BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Kanker Payudara 2.1.1. Definisi Kanker Payudara Menurut Nurcahyo (2010) kanker payudara adalah terganggunya sistem pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara. Payudara tersusun atas kelenjar susu, jaringan lemak, kantung penghasil susu, dan kelenjar getah bening. Sel abnormal bisa tumbuh di empat bagian tersebut, dan mengakibatkan kerusakan yang lambat tetapi pasti menyerang payudara. Kanker payudara merupakan jaringan abnormal yang merugikan dan dapat menyebar ke organ tubuh yang lain. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, ada yang dapat tumbuh sangat cepat dan ada yang lambat. Kanker payudara dapat menimbulkan rasa nyeri, luka pada puting, pendarahan, lekukan, dan perubahan bentuk pada payudara (Dewi, F.I., Djoenaina, V., & Melisa, 2004). 2.1.2. Etiologi Kanker Payudara Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. 8 9 Faktor-faktor resiko tersebut adalah : a. Jenis Kelamin Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh kanker payudara. b. Faktor Usia Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40. c. Riwayat Keluarga Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor resiko terjadinya kanker payudara. d. Riwayat Adanya Tumor Jinak Payudara Sebelumnya Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas. e. Faktor Genetik Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar 80%. f. Faktor Hormonal Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. 10 g. Usia Menarche Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen. h. Menopause Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3 %. i. Usia Pada Saat Kehamilan Pertama >30 tahun. Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya. j. Nullipara/Belum Pernah Melahirkan Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara. k. Tidak Menyusui Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui. l. Pemakaian Kontrasepsi Oral dalam Waktu Lama dan Obesitas Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dan obesitas beresiko tinggi mengalami kanker payudara, dan resiko ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi (Brunner & Suddarth, 2002). 11 2.1.3. Klasifikasi Kanker Payudara Adapun klasifikasi kanker payudara yaitu sebagai berikut: a. Klasifikasi patologik meliputi kanker puting payudara, kanker ductus lactiferous dan kanker dari lobules b. Klasifikasi Histologi Kanker Payudara (Klasifikasi WHO 2010) : Tabel 2.1. Histologi Kanker Payudara Non-Invasif a. Karsinoma duktus in situ b. Karsinoma lobulus in situ Invasif a. Karsinoma invasif duktal b. Karsinoma invasif duktal dengan komponen intraduktal yang predominant c. Karsinoma invasif lobular d. Karsinoma mucinous e. Karsinoma medullary f. Karsionoma tubular g. Karsinoma adenoid cystic h. Karsinoma apocrine i. Karsinoma dengan metaplasia j. Tipe squamous k. Tipe spindle-cell l. Tipe cartilanginous dan osseous m. Mixed type Paget’s disease of the nipple Sedangkan jenis kanker payudara berdasarkan pola pertumbuhan dan karakteristik sel kanker dibagi atas: a. Karsinoma In Situ Karsinoma in situ ditandai dengan proliferasi sel epitel maligna yang tetap terkurung dalam duktus terminal. Terdapat dua jenis karsinoma in situ yaitu karsinoma lobulus in situ dan karsinoma duktus in situ. Pengobatan standar untuk karsinoma duktus in situ adalah dengan mastektomi. 12 Pengobatan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan radioterapi, dan obat oral yaitu tablet anti estrogen. b. Kanker Payudara Invasif Kanker payudara invasif memiliki kemampuan untuk menyebar dari struktur payudara. Dua jenis kanker payudara invasif adalah karsinoma lobulus dan duktus. Kanker ini memiliki potensi untuk metastasis atau meyebar ke seluruh tubuh. c. Penyakit Paget Insiden kanker payudara jenis ini rendah yaitu 0,5 – 3,2% seluruh kanker payudara. Biasanya penyakit ini mengenai jaringan epidermis puting dan wanita sering kali datang ke fasilitas kesehatan karena adanya rabas dari puting, dan kadang – kadang adanya penebalan pada jaringan dasar payudara. Pengobatan yang sering dilakukan yaitu eksisi pada puting dan jaringan dasar payudara baik dengan radioterapi pascaoperasi maupun mastektomi. Jika ditangani dengan baik, wanita memiliki kesempatan untuk sembuh dari penyakit tersebut. d. Kanker Payudara Inflamasi Sekitar 4% kanker payudara didiagnosis sebagai kanker payudara inflamasi. Tanda – tanda yang sering muncul yaitu payudara bengkak dan merah serta edema pada kulit dengan indurasi pada jaringan dasar payudara (peau d’orange). Secara keseluruhan pasien kanker payudara jenis ini kemampuan untuk bertahan hidup sangat kecil. Akan tetapi, jika memungkinkan kanker dapat diangkat melalui pembedahan untuk 13 mengurangi penyebaran kanker serta untuk bertahan hidup (Andrews, Gilly, 2010). 2.1.4. Tanda dan Gejala Kanker Payudara Adapun tanda dan gejala yang mungkin ditemukan yatiu: a. Adanya benjolan pada payudara b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara c. Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah) d. Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun aerola (daerah berwarna coklat tua disekeliling puting susu) e. Payudara tampak kemerahan f. Kulit disekitar puting susu bersisik g. Puting susu tertarik kedalam atau terasa gatal h. Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara (Andrews, Gilly, 2010). 14 2.1.5. Stadium Kanker Payudara Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, followup dan menentukan prognosis. a. Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya didalam jaringan payudara yang normal b. Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara c. Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak d. Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak e. Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke strukur lainnya, atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak f. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu kedalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada g. Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru (Magee, 2000). 15 2.1.6. Mastektomi Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan kanker payudara adalah mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan pembedahan yang dikombinasi dengan terapi radiasi (Andrews, Gilly, 2010). Ada dua jenis pengangkatan kanker payudara yaitu: a. Mastektomi yaitu pengangkatan jaringan payudara melalui pembedahan yang bervariasi, mulai dari pengangkatan payudara, otot-otot dada, dan nodus limfe aksilaris. b. Lumpektomi yaitu reseksi kuadran payudara yang sakit, dan pengangkatan nodus aksilaris untuk mengangkat tumor, diikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah operasi (Brunner & Suddarth, 2002). Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara yang terkena kanker. Mastektomi hanya dapat dilakukan pada stadium II dan III. Mastektomi dapat menghambat proses perkembangan sel kanker dan umumnya mempunyai taraf kesembuhannya 85% sampai dengan 87%. Namun penderita akan kehilangan sebagian atau seluruh payudara, mati rasa pada kulit, kelumpuhan jika tidak ditangani dengan tepat (Wagman dalam Dewi et al, 2004). Ada beberapa jenis mastektomi yang dilakukan pada pasien kanker payudara menurut Gilly Andrews (2010), yaitu sebagai berikut: a. Mastektomi Radikal Pada prosedur operasi ini dilakukan pengangkatan payudara, otot pektoralis mayor dan minor, seluruh nodus limfe aksilaris dan kulit serta 16 lemak. Mastektomi radikal merupakan operasi luas yang meninggalkan jaringan parut yang panjang pada dinding dada dan area dada yang cekung. Pengangkatan semua nodus limfe aksilaris dapat menyebabkan pembengkakan lengan atau limfedema, beberapa penurunan kekuatan otot di lengan, dan pergerakan bahu terbatas. b. Mastektomi Modifikasi Radikal (Mastektomi Patey) Dalam prosedur operasi ini, dilakukan pengangkatan payudara, nodus limfe aksilaris, dan lapisan otot dinding dada. Kadang – kadang otot pektoralis minor diangkat atau dipisahkan, untuk memfasilitasi akses ke aksila. Karena otot pektoralis mayor dipertahankan, kekuatan lengan juga tetap terjaga dan pembengkakan pada lengan kemungkinan tidak terjadi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dicapai karena lebih banyak kulit yang tersisa dibandingkan pada mastektomi radikal. c. Mastektomi Sederhana atau Total Mastektomi sederhana atau total berupa pengangkatan payudara saja. Kadang – kadang sedikit nodus limfe aksilaris diangkat untuk memberi indikasi apakah kanker sudah menyebar atau belum. Keuntungan prosedur ini yaitu otot – otot dada tidak diangkat dan kekuatan lengan tidak berkurang. Karena sebagian besar nodus limfe aksilaris tidak diangkat, resiko kekambuhan lokal – regional lebih tinggi daripada jika seluruh payudara dan nodus limfe aksilaris diangkat. 17 2.2. Depresi 2.2.1 Definisi Depresi Depresi adalah mood (suasana hati, perasaan) yang rendah atau tertekan yang mungkin disertai anhedonia, yaitu hilangnya kemampuan untuk menikmati aktivitas sehari-hari dan menyenangkan (Puri., Laking., & Treasaden, 2012). Setiap orang sering mengalami perasaan sedih, tetapi perasaan ini biasanya akan hilang dalam beberapa hari. Ketika seseorang mengalami gangguan depresi, hal itu akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, fungsi sebagai manusia yang normal, dan menyebabkan perasaan sakit baik untuk orang yang mengalami gangguan depresi maupun orang-orang terdekatnya. Depresi umum terjadi, tetapi merupakan penyakit yang serius, dan mayoritas orang yang pernah mengalami depresi membutuhkan perawatan untuk menjadi lebih baik (National Institute Mental Health [NIMH], 2008). 2.2.2. Penyebab Depresi Timbulnya depresi terjadi karena kerentanan seseorang pada predisposisi genetik, karakteristik kepribadian, atau kebiasaan berpikir yang berinteraksi dengan peristiwa stres seperti kehilangan sesuatu yang berharga, kekerasan seksual, kehilangan bagian atau fungsi tubuh seperti mastektomi (Hankin & Abramson, dalam Lisnawati, 2010). 18 Faktor predisposisi terjadinya depresi menurut NIMH (2008) dan Kaplan & Saddock (2010) yaitu: 1) Genetik (Riwayat Keluarga) Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan depresi, orang tersebut beresiko mengalami depresi. Di lain kasus, banyak juga orang yang mengalami gangguan depresi tanpa memiliki riwayat keluarga dengan depresi. 2) Ketidakseimbangan Bahan Kimia Otak pada orang yang normal terlihat berbeda dibanding dengan yang megalami gangguan depresi. Hal itu dikarenakan bagian dari otak yang mengatur suasana hati, pikiran, tidur, keinginan, dan perilaku tidak memiliki keseimbangan yang benar terhadap bahan kimia. 3) Faktor Hormonal Perubahan siklus menstruasi, melahirkan, pembawaan, periode postpartum, perimenopouse, dan menopouse merupakan penyebab depresi pada wanita 4) Stress Peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan seperti trauma, kehilangan seseorang yang berarti, hubungan yang buruk, tanggungjawab pekerjaan, mengasuh anak dan lansia, penyalahgunaan, kemiskinan, penyakit kronis mungkin memicu gangguan depresi pada beberapa orang. Orang yang terdepresi merasakan putus asa karena tidak menerima respon yang diinginkan 19 5) Penyakit Medis Menghadapi penyakit yang serius, seperti stroke, serangan jantung, atau kanker bisa memicu keadaan depresi. 6) Jenis Kelamin Prevalensi depresi berat dapat terjadi dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan hormonal, perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan bagi laki-laki serta perbedaan model perilaku tentang keputusasaan. 7) Usia Rata-rata usia untuk terjadinya gangguan depresi berat adalah kira-kira 40 tahun. 50% dari semua pasien mengalami depresi saat berusia 20 – 50 tahun. 8) Status Perkawinan Depresi paling sering terjadi pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai dan berpisah. 2.2.3. Klasifikasi Depresi Menurut NIMH (2008) ada beberapa jenis gangguan depresi yaitu: a.Major Depressive Disorder (Gangguan Depresi Berat) Karakteristik dari gangguan ini adalah adanya beberapa gejala yang mengganggu seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan dan menikmati kegiatan yang seharusnya menyenangkan. 20 Depresi berat merupakan ketikdakmampuan seseorang untuk berfungsi secara normal. Depresi berat mungkin hanya terjadi sekali selama hidup seseorang, tetapi adakalanya hal itu terjadi berulang kali dalam hidup seseorang yang lain. b. Dysthymic Disorder (Dysthymia) Ditandai dengan waktu yang lama (dua tahun atau lebih) tidak terdapat gejala-gejala yang dapat mengganggu kemampuan seseorang tetapi dapat mengganggu fungsinya secara normal seperti perasaan yang nyaman. Orang dengan dysthymia mungkin juga mengalami sekali atau lebih peristiwa depresi berat selama hidupnya. c. Minor Depression (Depresi Ringan) Depresi ringan berlangsung antara 2 minggu atau lebih dan tidak memiliki tanda dan gejala depresi berat. Tanpa pengobatan yang tepat orang dengan depresi ringan berada pada resiko tinggi untuk berkembang menjadi depresi berat. Beberapa bentuk gangguan depresi menunjukkan sedikit perbedaan karakteristik dari yang digambarkan di atas, atau mungkin saja beberapa gangguan depresi berkembang dalam keadaan yang unik. 21 Sedangkan menurut American Psychiatric Association dalam Kaplan & Saddock (2010) ada beberapa klasifikasi depresi dan kriterianya yaitu sebagai berikut: 1. Episode Deprsif Berat Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode depresif berat yaitu sebagai berikut: a. Lima (atau lebih) gejala berikut telah ditemukan selama periode dua minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi sebelumnya; sekurangnya satu dari gejala adalah salah satu dari mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan. 1) Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya merasa sedih atau kosong) atau pengamatan yang dilakukan orang lain (misalnya tampak sedih) 2) Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua, atau hampir semua aktivitas speanjang hari, hampir setiap hari. 3) Penurunan berat badan yang bermakna tanpa melakukan diet atau penambahan berat badan (misalnya perubahan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan), penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari. 4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari 5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari 6) Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari 22 7) Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat hampir setiap hari 8) Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir setiap hari 9) Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati), ide bunuh diri yang rekuren tanpa rencana spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri. b. Gejala tidak memenuhi kriteria untuk eposide campuran c. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. d. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum. e. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita yaitu setelah kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau retradasi psikomotor. 23 2. Episode Depresif Ringan Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode depresif ringan yaitu sebagai berikut: a. Sekurangnya dua (tetapi kurang dari lima) gejala berikut telah ditemukan selama periode dua minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi sebelumnya; sekurangnya satu dari gejala adalah salah satu dari mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan. 1) Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya merasa sedih atau kosong) atau pengamatan yang dilakukan orang lain (misalnya tampak sedih) 2) Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua, atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari. 3) Penurunan berat badan yang bermakna tanpa melakukan diet atau penambahan berat badan (misalnya perubahan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan), penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari. 4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari 5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari 6) Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari 7) Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat hampir setiap hari 24 8) Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir setiap hari 9) Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati), ide bunuh diri yang rekuren tanpa rencana spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri. b. Gejala tidak memenuhi kriteria untuk eposide campuran c. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. d. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum. e. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita yaitu setelah kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau retradasi psikomotor. 25 3. Episode Depresif Karena Kondisi Medis Umum Ada beberapa kriteria suatu depresi dikatakan sebagai episode depresif karena kondisi medis umum yaitu sebagai berikut: a. Gangguan mood yang menonjol dan persisten yang menguasai gambaran klinis dan ditandai oleh salah satu (atau keduanya) berikut ini: 1) Mood terdepresi atau hilangnya minat atau kesenangan secara jelas pada semua, atau hampir semua aktivitas 2) Mood yang meninggi, ekspansif atau iritable b. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari kondisi medis umum c. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, gangguan penyesuaian dengan mood terdepresi sebagai respon terhadap stres menderita kondisi medis umum) d. Gangguan tidak semata-mata selama perjalanan delirium atau demensia e. Gejala menyebakan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain 26 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III gejala utama dan gejala tambahan pada depresi yaitu sebagai berikut: 1. Gejala utamanya mencakup suasana perasaan yang depresi / sedih atau murung, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. 2. Gejala tambahan mencakup konsentrasi dan perhatian berkurang, berkurangnya harga diri dan kepercayaan diri, gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri, gangguan tidur dan berkurangnya nafsu makan. Sehingga berdasarkan gejala utama dan gejala tambahan diatas ada beberapa tingkatan depresi yaitu: 1. Depresi ringan, ciri – cirinya: sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas, ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala tambahan, tidak boleh ada gejala berat diantaranya, lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan. 2. Depresi sedang, ciri – cirinya : sekurang – kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti pada depresi ringan, ditambah sekurang – kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala tambahan, lamanya seluruh 27 episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu, menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga. 3. Depresi berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : a. Depresi berat tanpa gejala psikotik, ciri – cirinya : semua 3 gejala depresi utama harus ada, ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat, bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci, episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan serangannya sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas. b. Depresi berat dengan gejala psikotik, ciri – cirinya: episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut depresi berat tanpa gejala psikotik disertai waham, halusinasi atau stupor depresif, waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. 28 2.2.4. Tanda dan Gejala Depresi Orang dengan gangguan depresi tidak selalu memiliki gejala yang sama satu dengan yang lain. Frekuensi, durasi dan beratnya gejala akan bervariasi tergantung pada masing-masing orang. Adapun gejala-gejala depresi menurut NIMH (2008) yaitu antara lain : 1) Perasaan sedih yang menetap, khawatir atau perasaan kosong 2) Perasaan putus asa dan atau pesimisme 3) Perasaan bersalah, perasaan tidak berharga dan atau putus asa 4) Cepat marah, tidak dapat istirahat 5) Kehilangan minat dalam kegiatan atau hobi yang menyenangkan, termasuk seks 6) Kelelahan dan penurunan energi 7) Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan 8) Insomnia, terjaga dipagi buta, atau tidur yang berlebihan 9) Kehilangan nafsu makan 10) Pikiran untuk bunuh diri, usaha bunuh diri 11) Perasaan sakit yang menetap, sakit kepala, kram atau gangguan pencernaan yang tidak mudah disembuhkan walaupun dengan perawatan. Sedangkan menurut Kaplan & Saddock (2010) episode dari depresi yaitu hilangnya minat atau kesenangan, pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, merasa sedih dan tidak berguna. Pasien depresi kadang-kadang mengeluh tidak bisa menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik. Duapertiga dari semua pasien depresi merenungkan untuk 29 melakukan bunuh diri, dan 10-15% melakukan bunuh diri. Tetapi pasien depresi kadang-kadang tidak menyadari depresi yang dialami dan tidak mengeluhkan adanya depresi, walaupun mereka menunjukkan penarikan diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi mereka. Hampir semua pasien depresi yaitu 97% mengeluhkan adanya penurunan energi yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan serta adanya penurunan motivasi. Kira-kira 80% pasien mengeluh sulit tidur, sering terbangun pada malam hari karena merenungkan masalah yang dihadapi. Banyak pasien yang mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan. Pasien juga mengalami kesulitan berkonsentrasi yaitu sebanyak 84% dan gangguan dalam berpikir yaitu sebanyak 67%. 2.2.5. Dampak Depresi Dampak depresi bagi pasien kanker cukup banyak dan kesemuanya menimbulkan pengaruh yang buruk bagi penderita. Dampak yang ditimbulkan berupa bunuh diri, penelantaran diri, distres keluarga. 1. Bunuh diri Percobaan bunuh diri dijumpai pada hampir 1/3 dari penderita kanker yang mengalami depresi major dan >50% dengan gangguan penyesuaian. 2. Penelantaran diri Penderita menjadi tidak kooperatif, baik dalam hal pengobatan maupun menjaga daya tahan tubuh. Kondisi ini tentu akan semakin memperparah penyakitnya dan pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup pasien. 30 3. Distress pada keluarga Depresi pada pasien kanker tidak hanya mempengaruhi pasien tetapi juga berdampak pada keluarga mereka. Suatu survei di Inggris tentang kanker payudara menunjukkan bahwa diantara faktor-faktor yang ada, depresi merupakan faktor terkuat yang menimbulkan masalah perilaku dan emosional dalam keluarga (Lisnawati, 2010). 2.2.6. Depresi Pada Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi Mastektomi adalah pengangkatan keseluruhan jaringan payudara dan nodus limfe aksilari. Ada dua rekasi yang ditimbulkan paska mastektomi yaitu reaksi psikis positif dan reaksi psikis negatif. Reaksi psikis positif yang dapat muncul adalah, meningkatnya penyesuaian diri penderita karena kehilangan payudara. Sedangkan, reaksi psikis negatif yang dapat muncul adalah menurunnya self esteem (harga diri) sebagai perempuan karena kehilangan payudara, stress, atau depresi (Wagman dalam Dewi et al, 2004). Shelley dalam Dewi et al (2004), menjelaskan bahwa pada saat pasien dan dokter memutuskan pengangkatan payudara (mastektomi) sebagai cara penyembuhan, seringkali hanya aspek fisik yang menjadi pertimbangan. Namun sebenarnya, operasi ini tidak sekedar operasi pengangkatan organ tubuh manusia saja. Operasi ini akan memunculkan tanda dan gejala psikologis tertentu, seperti depresi, stres, kecemasan, dan masalah-masalah psikologis lainnya. Dalam beberapa kasus penderita kanker payudara mengalami depresi dan pada pasien dengan mastektomi gejala depresi muncul setelah mastektomi. 31 Kehilangan payudara secara utuh baik bagian kanan atau kiri akan mengubah body image perempuan. Mastektomi tidak hanya meninggalkan bekas luka secara fisik, tetapi juga luka secara psikologis, yakni menurunnya perasaan bangga dan harga diri perempuan. Berbagai reaksi pada perempuan paska mastektomi dapat muncul dalam bentuk depresi (menarik diri dari lingkungan), menurunnya self esteem, anoreksia dan insomnia. Salah satu dari masalah klinis yang paling sering terjadi adalah gangguan depresi (Zamralita dalam Dewi et al, 2004). Mastektomi merupakan pengalaman traumatis bagi wanita, dimana citra tubuh yang berubah akibat mastektomi sangat sulit bagi wanita untuk menerimanya. Selain itu kurangnya bantuan dari perawat dan dukungan keluarga di rumah dapat menjadi faktor potensial yang dapat berkontribusi pada perkembangan depresi dan kecemasan pada pasien tersebut (Farooqi, Yasmin, 2005). Menurut Kevin (2010) seorang wanita yang akan menjalani mastektomi tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya, hanya kesedihan yang selalu ada dipikirannya ketika menghadapi mastektomi. Reaksi yang timbul dari seorang wanita yang mengalami mastektomi adalah perasaan tidak percaya bahwa bagian tubuhnya (payudara) sudah tidak ada lagi yang juga diikuti oleh perasaan sedih dan depresi (McPherson & Anderson dalam Farooqi, Yasmin, 2005). 32 2.3. Dukungan Suami 2.3.1. Definisi Dukungan Suami Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga dimana dukungan tersebut bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri, dukungan dari saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal, seperti dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang kehidupan, dimana dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan (Friedman,1998). Dukungan suami merupakan dukungan yang diberikan suami dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan dan dukungan kepada istri sebelum pihak lain turut memberikannya. Dukungan suami merupakan dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral maupun material (Bobak, 2005). 33 2.3.2. Komponen Dukungan Suami Menurut Hause & Kahn (1985) dan Caplan (1976) dalam Friedman (1998) bahwa komponen-komponen dukungan suami terdiri dari: a. Dukungan Penilaian Dukungan penilaian meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik, sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan penilaian yang diberikan berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Sehingga dukungan yang diberikan dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi – strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek – aspek yang positif. Dalam dukungan penilaian, kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi individu akan ancaman dengan mengikutsertakan individu untuk membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain yang mengalami hal yang lebih buruk. Dukungan keluarga dan suami membantu individu dalam melawan keadaan depresi yang dialami individu dengan membantu mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan memberikan pilihan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. b. Dukungan Nyata/Instrumental Bentuk dukungan ini melibatkan penyediaan dukungan material seperti pelayanan, bantuan keuangan, atau barang. Benda atau jasa yang diberikan akan membantu memecahkan masalah, seperti saat seseorang memberi uang, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit, menyediakan 34 peralatan yang dibutuhkan. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pada dukungan nyata keluarga merupakan sumber untuk mencapai tujuan praktis dan konkrit. c. Dukungan Informasi Informasi dapat membantu individu memahami peristiwa stres yang lebih baik dan menentukan sumber daya dan strategi penanganan yang dapat dihimpun untuk menghadapinya. Dukungan informasi meliputi pemberian solusi dari masalah, pemberian nasehat, pengarahan, saran, ide-ide, dan umpan balik tentang apa yang dilakukan. d. Dukungan Emosional Dukungan emosional yang diberikan oleh suami atau orang lain dapat membuat individu merasa tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang terdekat dalam hal ini pasangan (suami), keluarga atau orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Keluarga dapat memberikan dukungan emosional dengan meyakinkan penerima dukungan bahwa ia adalah individu yang berharga. Kehangatan kasih sayang yang diberikan dapat memungkinkan kelompok penerima dukungan untuk didekati. Dukungan emosional dapat berupa dukungan simpati, empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Menurut Kuntjoro (2002) bentuk-bentuk dukungan suami yang dapat diberikan pada istri adalah adanya kedekatan emosional, suami mengijinkan istri terlibat dalam suatu kelompok yang memungkinkannya untuk berbagi minat, 35 perhatian, suami menghargai atas kemampuan dan keahlian istri, suami dapat diandalkan ketika istri membutuhkan bantuan, dan suami merupakan tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah istri. Dengan adanya dukungan suami, tugas yang tadinya terasa berat menjadi lebih ringan dan membahagiakan. Sebaliknya, jika suami istri dalam sebuah perkawinan tidak mampu menjalin kerjasama, maka hal itu akan menyebabkan kesulitan dalam mengatasi permasalahan hidup yang lebih kompleks di kemudian hari. 2.3.3. Fungsi Dukungan Suami Menurut Caplan dalam Friedman & Jones (2010) keluarga dalam hal ini pasangan (suami) memiliki fungsi pendukung yaitu meliputi: a. Dukungan sosial dimana suami berfungsi sebagai pencari dan penyebar informasi mengenai dunia. b. Dukungan penilaian dimana suami bertindak sebagai sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantarai pemecahan masalah, dan merupakan sumber serta validator identitas anggota. c. Dukungan tambahan dimana suami adalah sumber bantuan praktis dan konkrit. d. Dukungan emosional dimana suami berfungsi sebagai tempat istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan emosional dan meningkatkan moral keluarga. 36 2.3.4. Dukungan Suami Pada Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi Gangguan psikologis yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan depresi, cemas, marah, dan harga diri rendah serta dukungan emosional yang rendah. Penderita kanker payudara mengalami tingkat depresi mulai dari ringan sampai berat dengan kualitas hidup yang rendah. Ketakutan yang dialami penderita kanker payudara berhubungan dengan kematian, kekambuhan penyakit, gambaran diri yang rendah, perubahan feminitas, seksualitas dan ketertarikan merupakan faktor yang menyebakan terjadinya tekanan psikologis baik setelah didiagnosa maupun setelah menjalani pengobatan (Reich et al, 2007). Depresi yang dialami pasien kanker payudara berhubungan dengan ketidakberdayaan, kurangnya dukungan dari suami, dan kritik yang selalu diberikan oleh suami kepada pasangannya yang menderita kanker payudara (Pistrang & Barker, 1998). Handayani (2009) juga mengemukakan bahwa wanita yang menderita kanker payudara dan telah dilakukan tindakan pengangkatan payudara (mastektomi), memiliki citra diri yang cenderung negatif. Namun citra diri pada wanita penderita kanker payudara dapat menjadi positif karena mendapatkan dukungan yang besar dari suami dan teman-teman. Mastektomi juga memberikan dampak pada penampilan fisik bagi pasien, yang membawa akibat cukup serius terhadap keharmonisan hubungan suami dan istri (Anggraeni & Ekowati, 2010). Perhatian dari suami atau istri termasuk kedalam kelompok dukungan internal yang sangat membantu pemulihan kesehatan bagi pasangannya yang 37 dirawat (Friedman, 1998). Ketiadaan pasangan (suami) sangat mempengaruhi kondisi psikologis pasien paska mastektomi, dimana pasien menjadi lebih menurun kesehatannya dan kurang kooperatif berbeda dengan pasien yang didampingi oleh suami mereka dimana pasien menjadi lebih bersemangat dan memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan (Anggraeni & Ekowati, 2010). 2.4. Landasan Teori Betty Neuman dalam Marriner Tomey & Alligood (2006) mendefinisikan manusia secara utuh yang merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Menurut Neuman manusia merupakan mahluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dari fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan lingkungan yang digambarkan sebagai stressor (Chinn & Jacobs dalam Potter & Perry, 2005). Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi (intrapersonal) yang berasal dari dalam diri pasien. Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh yang berasal di luar diri pasien (interpersonal). Model Neuman mencakup stressor intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal (Neuman dalam Marriner Tomey & Alligood, 2006). Dalam penelitian ini hal yang menjadi stressor bagi pasien adalah tindakan mastektomi yang mengakibatkan pasien kehilangan payudara yang merupakan simbol seksualitas wanita. Kehilangan payudara akibat mastektomi menyebabkan citra tubuh yang negatif pada pasien, hal ini mengakibatkan pasien memiliki 38 kecendrungan tinggi untuk mengalami depresi, cemas dan bunuh diri (Lisnawati, 2010). Ketiadaan pasangan (suami) sangat mempengaruhi kondisi psikologis pasien paska mastektomi, dimana pasien menjadi lebih menurun kesehatannya dan kurang kooperatif berbeda dengan pasien yang didampingi oleh suami mereka dimana pasien lebih bersemangat dan memiliki harapan untuk mencapai kesembuhan (Anggraeni & Ekowati, 2010). Neuman meyakini bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh. Tujuan dari keperawatan adalah membantu individu, keluarga dan kelompok dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan yang optimal (Neuman & Young dalam Potter & Perry, 2005). Perawat mengkaji, mengatur dan mengevaluasi sistem pasien. Perawatan berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi respon pasien terhadap stressor (Chinn & Jacobs dalam Potter & Perry, 2005). Tindakan perawatan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui identifikasi faktor-faktor resiko yang potensial dan aktual terjadi akibat stressor tertentu. Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang tampak, pada pencegahan sekunder perawat berperan dalam menemukan masalah yang dialami oleh pasien. Sedangkan pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali, perawat membantu adaptasi dan reduksi untuk mencegah komplikasi. Prinsip dari pencegahan tersier adalah untuk memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stressor melalui pendidikan kesehatan dan untuk 39 membantu dalam mencegah terjadinya masalah yang sama. Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut (Neuman dalam Marriner Tomey & Alligood, 2006). Asuhan keperawatan ditujukan untuk mencegah dan mengurangi reaksi tubuh akibat stressor dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pola pengembangan menurut teori sistem Neuman bertujuan untuk stabilitas sistem. Hal ini dapat digambarkan sebagai cincin dengan satu pusat yang mengelilingi inti. Cincin paling dalam mewakili garis pertahanan untuk melawan stressor seperti sistem pertahanan tubuh dan mekanisme pertahanan. Cincin terluar merupakan garis pertahanan yang mewakili keadaan normal pasien. 40 41 2.5. Kerangka Konsep Kerangka konseptual ini menggambarkan hubungan dukungan suami dengan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan. Dukungan suami pada penelitian ini menjadi variabel bebas (independent) sedangkan tingkat depresi pasien kanker payudara paska mastektomi menjadi variabel terikat (dependent). Kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Variabel Bebas Variabel Terikat Dukungan Suami: a. Dukungan Penilaian b. Dukungan Nyata c. Dukungan Informasi d. Dukungan Emosional Tingkat Depresi: a. Tidak Depresi b. Depresi (Caplan, 1976) (NIMH, 2008) Sumber Stressor a. Stressor Interpersonal b. Stressor Intrapersonal c. Stressor Ekstrapersonal Gambar 2.2. Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Depresi Pasien Kanker Payudara Paska Mastektomi