., 227 32
Menurut Herzberg, faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja
terpisah dan berbeda dengan yang memberikan ketidakpuasan kerja. Oleh
karena itu manajer-manajer yang mencoba menghilangkan faktor-faktor yang
dapat menciptakan ketidakpuasan kerja dapat memberikan kedamaian tetapi
belum tentu memberikan motivasi. Mereka lebih akan menenteramkan tenaga
kerja mereka daripada memotivasi mereka. Hasilnya, karakteristikkarakteristik seperti administrasi dan kebijakan perusahaan, supervisi,
hubungan antarkaryawan, kondisi kerja dan gaji yang dicirikan oleh
Herzbergh sebagai faktor-faktor higienis (hygiene factors). Ketika faktorfaktor tersebut memadai, orang tidak akan menjadi tidak puas; maupun
menjadi puas. Jika kita ingin memotivasi orang dalam pekerjaan mereka,
Herzberg menyarankan untuk menekankan pada prestasi, pengakuan, kerja
itu sendiri, tanggung jawab dan pertumbuhan. Hal tersebut merupakan
karakteristik yang dianggap orang berharga secara instrinsik.34
Bennis, dari sudut pandang dan pendekatan yang lain dari McGill,
berbicara tentang “kesehatan” (health) organisasi dan menetapkan kriteria
dari kesehatan sebagai berikut:35
1.
Kemampuan menyesuaikan diri. Kemampuan untuk memecahkan
masalah
dan
bereaksi
secara
lentur
terhadap
tuntutan-tuntutan
lingkungan yang berubah-ubah.
34
Stephen P. Robbins. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005) hal
60
35
Ashar Sunyoto Munandar. Psikologi Industri dan Organisasi. (Jakarta: Universitas Indonesia,
2001) hal 257 33
2.
Satu rasa identitas. Pengetahuan dan pemahaman dari organisasi tentang
apa dirinya, apa tujuan-tujuannya, dan apa yang harus dilakukan.
3.
Kemampuan untuk menguji kenyataan. Kemampuan untuk mencari dan
memilih, secara cermat mengamati dan secara tepat menginterpretasi
milik nyata dari lingkungan, khususnya yang memiliki relevansi bagi
berfungsinya organisasi.
4.
Pemaduan (integration). Kriteria yang keempat yang sering dikutip yang
sebenarnya
mendasari
kriteria
yang
lain
ialah
satu
keadaan
”keterpaduan” antara subbagian-subbagian dari keseluruhan organisasi,
sedemikian rupa sehingga bagian-bagiannya tidak bekerja at crosspurposes.
Selama pengolahan bahan bakunya, tenaga kerja bekerja. Interaksi
antartenaga kerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya menghasilkan
barang atau jasa. Berdasarkan unjuk-kerjanya, tenaga kerja mendapatkan
imbalannya, intristik dan/atau ekstrinsik, yang berdampak pada motivasi dan
kepuasan kerjanya. Sebagai hasil atau akibat lain dari proses bekerja, tenaga
kerja dapat mengalami stres, yang dapat berkembang menjadikan tenaga
kerja sakit, fisik dan mental sehingga tidak dapat bekerja lagi secara
optimal.36
36
Ibid, hal 371 34
Karyawan dalam interaksinya di pekerjaan, dipengaruhi pula oleh
hasil interaksinya di tempat lain, di rumah, di sekolah, di perkumpulan dan
sebagainya. Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi
optimal atau yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari
satu macam pembangkit stres saja tetapi dari beberapa pembangkit stres.
Sebagian besar dari waktu manusia bekerja. Karena itu lingkungan pekerjaan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja.
Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres yang besar
perannya terhadap kurang befungsinya atau jatuh sakitnya seseorang
karyawan yang bekerja.
Menurut Hurrell, terdapat beberapa faktor-faktor di pekerjaan yang
menurut hasil penelitian dapat menimbulkan stres yang dikelompokkan ke
dalam lima kategori besar yaitu antara lain:37
1.
Faktor-faktor Intrinsik dalam pekerjaan
Termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas.
Tuntutan fisik meliputi bising, vibrasi dan hygiene. Sedangkan faktorfaktor tugas mencakup kerja shift/kerja malam, beban kerja dan
penghayatan dari risiko berbahaya.
2.
Peran Individu dalam Organisasi
Setiap karyawan bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi,
artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus ia
37
Ashar Sunyoto Munandar, op.cit., 381-397 35
lakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang
diharapkan oleh atasannya. Namun demikian karyawan tidak selalu
berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masalah.
Kurang baik berfungsinya (dysfunction) peran, yang merupakan
pembangkit stres, yang akan dibicarakan di sini ialah konflik peran dan
ketaksaan peran (role ambiguity).
Van Sell dan Kahn menemukan bahwa karyawan yang menderita konflik
peran yang lebih banyak memiliki kepuasan kerja yang lebih rendah dan
ketegangan pekerjaan yang lebih tinggi. Konflik peran juga berkaitan
dengan stres fisiologikal.
3.
Pengembangan Karier (Career Development)
Everly dan Girdano menganggap bahwa untuk menghasilkan kepuasan
pekerjaan dan mencegah timbulnya frustasi pada para tenaga kerja, perlu
diperhatikan tiga unsur yang penting dalam pengembangan karier, yaitu:
a. peluang untuk menggunakan keterampilan jabatan sepenuhnya
b. peluang mengembangkan keterampilan yang baru
c. penyuluhan karier untuk memudahkan keputusan-keputusan yang
menyangkut karier
Pengembangan karier merupakan pembangkit stres potensial yang
mencakup ketidakpastian pekerjaan (job insecurity), promosi berlebih
dan promosi yang kurang (over and under promotion).
36
4.
Hubungan dalam Pekerjaan
Menurut Kahn, hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejalagejala adanya kepercayaan yang rendah, taraf pemberian support yang
rendah dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam
organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan
ketaksaan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antarpribadi
yang tidak sesuai antara karyawan dan ketegangan psikologikal dalam
bentuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kondisi
kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya.
5.
Struktur dan Iklim Organisasi
Faktor stres yang ditemukan dalam kategori ini terpusat pada sejauh
mana tenaga kerja dapat terlibat atau berperan serta dan pada support
sosial. Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya peran serta atau
partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana
hati dan perilaku yang negatif. Peningkatan peluang untuk berperan serta
menghasilkan peningkatan unjuk-kerja dan peningkatan taraf dari
kesehatan mental dan fisik.
Kriteria
keberhasilan
manajemen
kinerja
menurut
Wibowo
mempunyai peranan penting untuk mencapai tujuan organisasi, namun
pelaksanaannya tidaklah mudah. Manajemen kinerja dapat dinyatakan
berhasil apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:38
38
Wibowo, op.cit., 34
37
1.
Proses manajemen kinerja telah memungkinkan pengalaman dan
pengetahuan yang diperoleh individu dari perkejaan dapat dipergunakan
untuk memodifikasi tujuan organisasi.
2.
Terdapat komitmen dan dukungan dari manajemen puncak untuk
menjalankan manajemen kinerja. Manajemen kinerja akan sulit
terlaksana tanpa dukungan dari komitmen manajemen puncak.
3.
Proses penyelenggaraan manajempen kinerja dapat disesuaikan dengan
pekerjaan sebenarnya dari organisasi dan sebagaimana kinerja pada
umumnya dikelola
4.
Manajemen kinerja dapat memberi nilai tambah dalam bentuk hasil
jangka pendek maupun pengembangan jangka panjang
5.
Proses manajemen kinerja diintegrasikan dengan proses perencanaan
strategis dan bisinis
6.
Proses manajemen kinerja dapat bekerja secara fleksibel untuk
disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan lokal atau khusus
7.
Proses manajemen kinerja siap diterima oleh semua yang berkepentingan
sebagai komponen alamiah manajemen yang baik dan praktik pekerjaan
8.
Semua stakeholder organisasi terlibat dalam desain, pengembangan dan
pengenalan manajemen kinerja. Ini terdiri dari manajemen puncak, line
manager, pekerja individu dan serikat atau perwakilan pekerja
38
9.
Proses manajemen kinerja berjalan secara transparan dan bekerja secara
jujur dan adil
10. Manajer dan team leader melakukan tindakan untuk memastikan bahwa
terdapat saling pengertian bersama, biasanya tentang visi, strategi, tujuan
dan nilai-nilai organisasi.
11. Proses manajemen kinerja memahami bahwa terdapat kepentingan
masyarakat dalam organisasi dan menghargai kebutuhan individual
12. Proses manajemen kinerja dipergunakan oleh manajer dan team leader
untuk membantu orang merasa bahwa mereka dihargai oleh organisasi
13. Proses manajemen kinerja membantu menyesuaikan tujuan organisasi
dan individu. Individu dan tim diberi kesempatan menyampaikan
pandangan tentang apa yang dapat mereka capai dan pandangannya
didengar
14. Fokus manajemen kinerja pada pengembangan orang dan pertimbangan
tentang dukungan yang mereka perlukan. Terdapat kerangka kerja
kompetensi terutama untuk organisasi dengan keterlibatan penuh semua
yang
berkepentingan.
Training
keterampilan
manajemen
kinerja
diberikan pada manajer, team leader dan pekerja pada umumnya
15. Tujuan dan pelaksanaan manajemen kinerja dan tentang manfaatnya bagi
semua yang berkepentingan, dikomunikasikan secara meluas dan efektif.
Efektivitas manajemen kinerja dimonitor dan dievaluasi terus-menerus.
39
16. Pendapat semua stakeholder diperhatikan tentang seberapa baik
skemanya berjalan dan tindakan diambil sesuai keperluan untuk
memperbaiki berbagai proses.
Faktor yang mendorong kinerja adalah perilaku. Perilaku adalah
tentang bagaimana anda bertindak (how you act), dan bukan tentang apa atau
siapa anda (what you are or who you are). Terdapat tujuh indikator kinerja
menurut Hersey, Blanchard dan Johnson yaitu antara lain:39
1.
Tujuan
Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif dicari oleh
seorang individu atau organisasi untuk dicapai. Tujuan merupakan suatu
keadaan di masa yang akan datang. Dengan demikian tujuan
menunjukkan arah ke mana kinerja harus dilakukan. Atas dasar arah
tersebut, dilakukan kinerja untuk mencapai tujuan.
2.
Standard
Standard mempunyai arti penting karena memberitahukan kapan suatu
tujuan dapat diselesaikan. Standar merupakan suatu ukuran apakah
tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat
diketahui kapan suatu tujuan dicapai.
Standar menjawab pertanyaan tentang kapan kita tahu bahwa kita sukses
atau gagal. Kinerja seseorang dikatakan berhasil apabila mampu
39
Wibowo & Phil, op.cit., 102-105
40
mencapai standar yang ditentukan atau disepakati bersama antara atasan
dan bawahan.
3.
Umpan Balik
Antara tujuan, standar dan umpan balik bersifat saling terkait. Umpan
balik melaporkan kemajuan, baik kualitas maupun kuantitas dalam
mencapai tujuan yang didefinisikan oleh standar. Umpan balik terutama
penting ketika ia mempertimbangkan “real goals” atau tujuan
sebenarnya. Tujuan yang dapat diterima oleh pekerja adalah tujuan yang
bermakna dan berharga.
4.
Alat atau Sarana
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk
membantu menyelesaikan tujuan dengansukses. Alat atau sarana
merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa alat atau
sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak
dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya.
5.
Kompetensi
Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam kinerja karena
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan
pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik. Orang harus
melakukan lebih dari sekadar belajar tentang sesuatu, orang harus dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik. Kompetensi memungkinkan
41
seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan.
6.
Motif
Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu. Manajer memfasilitasi motivasi kepada karyawan
dengan insentif berupa uang, memberikan pengakuan, menetapkan
tujuan menantang, menetapkan standar terjangkau, meminta umpan
balik, memberikan kebebasan melakukan pekerjaan termasuk waktu
melakukan pekerjaan, menyediakan sumber daya yang diperlukan dan
menghapuskan tindakan yang mengakibatkan disintensif.
7.
Peluang
Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi
kerjanya. Terdapat dua faktir yang menyumbangkan pada adanya
kekurangan kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan
kemampuan untuk memenuhi syarat.
Tugas mendapatkan prioritas lebih tinggi, mendapat perhatian lebih
banyak dan mengambil waktu yang tersedia. Jika pekerja dihindari
karena supervisor tidak percaya terhadap kualitas atau kepuasan
konsumen, mereka secara efektif akan dihambat dari kemampuan
memenuhi syarat untuk berprestasi.
42
2.4.3 Karyawan
Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa
keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan
berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses dan tujuang yang
ingin dicapai.
Karyawan adalah bagian yang penting dari lingkungan internal
organisasi. karyawan (employee) organisasi juga merupakan elemen utama
dari lingkungan internal. Karyawan juga meminta lebih banyak pemelikan
pekerjaan – sebagian kepemilikan atas perusahaan atau setidaknya lebih
banyak kebebasan bagi mereka dalam cara melakukan pekerjaan mereka40.
Organisasi akan kehilangan sebagian besar potensi sumber daya
manusianya karena tidak memprioritaskan komunikasi 2 arah yang efektif
yang
merupakan
landasan
untuk
hubungan
manajemen-karyawan
keseluruhan. Smith menyebut ini sebagai konsekuensi akibat “kemalasan
dalam bekerja”.
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus
menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Untuk itu
diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih
menguasai dan ahli dibidangnya masing-masing serta meningkatkan kinerja
yang ada. Dengan begitu proses pengembangan dan evaluasi karyawan
40
Ricky Griffin. Manajemen. (Jakarta; Erlangga, 2004) hal 79
43
menjadi sangat penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun
yang tinggi.
Komunikasi karyawan yang efektif akan berkembang dalam iklim
yang jujur dan dapat dipercaya. Idealnya hubungan kerja itu dicirikan
setidaknya dengan tujuh kondisi:
1.
Keyakinan dan kepercayaan antara karyawan dan atasan
2.
Informasi yang jujur dan transparan bebas mengalir ke atas, bawah dan
samping di dalam organisasi
3.
Status dan partisipasi yang memuaskan untuk setiap orang
4.
Kontinuitas kerja tanpa perselisihan
5.
Lingkungan yang sehat dan aman
6.
Keberhasilan usaha
7.
Optimisme tentang masa depan41
41
(http://elvinadyah.blogspot.com/p/publik-relation.html. Diakses Sabtu, 22 Juli 2012, pukul 10.00
WIB)
Download