BAB II KAJIAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Konsep dan Definisi
2.1.1
Konsep Industri
Badan Pusat Statistik memberikan batasan yang dimaksud industri yang
biasanya didahului dengan perkataan “perusahaan atau usaha”. Perusahaan atau
usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan
ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu
bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai administrasi tersendiri mengenai
produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung
jawab atas usaha tersebut. Menurut Kanwil Departemen Perindustrian Provinsi
Bali yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi dalam penggunaanya termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri (Deperindag Provinsi Bali, 1997). Menurut
Direktorat Jendral Industri Kecil, Industri adalah serangkaian kegiatan usaha
ekonomi dalam masyarakat yang meliputi pengelolaan. Pengerjaan, pengubahan,
perbaikan bahan dan barang, baik organis maupun non organis sehingga barang
yang dapat dipergunakan lebih bermanfaat.
Ruang lingkup industri meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan
meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara
mekanik, kimiawi maupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat
1
2
sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan
industri, perusahaan pertanian, perusahaan pertambangan atau perusahaan lainnya.
Menurut Arsyad (2010), industri itu mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin
(Leading Sector).
Leading Sector, ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan
industri yang nantinya memacu dan mengangkat sektor-sektor lainnya seperti
sektor pertanian, jasa, dan sektor lainnya. Pertumbuhan sektor industri yang pesat
akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan
baku bagi industri, sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi
tersebut, dan sebagainya, yang pada nantinya akan mendukung lajunya
pertumbuhan industri. Dalam keadaan ini, menyebabkan meluasnya peluang kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat
(daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan daya beli (permintaan) tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh dan sehat.
Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan
dalam mencapai sarana pembangunan jangka panjang yang bertujuan membangun
industri, sehingga Indonesia mampu tumbuh dan berkembang atas kekuatan
sendiri. Menurut Departemen Perindustrian (Arsyad, 2010) industri nasional
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok besar, yaitu sebagai berikut.
1) Industri Dasar yang meliputi Industri Mesin dan Logam Dasar (IMLD) dan
sekelompok Industri Kimia Dasar (IKD) yang termasuk IMLD antara lain;
Industri mesin pertanian elektronika, kereta api, pesawat terbang, kendaraan
bermotor, besi baja, aluminium, tembaga dan sebagainya, yang termasuk
3
IKD, antara lain industri pengolahan kayu dan karet alam, industri batu bara,
dan lain sebagainya. Ditinjau dari misinya, industri dasar mempunyai misi
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur
industri dan bersifat padat modal teknologi tepat guna yang digunakan adalah
teknologi maju, teruji dan tidak padat karya, namun dapat mendorong
terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya
industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya;
2) Industri kecil yang meliputi pangan (makanan, minuman, tembakau), industri
sandang dan kulit (textil, pakaian jadi serta barang dari kulit), industri kimia
dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penerbit, barang-barang
karet, plastik dan lain-lain), industri galian bukan logam, industri logam
(mesin-mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari logam dan
sebagainya). Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan
pemerataan sederhana dan padat karya pengembangan industri kecil ini
diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai
tambah dengan memanfaatkan pasar dalam negeri dan pasar luar negeri
(ekspor);
3) Industri hilir yaitu kelompok aneka industri (AI) meliputi industri yang
mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian
dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak
padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan
atau teknologi maju.
4
Pengelompokan industri menurut jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan
menurut BPS Provinsi Bali (2012) adalah sebagai berikut.
1) Golongan industri besar adalah perusahaan atau usaha industri yang
mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih;
2) Golongan industri sedang adalah perusahaan atau usaha industri yang
mempunyai tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang;
3) Golongan industri kecil adalah perusahaan atau usaha industri uang
mempunyai tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang;
4) Golongan industri kerajinan rumah tangga adalah industri yang mempunyai
tenaga kerja 1 orang ampai dengan 4 orang.
Selain pengelompokan kedua industri di atas, industri juga dikelompokkan
menjadi dua yaitu.
1) Industri Subtitusi Impor (ISI)
Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan Indonesia sejak
zaman ORBA adalah Industri Subtitusi Impor (ISI). ISI ini diharapkan bisa
menghasilkan barang-barang baru di dalam negeri yang semula impor, jadi
subtitusi impor ini memang peranan penting dalam mengenalkan barang baru
yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri. Pelaksanaan
kebijakan ISI ini ada berbagai masalah yang dihadapi oleh Negara sedang
berkembang yang melaksanakannya antara lain kualitas barang yang
dihasilkan di dalam negeri jauh lebih rendah dari pada hasil produk luar
negeri. Kualitas barang yang rendah ini akan sulit diekspor. Masalah lain juga
sering timbul adalah mengenai biaya produksi pada tahap awal. Industrialisasi
5
biasanya dibutuhkan biaya yang sangan besar. Oleh karena itu Negara yang
sedang berkembang biasanya memiliki modal yang terbatas, mereka terpaksa
mendatangkan modal dan tenaga kerja terampil dari luar negeri.
2) Industri Promosi Ekspor (IPE)
Strategi subtitusi impor yang telah ditempuh Indonesia kurang
berhasil membangun stuktur industri yang kokoh dengan saing internasional
yang kuat, maka stategi tersebut bergeser ke strategi promosi ekspor,
terutama untuk komodisi non migas. Hal ini karena pada kenyataan bahwa
penerimaan devisa di migas tidak selamanya dapat diharapkan baik karena
cadangan migas lain yang reletif terbatas maupun karena fluktuasi harga
migas di pasar internasional yang sering tidak menentu.
2.1.2
Industri Kerajinan
Menurut Soeroto (1983), kerajinan adalah suatu usaha produktif di sektor
non pertanian baik berupa mata pencaharian pokok maupun sampingan. Usaha
kerajinan sebagai kegiatan produktif non pertanian tumbuh atas dasar dorongan
naluri manusia untuk memiliki barang dan alat yang diperlukan untuk
mempertahankan hidup. Selanjutnya hasil kerajinan usaha kerajinan menurut S.K
Menteri Perindustrian No. 261/M/SK/1989 Tanggal 20 September 1989 tentang
ketentuan dan tata cara penerbitan surat keterangan mengenai asal barang
kerajinan (Kanwil Departemen Perindustrian, 1989), disebutkan bahwa semua
barang dapat dikatakan sebagai hasil kerajinan apabila cara pengerjaannya.
1) Dibuat sepenuhnya dengan tangan
2) Dikerjakan dengan alat yang dipegang dengan tangan seperti pahat, palu
6
3) Dikerjakan dengan mesin yang dikerjakan dengan pedal, papan putaran,
tembikan yang digerakkan dengan kaki
4) Dikerjakan dengan alat penggerak mesin tetapi cara kerjanya masih dipegang
dengan tangan seperti bor listrik
5) Dikerjakan dengan salah satu atau beberapa kombinasi di proses tersebut di
atas.
Produk kerajinan merupakan hasil atau jenis industri kecil yang dapat
menghasilkan produk yang berguna, praktis dalam kehidupan sehari-hari (alat
rumah tangga), produk yang bernilai seni, atau sekedar barang souvenir. Produk
kerajinan biasanya berdasarkan pada ketrampilan tertentu, dengan corak yang
khasyang menunjukkan pengaruh budaya atau lingkungan produsen atau
pembuatnya (Suharto, 2006). Karya kerajinan dalam industri kerajinan kini
semakin penting perananya dan menduduki tempat yang strategis dalam proses
pembangunan karena mencakup kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam
jumlah besar. Industri kerajinan dipengaruhi oleh beberapa aspek di antaranya
adalah aspek sosial budaya, aspek pendidikan, aspek pemasaran. Peranan dari
masing-masing aspek sangat penting untuk membantu perkembangan industri
kerajinan.
Produk kerajinan bermacam-macam menurut Phuong Le pelaku utama
yang secara langsung atau tidak langsung dalam rantai komoditas global adalah
dalam memproduksi ukiran kayu yaitu sebagai berikut.
7
“This section aims to identify the main actors who are directly or
indirectly engaging in the global commodity chain of woodcarvings from
the production to the consumption. However, with the assumption that
global consumption patterns have influenced whole local production
process, the site of consumption should be analyzed first, then followed by
material supply, production and circulation sites”.
Penduduk pulau Bali terkenal sangat kreatif apapun yang dihasilkan
sebagai kerajinan tangan dapat dijual dan laku. Darah seni yang dimiliki
masyarakat Bali mengalir pada hasil kerajinan tangannya. Kerajinan tangan
terkenal antara lain.
1) Seni ukir kayu dalam berbagai bentuk warna
2) Seni ukir batu pedas dan batu-batuan lainnya
3) Alat-alat perhiasan dari ukiran kayu
4) Hiasan dinding
5) Pernak-pernik dan lain-lain
Perajin dengan memiliki keterampilan tangan dalam menciptakan bentukbentuk kerajinan secara terus menerus menyebabkan sifat tersebut menjadi
mengental dan mentradisi dalam kehidupannya. Sehingga kerajinan yang
diciptakan tidak lepas dari kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Dalam
memproduksi benda-benda kerajinan tidak terlepas dari unsur estetik, keunikan,
memiliki nilai pakai sehingga melahirkan kerajinan yang khas. Dalam
perkembangannya, kerajinan bukan hanya dipandang sebagai benda pakai, tetapi
ada juga sebagai hiasan dan cenderamata. Produk kerajinan seperti ini banyak
ditemui di daerah Bali salah satunya dapat dilihat di Desa Mas. Desa Mas salah
8
satu desa pengerajin yang ada di wilayah Ubud. Saat ini, Mas terkenal dengan
kerajinan ukiran kayu seperti ukiran patung kayu.
Kerajinan ukiran kayu yang dimaksud disini adalah kegiatan kerajinan
kayu yang mengambil tema bentuk-bentuk binatang ataupun bentuk dewa atau
pewayangan dan sejenisnya. Bentuk-bentuk tersebut dibuat ke dalam bentuk tiga
dimensi (patung) dan relief dengan menggunakan bahan dasar kayu. Sesuai
dengan proses pembuatannya kerajinan kayu tersebut lebih banyak menggunakan
tenaga tangan terampil manusia. Walaupun dalam proses pembuatanya ada
menggunakan alat bantuan mesin, namun hal itu sangat terbatas pada tahap
pembelahan kayu menjadi papan dan pembuatan bentuk pola saja. Peranan
ketrampilan tangan dalam kerajinan tersebut lebih dominan. Proses perwujudan
kerajinan kayu merupakan perpaduan antara kemampuan ketrampilan tangan dan
alat-alat mesin. Perpaduan antara kedua hal tersebut dapat melahirkan bentuk
kerajinan tangan sebagai hasil kerajinan potensi daerah.
2.2
Teori-teori yang Digunakan
2.2.1
Produktivitas
2.2.1.1 Pengertian Produktivitas
Istilah produktivitas digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, terutama
ilmu teknik dan ilmu ekonomi. Penekanan pembahasan pada kajian ini adalah
produktivitas dari sudut pandang ilmu ekonomi. Produktivitas merupakan
perbandingan antara besarnya input yang dilibatkan dalam kegiatan produksi
terhadap hasil akhir (output) yang dihitung berdasarkan nilai unit atau rupiah
barang dan jasa yang dihasilkan (Yazid, 2009). Menurut Paul Mali yang dikutip
9
Sedarmayanti (2001), produktivitas secara operasional adalah bagaimana
menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan
memanfaatkan sumber daya secara efisien. Produktivitas juga sering diartikan
sebagai rasio antar keluaran (output) dan masukan (input) dalam waktu tertentu.
Produktivitas kerja adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh perusahaan
dibandingkan dengan tenaga kerja yang dilibatkan untuk mendapatkan suatu hasil
(output) perusahaan (Kurnain, 2006). Lebih lanjut dikatakan bahwa produktivitas
memiliki arti khusus yang sangat penting karena kaitannya dengan pertumbuhan
standar hidup.
Menurut Departemen Tenaga Kerja RI pengertian produktivitas dapat
ditinjau dari berbagai sudut sebagai berikut.
1) Sudut filosofis, produktivitas merupakan suatu sikap mental yang selalu
berubah dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih
baik dari hari kemarin dan esok hari lebih baik dari hari ini;
2) Sudut teknis, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang
dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input);
3) Sudut ukuran tingkat efisiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang
digunakan selama produksi berlangsung.
Produktivitas mempunyai dua dimensi, pertama adalah efektivitas yang
mengarah pada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target
yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Kedua adalah efisiensi yang
berkaitan dengan perbandingan input dengan realisasi penggunaanya atau
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Sedarmayanti, 2001). Produktivitas
10
yang diciptakan oleh seseorang pada waktu tertentu yang nantinya akan
berpengaruh pula pada jumlah pendapatan yang diperoleh. Semakin banyak
seorang pekerja menghasilkan barang produksi, maka pendapatan yang diperoleh
akan semakin meningkat. Dalam hal ini, produksi adalah sebagai tempat kegiatan
yang menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Produksi
secara lebih luas adalah suatu proses yang menciptakan atau memperbesar nilai
suatu barang, sedangkan menurut Adiningsih (1999), produksi adalah suatu proses
mengubah input menjadi output sehingga nilai barang terus bertambah. Input
terdiri dari barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan output
adalah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu proses produksi.
Dalam teori ekonomi diambil pula asumsi dasar mengenai sifat dan fungsi
produksi yaitu fungsi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap
tunduk pada hukum “The Law of Diminishing Return”. Hukum ini menyatakan,
bahwa apabila suatu macam input ditambah penggunaannya sedangkan inputinput yang lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan
tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya akan mengalami penurunan
apabila input tersebut terus ditambah.
Produksi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu.
1) Produksi Total (Total Product), adalah banyaknya produksi yang dihasilkan
dari penggunaan total faktor-faktor produksi
2) Produksi Marginal (Marginal Product), adalah tambahan produksi karena
penambahan penggunaan faktor produksi
11
3) Produksi Rata-rata (Average Product), adalah rata-rata output yang dihasilkan
per unit faktor produksi
2.2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Menurut
Sedarmayanti
(2001),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja yaitu.
1) Pendidikan dan pelatihan
Umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai
wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya
produktivitas. Pendidikan di sini berarti pendidikan formal maupun non
formal.Sedangkan latihan membentuk dan meningkatkan ketrampilan
seseorang. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas dapat
mendorong para pekerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang
produktif.
2) Keterampilan
Karyawan yang semakin terampil lebih mampu bekerja serta menggunakan
fasilitas kerja dengan baik. Pekerja akan menjadi lebih terampil apabila
mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup.
3) Tingkat penghasilan
Penghasilan yang memadai dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.
12
4) Lingkungan dan iklim kerja
Lingkungan dan iklim kerja yang baik mendorong karyawan senang bekerja
dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan
lebih baik menuju kearah peningkatan produktivitas.
5) Sarana produksi
Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.
6) Teknologi
Teknologi yang dipakai dengan tepat dan lebih maju tingkatannya akan
menimbulkan dampak sebagai berikut.
a) Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi
b) Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu
c) Memperkecil terjadinya pemborosan bahan baku
Produktivitas sektor industri menurut Alessandro Roncaglia dalam Sutopo
(2011), yang menyatakan bahwa ada tiga hal yang terkait dengan produktivitas
yaitu perbaikan skill pekerja, mengurangi waktu kerja yang hilang dan
pengembangan teknik kerja pada suatu pekerjaan tertentu. Sementara itu para ahli
ekonomi yang tergabung dalam Centre for the Study of Living Standards (1998) di
Kanada, menyatakan penentu pertumbuhan produktivitas industri terdiri atas
sumberdaya
alam,
struktur
industri,
pergeseran
antar
sektor,
tingkat
perkembangan teknologi, kualitas sumberdaya manusia, lingkungan makro
ekonomi dan lingkungan mikro ekonomi.
Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas, penelitian Little (2006), menemukan perbedaan
13
generasi dan perbedaan status perkawinan juga berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas. Perryman dan Hayday (2004), juga menemukan dalam penelitinnya
bahwa usia pekerja sebelum 60 tahun produktivitasnya selalu meningkat tapi akan
menurun setelah usia tersebut.
Bukti empiris tentang produktivitas juga dilakukan oleh Semmaila dalam
Dwijatenaya (2013), tentang Analisis Jam Kerja dan Produktivitas Kerja Etnis
Bugis, Toraja, dan Makasar pada Industri Kecil di Kota Makasar dari Sembilan
Varibel demografi dan sosial ekonomi (umur, jenis kelamin, pendidikan,
pengalaman kerja, jumlah tanggungan, pendapatan, lingkungan kerja, status
kesehatan, dan etos kerja), variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas kerja adalah pengalaman kerja, jumlah tanggungan, status
kesehatan, upah mingguan, pendapatan, lingkungan kerja dan etos kerja.
2.2.1.3 Pengukuran Produktivitas
Salah satu ukuran paling penting dalam kinerja perekonomian adalah
tingkat produktivitas. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), bahwa ukuran
produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output dan input yang penting adalah
produktivitas tenaga kerja, yang menghitung jumlah output perunit tenaga kerja
dan produktivitas faktor total yang mengukur output per unit dari total input
(biasanya modal dan tenaga kerja). Menurut Mankiw (2007), fungsi produksi
Cobb-Douglas menyatakan bahwa produk marginal tenaga kerja proporsional
dengan produktivitas rata-rata tenaga kerja (Y/L). Dikatakan lebih lanjut pekerja
menikmati peningkatan standar hidup yang cepat apabila produktivitas tenaga
kerja tumbuh dengan bagus.
14
Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat
dibedakan dalam tiga jenis, yaitu.
1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan
secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini
memuaskan namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang
serta tingkatnya.
2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses),
dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian relatif.
3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik
sebagai memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan.
Pengukuran Produktivitas menurut Model Kendric-Creamer (Gasperz,
1998), bahwa ada tiga jenis cara pengukuran produktivitas, yaitu.
1) Produktivitas Total
Pada produktivitas total ini obyek yang diukur adalah sebagai berikut:
Indeks Produktivitas Total =
.......(2.1)
Peningkatan produktivitasnya merupakan selisih antara jumlah input dalah
harga periode dasar diukur dengan output dalam harga periode dasar.
2) Produktivitas Total Faktoral
Pada produktivitas Total faktoral objek yang diukur adalah sebagai berikut: Indeks
Produktivitas Faktoral Total =
.............................................(2.2)
Peningkatan produktivitasnya adalah sama dengan perbed aan antara
output bersih dengan input faktor total.
15
3) Produktivitas Parsial
Pada produktivitas parsial ini objek yang diukur adalah sebagai berikut:
Produktivitas Parsial Tenaga Kerja =
Produktivitas Parsial Material/Bahan Baku =
Produktivitas Parsial Modal =
...............(2.3)
....... (2.4)
.......................(2.5)
Pengukuran produktivitas dapat dinyatakan dalam satuan fisik (berat,
volume, hari, jam, panjang) atau dalam satuan nilai rupiah (nilai produksi, nilai
tambah). Produktivitas parsial sering juga disebut produktivitas faktor tunggal
merupakan rasio dari output terhadap salah satu jenis input. Contohnya
produktivitas tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio output terhadap input
tenaga kerja, produktivitas modal diukur berdasarkan rasio output terhadap input
modal.
Dalam penelitian ini produktivitas diukur dari produktivitas tenaga kerja
yaitu output terhadap input tenaga kerja, produktivitas modal output terhadap
input modal perajin ukiran kayu, dan produktivitas bahan bakuyaitu output dibagi
dengan input bahan baku. Produktivitas dinilai dari indikator tenaga kerja
(labour). Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi manusia dan orangorangyang terlibat dalam proses sistem produksi, dianggap sebagai input tenaga
kerja. Input tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai input tetap, misalnya
karyawan tetap yang memiliki gaji tetap setiap bulannya.
Produktivitas dengan indikator kedua yaitu modal, modal kerja misalnya
digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah,
16
membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk
membiayai operasi perusahaan. Menurut Simanjuntak (1998), modal industri
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan seseorang.
Industri yang lebih besar cenderung menggunakan modal yang juga lebih besar.
Modal industri akan sangat berpengaruh pada usaha-usaha ekonomi produktif
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rumah tangga.
Semakin besar modal perusahaan tempat bekerja maka akan semakin banyak
pekerjaan yang dapat dilakukan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pendapatan. Hubungan modal dengan pendapatan dan produktivitas bahwa modal
berpengaruh positif terhadap produktivitas. Produktivitas juga diukur dengan
input bahan baku, agar sistem produksi dapat menghasilkan produk manufaktur,
diperlukan material atau bahan baku.
2.2.2
Kesejahteraan
2.2.2.1 Pengertian Kesejahteraan
Pembangunan dalam suatu daerah ditunjukkan dengan meningkatnya
kesejahteraan masyarakat dalam suatu daerah. Tingkat kesejahteraan dalam suatu
keluarga berbeda-beda tergantung dari wilayah regional maupun geografi serta
nilai-nilai budaya dimana keluarga berada. Setiap orang memiliki keinginan untuk
sejahtera, suatu keadaan yang serba baik, atau suatu kondisi dimana orangorangnya dalam keadaan makmur dalam keadaan sehat dan damai. Menurut
Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera, bahwa keluarga yang sejahtera itu tidak hanya
tercukupi kebutuhan materiilnya, tetapi juga harus didasarkan pada perkawinan
17
yang sah, tercukupi kebutuhan, spritualnya, memiliki hubungan yang harmonis
antar anggota keluarga, antara keluarga dengan masyarakat sekitarnya, dengan
lingkungan. Menurut Iskandar dkk. (2006), tujuan hidup keluarga sebagaimana
dipaparkan di atas, sangat dipengaruhi oleh karakteristik keluarga dan faktor
eksternal.
Karakteristik keluarga dilihat dari faktor internal adalah jumlah anggota
keluarga, umur, fisiologi, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, kepemilikan aset
dan tabungan. Faktor eksternal yaitu kelembagaan sosial (BRI, BPR) yang dapat
diakses oleh keluarga untuk mendapatkan pinjaman, kebijakan atau program
pemerintah menyangkut pemberian raskin, JPS, dana kompensasi BBM, kredit
finansial, dan lain-lain, dan lingkungan tempat tinggal. Ketiga unsur tersebut akan
mempengaruhi perubahan sumber daya waktu atau uang (Iskandar dkk., 2005).
Setiap keluarga memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, yang diakibatkan oleh
pendidikan, jumlah anggota, usia, dan kondisi fisiologi. Keempat komponen ini
mempengaruhi perubahan pada sumber daya uang.Sebelum menetapkan tujuan,
pengalokasian sumber daya waktu dan uang.
Stiglizt et al. (2011), menyatakan bahwa untuk mendefinisikan
kesejahteraan, rumusan multidimensi harus digunakan. Dimensi-dimensi tersebut
meliputi standar hidup material (pendapatan, konsumsi, dan kekayaan), kesehatan,
pendidikan, aktivitas individu termasuk bekerja, suara politik dan tata
pemerintahan, hubungan dan kekerabatan sosial, lingkungan hidup (kondisi masa
kini dan masa depan), ketidakamanan, baik yang bersifat ekonomi maupun fisik.
18
Semua dimensi ini menunjukkan kualitas hidup masyarakat dan untuk
mengukurnya diperlukan data obyektif dan subyektif.
Menurut Badan Pusat Statistik (2006), merumuskan konsep kesejahteraan
yang didasarkan pada pengeluaran konsumsi rumah tangga, baik pangan maupun
non pangan (pendekatan kemiskinan) dengan Indikator Kependudukan, Kesehatan
dan Gizi, Pendidikan, Pola Konsumsi Rumah Tangga (sebagaian besar
pendapatan digunakan untuk konsumsi non makanan dan tabungan), Perumahan
dan Lingkungan serta Indikator Sosial lainnya, dan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) (pendekatan kesejahteraan) mengukur tingkat
kesejahteraan keluarga dengan membagi kriteria keluarga ke dalam lima tahapan
yaitu sebagai berikut.
1) Keluarga Pra Sejahtera (Pra-KS)
Keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan
dasarnya (basic needs) sebagai Keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan
pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.
2) Keluarga Sejahtera I (KS I)
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, yaitu sebagai berikut.
a) Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota
keluarga
b) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau
lebih
19
c) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian
d) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah
e) Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke
sarana/petugas kesehatan
3) Keluarga Sejahtera II (KS II)
Keluarga-keluarga yang di samping telah dapat memenuhi kriteria keluarga
Sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psikologis, yaitu sebagai
berikut.
a) Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur
b) Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur
sebagai lauk pauk
c) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru per tahun
d) Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni
rumah
e) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat
f) Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke
atas mempunyai penghasilan tetap
g) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan
latin
h) Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini
20
i) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur
memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
4) Keluarga Sejahtera III (KS III)
Keluarga yang memenuhi syarat KS I sampai KS II serta syarat
pengembangan keluarga, yaitu sebagai berikut.
a) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama
b) Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan
keluarga
c) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga
d) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya
e) Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan
f) Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah
g) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai
dengan kondisi daerah setempat
5) Keluarga Sejahtera III Plus (KS III-Plus)
Keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai III dan dapat pula
memenuhi kriteria pengembangan keluarganya, yaitu sebagai berikut.
a) Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil
b) Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat
21
Dalam perindustrian, kesejahteraaan karyawan/perajin dalam suatu
perusahaan sangat berarti karena dapat mempertahankan dan memperbaiki kondisi
fisik dan mental karyawan agar produktivitas kerja meningkat. Menurut
Bernandin dan Russel (2012) bahwa kesejahteraan karyawan adalah suatu bentuk
kompensasi tidak langsung yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara
kualitas hidup karyawan, bentuk kesejahteraan yaitu kesehatan dan keamanan
pembayaran pada waktu tidak bekerja dan pelayanan karyawan.
2.2.2.2 Kriteria Ekonomi Kesejahteraan
Ekonomi kesejahteraan merupakan suatu cabang ilmu ekonomi yang
mempelajari
keinginan
(desirability),
efisiensi
dan
pemilihan
berbagai
penggunaan sumberdaya oleh masyarakat. Ekonomi kesejahteraan penting untuk
dipahami karena berhubungan dengan tujuan pemberdayaan ekonomi rakyat yaitu
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berbagai kriteria dari ekonomi kesejahteraan
berguna dalam mempertimbangkan suatu kebijaksanaan. Kebanyakan analisis
ekonomi berkaitan dengan aspek ekonomi yaitu bagaimana caranya mencapai
kesejahteraan maksimum atau optimum bagi masyarakat yang ada dalam sistem
perekonomian. Definisi kesejahteraan masih merupakan persoalan karena hanya
berkaitan dengan satu orang saja dan bisa diartikan sebagai kesejahteraan
seseorang
bukan
masyarakat,
dan
jika
jumlah
masyarakat
bertambah
banyakdefinisi obyektif atas kesejahteraan optimum bagi sekelompok orang
menjadi kabur karena definisi tersebut harus mempertimbangkan perbandingan
22
kepuasan antara satu orang dengan yang lainnya. Kriteria Ekonomi Kesejahteraan
dapat dibagi menjadi dua yaitu.
1) Kriteria Pareto-Optimal/Pareto Efficient
Kesejahteraan ekonomi didasarkan atas pemikiran Pareto di mana
kesejahteraan ekonomi akan meningkat jika seseorang menjadi lebih baik dan tidak
ada seorangpun yang menjadi lebih jelek. Standar analisis yang digunakan oleh
para ekonom dalam menilai efisiensi alokasi sumber/faktor produksi dengan
konsep efisiensi ekonomi. Efisien ada dua yaitu efisiensi teknis adalah istilah
yang mengacu pada perbandingan output fisik dengan input fisik, dan efisiensi
ekonomis mengacu nilai output terhadap input, atau nilai sumberdaya (faktor
produksi) yang dipakai menghasilkan output tersebut. Kebanyakan ahli ekonomi
menggunakan efisiensi Pareto, sebagai tujuan efisiensi.
Konsep ataupun pengertian tentang "menjadi lebih baik" dan "menjadi
lebih jelek" berarti peningkatan atau penurunan kepuasan yang dikaitkan dengan
perubahan di dalam konsumsi barang-barang dan jasa. Pada posisi alokasi
sumber atau faktor produksi optimal tidak dimungkinkan untuk mengadakan
perubahan alokasi faktor produksi sehingga membuat seseorang menjadi lebih
baik tanpa membuat orang lain menjadi jelek. Posisi optimal ini mempunyai arti
bahwa kumpulan barang yang diproduksi mempunyai nilai yang lebih tinggi
daripada alternatif kumpulan barang yang lain yang dapat diproduksi dengan
faktor produksi yang tersedia.
Anggapan-anggapan
yang
digunakan
dalam
penggunaan sumber faktor produksi adalah sebagai berikut.
mengukur
efisiensi
23
a) Setiap individu bertujuan memaksimumkan kepuasannya dan fungsi utilitin
kepuasannya) independen dalam artian tidak dipengaruhi oleh konsumsi
barang-barang, jasa yang dilakukan oleh individu yang lain dan juga oleh
penyediaan faktor oleh dividu yang lainnya.
b) Semua manfaat (benefits) dan biaya (ongkos) diukur dengan harga pasar.
c) Tidak ada masalah dalam hal keutuhan.
d) Informasi yang lengkap
e) Teknologi tertentu
f) Perekonomian tertutup
g) Full employment
2) Kriteria Cardinal
Menurut kriteria cardinal pendapatan anggota berpengaruh terhadap utility.
Berlaku Law Of Diminishing Marginal Utility, anggota masyarakat yang
berpendapatan tinggi (memiliki uang lebih banyak) akan memperoleh marginal
utility yang lebih kecil dibandingkan dengan anggota masyarakat yang
berpendapatan rendah (memiliki uang lebih sedikit). Jadi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat harus dilakukan redistribusi pendapatan di antara
anggota masyarakat. Maksimum kesejahteraan masyarakat akan tercapai apabila
distribusi pendapatan merata di antara anggota masyarakat, kriteria ini
mengasumsikan bahwa marginal utility dan uang adalah sama bagi setiap anggota
masyarakat.
24
2.2.2.3 Pengukuran Kesejahteraan
Kesejahteraan memilik dua dimensi, yakni dapat dilihat dari dimensi
materi dan dimensi non materi. Dari sisi materi dapat diukur dengan pendekatan
pendapatan dan konsumsi. Mayer dan Sulliven dalam Dwijatenaya (2013)
mengatakan, bahwa secara konseptual dan ekonomi data konsumsi lebih tepat
digunakan untuk mengukur kesejahteraan dibandingkan dengan data pendapatan,
karena konsumsi merupakan pengukuran yang lebih langsung dari kesejahteraan.
Pendapatan salah satu konsep pokok dalam mengukur ekonomi seseorang atau
rumah
tangga
yang
paling
sering
digunakan
adalah
melalui
tingkat
pendapatannya.
Pendapatan menunjukkan seluruh uang yang diterima sesorang atau rumah
tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu tujuan penting yang harus dicapai dalam suatu
perekonomian yang baik, yaitu perekonomian yang mampu memberikan
kesejahteraan bagi seluruh penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan
(Todaro, 2000). Tujuan pokok pembangunan nasional adalah meningkatkan
pendapatan masyarakat.Pendapatan masyarakat adalah merupakan salah satu
indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran dan kesejahteraan seseorang atau
masyarakat dapat mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat.
Tingkat pendapatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan
perajin. Tingkat kesejahteraan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui
keberhasilan pembangunan di suatu negara dan konsumsi adalah salah satu
25
penunjangnya. Makin besar pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, maka
makin tinggi tahap kesejahteraan keluarga tersebut. Konsumsi rumah tangga
berbeda-beda antara satu dengan lainya dikarenakan pendapatan dan kebutuhan
yang berbeda-beda pula.
Kesejahteraan dari dimensi non materi dapat dilihat dari kesehatandan
pendidikan. Pengukuran dari status kesehatan melalui pertanyaan penyakityang
dilaporkan oleh responden, bagaimana keadaan kesehatan psikologi atau mental,
pengobatan yang dijalani oleh keluarga, aktifivitas fisik (Easterlin, 2001).
Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam kesejahteraan, kesehatan
dipengaruhi faktor makanan, frekuensi ketempat pelayanan kesehatan, tersedianya
sarana peneranganan listrik, air bersih, serta jamban dengan tangki septik,
sebagaimana dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik (2006), sebagai berikut.
1) Tingkat kesehatan antara lain dipengaruhi faktor makanan, fasilitas
kesehatan, dan ketersediaan tenaga medis.
2) Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat
untuk ditinggali adalah tersedianya saran penerangaan listrik, air bersih, serta
jamban dengan tangki septik.
Jadi, tinggi rendahnya tingkat kesehatan untuk mensejahterakan keluarga
adalah terpenuhi atau tidak terpenuhinya indikator tersebut. Memiliki tingkat
kesehatan tinggi bila hanya dua faktor yang terpenuhi, dan tingkat kesehatan
rendah bila ketiga faktor tersebut tidak terpenuhi.
26
Menurut Cahyat dkk. dalam Dwijatenaya (2013), berkaitan dengan
pemantauan kesejahteraan dengan mengambil kasus di Kutai Barat, Kalimantan
Timur, mengemukakan bahwa kesejahteraan diukur dengan kriteria sebagai
berikut.
1) Kesejahteraan subyektif
2) Kesejahteraan dasar dibagi menjadi tiga indeks, yaitu kesehatan dan gizi,
kekayaan materi, dan pengetahuan/pendidikan.
3) Lingkungan pendukung terdiri dari lima indeks yaitu lingkungan alam,
lingkungan ekonomi, lingkungan sosial, dan infrastruktur dan pelayanan.
Tingkat kesejahteraan juga dipengaruhi oleh rata-rata pendidikan keluarga
yaitu melalui tingkat pendidikan secara umum dari jenjang pendidikan.
Pendidikan merupakan bentuk investasi dalam bidang sumber daya manusia yang
berperan dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Investasi ini merupakan investasi
jangka panjang karena manfaatnya baru dapat dirasakan setelah sepuluh tahun.
Berdasarkan beberapa kriteria untuk mengukur kesejahteraan, maka dalam
penelitian ini pengukuran kesejahteraan perajin ukiran kayu di Desa Mas Ubud
digunakan indikator kesejahteraan berdasarkan pada tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan dan tingkat kesehatan.
2.2.3
Faktor Sosial Demografi
Menurut Perry (Gomes, 2001), bahwa penilaian performasi seorang
pekerja biasanya sangat dipengaruhi oleh faktor ras, suku bangsa, gender, dan
27
usia. Faktor sosial demografi merupakan unsur manusia dalam suatu organisasi
mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena mampu mengambil input dari
lingkungan sekitar serta bagaimana cara mendapatkan input dan mempelajari
keadaan perubahan penduduk atau dengan kata lain segala hal yang berhubungan
dengan komponen-komponen perubahan tersebut seperti kelahiran, kematian, dan
migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin tertentu. Karakteristik demografi memiliki ciri-ciri
meliputi umur/usia, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga,
lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan (Mulayadi, 1998).
Unsur-unsur sumber daya manusia meliputi kemampuan (capabilities),
sikap
(attitudes),
nilai-nilai
(values),
kebutuhan-kebutuhan
(needs)
dan
karakteristik demografi (penduduk). Indikator faktor sosial demografi, yaitu
sebagai berikut.
1) Pendidikan
Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk
mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat, sedangkan latihan membentuk
dan meningkatkan ketrampilan kerja. Dengan demikian semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat produktivitas (Widi Lestari, 2011).
Menurut Mursidi (2009), bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan proses
yang berlanjut dan bukan proses sesaat saja terutama disaat perkembangan
teknologi dan pengetahuan berkembang pesat. Pengertian pendidikan secara
umum adalah pendidikan akan memberikan bekal kepada individu berupa ilmu
28
pengetahuan, keterampilan, budi pekerti yang luhur serta pembinaan kepribadian
yang bisa memfasilitasi adanya teknologi dan lahirnya berbagai ide baru di semua
sektor keahlian dalam bisnis. Untuk itu, pendidikan akan selalu diperlukan oleh
setiap manusia selama hidupnya. Pendidikan itu dapat berlangsung mulai dari
pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Secara sederhana, ruang
lingkup pendidikan dapat dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
a)
Pendidikan dalam keluarga (informal), pendidikan dalam keluarga merupakan
pendidikan awal dimana individu diberikan macam-macam ketrampilan,
latihan berbicara, bertingkah laku dan seterusnya sebagai bekal dalam
kehidupan.
b) Pendidikan di Sekolah (formal), pendidikan di sekolah merupakan tempat
kelanjutan pendidikan setelah keluarga. Artinya, pendidikan melalui lembaga
tertentu yang lengkap dengan kurikulum serta jenjang pendidikan yang
ditempuhnya.
c)
Pendidikan dalam masyarakat (non formal), yaitu pendidikan yang
diselenggarakan pihak masyarakat atau pihak diluar keluarga dan sekolah.
Pendidikan ini tidak terikat oleh waktu dan jenjang pendidikan, namun
disesuaikan dengan kebutuhan itu sendiri.
2) Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja juga sangat menentukan pendapatan seseorang, karena
pengalaman kerja merupakan kejadian-kejadian riil yang dialami oleh seseorang
yang bekerja. Semakin lama pengalaman kerja atau semakin banyak pengalaman
29
kerja yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin terampil dan semakin
cepat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga
output yang dihasilkan lebih banyak dan pendapatan yang mereka terima juga
akan bertambah (Sudarmini, 2006). Pengalaman kerja seseorang sangat
mendukung keterampilan dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaannya,
sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang. Semakin lama pengalaman
kerja atau semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang maka
semakin terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
Febiyanti (2012), menyebutkan ada beberapa hal yang menentukan
berpengalaman atau tidaknya seorang karyawan, yaitu.
a)
Lama waktu/masa kerja
Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang
sehingga dapat memahami tugas-tugas dan telah melaksanakannya dengan
baik.
b) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau
informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup
kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung
jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik
yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau
pekerjaan.
30
c)
Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan
Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik
peralatan dan teknik pekerjaan.
3) Umur
Menurut Arsyad (2010), umur 15-64 tahun termasuk orang-orang dalam
umur kerja, sedangkan golongan anak-anak (< 15 tahun) dan golongan tua (65
tahun ke atas) merupakan beban tanggungan penduduk yang bekerja. Umur
adalah jumlah tahun sejak lahir sampai saat ini.Umur seseorang sangat
berhubungan dengan pendidikan dan pengalaman kerja. Ours dan Stoeldraijer
(2010) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa umur pekerja berpengaruh
terhadap produktivitas. Pekerja yang berusia antara 30 tahun dan 45 tahun
memiliki produktivitas tertinggi. Sementara pekerja berusia muda dan lebih tua
produktivitasnya lebih rendah.
Komposisi penduduk yang sering digunakan untuk analisis perencanaan
pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
(Mantra, 2003). Struktur umur penduduk dapat dilihat dalam umur satu tahunan
atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam
lima tahunan, misalnya kelompok umur 0-4, 5-9, 10-14, …, 60-64, 65+. Informasi
tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan
sangat dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan.
Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal
manusia.Dalam pembahasan demografi, pengertian umur adalah umur pada saat
31
ulang tahun terakhir. Struktur umur penduduk antara negara satu dengan yang lain
tidak sama.
Suatu negara dikatakan berstruktur umur muda apabila kelompok
penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya lebih dari 40 persen,
sedang besarnya kelompok penduduk usia 65 tahun kurang dari 10 persen. Negara
yang tergolong berstruktur umur muda merupakan negara yang sedang
berkembang seperti Burma dan India. Sebaliknya suatu negara dikatakan
berstruktur umur tua apabila kelompok penduduk yang berumur 15 tahun ke
bawah jumlahnya kurang dari 40 persen dari seluruh penduduk dan persentase
penduduk di atas 65 tahun sekitar 10 persen. Negara yang tergolong berstruktur
umur tua merupakan negara-negara maju seperti Jepang, Jerman dan Amerika
Serikat (Mantra, 2003).
Dilihat dari struktur umur, maka dapat dikatakan bahwa Indonesia
mempunyai penduduk dengan struktur umur muda. Umur 15 sampai 64 tahun
termasuk dalam umur kerja, sedangkan anak-anak di bawah 15 tahun dan
golongan tua (65 tahun ke atas) merupakan beban tanggungan penduduk yang
bekerja. Berdasarkan dua golongan penduduk ini, maka dapat dihitung besarnya
rasio beban tanggungan, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk 0-14 tahun,
ditambah dengan jumlah penduduk golongan tua dibandingkan dengan jumlah
penduduk berumur 15-64 tahun (Arsyad, 2010).
32
4) Jumlah Anggota Keluarga (Rumah Tangga)
Jumlah anggota rumah tangga dapat berpengaruh positif atau negatif
terhadap kesejahteraan rumah tangga. Menurut Hanafie dalam Semmaila (2008),
anggota rumah tangga yang produktif (tenaga kerja) dapat meningkatkan
kesejahteraan rumah tangganya. Sebaliknya anggota rumah tangga yang tidak
produktif tentu akan menjadi beban ekonomi rumah tangga. Hubungan dengan
jumlah anggota keluarga dengan kesejahteraan keluarga melalui alokasi
pengeluaran keluarga, sehingga keluarga yang memiliki tanggungan lebih banyak
berpeluang untuk tidak sejahtera. Menurut Mantra (2003), yang termasuk jumlah
anggota keluarga adalah seluruh jumlah anggota keluarga rumah tangga yang
tinggal dan makan dari satu dapur dengan kelompok penduduk yang sudah
termasuk dalam kelompok tenaga kerja. Kelompok yang dimaksud makan dari
satu dapur adalah bila pengurus kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama
menjadi satu. Jadi, yang termasuk dalam jumlah anggota keluarga adalah mereka
yang belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari karena belum bekerja (dalam
umur non produktif) sehingga membutuhkan bantuan orang lain (dalam hal ini
orang tua).
2.2.4
Hubungan Antar Variabel Faktor Sosial Demografi
Faktor sosial demografi dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel
pendidikan, umur pengalaman kerja, dan jumlah anggota keluarga. Hubungan
antara pendidikan dengan produktivitas dan kesejahteraan adalah tingkat
33
pendidikan tinggi yang dimiliki oleh seseorang akan lebih mempermudah untuk
menghasilkan produk yang baik. Jika tingkat pendidikan tinggi maka
produktivitas tenaga kerja juga tinggi dan apabila tingkat pendidikan rendah maka
produkivitas tenaga kerja juga rendah, sehingga hubungan yang terjadi antara
pendidikan dengan produktivitas tenaga kerja adalah positif.
Pengalaman kerja merupakan kejadian-kejadian riil yang dialami oleh
seseorang yang bekerja. Lamanya seseorang bekerja pada pekerjaan yang sama atau
sejenisnya akan mengakibatkan lebih banyak tahu dan terampil dalam melaksanakan
tugas-tugasnya, sehingga produktivitas meningkat (Budhyani dan Sila, 2008). Jadi
disebutkan bahwa adanya korelasi positif antara lamanya kerja seseorang dengan
produktivitasnya karena kemampuan dan keahlian tenaga kerja berkaitan dengan
pengalaman yang diperoleh tenaga kerja tersebut.
Pada umumnya mereka (pekerja) yang memilih jenis pekerjaan yang
diinginkan masih memiliki umur yang relatif muda, umur berperan dalam
pemilihan jenis pekerjaan yang diinginkan. Umur juga menjadi patokan, karena
umur seseorang dapat mencerminkan seberapa besar kemampuan seseorang dalam
mengambil pekerjaan. Sebagian orang menjadikan umur sebagai cerminan dalam
memilih pekerjaan yang diinginkan, semakin tua umur seseorang maka jenis
pekerjaan yang diinginkan adalah pekerjaan yang tidak terlalu menguras tenaga.
Umur menentukan tingkat produktivitas, hubungan antara umur dan produktivitas
adalah negatif, dalam arti bahwa semakin bertambah umur seseorang
produktivitas semakin menurun.
34
Jumlah anggota keluarga juga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas
perajin. Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan
keluarga.Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah
kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit
anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi
keluarga. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti
oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumah
tangga berarti semakin banyak anggota rumahtangga yang pada akhirnya akan
semakin berat beban rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya
sehingga produktivitas berpengaruh positif terhadap jumlah anggota keluarga
(Mantra, 2003). Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kesejahteraan
adalah melalui alokasi pengeluaran, sehingga keluarga yang memiliki tanggungan
yang lebih banyak berpeluang untuk tidak sejahtera.
2.3
Keaslian Penelitian
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai
produktivitas dan kesejahteraan.
Ananda (2007), berjudul “Pengaruh Investasi Dan Tingkat Upah Terhadap
Produktivitas Tenaga Kerja Provinsi Bali Tahun 1987-2005”. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil uji F diperoleh F-hitung =
107,831> F tabel 3,63 pada tingkat keyakinan 5 persen. Ini berarti bahwa investasi
total dan tingkat upah secara serempak berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas tenaga kerja Provinsi Bali Tahun 1987-2005, sehingga hipotesis
35
yang menyatakan bahwa investasi total dan tingkat upah berpengaruh signifikan
dan secara serempak terhadap produktivitas tenaga kerja Provinsi Bali bisa terima.
Suantari (2008), dengan judul “Pengaruh Jam Kerja, Pengalaman Kerja,
Jumlah Tanggungan Keluarga dan Modal Industri terhadap Pendapatan Pekerja
Migran Perempuan pada Industri Kerajinan Genteng di Desa Pejaten Kecamatan
Kediri Kebupaten Tabanan”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi
linear berganda. Hasil pengujian secara simultan diperoleh simpulan bahwa jam
kerja, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga dan modal industri
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja migran perempuan pada
industri kerajinan genteng di Desa Pejaten Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan.
Pada uji secara parsial jam kerja, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga
dan modal industri berpengaruh nyata dan positif terhadap pendapatan pekerja
migran perempuan pada industri kerajinan genteng di Desa Pejaten Kecamatan
Kediri Kabupaten Tabanan.
Widyathi (2011), judul penelitian“Pengaruh Modal Pinjaman, Jam Kerja,
Dan Lama Usaha Terhadap Tingkat Pendapatan Usaha Mikro, Kecil Dan
Menengah (UMKM) Yang Dikelola Oleh Perempuan Di Kecamatan Mengwi”.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil
pengujian secara simultan diperoleh simpulan bahwa modal pinjaman, jam kerja
dan lama usaha secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pendapatan usaha mikro kecil dan menengah yang dikelola oleh perempuan di
Kecamatan Mengwi. Berdasarkan hasil uji t-test variabel modal pinjaman, jam
kerja dan lama usaha secara parsial berpengaruh nyata dan positif terhadap tingkat
36
pendapatan usaha mikro kecil dan menengah yang dikelola oleh perempuan di
Kecamatan Mengwi.
Andari dkk. (2012), judul penelitian “Pengaruh Sosial Demografi
Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Perempuan Perajin Lontar di Desa Bona
Gianyar”, dengan teknik analisis regresi linear berganda, temuannya adalah
variabel umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan status perkawinan
berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja perempuan pada
industri kerajinan anyaman lontar di Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh,
Kabupaten Gianyar, sedangkan tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas.
Pada penelitian sekarang terdapat persamaan dan perbedaan terhadap
peneliti-penelitian sebelumnya. Penelitian sekarang dengan penelitian-penelitian
sebelumnya terdapat kesamaan dalam penentuan variabel untuk menguji
produktivitas perajin. Penelitian sekarang adalah penggabungan penelitianpenelitian sebelumnya, perbedaannya terdapat pada teknik analisis dan lokasi
penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan teknik analisis regresi berganda,
berbeda dengan penelitian sekarang, teknik analisis yang digunakan adalah
analisis persamaan struktural (SEM) dengan alternatif Partial Least Square (PLS,
component based SEM).
Download