BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Agency Theory Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976. Teori agensi menjelaskan suatu hubungan keagenan antara pihak principal yang memberi mandat dan pihak agen yang diberi mandat oleh principal. Dalam suatu perusahaan, yang menjadi pihak principal adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham, sedangkan yang menjadi pihak agen adalah manajemen perusahaan. Menurut pendekatan teori agensi, struktur modal perusahaan disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik yang mungkin terjadi antara pemilik dan manajer perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2006 : 26-31) para manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam hubungan keagenan, terdapat dua masalah utama yang sering muncul, yaitu terjadinya informasi asimetris (asymmetric information) dan terjadinya 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 konflik kepentingan. Informasi asimetris terjadi ketika manajemen memiliki lebih banyak informasi mengenai perusahaan dibanding pemilik perusahaan, sedangkan konflik kepentingan terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen perusahaan. Pemegang saham memberikan wewenang kepada manajemen untuk mengelola perusahaan miliknya agar nilai perusahaan meningkat. Dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kekayaan pemegang saham pun meningkat. Inilah yang menjadi tujuan atau kepentingan utama dari pemegang saham. Namun dalam menjalankan wewenang yang diberikan oleh pemilik, manajemen seringkali tidak sepenuhnya bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. Manajemen dapat melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Hal inilah yang memicu terjadinya konflik kepentingan. Secara umum manajemen sebagai pihak internal perusahaan mengetahui lebih banyak informasi tentang perusahaan dibandingkan dengan saham. Perbedaan ini para pemegang menimbulkan asymmetric information yang dapat merugikan pemegang saham karena dapat memperluas kesempatan manajemen untuk bertindak demi keuntungan pribadinya. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem pengawasan yang baik terhadap manajemen perusahaan agar bertindak sesuai kepentingan pemilik perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 2. Trade off Theory Jensen dan Meckling (1976) adalah yang pertama kali mencetuskan trade-off theory (Alipour et al, 2015). Berdasarkan teori ini, struktur modal yang optimal dapat ditentukan dengan menciptakan keseimbangan antara efek pajak, biaya agensi, biaya kebangkrutan dan sebagainya. Ini menegaskan bahwa struktur modal yang optimal dari suatu perusahaan dapat ditentukan oleh biaya agensi. Untuk mengurangi biaya agensi, struktur yang optimal dari kepemilikan (owner equity) dan utang harus ditentukan (Jensen dan Meckling, 1976). TOT menyatakan bahwa laba dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dengan struktur modal karena mereka semua adalah proksi untuk pengambilan keputusan hutang yang besar terkait dengan keuntungan pajak yang dapat diperoleh, dan / atau hutang yang rendah dalam kaitannya untuk menghindari biaya kebangkrutan (Alipour et al, 2015). Model trade off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Esensi trade off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Trade off theory telah mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur modal tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya sampai pada titik tertentu. Setelahnya penggunan hutang justru menurunkan nilai perusahaan (Hartono dalam Laksmi, 2010). Walaupun model trade off theory tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi penting yaitu : 1) Perushaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan sedikit hutang 2) Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah. 3. Pecking Order Theory Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Maljuf (1984) yang menjelaskan bahwa keputusan pendanaan perusahaan memiliki suatu hierarki. Perusahaan akan lebih cenderung untuk menggunakan sumber pendanaan internal yaitu dari laba ditahan dan depresiasi, dibandingkan penggunaan dana eksternal. Namun apabila perusahaan tidak memiliki dana internal yang memadai, maka dana eksternal merupakan alternatif yang dipilih. Jika dana eksternal dibutuhkan, maka perusahaan akan cenderung menggunakan utang daripada ekuitas (Tarazi, 2013). Dalam penelitiannya, Myers dan Majluf mengembangkan pecking order theory sebagai suatu teori alternatif keputusan pendanaan perusahaan., dimana perusahaan akan berusaha mendanai investasinya berdasarkan urutan resiko. Terdapat tiga sumber pendanaan dalam perusahaan, yaitu laba ditahan, hutang dan ekuitas. Para investor melihat bahwa ekuitas lebih beresiko dibandingkan hutang. Oleh karena itu, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 investor akan mengharapkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi terhadap pengunaan ekuitas dibandingkan hutang. Pandangan perusahaan, laba ditahan merupakan sumber pendanaan yang lebih baik dibandingkan hutang, dan hutang merupakan sumber pendanaan yang lebih baik dibandingkan ekuitas (Yogi et al, 2012). Menurut Myers dan Maljuf (1984), ada dua alasan mengapa pendanaan eksternal dalam bentuk utang lebih disukai daripada modal saham yang berasal dari luar perusahaan (eksternal). Yang pertama adalah pertimbangan cost of capital. Perusahaan lebih memilih pendanaan dalam bentuk utang karena cost of debt dianggap lebih murah dibandingkan cost of equity yang muncul ketika menerbitkan saham baru. Yang kedua, manajer khawatir jika penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para investor dan membuat harga saham akan turun. Penerbitan saham baru oleh suatu perusahaan umumnya dipandang negatif oleh investor karena manajer cenderung menerbitkan saham baru ketika harga saham tersebut overpriced. Hal ini disebabkan antara lain karena kemungkinan adanya informasi asimetrik (asymmetric information) antara pihak manajer dengan pihak pemilik modal. Menurut Bringham dan Houston (2006) informasi asimetrik adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. Kondisi ini dapat dilihat dari reaksi harga saham ketika manajemen mengumumkan sesuatu (seperti peningkatan pembayaran dividen). Dengan demikian, pihak manajemen berpikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Apabila hal tersebut yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 dipikirkan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir lebih baik menawarkan saham baru, sehingga dapat dijual dengan harga yang yang lebih mahal dari yang seharusnya. Di sisi lain, apabila perusahaan menawarkan saham baru, investor akan menafsirkan bahwa salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini sedang terlalu mahal (sesuai dengan persepsi pihak manajemen). Sebagai akibatnya para investor akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang lebih rendah. Hal tersebut akan menimbulkan cost of equity, dan akan menurunkan harga saham. Sesuai dengan teori ini, tidak ada target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri yaitu internal dan eksternal. Perusahaan lebih menyukai penggunaan dana dari modal internal yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada Pecking Order Theory adalah internal fund, debt (hutang) dan equity. 4. Struktur Modal a. Pengertian Struktur Modal Modal merupakan komponen yang penting bagi perusahaan. Menurut Riyanto (2010) terdapat dua jenis modal yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tentu. Modal sendiri terdiri dari modal saham, cadangan, dan laba ditahan. Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang harus http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 dibayarkan kembali. Modal asing terdiri dari utang jangka pendek, utang jangka menengah, dan utang jangka panjang. Menurut Brigham dan Houston (2011) pendanaan utang memiliki dua keunggulan penting, yaitu: 1. Bunga yang dibayarkan atas utang dapat digunakan untuk mengurangi pajak perusahaan (tax deductible), sementara dividen yang dibayarkan atas saham bukan pengurang pajak. 2. Pengembalian atas utang jumlahnya tetap, sehingga pemegang saham tidak ikut menerima laba perusahaan apabila perusahaan meraih keberhasilan atau keuntungan yang luar biasa. Namun, selain kelebihan yang telah disebutkan di atas, pendanaan utang juga memiliki kekurangan (Brigham dan Houston, 2011). Kekurangan tersebut antara lain: 1) Penggunaan utang dalam jumlah yang besar dapat meningkatkan risiko perusahaan, yang meningkatkan biaya dari utang maupun ekuitas. 2) Apabila perusahaan mengalami masa-masa yang buruk atau sulit, dan laba operasinya tidak dapat mencukupi untuk membayar utang dan beban bunganya, maka pemegang saham terpaksa harus menutupi kekurangan tersebut. Jika tidak, perusahaan tersebut akan bangkrut. Semakin banyak perusahaan memiliki utang, maka semakin tinggi pula peluang gagal bayar yang dimiliki oleh perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat membayar utangnya, maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan di mana perusahaan tersebut dapat dilikuidasi atau direoganisasi. Likuidasi berarti http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 bahwa aset perusahaan dijual dan hasilnya digunakan untuk membayar utang kepada kreditur, sementara reorganisasi berarti perusahaan dipertahankan agar tetap berjalan dan kreditur diberi kompensasi dengan sekuritas dalam perusahaan yang bersangkutan (Brealey et al, 2008). Namun, apabila pendanaan perusahan banyak menggunakan ekuitas atau saham, maka perusahaan tidak terikat pada kewajiban tetap untuk membayar bunga atas utang yang diperoleh untuk mendanai perusahaan. Perusahaan hanya berkewajiban untuk membayarkan deviden dari laba perusahaan. Besarnya pembagian deviden dilakukan setelah kewajiban berupa utang pokok dan bunganya telah dibayarkan. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung pada ketentuan perusahaan yang ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Masalah yang timbul dalam keputusan pendanaan atau permodalan perusahaan adalah menentukan struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Brealey et al (2008) mendefinisikan struktur modal sebagai bauran pendanaan utang jangka panjang dan ekuitas. Menurut Horne dan Wachowicz (2007) struktur modal merupakan bauran atau proporsi pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa. Menurut Riyanto (2010) struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Berdasarkan definisi yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah bauran atau proporsi pendanaan perusahaan yang berasal dari utang dan ekuitas. Penentuan mengenai struktur http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 modal perusahaan akan melibatkan pertukaran antara risiko dan pengembalian. Menggunakan utang dalam jumlah yang lebih besar akan meningkatkan risiko perusahaan yang ditanggung oleh pemegang saham. Akan tetapi, menggunakan utang yang lebih banyak pada umumnya akan meningkatkan perkiraan pengembalian atas ekuitas. Pendekatan teori agensi menjelaskan bahwa perusahaan memerlukan dana tambahan untuk mendukung seluruh kegiatan usahanya untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam rangka mencapai tujuan utama perusahaan. Namun, dalam usaha untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut seringkali terjadi persinggungan antar kepentingan individu atau kelompok yang menimbulkan konflik kepentingan atau masalah agensi lain. Dengan demikian, komposisi struktur modal harus mempertimbangkan hubungan antara perusahaan, kreditur maupun pemegang saham selaku pemilik perusahaan, sehingga tidak terjadi konflik atau masalah agensi antara ketiga pihak tersebut (Jensen & Meckling, 1976). Keputusan dalam pendanaan perusahaan tentunya membutuhkan pertimbangan dari perusahaan guna tercapainya keseimbangan yang optimal dalam menentukan struktur modal. Pemegang saham perusahaan tentunya menginginkan manajemen perusahaan memilih struktur modal yang optimal bagi perusahaannya. Struktur modal optimal adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal perusahaan dan memaksimalkan nilai perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2007). Dengan demikian, apabila struktur modal yang optimal dapat tercapai, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 diharapkan dapat memaksimalkan kemakmuran para pemilik dan pemegang saham, serta memaksimalkan nilai perusahaan. 5. Agresivitas Pajak Pengertian pajak agresif yang digunakan oleh Frank et al (2009) dalam Hidayanti (2013) yaitu suatu tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion. Tax evasion merupakan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pemungutan pajak sehingga berkurangnya penerimaan kas negara. Frank, Lunch dan Rego (2006) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai manajemen ke bawah dari kegiatan kena pajak penghasilan melalui perencanaan pajak. Mengelola pajak adalah bagian penting dari pekerjaan seorang manajer karena pajak merupakan biaya yang signifikan untuk perusahaan dan pemegang saham (Hadiyanti, 2013). Sari dan Martani (2010) juga menyatakan suatu agresivitas pelaporan pajak adalah situasi ketika perusahaan melakukan kebijakan pajak tertentu dan suatu hari terdapat kemungkinan tindakan pajak tersebut tidak akan diaudit atau dipermasalahkan dari sisi hukum, namun tindakan ini berisiko karena ketidakjelasan posisi akhir (apakah tindakan pajak tersebut dianggap melanggar atau tidak melanggar hukum yang berlaku). Tindakan pajak agresif mempunyai lima komponen pengukuran (Hidayanti, 2013), yaitu effective tax rate (ETR), cash effective rate (CETR), book-tax difference Manzon-Plesko (BTD_MP), book-tax difference Desai-Dharmapala http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 (BTD_DD) dan tax planning (TAXPLAN). Dalam penelitian ini proksi dari agresifitas pajak yang digunakan adalah effective tax rate (ETR). Effective tax rate digunakan karena diangap dapat mereflesikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank et al 2009). Sedangkan menurut Aunalal (2011) effetictive tax rate (ETR) dihitung atau dinilai berdasarkan pada informasi keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga effective tax rate (ETR) merupakan bentuk perhitunggan tarif pajak pada perusahaan. Effective tax rate (ETR) didefinisikan sebagai beban pajak penghasilan total dibagi dengan pendapatan sebelum pajak (PWC, 2011). Sedangkan Dittmer (2011) mendefinisikan effective tax rate (ETR) sebagai rasio pajak yang dibayar untuk keuntungan sebelum pajak untuk suatu periode tertentu. Effective tax rate (ETR) adalah tarif pajak yang terjadi dan dihitung dengan membandingkan beban pajak dengan laba akuntansi perusahaan. Tarif pajak efektif menunjukkan efektivitas manajemen pajak suatu perusahaan (Meilinda, 2013). Dari definisi tersebut effective tax rate (ETR) mempunyai tujuan untuk mengetahui jumlah persentase perubahan dalam membayar pajak yang sebenarnya terdahap laba komersial yang diperoleh. Fullerton (1983) mengklasifikasikan effective tax rate (ETR) sebagai berikut: 1. Average Effective Corporate Tax Rate: biaya pajak tahun berjalan dibagi dengan penghasilan perusahaan yang sebenarnya (laba sebelum pajak). 2. Average Affective Total Tax Rate: besaran biaya pajak perusahaan ditambah pajak properti ditambah bunga atas pajak pribadi dan deviden, dibagi dengan pendapatan total modal. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 3. Marginal Effective Corporate Tax Wedge: besaran tarif penghasilan riil sebelum pajak yang diharapkan atas penghasilan dari investasi marginal, dikurangi penghasilan riil perusahaan sebelum pajak. 4. Marginal Effective Corporate Tax Rate: pajak marginal efektif perusahaan dibagi penghasilan sebelum pajak (tax inclusive rate) atau dengan penghasilan setelah pajak (tax exclusive rate). 5. Marginal Effective Total Tax Wedge: penghasilan sebelum pajak yang diharapkan dalam marginal investasi dikurangi penghasilan setelah pajak sebagai penghematan atas penghasilan. 6. Marginal Effective Total Tax Rate: total pajak marginal efektif dibagi penghasilan sebelum pajak (tax inclusive rate) atau dengan penghematan pajak penghasilan (tax exclusive rate) yang dilakukan perusahaan. Menurut Fullerton (1983) average effective tax rate relatif mudah untuk dihitung dan berguna untuk mengukur pendapatan dari pemilik modal, pendapatan pemerintah, dan ukuran sektor publik. Sedangkan marginal effective rate lebih 15 spesifik digunakan untuk menyelidiki dampak yang terjadi atas kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan (Hanum, 2013). 6. Struktur Aset Brigham Houston (2011), menyatakan bahwa Struktur Aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen aset secara garis besar dalam komposisinya yaitu aset lancar dan aset tetap. Perusahaan yang struktur asetnya memiliki perbandingan aset tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 hutang jangka panjang lebih banyak karena aset tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang. Perusahaan memiliki proporsi aset berwujud yang lebih besar, penilaian assetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Struktur aktiva dalam perusahaan mempunyai pengaruh terhadap sumbersumber pembiayaan. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah ( Hartoyo et.al 2014). Aset yang dimiliki oleh perusahaan akan mampunyai pengaruh terhadap hubungannya dengan pihak lain. Aktiva merupakan salah satu jaminan yang bisa meyakinkan pihak lain untuk bisa memberikan pinjaman kepada perusahaan, sehingga perusahaan yang struktur asetnya lebih fleksibel akan lebih mudah memperoleh pinjaman. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap lebih banyak mampu untuk menerbitkan hutang lebih besar (Boot et al. 2001). 7. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan, dimana ada tiga alternatif proksi yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya ukuran perusahaan, yaitu melalui ukuran aset, penjualan bersih, dan kapitalisasi pasar (market capitalized). Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan besarnya total aset yang dapat mencerminkan ukuran perusahaan. Perusahaan dengan skala besar akan lebih mempunyai kemungkinan untuk memenangkan persaingan dalam bisnis, dimana perusahaan besar mempunyai pengendalian dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 tingkat daya saing yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga bisa digunakan dengan perlindungan terhadap resiko ekonomis. Ukuran perusahaan merupakan ukuran atas besarnya aset yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan besar umumnya mempunyai total aset yang besar pula. Perusahaan besar dapat lebih mudah untuk mengakses pasar modal dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Semakin besar ukuran perusahaan semakin mudah untuk mendapatkan modal eksternal dalam jumlah yang lebih besar, sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga menaikan nilai perusahaan. Dengan tersedianya dana tersebut maka memberi kemudahan perusahaan untuk melaksanakan peluang investasi. Hartoyo (2014) mengatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dapat digunakan sebagai proksi ketidakpastian terhadap keadaan perusahaan dimasa yang akan datang. Perusahaan besar dapat membiayai investasinya dengan mudah lewat pasar modal karena kecilnya informasi asimetri yang terjadi. Seftiani dan Handayani (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Penelitian lain menunjukan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal, Hadianto (2008). Hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan struktur modal adalah karena faktanya perusahaan besar memiliki kemampuan untuk mendanai kegiatannya melalui penerbitan saham dari pada harus mendanai kegaitan operasionalnya melalui utang, jadi, perusahaan besar menggunakan utang lebih sedikit pada struktur modalnya (Deloof and Overfelt, 2008). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Berdasarkan teori Trade-off ada pengaruh positif antara ukuran perusahaan dan debt ratio, karena perusahaan besar memilliki kemungkinak kecil mengalami kegagalan finansial, Karadeniz et al (2009). 8. Profitabilitas Model Tax-Based menunjukkan bahwa perusahaan yang profitabel akan meminjam uang lebih banyak karena mereka memiliki keinginan untuk melindungi pendapatan mereka dari pajak perusahaan (Huang dan Song, 2005). Sedangkan dalam teori Pecking Order menunjukan bahwa perusahaan akan menggunakan laba ditahannya terlebih dahulu untuk pendanaan operasionalnya dan lalu jika diperlukan akan menerbitkan surat hutang dan ekuitas baru lainnya. Dalam hal ini, perusahaan yang profitabel cenderung memiliki sedikit hutang. Profitabilitas menurut Sartono (2010) merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total asset maupun modal sendiri. Van Horne dan Wachowicz (2009), mengemukakan bahwa profitabilitas merupakan rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Macammacam rasio profitabilitas antara lain : a. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan menggunakan rasio margin laba kotor dan margin laba bersih. b. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi, menggunakan dua pengukuran yaitu ROI (Return On Investment) dan ROA (Return On Asset) ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari kekayaan atau aset yang digunakan. ROA penting bagi manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan. ROA juga penting untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aset perusahaan (Rosyadah dkk.,2013). 9. Kajian Riset Terdahulu Dalam penelitian Al-Fayoumi et al (2009) menunjukan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dan struktur modal karena perusahaan yang besar akan menggunakan utang lebih banyak dalam struktur modalnya alasannya karena perusahan besar memiliki varian pendapatan lebih rendah, membuat mereka mampu mentolerir rasio utang yang tinggi. Selain itu variabel seperti struktur aset, risiko operasional dan non debt tax shield tidak berpengaruh terhadap debt ratio. Dalam penelitian Alipour et al. (2014) menunjukan adanya hubungan positif antara effective tax rate dengan rasio hutang jangka pendek dan leverage, yang mendukung hipotesis yang ada pada teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller dan yang ada pada Trade-off Theory. Dalam teori Modigliani dan Miller (1963) mengemukakan bahwa penggunaan debt financing dalam perusahaan dimaksudkan untuk memanfaatkan keuntungan pajak dan untuk memaksimalkan nilai pasar perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Hartoyo et al. (2014) menunjukan bahwa variabel struktur aktiva memiliki hubungan yang negatif. Ketika stuktur aktiva http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 perusahaan mengalami peningkatan maka struktur modal akan mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap, maka akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen. Dengan kata lain, besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap dan aktiva lain yang sifatnya permanen. Sedangkan hasil ujinya antara ukuran perusahaan dan struktur modal menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan, karena semakin besar ukuran perusahaan atau aset yang dimiliki perusahaan maka semakin kecil struktur modalnya dalam hal ini utang perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang lebih besar akan menggunakan aset yang dimilikinya untuk aktivitas perusahaan sehingga penggunaan utang kecil. Karadeniz et al. (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “ Determinants of capital structure : evidence from Turkish lodging companies” menunjukan bahwa effective tax rate memiliki hubungan yang negatif terhadap debt ratio. Hasil penelitian lainnya yaitu antara profitabilitas yang diukur menggunakan ROA dan struktur modal (debt ratio) menunjukan adanya pengaruh negatif, dan hal ini sesuai dengan prediksi Pecking Order Theory. Hardiningsih dan Oktaviani (2012) yang meneliti determinan - determinan kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar tingkat rasio aktiva tetap terhadap total aktiva, maka semakin tinggi penggunaan utang, hubungan variabel ini sesuai dengan penjelasan teori keagenan bahwa perusahaan mempunyai jaminan hutang yang besar maka untuk menghindari penggunaan dana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 yang tidak sesuai tujuan, perusahaan menggunakan hutang dan melakukan pengawasan terhadap manajemen. Sogorb dan Mira (2005) dalam penelitannya yang berjudul “How SME Uniqueness Affects Capital Structure” mengamukakan adanya pengaruh negatif dari effective tax rate terhadap leverage. Perusahaan dengan dengan tingkat utang tinggi akan membayar lebih sedikit pajak. Tetapi mungkin, para manajer perusahaan menengah kebawah tidak mencoba untuk mengurangi komitmen fiskal mereka melalui utang, karena mereka menggunakan variabel lain seperti depresiasi, biaya penelitian dan pengembangan, pengurangan investasi dan lainnya untuk mencapai tujuan mereka. Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu Judul Variabel Penelitian Penelitian Independen Effective tax rates, non-debt tax rates shields, growth opportunities, assets structure, size, profitability Sogorb dan Mira (2004) Yang meneliti tentang pengaruh keunikan perusahaan kecilmenengah terhadap struktur modalnya Al-Fayoumi et al (2009) Ownership Insider Structure and ownership Corporate (INSID), Financing institutional ownership Dependen Long term debt ratio, short term debt ratio Debt ratio http://digilib.mercubuana.ac.id/ Keterangan Pajak berpengaruh negatif dengan utang. Struktur aktiva berkorelasi positif dengan tingkat hutang perusahaan. Growth opportunity berhubungan negatif dengan hutang jangka pendek. INSID dan Profitability berpengaruh negatif terhadap debt ratio. 29 Karadeniz et, al.(2009) yang meneliti tentang faktorfaktor yag mempengaruhi struktur modal pada perusahaan penginapan di Turki Hardiningsih Yang meneliti (2012) tentang deteminan kebijakan hutang Hartoyo et, al. (2014) Yang menganalisis tentang faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan (INSTIT), individual blockholders ownership (INDIV)and control variables : profitability, tangibility, size, risk, nondebt tax shield and growth. Growth Struktur opportunities, modal Share of fixed asset, effective tax rates, nondebt tax shields, firm size, profitability, free cash flows, commercial trade position, Free Cash Flow, Kebijakan Profitabilitas, hutang Growth, Struktur aktiva, Laba Ditahan dan Kebijakan Manajerial Profitabilitas, Struktur struktur aktiva, modal dan ukuran perusahaan. perusahaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ Sedangkan INSTIT, INDIV, size dan growth berpengaruh positif terhadap debt ratio. Tangibility, risk dan non dent tax shields tidak berpegaruh terhadap debt ratio. Effective tax rates, profitability dan share of fixed asset memiliki pengeruh negatif terhadap debt ratio. Non-debt tax shields, growth opportunity, free cash flows, commercial trade position, firm size tidak memiliki pengaruh terhadap debt ratio. Free cash flow dan keijakan manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap hutang, growth, profitabilitas dan laba ditahan mempunyai pengaruh negative terhadap hutang, serta struktur aktiva berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap 30 tekstil dan garmen di BEI Alipour et, al. (2015) Yang meneliti tentang faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaanperusahaan di Iran Effective tax rates, firm size, liquidity, financial flexibility, share price performance, assets structure, growth opportunities, risk, assets utilization ratio, state ownership Short term debt ratio, long term ratio dan total debt ratio struktur modal. sedangkan struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Firm size, financial flexibility, share price performance, sales growth, profitability berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Variabel effective tax rate berpengaruh positif terhadap short term debt ratio dan total debt ratio. Firm risk berpengaruh negatif terhadap long term debt ratio. sumber : jurnal dan literatur terkait B. Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran menjelaskan tentang permasalahan yang akan diteliti serta hubungan logis antar variabel-variabel dalam penelitian. Kerangka utama dalam penelitian ini adalah struktur modal debt financing sebagai variable independen dan effective tax rate, asset structure dan credit rating sebagai variabel dependen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Variabel Independen Agresifitas Pajak (X1) H1 H2 Struktur Aset (X2) H3 Ukuran Perusahaan (X3) Profitabilitas (X4) 1. Variabel Dependen Struktur Modal H4 Pengaruh Agresivitas Pajak Terhadap Struktur Modal Berdasarkan teori trade off, struktur modal yang optimal dapat ditentukan dengan menciptakan keseimbangan antara efek pajak, biaya agensi, biaya kebangkrutan dan sebagainya. Ini menegaskan bahwa struktur modal yang optimal dari suatu perusahaan dapat ditentukan oleh biaya agensi. Untuk mengurangi biaya agensi, struktur yang optimal dari kepemilikan (owner equity) dan utang harus ditentukan (Jensen dan Meckling, 1976). Modigliani dan Miller (1963) menyimpulkan bahwa perusahaan akan lebih memilih hutang sebagai sumber pendanaannya karena pengurangan pajak dari pembayaran bunga. Penelitian yang dilakukan oleh Alipour et al. (2014) menyatakan bahwa ada hubungan positif antara effective tax rate dengan rasio hutang jangka pendek dan leverage, yang mendukung hipotesis yang ada pada teori yang dikemukakan oleh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Modigliani dan Miller dan yang ada pada Trade-off Theory. Dalam teori Modigliani dan Miller (1963) mengemukakan bahwa penggunaan debt financing dalam perusahaan dimaksudkan untuk memanfaatkan keuntungan pajak dan untuk memaksimalkan nilai pasar perusahaan. 2. Pengaruh Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Struktur aset merupakan perbandingan antara aset tetap dan total aset yang dapat menentukan besarnya alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva. Menurut Weston dan Brigham struktur aset adalah perimbangan atau perbandingan antara aset tetap dan total aset. Booth et al. (2001) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai aset lebih banyak, mampu menerbitkan hutang yang lebih besar juga. Jensen et al. (1976) dalam Hardiningsih dan Oktaviani (2012) berpendapat bahwa kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor menggambarkan bahwa permasalahan overinvestment adalah lebih sedikit tingkat keseriusannya jika ada lebih banyak aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan. 3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Berdasarkan trade off theory rasio hutang memiliki hubungan positif dengan ukuran perusahaan, perusahaan besar cenderung memiliki banyak jenis usaha dan memiliki pendapatan lebih banyak, membuat perusahaan besar dapat mentolerir tingginya rasio hutang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Ukuran perusahaan merupakan ukuran atas besarnya aset yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan besar umumnya mempunyai total aset yang besar pula. Seftiani dan Handayani (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Alipour et al (2009) adanya pengaruh negatif antara ukuran perusahaan dan struktur modal. Sogorb dan Mira (2005) mengemukakan ukuran perusahaan bepengaruh positif dengan utang, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel ini menentukan hutang perusahaan tidak hanya untuk perusahaan besar tetapi juga di kalangan usaha kecil menengah. Perusahaan besar tampaknya mempekerjakan utang secara bebas dari masa jatuh temponya, mungkin karena mereka dapat melakukan tawar menawar yang lebih besar dengan kreditur. 4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan yang profitabel akan menggunakan laba ditahannya untuk keperluan pendanaan kegiatan operasionalnya dibandingkan dengan meminjam dari pihak luar. Hal ini sesuai dengan teori Pecking Order yang menyatakan bahwa perusahaan akan cenderung menggunakan sumber internal untuk pendanaan operasionalnya dibandingkan menggunakan sumber eksternal (Alipour et al, 2015). Sogorb dan Mira (2005) mengatakan ada pengaruh negatif antara profitabilitas dan struktur modal. Koefisien negatif pada profitabilitas menyiratkan bukti untuk Teori Pecking Order, di mana perusahaan-perusahaan yang lebih profitabel cenderung menggunakan lebih sedikit utang untuk kegiatan operasional mereka. Alipour et al (2015) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa profitabilitas http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian Hartoyo (2014) menunjukan bahwa profitabilitas tidak berpengeruh secara signifikan terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik akan meminjam uang lebih sedikit, tetapi akan menimbulka ketertarikan investor dalam menanamkan modalnya. Ketika perusahaan dalam posisi laba, maka akan banyak investor yang ingin menanamkan modalnya dalam perusahaan. C. HIPOTESIS 1. H1 : Agresivitas Pajak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. 2. H2 : Struktur Aset berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. 3. H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. 4. H4 : Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal http://digilib.mercubuana.ac.id/