15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Organisasi Untuk

advertisement
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Organisasi
Untuk menyampaikan pesan mengenai segala hal yang menyangkut budaya
organisasi, diperlukan pengetahuan tentang bagaimana komunikasi organisasi yang
efektif antar pihak – pihak yang berkaitan di dalam suatu orgnisasi. Komunikasi
Organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi, yang bersifat
formal dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi
kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan komunikasi pribadi,
komunikasi antar pribadi dan adakalanya juga komunikasi publik. Menurut persepsi
Geenbaunm mengatakan bahwa komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi
formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan komunikasi internal dengan
eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sekali sebagai koordinasi
pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktifitas8.
Kita berusaha menjadi anggota organisasi terbaik, dan kita mengharapkan
manfaat tertentu atas keikutsertaan kita dalam kegiatan yang terorganisasi.
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan
diantara unit – unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.
Komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidak – tidaknya satu orang yang
menduduki suatu jabatan dalam organisasi menafsirkan suatu pertunjukan. Para ahli
8
Muhammad Arni, Bumi Aksara, Jakarta
16
memiliki definisi yang berbeda – beda mengenai komunikasi organisasi. Bermacam –
macam definisi mereka tentang komunikasi organisasi sebagai berikut.9 Definisi
Zelko dan Dance menyatakan “ Komunikasi organisasi ádalah suatu sistem saling
bergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal “ Definisi
Thayer menyatakan “ Komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan melayani
organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara “ Dia memperkenalkan
tiga sistem komunikasi dalam organisasi yaitu :
1. Berkenaan dengan kerja organisasi
2. Berkenaan dengan pengaturan organisasi
3. Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi
Meskipun bermacam – macam definisi dari para ahli mengenai komunikasi
organisasi, tapi dari semuanya itu terdapat beberapa hal yang dapat di simpulkan
bahwa :
a.
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks
yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal
b.
Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media
c.
Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungan
perasaannya, hubungannya dan ketrampilan
9
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2005, Hal.66
17
Sedangkan Goldhaber memberikan definisi :10
“Organizational communication is the process of creating and exchanging
messages within a network of interdependent relationship to cope with
environmental uncertainly “
Terjemahan : Komunikasi ádalah proses menciptakan dan saling menukar pesan
dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi
lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah – rubah. Komunikasi organisasi
yang baik akan mengarah pada kepuasan kerja, motivasi hingga citra baik organisasi.
Dan hal tersebut dapat terwujud jika interaksi dalam komunikasi interpersonal,
komunikasi kelompok kecil, dan komunikasi publik11.
2.2
Budaya Organisasi
Budaya Organisasi berasal dari kata budaya dan organisasi, kata budaya
dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan kebudayaan. Kebudayaan mencakup
kemampuan dan kebiasaan – kebiasaan yang sebenarnya dapat diperoleh, dipelajari
dari pola – pola perilaku yang normatif, yaitu mencakup segala cara – cara atau pola
berpikir, merasakan dan bertindak
12
Kebudayaan memberikan pola berpikir, merasa
dan menanggapi yang menuntun anggota organisasi dalam pengambilan keputusan
dan dalam kegiatan – kegiatan organisasi lainnya. Organisasi merupakan kumpulan
10
Ibid, Hal.67
11
Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2005 hal.66
Soekanto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Raja Grafindo Persada,1968 hal.154
12
18
atau sistem individual yang melalui satu hierarki jenjang dan pembagian kerja
berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Atau dengan kata lain organisasi adalah
suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan
umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan
tanggung jawab. Budaya Organisasi merupakan sesuatu yang samar atau tidak nyata
dimana setiap orang memiliki persepsi yang sama mengenai lingkungan mereka.
Budaya adalah kreasi komunikasi yang stabil melalui tindakan atau perilaku secara
simbolik
13
Budaya tidak timbul secara terpisah dari seseorang yang berkomunikasi
dengan orang lain. Secara umum, bila orang – orang berinteraksi selama beberapa
waktu mereka membentuk suatu budaya, setiap budaya mengembangkan harapan –
harapan yang tertulis maupun yang tidak tertulis tentang perilaku yang kemudian
menjadi aturan atau norma – norma yang mempengaruhi para anggota budaya
tersebut 14.
Kebudayaan adalah kompleksitas dari pengetahuan, seni, hukum, moral
kebiasaan, tingkat kemampuan dan kebiasaan manusia sebagai bagian anggota
masyarakat. Budaya Organisasi tujuannya adalah untuk melihat hal – hal yang ingin
kita lihat yang sebenarnya tak terlihat begitu saja. Setiap organisasi memiliki makna
sendiri – diri terhadap kata budaya itu sendiri, antara lain : identitas, ideologi, etos,
budaya, pola, eksistensi, aturan, pusat kepentingan, filosofi, tujuan, spirit, sumber
13
Harcourt – Bace, Strategic Organizational Communication, Edition 3, Conrad 1994
Wayne Pace, R & Faules, Don F. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002 hal.91
14
19
informasi, gaya, visi dan cara
15
Budaya organisasi merupakan konsep yang dapat
digunakan untuk dapat menjelaskan mengapa suatu hal kelihatannya ada dan berjalan
normal atau kenapa suatu organisasi terlihat lebih sukses dari orang lain. Yang dilihat
adalah bagaimana individu yang ada dalam organisasi terlihat berperilaku, asumsi –
asumsi apa yang menggerakan perilaku mereka lalu kepentingan apa yang membuat
seorang pekerja merasa terikat pada suatu organisasi.
Schein mendefinisikan bahwa budaya organisasi sebagai suatu pola dari
asumsi – asumsi dasar yang ditemukan diciptakan atau dikembangkan oleh suatu
kelompok tertentu dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi atau
menanggulangi masalah – masalah yang timbul akibat adaptasi eksternal dan
integrasi internal yang telah berjalan dengan cukup baik untuk diterima sebagai yang
benar dan oleh karenanya perlu diajarkan kepada anggota – anggota baru sebagai cara
yang benar untuk memahami, memikirkan dan merasakan berkenaan dengan masalah
– masalah tersebut
16
Robbin memberikan rumusan tentang pengertian budaya
organisasi adalah : nilai – nilai dominan yang didukung oleh organisasi yang dapat
menggambarkan tentang cara – cara melakukan suatu pekerjaan ditempat tertentu
serta asumsi kepercayaan dasar yang terdapat diantara organisasi 17 Menurut Luthans
budaya organisasi merupakan norma – norma dan nilai – nilai yang mengarahkan
15
Moeljono, Djokosantoso, Budaya Korporat dan keunggulan korporasi, Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2000 hal. 18-19
16
Luthans, Organizational Behavioral 7th Edition McGraw-Hill Newyork dikutip dari Andreas Lako
Budaya Organisasi dan Kesuksesan Kerja Ekonomi, Kumpulan Buku Strategi Organisasi, Jakarta:
Amara Books, 2004 hal.111
17
Ibid
20
perilaku anggota organisasi setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan budaya
yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya
18
Stoner, Freeman dan Gilbert
mendefinisikan bahwa budaya adalah sebagai suatu cognitive framework
yang
meliputi sikap, nilai – nilai, norma perilaku dan harapan – harapan yang
disumbangkan oleh anggota organisasi 19.
Dalam setiap organisasi terdapat pola mengenai kepercayaan , ritual, mitos
serta praktek – praktek yang telah berkembang sejak beberapa lama. Kesemua itu
pada gilirannya menciptakan pemahaman yang sama diantara para anggota mengenai
bagaimana sebenarnya organisasi itu dan bagaimana anggotanya harus berperilaku.
Budaya adalah satuan set nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengertian dan
cara berpikir yang dipertemukan oleh para anggota organisasi dan diterima oleh
anggota baru seutuhnya
20
Budaya Organisasi merupakan ideologi bagi semua orang
yang hidup dalam suatu organisasi, yang harus diyakini dan dilaksanakan sebagai
pedoman hidup atau the way of life. Budaya menentukan struktur organisasi, strategi,
kebijakan dan program kerja. Selanjutnya menentukan budget, pelaksanaan, evaluasi,
kontrol dan umpan balik untuk penyempurnaan visi, misi dan strategi organisasi
21
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Budaya Organisasi merupakan suatu nilai
dan keyakinan yang mendasari identitas organisasi, atau suatu wujud anggapan yang
18
Luthans, Organizational Behavioral 7th Edition McGraw-Hill Newyork dikutip dari Andreas Lako
Budaya Organisasi dan Kesuksesan Kerja Ekonomi, Kumpulan Buku Strategi Organisasi, Jakarta:
Amara Books, 2004 hal.111
19
Ibid
20
Kasali, Rhenald, Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta:
Pustaka Utama Grafit, 2000 hal.108
21
P. Darsono, Budaya Organisasi Kajian tentang organisasi, media, budaya,ekonomi, social dan
politik, Jakarta : Diadit Media 2006 hal.171
21
dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana
kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungannya yang
beranekaragam. Rhenald Kasali menyatakan bahwa Budaya Organisasi terdiri atas
unsur nilai – nilai dasar yang dapat dilihat ( logo, merek, cara berpakaian ) dan yang
tidak dapat dilihat ( keyakinan, asumsi, kepercayaan, sikap, dan perasaan ). Salah satu
negara yang berhasil menerapkan strategi organisasi dengan pendekatan budaya
adalah Jepang. Selain itu dia juga menambahkan bahwa logo yang dipakai oleh
organisasi atau perusahaan Jepang memiliki makna yang mencerminkan budaya yang
mereka miliki.
Lebih lanjut lagi, Rhenald Kasali memaparkan, nilai – nilai budaya dapat
digali dengan dua pendekatan yaitu sub culture ( penggalian nilai – nilai yang sudah
ada ) dan menciptaktan budaya baru. Hal yang harus diperhitungkan dalam
penggalian nilai budaya adalah kesesuaian nilai tersebut dengan faktor lingkungan.
Fungsi
Budaya
Organisasi
menurut
Ouchi
adalah
sebagai
sarana
untuk
mempersatukan kegiatan para pegawainya yang terdiri dari sekumpulan individu
dengan latar belakang kebudayaan yang khas
22
Sedangkan menurut Robbins, fungsi
budaya organisasi adalah :
1. Menentukan peran yang membedakan organisasi yang satu dengan yang lain
2. Menentukan tujuan bersama yang lebih besar dari sekedar tujuan individu
3. Menjaga stabilitas organisasi
22
W.G. Ouchi, Teori Z: Bagaimana Amerika menghadapi Jepang dalam Dunia Bisnis, Jakarta : Aksara
Persada, 1985
22
4. Membuat identitas bagi anggota organisasi
5. Membuat pengertian dan mekanisme kontrol yang memberi pedoman pada
sikap dan tingkah laku
Budaya organisasi merupakan suatu sistem pengertian yang diterima bersama
yang mengimplikasikan adanya dimensi dan karakteristik tertentu yang berhubungan
secara erat dan interdependen
23
Tujuan Budaya adalah melengkapi para anggota
dengan rasa ( identitas ) organisasi dan menimbulkan komitmen terhadap nilai – nilai
yang dianut organisasi24 Tujuan penerapan budaya organisasi adalah agar seluruh
individu dalam perusahaan atau organisasi mematuhi dan berpedoman pada sistem
nilai keyakinan dan norma – norma yang berlaku dalam perusahaan atau organisasi
tersebut 25.
Penerapan budaya organisasi tergantung pada hal – hal sebagai berikut :
1. Memerlukan perhatian, pelaksanaan, kontrol yang teratur, kontinu dan
sistematis
2. Mampu mengkomunikasikan pesan atau slogan budaya organisasi baik
internal maupun eksternal
3. Keterlibatan penuh dari pimpinan puncak
23
Ibid
Kasali, Rhenald, Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesai, Jakarta :
Pustaka Utama Grafiti, 2000 hal. 108, 109
25
Prabu Mangkunegara, A.A. Anwar, Perilaku dan Budaya Organisasi, Bandung: Refika Aditama,
2005 hal.114
24
23
4. Memberi contoh secara langsung oleh pimpinan kepada bawahannya dalam
hal penerapan budaya organisasi
5. Komitmen penuh dari lapisan pimpinan, menengah hingga bawahan sebagai
pelaksananya 26
Tipe budaya organisasi yang banyak dianut oleh organisasi – organisasi besar di
Indonesia antara lain :
a. Budaya Macho
Menghadapi bisnis yang penuh resiko serta umpan balik yang cepat, keras,
dinamis dan kompetisi yang tajam. Selain itu, faktor kecepatan dalam mengambil
suatu keputusan selalu mengandung resiko tinggi
b. Budaya Kerja Keras
Budaya seperti ini dianut oleh organisasi yang mengarah kepada pola kerja yang
hiperaktif & agresif, misalnya : bidang marketing dengan penjualan yang gencar
melakukan berbagai promosi dan publikasi dalam menawarkan produk barang dan
jasa kepada khalayak sasarannya.
c. Budaya Petaruh
Budaya ini akan berupaya untuk menekan resiko tetapi umpan baliknya lamban
karena sisitem pengolahan investasi organisasi yang bersangkutan bersifat jangka
panjang melalui persiapan – persiapan teknis yang rinci, matang dan jelas hasil
yang akan diraih
26
Ruslan, Rosady, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi ( Konsep dan Aplikasi ), Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1998 hal.200
24
d. Budaya Proses
Budaya organisasi ini lebih menyukai serba ” keteraturan ” tepat waktu, sangat
rinci dan detail pada setiap langkah – langkah atau keputusan yang akan diambil 27
Kuatnya budaya organisasi yang dimiliki masih memerlukan syarat lain dalam
mencapai tujuan utama organisasi, yaitu pemimpin organisasi yang memiliki karakter
kuat dalam membimbing, serta berjiwa pengusaha sejati. Pemimpin yang baik tidak
hanya menyalahkan bawahannya saja, tetapi bagaimana dia berjiwa besar untuk
mengakui ikut bersalah. Sumber daya daripada organisasi adalah para pendiri yang
telah memiliki visi dan misi sebagai wawasan menuju masa depan organisasi yang
lebih baik. Pemilik atau pendiri atau top manajemen menentukan visi dan misi
organisasi sebagai pedoman berperilaku semua orang dalam suatu organisasi dalam
mengoperasikan organisasi.
Hasil operasi yang cocok dengan standar yang telah ditetapkan disebut ”
sukses ” kemudian dijadikan acuan berperilaku untuk periode operasi selanjutnya
dalam jangka panjang sehingga merupakan suatu ” kebiasaan ” atau adat- istiadat
organisasi dan inilah yang disebut budaya organisasi. Dengan demikian budaya
organisasi adalah aktualisasi visi dan misi top manajemen ditambah dengan
pengalaman para manajer pelaksana dalam merealisasikan visi dan misi tersebut
28
Budaya organisasi dirumuskan oleh pimpinan organisasi dengan memperhatikan
unsur – unsur diluar organisasi ( lingkungan ). Dalam merumuskan strategi,
27
Ibid hal.290-294
P. Darsono, Budaya Organisasi Kajian tentang organisasi, media, budaya, ekonomi, sosiall dan
politik, Jakarta : Diadit Media 2006 hal.172
28
25
organisasi didesain dengan mengembangkan budaya yang cocok dengan keadaan
lingkungannya. Daniel R. Denison menyatakan bahwa hubungan yang pas antara
nilai – nilai budaya, strategi organisasi dan lingkungan bisnis dapat memperkuat
keberhasilan organisasi 29 Untuk menyebarluaskan budaya organisasi dapat dilakukan
dengan kegiatan – kegiatan ritual, dengan simbol material dan dengan bahasa
Dalam proses perkembangannya, budaya organisasi dipengaruhi oleh faktor –
faktor antara lain kebijakan organisasi atau perusahaan ( corporate wisdom ), gaya
organisasi atau perusahaan ( corporate style ), dan jati diri organisasi ( corporate
identity ). Kebijakan organisasi ditunjang oleh filosofi organisasi yakni serangkaian
nilai – nilai yang menjelaskan bagaimana organisasi berhubungan dengan pelanggan,
produk atau pelayanannya, bagaimana karyawan berhubungan satu sama lainnya,
sikap perilaku, gaya pakaian, ( seragam ) dan lain – lain serta apa yang bisa
mempengaruhi semangat. Selain itu, juga ditunjang oleh ketrampilan yang dimiliki
dan pengetahuan yang terakumulasi dalam organisasi itu sendiri. Gaya organisasi
ditunjang oleh profil karyawannya, pengembangan SDMnya dan masyarakat
organisasi ( corporate community ) atau bagaimana penampilan organisasi tersebut di
lingkungan organisasi lainnya. Menggabungkan pendapat tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan penggabungan antara gaya
kepemimpinan manajemen puncak dan norma – norma, sistem dan nilai – nilai yang
mempunyai makna sama bagi para anggotanya serta keyakinan yang sama tentang
29
Kasali, Rhenald, Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta :
Pustaka Utama Grafiti, 2000 hal.112
26
keberadaan organisasi dan perilaku tertentu yang diharapkan ditampilkan oleh semua
anggota organisasi. Pentingnya kesesuaian antara strategi manajemen dengan budaya,
Budaya organisasi sangat penting karena hubungannya yang sangat erat dengan
efektifitas organisasi.
Budaya organisasi berfungsi karena adanya sumsi – asumsi, norma – norma
yang membentuk perangkat nilai dan kegiatan serta tujuan organisasi. Dengan budaya
tersebut, karyawan diberitahu apa yang harus dilakuakannya di dalam organisasi,
bagaimana mereka harus berperilaku, bersikap dan bertindak serta sejauh mana sikap
dan perilaku mereka itu mendukung tujuan organisasi. Terminologi tentang budaya
organisasi, merupakan nilai – nilai dominan yang disebarluaskan di dalam organisasi
dan diacu sebagai filosofi kerja karyawan. Sebuah sistem pemaknaan bersama
dibentuk oleh para warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisai lain.
Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai – nilai
organisasi.
2.2.1
Filosofi Organisasi
Filosofi atau philosophy adalah sejumlah kebijakan yang menyatakan
keyakinan organisasi tentang bagaimana para karyawan dan atau para pelanggan
diperlakukan 30
30
Luthans, W.G. Ouchi, Teori Z: Bagaimana Amerika menghadapi Jepang dalam Dunia Bisnis,
Jakarta: Aksara Persada, 1985
27
Filosofi organisasi merupakan pandangan hidup atau prinsip yang mendasari
setiap tindakan dan perilaku organisasi. Oleh karena itu, filosofi organisasi perlu
ditegaskan agar seluruh sumber daya manusia ( SDM ) dalam organisasi menghayati
dan menjiwai dan menjadikannya acuan dalam segala tindak dan perilaku dalam
operasional organisasi. Filosofi organisasi baru mempunyai arti apabila diakui,
dihayati, dan diramalkan oleh setiap anggota dalam organisasi. Filosofi merupakan
falsafah atau pedoman sebagai dasar orientasi dalam bekerja dan berkarya.
2.2.2. Norma – norma Organisasi
Sarplin menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu sistematika,
kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan
struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma – norma perilaku organisasi
31
Norma adalah standar – standar perilaku yang ada mencakup pedoman tentang
perbuatan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan
32
Norma yang terdapat
dalam suatu organisasi yaitu menyangkut adat – istiadat, kebiasaan, tingkah laku di
dalamnya yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang sudah menjadi aturan main
yang mempengaruhi serta mengikat para anggota organisasi atau para anggota budaya
tersebut.
31
Luthan, Organizational Behavioral 7th Edition McGraw-Hill Newyork dikutipp dari Andreas Lako
Budaya Organisasi dan Kesuksesan Kerja Ekonomi, Kumpulan Buku Strategi Organisasi Jakarta :
Amara Books, 2004 hal.111
32
Luthans, W.G. Ouchi, Teori Z: Bagaimana Amerika menghadapi Jepang dalam Dunia Bisnis,
Jakarta : Aksara Persada, 1985
28
2.2.3. Identitas Organisasi
Identitas Organisasi diartikan sebagai konsensus tentang ” siapa kita sebagai
suatu organisasi ”. Dalam identitas organisasi terdapat konsensus yang jelas untuk
membuat perbedaan antara identitas dan budaya. Definisi lain tentang identitas
organisasi adalah sebagai suatu kumpulan karakteristika suatu organisasi yang saling
tergantung,
memberikan
spesifitas,
stabilitas
dan
pertalian
sehingga
bisa
diidentifikasikan. Sebetulnya yang lebih pas adalah bahwa identitas organisasi
merefleksikan eksistensi sistemnya dengan pola yang khusus. Identitas juga
merefleksikan bagaimana organisasi berpikir tentang dirinya sendiri dan bagaimana
dilihat dari luar. Identitas suatu organisasi secara nyata dapat terlihat dari seragam
serta perlengkapan yang dipakai oleh para karyawannya dalam bekerja, merek produk
yang dihasilkan atau diproduksi, logo, atau tipografi yang dimiliki oleh organisasi itu
sendiri.
2.2.4. Fungsi – fungsi Budaya Organisasi33
Sebuah budaya organisasi memiliki fungsi – fungsi sebagai berikut :
1. Memberikan identitas organisasi kepada karyawannya
Dikenal
dengan
sebagai
perusahaan
yang
inovatif
yang
memburu
pengembangan produk baru. Salah satu cara mempromosikan inovasi adalah
33
Robert Kreitner & Angelo Konicki, Perilaku Organisasi Buku Satu, Jakarta : Salemba Empat,
2003, Hal.83-84
29
dengan mendukung riset dan pengembangan produk dan jasa baru. Identitas
ini di dukung dengan cara mengadakan penghargaan yang mendorong inovasi.
2. Memudahkan komitmen kolektif
Salah satu nilai perusahaan adalah untuk menjadi sebuah perusahaan dimana
para karyawannya bangga menjadi bagian darinya. Orang – orang ini dapat
tetap bekerja diperusahaan tersebut dalam waktu yang lama.
3. Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan keberadaannya.
Fungsi budaya ini membantu karyawan memahami mengapa organisasi
melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana perusahaan
bermaksud mencapai tujuan jangka panjangnya.
Contoh : Perusahaan menerapkan program cooperation dan pelatihan
karyawan baru di ukur dan dinilai berdasarkan perjalanan karir selama enam
bulan pertama hingga tiga tahun bekerja.
Kita memperlakukan budaya dalam cara – cara yang tidak menghakimi. Kita
tidak mengatakan baik atau buruk, tetapi budaya itu memang ada. Banyak fungsi –
fungsinya sebagaimana disebutkan, berguna bagi organisasi dan karyawan. Budaya
mendorong terciptanya komitmen organisasi dan meningkatkan konsistensi sikap
karyawan. Keadaan ini jelas akan menguntungkan sebuah organisasi. Dari sudut
pandang karyawan, budaya menjadi bermanfaat karena budaya tersebut mengurangi
keambiguan. Budaya menyampaikan kepada karyawan bagaimana pekerjaan
dilakukan dan apa saja yang bernilai penting. Budaya merupakan suatu
30
kecenderungan pada saat nilai – nilai bersama tidak selaras dengan efektivitas
organisasi untuk waktu – waktu selanjutnya.
2.2.5
Peranan Budaya Organisasi
Budaya Organisasi yang dominan mempunyai pengaruh kuat terhadap
anggota organisasi. Deal dan Kennedy ( 2002 ) mengemukakan bahwa budaya yang
dominan berpengaruh terhadap performa atau kinerja perusahaan secara singkat
Andreas Budiharjo mengemukakan budaya organisasi memiliki berbagai peran antara
lain :
a. Peran batas artinya suatu karakteristik yang khas yang membedakan
organisasi satu dengan yang lainnya
b. Pemberi identitas artinya anggota suatu organisasi tertentu berbeda dengan
anggota organisasi lainnya. Budaya perusahaan senantiasa memberi identitas
bagi para anggotanya
c. Perekat Komitment. Budaya Organisasi menyatukan para anggotanya agar
komit terhadap pencapaian sasaran perusahaan. Fungsi ini sangat penting,
sebab tanpa adanya fungsi ini biasa terjadi setiap karyawan atau departemen
suatu perusahaan akan cenderung mengutamakan kepentingan sendiri dan
mengorbankan kepentingan yang lebih besar yaitu perusahaan
31
d. Peningkat stabilitas sistem sosial. Budaya organisasi berperan meningkatkan
kestabilan sosial anggotanya melaui pencapaian iklim kerja yang nyaman dan
bersahabat sehingga mereka termotivasi dalam bekerja 34
Untuk mendalami hakikat budaya organisasi, perlu terlebih dahulu memahami
tentang perilaku organisasi, yang didefinisikan sebagai studi mengenai perilaku di
dalam organisasi yang menggunakan ilmu pengetahuan tentang bagaimana orang
bertindak di dalam organisasi. Budaya Organisasi merupakan suatu realita asumsi
dasar , nilai – nilai, kebiasaan – kebiasaan yang hidup dan dihayati dan dilakukan
anggotanya jadi BO bukan sekedar slogan yang merefleksikan nilai – nilai yang
diinginkan.
Sedangkan indikator – indikator Budaya Organisasi menurut Manahan M.P
Tampubolon antara lain :
1. Inovatif memperhitungkan resiko
2. Sedikit banyaknya karyawan mendorong untuk terus berinovasi tetapi tetap
terus memperhitungkan resiko
3. Perhatian pada setiap masalah secara detail
4. Setiap karyawan diharapkan bisa memamerkan lebih cermat dengan
menganalisa setiap masalah secara detail dan menyeluruh
5. Berorientasi kepada hasil
6. Manajemen memfokuskan pada hasil atau keluaran dari pada teknik atau
proses yang digunakan
34
Andreas Budi Harjo
32
7. Berorientasi kepada semua karyawan
8. Biasanya pihak manajemen memutuskan untuk mengambil kebijakan
terhadap efek yang dihasilkan dari karyawan didalam setiap perusahaan
9. Agresif dalam bekerja
10. Stabilitas 35
2.2.6
Menciptakan dan Mempertahankan Budaya Organisasi
Suatu budaya organisasi tidak muncul begitu saja. Kebiasaan, tradisi dan cara
– cara umum dalam mengerjakan suatu organisasi berkaitan erat dengan apa yang
telah di lakukan sebelumnya dan tingkat keberhasilan organisasi tersebut dengan
upaya – upayanya. Dengan demikian sumber utama budaya organisasi adalah para
pendirinya. Para pendiri suatu organisasi secara tradisional memiliki pengaruh yang
dominan dalam membentuk budaya awal. Mereka memiliki visi bagaimana wujud
organisasi tersebut.
Budaya organisasi dihasilkan dari interaksi antara bias dan asumsi para
pendiri dengan apa yang dipelajari selanjutnya oleh anggota awal organisasi, dari
pengalaman mereka sendiri. Apabila suatu budaya sudah berlaku, praktik – praktik di
dalam organisasi berfungsi untuk menjaga budaya tersebut dengan cara mengekspos
karyawan yang memiliki pengalaman yang serupa. Sebagai contoh banyak praktik –
praktik sumber daya manusia satu organisasi yang mengukuhkan kembali budaya
mereka.
35
Manahan M.P Tampubolon, op.cit. p. 98
33
Tiga kekuatan memainkan suatu peranan penting dalam mempertahankan budaya
organisasi yaitu :36
1.
Seleksi
Tujuan yang jelas dari proses seleksi adalah untuk mengidentifikasi dan
mempekerjakan individu – individu yang memiliki wawasan, ketrampilan dan
kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan untuk keberhasilan perusahaan tetapi
biasanya, akan terdapat lebih dari seorang kandidat yang dapat memenuhi persyaratan
dari pekerjaan yang ditawarkan. Keputusan akhir mengenai siapa yang akan
dipekerjakan sangat dipengaruhi oleh penilaian pembuat keputusan, yaitu seberapa
bagus kandidat – kandidat tersebut memiliki kesesuaian dengan organisasi.
2.
Manajemen Puncak
Tindakan manajemen puncak juga memiliki dampak utama terhadap budaya
organisasi. Para eksekutif membentuk norma – norma penyaring yang menyeluruh
didalam organisasi melalui apa yang mereka katakan dan lakukan, apakah yang harus
diberikan manajer kepada bawahannya, seragam apa yang dipakai, tindakan apa yang
harus dilakukan untuk kenaikan gaji, promosi, penghargaan dan sebagainya.
3.
Sosialisasi
Bagaimanapun bagusnya pelaksanaan penerimaan dan penyeleksian pegawai baru
yang dilakukan suatu organisasi, karyawan baru tidak sepenuhnya terdoktrin dengan
budaya organisasi tersebut. Karyawan – karyawan baru memiliki kecendurungan
36
Stephem P. Robbins, Prinsip – Prinsip Perilaku Organisasim Edisi Kelima, Jakarta : PT.
Erlangga, 2002, Hal.284-287
34
untuk menggangu kepercayaan dan kebiasaan yang sudah berlaku. Dengan demikian,
organisasi perlu membantu karyawan – karyawan baru tersebut dalam beradaptasi
dengan budaya mereka
2.3
Public Relations
2.3.1
Pengertian Public Relations
Public
Relations adalah
fungsi
manajemen
yang
membangun
dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antar organisasi dengan publik
yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut 37
Menurut The International Public Relations Associations ( IPRA ) sebuah organisasi
profesi di tingkat international, memberi definisi sebagai berikut :
Public Relations adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan
dan dijalankan secara kesinambungan yang oleh organisasi – organisasi dan
lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk memperoleh dan membina
saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada sangkut
pautnya dengan cara memiliki opini public mereka, dengan tujuan sedapat
mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai
kerjasama yang lebih produktif dan untuk memenuhi kepentingan bersama
yang lebih efisien dengan kegiatan penerangan, yang berencana dan tersebar
luas 38
Menurut The British Institude of Public Relations :
Public Relations adalah suatu usaha yang berkelanjutan terus menerus yang
terencana dengan pertimbangan – pertimbangan yang matang untuk
membentuk dan memelihara saling pengertian bersama antara suatu organisasi
dengan publiknya
37
38
Scott M. Cutlip, Effective Public Relations, Jakarta, Kencana Media Group, 2006, Hal. 6
Uchjana, Unong, Ilmu Komunikasi – Teori dan Praktek, Hal.2
35
Dari definisi – definisi tersebut, dapatlah kita melihat ciri – ciri pokok dari
Public Relations, yaitu antara lain :
1. Bahwa public relations merupakan fungsi manajemen ( juga merupakan seni )
2. Bahwa kegiatan Public Relations itu harus terencana
3. Bahwa Public Relations itu harus merupakan kegiatan berkesinambungan
4. Bahwa tujuan Public Relations adalah pengertian bersama yang menimbulkan
“ The favorable Public Opinion and Participation “
Public Relation senantiasa mengemban misi untuk memberikan pelayanan
informasi kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebijaksanaan, kegiatan dan tindakan organisasi. Tujuan dari Public Relations adalah
mengembangkan good will dan memperoleh opini public yang menyenangkan serta
menguntungkan kedua belah pihak atau menciptakan kerjasama berdasarkan
hubungan yang harmonis dengan berbagai publik. Secara operasional, disamping
tugas penyebaran informasi dan pembinaan opini public. Public Relations juga
berupaya untuk menumbuhkan saling pengertian antara organisasi perusahaan dengan
publiknya. Tujuan strategis adalah untuk mencegah timbulnya konflik, meredakan
atau menghilangkan konflik itu. Adapun sasaran strateginya adalah terbentuknya
saling pengertian yang memadai antara subyek organisasi dan obyeknya.
2.3.2 Fungsi dan Tujuan Public Relations
Menurut F. Rachmadi fungsi utama public relations adalah menumbuhkan
dan mengembangkan bubungan baik antar lembaga atau organisasi dengan publiknya,
36
intern maupun ekstern, dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan
motivasi dan partisipasi publik dalam upaya mencipatakan iklim pendapat ( opini
publik ) yang menguntungkan lembaga atau organisasi.
Dalam buku Public Relations Teori dan Praktek yang ditulis Djanalis Djanaid
disebutkan dua fungsi Public Relations yakni :39
1.
Fungsi Konstruktif
Djanalis menganalogikan fungsi ini sebagai “ Perata Jalan “ Jadi Public
Relations merupakan “ garda “ terdepan yang dibelakangnya terdiri dari “ rombongan
jalan “ tujuan – tujuan perusahaan. Ada tujuan marketing, tujuan produksi, tujuan
personalia. Peranan Public Relations dalam hal ini mempersiapkan mental publik
untuk menerima kebijaksanaan organisasi untuk memahami kepentingan publik,
mengevaluasi perilaku publik maupun organisasi untuk direkomendasikan kepada
manajemen, menyiapkan prakondisi untuk mencapai saling pengertian, saling percaya
dan saling membantu terhadap tujuan publik organisasi yang diwakilinya. Fungsi
konstruktif ini mendorong Public Relations membuat aktivitas ataupun kegiatan –
kegiatan yang terencana, berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif,
termasuk juga bertindak secara preventif ( mencegah ).
2.
Fungsi Korektif
Fungsi korektif berperan sebagai “ pemadam kebakaran “ Yakni apabila api
sudah terlanjur menjalar dan membakar organisasi, maka peranan yang dimainkan
39
Hal.23
Frida Kususastuti, Dasar – Dasar Hubungan Masyarakat, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004,
37
oleh Public Relations adalah memadamkan api tersebut. Artinya apabila sebuah
organisasi terjadi masalah – masalah krisis dengan public, maka Public Relations
harus berperan dalam mengatasi masalah tersebut. Sementara Cultip and Center
mengatakan bahwa fungsi Public Relations meliputi hal – hal berikut :40
1. Menjunjung kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi
2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan
informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik pada
perusahaan.
3. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisai untuk
kepentingan umum
4. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, baik internal
maupun external
Public Relations pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan
Public Relations dapat dianalogikan dengan tujuan komunikasi, yakni adanya
penguatan dan perubahan kognisi, afeksi dan perilaku komunikasinya. Namun karena
kata relations menunjukan kata kerja aktif, maka harus dilihat tujuan ini berdasarkan
kepentingan kedua belah pihak, artinya meskipun Public Relations milik organisasi
namun tujuannya hendaknya dipandang sebagai tujuan yang netral antara organisasi
dengan tujuan public.
40
Ibid, Hal.35
38
Dengan demikian, rumusan yang paling tepat mengenai tujuan Public Relations
adalah sebagai berikut :41
1. Terpelihara dan terbentuknya saling pengertian ( aspek kognisi ) saling
pengertian dimulai dari saling mengetahui atau mengenal. Ungkapan tak kenal
maka tak sayang pada banyak fenomenal memberikan jalan disitulah Public
Relations berawal.
2. Menjaga dan membentuk saling percaya ( aspek afeksi ) Tujuan ini lebih pada
tujuan emosi, yakni pada sikap saling percaya. Untuk mencapai tujuan saling
percaya ini, maka perlu diterapkan komunikasi persuasive.
3. Memelihara dan menciptakan kerjasama ( aspek psikomotoris )
4. Tujuan berikutnya adalah dengan komunikasi diharapkan akan terbentuknya
bantuan dan kerjasama nyata. Artinya, bantuan dan kerjasama ini sudah dalam
bantuan perilaku atau termanifestasikan dalam bentuk tindakan tertentu.
Mengacu pada tiga tujuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa setelah
pengetahuan atau pikiran dibuka, emosi atau kepercayaan disentuh maka selanjutnya
perilaku positif dapat diraih. Pada akhirnya, semua itu kembali pada tujuan yang lebih
besar, yakni terbentuknya citra atau image yang favorable terhadap organisasi dimana
Public Relations itu berada.
41
Frida Kususastuti, Dasar – Dasar Hubungan Masyarakat, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004,
Hal.20-22
39
2.3.3 Tugas Public Relations
Ada 3 tugas Public Relations dalam organisasi yang berhubungan erat dengan tujuan
dan fungsi Public Relations. Ketiga tugas tersebut adalah sebagai berikut :42
1. Menginterpretasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku
publik, kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan
kebijakan organisasi. Kecenderungan perilaku publik diklasifikasikan dengan
baik oleh Frank Jeffkins menjadi empat situasi yaitu tidak tahu, apatis prasangka
dan memusuhi. Mengacu pada klasifikasi Publik menurut Jeffkins tersebut, maka
tugas Public Relations adalah merubah publik yang tidak tahu menjadi tahu, yang
apatis menjadi peduli, yang berprasangka menjadi menerima dan yang memusuhi
menjadi simpati. Tugas ini melekat dengan kemampuan praktisi Public Relations
mengamati dan meneliti perilaku berdasarkan kajian ilmu – ilmu sosial.
2. Mempertemukan kepentingan organisasi dengan kepentingan publik
3. Kepentingan public dapat jadi jauh berbeda dengan kepentingan organisasi dan
sebaliknya, namun dapat juga kepentingan ini sedikit berbeda bahkan dapat juga
kepentinganya sama. Dalam kondisi yang manapun, tugas public relations adalah
mempertemukan kepentingan ini menjadi saling dimengerti dipahami, dihormati,
dan dilaksanakan. Bila kepentingan berbeda, maka public relations dapat bertugas
untuk menghubunginya.
4. Mengevaluasi program – program organisasi, khususnya yang berkaitan dengan
publik. Tugas mengevaluasi program manajemen ini mensyaratkan kedudukan
42
Ibid, Hal. 25
40
dan wewenang public relations yang tinggi dan luas. Karena tugas ini dapat
berarti public relations memiliki wewenang untuk memberi nasihat apakah suatu
program sebaiknya diteruskan ataukan ditunda ataukah dihentikan. Disini Public
Relations bertugas untuk senantiasa memonitor semua program
Sementara munurut Cutlip dan Center menyatakan tugas public relations
perusahaan adalah sebagai berikut :43
1.
Mendidik melalui kegiatan nonprofit suatu publik untuk menggunakan barang
atau jasa instansinya
2.
Mengadakan usaha untuk mengatasi salah paham antara instansi dengan
publik
3.
Meningkatkan penjualan barang atau jasa
4.
Meningkatkan kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan
masyarakat sehari – hari
5.
Mendidik dan meningkatkan tuntutan serta kebutuhan masyarakat akan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
6.
Mencegah pergeseran penggunaan barang atau jasa yang sejenis dari pesaing
perusahaan oleh konsumen
2.3.4
Peran Public Relations
Dalam menjalankan tugasnya seorang public relations mempunyai peran yang sangat
penting. Adapun peran Public Relations dapat diklasifiksikan menjadi 4 yaitu : 44
43
Scot M Cultip,Allen Center, Effective Public Relations, Pearson Education Inc, 2006, Hal.45
41
1.
Penasehat ahli (expert presciber)
Ketika para praktisi mengambil peran sebagai pakar/ahli, orang lain akan
menganggap mereka sebagai otoritas dalam persoalan Public Relations dan
solusinya. Manajemen puncak menyerahkan Public Relations di tangan para
ahli dan manajemen biasanya mengambil peran pasif saja. Praktisi yang
beroperasi sebagai praktisi pakar bertugas mendefinisikan problem,
mengembangkan
program,
dan
bertanggung
jawab
penuh
atas
implementasinya. Manager lainnya mungkin ingin membuat Public Relations
sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab sehingga mereka bisa
menjalankan bisnis seperti biasa dengan berasumsi segala sesuatu akan
dibereskan oleh “ pakar-pakar Public Relations ”. Peran “ pakar perumus ”
atau expert prescriber ini menarik perhatian praktisi karena menjalani peran
ini akan membuat orang dilihat sebagai pihak yang punya otoritas ketika ada
sesuatu hal yang harus mengerjakan segala sesuatu. Pimpinan dan klien
menginginkan posisi ini diisi orang yang ahli karena mereka ingin
memastikan bahwa Public Relations sudah ditangani oleh pakar Public
Relations. Mereka secara keliru juga berasumsi bahwa mereka sudah
memperkerjakan ahli-ahli Public Relations. Akan tetapi, partisipasi terbatas
oleh manager utama ini akan membuat pengetahuan mereka yang relevan
tidak akan diperdulikan dalam proses pemecahan masalah. Akibatnya Public
44
Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom, Effective Public Relations, Edisi Bahasa
Indonesia, Jakarta, Indeks, 2005, Hal. 32
42
Relations
menjadi
terpisah
dan
terisolusi
dari
aktivitas
utama
perusahaan/organisasi. Manager yang tidak berpartisipasi sendiri akan
menjadi tergantung kepada praktisi pakar setiap kali muncul isu Public
Relations. Manager juga tidak akan banyak memberikan komitmen kepada
kegiatan Public Relations dan tidak bertanggung jawab atas kesuksesan atau
kegagalan program. Akibatnya, manager lain dalam organisasi berasumsi
bahwa soal-soal Public Relations adalah “bukan bidang dan tugas saya”.
Mereka memandang Public Relations sebagai pekerjaan yang kadang-kadang
saja dibutuhkan, dan ditangani oleh staf yang tidak secara langsung terlibat
dalam lini utama bisnis organisasi. Ketika expert prescriber dipanggil dalam
situasi krisis dan secara periodik selama menjalankan proses program, dalam
jangka panjang ia merintangi difusi pemikiran Public Relations diseluruh
organisasi. Hal ini juga akan menimbulkan kekecewaan yang lebih besar bagi
praktisi, karena mereka hanya punya sedikit atau bahkan tak punya kontrol
atas bagian-bagian penting dari situasi dan kontrol atas faktor-faktor yang
menyebabkan munculnya problem Public Relations. Manajemen puncak
sering kali merespon keberatan ini dengan mengganti satu pakar dengan pakar
lainnya dan terus-menerus mencari seseorang yang bisa membuat Public
Relations menghilang tanpa perlu melakukan perubahan dalam kebijakan
organisasi, produk organisasi, dan prosedur organisasional.
43
2.
Fasilisator komunikasi (communication facilicator)
Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah sebagai pendengar
yang peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator komunikasi
bertindak sebagai perantara (liaison), interpreter dan mediator antara
organisasi dan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan
menfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan
dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah
memberi informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen maupun publik
untuk membuat keputusan demi kepentingan bersama. Praktisi yang berperan
sebagai fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan
agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Mereka menengahi interaksi,
menyusun agenda, diskusi, meringkas dan menyatakan ulang suatu
pandangan,
meminta
tanggapan
dan
membantu
mendiagnosis
dan
memperbaiki kondisi-kondisi yang mengganggu hubungan komunikasi di
antara kedua belah pihak. Fasilitator komunikasi menempati peran itu
ditengah-tengah dan berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan
publik. Mereka beroperasi di bawah asumsi bahwa komunikasi dua arah akan
meningkatkan kualitas keputusan yang diambil oleh organisasi dan publik
dalam hal kebijakan, prosedur, dan tindakan demi kepentingan bersama.
44
3.
Fasilisator pemecah masalah (problem solving fasilisator)
Ketika praktisi melakukan peran fasilitator pemecah masalah, mereka
berkolaborasi dengan manager lain untuk mendefinisikan dan memecahkan
masalah. Mereka menjadi bagian dari tim strategis. Kolaborasi dan
musyawarah dimulai dengan persoalan pertama dan kemudian sampai ke
evaluasi program final. Praktisi pemecah masalah membantu manager lain
dan organisasi untuk mengaplikasikan Public Relations dalam proses
manajemen bertahap yang juga dipakai untuk problem organisasional lainnya.
Fasilitator pemecah masalah dimasukkan ke dalam tim manajemen karena
mereka punya keahlian dan ketrampilan dalam membantu manager lain untuk
menghindari masalah atau memecahkan masalah. Akibatnya, pandangan
Public Relations akan dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan
manajemen.
4.
Teknisi komunikasi (communication technician).
Kebanyakan praktisi masuk ke bidang ini sebagai teknisi komunikasi.
Deskripsi kerja dalam lowongan pekerjaan biasanya menyebutkan keahlian
komunikasi dan jurnalistik sebagai syarat. Teknisi komunikasi disewa untuk
menulis dan mengedit newsletter karyawan, menulis new release dan feature,
mengembangkan isi web, dan menangani kontrak media. Praktisi yang
melakukan peran ini biasanya tidak hadir saat manajemen mendefinisikan
problem dan memilih solusi. Mereka baru bergabung untuk melakukan
45
komunikasi dan mengimplementasikan program, terkadang tanpa mengetahui
secara menyeluruh motivasi atau tujuan yang diharapkan. Meskipun mereka
tidak hadir saat diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan manajemen
baru, merekalah yang diberi tugas untuk menjelaskannya kepada karyawan
dan pers.
Dalam ke empat peranan Public Relations tersebut, dapat terlihat mana yang
berperan dan berfungsi pada tingkat manajerial skill, ketrampilan hubungan antar
individu dan ketrampilan teknis dalam manajemen Public Relations. Seorang Public
Relations bisa juga gagal menjalankan perannya dengan baik di suatu perusahaan
karena ia tidak mengenal budaya organisasi tersebut. Sangat sulit sekali bila budaya
yang dianut oleh orang itu ternyata tidak cocok dengan budaya organisasi yang di
tanganinya. Oleh karena itu penting sekali seorang Public Relations mengenal betul
budaya organisasi yang di tanganinya.
Jenis – jenis media Public Relations45 :
1. Media Pers ( press )
2. Audio Visual : Media ini terdiri dari slide dan kaset video atau bias juga
gulungan film – film documenter
3. Radio
4. Televisi
5. Pameran
6. Bahan – bahan cetakan
45
Module Pengantar Public Relations, Dosen : Ispawati Asri
46
7. Penerbitan buku khusus
8. Surat langsung
9. Pesan – pesan lisan
10. Pemberian sponsor
11. Jurnal organisasi
12. Ciri khas dan identitas perusahaan
Download