BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan pada saat ini dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang. Salah satu
sarana investasi bagi masyarakat maupun perusahaan yaitu bursa efek. Sebelum
tahun 2007, terdapat dua bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan Bursa Efek Surabaya (BES). Agar aktivitas transaksi operasional semakin
efisien, pemerintah memutuskan untuk menggabungkan Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mulai
resmi beroperasi pada tanggal 1 Desember 2007 hingga sekarang. Dengan adanya
bursa efek, masyarakat dapat melakukan investasi untuk meningkatkan
kekayaannya dan perusahaan dapat memperoleh sumber pendanaan guna
menjamin kelangsungan usahanya.
Salah satu instrumen investasi yang ada di bursa efek adalah saham. Saham
merupakan surat berharga yang menjadi bukti kepemilikan seseorang atas suatu
perusahaan. Berdasarkan jumlah sub rekening efek di C-BEST yang dikutip oleh
Pusat Informasi (Pusatis), jumlah investor saham di pasar modal Indonesia hingga
Desember 2013 yaitu sebesar 408.045 investor. Jumlah tersebut meningkat
sebesar 2.176 investor dari bulan sebelumnya. Hal tersebut mencerminkan bahwa
minat investasi saham oleh masyarakat cenderung meningkat.
1
Dari sembilan sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia, salah satu sektor
yang memiliki prospek baik adalah sektor properti, real estate dan konstruksi
bangunan. Prospek perusahaan properti, real estate dan konstruksi bangunan
dapat digambarkan dari harga sahamnya. Berikut adalah perkembangan harga
saham sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan yang ditampilkan
dalam gambar 1.1 di bawah ini.
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Grafik Perkembangan Harga Saham Sektor
Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan
ASRI
BSDE
CTRA
LPKR
PWON
SMRA
2010
2011
2012
2013
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Harga Saham Sektor Properti, Real
Estate dan Konstruksi Bangunan Tahun 2010-2013
Berdasarkan gambar 1.1, harga saham pada sektor properti, real estate dan
konstruksi bangunan mengalami pergerakan yang fluktuatif. Harga saham Alam
Sutera Realty Tbk (ASRI), Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), Ciputra
Development Tbk (CTRA), Lippo Karawaci Tbk (LPKR) serta Summarecon
Agung (SMRA) mengalami kenaikan hingga tahun 2012 dan mengalami
penurunan pada tahun 2013. Sebaliknya, hanya Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang
2
mengalami penurunan harga saham hingga tahun 2012 dan baru mengalami
kenaikan pada tahun 2013.
Meskipun sebagian besar perusahaan mengalami penurunan harga saham
pada tahun 2013, sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan masih
memiliki prospek yang baik. Menurut Infovesta, sektor properti, real estate dan
konstruksi bangunan termasuk dalam empat sektor industri yang potensial dan
menarik bagi investor. Hal tersebut didukung dengan adanya program MP3EI
(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) dalam
jangka panjang. Selain itu, adanya aliran dana investasi langsung (direct
investment) dari lokal maupun asing yang cenderung meningkat pasca Pemilu
dapat mendorong kenaikan rata-rata harga jual lahan industri karena potensi
naiknya permintaan.
Selain menganalisis sektor yang dinilai potensial, investor juga perlu
melakukan analisis untuk menilai kinerja perusahaan emiten yang berguna bagi
pengambilan keputusan investasi. Salah satunya dengan melakukan analisis
fundamental, yaitu analisis untuk mengetahui nilai instrinsik perusahaan. Di
dalam analisis fundamental terdapat beberapa rasio, salah satunya adalah rasio
profitabilitas. Menurut Brigham & Houston (2010:149) rasio profitabilitas adalah
sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas,
manajemen aset, dan utang pada hasil operasi.
Menurut (Kasmir, 2008:199) ada empat indikator utama yang dapat
digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas, yaitu Profit Margin, Gross Profit
Margin (GPM), Return On Asset (ROA), dan Earning Per Share (EPS). Analisis
3
rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh Net Profit Margin (NPM),
Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS).
Penelitian tentang pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham telah
banyak dilakukan. Berdasarkan penelitian Wuryaningsih Dwi Lestari dan Devi
Erlina Sari (2013), menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA) dan Net Profit
Margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Indah Nurmalasari (2012), menunjukkan bahwa
Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan
serta memiliki hubungan positif terhadap harga saham. Sebaliknya, Net Profit
Margin (NPM) tidak memiliki pengaruh signifikan dan hubungan negatif terhadap
harga saham. Hasil penelitian berbeda juga dikemukakan oleh Noer Sasongko dan
Nila Wulandari (2006) yang menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS)
berpengaruh terhadap harga saham sedangkan Return On Asset (ROA) tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh para penulis terdahulu menunjukkan
hasil yang berbeda-beda sehingga penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali
pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Earning Per
Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan properti, real estate dan
konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.
4
Download