BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan suatu wahana yang dapat digunakan untuk
memobilisasi dana baik dari dalam maupun luar negeri. Pasar modal
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka
panjang yang dapat diperjual-belikan dalam bentuk uang atau modal
sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun
perusahaan swasta (Husnan, 1993 dalam Kusuma dan Fitri Wulandari,
2003). Pasar modal memberikan alternatif pilihan bagi perusahaan dalam
hal sumber dana, sedangkan bagi investor dapat dimanfaatkan untuk
menginvestasikan dananya dalam asset finansial. Dengan adanya pasar
modal akan memberikan alternatif
investasi
bagi investor dalam mengoptimalkan
dana yang dimilikinya. Fungsi pasar modal adalah untuk
meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang perusahaan dengan menjual
saham atau mengeluarkan obligasi, untuk mengukur kualitas manajemen
perusahaan, dan sebagai sarana alokasi dana dari pemberi pinjaman
kepada peminjam dana. Perkembangan harga saham dan volume
perdagangan di pasar modal adalah suatu indikator penting untuk
mempelajari tingkah laku pasar yaitu investor. Dalam menentukan apakah
investor akan melakukan transaksi di pasar modal biasanya mendasarkan
keputusan pada berbagai informasi yang dimilikinya, baik informasi yang
1
tersedia di publik maupun informasi pribadi. Informasi tersebut akan
memiliki nilai bagi investor jika keberadaan informasi tersebut dapat
menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal, dan transaksi
tersebut tercermin melalui perubahan harga saham dan volume
perdagangan saham.
Pasar modal telah menjadi instrumen perekonomian yang sangat
penting untuk sebuah negara. Disamping sebagai alternatif tempat untuk
investasi dan pembiayaan, pasar modal juga dapat dijadikan indikator bagi
perkembangan perekonomian sebuah negara.
Perusahaan akan melakukan corporate action dalam rangka
memenuhi tujuan-tujuan tertentu misalnya pembayaran kewajiban jatuh
tempo, perluasan usaha, meningkatkan likuiditas dan tujuan perusahaan
lainnya. Umumnya corporate action mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kepentingan pemegang saham, karena pada corporate action
yang dilakukan umumnya berpengaruh pada jumlah saham yang beredar,
komposisi kepemilikan saham, jumlah saham yang akan dipegang pemilik
saham serta pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham. Salah satu
bentuk dari corporate action adalah right issue.
Berkaitan dengan hal itu, penawaran terbatas atau disebut right
issue merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk memperoleh sumber
dana. Dalam Ghozali dan Solichin (2003), terdapat dua alasan bagi
perusahaan untuk melakukan right issue: pertama, dapat mengurangi biaya
karena right issue biasanya tidak menggunakan jasa penjamin (underwriter).
2
Kedua, right issue menyebabkan jumlah saham perusahaan yang ada akan
bertambah sehingga diharapkan akan meningkatkan frekuensi perdagangan
atau yang berarti meningkatkan likuiditas saham.
Selain itu ada beberapa alasan lain emiten menerbitkan right issue
di Bursa Efek Indonesia antara lain adalah sebagai berikut :
1)
Adapun minat emiten melakukan
right issue
adalah untuk
memanfaatkan situasi pasar modal yang dalam tahun-tahun ini
berkembang pesat.
2) Right issue adalah solusi yang cepat untuk memperoleh dana yang
murah, proses yang mudah dan hampir tanpa resiko.
3) Right issue lebih aman dibandingkan dengan jalan lain, baik dengan
pinjaman langsung atau dengan penerbitan surat hutang. Dengan
right
issue dana yang masuk sebagai modal,
sehingga tidak
membebani perusahaan. Sedangkan jika dana diperoleh dari
pinjaman atau dengan penerbitan surat hutang, maka perusahaan
harus menanggung beban bunga.
4)
Adanya
right issue menyebabkan jumlah lembar saham akan
bertambah dan diharapkan dengan bertambahnya jumlah lembar
saham akan dapat meningkatkan likuiditas saham yang tercermin
pada peningkatan volume perdagangan saham. (Indrawan, 2009)
Right issue dilakukan dengan menawarkan terlebih dahulu
sekuritas baru kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru
tersebut pada harga tertentu dan pada jangka waktu tertentu pula. Agar
3
pemegang saham lama berminat untuk membelinya, maka perusahaan akan
menawarkan saham baru itu dengan harga yang lebih murah dibandingkan
harga pasar (Ghozali dan Solichin, 2003). Investor lama memiliki
preemptive right atau hak untuk lebih dahulu membeli tambahan saham
yang diterbitkan agar dapat mempertahankan proporsi kepemilikan mereka
sehingga
para
pemegang
saham
bisa
mempertahankan
kekuasaan
pengendalian mereka atas perusahaan. Karena merupakan hak, maka
investor tidak terikat untuk harus membeli saham baru yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Apabila investor tidak mau menggunakan haknya, maka
dia dapat menjual right yang dimilikinya. Menurut Hartono (1998:74),
alasan bagi investor membeli saham hasil right issue adalah membuat
mereka lebih mudah mempertahankan proporsi kepemilikan sahamnya dan
untuk melindungi dari kemerosotan nilai saham.
Pengumuman perusahaan yang melakukan right issue, secara
teoritis dan empiris telah menyebabkan harga saham bereaksi secara negatif,
dan ini adalah kejadian yang diakibatkan oleh systematic risk. Beberapa
temuan empiris tersebut diantaranya adalah: Scholes (1972), Marsh (1979),
Asquith dan Mullins (1986), Masulis dan Korwar (1986), Myers dan Majluf
(1984), Barclay dan Litzenberger (1988), Mikkelson dan Partch (1986), dan
Kothare (1997). Temuan empiris tersebut menunjukkan bahwa nilai pasar
perusahaan turun sampai 3% pada saat pengumuman penambahan saham
baru.
4
Beberapa temuan empiris tersebut diatas konsisten dengan model
signalling theory yang mengasumsikan adanya informasi asimetri diantara
berbagai partisipan di pasar modal. Model tersebut menyatakan bahwa pasar
akan bereaksi secara negatif karena adanya pengumuman penambahan
saham
baru
yang
mengindikasikan adanya
informasi
yang
tidak
menguntungkan (bad news) tentang kondisi laba di masa akan datang,
khususnya jika dana dari right issue akan digunakan untuk tujuan perluasan
investasi yang mempunyai NPV sama dengan 0 atau negatif. Harga saham
setelah right issue secara teoritis akan mengalami penurunan. Hal tersebut
wajar karena harga pelaksanaan right issue lebih rendah dari harga pasar.
Tetapi penurunan harga saham dengan adanya pengumuman right issue
berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut diatas ditemukan tidak signifikan.
Penurunan harga saham hanya berkisar antara 2-3% dan setelah itu terjadi
koreksi kenaikan harga saham kembali pada posisi awal sebelum adanya
penumuman.
Menurut Syam dan Harianto (2003), perkembangan harga saham
dan volume perdagangan saham di pasar modal merupakan indikator penting
untuk mengetahui tingkah laku pasar, yaitu investor. Kebijakan right issue
merupakan upaya emiten untuk menghemat biaya emisi serta menambah
jumlah saham yang beredar. Jadi dengan adanya right issue, kapitalisasi
pasar saham akan meningkat dalam persentase yang lebih kecil daripada
persentase jumlah lembar saham yang beredar. Umumnya diharapkan
penambahan jumlah lembar saham dipasar akan meningkatkan frekuensi
5
perdagangan saham tersebut atau dengan kata lain dapat meningkatkan
likuiditas saham.
Kothare (1997) menemukan bukti bahwa likuiditas saham
meningkat secara signifikan setelah pengumuman saham baru. Peningkatan
volume perdagangan saham tersebut ditemukan mempunyai korelasi dengan
perubahan struktur kepemilikan saham, dimana right issue lebih diutamakan
untuk tujuan konsentrasi kepemilikan dari pada perluasan kepemilikan.
Tetapi Sheehan dkk.(1997) menemukan bukti yang berbeda dengan dengan
temuan Kothare, yaitu bahwa likuiditas saham perusahaan yang diukur
dengan jumlah volume perdagangan saham meningkat dari keadaan yang
normal justru sebelum adanya pengumuman. Peningkatan volume
perdagangan saham ini disebabkan adanya aktivitas short selling yang
dilakukan oleh para spekulator.
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian Indrawan
Sulistyo (2009) karena peneliti ingin menguji generalisasi hasil dari
penelitian ini dengan menggunakan sampel dan model estimasi return yang
berbeda. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
Indrawan Sulistyo (2009) adalah: sampel yang digunakan pada penelitian
terdahulu merupakan perusahaan-perusahaan yang melakukan right issue di
Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2007. Sedangkan pada penelitian ini sampel
yang digunakan yaitu perusahaan-perusahaan yang melakukan right issue di
Bursa Efek Indonesia tahun 2007 - 2010. Berdasarkan uraian dan latar
6
belakang diatas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan
judul:
“HUBUNGAN PENGUMUMAN RIGHT ISSUE TERHADAP
RETURN
SAHAM
DAN
LIKUIDITAS
SAHAM
PADA
PERUSAHAAN YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2007-2010”
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
yang diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata actual return saham sebelum dengan
rata-rata actual return sesudah pengumuman right issue?
2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dengan
rata-rata abnormal return sesudah pengumuman right issue?
3. Apakah terdapat perbedaan rata-rata aktvitas volume perdagangan saham
sebelum dengan rata-rata aktvitas volume perdagangan saham
sesudah
pengumuman right issue?
1.3
Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang diajukan, yaitu
sebagai berikut :
1. Pengamatan dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang menerbitkan
right issue dalam kurun waktu 4 tahun yaitu tahun 2007 – 2010.
7
2. Emiten tidak mengeluarkan publikasi informasi lainnya bersamaan dengan
pengumuman right issue seperti, publikasi stock split (pemecahan saham),
pengumuman merger dan akuisisi, pengumuman deviden, serta bonus
share.
3. Perusahaan-perusahaan yang mengeluarkan right issue yang dijadikan
sampel penelitian harus dalam kondisi laba agar dana dari right issue
benar-benar digunakan untuk ekspansi perusahaan.
4. Periode peristiwa selama 10 hari, yaitu 5 hari sebelum right issue dan 5
hari sesudah right issue. Digunakan periode 5 hari sebelum dan sesudah
right issue untuk melihat pengaruh dari pengumuman right issue, karena
dalam waktu 5 hari diperkirakan pasar mampu menyerap suatu
pengumuman atau informasi yang diterbitkan karena pada periode
penelitian kondisi ekonomi dinilai normal dan cukup stabil.
5. Harga saham yang digunakan yaitu harga saham penutupan ( closing
price)
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan actual return (return saham)
antara sebelum dan sesudah dikeluarkannya pengumuman right
issue.
2. Untuk mengetahui adanya perbedaan abnormal return antara
sebelum dan sesudah dikeluarkannya pengumuman right issue.
8
3. Untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas volume perdagangan
saham (TVA)
antara sebelum dan sesudah dikeluarkannya
pengumuman right issue.
1.4.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti :
Menambah pengalaman dalam menulis karya ilmiah dan
memperdalam wawasan keilmuan penulis khususnya mengenai
dunia pasar modal.
2. Bagi Mahasiswa :
Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut serta akan
menjadi input guna menambah wawasan dan pengetahuan untuk
acuan penelitian-penelitian sejenis berikutnya.
3. Bagi Investor :
Sebagai informasi dan bahan masukan dalam pengambilan
keputusan investasi yang berkaitan dengan pasar modal khususnya
mengenai right issue.
BAB II
KAJIAN TEORI
9
Download