BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi 2.1.1 Konsep Industri Badan Pusat Statistik memberikan batasan yang dimaksud industri yang biasanya didahului dengan perkataan “perusahaan atau usaha”. Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Menurut Kanwil Departemen Perindustrian Provinsi Bali yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi dalam penggunaanya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (Deperindag Provinsi Bali, 1997). Menurut Direktorat Jendral Industri Kecil, Industri adalah serangkaian kegiatan usaha ekonomi dalam masyarakat yang meliputi pengelolaan. Pengerjaan, pengubahan, perbaikan bahan dan barang, baik organis maupun non organis sehingga barang yang dapat dipergunakan lebih bermanfaat. Ruang lingkup industri meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi maupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat 1 2 sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, perusahaan pertambangan atau perusahaan lainnya. Menurut Arsyad (2010), industri itu mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin (Leading Sector). Leading Sector, ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri yang nantinya memacu dan mengangkat sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian, jasa, dan sektor lainnya. Pertumbuhan sektor industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri, sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, dan sebagainya, yang pada nantinya akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Dalam keadaan ini, menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh dan sehat. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan dalam mencapai sarana pembangunan jangka panjang yang bertujuan membangun industri, sehingga Indonesia mampu tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri. Menurut Departemen Perindustrian (Arsyad, 2010) industri nasional dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok besar, yaitu sebagai berikut. 1) Industri Dasar yang meliputi Industri Mesin dan Logam Dasar (IMLD) dan sekelompok Industri Kimia Dasar (IKD) yang termasuk IMLD antara lain; Industri mesin pertanian elektronika, kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi baja, aluminium, tembaga dan sebagainya, yang termasuk 3 IKD, antara lain industri pengolahan kayu dan karet alam, industri batu bara, dan lain sebagainya. Ditinjau dari misinya, industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal teknologi tepat guna yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat karya, namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya; 2) Industri kecil yang meliputi pangan (makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit (textil, pakaian jadi serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penerbit, barang-barang karet, plastik dan lain-lain), industri galian bukan logam, industri logam (mesin-mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari logam dan sebagainya). Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan pemerataan sederhana dan padat karya pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan memanfaatkan pasar dalam negeri dan pasar luar negeri (ekspor); 3) Industri hilir yaitu kelompok aneka industri (AI) meliputi industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan atau teknologi maju. 4 Pengelompokan industri menurut jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan menurut BPS Provinsi Bali (2012) adalah sebagai berikut. 1) Golongan industri besar adalah perusahaan atau usaha industri yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih; 2) Golongan industri sedang adalah perusahaan atau usaha industri yang mempunyai tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang; 3) Golongan industri kecil adalah perusahaan atau usaha industri uang mempunyai tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang; 4) Golongan industri kerajinan rumah tangga adalah industri yang mempunyai tenaga kerja 1 orang ampai dengan 4 orang. Selain pengelompokan kedua industri di atas, industri juga dikelompokkan menjadi dua yaitu. 1) Industri Subtitusi Impor (ISI) Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan Indonesia sejak zaman ORBA adalah Industri Subtitusi Impor (ISI). ISI ini diharapkan bisa menghasilkan barang-barang baru di dalam negeri yang semula impor, jadi subtitusi impor ini memang peranan penting dalam mengenalkan barang baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri. Pelaksanaan kebijakan ISI ini ada berbagai masalah yang dihadapi oleh Negara sedang berkembang yang melaksanakannya antara lain kualitas barang yang dihasilkan di dalam negeri jauh lebih rendah dari pada hasil produk luar negeri. Kualitas barang yang rendah ini akan sulit diekspor. Masalah lain juga sering timbul adalah mengenai biaya produksi pada tahap awal. Industrialisasi 5 biasanya dibutuhkan biaya yang sangan besar. Oleh karena itu Negara yang sedang berkembang biasanya memiliki modal yang terbatas, mereka terpaksa mendatangkan modal dan tenaga kerja terampil dari luar negeri. 2) Industri Promosi Ekspor (IPE) Strategi subtitusi impor yang telah ditempuh Indonesia kurang berhasil membangun stuktur industri yang kokoh dengan saing internasional yang kuat, maka stategi tersebut bergeser ke strategi promosi ekspor, terutama untuk komodisi non migas. Hal ini karena pada kenyataan bahwa penerimaan devisa di migas tidak selamanya dapat diharapkan baik karena cadangan migas lain yang reletif terbatas maupun karena fluktuasi harga migas di pasar internasional yang sering tidak menentu. 2.1.2 Industri Kerajinan Menurut Soeroto (1983), kerajinan adalah suatu usaha produktif di sektor non pertanian baik berupa mata pencaharian pokok maupun sampingan. Usaha kerajinan sebagai kegiatan produktif non pertanian tumbuh atas dasar dorongan naluri manusia untuk memiliki barang dan alat yang diperlukan untuk mempertahankan hidup. Selanjutnya hasil kerajinan usaha kerajinan menurut S.K Menteri Perindustrian No. 261/M/SK/1989 Tanggal 20 September 1989 tentang ketentuan dan tata cara penerbitan surat keterangan mengenai asal barang kerajinan (Kanwil Departemen Perindustrian, 1989), disebutkan bahwa semua barang dapat dikatakan sebagai hasil kerajinan apabila cara pengerjaannya. 1) Dibuat sepenuhnya dengan tangan 2) Dikerjakan dengan alat yang dipegang dengan tangan seperti pahat, palu 6 3) Dikerjakan dengan mesin yang dikerjakan dengan pedal, papan putaran, tembikan yang digerakkan dengan kaki 4) Dikerjakan dengan alat penggerak mesin tetapi cara kerjanya masih dipegang dengan tangan seperti bor listrik 5) Dikerjakan dengan salah satu atau beberapa kombinasi di proses tersebut di atas. Produk kerajinan merupakan hasil atau jenis industri kecil yang dapat menghasilkan produk yang berguna, praktis dalam kehidupan sehari-hari (alat rumah tangga), produk yang bernilai seni, atau sekedar barang souvenir. Produk kerajinan biasanya berdasarkan pada ketrampilan tertentu, dengan corak yang khasyang menunjukkan pengaruh budaya atau lingkungan produsen atau pembuatnya (Suharto, 2006). Karya kerajinan dalam industri kerajinan kini semakin penting perananya dan menduduki tempat yang strategis dalam proses pembangunan karena mencakup kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam jumlah besar. Industri kerajinan dipengaruhi oleh beberapa aspek di antaranya adalah aspek sosial budaya, aspek pendidikan, aspek pemasaran. Peranan dari masing-masing aspek sangat penting untuk membantu perkembangan industri kerajinan. Produk kerajinan bermacam-macam menurut Phuong Le pelaku utama yang secara langsung atau tidak langsung dalam rantai komoditas global adalah dalam memproduksi ukiran kayu yaitu sebagai berikut. 7 “This section aims to identify the main actors who are directly or indirectly engaging in the global commodity chain of woodcarvings from the production to the consumption. However, with the assumption that global consumption patterns have influenced whole local production process, the site of consumption should be analyzed first, then followed by material supply, production and circulation sites”. Penduduk pulau Bali terkenal sangat kreatif apapun yang dihasilkan sebagai kerajinan tangan dapat dijual dan laku. Darah seni yang dimiliki masyarakat Bali mengalir pada hasil kerajinan tangannya. Kerajinan tangan terkenal antara lain. 1) Seni ukir kayu dalam berbagai bentuk warna 2) Seni ukir batu pedas dan batu-batuan lainnya 3) Alat-alat perhiasan dari ukiran kayu 4) Hiasan dinding 5) Pernak-pernik dan lain-lain Perajin dengan memiliki keterampilan tangan dalam menciptakan bentukbentuk kerajinan secara terus menerus menyebabkan sifat tersebut menjadi mengental dan mentradisi dalam kehidupannya. Sehingga kerajinan yang diciptakan tidak lepas dari kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Dalam memproduksi benda-benda kerajinan tidak terlepas dari unsur estetik, keunikan, memiliki nilai pakai sehingga melahirkan kerajinan yang khas. Dalam perkembangannya, kerajinan bukan hanya dipandang sebagai benda pakai, tetapi ada juga sebagai hiasan dan cenderamata. Produk kerajinan seperti ini banyak ditemui di daerah Bali salah satunya dapat dilihat di Desa Mas. Desa Mas salah 8 satu desa pengerajin yang ada di wilayah Ubud. Saat ini, Mas terkenal dengan kerajinan ukiran kayu seperti ukiran patung kayu. Kerajinan ukiran kayu yang dimaksud disini adalah kegiatan kerajinan kayu yang mengambil tema bentuk-bentuk binatang ataupun bentuk dewa atau pewayangan dan sejenisnya. Bentuk-bentuk tersebut dibuat ke dalam bentuk tiga dimensi (patung) dan relief dengan menggunakan bahan dasar kayu. Sesuai dengan proses pembuatannya kerajinan kayu tersebut lebih banyak menggunakan tenaga tangan terampil manusia. Walaupun dalam proses pembuatanya ada menggunakan alat bantuan mesin, namun hal itu sangat terbatas pada tahap pembelahan kayu menjadi papan dan pembuatan bentuk pola saja. Peranan ketrampilan tangan dalam kerajinan tersebut lebih dominan. Proses perwujudan kerajinan kayu merupakan perpaduan antara kemampuan ketrampilan tangan dan alat-alat mesin. Perpaduan antara kedua hal tersebut dapat melahirkan bentuk kerajinan tangan sebagai hasil kerajinan potensi daerah. 2.2 Teori-teori yang Digunakan 2.2.1 Produktivitas 2.2.1.1 Pengertian Produktivitas Istilah produktivitas digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu teknik dan ilmu ekonomi. Penekanan pembahasan pada kajian ini adalah produktivitas dari sudut pandang ilmu ekonomi. Produktivitas merupakan perbandingan antara besarnya input yang dilibatkan dalam kegiatan produksi terhadap hasil akhir (output) yang dihitung berdasarkan nilai unit atau rupiah barang dan jasa yang dihasilkan (Yazid, 2009). Menurut Paul Mali yang dikutip 9 Sedarmayanti (2001), produktivitas secara operasional adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Produktivitas juga sering diartikan sebagai rasio antar keluaran (output) dan masukan (input) dalam waktu tertentu. Produktivitas kerja adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tenaga kerja yang dilibatkan untuk mendapatkan suatu hasil (output) perusahaan (Kurnain, 2006). Lebih lanjut dikatakan bahwa produktivitas memiliki arti khusus yang sangat penting karena kaitannya dengan pertumbuhan standar hidup. Menurut Departemen Tenaga Kerja RI pengertian produktivitas dapat ditinjau dari berbagai sudut sebagai berikut. 1) Sudut filosofis, produktivitas merupakan suatu sikap mental yang selalu berubah dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan esok hari lebih baik dari hari ini; 2) Sudut teknis, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input); 3) Sudut ukuran tingkat efisiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama produksi berlangsung. Produktivitas mempunyai dua dimensi, pertama adalah efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Kedua adalah efisiensi yang berkaitan dengan perbandingan input dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Sedarmayanti, 2001). Produktivitas 10 yang diciptakan oleh seseorang pada waktu tertentu yang nantinya akan berpengaruh pula pada jumlah pendapatan yang diperoleh. Semakin banyak seorang pekerja menghasilkan barang produksi, maka pendapatan yang diperoleh akan semakin meningkat. Dalam hal ini, produksi adalah sebagai tempat kegiatan yang menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Produksi secara lebih luas adalah suatu proses yang menciptakan atau memperbesar nilai suatu barang, sedangkan menurut Adiningsih (1999), produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang terus bertambah. Input terdiri dari barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu proses produksi. Dalam teori ekonomi diambil pula asumsi dasar mengenai sifat dan fungsi produksi yaitu fungsi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada hukum “The Law of Diminishing Return”. Hukum ini menyatakan, bahwa apabila suatu macam input ditambah penggunaannya sedangkan inputinput yang lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya akan mengalami penurunan apabila input tersebut terus ditambah. Produksi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu. 1) Produksi Total (Total Product), adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total faktor-faktor produksi 2) Produksi Marginal (Marginal Product), adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan faktor produksi 11 3) Produksi Rata-rata (Average Product), adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor produksi 2.2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Menurut Sedarmayanti (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu. 1) Pendidikan dan pelatihan Umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya produktivitas. Pendidikan di sini berarti pendidikan formal maupun non formal.Sedangkan latihan membentuk dan meningkatkan ketrampilan seseorang. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas dapat mendorong para pekerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif. 2) Keterampilan Karyawan yang semakin terampil lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pekerja akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup. 3) Tingkat penghasilan Penghasilan yang memadai dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. 12 4) Lingkungan dan iklim kerja Lingkungan dan iklim kerja yang baik mendorong karyawan senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju kearah peningkatan produktivitas. 5) Sarana produksi Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. 6) Teknologi Teknologi yang dipakai dengan tepat dan lebih maju tingkatannya akan menimbulkan dampak sebagai berikut. a) Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi b) Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu c) Memperkecil terjadinya pemborosan bahan baku Produktivitas sektor industri menurut Alessandro Roncaglia dalam Sutopo (2011), yang menyatakan bahwa ada tiga hal yang terkait dengan produktivitas yaitu perbaikan skill pekerja, mengurangi waktu kerja yang hilang dan pengembangan teknik kerja pada suatu pekerjaan tertentu. Sementara itu para ahli ekonomi yang tergabung dalam Centre for the Study of Living Standards (1998) di Kanada, menyatakan penentu pertumbuhan produktivitas industri terdiri atas sumberdaya alam, struktur industri, pergeseran antar sektor, tingkat perkembangan teknologi, kualitas sumberdaya manusia, lingkungan makro ekonomi dan lingkungan mikro ekonomi. Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas, penelitian Little (2006), menemukan perbedaan 13 generasi dan perbedaan status perkawinan juga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Perryman dan Hayday (2004), juga menemukan dalam penelitinnya bahwa usia pekerja sebelum 60 tahun produktivitasnya selalu meningkat tapi akan menurun setelah usia tersebut. Bukti empiris tentang produktivitas juga dilakukan oleh Semmaila dalam Dwijatenaya (2013), tentang Analisis Jam Kerja dan Produktivitas Kerja Etnis Bugis, Toraja, dan Makasar pada Industri Kecil di Kota Makasar dari Sembilan Varibel demografi dan sosial ekonomi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan, pendapatan, lingkungan kerja, status kesehatan, dan etos kerja), variabel yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja adalah pengalaman kerja, jumlah tanggungan, status kesehatan, upah mingguan, pendapatan, lingkungan kerja dan etos kerja. 2.2.1.3 Pengukuran Produktivitas Salah satu ukuran paling penting dalam kinerja perekonomian adalah tingkat produktivitas. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), bahwa ukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output dan input yang penting adalah produktivitas tenaga kerja, yang menghitung jumlah output perunit tenaga kerja dan produktivitas faktor total yang mengukur output per unit dari total input (biasanya modal dan tenaga kerja). Menurut Mankiw (2007), fungsi produksi Cobb-Douglas menyatakan bahwa produk marginal tenaga kerja proporsional dengan produktivitas rata-rata tenaga kerja (Y/L). Dikatakan lebih lanjut pekerja menikmati peningkatan standar hidup yang cepat apabila produktivitas tenaga kerja tumbuh dengan bagus. 14 Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu. 1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatnya. 2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses), dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian relatif. 3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan. Pengukuran Produktivitas menurut Model Kendric-Creamer (Gasperz, 1998), bahwa ada tiga jenis cara pengukuran produktivitas, yaitu. 1) Produktivitas Total Pada produktivitas total ini obyek yang diukur adalah sebagai berikut: Indeks Produktivitas Total = .......(2.1) Peningkatan produktivitasnya merupakan selisih antara jumlah input dalah harga periode dasar diukur dengan output dalam harga periode dasar. 2) Produktivitas Total Faktoral Pada produktivitas Total faktoral objek yang diukur adalah sebagai berikut: Indeks Produktivitas Faktoral Total = .............................................(2.2) Peningkatan produktivitasnya adalah sama dengan perbed aan antara output bersih dengan input faktor total. 15 3) Produktivitas Parsial Pada produktivitas parsial ini objek yang diukur adalah sebagai berikut: Produktivitas Parsial Tenaga Kerja = Produktivitas Parsial Material/Bahan Baku = Produktivitas Parsial Modal = ...............(2.3) ....... (2.4) .......................(2.5) Pengukuran produktivitas dapat dinyatakan dalam satuan fisik (berat, volume, hari, jam, panjang) atau dalam satuan nilai rupiah (nilai produksi, nilai tambah). Produktivitas parsial sering juga disebut produktivitas faktor tunggal merupakan rasio dari output terhadap salah satu jenis input. Contohnya produktivitas tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio output terhadap input tenaga kerja, produktivitas modal diukur berdasarkan rasio output terhadap input modal. Dalam penelitian ini produktivitas diukur dari produktivitas tenaga kerja yaitu output terhadap input tenaga kerja, produktivitas modal output terhadap input modal perajin ukiran kayu, dan produktivitas bahan bakuyaitu output dibagi dengan input bahan baku. Produktivitas dinilai dari indikator tenaga kerja (labour). Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi manusia dan orangorangyang terlibat dalam proses sistem produksi, dianggap sebagai input tenaga kerja. Input tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai input tetap, misalnya karyawan tetap yang memiliki gaji tetap setiap bulannya. Produktivitas dengan indikator kedua yaitu modal, modal kerja misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, 16 membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan. Menurut Simanjuntak (1998), modal industri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan seseorang. Industri yang lebih besar cenderung menggunakan modal yang juga lebih besar. Modal industri akan sangat berpengaruh pada usaha-usaha ekonomi produktif yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Semakin besar modal perusahaan tempat bekerja maka akan semakin banyak pekerjaan yang dapat dilakukan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan. Hubungan modal dengan pendapatan dan produktivitas bahwa modal berpengaruh positif terhadap produktivitas. Produktivitas juga diukur dengan input bahan baku, agar sistem produksi dapat menghasilkan produk manufaktur, diperlukan material atau bahan baku. 2.2.2 Kesejahteraan 2.2.2.1 Pengertian Kesejahteraan Pembangunan dalam suatu daerah ditunjukkan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dalam suatu daerah. Tingkat kesejahteraan dalam suatu keluarga berbeda-beda tergantung dari wilayah regional maupun geografi serta nilai-nilai budaya dimana keluarga berada. Setiap orang memiliki keinginan untuk sejahtera, suatu keadaan yang serba baik, atau suatu kondisi dimana orangorangnya dalam keadaan makmur dalam keadaan sehat dan damai. Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, bahwa keluarga yang sejahtera itu tidak hanya tercukupi kebutuhan materiilnya, tetapi juga harus didasarkan pada perkawinan 17 yang sah, tercukupi kebutuhan, spritualnya, memiliki hubungan yang harmonis antar anggota keluarga, antara keluarga dengan masyarakat sekitarnya, dengan lingkungan. Menurut Iskandar dkk. (2006), tujuan hidup keluarga sebagaimana dipaparkan di atas, sangat dipengaruhi oleh karakteristik keluarga dan faktor eksternal. Karakteristik keluarga dilihat dari faktor internal adalah jumlah anggota keluarga, umur, fisiologi, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, kepemilikan aset dan tabungan. Faktor eksternal yaitu kelembagaan sosial (BRI, BPR) yang dapat diakses oleh keluarga untuk mendapatkan pinjaman, kebijakan atau program pemerintah menyangkut pemberian raskin, JPS, dana kompensasi BBM, kredit finansial, dan lain-lain, dan lingkungan tempat tinggal. Ketiga unsur tersebut akan mempengaruhi perubahan sumber daya waktu atau uang (Iskandar dkk., 2005). Setiap keluarga memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, yang diakibatkan oleh pendidikan, jumlah anggota, usia, dan kondisi fisiologi. Keempat komponen ini mempengaruhi perubahan pada sumber daya uang.Sebelum menetapkan tujuan, pengalokasian sumber daya waktu dan uang. Stiglizt et al. (2011), menyatakan bahwa untuk mendefinisikan kesejahteraan, rumusan multidimensi harus digunakan. Dimensi-dimensi tersebut meliputi standar hidup material (pendapatan, konsumsi, dan kekayaan), kesehatan, pendidikan, aktivitas individu termasuk bekerja, suara politik dan tata pemerintahan, hubungan dan kekerabatan sosial, lingkungan hidup (kondisi masa kini dan masa depan), ketidakamanan, baik yang bersifat ekonomi maupun fisik. 18 Semua dimensi ini menunjukkan kualitas hidup masyarakat dan untuk mengukurnya diperlukan data obyektif dan subyektif. Menurut Badan Pusat Statistik (2006), merumuskan konsep kesejahteraan yang didasarkan pada pengeluaran konsumsi rumah tangga, baik pangan maupun non pangan (pendekatan kemiskinan) dengan Indikator Kependudukan, Kesehatan dan Gizi, Pendidikan, Pola Konsumsi Rumah Tangga (sebagaian besar pendapatan digunakan untuk konsumsi non makanan dan tabungan), Perumahan dan Lingkungan serta Indikator Sosial lainnya, dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (pendekatan kesejahteraan) mengukur tingkat kesejahteraan keluarga dengan membagi kriteria keluarga ke dalam lima tahapan yaitu sebagai berikut. 1) Keluarga Pra Sejahtera (Pra-KS) Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) sebagai Keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. 2) Keluarga Sejahtera I (KS I) Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, yaitu sebagai berikut. a) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga b) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih 19 c) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian d) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah e) Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan 3) Keluarga Sejahtera II (KS II) Keluarga-keluarga yang di samping telah dapat memenuhi kriteria keluarga Sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psikologis, yaitu sebagai berikut. a) Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur b) Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk c) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun d) Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah e) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat f) Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap g) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin h) Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini 20 i) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil). 4) Keluarga Sejahtera III (KS III) Keluarga yang memenuhi syarat KS I sampai KS II serta syarat pengembangan keluarga, yaitu sebagai berikut. a) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama b) Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga c) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga d) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya e) Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan f) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah g) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat 5) Keluarga Sejahtera III Plus (KS III-Plus) Keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai III dan dapat pula memenuhi kriteria pengembangan keluarganya, yaitu sebagai berikut. a) Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil b) Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat 21 Dalam perindustrian, kesejahteraaan karyawan/perajin dalam suatu perusahaan sangat berarti karena dapat mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar produktivitas kerja meningkat. Menurut Bernandin dan Russel (2012) bahwa kesejahteraan karyawan adalah suatu bentuk kompensasi tidak langsung yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidup karyawan, bentuk kesejahteraan yaitu kesehatan dan keamanan pembayaran pada waktu tidak bekerja dan pelayanan karyawan. 2.2.2.2 Kriteria Ekonomi Kesejahteraan Ekonomi kesejahteraan merupakan suatu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari keinginan (desirability), efisiensi dan pemilihan berbagai penggunaan sumberdaya oleh masyarakat. Ekonomi kesejahteraan penting untuk dipahami karena berhubungan dengan tujuan pemberdayaan ekonomi rakyat yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berbagai kriteria dari ekonomi kesejahteraan berguna dalam mempertimbangkan suatu kebijaksanaan. Kebanyakan analisis ekonomi berkaitan dengan aspek ekonomi yaitu bagaimana caranya mencapai kesejahteraan maksimum atau optimum bagi masyarakat yang ada dalam sistem perekonomian. Definisi kesejahteraan masih merupakan persoalan karena hanya berkaitan dengan satu orang saja dan bisa diartikan sebagai kesejahteraan seseorang bukan masyarakat, dan jika jumlah masyarakat bertambah banyakdefinisi obyektif atas kesejahteraan optimum bagi sekelompok orang menjadi kabur karena definisi tersebut harus mempertimbangkan perbandingan 22 kepuasan antara satu orang dengan yang lainnya. Kriteria Ekonomi Kesejahteraan dapat dibagi menjadi dua yaitu. 1) Kriteria Pareto-Optimal/Pareto Efficient Kesejahteraan ekonomi didasarkan atas pemikiran Pareto di mana kesejahteraan ekonomi akan meningkat jika seseorang menjadi lebih baik dan tidak ada seorangpun yang menjadi lebih jelek. Standar analisis yang digunakan oleh para ekonom dalam menilai efisiensi alokasi sumber/faktor produksi dengan konsep efisiensi ekonomi. Efisien ada dua yaitu efisiensi teknis adalah istilah yang mengacu pada perbandingan output fisik dengan input fisik, dan efisiensi ekonomis mengacu nilai output terhadap input, atau nilai sumberdaya (faktor produksi) yang dipakai menghasilkan output tersebut. Kebanyakan ahli ekonomi menggunakan efisiensi Pareto, sebagai tujuan efisiensi. Konsep ataupun pengertian tentang "menjadi lebih baik" dan "menjadi lebih jelek" berarti peningkatan atau penurunan kepuasan yang dikaitkan dengan perubahan di dalam konsumsi barang-barang dan jasa. Pada posisi alokasi sumber atau faktor produksi optimal tidak dimungkinkan untuk mengadakan perubahan alokasi faktor produksi sehingga membuat seseorang menjadi lebih baik tanpa membuat orang lain menjadi jelek. Posisi optimal ini mempunyai arti bahwa kumpulan barang yang diproduksi mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada alternatif kumpulan barang yang lain yang dapat diproduksi dengan faktor produksi yang tersedia. Anggapan-anggapan yang digunakan dalam penggunaan sumber faktor produksi adalah sebagai berikut. mengukur efisiensi 23 a) Setiap individu bertujuan memaksimumkan kepuasannya dan fungsi utilitin kepuasannya) independen dalam artian tidak dipengaruhi oleh konsumsi barang-barang, jasa yang dilakukan oleh individu yang lain dan juga oleh penyediaan faktor oleh dividu yang lainnya. b) Semua manfaat (benefits) dan biaya (ongkos) diukur dengan harga pasar. c) Tidak ada masalah dalam hal keutuhan. d) Informasi yang lengkap e) Teknologi tertentu f) Perekonomian tertutup g) Full employment 2) Kriteria Cardinal Menurut kriteria cardinal pendapatan anggota berpengaruh terhadap utility. Berlaku Law Of Diminishing Marginal Utility, anggota masyarakat yang berpendapatan tinggi (memiliki uang lebih banyak) akan memperoleh marginal utility yang lebih kecil dibandingkan dengan anggota masyarakat yang berpendapatan rendah (memiliki uang lebih sedikit). Jadi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus dilakukan redistribusi pendapatan di antara anggota masyarakat. Maksimum kesejahteraan masyarakat akan tercapai apabila distribusi pendapatan merata di antara anggota masyarakat, kriteria ini mengasumsikan bahwa marginal utility dan uang adalah sama bagi setiap anggota masyarakat. 24 2.2.2.3 Pengukuran Kesejahteraan Kesejahteraan memilik dua dimensi, yakni dapat dilihat dari dimensi materi dan dimensi non materi. Dari sisi materi dapat diukur dengan pendekatan pendapatan dan konsumsi. Mayer dan Sulliven dalam Dwijatenaya (2013) mengatakan, bahwa secara konseptual dan ekonomi data konsumsi lebih tepat digunakan untuk mengukur kesejahteraan dibandingkan dengan data pendapatan, karena konsumsi merupakan pengukuran yang lebih langsung dari kesejahteraan. Pendapatan salah satu konsep pokok dalam mengukur ekonomi seseorang atau rumah tangga yang paling sering digunakan adalah melalui tingkat pendapatannya. Pendapatan menunjukkan seluruh uang yang diterima sesorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan penting yang harus dicapai dalam suatu perekonomian yang baik, yaitu perekonomian yang mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan (Todaro, 2000). Tujuan pokok pembangunan nasional adalah meningkatkan pendapatan masyarakat.Pendapatan masyarakat adalah merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran dan kesejahteraan seseorang atau masyarakat dapat mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Tingkat pendapatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan perajin. Tingkat kesejahteraan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di suatu negara dan konsumsi adalah salah satu 25 penunjangnya. Makin besar pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, maka makin tinggi tahap kesejahteraan keluarga tersebut. Konsumsi rumah tangga berbeda-beda antara satu dengan lainya dikarenakan pendapatan dan kebutuhan yang berbeda-beda pula. Kesejahteraan dari dimensi non materi dapat dilihat dari kesehatandan pendidikan. Pengukuran dari status kesehatan melalui pertanyaan penyakityang dilaporkan oleh responden, bagaimana keadaan kesehatan psikologi atau mental, pengobatan yang dijalani oleh keluarga, aktifivitas fisik (Easterlin, 2001). Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam kesejahteraan, kesehatan dipengaruhi faktor makanan, frekuensi ketempat pelayanan kesehatan, tersedianya sarana peneranganan listrik, air bersih, serta jamban dengan tangki septik, sebagaimana dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik (2006), sebagai berikut. 1) Tingkat kesehatan antara lain dipengaruhi faktor makanan, fasilitas kesehatan, dan ketersediaan tenaga medis. 2) Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya saran penerangaan listrik, air bersih, serta jamban dengan tangki septik. Jadi, tinggi rendahnya tingkat kesehatan untuk mensejahterakan keluarga adalah terpenuhi atau tidak terpenuhinya indikator tersebut. Memiliki tingkat kesehatan tinggi bila hanya dua faktor yang terpenuhi, dan tingkat kesehatan rendah bila ketiga faktor tersebut tidak terpenuhi. 26 Menurut Cahyat dkk. dalam Dwijatenaya (2013), berkaitan dengan pemantauan kesejahteraan dengan mengambil kasus di Kutai Barat, Kalimantan Timur, mengemukakan bahwa kesejahteraan diukur dengan kriteria sebagai berikut. 1) Kesejahteraan subyektif 2) Kesejahteraan dasar dibagi menjadi tiga indeks, yaitu kesehatan dan gizi, kekayaan materi, dan pengetahuan/pendidikan. 3) Lingkungan pendukung terdiri dari lima indeks yaitu lingkungan alam, lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, dan infrastruktur dan pelayanan. Tingkat kesejahteraan juga dipengaruhi oleh rata-rata pendidikan keluarga yaitu melalui tingkat pendidikan secara umum dari jenjang pendidikan. Pendidikan merupakan bentuk investasi dalam bidang sumber daya manusia yang berperan dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Investasi ini merupakan investasi jangka panjang karena manfaatnya baru dapat dirasakan setelah sepuluh tahun. Berdasarkan beberapa kriteria untuk mengukur kesejahteraan, maka dalam penelitian ini pengukuran kesejahteraan perajin ukiran kayu di Desa Mas Ubud digunakan indikator kesejahteraan berdasarkan pada tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan. 2.2.3 Faktor Sosial Demografi Menurut Perry (Gomes, 2001), bahwa penilaian performasi seorang pekerja biasanya sangat dipengaruhi oleh faktor ras, suku bangsa, gender, dan 27 usia. Faktor sosial demografi merupakan unsur manusia dalam suatu organisasi mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena mampu mengambil input dari lingkungan sekitar serta bagaimana cara mendapatkan input dan mempelajari keadaan perubahan penduduk atau dengan kata lain segala hal yang berhubungan dengan komponen-komponen perubahan tersebut seperti kelahiran, kematian, dan migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu. Karakteristik demografi memiliki ciri-ciri meliputi umur/usia, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan (Mulayadi, 1998). Unsur-unsur sumber daya manusia meliputi kemampuan (capabilities), sikap (attitudes), nilai-nilai (values), kebutuhan-kebutuhan (needs) dan karakteristik demografi (penduduk). Indikator faktor sosial demografi, yaitu sebagai berikut. 1) Pendidikan Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat, sedangkan latihan membentuk dan meningkatkan ketrampilan kerja. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat produktivitas (Widi Lestari, 2011). Menurut Mursidi (2009), bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan proses yang berlanjut dan bukan proses sesaat saja terutama disaat perkembangan teknologi dan pengetahuan berkembang pesat. Pengertian pendidikan secara umum adalah pendidikan akan memberikan bekal kepada individu berupa ilmu 28 pengetahuan, keterampilan, budi pekerti yang luhur serta pembinaan kepribadian yang bisa memfasilitasi adanya teknologi dan lahirnya berbagai ide baru di semua sektor keahlian dalam bisnis. Untuk itu, pendidikan akan selalu diperlukan oleh setiap manusia selama hidupnya. Pendidikan itu dapat berlangsung mulai dari pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Secara sederhana, ruang lingkup pendidikan dapat dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut. a) Pendidikan dalam keluarga (informal), pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal dimana individu diberikan macam-macam ketrampilan, latihan berbicara, bertingkah laku dan seterusnya sebagai bekal dalam kehidupan. b) Pendidikan di Sekolah (formal), pendidikan di sekolah merupakan tempat kelanjutan pendidikan setelah keluarga. Artinya, pendidikan melalui lembaga tertentu yang lengkap dengan kurikulum serta jenjang pendidikan yang ditempuhnya. c) Pendidikan dalam masyarakat (non formal), yaitu pendidikan yang diselenggarakan pihak masyarakat atau pihak diluar keluarga dan sekolah. Pendidikan ini tidak terikat oleh waktu dan jenjang pendidikan, namun disesuaikan dengan kebutuhan itu sendiri. 2) Pengalaman Kerja Pengalaman kerja juga sangat menentukan pendapatan seseorang, karena pengalaman kerja merupakan kejadian-kejadian riil yang dialami oleh seseorang yang bekerja. Semakin lama pengalaman kerja atau semakin banyak pengalaman 29 kerja yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga output yang dihasilkan lebih banyak dan pendapatan yang mereka terima juga akan bertambah (Sudarmini, 2006). Pengalaman kerja seseorang sangat mendukung keterampilan dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang. Semakin lama pengalaman kerja atau semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang maka semakin terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Febiyanti (2012), menyebutkan ada beberapa hal yang menentukan berpengalaman atau tidaknya seorang karyawan, yaitu. a) Lama waktu/masa kerja Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang sehingga dapat memahami tugas-tugas dan telah melaksanakannya dengan baik. b) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan. 30 c) Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik peralatan dan teknik pekerjaan. 3) Umur Menurut Arsyad (2010), umur 15-64 tahun termasuk orang-orang dalam umur kerja, sedangkan golongan anak-anak (< 15 tahun) dan golongan tua (65 tahun ke atas) merupakan beban tanggungan penduduk yang bekerja. Umur adalah jumlah tahun sejak lahir sampai saat ini.Umur seseorang sangat berhubungan dengan pendidikan dan pengalaman kerja. Ours dan Stoeldraijer (2010) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa umur pekerja berpengaruh terhadap produktivitas. Pekerja yang berusia antara 30 tahun dan 45 tahun memiliki produktivitas tertinggi. Sementara pekerja berusia muda dan lebih tua produktivitasnya lebih rendah. Komposisi penduduk yang sering digunakan untuk analisis perencanaan pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin (Mantra, 2003). Struktur umur penduduk dapat dilihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan, misalnya kelompok umur 0-4, 5-9, 10-14, …, 60-64, 65+. Informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan sangat dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal manusia.Dalam pembahasan demografi, pengertian umur adalah umur pada saat 31 ulang tahun terakhir. Struktur umur penduduk antara negara satu dengan yang lain tidak sama. Suatu negara dikatakan berstruktur umur muda apabila kelompok penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya lebih dari 40 persen, sedang besarnya kelompok penduduk usia 65 tahun kurang dari 10 persen. Negara yang tergolong berstruktur umur muda merupakan negara yang sedang berkembang seperti Burma dan India. Sebaliknya suatu negara dikatakan berstruktur umur tua apabila kelompok penduduk yang berumur 15 tahun ke bawah jumlahnya kurang dari 40 persen dari seluruh penduduk dan persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 10 persen. Negara yang tergolong berstruktur umur tua merupakan negara-negara maju seperti Jepang, Jerman dan Amerika Serikat (Mantra, 2003). Dilihat dari struktur umur, maka dapat dikatakan bahwa Indonesia mempunyai penduduk dengan struktur umur muda. Umur 15 sampai 64 tahun termasuk dalam umur kerja, sedangkan anak-anak di bawah 15 tahun dan golongan tua (65 tahun ke atas) merupakan beban tanggungan penduduk yang bekerja. Berdasarkan dua golongan penduduk ini, maka dapat dihitung besarnya rasio beban tanggungan, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk golongan tua dibandingkan dengan jumlah penduduk berumur 15-64 tahun (Arsyad, 2010). 32 4) Jumlah Anggota Keluarga (Rumah Tangga) Jumlah anggota rumah tangga dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap kesejahteraan rumah tangga. Menurut Hanafie dalam Semmaila (2008), anggota rumah tangga yang produktif (tenaga kerja) dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya. Sebaliknya anggota rumah tangga yang tidak produktif tentu akan menjadi beban ekonomi rumah tangga. Hubungan dengan jumlah anggota keluarga dengan kesejahteraan keluarga melalui alokasi pengeluaran keluarga, sehingga keluarga yang memiliki tanggungan lebih banyak berpeluang untuk tidak sejahtera. Menurut Mantra (2003), yang termasuk jumlah anggota keluarga adalah seluruh jumlah anggota keluarga rumah tangga yang tinggal dan makan dari satu dapur dengan kelompok penduduk yang sudah termasuk dalam kelompok tenaga kerja. Kelompok yang dimaksud makan dari satu dapur adalah bila pengurus kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama menjadi satu. Jadi, yang termasuk dalam jumlah anggota keluarga adalah mereka yang belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari karena belum bekerja (dalam umur non produktif) sehingga membutuhkan bantuan orang lain (dalam hal ini orang tua). 2.2.4 Hubungan Antar Variabel Faktor Sosial Demografi Faktor sosial demografi dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel pendidikan, umur pengalaman kerja, dan jumlah anggota keluarga. Hubungan antara pendidikan dengan produktivitas dan kesejahteraan adalah tingkat 33 pendidikan tinggi yang dimiliki oleh seseorang akan lebih mempermudah untuk menghasilkan produk yang baik. Jika tingkat pendidikan tinggi maka produktivitas tenaga kerja juga tinggi dan apabila tingkat pendidikan rendah maka produkivitas tenaga kerja juga rendah, sehingga hubungan yang terjadi antara pendidikan dengan produktivitas tenaga kerja adalah positif. Pengalaman kerja merupakan kejadian-kejadian riil yang dialami oleh seseorang yang bekerja. Lamanya seseorang bekerja pada pekerjaan yang sama atau sejenisnya akan mengakibatkan lebih banyak tahu dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sehingga produktivitas meningkat (Budhyani dan Sila, 2008). Jadi disebutkan bahwa adanya korelasi positif antara lamanya kerja seseorang dengan produktivitasnya karena kemampuan dan keahlian tenaga kerja berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh tenaga kerja tersebut. Pada umumnya mereka (pekerja) yang memilih jenis pekerjaan yang diinginkan masih memiliki umur yang relatif muda, umur berperan dalam pemilihan jenis pekerjaan yang diinginkan. Umur juga menjadi patokan, karena umur seseorang dapat mencerminkan seberapa besar kemampuan seseorang dalam mengambil pekerjaan. Sebagian orang menjadikan umur sebagai cerminan dalam memilih pekerjaan yang diinginkan, semakin tua umur seseorang maka jenis pekerjaan yang diinginkan adalah pekerjaan yang tidak terlalu menguras tenaga. Umur menentukan tingkat produktivitas, hubungan antara umur dan produktivitas adalah negatif, dalam arti bahwa semakin bertambah umur seseorang produktivitas semakin menurun. 34 Jumlah anggota keluarga juga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas perajin. Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga.Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumah tangga berarti semakin banyak anggota rumahtangga yang pada akhirnya akan semakin berat beban rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga produktivitas berpengaruh positif terhadap jumlah anggota keluarga (Mantra, 2003). Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kesejahteraan adalah melalui alokasi pengeluaran, sehingga keluarga yang memiliki tanggungan yang lebih banyak berpeluang untuk tidak sejahtera. 2.3 Keaslian Penelitian Berbagai penelitian telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai produktivitas dan kesejahteraan. Ananda (2007), berjudul “Pengaruh Investasi Dan Tingkat Upah Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Provinsi Bali Tahun 1987-2005”. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil uji F diperoleh F-hitung = 107,831> F tabel 3,63 pada tingkat keyakinan 5 persen. Ini berarti bahwa investasi total dan tingkat upah secara serempak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja Provinsi Bali Tahun 1987-2005, sehingga hipotesis 35 yang menyatakan bahwa investasi total dan tingkat upah berpengaruh signifikan dan secara serempak terhadap produktivitas tenaga kerja Provinsi Bali bisa terima. Suantari (2008), dengan judul “Pengaruh Jam Kerja, Pengalaman Kerja, Jumlah Tanggungan Keluarga dan Modal Industri terhadap Pendapatan Pekerja Migran Perempuan pada Industri Kerajinan Genteng di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kebupaten Tabanan”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian secara simultan diperoleh simpulan bahwa jam kerja, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga dan modal industri berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja migran perempuan pada industri kerajinan genteng di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan. Pada uji secara parsial jam kerja, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga dan modal industri berpengaruh nyata dan positif terhadap pendapatan pekerja migran perempuan pada industri kerajinan genteng di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan. Widyathi (2011), judul penelitian“Pengaruh Modal Pinjaman, Jam Kerja, Dan Lama Usaha Terhadap Tingkat Pendapatan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Yang Dikelola Oleh Perempuan Di Kecamatan Mengwi”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil pengujian secara simultan diperoleh simpulan bahwa modal pinjaman, jam kerja dan lama usaha secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan usaha mikro kecil dan menengah yang dikelola oleh perempuan di Kecamatan Mengwi. Berdasarkan hasil uji t-test variabel modal pinjaman, jam kerja dan lama usaha secara parsial berpengaruh nyata dan positif terhadap tingkat 36 pendapatan usaha mikro kecil dan menengah yang dikelola oleh perempuan di Kecamatan Mengwi. Andari dkk. (2012), judul penelitian “Pengaruh Sosial Demografi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Perempuan Perajin Lontar di Desa Bona Gianyar”, dengan teknik analisis regresi linear berganda, temuannya adalah variabel umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan status perkawinan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja perempuan pada industri kerajinan anyaman lontar di Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, sedangkan tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas. Pada penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan terhadap peneliti-penelitian sebelumnya. Penelitian sekarang dengan penelitian-penelitian sebelumnya terdapat kesamaan dalam penentuan variabel untuk menguji produktivitas perajin. Penelitian sekarang adalah penggabungan penelitianpenelitian sebelumnya, perbedaannya terdapat pada teknik analisis dan lokasi penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan teknik analisis regresi berganda, berbeda dengan penelitian sekarang, teknik analisis yang digunakan adalah analisis persamaan struktural (SEM) dengan alternatif Partial Least Square (PLS, component based SEM).