BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Komunikasi dan Komunikasi Organisasi A. KOMUNIKASI a. Pengertian Komunikasi Studi komunikasi dapat diterima sebagai suatu disiplin ilmu, baru pada pertengahan abad ke-20. Walaupun telah diketahui bahwa komunikasi manusia itu sesungguhnya telah hadir sejak diciptakannya manusia. Kehadirannya malah tidak bisa dielakkan, karena perjumpaan itu sendiri memerlukan komunikasi agar dapat berlanjut menjadi persahabatan, pertemanan, persekutuan atau bahkan perkawinan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan perekat hubungan antar manusia. Komunikasi dibutuhkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain, karena komunikasi merupakan pengaruh dan alat dalam aktifitas manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat bertanya mengenai suatu hal yang tidak diketahuinya, menerima dan mengawasi. Komunikasi dapat menjadi saran-saran guna terciptanya ide bersama, memperkuat perasaan kebersamaan melalui tukar menukar pesan (informasi), menggambarkan emosi dan kebutuhan mulai dari yang paling sederhana sampai yang kompleks. Istilah komunikasi sudah demikian popular dan dipergunakan oleh kebanyakan orang. Istilah tersebut dipergunakan dalam semua kesempatan baik dalam pembahasan maupun dalam membicarakan berbagai masalah. Manusia 19 Universitas Sumatera Utara sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial mempunyai rasa ingin tahu, ingin maju dan ingin berkembang, maka salah satu syaratnya adalah komunikasi. Karenanya komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin yaitu communico yang artinya membagi (Cangara,1998:17). Komunikasi dapat diartikan sebagai ‘transfer informasi’ atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak (Rosady, 2001:77). Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell, bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : siapa yang menyampaikan (komunikator), apa yang disampaikan (pesan), melalui saluran apa (media), kepada siapa (komunikas) dan apa pengaruhnya (efek) (dalam Effendy,1999:10). Menurut Onong Uchjana Effendy (2001:2) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan-aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara dan diubah. Komunikasi menurut Carl I. Hovland adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan 20 Universitas Sumatera Utara pendapat dan sikap. Dalam hal ini ada upaya dari komunikator selaku penyampai pesan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat dari komunikan atau sasaran komunikasi (dalam Effendy,1993:12). H.A.W. Widjaja (2000:13), berpendapat bahwa komunikasi merupakan suatu hubungan dimana terdapat tukar menukar pendapat atau informasi diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan kontak antara manusia baik secara individu maupun kelompok. Menurut Arifin Anwar (1999:17), komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain.. JB. Wahyudi (1999:15), memberikan definisi komunikasi yang lebih bersifat universal yang menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses dengan mana symbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti. Menurut Delozier, komunikasi melibatkan berbagai tanda-tanda informasi baik yang berbentuk verbal, nonverbal dan paralinguistik. Tanda-tanda nonverbal meliputi ekspresi fasial, gerak anggota tubuh, pakaian, warna, musik, rasa, ruang dan waktu, sentuhan serta bau. Sedangkan tanda-tanda paralingustik adalah tandatanda yang terdapat diantara komunikasi verbal dan nonverbal yang meliputi kualitas suara seperti kecepatan berbicara, tekanan suara dan vokalisasi yang digunakan untuk menunjukkan makna dan emosi tertentu (dalam Jahi,1993:3). Definisi-definisi komunikasi di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar. Namun, sedikit banyaknya dapat memberi gambaran seperti apa yang diungkapkan oleh Shanon 21 Universitas Sumatera Utara dan Weaver (1949), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja serta tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara,1998:19). Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan / informasi. Di dalam proses komunikasi terdapat tiga unsur yang sangat penting, yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Proses komunikasi secara primer, yaitu : proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran. 2. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu : proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator dalam hal ini menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh dan berjumlah banyak (Effendy,1993:33). b. Ciri Komunikasi Komunikasi memiliki sifat atau ciri. Adapun sifat atau ciri dari komunikasi, antara lain : 1. Komunikasi Verbal (Verbal Communication) a) Komunikasi Lisan (Oral Communication) 22 Universitas Sumatera Utara b) Komunikasi Tulisan / Cetak (Written/Printed Communication) 2. Komunikasi Niverbal (Nonverbal Communication) a) Komunikasi Kial / Isyarat Badaniah (Gestured Communication) b) Komunikasi Gambar (Pictorial Communication) 3. Komunikasi Tatap Muka ( Face to Face Communication) 4. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication) (Effendy,1993:33) c. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Suatu pesan disampaikan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar pesan tersebut dapat dimengerti, memperkuat dan bahkan mampu mengubah orang lain. Dengan kata lain, kegiatan atau proses komunikasi tidak begitu saja diterima oleh komunikan, tetapi akan mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum akhirnya diterima dan menghasilkan efek sesuai dengan keinginan komunikator. Adapun tujuan komunikasi menurut Onong U. Effendy (1993:55), adalah : 1. Mengubah sikap (to change the attitude) 2. Mengubah pendapat atau opini (to change the opinion) 3. Mengubah prilaku (to change the behaviour) 4. Mengubah masyarakat (to change the society) Fungsi komunikasi dipandang dari arti yang luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan akan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Adapun fungsi dari kegiatan komunikasi, dibagi atas empat fungsi utama (Effendy,1999)., yaitu: 23 Universitas Sumatera Utara 1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence) d. Tatanan Komunikasi Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi yang ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut: 1. Komunikasi Pribadi (Personal Communication), yaitu : komunikasi diri sendiri, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Komunikasi Pribadi ini terbagi atas: a). Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) b). Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) 2. Komunikasi Kelompok (Group Communcation), yaitu: komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunkasi ini terdiri dari : a). Komunkasi kelompok kecil (small group communication) Ceramah (lecture) Diskusi Panel (panel discussion) 24 Universitas Sumatera Utara Symposium Forum Seminar Lain-lain b). Komunikasi kelompok besar (large group communication / Public Speaking). 3. Komunikasi Massa (Mass Communication), yaitu: komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi dan kegiatan yang sebenarnya). Komunikasi Massa ini terdiri dari : a). Komunikasi media massa cetak (printed mass media communication) Surat Kabar (daily) Majalah (magazine) b). Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media communication) Radio Televisi Film Lain-lain 4. Komunikasi Medio (Medio Communication), yang terdiri dari: a). Surat b). Telepon 25 Universitas Sumatera Utara c). Pamflet d). Poster e). Lain-lain (Effendy,1999). B. KOMUNIKASI ORGANISASI a. Pengertian Komunikasi Organisasi Ilmu komunikasi mempunyai peranan penting dalam pengembangan ilmuilmu lain. Penggunaan ilmu komunikasi secara tepat akan memberi manfaat yang besar dalam kelangsungan ilmu lainnya. Komunikasi organisasi merupakan salah satu bidang komunikasi, dapat berperan dalam menyediakan informasi komunikasi yang efektif bagi manajemen dalam rangka pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah ataupun peluang-peluang yang berkaitan dengan organisasi, untuk meningkatkan kinerja organisasi itu sendiri. Dalam kehidupan modern, sebagian besar dari kita paling tidak pernah menjadi anggota sebuah organisasi. Ukurannya mungkin kecil, sederhana ataupun besar. Ada organisasi yang berorientasikan semata-mata tanpa mementingkan keuntungan dan ada juga yang mementingkan keuntungan. Wujud organisasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu organisasi sektor pemerintah dan organisasi sektor swasta. Louis E Boone (1997) mengatakan tentang komunikasi dan komunikasi organisasi yaitu: (1) komunikasi adalah aktivitas yang berlaku dalam proses pertukaran pesan yang bermakna melalui seseorang atau sekumpulan orang 26 Universitas Sumatera Utara dengan pihak lain yang menerima semua tindakan dan ujaran. (2) komunikasi organisasi adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang atau sekumpulan orang untuk memenuhi keperluan organisasi baik pada tingkat internal atau eksternal dan lingkungannya yang kompleks. Katz dan Khan (dalam Gohdhaber, 1983:17), berpendapat bahwa komunikasi organisasi sebagai sebuah pengaturan informasi, petukaran informasi dan penyampaian maksud dalam lingkungan organisasi. Jadi penyampaian pesan atau maksud dari komunikator kepada komunikan tidak hanya vital dalam perumusan dan pencapaian tujuan organisasi tetapi juga merupakan sarana yang penting untuk melaksanakan kegiatan organisasional. Komunikasi organisasi terdiri atas komunikasi di luar perusahaan dan komunikasi dalam perusahaan. Komunikasi di luar perusahaan adalah komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan, pemegang saham, pemasok, mitra kerja, pemimpin dan komunitas lokal. Sedangkan komunikasi dalam perusahaan adalah komunikasi dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas antara pimpinan dengan pegawainya. Kedua hal ini merupakan hal yang penting dan harus ditingkatkan. Dalam suatu organisasi komunikasi tersebut dapat terjadi antara pimpinan dengan pegawai atau antara sesama pegawai dan antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lainnya. Proses komunikasi antara pimpinan dengan pegawai atau komunikasi sesama pegawai berfungsi untuk memberikan informasi atau mentransfer pesan makna. Melalui transfer informasi atau pesan-pesan tersebut terjadi proses interprestasi yaitu pihak komunikan akan menafsirkan makna ‘decode’ menjadi 27 Universitas Sumatera Utara ‘encode’ dari berbagai sudut pandangnya (perseptif), berasal dari kerangka pengalamannya (field of experiences) dan kerangka referensinya (frame of references). Untuk dapat mengubah sesuatu, maka harus disampaikan pesan yang berupa gagasan-gagasan, ide-ide maupun perintah-perintah agar dapat diterima dan disetujui. Adapun pesan yang biasa digunakan dalam suatu perusahaan , biasanya berupa peraturan-peraturan yang dibuat oleh pimpinan untuk lebih mengikat para pegawai. Selain itu, pimpinan juga biasanya membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk lebih dapat mengatur para pegawainya dalam melaksanakan setiap pekerjaan, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Berhasil atau tidaknya suatu pesan yang disampaikan akan bergantung pada pengemasan pesan, kemampuan komunikator menyampaikan pesan serta kemampuan dalam memilih komunikasi apa yang efektif. Dengan demikian orang lain akan menerima pesan tersebut dan bahkan mampu mengubah orang tersebut. Pengemasan pesan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu komunikasi. Pesan yang dikemas sedemikian rupa tentu akan lebih mudah diserap dan dimengerti sehingga tujuan komunikasi tepat mengenai sasaran. Menurut Wilbur Schramm (Effendy,1992:37), agar proses penyampaian pesan dapat berjalan secara efektif, maka komunikator harus memperhatikan kondisi-kondisi (the condition of success in communication), berikut ini : 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. 28 Universitas Sumatera Utara 2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikannya sehingga sama-sama mengerti. 3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. 4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Kedudukan dan fungsi komunikator dalam upaya menciptakan efektifitas dalam proses komunikasi adalah sangat penting, karena daripadanya terletak efektif tidaknya pesan-pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dipersiapkan. Persiapan dalam arti membuat perencanaan dan strategi itu, adalah tugas dan fungsi komunikator. Komunikasi yang efektif dalam sebuah organisasi dapat dicapai bila derajat antara komunikator dan komunikan sama dalam setiap situasi. Dan untuk melaksanakan komunikasi yang efektif menurut Drs. Onong U.Effendy (1981:3942), terdapat dua faktor penting yang harus diperhatikan oleh komunikator yaitu: a. Kepercayaan terhadap komunikator (source credibility), yang ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kapercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan 29 Universitas Sumatera Utara lebih cenderung komunikan untuk merubah kepercayaannya kearah yang dikehendaki oleh komunikator. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifatsifat komunikator. Karena itu kredibilitas tidak melekat pada diri seseorang, artinya seorang pimpinan bisa jadi memiliki kredibilitas di mata keluarganya, namun tidak di kalangan teman-temannya (Rakhmat,2000:257). b. Daya Tarik Komunikator (source attractivness), seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka maka akan tercipta suatu opini publik yang menyenangkan. Menurut Cangara (1998:98), daya tarik seorang komunikator terletak pada empat hal, yaitu : 1. Similarity, kesamaan demografik seperti bahasa, suku, agama, ideologi dan lain-lain. 2. Familiarity, komunikator dikenal baik. 3. Liking, komunikator disukai atau didolakan oleh khalayak. 4. Physic, bentuk dan tampilan fisiknya sempurna. Dengan demikian, setiap orang yang hendak memahami suatu organisasi, sebaiknya memahami dahulu begaimana kondisi dan proses komunikasi berlangsung dalam organisasi tersebut. Sebab organisasi tidak hanya sekedar alat untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat yang membutuhkan tetapi 30 Universitas Sumatera Utara juga memiliki peranan lebih luas, antara lain sebagai penyedia lingkungan hidup, sebagai tempat bagi kehidupan sosia b. Saluran Komunikasi Dalam Organisasi Pola komunikasi harus memberikan kemungkinan komunikasi dalam empat arah yang berbeda-beda yaitu ke atas, ke bawah, horizontal dan diagonal. 1. Komunikasi Ke Bawah (Downward Communication) Komunikasi ke bawah mengalir dari orang pada jenjang hirarki yang lebih tinggi ke yang lebih rendah. Bentuk yang paling umum adalah: instruksi, memo resmi, pernyataan tentang kebijaksanaan perusahaan, prosedur, pedoman kerja dan pengumuman perusahaan. Dalam banyak organisasi, komunikasi ke bawah sering kali tetap dan kurang teliti. Ini terlihat dari pernyataan yang sering terdengar diantara para anggota bahwa mereka tidak mengetahui informasi yang telah disampaikan. Katz dan Khan (dalam Reksohadiprojo & Hani, 1991:18) mengemukakan bahwa aliran komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok yaitu: a. Untuk memberikan pengarahan-pengarahan atau intruksi kerja tertentu. b. Untuk memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan itu harus dilaksanakan. c. Untuk memberikan informasi prosedur organisasi. d. Untuk memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para pegawai/bawahan. e. Untuk menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi dalam menanamkan pengertian terhadap tujuan yang akan dicapai. 31 Universitas Sumatera Utara 2. Komunikasi Ke Atas (Upward Communication) Organisasi yang efektif memerlukan komunikasi keatas yang sama banyaknya dengan kebutuhan akan komunikasi ke bawah. Dalam situasi ini komunikator berada dalam jenjang yang lebih rendah dari organisasi daripada si penerima. Arus komunikasi ke atas yang sering dilakukan adalah pengadaan kotak saran, pertemuan kelompok dan sebagainya. 3. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication) Hal yang seringkali dilupakan oleh banyak organisasi adalah arus komunikasi horizontal. Komunikasi ini terjadi terhadap sesama anggota dalam kelompok kerja yang sama dan diantara departemen pada tingkatan organisasi yang sama. Komunikasi horizontal sangat perlu untuk mengadakan koordinasi dari bermacam-macam fungsi keorganisasian, misalnya antara produksi dan penjualan dalam organisasi bisnis. 4. Komunikasi Diagonal (Diagonal Communcation) Meskipun arus komunikasi ini paling sedikit digunakan tetapi pada dasarnya komunikasi ini dapat juga dikatakan penting apabila para anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui cara yang lain. Komunikasi ini bila berlaku secara informal tidak akan menimbulkan masalah tetapi apabila timbul rasa ketidakpuasan bawahan akan informasi yang disampaikan oleh pimpinan akan dapat mempengaruhi saluran komunikasi dalam organisasi. 32 Universitas Sumatera Utara c. Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Organisasi Ketidakefektifan komunikasi dalam suatu organisasi dapat disebabkan oleh berbagai macam hambatan manusiawi dan teknis. Bentuk-bentuk hambatan itu menurut Soekanto dan Handoko (1991:185) dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori yaitu: diri pribadi, antar pribadi, organisasional dan teknologi. 1. Faktor Hambatan Dalam Diri Pribadi a. Persepsi Selektif Persepsi selektif adalah suatu proses menyeluruh dimana seseorang dapat menyeleksi, mengorganisasikan dan mengartikan segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya. Dalam hal ini individu menpunyai kecenderungan untuk melihat dan mendengar hanya terbatas pada apa yang diiinginkannya. b. Perbedaan Individual Dalam Ketrampilan Komunikasi Disamping perbedaan persepsi, individu juga memiliki perbedaan dalam hal kemampuan untuk mengembangkan dan menerapkan ketrampilan komunikasi. Ada individu yang merupakan pembicara yang baik tetapi menjadi pendengar yang jelek. Ada yang tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara verbal (lisan) tetapi mampu menulis berita-berita dengan sangat jelas dan ringkas. 2. Faktor Hambatan Antar Pribadi a. Iklim (suasana) Iklim akan mempengaruhi proses komunikasi. Pada saat pimpinan dan bawahan berkomunikasi, perasaan-perasaan yang muncul akan membatasi atau mendorong isi maupun frekuensi komunikasi mereka. Suasana yang kurang 33 Universitas Sumatera Utara mendukung dapat dengan mudah menjadi sebuah penolakan bagi aliran komunikasi yang dilakukan. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpercayaan dari komunikan terhadap komunikator. b. Kepercayaan Tingkat kepercayaan komunikan terhadap komunikator sangat dipengaruhi oleh pandangan dan reaksi komunikan terhadap gagasan dan tindakan komunikator. Ketidakpercayaan dapat menyebabkan salah satu pihak bersikap defensif sehingga dapat mengurangi kemungkinan untuk melakukan komunikasi yang efektif. c. Kredibilitas Kredibilitas berhubungan erat dengan kepercayaan. Kredibilitas itu sendiri menyangkut unsur: kejujuran, keahlian atau kemampuan, dinamisme atau antusiasme dan keterbukaan atau objektivitas. Para pegawai akan lebih mempercayai informasi yang berasal dari sumber yang menurut mereka paling jujur, adil dan objektif. d. Kesamaan Komunikator dan Komunikan Adanya kesamaan seperti umur, jenis kelamin, ras atau suku bangsa, sikap, minat dan kemampuan seseorang akan dapat meningkatkan efektifitas komunikasi antara komunikator dan komunikan. 3. Faktor Hambatan Organisasional a. Status Status seseorang dalam organisasi bergantung pada posisi yang sedang ia duduki. Kenyataan menunjukkan bahwa: 34 Universitas Sumatera Utara - Orang yang memiliki status lebih tinggi biasanya lebih senang melakukan komunikasi dengan mereka yang sama derajatnya daripada dengan mereka yang berstatus lebih rendah . - Semakin lebar perbedaan status, semakin besar kecenderungan bahwa informasi akan mengalir dari individu yang berstatus lebih tinggi ke individu yang berstatus lebih rendah dan ini tidak berlaku sebaliknya. - Individu yang berstatus lebih tinggi pada umumnya lebih mendominasi pembicaraan dibandingkan dengan individu yang berstatus lebih rendah. b. Transmisi Hirarki Perbedaan hirarki merupakan aspek pokok pengembangan sebuah organisasi. Hirarki dimaksudkan untuk memudahkan pencapaian kegiatankegiatan melalui informasi yang disalurkan secara sistematik keseluruh bagian organisasi. Namun kesulitan komunikasi juga akan timbul, jika semakin banyak tingkatan yang harus dilalui pesan atau informasi maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ketempat tujuan sehingga ketepatan berita akan semakin kecil pula. 4. Faktor Hambatan Teknologis Salah satu hambatan yang terbesar terhadap akurasi komunikasi adalah anggapan bahwa setiap kata yang sama akan mengandung pengertian yang sama pula. Latar belakang seseorang, kepentingan dan pendidikan sesorang akan menentukan pengertiannya terhadap pesan yang diterima. Sebagai contoh perintah atasan untuk mengerjakan tugas ‘secepat mungkin’ dapat mengandung arti satu jam, satu hari bahkan satu minggu. 35 Universitas Sumatera Utara 2.2. Komunikasi Antar Pribadi 1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orrang atau lebih, dapat berlangsung secara tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan media seperti telepon, telegram, surat dan sebagainya. Dean C. Barluns menggemukakan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur. (Liliweri, 1991:48) William G. Glueck dalam bukunya manajemen mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antar dua orang atau lebih dalam suatu kelompok kecil. (Widjaya, 1986:8) De Vito mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri sebagai berikut: 1. Keterbukaan (openess) 2. Empati (emphaty) 3. Dukungan (support) 4. Rasa positif (positiveness) 5. Kesamaan (equality) 36 Universitas Sumatera Utara Ad 1. Keterbukaan (openess) Segala ide, gagasan maupun permasalahan hendaknya diungkapkan secara bebas dan terbuka, karenanya antara komunikator dan komunikan harus saling mengerti dan memahami. Ad 2. Empati (emphaty) Pesan-pesan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh perhatian oleh kedua belah pihak tanpa berpura-pura. Ad 3. Dukungan (supportiveness) Ide maupun gagasan yang dikomunikasikan hendaknya mendapat dukungan dari kedua belah pihak, dengan adanya dukungan tersebut akan menimbulkan semangat dalam melaksanakan aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ad 4. Rasa Positif (positiveness) Rasa positif yang timbul di dalam berkomunikasi dapat menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk berprasangka atau curiga antara satu dengan yang lain. Ad 5. Kesamaan (equality) Komunikasi yang berlangsung akan terasa terjalin lebih akrab dan kuat apabila terdapat berbagai kesamaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam setiap kegiatan komunikasi antar pribadi selalu melibatkan orang sebagai organ pelaksana dalam penyampaian pesan. Karenanya agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat memberikan hasil yang baik, dapat 37 Universitas Sumatera Utara digunakan teknik persuasif. Teknik persuasif yang dimaksud adalah kegiatan dalam upaya membujuk komunikan untuk melakukan atau berbuat sesuai dengan maksud dan tujuan komunikator. Untuk itulah seorang komunikator dalam melakukan komunikasi antar pribadi hendaknya mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik agar pihak komunikan merasakan bahwa komunikator itu sendiri ikut serta dengannya. Adanya rasa kesamaan tersebut akan dapat menimbulkan sikap simpati komunikan terhadap komunikator yang pada akhirnya komunikan akan bersedia untuk mengikuti pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. 2. Proses Dan Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi A. Proses Komunikasi Antar Pribadi Pengertian proses dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau peristiwa yang sedang berlangsung dalam mencapai suatu hasil tertentu. Proses komunikasi itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan atau peristiwa ketika pesan mulai disampaikan sampai terjadinya tindakan sebagai pengaruh dari pesan itu. Komponen komunikasi tersebut di atas harus saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Jika suatu komponen diabaikan maka kegiatan proses komunikasi tidak akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses komunikasi antar pribadi memerlukan lambang-lambang sebagai media. Lambang sebagai media yang terdapat dalam komunikasi antar pribadi dapat dibagi atas dua bagian, yaitu: 38 Universitas Sumatera Utara 1. Lambang Verbal, yaitu penggunaaan bahasa sebagai media. Bahasa merupakan lambang yang dapat mewakili kenyataan yang konkrit dan objektif disamping juga dapat mewakili hal-hal yang bersifat abstrak. 2. Lambang Non Verbal, dimana proses komunikasi yang berlangsung dengan gejala yang menyangkut gerak-gerik (gesture), sikap (postures), ekspresi (facial expression) dan gejala lain yang sama. B. Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi Efektifitas komunikasi antar pribadi dalam hal ini adalah apabila tercapai tujuan dalam rangka mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku. Mc Grosky, Larson dan Knap dalam bukunya”An Introduction to Interpesonal Communication” mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi. (effendy, 1981:37) Steward L. Tubs dan Sylvia Moss mengemukakan bahwa komunikasi yang efektif setidaknya akan menimbulkan lima hal yaitu: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makna baik dan tindakan. (Rakhmat, 1986:38) Pengertian, diartikan sebagai penerimaan yang cermat dari pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator. Kesenangan, komunikasi yang dilakukan bukan hanya menyampaikan informasi, melainkan untuk menjalin hubungan yang lebih akrab dan menyenangkan. 39 Universitas Sumatera Utara Pengaruh pada sikap, bagaimana agar pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi pendapat, sikap dan tingkah laku sesesorang. Hubungan yang semakin baik, Komunikasi ditujukan untuk dapat membina hubungan sosial diantara para komunikannya. Tindakan, merupakan tujuan yang diinginkan dari proses komunikasi. Chester I Barnard mengatakan jika ditinjau dari unsur komunikasi maka seseorang akan menerima pesan jika terjadi empat kondisi berikut: 1. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi. 2. Pada saat ia mengambil keputusan ia sadar bahwa keputusanya bersangkutan bagi kepentingan pribadinya. 3. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai dengan tujannya. 4. Ia mampu untuk menempati baik secara mental maupun secara fisik. (Rahmat, 1986:38) 2.3. Efektifitas Kerja Efek secara umum berarti dampak atau akibat. Efektifitas terdiri atas gabungan dua kata yaitu efek dan aktifitas. Pengertian efek telah diuraikan di atas, sedangkan aktifitas berarti tindakan (aksi) atau kegiatan yang dilakukan secara rutin pada waktu tertentu. Jadi arti sederhana dari efektifitas adalah dampak atau akibat dari tindakan yang dilakukan secara rutin pada waktu tertentu. Efektifitas berasal dari bahasa Inggris “effective”, yang berarti hasil, ditaati, mengesankan, manjur dan mujarab. Dengan demikian efektifitas dapat 40 Universitas Sumatera Utara diartikan sebagai pencapaian tugas yang menunjukkan tingkat keberhasilan tugas dan sesuai dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Kerja adalah kegiatan kemanusiaan yang mengandung makna ekonomis bagi kehidupan manusia. Definisi tersebut mengandung dua unsur kegiatan, yaitu kegiatan sosial dan kegiatan ekonomis. Dikatakan kegiatan sosial karena kegiatan tersebut dilakukan oleh jasa yang diberikan oleh manusia atau sekelompok manusia terhadap orang lain. Jasa tersebut kemudian mendapatkan imbalan (resiprocity), berupa materi (uang), sehingga disebut dengan kegiatan ekonomis (Benggolo,1973:6). Berbicara mengenai atau definisi efektifitas kerja, bukanlah hanya satu masalah teknis semata, tetapi merupakan suatu masalah yang kompleks. Ada banyak pengertian tentang efektifitas, yang mana menunjukkan betapa kompleksnya sesungguhnya arti dari efektifitas kerja dalam suatu organisasi. Ada ciri yang sama dari berbagai pengertian yang diberikan yaitu menyangkut keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi. Menurut Handayaningrat (2000:16), efektifitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan manajemen yang efektif disertai dengan manajemen yang efisien. Sondang P.Siagian mengetakan bahwa efektifitas adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditentukan artinya pelaksanaan suatu pekerjaan dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu (1991:151). 41 Universitas Sumatera Utara Efektifitas menurut Sarwoto adalah pelayanan yang baik dan mutunya benar-benar sesuai dengan kebutuhan dalam mencapai tujuan organisasi (1991:126). Dengan demikian efektifitas merupakan suatu keadaan keberhasilan kerja baik dan sempurna, dalam arti sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Efektifitas kerja dalam pencapaiannya tidak dapat dipisahkan dari efisiensi kerja. Agar dapat menjamin suatu keberhasilan usaha dalam meningkatkan efektifitas kerja pegawai dalam suatu organisasi, maka seorang pemimpin harus dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap pegawainya , sehingga dapat menumbuhkan semangat, disiplin dan tanggung jawab dari para pegawai. Menurut Nitisemito (1982:160), semangat kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja dan keadaan yang didapat atau dialaminya setelah atau selama bekerja. Setiap perusahaan akan selalu berusaha agar efektifitas kerja dari pegawainya dapat ditingkatkan. Untuk dapat meningkatkan efektifitas yang lebih tinggi lagi perlu ditimbulkan dan ditingkatkan semangat dan kegairahan kerja pegawainya. Karenanya suatu perusahaan selalu berusaha agar setiap pegawainya memiliki moral kerja yang tinggi pula. Displin kerja yaitu suatu sikap yang ditunjukkan oleh pegawai berupa keputusan dan ketaatan secara sadar terhadap aturan-aturan organisasi yang berlaku. Setiap pegawai diharapkan mampu untuk mematuhi segala aturan yang berlaku dalam perusahaan. Selain itu, para pegawai juga harus dapat mempergunakan waktu seefisien mungkin, terutama dengan cara datang tepat 42 Universitas Sumatera Utara waktu ke kantor dan berusaha untuk menyelesaikan segala tugas dengan sebaikbaiknya. Selain itu, seorang pegawai juga harus mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan segala tugasnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan efektifitas kerja pegawai selain dengan pembinaan technikal skill (pengembangan dan latihan) pegawai, juga perlu diadakan pembinaan kesejahteraan sosial para pegawai dan keluarganya serta jaminan keamanan selama bekerja maupun sesudahnya dan yang paling penting adalah terjadinya komunikasi yang lancar antara pimpinan dengan pegawai. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tentunya sangat diperlukan guna mewujudkan hasil yang diharapkan oleh setiap perusahaan. Setiap pegawai sudah sepatutnya diarahkan untuk lebih meningkatkan efektifitas kerja mereka demi mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Efektifitas kerja merupakan tahapan usaha bagi pendayagunaan tenaga kerja secara maksimal. Sehingga dengan demikian pemanfaatan sumber daya manusia menjadikannya lebih berpotensi dan lebih mendukung keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara sebagai sebuah perusahaan, memberikan berbagai kebijaksanaan dan peraturan yang bertujuan agar para pegawai dapat bekerja secara optimal. Dengan demikian, efektifitas kerja di Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara akan dapat terlaksana dengan baik pula. 43 Universitas Sumatera Utara 2.4. Teori Kemanusiaan (Humanistic Theory) Teori ini dianggap para ahli muncul efektif sejak tahun 1930, dipelopori oleh Elton Mayo (1933), Fritz J. Roethlisberger & William Dickson (1939) yang semula mengadakan riset pada perusahaan listrik di Hawthorne sebagai reaksi terhadap pendekatan klasik, yaitu menjelajahi prinsi-prinsip manajemen ilmiah apakah keberlakuannya masih bisa dipertanggungjawabkan, dominan dan konsisten antara teori dengan praktek. Teori ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang berkaitan erat dengan komunikasi organisasi seperti : hubungan interpersonal (relasi sosial, kelompok informal), norma-norma kelompok dan gaya kepemimpinan supervisor dalam praktek kepenyeliaan (supervisory), perasaan karyawan terhadap kepuasan kerja dan morale, yang juga memberi andil penting dalam mempengaruhi efektifitas, efisiensi dan produktifitas karyawan, disamping juga pengaruh faktor-faktor lain yang lebih dahulu dikenal. Dengan kata lain, studi ini membuka dimensi pemahaman baru terhadap hakekat organisasi. Yaitu perlunya memandang organisasi dan karyawan sebagai suatu kelompok sosial atau sistem sosial yang berisikan baik struktur relasi formal maupun informal, dimana antara dimensi sosial dan psikologis dengan dimensi rasional formal dan emosional harus dipandang secara proporsional. Ganjaran ekonomis material dan ganjaran sosial psikologis sama-sama signifikan mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Teori ini terkenal dengan nama ‘Hawthorne Effect’, dimana sikap, emosi dan perasaan karyawan secara signifikan memepengaruhi produktifitas. 44 Universitas Sumatera Utara Implikasinya temuan ini bagi manajer adalah pentingnya manajer lebih menekankan faktor sosial dan prilaku manusia sebagai yang lebih utama daripada faktor lainnya. Artinya, produktifitas akan dicapai bila hubungan personal dan sosialnya efektif (Pohan, 2005: 39). Implikasinya bagi pengkajian dan perkembangan komunikasi organisasi makin jelas, temuan Hawthorne dapat di interpretasikan bahwa kinerja organisasional sangat tergantung pada pemahaman manajemen dan perhatiannya terhadap kebutuhan dan ide-ide karyawan. Pada masa Human Relation inilah dimulai gerakan dimana perhatian labih besar pada komunikasi dua arah (two way flow of communication) antara karyawan dan manajemen lebih diintensifkan dengan efektif. 45 Universitas Sumatera Utara