I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nila merah di Indonesia merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis penting karena cara budidaya yang relatif mudah, sehingga kegiatan budidaya nila merah senantiasa berkembang. Nila merah adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Beberapa hal yang mendukung pentingnya komoditas nila merah yaitu memiliki kemampuan beradaptasi dalam lingkungan yang luas, relatif tahan terhadap serangan penyakit dan memiliki kemampuan tumbuh yang baik (Nurhidayat dan Sucipto, 2002). Nila merah dapat tumbuh dan berkembang pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah. Pada lingkungan dengan nilai pH sangat rendah pertumbuhannya mengalami penurunan namun demikian nila merah masih dapat menolerir pada media dengan nilai pH rendah. (Arie, 1999). Sutika (1989) mengatakan bahwa derajat keasaman atau kadar ion H dalam air merupakan salah satu faktor kimia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di suatu lingkungan perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung dalam beberapa faktor yaitu kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, proses dekomposisi bahan organic di dasar perairan, konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat. pH merupakan faktor lingkungan kimia air yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan nila merah. Menurut pendapat Soesono (1988) bahwa pengaruh pH bagi organisme sangat besar dan penting, pH rendah akan menekan laju pertumbuhan bahkan bila tingkat keasamannya tinggi dapat mematikan dan tidak ada laju reproduksi. pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju reaksi beberapa bahan dalam air, tidak semua mahluk hidup bisa bertahan dengan perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau bila terjadi tetapi dengan cara perlahan. Meskipun pH rendah dapat menekan laju pertumbuhan, akan tetapi beberapa jenis ikan mampu dibudidayakan pada lahan dengan pH rendah seperti lahan gambut yang telah dikelola nilai pHnya. Lahan gambut memiliki nilai pH dengan tingkat kemasaman yang relatif tinggi berkisar antara pH 3-4 (Halim, 1987). Indonesia sesungguhnya merupakan negara dengan kawasan gambut tropika terluas di dunia. Dengan demikian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam memanfaatkan lahan gambut, salah satunya pada bidang perikanan budidaya. Lahan gambut tropika yang dimiliki Indonesia yaitu antara 13,5–26,5 juta ha (rata-rata 20 juta ha). Jika luas gambut Indonesia adalah 20 juta ha, maka sekitar 50% gambut tropika dunia yang luasnya sekitar 40 juta ha berada di Indonesia (Najiyati et al., 2005). Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) Cangkringan telah menghasilkan benih nila merah dari induk generasi F3 yang diberi nama nila merah Cangkringan (Nilasa). Benih nila merah tersebut belum diketahui karakter daya tahannya terhadap pH rendah. Untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi lahan gambut dalam bidang budidaya perikanan khususnya pada komoditi nila merah maka diperlukan suatu penelitian mengenai toleransi pH rendah pada nila merah. Seperti halnya yang telah dilakukan pada patin, yaitu budidaya patin pada lahan gambut di Kalimantan Tengah. B. Tujuan a. Mengetahui daya tahan nila merah strain cangkringan pada ukuran yang berbeda oleh pH rendah. b. Mengetahui pH rendah yang mengakibatkan kematian 50 % pada populasi nila merah strain cangkringan. C. Manfaat Dengan diketahuinya pH rendah yang masih mampu ditoleransi oleh nila merah strain cangkringan, akan membuka peluang pengembangan dan pemanfaatan potensi lahan gambut dalam budidaya perikanan.