BAB IV PEMBAHASAN A. Analisa Statistik Deskriptif Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh NPL, LDR, NIM, BOPO dan ROE terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai 2015. Populasi perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah 36 bank. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu : 1. Bank yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2015 2. Bank listing di BEI pada tahun 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015 3. Bank mendapatkan laba pada periode tahun 2011-2015 4. Bank listing di BEI yang menyediakan data terkait dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sampel sebanyak 19 perusahaan. Daftar perusahaan perbankan yang dijadikan sampel penelitian dapat dilihat pada lampiran 1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu informasi yang dikumpulkan oleh orang lain bukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian (Imam Ghozali:2014). Manfaat menggunakan data 62 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 63 sekunder adalah hemat waktu dan biaya dalam mendapatkannya (Imam Ghozali:2014). Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap NPL (Non Performance Loan), LDR (Loan to Deposit Ratio ), NIM (Net Interest Margin), BOPO (Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional), ROE (Return On Equity) sebagai variabel independen terhadap return saham sebagai variabel dependen, data diperoleh dari www.idx.co.id, www.finance.yahoo.com dan beberapa website resmi bank sampel. Hasil statistik deskriptif data dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini setelah dilakukan pengolahan data adalah sebagai berikut. TABEL 4.1 HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF DESCRIPTIVE STATISTICS N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPL 95 ,0000 ,0398 ,011922 ,0092694 LDR 95 ,5239 1,0886 ,815364 ,1175564 NIM 95 ,0186 ,6400 ,059174 ,0617736 BOPO 95 ,5993 ,9890 ,813514 ,0981615 ROE 95 ,0150 ,4249 ,164749 ,0838096 RS 95 -,2800 ,3250 ,003087 ,0852967 Valid N (listwise) 95 (Sumber : Data diolah melalui SPSS 20, 2013) Dari hasil uji statistic deskriptif pada table 4.1 dapat dijelaskan sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 64 1. Non Performancing Loan (NPL) NPL pada 95 sampel keuangan perusahaan perbankan memiliki nilai ratarata sebesar 0,011922 dengan nilai terendah sebesar 0,0000 pada PT Bank Bumi Artha Tbk dan nilai tertinggi sebesar 0,0398 pada PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk dan standar deviasi sebesar 0,0398. 2. Loan Deposit Ratio (LDR) LDR pada 95 sampel keuangan perusahaan perbankan memiliki nilai ratarata sebesar 0,815364 dengan nilai terendah sebesar 0,5239 pada PT Bank Mega Tbk dan nilai tertinggi sebesar 1,0886 pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan standar deviasi sebesar 0,1175564. 3. Net Interest Margin (NIM) NIM pada 95 sampel keuangan perusahaan perbankan memiliki nilai ratarata sebesar 0,059174 dengan nilai terendah sebesar 0,0186 pada PT Bank Victoria International Tbk dan nilai tertinggi sebesar 0,6400 pada PT Bank Negara Indonesia Tbk. dan standar deviasi sebesar 0,0617736. 4. Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO pada 95 sampel keuangan perusahaan perbankan memiliki nilai rata-rata sebesar 0,813514 dengan nilai terendah sebesar 0,5993 pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk nilai tertinggi sebesar 0,9890 pada PT Bank Permata Tbk dan standar deviasi sebesar 0,0981615. 5. Return On Equity (ROE) ROE pada 95 sampel keuangan perusahaan perbankan memiliki nilai rata-rata sebesar 0,164749 dengan nilai terendah sebesar 0,0150 pada PT http://digilib.mercubuana.ac.id/ 65 Bank CIMB Niaga Tbk nilai tertinggi sebesar 0,4249 pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan standar deviasi sebesar 0,0838096. 6. Return Saham (RS) RS pada 95 sampel keuangan perusahaan perbankan memiliki nilai ratarata sebesar 0,003087 dengan nilai terendah sebesar -0,2800 pada PT Bank Mayapada Tbk nilai tertinggi sebesar 0,3250 pada PT Bank Capital Indonesia Tbk dan standar deviasi sebesar 0,0852967. B. Hasil Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui bahwa syarat-syarat analisis regresi terpenuhi sehingga hasil analisis regresi dapat digunakan. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji T dan uji F. 1. Uji Normalitas Menurut Imam Ghozali (2013:160) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji Normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Metode klasik dalam pengujian normalitas suatu data tidak begitu rumit. Salah satu cara untuk melakukan uji normalitas adalah dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov pada aplikasi spss. Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 66 TABEL 4.2 HASIL UJI NORMALITAS ONE-SAMPLE KOLMOGOROV-SMIRNOV TEST Unstandardized Residual N 95 Mean Normal Parametersa,b Std. Deviation Most Extreme Differences 0E-7 ,07921853 Absolute ,088 Positive Negative ,088 -,057 Kolmogorov-Smirnov Z ,854 Asymp. Sig. (2-tailed) ,459 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. (Sumber : Data diolah melalui SPSS 20, 2013) Dari tabel 4.2 tersebut menunjukkan bahwa data variabel residual memiliki nilai Kolmogorov–Smirnov 0,854 dengan tingkat signifikan 0,459 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa data yang ada terdistribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi. 2. Uji Multikolinearitas Menurut Imam Ghozali (2013:105) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Metode yang dapat digunakan Untuk menguji terjadinya multikolinieritas dapat dilihat dari matrik korelasi variable - variabel bebas. Pada matrik korelasi, jika antar variabel bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,95) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas pada data penelitian. Selain itu dapat juga dilihat nilai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 67 tolerance dan variance inflation factor (VIF). Batas dari nilai tolerance adalah ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF adalah ≥10 (Imam Ghozali, 2013:106). Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 4.3 HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS COEFFICIENT CORRELATIONSA Model ROE Correlations Covariances LDR ROE 1,000 ,115 LDR ,115 NIM ,023 NPL NIM NPL BOPO ,023 -,064 ,838 1,000 -,076 -,200 ,132 -,076 1,000 ,018 ,099 -,064 -,200 ,018 1,000 -,330 BOPO ,838 ,132 ,099 -,330 1,000 ROE ,042 ,002 ,001 -,014 ,032 LDR ,002 ,005 -,001 -,016 ,002 NIM ,001 -,001 ,019 ,003 ,003 NPL -,014 -,016 ,003 1,160 -,066 ,032 ,002 ,003 -,066 ,034 BOPO a. Dependent Variable: RS TABEL 4.4 HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS (COEFFICIENTSA) Model Unstandardized Coefficients B (Constant) 1 Standardized Coefficients Std. Error ,242 ,194 NPL -1,194 1,077 LDR -,206 NIM -,220 BOPO ROE t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance VIF 1,249 ,215 -,130 -1,109 ,270 ,707 1,414 ,074 -,285 -2,807 ,006 ,943 1,060 ,139 -,159 -1,586 ,116 ,961 1,040 -,041 ,185 -,047 -,222 ,825 ,213 4,688 -,062 ,204 -,061 -,303 ,762 ,240 4,165 a. Dependent Variable: RS (Sumber : Data diolah melalui SPSS 20, 2013) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 68 Melihat hasil besaran korelasi antar variable independen tampak bahwa hanya variable BOPO yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variable ROE dengan tingkat korelasi sebesar 0,838 atau 83%. Oleh karena ini masih dibawah 95% maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas pada data penelitian. Hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukan tidak ada variable independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variable independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF) juga menunjukan tidak ada satu variable independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolineritas antar variable independen dalam model regresi. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013:39). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara yang peneliti gunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedstisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 69 Deteksi ini ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Berdasarkan output SPSS didapat hasil uji heteroskedastisitas dalam Tabel 4.5 sebagai berikut. TABEL 4.5 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS (Sumber : Data diolah melalui SPSS 20, 2013) Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah koordinat 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model ini layak digunakan untuk memprediksi return saham http://digilib.mercubuana.ac.id/ 70 berdasarkan masukan variable independen NPL, LDR, NIM, BOPO dan ROE. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2013:39). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi mucul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang peneliti gunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin – Watson (DW test). Berikut adalah tabel pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi pada data penelitian dan hasil output SPSS untuk uji Durbin – Watson. TABEL 4.6 PENGAMBILAN KEPUTUSAN ADA ATAU TIDAKNYA AUTOKORELASI Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < dw <dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl < dw < du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4–dl<dw<4 Tidak ada korelasi negative No decision 4-du<dw<4-dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < dw< 4-du http://digilib.mercubuana.ac.id/ 71 TABEL 4.7 HASIL UJI AUTOKORELASI MODEL SUMMARYB Model 1 R R Square ,238a Adjusted R Square ,057 Std. Error of the Estimate ,004 Durbin-Watson ,05400 2,104 a. Predictors: (Constant), ROE, LDR, NIM, NPL, BOPO b. Dependent Variable: ABS_RES (Sumber : Data diolah melalui SPSS 20, 2013) Nilai DW sebesar 2,104, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel durbin Watson dengan tingkat signifikan 0,05, jumlah sampel 95 (n) dan jumlah variable independen 5 (k=5) maka didapat hasil batas atas (du) sebesar 1,778. Oleh karena nilai DW sebesar 2,104 lebih besar dari batas atas (du) sebesar 1,778 dan kurang dari 4 – 1,778 (4 – du) maka dapat tidak ada autokorelasi positif atau negative atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelai pada data penelitian ini. 5. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali 2013:97). Berdasarkan output SPSS didapat hasil uji heteroskedastisitas dalam Tabel 4.9 sebagai berikut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 72 TABEL 4.9 HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R2) MODEL SUMMARYB Model 1 R ,238a R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,057 ,004 ,05400 DurbinWatson 2,104 a. Predictors: (Constant), ROE, LDR, NIM, NPL, BOPO b. Dependent Variable: ABS_RES (Sumber : Data diolah melalui SPSS 20, 2013) Dilihat dari tabel tersebut, nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,04 atau 0,4% hal ini berarti hanya 0,4% variasi return saham yang bisa dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen yaitu: NPL, LDR, NIM, BOPO, dan ROE sedangkan sisanya sebesar 99,6% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Kecilnya pengaruh kelima variabel terhadap return saham dapat disebabkan oleh kurang lebarnya range tahun penelitian yang hanya 5 tahun laporan keuangan dan juga kurang banyaknya keuangan sebagai variabel independen. C. Hasil Uji Hipotesis Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan ada lima. Hipotesis pertama sampai dengan keempat untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji parsial (uji T), sedangkan pengujian hipotesis kelima untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersamasama dengan menggunakan uji simultan (uji F dan R²). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 73 1. Analisis Regresi Linear Berganda Nawari (2010) dalam bukunya analisis regresi dengan MS excel 2007 dan SPSS 17 menjelaskan bahwa regresi merupakan suatu metode yang sederhana yang dapat digunakan untuk menginvestigasi hubungan fungsional antar variable yang diwujudkan dalam bentuk matematis. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh keuangan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011. Analisis dilakukan dengan aplikasi SPSS 20 menggunakan model regresi Linear. Hasil analisis disajikan pada tabel 4.8 berikut ini. TABEL 4.8 HASIL ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA COEFFICIENTSA Unstandardized Coefficients Model B 1 Standardized Coefficients Std. Error (Constant) ,242 ,194 NPL -1,194 1,077 LDR -,206 ,074 NIM -,220 BOPO -,041 ROE -,062 t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance VIF 1,249 ,215 -,130 -1,109 ,270 ,707 1,414 -,285 -2,807 ,006 ,943 1,060 ,139 -,159 -1,586 ,116 ,961 1,040 ,185 -,047 -,222 ,825 ,213 4,688 ,204 -,061 -,303 ,762 ,240 4,165 a. (Dependent Variable: RS Sumber : Data diolah melalui SPSS 20, 2013) Berdasarkan output SPSS pada table Coefficientsa maka persamaan regresi dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = 0,242 – 1,194 X1 – 0,206 X2 – 0,220 X3 – 0,041 X4 – 0,062 X5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 74 Hasil uji secara individual dan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa hanya variabel LDR yang berperngaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini dapat dilihat dari analisis masing-masing variabel sebagai berikut : 1. Konstanta sebesar 0,242 (positif), hal ini menyatakan bahwa jika variable independen dianggap konstan maka nilai return saham sebesar 0,242. 2. Koefisien B1 = 1,194 (negatif), hal ini menyatakan bahwa setiap terjadi kenaikan NPL satu satuan akan diikuti tingkat penurunan return saham sebesar 1,194 yang disalurkan oleh bank umum yang listing dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. 3. Koefisien B2 = 0,206 (negatif), hal ini menyatakan bahwa setiap terjadi kenaikan LDR satu satuan akan diikuti tingkat penurunan return saham sebesar 0,206 yang disalurkan oleh bank umum yang listing dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. 4. Koefisien B3 = 0,220 (negatif), hal ini menyatakan bahwa setiap terjadi kenaikan NIM satu satuan akan diikuti tingkat penurunan return saham sebesar 0,220 yang disalurkan oleh bank umum yang listing dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. 5. Koefisien B4 = 0,041 (negatif), hal ini menyatakan bahwa setiap terjadi kenaikan BOPO satu satuan akan diikuti tingkat penurunan return saham sebesar 0,041 yang disalurkan oleh bank umum yang listing dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 75 6. Koefisien B5 = 0,062 (negatif), hal ini menyatakan bahwa setiap terjadi kenaikan ROE satu satuan akan diikuti tingkat penurunan return saham sebesar 1,194 yang disalurkan oleh bank umum yang listing dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen (bebas) yang dimasukan kedalam model, mempunyai pengaruh secar bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat) (Ghozali 2013:98). Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan membandingkan nilai F hasil peritungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar dari pada nilai F tabel maka variabel independen (bebas) secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (terikat). Berdasarkan output SPSS didapat Hasil uji signifikansi simultan (uji statistik F) dalam Tabel 4.10 sebagai berikut. TABEL 4.10 HASIL UJI SIGNIFIKANSI SIMULTAN (UJI STATISTIK F) ANOVAA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression ,094 5 ,019 Residual ,590 89 ,007 Total ,684 94 a. Dependent Variable: RS b. Predictors: (Constant), ROE, LDR, NIM, NPL, BOPO (Sumber : Data diolah melalui SPSS 20, 2013) http://digilib.mercubuana.ac.id/ F 2,836 Sig. ,020b 76 Dari uji ANOVA atau uji F didapat nilai F hitung sebesar 2,836, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai F tabel dengan tingkat signifikan 0,05, jumlah sampel 95 (n) dan jumlah variable independen 5 (k=5) maka didapat nilai F tabel sebesar 2,32. Oleh karena nilai F hitung sebesar 2,836 lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,32 dan juga dengan ni;ai signiifikan F hitung sebesar 0,20 yang lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi return saham atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa NPL, LDR, NIM, BOPO dan ROE secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham. 3. Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statisitik T) Uji statistic T pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali 2013:98). Untuk melakukan uji T dilakukan dengan cara membandingkan nilai T hitung dengan T tabel. Apabila T hitung lebih tinggi dibandingkan nilai T tabel maka variabel independen secara individu tersebut berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan output SPSS didapat hasil uji siginifikan parameter individual (uji T) dalam Tabel 4.11 sebagai berikut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 77 TABEL 4.11 HASIL UJI SIGINIFIKAN PARAMETER INDIVIDUAL (UJI T) Unstandardized Coefficients Model B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) ,242 ,194 NPL -1,194 1,077 LDR -,206 NIM t Sig. Beta 1,249 ,215 -,130 -1,109 ,270 ,074 -,285 -2,807 ,006 -,220 ,139 -,159 -1,586 ,116 BOPO -,041 ,185 -,047 -,222 ,825 ROE -,062 ,204 -,061 -,303 ,762 Dependent Variable: RS (Sumber : Data diolah melalui SPSS 20, 2013) Dari kelima varibel independen yang dimasukkan kedalam model regresi, variabel LDR berpengaruh signifikan hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikan untuk LDR sebesar 0,006 yang berada dibawah 0,05 sebagai tolak ukur signifikan. Sedangkan NPL, NIM, BOPO dan ROE tidak berpengaruh signifikan, hal ini dapat dilihat dari probabilitas siginifikan untuk NPL sebesar 0,270, NIM sebesar 0,116, BOPO sebesar 0,222 dan ROE sebesar 0,303 dimana nilai probabilitas signifikan tersebut diatas 0,05. Dari hasil uji T tersebut dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut: Return saham = 0,242–1,194 NPL– 0,206 LDR – 0,220 NIM – 0,041 BOPO – 0,062 ROE 1. Konstanta sebesar 0,242 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan maka rata-tara return saham sebesar 24%. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 78 2. Koefisien regresi LDR sebesar 0,206 menyatakan bahwa setiap kenaikan LDR sebesar 1% akan meningkatkan return saham sebesar 20,6%. 4. Pembahasan 1. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap return saham Nilai koefisien regresi untuk non performing loan (NPL) sebesar 1,194, nilai t-hitung sebesar -1,109 dengan probabilitas tingkat kesalahan sebesar 0,270 lebih besar dari taraf signifikansi yang diharapkan sebesar 0,05 , maka dapat disimpulkan bahwa non performing loan (NPL) tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saptorini Dyah Lestari dan Suwardi Bambang Hermanto (2015) dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Pengaruh Capital, Asset, Earning Dan Liquidity Terhadap Perubahan Harga Saham Bank” yang menyatakan bahwa NPL tidak berpangaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Dengan demikian hipotesis satu (H1) yang menyatakan bahwa variabel Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negative terhadap return saham ditolak. Hal ini mengidentifikasikan bahwa investor tidak terlalu memperhatikan tingkat Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet yang dihadapi oleh suatu bank asal tingkat dari NPL yang dihadapi oleh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 79 suatu bank masih dibawah batas yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia no. 15/2/2013 menetapkan bahwa sautu bank dinyatakan dalam pengawasan intensif jika NPL netto diatas 5%. 2. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap return saham Nilai koefisien regresi untuk loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar -0,206, nilai t-hitung sebesar -2,807 dengan probabilitas tingkat kesalahan sebesar 0,006 lebih kecil dari taraf signifikansi yang diharapkan sebesar 0,05 , maka dapat disimpulkan bahwa LDR memiliki pengaruh negatif terhadap return saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rintistya Kurniadi (2012) dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Pengaruh Car, Nim, Ldr Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Indonesia” yang menyatakan bahwa LDR berpangaruh negatif signifikan terhadap perubahan return saham. Dengan demikian hipotesis dua (H2) yang menyatakan bahwa variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap return saham diterima. Bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul dalam jumlah tinggi maka semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank dan juga akan meningkatkan pendapatan bunga dari kredit tersebut yang berdampak pada tingginya perolehan laba bank yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 80 bersangkutan sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan bank tersebut meningkat, dengan kata lain kenaikan LDR akan meningkatkan return saham. Dilihat dari pihak emiten (manajemen perusahaan), LDR merupakan faktor yang cukup penting dalam menjalankan kegiatan usahanya, sehingga merupakan suatu keharusan untuk menjaga LDR pada tingkat yang aman (sesuai dengan yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu 78% - 100% dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/19/PBI/2010 tanggal 1 Maret 2011). Dengan LDR yang optimal maka bank dalam menjalankan kegiatan usahanya akan selalu memperoleh keuntungan. Dari pihak investor, LDR dapat dijadikan acuan untuk menentukan strategi investasinya, semakin likuid suatu bank maka dapt disimpulkan kelangsungan bank tersebut akan berlangsung lama, dengan demikian investor akan tertarik untuk berinvestasi di bank tersebut karena yakin bahwa investasi yang ditanamkan akan selalu menghasilkan keuntungan bagi dirinya. Hasil temuan ini mendukung penelitian Asna dan Andi Nu Graha (2006) dan Ghazali Syamni (2008) yang menyatakan Loan To Deposit (LDR) mempunyai hubungan yang berpengaruh terhadap return saham. 3. Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap return saham Nilai koefisien regresi untuk Net Interest Margin (NIM) sebesar 0,220, nilai t-hitung sebesar -1,586 dengan probabilitas tingkat kesalahan sebesar 0,116 lebih besar dari taraf signifikansi yang diharapkan sebesar http://digilib.mercubuana.ac.id/ 81 0,05 , maka dapat disimpulkan bahwa NIM tidak memiliki pengaruh terhadap return saham pada perusahaan perbankan di di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Risky Christian Syauta & Indra Widjaja (2009) dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Analisis pengaruh ROA, LDR, NIM dan NPL terhadap abnormal return saham perbankan di Indonesia pada periode sekitar pengumuman subprime mortgage” yang menyatakan bahwa NIM tidak memiliki pengaruh terhadap gejolak return saham perbankan yang diakibatkan oleh kasus subprime mortgage. Dengan demikian hipotesis tiga (H3) yang menyatakan bahwa variabel net interest margin (NIM) berpengaruh positif terhadap return saham ditolak. Hal ini mungkin terjadi karena pertimbangan bahwa investor lebih focus terhadap pendapatan bunga yang didapat karena berpengaruh pada laba namun tidak telalu memperhatikan nilai rata-rata total aset produktif. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh LDR terhadap return saham. 4. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap return saham Nilai koefisien regresi untuk Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebesar -0,041, nilai t-hitung sebesar 0,222 dengan probabilitas tingkat kesalahan sebesar 0,825 lebih besar dari taraf signifikansi yang diharapkan sebesar 0,05 , maka dapat disimpulkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 82 bahwa BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap return saham pada perusahaan perbankan di di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Gunawan, Agustinus Santosa Adi Wibowo (2012) dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Pengaruh Camel, Inflasi Dan Nilai Tukar Uang Terhadap Return Saham (Studi Empiris: Bank Yang Terdaftar Di Bei)” yang menyatakan bahwa OEOI (Operasional expense Operasional income) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Dengan demikian hipotesis empat (H4) yang menyatakan bahwa variabel biaya Operasional pada pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh positif terhadap return saham ditolak. Tidak adanya pengaruh BOPO terhadap return saham dapat dikarenakan bahwa beban Operasional seringkali mengiringi proses kredit yang dilakukan oleh bank, sehingga seiring dengan beban Operasional bank, bank juga dapat mendapatkan keuntungan dari aktivitas Operasional yang dilakukan. 5. Pengaruh return on equity (ROE) terhadap return saham Nilai koefisien regresi untuk return on equity (ROE) sebesar 0,062, nilai t-hitung sebesar -0,303 dengan probabilitas tingkat kesalahan sebesar 0,762 lebih besar dari taraf signifikansi yang diharapkan sebesar 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ROE tidak memiliki pengaruh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 83 terhadap return saham pada perusahaan perbankan di di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeye Susilowati (2011) dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Profitability And Solvability Reaction Signal Toward Stock Return Company” yang menyatakan bahwa ROE tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Dengan demikian hipotesis lima (H5) yang menyatakan bahwa variabel return on equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return saham ditolak. Hasil ini mengindikasikan bahwa besarnya ROE perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil ini bertentangan sesuai dengan teori bahwa Return on Equity merupakan tolak ukur profitabilitas, dimana para pemegang saham pada umumnya ingin mengetahui tingkat probabilitas modal saham dan keuntungan yang telah mereka tanam kembali dalam bentuk laba yang ditanam. Apabila saham perusahaan diperdagangkan di bursa saham, tinggi rendahnya Return on Equity akan mempengaruhi tingkat permintaan saham tersebut di bursa dan harga jualnya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian W. David Wall (2004) dan Nur Chozaemah (2004) yang menyatakan bahwa ROE tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 84 6. Pengaruh variabel X secara simultan terhadap variabel Y Hasil dari uji statistik F diperoleh didapat nilai F hitung sebesar 2,836 dan T tabel sebesar 2,32. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel X (NPL, LDR, NIM, BOPO dan ROE) memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap return saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Hasil ini mengindikasian bahwa setiap perubahan yang terjadi pada NPL, LDR, NIM, BOPO dan ROE secara bersama-sama akan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan return saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. http://digilib.mercubuana.ac.id/