BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut O’Brien (2005: 22), sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi membentuk satu kesatuan yang utuh. Menurut Whitten (2007: 7), sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan dan bersama-sama memiliki berfungsi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut pengertian diatas, maka dapat dikatakan bahwa sistem adalah kumpulan komponen atau elemen yang memiliki fungsi berbeda-beda, namun dikarenakan fungsi yang berbeda tersebut, mereka saling berkerja sama dan berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan secara bersama-sama. 2.1.2 Pengertian Data Menurut O’Brien (2005: 26), data adalah fakta-fakta mentah atau pengamatan-pengamatan yang biasanya mengenai fenomena fisik atau transaksi-transaksi bisnis. 7 8 Menurut Whitten (2007: 21), data adalah fakta mentah mengenai orang-orang, tempat, kejadian dan sesuatu yang penting bagi organisasi. Biasanya fakta tersebut belum memiliki arti. Menurut Gary (2003: 8), data adalah bahan baku yang dibutuhkan sistem informasi untuk diubah menjadi informasi yang berguna. Berdasarkan pengertian diatas, data adalah fakta mentah yang belum memiliki makna dan merupakan bahan baku untuk sistem informasi. 2.1.3 Pengertian Informasi Menurut O’Brien (2005: 27), informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang memiliki makna dan berguna bagi pengguna tertentu. Menurut Brian K.Williams (2007: 25), informasi adalah data yang telah dirangkum atau dimanupulasi untuk digunakan dalam pembuatan keputusan. Menurut Rainer (2009: 6), informasi adalah data yang telah diorganisir sehingga data tersebut memiliki makna dan nilai bagi penerimanya. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dikatakan bahwa informasi adalah data yang telah diolah, dirangkum sehingga memiliki arti dan berguna bagi penerimanya dalam pembuatan keputusan. 9 2.1.4 Pengertian Sistem Informasi Menurut Whitten (2007: 6), sistem informasi adalah suatu susunan orang, data, proses dan teknologi informasi yang saling berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan memberikan hasil berupa informasi yang dibutuhkan untuk menunjang sebuah perusahaan. Menurut O’Brien (2005: 6), sistem informasi dapat diorganisir dengan sumber daya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan data untuk dikumpulkan, diubah, dan informasi disebarkan ke dalam sebuah organisasi. Menurut Gary (2003: 4), sistem informasi merupakan kombinasi antara teknologi informasi, sumber daya manusia dan data yang dikelola untuk mendukung kebutuhan bisnis. Menurut ketiga pengertian diatas, sistem informasi adalah kumpulan dari beberapa komponen (orang, data, proses, teknologi informasi) yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk dikumpulkan, diproses, disimpan dan menghasilkan informasi yang dapat bermanfaat bagi suatu organisasi. 2.1.5 Pengertian Business Process Menurut Whitten (2007: 21), business process adalah pekerjaan, prosedur, dan aturan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas bisnis, yang terlepas dari teknologi informasi yang digunakan untuk mengotomatisasikan atau mendukung pekerjaan tersebut. 10 Proses bisnis merupakan kumpulan kegiatan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Kumpulan kegiatan tersebut dapat dikerjakan secara berurutan atau paralel. dalam melaksanakan proses bisnis tersebut melibatkan material berupa input yang akan diolah menjadi output. Input Proses Output Gambar 2.1 Proses Bisnis 2.1.6 Pengertian Business Function Menurut Whitten (2007: 51), business function adalah sekelompok proses terkait yang mendukung bisnis tersebut. Fungsi dapat diuraikan ke dalam subfungsi lain dan akhirya melakukan melakukan tugas-tugas tertentu. 2.1.7 2.1.7.1 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Analisis Sistem Menurut Whitten (2007: 160), analisis sistem adalah teknik pemecahan masalah yang diuraikan suatu sistem menjadi bagianbagian komponen yang bertujuan untuk mengetahui seberapa baik bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuannya. 11 Menurut Rainer (2009: 304), analisis sistem adalah pemeriksaan masalah bisnis berupa rencana organisasi untuk menyelesaikannya dengan bantuan sistem informasi. Berdasarkan pengertian diatas, analisis sistem dapat diartikan sebagai suatu teknik penyelesaian masalah dengan mengurai suatu sistem ke berbagai komponen untuk mengetahui kinerja dan interaksi antar masing-masing komponen, agar komponen- komponen tersebut dapat bekerja sesuang dengan tujuan yang diharapkan organisasi. 2.1.7.2 Perancangan Sistem Menurut Whitten (2007: 160), perancangan sistem adalah suatu teknik pemecahan masalah yang saling melengkapi untuk analisis sistem, yang memasangkan atau mengumpulkan kembali potongan komponen sistem ke sistem yang lengkap. Dalam perancangan sistem, dapat melibatkan penambahan, penghapusan dan pengisian potongan relatif yang terdapat dalam sistem asli. 2.1.8 Object-Oriented Analysis and Design Menurut Whitten (2007: 163), object-oriented analysis and design adalah suatu kumpulan alat dan teknik untuk pengembangan sistem yang akan memanfaatkan teknologi objek untuk membangun sebuah sistem dan perangkat lunaknya. 12 Menurut Satzinger (2009: 60), object-oriented analysis and design dibagi 2 yaitu object-oriented analysis (OOA) dan objectoriented design (OOD). Object-oriented analysis mendefinisikan semua jenis objek yang melakukan kegiatan atau pekerjaannya dalam sistem dan menunjukkan use case apa yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang berorientasi pada objek. Sedangkan object-oriented design mendefinisikan semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan perangkat dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek tersebut beriteraksi dalam menyelesaikan tugas-tugas dan memperbaiki definisi dari masing-masing jenis objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan tertentu. Gambar 2.2 Persyaratan model untuk pendekatan tradisional dan pendekatan object-oriented 13 Berikut merupakan hubungan dalam model object-oriented: Gambar 2.3 Hubungan dalam model object-oriented 2.1.8.1 Diagram UML Menurut Whitten (2007: 371), UML (Unified Modelling Language) adalah seperangkat konvensi yang digunakan untuk menspesifikasikan atau menggambarkan sebuah sistem perangkat lunak dalam objek tertentu. Menurut Satzinger (2009: 547), pendekatan object-oriented menyediakan UML diagram untuk permodelan dialog antara pengguna dengan komputer. 1. Rich Picture Menurut Mathiassen (2000: 26), rich picture adalah penggambaran secara informal yang menunjukkan pemahaman ilustrasi dari suatu situasi. 2. Class Diagram Menurut Satzinger (2009: 60), class diagram adalah model grafis yang digunakan dalam pendekatan berorientasi objek untuk menunjukkan kelas-kelas suatu objek yang ada di dalam sistem. 14 3. State Machine Diagram Menurut Satzinger (2009: 242), state machine diagram adalah diagram yang menunjukkan siklus dari suatu objek dalam bentuk wilayah dan transisi. 4. Use Case Diagram Menurut Satzinger (2009: 242), use case diagram adalah sebuah diagram untuk menunjukkan peran berbagai pengguna dan bagaimana peran tersebut digunakan di dalam suatu sistem. 5. Use Case Description Menurut Satzinger (2009: 126), use case description adalah daftar langkah-langkah yang diperlukan dalam proses antara aktor dan sistem. Model sistem informasi yang melibatkan daftar sederhana, misalnya daftar fitur, input, output, peristiwa, atau pengguna. Daftar adalah bentuk model deskriptif atau naratif yang singkat, spesifik, dan berguna. 6. System Sequence Diagram Menurut Satzinger (2009: 242), system sequence diagram adalah sebuah diagram yang menunjukkan urutan pesan diantara aktor eksternal dan sistem selama suatu skenario. Menurut Mathiassen (2000: 659), sequence diagram adalah diagram UML dari model logika pada use case yang menggambarkan interaksi pesan antara objek dalam urutan waktu. 15 7. Activity Diagram Menurut Satzinger (2009: 141), acitivity diagram adalah sebuah jenis dari digram alur kerja yang menggambarkan aktivitas pengguna dan alur dari aktivitas yang berurutan tersebut. 2.1.8.2 System Definition Menurut Mathiassen (2000: 24), system definition adalah gambaran singkat dari suatu sistem komputerisasi yang dinyatakan dalam bahasa alamiah. 2.1.8.3 Problem Domain Menurut Mathiassen (2000: 6), problem domain adalah bagian dari suatu konteks yang dikelola, dimonitor atau dikontrol oleh sistem. 2.1.8.4 Application Domain Menurut Mathiassen (2000: 6), aplication domain adalah sebuah organisasi yang mengelola, memonitor, atau mengendalikan problem domain. 2.1.8.4.1 Usage Menurut Mathiassen (2000: 119), usage memiliki tujuan untuk menentukan bagaimana aktor berinteraksi dengan sistem. Hasil dari usage ini adalah untuk menggambarkan semua use case dan aktor. Dalam hal ini, penggambaran harus didasarkan pada pemahaman application domain. 16 Menurut Mathiassen (2000: 119), usage memiliki prinsip yaitu menentukan application domain dengan use case, melakukan evaluasi terhadap kolaborasi antara use case dengan pengguna, dan melakukan penilaian terhadap perubahan dalam application domain. Dengan melakukan penilaian ini, maka dapat dilakukan perbaikan khususnya pada interface yang dibutuhkan. Menurut Mathiassen (2000: 119-120), usage memiliki 2 konsep yaitu actor dan use case. Actor adalah sebuah abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem target. Use case adalah pola dari interaksi antara sistem dan aktor dalam application domain. 2.1.8.4.2 Interface Menurut O’Brien (2005: 705), interface adalah suatu pembatasan antara 2 sistem. Contohnya seperti pembatasan antara komputer dengan peralatan periferalnya. Menurut Mathiassen (2000: 151), interface adalah suatu fasilitas yang membuat model sistem dan fungsi sistem tersedia untuk aktor. Dari pengertian diatas, maka interface dapat dikatakan sebagai penghubung antara 2 sistem atau pengguna dengan sistem yang dapat membuat keduanya berinteraksi satu sama lain. 2.1.9 Blueprint Menurut Larocca (1999: 96), Blueprint adalah salah satu alat dokumentasi yang sangat berguna sebagai sumber informasi global 17 untuk mengimplementasikan ERP. Adapun tahapan yang dilakukan yaitu: a. Rencana pembaruan proyek b. Dokumentasi yang lengkap dan telah disetujui c. Hierarki proses bisnis dan perancangannya d. Perancangan yang diusulkan e. Identifikasi gap f. Penilaian organisasi dan perubahan proses bisnis g. Konfirmasi pelaksanaan tanggal implementasi Tujuan blueprint adalah proses perancangan usulan yang telah disetujui dan perencanaan untuk diimplementasikan. 2.2 Teori-teori Khusus 2.2.1 2.2.1.1 ERP Pengertian ERP Menurut O’Brien (2005: 216), Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sistem lintas fungsi perusahaan yang digerakkan oleh modul software suite terintegrasi yang mendukung proses bisnis dasar internal perusahaan. 18 Menurut F. Monk dan J. Wagner (2009: 1), ERP adalah perangkat lunak inti yang digunakan oleh perusahaan untuk mengkoordinasikan informasi dalam setiap bidang bisnis. ERP membantu mengelola proses bisnis perusahaan yang luas. ERP software mendukung operasi yang efisien dari proses bisnis dengan mengintegrasikan seluruh tugas-tugas bisnis yang terkait dengan penjualan, pemasaran, manufaktur, logistik, akuntansi, dan staf. Menurut Deloitte Consulting dalam buku Enterprise Resource Planning (2005: 2), ERP adalah sistem yang memungkinkan perusahaan untuk mengotomatisasi dan mengintegrasikan proses bisnis, menghasilkan dan mengakses informasi secara real-time. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ERP adalah sistem yang mengintegrasikan proses bisnis dasar internal perusahaan seperti penjualan, pemasaran, manufaktur, logistik, dan staf sehingga dapat menghasilkan dan mengakses informasi secara real-time. 2.2.1.2 Sejarah sistem ERP Sebelum adanya sistem ERP, pada tahun 1960, kebanyakan sistem masih berfokus pada pengendalian persediaan. Kemudian pada tahun 1970, fokus tersebut bergeser kepada MRP (Material Requirements Planning), yang digunakan dengan menerjemahkan jadwal utama produk yang dibutuhkan dan Bill of Material (BOM) untuk perencanaan, pengadaan komponen bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi. 19 Seiring berjalannya waktu, sistem MRP diperluas dengan menambahkan alat bantu berupa sistem untuk perencanaan penjualan dan produksi, jadwal pembuatan produk, proses pemesanan yang dilakukan oleh konsumen. Pengembangan sistem ini, dikenal dengan nama Close Loop MRP. Kemudian pada tahun 1980, sistem MRP mengalami perluasan pada area fungsional Akuntansi Keuangan dan manajemen sumber daya, yang dikenal dengan istilah MRP II. Pada tahun 1990-an, sistem ERP diperluas pada integrasi semua aliran informasi di dalam perusahaan, meliputi: akuntansi keuangan, sumber daya manusia, manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management) dan informasi pelanggan. Kemudian pada tahun 2000, sistem extended ERP (ERP II) diluncurkan. Sistem ERP II ini merupakan perluasan dari fungsifungsi yang ada pada sistem ERP, yaitu mencakup fungsi-fungsi yang dapat menjembantani komunikasi antara pelanggan dan pemasok. Sistem ERP II bahkan berfokus pada optimasi seluruh jaringan bisnis. G Gambar 2.4 Evolusi Sistem ERP 20 2.2.1.3 Konsep ERP Menurut Santo (2009:28), konsep dasar ERP adalah: a. ERP terdiri atas paket software komersial yang menjamin integrasi yang mulus atas semua aliran informasi di perusahaan. b. Sistem ERP adalah paket sistem informasi yang dapat dikonfigurasi, yang mengintegrasikan informasi dan proses yang berbasis informasi di dalam dan melintas area fungsional dalam suatu perusahaan. c. ERP merupakan satu basis data, satu aplikasi di seluruh enterprise. 2.2.1.4 Modul ERP Salah satu peran sistem ERP adalah mendukung proses bisnis. Menurut Motiwalla (2012: 84-85), ada 6 modul utama proses bisnis yang dikelola oleh sistem ERP, yaitu: a. Sales Order Processing Pendapatan dari penjualan adalah sumber daya bagi organisasi komersial. Modul penjualan mengimplementasikan fungsi penempatan pesanan, penjadwalan pesanan, pengiriman, dan faktur. b. Purchasing Modul pembelian mempercepat proses pembelian bahan baku yang diperlukan dan perlengkapan lainnya. Ini 21 mengotomatisasikan proses mengidentifikasi calon pemasok, negosiasi harga, pemberian pesanan pembelian kepada pemasok, dan proses penagihan. Modul pembelian terintegrasi dengan modul pengendalian persediaan dan perencanaan produksi. Modul pembelian sering diintegrasikan dengan perangkat lunak manajemen rantai suplai dan business-to-business (B2B) software web. c. Production Planning Modul Produksi membantu dalam perencanaan dan mengoptimalkan kapasitas produksi, suku cadang, komponen, dan sumber daya material menggunakan data produksi historis dan perkiraan penjualan. d. Financial Accounting Modul ini adalah inti dari seluruh sistem software ERP. Pada modul ini data keuangan dikumpulkan dari berbagai departemen functional dan menghasilkan laporan keuangan. e. Human Resources Modul HR memanajemen sumber daya manusia dan modal manusia. Modul ini secara rutin menjaga kelengkapan database karyawan, termasuk informasi kontak, rincian gaji, absensi, evaluasi kinerja, dan promosi. 22 2.2.1.4.1 Modul Financial Accounting Salah satu modul ERP yaitu Financial Accounting. Dalam modul ini terdapat 6 submodul (SAP AG, 2006: 32-384), yaitu: 1. General Ledger Accounting Submodul ini membahas proses posting ke buku besar (General Ledger) berdasarkan pencatatan jurnal. Sebuah buku besar disimpan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk membuat laporan posisi keuangan dan laporan laba-rugi. Setiap buku besar sudah diatur sesuai dengan daftar akun (Chart of Accounts). Akun yang diposting ke buku besar dikelompokkan berdasarkan kelompok akun yang digunakan untuk mengatur dan mengelola sejumlah besar akun-akun dalam buku besar. Buku besar nantinya juga akan terhubung ke buku besar pembantu secara real time. Adapun akun yang terhubung ke buku besar pembantu adalah utang, piutang, aset. Dalam master data buku besar umumnya terdapat referensi dokumen, tanggal posting, jenis dokumen, dan saldo. Saldo adalah total semua posting di akun baik debit atau kredit. Laporan keuangan perusahaan dihitung dengan menggunakan saldo tersebut. 2. Accounts Payable Accounts Payable adalah salah satu submodul Financial Accounting yang berkaitan dengan transaksi pembelian kredit. 23 Transaksi tersebut menghasilkan utang. Submodul ini terintegrasi ke modul Material Management, di mana pencatatan jurnal dilakukan pada saat barang diterima oleh gudang (Goods Receipt) dan penagihan (Invoice Verification), serta pembayaran kepada vendor (Outgoing Payment). Submodul ini juga merupakan salah satu buku besar pembantu dalam General Ledger Accounting yang umumnya memiliki master data Vendor, dokumen referensi yang berkaitan dengan transaksi pembelian, dan saldo utang. Accounts Payable juga menangani transaksi pembelian yang melibatkan mata uang asing yang diubah menjadi mata uang lokal perusahaan. Setiap akhir periode akuntansi, sistem akan melakukan proses penutupan akun utang (closing operation). Proses ini dapat dilakukan menurut permintaan pemerintah maupun perusahaan. Adapun proses closing meliputi pemindahan saldo utang periode yang bersangkutan ke periode berikutnya, konfirmasi saldo utang, pengelompokan utang. 3. Accounts Receivable Accounts Receivable berkaitan dengan piutang melalui integrasi dengan Sales Order Management. Adapun proses dalam Sales Management yang melibatkan pencatatan jurnal adalah pada saat barang keluar (goods issue), mengirim faktur ke pelanggan (billing), dan menerima pembayaran dari pelanggan (Incoming Payment). 24 Untuk mengatasi pembayaran yang terlambat, maka terdapat fungsi dunning untuk menganalisis tagihan yang belum lunas pada saat jatuh tempo sesuai dengan jumlah tunggakan hari. Tingkat dunning menentukan biaya dunning dan bunga yang dikenakan. Dalam submodul ini juga terdapat batas kredit untuk mencegah terjadinya penjualan yang jumlahnya berlebihan. Sama seperti transaksi pembelian, sistem akan melakukan proses penutupan akun piutang pada akhir periode akuntansi yang bersangkutan. Bedanya dalam Accounts Receivable terdapat penyesuaian terhadap piutang yang jatuh tempo untuk mengantisipasi terjadinya piutang tak tertagih, dan piutang direklasifikasi ke dalam kategori jangka pendek dan jangka panjang untuk laporan keuangan. Submodul ini juga merupakan salah satu buku besar pembantu dalam General Ledger Accounting yang umumnya memiliki master data Customer, dokumen referensi yang berkaitan dengan transaksi penjualan, dan saldo piutang. 4. Asset Accounting Submodul ini merupakan salah satu bagian dari buku besar pembantu dalam general ledger accounting yang berkaitan dengan aset. Berbagai jenis posting untuk submodul tersebut bisa terjadi karena transaksi pembelian dan penjualan aset, perolehan dari produksi internal, penyesuaian, dan penyusutan. Dalam master data aset, terdapat data utama yang menjadi dasar penghitungan penyusutan, yaitu aset yang ingin 25 disusutkan, umur ekonomis, waktu penggunaan aset, biaya, dan berapa lama aset tersebut telah digunakan. Dengan demikian, Anda dapat menggunakan metode penyusutan yang berbeda untuk proses bisnis berdasarkan kebutuhan pajak. Adapun akun dalam buku besar yang digunakan untuk laporan keuangan: berupa penyesuaian nilai aset pada laporan posisi keuangan, beban penyusutan pada laporan laba/rugi. Sama seperti modu subsidiary ledger lainnya, setiap akhir tahun fiskal dilakukan proses closing. Dalam proses ini aset tahun sebelumnya akan dipindahkan ke tahun fiskal yang baru. Pada awal tahun fiskal baru, sistem akan membandingkan angka transaksi dalam akuntansi aset dengan angka yang sesuai dalam rekening G/L. 5. Bank Accounting Transaksi dalam submodul Bank Accounting meliputi kas kecil, pengeluaran dan penerimaan melalui cek atau transfer. Transaksi akuntansi disimpan secara terpisah sesuai jenisnya dalam jurnal dan diposting secara berkala ke buku besar. Dalam melakukan posting transaksi tersebut, perlu diketahui tanggal transaksi, saldo kas masuk-keluar awal dan akhir, jenis transaksi yang melibatkan kas, seperti pembayaran tunai, penerimaan kas, dan penerimaan cek. Meskipun pelanggan dan pemasok pembayarannya dapat dilakukan dengan menggunakan bank, pembayaran bank yang 26 masuk dan keluar tersebut tidak langsung ke rekening bank. Sebaliknya, diposting ke rekening bank kliring. Rekening kliring bank kemudian dilakukann saat memproses laporan dari bank. Untuk transaksi menggunakan cek atau transfer, sistem akan mengupdate buku besar pembantu bank dan bagian keuangan akan memposting jumlah cek atau transfer tersebut ke akun cek atau transfer yang masuk. Kemudian secara otomatis sistem akan mengupdate data vendor atau customer sehingga utang atau piutang yang belum lunas berstatus cleared. 6. Financial Statement Submodul ini berkaitan dengan laporan keuangan. Tahap pertama adalah melakukan proses closing buku besar, di mana saldo akun pada periode yang bersangkutan dipindahkan ke periode berikutnya. Ada dua laporan keuangan yang akan dihasilkan, yaitu laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan. Pendapatan dan beban seringkali berasal dari periode yang berbeda. Untuk alasan ini, pendapatan dan beban tersebut harus diakui, sehingga terbagi atas periode terjadinya. Ada dua metode dalam sistem untuk postingan tersebut: a. Akrual Beban atau pendapatan periode berjalan tidak diposting sampai periode berikutnya, karena faktur belum dikirim atau diterima. b. Deferral Beban atau pendapatan telah diposting pada periode berjalan 27 (faktur dikirim / diterima), tetapi transaksi bisnis yang sebenarnya, atau bagian dari itu, biasanya terjadi setelah periode mendatang. Untuk menyusun laporan laba rugi, ada dua metode yang digunakan, yaitu: a. Periodik Total biaya periode sebelumnya dibandingkan dengan total biaya periode tahun yang bersangkutan. Biaya keseluruhan untuk jangka waktu tertentu tercantum sesuai dengan jenis beban. Berikut saldo ditambahkan di akun beban yang sama. b. Harga pokok penjualan Pendapatan dikurang harga pokok penjualan untuk menghitung laba kotor dan biaya-biaya. 2.2.1.5 Manfaat ERP Menurut O’Brien, penerapan sistem ERP memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut: a. Kualitas dan Efisiensi Sistem ERP mengintegrasikan dan meningkatkan proses bisnis internal perusahaan yang menghasilkan peningkatan signifikan dalam kualitas dan efisiensi layanan pelanggan, produksi, dan distribusi. 28 b. Penurunan Biaya Sistem ERP menurunkan biaya pemrosesan transaksi, hardware, software, serta karyawan IT jika dibandingkan dengan sistem yang tidak terintegrasi. c. Pendukung Keputusan Sistem ERP dapat mempermudah tugas manajemen sehari-hari dalam pengambilan keputusan dan melakukan fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan pengendalian. d. Kelincahan Perusahaan ERP dapat menghilangkan perbedaan budaya antar departemen sehingga data dapat diintegrasikan. Dengan demikian tanggung jawab manajerial dan peran kerja menjadi lebih fleksibel, serta menghasilkan struktur organisasi dan tenaga kerja yang leibh adaptif yang dapat dengan lebih mudah memanfaatkan berbagai peluang baru bisnis. 2.2.2 2.2.2.1 Akuntansi Pengertian Akuntansi Menurut Wild (2005: 4), Akuntansi adalah sistem informasi dan pengukuran yang mengidentifikasi, mencatat, dan 29 mengkomunikasikan informasi yang relevan, handal, dan sebanding mengenai kegiatan bisnis suatu perusahaan. Menurut Weygandt (2011: 4), akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan suatu peristiwa ekonomi dari suatu perusahaan untuk pengguna. Berdasarkan pengertian di atas, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi sehingga menghasilkan informasi yang relevan dalam suatu perusahaan. 2.2.2.2 Pengertian Akuntansi Keuangan Menurut Williams (2005: 5), akuntansi keuangan adalah informasi yang menjelaskan sumber daya keuangan, kewajiban, dan kegiatan dari suatu entitas ekonomi (baik sebuah organisasi atau individu). Menurut Reeve (2009: 819), akuntansi keuangan adalah bagian akuntansi yang berkaitan dengan pencatatan transaksi dengan menggunakan prinsip akuntansi untuk bisnis atau unit ekonomi lainnya dan dengan persiapan periodik berbagai pernyataan dari catatan tersebut. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Akuntansi Keuangan adalah informasi akuntansi yang berkaitan dengan pencatatan transaksi yang menjelaskan sumber daya keuangan dan kegiatan dari suatu organisasi maupun individu. 30 2.2.2.3 IFRS Untuk menghasilkan laporan keuangan berkualitas tinggi, akuntan menyajikan laporan keuangan tersebut sesuai dengan standar akuntansi. Standar akuntansi yang digunakan sekarang ini adalah International Financial Reporting Standard (IFRS). IFRS merupakan salah satu standar akuntansi keuangan yang dikeluarkan oleh IASB (International Accounting Standards Board) pada tahun 2003. Sekarang ini IFRS telah digunakan oleh lebih dari 115 negara (Weygandt:9). Laporan Keuangan yang menggunakan standar IFRS memberikan informasi yang lebih baik kepada pengguna eksternal pada kegiatan ekonomi perusahaan serta bagaimana perusahaan dikelola beserta manajemen informasi. IFRS juga menyediakan analisis kepada pengguna lain untuk melihat struktur laporan posisi keuangan dan arus kas, dan meningkatkan konsolidasi laporan keuangan serta tingkat transparansi. IFRS umumnya menggunakan prinsip biaya (cost principle) atau prinsip nilai wajar (fair value principle). Prinsip Biaya adalah prinsip di mana perusahaan mencatat aktiva sebagai biaya. Sedangkan prinsip nilai wajar adalah prinsip bahwa aktiva dan kewajiban harus dilaporkan sesuai dengan harga yang diterima untuk menjual aktiva atau menyelesaikan kewajiban. 31 2.2.2.4 Siklus Akuntansi 2.2.2.4.1 Transaksi Proses pencatatan dimulai dari menganalisis transaksi. Menurut Weygandt (2011: 14), transaksi adalah peristiwa ekonomi suatu bisnis yang dicatat oleh akuntan. Dan menurut Wild (2005:13), ada dua jenis transaksi yaitu: a. Transaksi eksternal (External Transaction) Transaksi eksternal adalah pertukaran nilai antara dua entitas eksternal, yang menghasilkan perubahan dalam persamaan akuntansi. Contoh: penjualan produk kepada pelanggan. b. Transaksi internal (Internal Transaction) Transaksi internal adalah pertukaran yang terjadi pada suatu entitas dalam perusahaan, di mana mempengaruhi persamaan akuntansi dan biasanya antara karyawan perusahaan. Contohnya adalah gaji karyawan yang dibayar oleh akuntan, dan pengambilan pribadi. Selain itu, suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities). Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10, aktivitas dalam mata uang asing dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operations). Kegiatan usaha luar negeri adalah suatu anak perusahaan (subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha patungan 32 (joint venture) atau cabang perusahaan pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Kegiata usaha tersebut dapat merupakan bagian integral dari suatu perusahaan pelapor atau entitas asing. Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan: a. membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing; b. Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata uang asing; c. Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau d. Memperoleh atau melepaskan aktiva, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang didenominasi dalam suatu mata uang asing. Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. 33 Namun, jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode. 2.2.2.4.2 Jurnal Transaksi dicatat secara kronologis dalam buku entri yang menunjukkan efek debit dan kredit pada akun tertentu yang disebut sebagai jurnal (Weygandt , 2011: 14). Akun adalah pencatatan akuntansi yang menunjukkan peningkatan atau penurunan aktiva, kewajiban, modal, pendapatan, dan beban tertentu (Wild, 2005: 49). Akun tersebut dicatat dalam format dasar yang disebut TAccount. Gambar 2.5 Proses Pencatatan Dalam jurnal, posisi debit berada di kiri, dan kredit di kanan. Debit dan kredit menunjukkan pada sisi mana dalam T-Account jumlah transaksi dicatat. Untuk setiap transaksi, jumlah di debit harus sama dengan jumlah di kredit. Kesamaan nilai debit dan kredit menyediakan dasar untuk pencatatan transaksi double-entry, di mana dapat membantu memastikan keakuratan pencatatan. 34 Gambar 2.6 Posisi debit dan kredit dalam T-Account Gambar 2.7 Summary Debit Credit Rules 2.2.2.4.3 Buku Besar Dari jurnal, seluruh akun dikelompokkan dalam buku besar. Buku besar menyimpan semua informasi mengenai perubahan saldo akun di dalam satu tempat. (Weygandt: 58) Gambar 2.8 Buku Besar 35 2.2.2.4.3.1 Buku Besar Pembantu Menurut Weygandt (2011: E1-E3), buku besar pembantu adalah sekelompok akun dengan karakteristik umum (misalnya, semua akun piutang). Ada dua jenis buku besar pembantu yang dikenal secara umum, yaitu: 1. Buku besar pembantu piutang (atau pelanggan), mengumpulkan data transaksi dari masing-masing pelanggan. 2. Buku besar pembantu utang (atau kreditor), mengumpulkan data transaksi dari masing-masing kreditor. 3. Buku besar pembantu aktiva mencatat semua transaksi yang terjadi atas semua perkiraan yang berhubungan dengan aset yang diklasifikasikan ke dalam debit dan kredit. Buku besar pembantu ini berfokus pada aktiva tetap. Pada akhir periode akuntansi, masing-masing buku besar utama yang mengontrol saldo akun harus sesuai dengan saldo dari masing-masing akun dalam buku besar pembantu yang terkait. Buku besar pembantu memiliki beberapa keunggulan: 1. Buku besar pembantu menunjukkan bahwa transaksi tunggal akun mempengaruhi satu pelanggan atau satu kreditor, sehingga memberikan informasi yang up-to-date mengenai saldo rekening tertentu. 36 2. Buku besar pembantu membebaskan buku besar utama dari detail yang berlebihan. Akibatnya, neraca saldo dari buku besar utama tidak mengandung sejumlah besar saldo akun perorangan. 3. Buku besar pembantu membantu menemukan kesalahan dalam akun individu dengan mengurangi jumlah akun dalam satu buku besar. 4. Buku besar pembantu memungkinkan suatu pembagian kerja dalam posting. Satu karyawan dapat mem-posting ke buku besar sementara karyawan lain melakukan posting ke buku besar pembantu. 2.2.2.4.3.2 Pengertian Chart of Accounts Menurut Reeve (2009: 52), Chart of Accounts adalah sebuah daftar akun dalam buku besar. Menurut Weygandt (2011: 60), Chart of Accounts adalah daftar akun dan nomor akun yang diidentifikasi dalam buku besar. Menurut Wild (2005: 52), Chart of Accounts adalah daftar seluruh akun perusahaan yang menggunakan nomor identifikasi yang diberikan ke masing-masing akun. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Chart of Accounts adalah daftar akun dan nomor akun yang digunakan dalam suatu perusahaan. 37 2.2.2.4.3.3 Aktiva Menurut Weygandt (2011: 12), Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki suatu organisasi. Organisasi tersebut menggunakan asetnya dalam melaksanakan kegiatan seperti produksi dan penjualan. Karakteristik umum yang dimiliki oleh semua aset adalah kemampuan untuk menyediakan pelayanan atau manfaat di masa depan. Di dalam suatu bisnis, pelayanan potensial atau manfaat ekonomi masa depan pada akhirnya akan menghasilkan arus kas masuk (penerimaan kas). Aktiva dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. 2.2.2.4.3.3.1 Aktiva Lancar Menurut Weygandt (2011: 167), Aktiva Lancar adalah aktiva yang diharapkan oleh perusahaan untuk dikonversi menjadi kas atau digunakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Berikut merupakan salah satu bagian dari aktiva lancar: 2.2.2.4.3.3.1.1 Kas Kecil Kas kecil (petty cash) adalah dana kas yang digunakan untuk pembayaran jumlah yang relatif kecil (Weygandt, 2011: 328). Menurut Weygandt (2011: 315), pembayaran yang menggunakan dana kas kecil tidak dicatat secara 38 langsung. Pencatatan akan terjadi ketika pengisian ulang dana kas kecil. 2.2.2.4.3.3.1.2 Persediaan Persediaan adalah barang dagang yang dimiliki perusahaan dagang untuk dijual kepada pelanggan. Menurut Weygandt (2011: 201), perusahaaan memiliki salah satu dari dua sistem untuk pencatatan persediaan yaitu sistem perpetual atau sistem periodik. Sistem persediaan perpetual mencatat detail dari setiap harga pokok pembelian dan penjualan persediaan. Pencatatan dilakukan menunjukkan secara persediaan terus-menerus yang tersedia untuk dalam perusahaan. Sistem persediaan periodik tidak mencatat detail pencatatan persediaan barang yang tersedia sepanjang periode yang bersangkutan (Weygandt, 2011: 202). Sebaliknya, sistem ini menentukan harga pokok penjualan hanya pada akhir periode akuntansi yaitu secara periodik. Sistem ini membutuhkan perhitungan fisik persediaan untuk menentukan harga pokok barang yang dimiliki. Berikut ini merupakan metode arus biaya untuk persediaan, dalam arus biaya ini tidak berkaitan dengan arus fisik barang (Weygandt, 2011: 255). Terdapat 2 metode yaitu: 39 a) First-in, first-out (FIFO) Menurut Weygandt (2011: 255-256), metode FIFO mengambil barang yang paling awal dibeli sebagai barang pertama dijual. Biaya barang yang paling awal dibeli adalah yang pertama diakui dalam menentukan harga pokok penjualan. Ini bukan berarti bahwa barang yang tertua yang dijual pertama, tapi barang tertua yang diakui pertama. b) Avarage-cost Menurut Weygandt (2011: 257), metode average-cost mengalokasikan harga pokok barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan rata-rata biaya unit/barang yang dikeluarkan. Menurut SAP AG (2003: 276), Terdapat 2 dalam pencatatan nilai persediaan untuk proses pembelian, yaitu: a) Standard Price Harga yang ditetapkan secara tetap dan akan muncul perbedaan harga dengan harga yang sesungguhnya. b) Moving Average Price Harga yang dihitung berdasakan rata-rata dari total harga dibagi dengan jumlah stok yang tersimpan. 2.2.2.4.3.3.2 Aktiva Tetap Menurut Weygandt (2009: 388), Aktiva Tetap adalah sumber daya yang memiliki 3 (tiga) karakteristik, yaitu 40 memiliki substansi fisik (ukuran dan bentuk yang pasti), digunakan dalam operasi bisnis, dan tidak dijual ke pelanggan. Aktiva ini diharapkan dapat menyediakan jasa untuk perusahaan selama jumlah tahun tertentu, kecuali untuk tanah. Hal ini dikarenakan tanah dapat digunakan selamanya. Menurut Eipstain (2004:277-307), siklus aktiva tetap terdiri dari: 1. Pengukuran awal Semua biaya yang diperlukan harus dicatat sebagai biaya perolehan aset tersebut. Contoh biaya tersebut termasuk penjualan atau pajak, biaya pengangkutan, dan biaya instalasi lainnya. Biaya tersebut tidak dibebankan pada periode yang bersangkutan, karena mereka dianggap menambah nilai aset dan merupakan pengeluaran yang diperlukan untuk memperoleh aset. Pertama, biaya-biaya ini bisa telah diperkirakan dan digunakan untuk mengurangi nilai rsidual perkiraan aset, sehingga meningkatkan biaya depresiasi periodik. Atau, estimasi biaya bisa saja masih harus dibayar secara berkala, dengan biaya untuk operasi saat ini dan kredit dengan ketentuan untuk estimasi kewajiban tersebut. 41 2. Biaya yang terjadi sesudah membeli atau produksi sendiri. Biaya yang timbul setelah pembelian, seperti perbaikan, pemeliharaan, atau perbaikan.Biaya dapat ditambahkan ke nilai tercatat aset terkait hanya apabila kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan di luar yang awalnya diantisipasi untuk aset tersebut akan diterima oleh entitas. 3. Penyusutan aset tetap Biaya aktiva tetap dialokasikan untuk masa manfaatnya melalui penyusutan. Ini harus menghasilkan alokasi sistematis dan rasional dari biaya aset selama perkiraan umur manfaat aset. Menurut Weygandt (2011: 392), penyusutan adalah proses mengalokasikan biaya pada biaya aktiva tetap selama masa manfaat nya (layanan) dengan cara yang rasional dan sistematis. Alokasi biaya memungkinkan perusahaan untuk mencocokkan pengeluaran dengan pendapatan sesuai dengan beban yang diakui. Penyusutan berlaku untuk tiga kelas aset:. Perbaikan tanah, bangunan, dan peralatan. Setiap aset dalam kelas ini harus didepresiasi karena kegunaan untuk perusahaan dan pendapatan masing-masing aset akan menurun selama umur ekonomis aset ini . Penyusutan tidak 42 berlaku untuk tanah karena fungsi dan pendapatan tanah umumnya tetap utuh dari waktu ke waktu. Gambar 2.9 Penyusutan Aktiva Tetap Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi penghitungan penyusutan yaitu: 1.Biaya Semua pengeluaran yang diperlukan untuk memperoleh dan menggunakan aktiva tetap. 2.Umur ekonomis Umur ekonomis adalah perkiraan dari masa produktivitas yang diharapkan pada aktiva tetap. 3. Nilai residu Nilai residu adalah nilai aset pada akhir masa pakainya. 43 Penyusutan dihitung menggunakan salah satu dari dua metode ini: a. Metode garis lurus Dalam metode garis lurus, perusahaan membiayai jumlah yang sama pada penyusutan untuk setiap tahun umur ekonomis aktiva. Hal ini diukur semata-mata oleh berlalunya waktu. Untuk menghitung beban penyusutan menggunakan metode garis lurus, perusahaan perlu menentukan biaya yang disusutkan. Biaya yang disusutkan adalah biaya aset dikurangi nilai residu. Dengan metode garis lurus, untuk menentukan beban penyusutan tahunan, kita membagi biaya dengan umur ekonomis aset. Adapun rumus metode ini adalah sebagai berikut: Beban _ penyusu tan_ pertahun = Biaya _ penyusu tan − nilai _ residu umur _ ekonomis(tahun) Gambar 2.10 Metode Penyusutan: Garis Lurus 44 b. Metode saldo menurun Metode saldo menurun menghasilkan beban penyusutan per tahun selama umur ekonomis aktiva tetap. Metode ini dinamakan demikian karena penyusutan periodik didasarkan pada nilai buku yang menurun (biaya dikurangi akumulasi penyusutan) dari aset. Dengan metode ini, perusahaan menghitung beban penyusutan per tahun dengan mengalikan nilai buku pada awal tahun dengan rata-rata saldo menurun. Ratarata saldo menurun tetap konstan dari tahun ke tahun, tetapi nilai buku menurun setiap tahun. Pada awal tahun pertama, nilai buku adalah biaya aktiva tetap. Ini terjadi karena saldo dalam akumulasi penyusutan pada awal umur ekonomis aktiva tetap adalah nol. Dalam tahun-tahun berikutnya, nilai buku adalah perbedaan antara biaya dan akumulasi penyusutan sampai saat ini. Berbeda dengan metode penyusutan lainnya, metode saldo menurun mengabaikan nilai sisa. Nilai sisa tidak membatasi total penyusutan. Penyusutan berhenti ketika nilai buku aktiva tetap sama dengan nilai sisa yang diharapkan. 45 Berikut rumus untuk metode saldo menurun: 4. Pembuangan aset Untuk aktiva tetap, akumulasi penyusutan harus dihilangkan. Perbedaan antara nilai tercatat dan hasil penerimaan akan diberikan pengakuan langsung dicatat sebagai keuntungan atau kerugian akibat pembuangan tersebut.Aset dan akun penyusutan terkait disesuaikan, dan aset selanjutnya dibuang sebelum disusutkan secara penuh. Keuntungan atau kerugian akan ditentukan oleh perbedaan antara nilai buku bersih, berdasarkan nilai historis, dan hasil dari pembuangan aset tersebut. 2.2.2.4.3.4 Pengertian Posting Posting merupakan proses memindahkan nilai akun dari jurnal ke buku besar (Weygandt, 2011: 60). 2.2.2.4.4 Penyesuaian 2.2.2.4.4.1 Dasar Penyesuaian Penyesuaian dilakukan pada akhir periode akuntansi untuk memastikan bahwa perusahaan mengikuti prinsip pengenalan pendapatan dan beban. Jurnal penyesuaian memungkinkan untuk 46 melaporkan jumlah yang benar pada laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi. Transaksi yang dicatat dalam jurnal belum tentu telah diperbarui dan menyajikan data yang lengkap. Hal tersebut berlaku untuk beberapa alasan sebagai berikut: a. Beberapa transaksi yang tidak dicatat setiap hari karena dianggap tidak efisien. b. Beberapa biaya yang tidak tercatat selama periode akuntansi karena jatuh tempo seiring berlalunya waktu sebagai akibat dari transaksi harian. c. Beberapa akun tidak tercatat. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus membuat jurnal penyesuaian ketika hendak mempersiapkan laporan keuangan. (Weygandt, 2011: 99). 2.2.2.4.4.2 Jenis-Jenis Jurnal Penyesuaian Jurnal penyesuaian diklasifikasikan sebagai penangguhan (deferrals) atau akrual (accruals). Keduanya memiliki subkategorinya masing-masing sebagai berikut: Deferrals: a. Beban-beban dibayar di muka, yaitu biaya-biaya yang dibayar dan tercatat sebagai aktiva sebelum digunakan. b. Pendapatan diterima di muka, yaitu uang yang diterima dan tercatat sebagai kewajiban sebelum pendapatan diterima. 47 Accruals: a. Pendapatan terutang, yaitu pendapatan yang telah diterima namun belum tercatat. b. Beban terutang, yaitu biaya yang dikeluarkan namun belum dibayar dan dicatat. 2.2.2.4.5 Laporan Keuangan 2.2.2.4.5.1 Tujuan Laporan Keuangan Menurut PSAK, tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2.2.2.4.5.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Ada empat karakteristik kualitatif pokok dalam menyusun laporan keuangan, yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. a. Dapat dipahami Pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun bukan berarti informasi yang kompleks dikeluarkan dari laporan 48 hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit dipahami untuk pemakai tertentu. b. Relevan Informasi memiliki kualitas yang relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan mengevaluasi peristiwa masa lalu, sekarang, dan masa mendatang. c. Keandalan Keandalan berarti bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat digunakan oleh pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur. d. Dapat diperbandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan agar dapat mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Oleh karena itu, pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruhnya. 2.2.2.4.5.3 Unsur-unsur Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yan diklasifikasikan dalam beberapa 49 kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. a. Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. b. Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dasri sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. c. Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah pendapatan dan beban. a. Pendapatan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan, penambahan aset atau pengurangan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. b. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi berkurangnya aset dalam bentuk atau terjadinya arus keluar kewajiban atau yang 50 mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak meyangkut pembagian kepada penanam modal. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009: 1.9), Laporan Keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini: a. Laporan Laba/Rugi Laporan laba rugi mencakup unsur-unsur sebagai berikut: 1. Pendapatan 2. Laba Rugi Usaha 3. Beban Pinjaman 4. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diberlakukan menggunakan metode ekuitas. 5. Beban Pajak 6. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan 7. Pos luar biasa 8. Hak minoritas, dan 9. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan b. Laporan Laba Ditahan Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, menunjukkan: 1. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan yang 51 2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas 3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait 4. Transaksi modal dengan pemilk dan distribusi kepada pemilik 5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahnnya, dan 6. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. c. Laporan Posisi Keuangan Laporan Posisi Keuangan (yang biasanya dikenal dengan istilah Neraca) adalah laporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan pada periode tertentu (Weygandt, 2011: 23). Laporan Posisi Keuangan mencakup unsur-unsur sebagai berikut: 1. Aktiva berwujud 2. Aktiva tidak berwujud 3. Aktiva Keuangan 52 4. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas 5. Persediaan 6. Piutang Usaha dan Piutang Dagang 7. Kas dan setara kas 8. Utang Usaha dan Utang lainya 9. Kewajiban diestimasi 10. Kewajiban berbunga jangka panjang 11. Hak minoritas 12. Modal saham dan pos ekuitas lainnya d. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merangkum informasi mengenai aliran uang masuk (penerimaan) dan arus kas keluar (pembayaran) dari periode waktu tertentu. 2.2.2.4.6 Jurnal Penutup Menurut Weygandt (2011: 155), Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat pada akhir periode akuntansi yang berfungsi untuk mentransfer saldo dari akun-akun sementara ke akun ekuitas yang tetap (Retained Earnings). Semua akun sementara akan memiliki saldo nol setelah posting ke jurnal penutup. Akun income summary hanya digunakan saat penutupan (closing). Perusahaan tidak akan membuat jurnal dan posting ke dalam akun ini selama tahun berjalan. 53 2.2.2.4.7 Jurnal Pembalik Menurut Weygandt (2011: 162), Jurnal pembalik adalah sebuah jurnal, yang dibuat pada awal dari periode akuntansi berikutnya, yang merupakan kebalikan dari jurnal penyesuaian yang telah dibuat di periode sebelumnya. 2.2.2.5 2.2.2.5.1 Retur Retur Pembelian Pembeli yang merasa tidak puas dengan barang yang diterima karena barang yang rusak atau cacat, berkualitas rendah, atau tidak memenuhi spesifikasi pembeli dapat mengembalikan barang ke penjual untuk dikredit jika penjualan dilakukan secara kredit, atau untuk pengembalian uang tunai jika pembelian adalah pembelian tunai. Transaksi ini dikenal dengan Retur Pembelian (Weygandt, 2011: 206). 2.2.2.5.2 Retur Penjualan Penjual yang menerima barang rusak dikarenakan adanya pembeli yang merasa tidak puas dengan barang rusak atau cacat, berkualitas rendah, atau tidak memenuhi spesifikasi pembeli dapat mengembalikan barang ke penjual. Penjual akan mendebit akun jika penjualan dilakukan secara kredit, atau untuk pengembalian uang tunai jika penjualan adalah penjulan tunai. Transaksi ini dikenal dengan Retur Penjualan. 54 2.2.2.6 2.2.2.6.1 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pengertian Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pembelian Barang Kena Pajak dan pemanfaatan Jasa Kena Pajak baik di dalam wilayah Indonesia maupun dari luar daerah Pabean. 2.2.2.6.2 Dasar Hukum Undang-undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (Mardiasmo, 2011: 274). 2.2.2.6.3 Tarif Pajak Pertambahan Nilai Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). 2.2.2.6.4 Cara Menghitung PPN Cara menghitung PPN adalah sebagai berikut: PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak 2.2.2.6.5 PPN Keluaran PPN keluaran dinyatakan sebagai persentase dari harga jual. Penjual mengumpulkan PPN Keluaran dari pelanggan ketika penjualan terjadi dan mengirimkannya (seringkali bulanan) kepada instansi pemerintah. Karena penjual saat ini berutang kepada 55 pemerintah, jumlah tersebut merupakan kewajiban lancar (Wild, 2005: 354). 2.2.2.6.6 PPN Masukan Sama seperti PPN Keluaran, PPN masukan dinyatakan sebagai persentase dari harga beli. Pembeli membayar PPN Masukan kepada penjual ketika pembelian terjadi. 2.2.2.7 Piutang Tak Tertagih Menurut Weygandt (2011: 350), piutang tak tertagih adalah piutang yang tidak dapat dibayarkan oleh customer. Terdapat 2 metode pencatatan piutang tak tertagih yaitu: 1. Direct Write-Off Method Dalam metode ini, akun yang menampung piutang tak tertagih adalah beban piutang tak tertagih (Bad Debts Expense) hanya akan menunjukkan kerugian yang sebenarnya dari piutang tak tertagih tersebut. Perusahaan akan melaporkan piutang sebesar jumlah brutonya. Jurnal yang akan timbul yaitu Bad Debts Expense pada debit, dan Account Receivable (piutang) pada kredit (Weygandt, 2011: 350). 2. Allowance Method Metode ini melibatkan perkiraan piutang tak tertagih pada akhir setiap periode. Piutang tak tertagih ini akan dilaporkan dalam neraca untuk dilaporkan ke negara. 56 IFRS memerlukan metode penyisihan untuk tujuan pelaporan keuangan saat kredit macet (Weygandt, 2011: 351). Metode ini memiliki 3 fitur penting yaitu: a. Perusahaan memperkirakan piutang tak tertagih dengan membandingkan biaya dengan pendapatan pada periode akuntansi yang sama ketika mencatat pendapatan tersebut. b. Posisi debit diperkirakan beban piutang tak tertagih dan kredit pada penyisihan piutang tak tertagih (Allowance for Doubtful Account) sepanjang entri penyesuaian pada akhir bulan setiap periode. c. Ketika penghapusan mendebitkan akun penyisihan tertentu, piutang maka tak perusahaan tertagih yang sesungguhnya dan mengkreditkan piutang. 2.2.2.8 Syarat Pembayaran Menurut NiBusinessInfo.co.uk, ada beberapa syarat pembayaran yang biasanya digunakan yaitu: 1. 1/ 10 Net 30 1% diskon jika pembayaran diterima dalam waktu sepuluh hari. Jatuh tempo pembayaran pembayaran maksimal 30 hari setelah tanggal faktur. 2. COD (Cash on Delivery) Transaksi yang dilakukan dengan pembayaran tunai.