M13 leasing

advertisement
PERTEMUAN MINGGU 12 LEASING
DEFINISI LEASING ATAU SEWA GUNA USAHA

Berdasarkan Financial Standart Board (FASB-13) :
Suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang
digunakan untuk suatu jangka waktu tertentu.

Berdasarkan The International Accounting Standart Board
(IAS-17) yaitu:
Suatu perjanjian dimana lessor menyediakan barang (aset)
dengan hak penggunaan oleh lesse dengan imbalan
pembayaran sewa untuk suatu jangka waktu tertentu

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha yaitu:
Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang
dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna
usaha dimana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai
hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan
nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.
PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT
1. Lessor
Adalah perusahaan leasing atau pihak yang
memberikan jasa pembiayaan kepada pihak lesse dalam
bentuk barang modal.
2.
Lessee
Adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh
pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor
3. Supplier
Adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan
pembayaran secara tunai oleh lessor.
4. Bank atau kreditur
Bankmempunyai peranan dalam hal
penyediaan dana kepada lessor terutama
dalam mekanisme leverage lease dimana
sumber daya pembiayaan lessor diperoleh
melalui kredit bank. Pihak supplier dalam hal ini
tidak tertutup kemungkinan untuk memperoleh
kredit dari bank. Untuk memperoleh barangbarang yang nantinya akan dijual sebagai
obyek leasing kepada lessee atau lessor
CARA PEMBIAYAAN
1.
FINANCE LEASE
Perusahaan leasing sebagai lessor adalah pihak yang
membiayai penyediaan barang modal dengan tujuan
untuk mendapatkan kembali biaya yang telah
dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang
modal dengan mendapatkan keuntungan. Penyewa
guna usaha (lessee) biasanya memilih barang modal
yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing
sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan
pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang
modal yang menjadi obyek transaksi leasing. Selama
masa leasing, lessee melakukan pembayaran sewa
secara berkala.
Mengenai penyerahan barang, suplier langsung
menyerahkan barang kepada lessee tanpa
melalui pihak lessor sebagai pihak yang
memberikan pembiayaan.
Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak
opsi untuk membeli barang tersebut sesuai
dengan nilai sisa yang disepakati atau
mengembalikan kepada lessor atau
memperpanjang masa lease.
Finance Lease dibagi menjadi 2 bentuk transaksi
yaitu:
1.
Direct Financial Lease
Merupakan bentuk transaksi leasing dimana
lessor membeli suatu barang atas permintaan
pihak lessee dan sekaligus menyewaguna
usahakan barang tersebut kepada lessee yang
bersangkutan. Spesifikasi barang yang akan
dilease tersebut termasuk penentuan harga dan
supplier dapat dilakukan oleh leassee.
2. Sale and Lease back
Pada prinsipnya adalah pihak lessee sengaja
menjual barang modalnya kepada lessor
untuk kemudian dilakukan kontrak sewa guna
usaha atas barang tersebut antara lessor
dengan lessee yang dalam hal ini sebagai pihak
yang menjual barang untuk digunakan selama
masa lease yang disetujui oleh kedua belah
pihak.
2. OPERATING LEASE
Perusahaan leasing dimana lessor sengaja membeli barang modal
dan selanjutnya di leasekan kepada lessee. Dalam operating lease
jumlah seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk memproleh barang modal tersebut berikut
dengan bunganya. Perusahaan mengharapkan keuntungan justru
dari penjualan barang modal yang dileasekan atau melalui beberapa
kontrak leasing lainnya.
Mengenai penyerahan barang supplier menjual barangnya langsung
kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan
kepada kedua belah pihak yaitu secara tunai atau berkala.
Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian
menyerahkan kepada pihak lessee untuk
digunakan dengan jangka relatif lebih pendek
daripada umur ekonomis barang modal tersebut.
Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan
pemeliharaan atas barang-barang tersebut.
Lessee pada akhir kontrak harus
mengembalikan objek lease pada lessor
PENGGOLONGAN PERUSAHAAN LEASING
Perusahaan Leasing digolongkan menjadi 3 yi:
1.
Independent Leasing Company
Perusahaan yang berdiri sendiri atau independen
dari supplier yang mungkin dapat sekaligus sebagai
pihak produsen barang dan dalam memenuhi
kebutuhan barang modal nasabahnya (lessee),
perusahaan dapat membelinya dari berbagai
supplier atau produsen kemudian dilease kepada
pemakai.
2. Captive Lessor
Captive Lessor akan tercipta apabila supplier
atau produsen mendirikan perusahaan leasing
sendiri untuk membiayai produk-produknya.
Hal ini dapat terjadi apabila pihak supplier
berpendapat bahwa dengan menyediakan
pembiayaan leasing sendiri akan dapat
meningkatkan kemampuan penjualan melebihi
tingkat penjualan dengan menggunakan
pembiayaan tradisional
3.
Lease Broker atau Packager
Broker leasing berfungsi mempertemukan
calon lessee dengan pihak lessor yang
membutuhkan suatu barang modal dengan
cara leasing. Broker leasing biasanya tidak
mempunyai barang atau peralatan untuk
menangani transaksi leasing untuk atas
namanya.
MANFAAT EKONOMIS
Bagi lessee leasing mempunyai manfaat sebagai sumber
pembiayaan yaitu:
1.
Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan.
Pihak lessee dalam melakukan kegiatan usahanya tidak hanya
tergantung pada pembiayaan dengan kredit perbankan.
2.
Persyaratan yang kurang ketat atau lebih fleksibel.
Persyaratan perusahaan leasing lebih fleksibel dan tidak seketat
perusahaan perbankan.
3.
Biaya lebih murah.
Penggunaan barang atau peralatan melalui metode leasing pada
prinsipnya jauh lebih murah dibandingkan dengan kredit bank
berdasarkan perhitungan present value.
I.
Leasing
Leasing adalah proses dimana suatu perusahaan dapat menggunakan suatu asset tetap
tertentu dengan berkewajiban untuk melakukan pembayaran setiap periode selama periode
kontrak.
Lessee adalah pihak yang menerima jasa asset yang terikat dalam kontrak lease. Lessor
adalah pemilik asset yang sedang dileasekan.
Jenis Pokok Lease.
Jenis lease:

Operating lease adalah suatu kontrak yang dapat dibatalkan (cancelable) dimana lesse
setuju untuk membayar secara periodic kepada lessor untuk jangka waktu lima tahun atau
kurang terhadap jasa asset.

Financial (capital) lease adalah lease dengan jangka waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan operating lease dan tidak dapat dibatalkan (noncancelable) yang mewajibkan
kepada lessee untuk membayar atas penggunaan asset dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
Dalam pengaturan leasing, lessor menggunakan 3 teknik dalam memperoleh asset yang akan
disewaguna usahakan.



Direct lease adalah kontrak lease dimana lessor memiliki atau mendapatkan asset yang
telah disewaguna usahakan kepada lessee dalam jangka waktu tertentu.
A sale-leaseback arrangement adalah kontrak lease dimana lessee menjual asset kepada
lessor yang prospektif dan kemudian menyewa kembali asset tersebut dengan melakukan
pembayaran secara periodik. Metode ini dilakukan karena lessee memerlukan dana kas
untuk operasi.
Leveraged lease adalah kontrak lease dimana lessor bertindak sebagai peserta ekuitas
yang menyuplai 20 persen dari biaya perolehan asset dan kreditor menyuplai sisanya.
Perjanjian
lease
biasanya
menyebutkan
apakah
pemeliharaan asset yang sewaguna usahakan..

lessee
bertanggungjawab
terhadap
16
Operating leases biasanya menyebutkan maintenance clause yang mewajibkan kepada
lessor untuk memelihara asset, membayar asuransi dan pajak.
Pada akhir kontrak lease, lessee memiliki 2 opsi:


Renewal option adalah memberikan hak kepada lessee untuk untuk menyewa kembali
(lease-back) asset pada akhir kontrak lease. Hal ini berlaku pada operating lease, karena
kontrak yang yang lebih pendek dibandingkan dengan umur asset tersebut.
Purchase option adalah memberikan opsi kepada lessee untuk membeli asset yang disewa
pada akhir umur kontrak dengan harga yang teah ditetapkan sebelumnya. Hal ini berlaku
baik operating lease maupun financial lease.
Dalam operating lease, lessor dapat merupakan anak perusahaan manufaktur atau perusahaan
leasing yang independen. Dalam financial lease, lessor merupakan perusahaan leasing yang
independen atau anak dari lembaga financial yang besar seperti perusahaan asuransi jiwa atau
bank komersial serta lembaga pengelola dana pensiun.
Kontrak Lease.
Dalam kontrak lease biasanya memasukkan elemen yang mencakup: jangka waktu lease,
ketentuan pembatalan, jumlah dan tanggal pembayaran lease, ketentuan renewal, opsi
pembelian, ketentuan biaya pemeliharaan dan biaya lain terkait, dan ketentuan lain yang
disebutkan dalam proses negosiasi lease seperti sangsi terhadap pelanggaran yang dilakukan
oleh lessee atau lessor.
Keputusan Lease atau Membeli.
Keputusan lease atau membeli adalah keputusan yang dihadapi oleh perusahaan yang ingin
memperoleh asset baru dengan alternative: (1) lease assets; (2) meminjam dana untuk
membeli assets; (3) membeli asset dengan dana yang dimiliki.
Dalam keputusan lease atau membeli asset, maka present value teckniques digunakan dengan
langkah berikut ini:
1. Menentukan after-tax cash outflows for each year under the lease alternative.
2. Menentukan after-tax cash outflows for each year under the purchase alternative.
3. Menentukan present value of the cash outflows associated with the lease and purchase
alternatives dengan menggunakan after tax cost of debt sebagai discount rate.
17
4. Memilih alternative yang memberikan present value of cash outflows yang terendah.
Keuntungan dan Kerugian Leasing.
1. Keuntungan
 Leasing
memperkenankan
lessee
untuk
mendepresiasikan
tanah.
Tanah
dilarang
didepresiasi jika dibeli. Oleh karena lessee yang menyewa tanah diperkenankan untuk
mengurangkan kepada total pembayaran lease sebagai biaya untuk kepentingan pajak,
maka pengaruhnya sama dengan jika perusahaan membeli tanah dan kemudian
mendepresiasikannya.
 Oleh karena lease menghasilkan penerimaan dari penggunaan asset tanpa meningkatkan
asset
atau
kewajiban
pada
neraca
perusahaan,
maka
leasing
mungkin
dapat
menyesatkan rasio financial. FASB menetapkan bahwa keuntungan ini tidak berlaku lagi,
kecuali dalam kasus operating leases yang masih memberikan keuntungan
 Penggunaan persetujuan sale-leaseback memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan
likuiditasnya dengan mengkonversi asset yang ada menjadi kas sebagai modal kerja.
 Leasing menyediakan pendanaan 100 persen dibandingkan dengan meminjam dana
untuk membeli asset. Namun demikian, pembelian asset biasanya mengharuskan
perusahaan untuk membayar down payment dalam persentase tertentu, sehingga porsi
pinjaman menjadi tidak 100 persen lagi.
 Jika perusahaan bangkrut atau mengalami reorganisasi, maka klaim maksimum yang
dapat diajukan oleh lessor kepada perusahaan adalah 3 tahun permbayaran leases dan
lessor dapat memperoleh assetnya kembali. Jika perusahaan menggunakan hutang untuk
membeli asset, maka klaim oleh kreditor sebesar nilai hutang yang diberikan.
 Dalam persetujuan lease, perusahaan dapat menghindari biaya keausan (costs of
obsolescence) jika lessor gagal mengantisipasi keausan asset dan dalam menentapkan
pembayaran lease terlalu rendah.
 Lessee dapat menghindari ketentuan pembatas yang biasa ditetapkan dalam kontrak
pinjaman jangka panjang.
 Dalam kasus biaya perolehan asset yang rendah/kecil, operating lease memberikan
perusahaan suatu kebutuhan dana yang fleksibel.
2. Kerugian
 Leases tidak menetapkan biaya bunga secara nominal. Jika lessor menentapkan return
yang terlalu tinggi, maka perusahaan sebaiknya meminjam dana untuk membeli asset
yang diperlukan.
 Pada akhir kontrak lease, nilai sisa (salvage value) asset dapat direalisasikan oleh lessor.
Jika lessee telah membeli asset, maka lessee dapat mengklaim nilai sisa tersebut. Jika
niai sisa tersebut diakui oleh lessor, maka lessee dapat meminta pembayaran periodic
yang lebih rendah.
 Lessee dilarang untuk melakukan modifikasi atau memperbaiki asset proprety tanpa
18 seijin
lessor.
 Jika lessee menyewa asset dan kemudian cepat menjadi usang sebelum kontrak berakhir,
maka lessee harus tetap membayar sisa periode kontrak
1.
Leasing
Leasing adalah perjanjian kontrak antara pihak yang menyewakan
(lessor) dengan pihak yang menyewa aset tertentu (lessee).
Perjanjian menetapkan bahwa penyewa mempunyai hak untuk
menggunakan aset tertentu, kemudian sebagai imbalannya,
penyewa membayar sejumlah kas tertentu yang tetap setiap
periodenya ke pihak yang menyewakan.
1.1. Penentuan Besarnya Sewa
Pendapatan perusahaan leasing diperoleh dari penghematan pajak
(melalui depresiasi) dan biaya sewa.
1.2.
Keputusan Sewa Versus Beli
Untuk menganalisis masalah tersebut, kita perlu menyiapkan
skedul aliran kas alternatif leasing dan hutang (pembelian
aset).
1.3.
Beberapa Alasan Melakukan Leasing
Jika pasar modal sempurna, maka leasing maupun pinjaman
hutang mempunyai hasil yang sama. Tetapi jika ada
ketidaksempurnaan pasar, maka leasing bisa menjadi
alternatif sumber dana yang lebih menarik dibandingkan
dengan hutang, dalam beberapa situasi.
1.3.1. Alasan yang Masuk Akal
Perbedaan Pajak. Jika tingkat pajak antar perusahaan berbeda
(asimetri pajak), maka leasing bisa menjadi pilihan sumber
pendanaan. Jika penghematan pajak karena kedua faktor tersebut
sama untuk semua perusahaan, maka keputusan leasing atau
hutang akan sama saja bagi perusahaan.
Biaya Kebangkrutan. Jika terjadi kebangkrutan, posisi perusahaan
leasing (lessor) lebih baik dibandingkan dengan pihak pemberi
kredit. Lessor mempunyai aset, dan bisa menarik kembali aset
tersebut jika terjadi kebangkrutan. Sebaliknya, pemberi kredit tidak
mudah melikuidasi aset jika terjadi kebangkrutan, bahkan jika
pinjaman tersebut dijamin oleh aset.
Mengurangi Risiko Ketidakpastian. Pihak lessor (perusahaan
leasing) bisa menjadi pihak yang bisa menanggung risiko
dengan lebih baik, karena biasanya perusahaan leasing lebih
besar dan lebih berpengalaman dalam hal penilaian aset.
Situasi semacam itu akan semakin penting bagi perusahaan
kecil, atau perusahaan yang baru berdiri, dimana aset atau
kekayaan pemegang saham relatif belum terdiversifikasi.
Dalam situasi tersebut, transfer risiko menjadi penting karena
bisa mengurangi risiko.
Biaya Transaksi.
Biaya pembuatan kontrak leasing jauh lebih rendah daripada
biaya pembelian aset dan kemudian menjualnya kembali.
1.3.2. Alasan yang Tidak Benar
Laporan Keuangan yang Lebih Baik. Meskipun kewajibannya sama
dengan hutang (pembayaran sewa secara periodik mempunyai
konsekuensi yang hampir sama dengan pembayaran hutang secara
periodik), tetapi leasing tidak memperburuk laporan keuangan.
Meningkatkan ROA. Disamping laporan keuangan yang baik, leasing
digunakan untuk meningkatkan ROA (Return on Asset) dibandingkan
dengan hutang. ROA didefinisikan sebagai laba setelah pajak dibagi
total aset. Biaya leasing biasanya lebih rendah dibandingkan dengan
gabungan biaya bunga dan biaya depresiasi.
Dalam pasar yang efisien, trik-trik akuntansi semacam itu tidak akan
bisa dipakai untuk membodohi investor, sehingga alasan semacam
itu tidak relevan.
2.
Pegadaian
2.1.
Pendahuluan
Pegadaian merupakan usaha pembayaran dengan jaminan barang
bergerak.
Tujuan perum pegadaian sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No.10 Tahun 1990 adalah menyediakan pelayanan bagi
masyarakat umum dan sekaligus memupuk keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat dan
bertujuan untuk:
1.Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanan kebijaksanaan
dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas
dasar hukum gadai
2.Mencegah praktek pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak
wajar lainnya.
perum pegadaian juga melakukan kegiatan-kegiatan lainnya, yaitu:
Menerima jasa taksiran, yaitu memberikan jasa kepada
masyarakat yang ingin mengetahui beberapa besar nilai
sesunguhnya dari barang yang dimilikinya, seperti emas, atau
berlian.
1.
Menerima jasa titipan, yaitu memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang ingin menitipkan dalam waktu lama, misal
naik haji atau keluar kota.
2.
3.
Bekerja sama dengan pihak ketiga dalam memanfaatkan aset
perusahaan dalam bidang bisnis properti, seperti
pembangunan gedung kantor dan pertokoan dengan sistem
Built Operate and Transfer
4. Kredit pegawai, yaitu kredit yang diberikan kepada pegawai
yang berpenghasilan tetap.
3.
Bank Islam
Bank Islam mulai beroperasi di Indonesia berdasarkan Undang-undang
Perbankan Tahun 1992 (UU.No.7/1992). Undang-undang tersebut
kemudian diterjemahkan lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah No.72 Tahun 1992. Perundangan perbankan syariah
disempurnakan lebih lanjut dengan UU.No.10/1998, dan
UU.No.23/1999. UU terakhir tentang Bank Indonesia yang
memberikan kewenangan kepada BI untuk mengakomodasi
prinsip-prinsip syariah dalam pelaksanaan tugas pokoknya.
Bank Islam beroperasi tidak atas dasar bunga tetapi atas dasar
pembagian (sharing) keuntungan.
3.1. Prinsip-prinsip Dasar Operasi Bank Islam dengan
Pembagian Keuntungan
Ada beberapa macam prinsip dasar operasi bank Islam sebagai
berikut ini.
a.Al mudharabah: merupakan bentuk kerja sama (parthership) dimana
satu pihak memberi dana sementara pihak lainnya memberi
keahlian atau manajemen.
b.Al Musyarakah (profit sharing): merupakan bentuk kerjasama
(partnership) melibatkan pengumpulan dana diantara dua atau tiga
pihak untuk membiayai usaha tertentu.
c.Al Waidah: merupakan perjanjian antara pemilik barang/uang
dengan pihak yang menyimpannya dimana pihak terakhir akan
menyimpan dan menjaga uang atau barang yang didepositokan.
d.
e.
f.
g.
Al Murabahah: merupakan tehnik pendanaan dimana
dilakukan kontrak penjualan antara pembeli dengan
penjual dengan harga penjualan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan harga aslinya.
Al Bai Bithaman Ajil: merupakan pendanaan dimana bank
membeli mesin dan kemudian menjual ke pihak yang
memerlukan mesin tersebut dengan harga yang lebih
tinggi.
Al Bai Al Dyn: merupakan penjualan klaim (piutang)
dengan diskonto, Piutang tersebut berasal dari
penjualan/pembelian barang atau jasa.
Al Sharf: merupakan penjualan/pembelian mata uang
asing tertentu dengan mata uang lainya.
i.
j.
k.
l.
Al Ijarah (leasing tanpa hak pembelian): merupakan perjanjian
antara lessor dengan lessee yang mempunyai hak
menggunakan mesin/peralatan dengan pembayaran sewa
tertentu yang telah disepakati.
Al Wakalah: merupakan perjanjian transfer wewenang
(pemberian kuasa) kepada pihak lain untuk melaksanakan
pekarjaan tertentu untuk kepentingan pihak pertama.
Al Kafalah (jaminan): merupakan perjanjian pemberian jaminan.
Pihak penjamin bertanggung jawab terhadap pembayaran
hutang atau pelaksanaan pekerjaan tertentu kepada pihak
penerima jaminan.
Al Hiwalah; merupakan perjanjian transfer kewajiban dari satu
pihak ke pihak lainnya.
m.
Al Qord Ul Hasan: merupakan perjanjian antara pemberi
pinjaman dengan peminjam, dimana peminjam berkewajiban
membayar sesuai dengan jumlah hutang. Tetapi jika peminjam
tidak bisa membayar hutang tersebut, sanksi tidak bisa diberikan
terhadap peminjam.
Disamping kegiatan pencarian dana dan penanaman dana, bank Islam
juga bisa melakukan aktifitas-aktifitas lainnya seperti pemberian
jaminan dengan prinsip Al Kafalah, transfer uang dengan prinsip
Al Hiwalah, penyimpanan barang atau surat berharga dengan
prinsip Al Waidah dan Al Wakalah, dan pembukaan L/C (Letter of
Credit) dengan prinsip Al Wakalah, Al Musyarakah, dan Al
Murabahah.
3.2.
Bank Islam di Indonesia
Di Indonesia saat ini sudah ada kegiatan perbankan Islam yang
dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang jumlahnya sudah
mencapai puluhan. Bank Muamalat Indonesia didirikan pada tahun
1992 dan masih merupakan satu-satunya bank umum yang
beroperasi dengan syariat Islam di Indonesia. BMI, disamping
mempunyai manajemen sebagaimana halnya bank biasa juga
mempunyai dewan pengawas syariah yang anggotanya terdiri dari
para alim ulama terkemuka. Fungsi pokok dewan tersebut adalah
mengawasi agar produk atau jasa yang dikeluarkan oleh BMI sesuai
dengan syariat Islam.
Download