1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sosial kumulatif dengan ekonomi dan demokrasi politik di dalamnya Y3!lg saling terkait satu dengan lainnya. Upaya untuk membangun bangsa agar menjadi maju dan mandiri hanya clapat dicapai dengan kelja keras dalam mengupayakan akselerasi pembangunan dan pada saat yang bersamaan memeratakan hasil-hasilnya (Kartasasmita, 1996). Pembangunan ekonomi rakyat barns bertumpu pada nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Artinya, seluruh aktivitas ekonomi suatu bangsa atau masyarakat harus mencenninkan semangat keadilan bagi seluruh rakyatnya, sehingga tercapai kemakmuran yang merata (Tara, 2(01) Selanjutnya, pertumbuhan merupakan ukuran ulama keberbasilan pembangunan, dimana hasil pertumbuhan akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai di Japisan bawah baik dengan sendirinya atau campur tangan pemerintah. Visi pembangunan nasional berdasarkan GBHN 1999 adalah mewujudkan masyarakat yang damai. demokratis, beckeadilan. berdaya saing, maju dan sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan didukung oleh manusia yang mandiri. beriman, bertakwa, berakhlah mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan. menguasai IPTEK. memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Dengan demikian visi pembangunan ekonomi yang terkandung di dalamnya adalah memajukan kesejahteraan umum dan sumberdaya manusia secara demokratis dan berkeadilan (Mardiasmo. 2002). Kemudian misi pembangunan nasional adalah: (1) Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional. terutama pengusaha kecil dan menengah, dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi rakyat yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju. berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. (2) Perwujudan otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dan pemerataan pertumbuhan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2 (3) Perwujudan kesejahteraan rakya! yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar, yaitu pangan. sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan keIja. Lubis (1983) menyatakan bahwa pembangunan perikanan diarahkan untuk mencapai lima sasaran pokok yang harus diusahakan untuk dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama, yaitu: (1) Meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan melalui peningkatan pendapatan. (2) Meningkatkan produksi dan produktivitas usaba nelayan dan pembudidaya ikan sebagai sarana uotuk mencapai peningkatan pendapatan. (3) Meningkatkan konsumsi ikan. terutama di kalangan masyaraka! pedesaan dalam rangka perbaikan gizi makanan rakyat dan menunjang pemasaran hasil perikanan, melalui program masyarakat makan ikan.. (4) Meningkatkan peranan sektor perikanan sebagai penghasil devisa negara dari komoditi non-migas dengan jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor komoditi hasil perikanan. (5) Meningkatkan pengendaJian dan pengawasan kegiatan perikanan sebagai upaya uotuk dapat mengurangi sekecil mungkin kegiatan-kegiatan yang merugikan kepentingan sektor perikanan khususnya dan kepentingan bangsa dan negara pada umumnya. Bertitik tolak dari gambaran tersebut di atas, maka dalam era refonnasi ini paradigma pembangunan harus ditujukan untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir orang atau kelompok. Pembangunan harus dikembangkan dengan berbasiskan ekonomi rakyat, dimana ekonomi harus berdasarkan azas kekeluargaan, yaitu tidak boleh membiarkao produksi dan distribusi dikerjakan oleh kelompok-kelompok tertentu saja. loi berarti ekonomi rakyat yang berbasis kekeluargaan lebih mementingkan peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan bersama, bukan kemakmuran dan kesejahteraan orang-perorang (Mubyarto, 1999) 3 Sumberdaya perikanan merupakan aset negara yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kesejahteraan suatu bangsa. Sampai saat ini, kontribusi sumberdaya perikanan masih diukur dari sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), devisa negara dan penyerapan tonaga kelja. Dengan kala lain, kontribusi sumberdaya perikanan rnasih terbatas pada sisi input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan. Sebagai contoh, kontribusi perikanan Indonesia terhadap PDS masih bergerak sekitar angka 2 %, sementara sumbangannya terhadap devisa yakni US$ 3 miliar (Fauzi, 2001). Saragih (200 I) menyatakan bahwa kesempatan sektor perikanan untuk bertumbuh lebih cepat masih terbuka luas, baik dilihat dari sisi penawaran maupun dari sisi pennintaan. Dari sisi penawaran, diperkirakan potensi lestarj sumberdaya perikanan nasional sekitar 7.7 juta ton per tabun. sementara tingkat produksi yang tennanfaat 2.8 juta ton (36 %). Kemudian dari sisi permintaan. konsumsi hasil perikanan akan tetap meningkat, yakni pengeluaran untuk konsurnsi ikan segar sangat elastis. Hal ini berarti, meningkatnya pendapatan penduduk yang diperkirakan akan meningkatkan konsumsi hasil perikanan yang lebih besar dari persentase peningkatan pendapatan penduduk. Pembangunan sektor perikanan Indonesia di masa yang akan datang memiliki prospek yang cerah. Oleh karena itu, pembangunan perikanan hams ditangani lebih serius dan bahkan agribisnis berbasis perikanan hendaknya dijadikan salah satu agribisnis unggulan yang memperoleh keberpihakan kebijaksanaan secara nyata (Saragih, 2001). Selanjutnya, dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir melalui usaha pengembangan perikanan tangkap untuk mendayagunakan sumberdaya perikanan secara maksimal dan rasional, perlu adanya pendekatan terhadap jenis dan areal usaha perikanan tangkap tersebut. Potensi sumberdaya ikan di Propinsi Gorontalo berada di tiga perairan, yaitu Teluk Tomini, Laut Sulawesi dan ZEEI Laut Sulawesi. Tingkat pemanfaatan sumberdaya tangkap sampai dengan tahuo 2001, yaitu sekitar 21.20 % yang berasal dari perairan Teluk Tomioi dan Laut Sulawesi, sedangkan untuk perairan ZEEI Laut 4 Sulawesi khususnya potensi tuna dan cakalang yang dimanfaatkan sekitar 20 % (Muhammad, 2(02). Berdasarkan latar belakang tersebut di alaS, maka dianggap penting dilakukan penelitian tentang .. Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Selatan Gorontalo". Hal ini hanya dapat dicapai dengan melakukan perumusan terbadap kebijakan-kebijakan pada sub sektor perikanan tangkap, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan bagi perekonomian daerah Gorontalo pada khususnya dan pada umumnya perekonomian nasional. 1.2 Perumusan Masalah Pelaksanaan pembangunan nasional berdasarkan wawasan nusantara, yaitu pengelolaan sumberdaya ikan perlu dilakukan sebaik-baiknya berdasarkan keadilan dan pemerataan dalam pemanfaatannya dengan mengutamakan perluasan kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup bagi nelayan dan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan perikanan, serta terbinanya kelestarian sumberdaya ikan dan Iingkungannya (UU No. 31 Tahun 2004). Pemerintah Propinsi Gorontalo dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut pada era otonomi daerah, yaitu konsep tentang persepsi, pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut dan otonomi daerah. HaJ ini dimaksudkan agar diperoleh common platform dalam perumusan dan implementasi kebijakan pengelolaan surnberdaya pesisir dan Jaut supaya tetap berada pada alur visi pemerintah gorontalo. yaitu terwujudnya masyarakat Propinsi Gorontalo yang mandiri. berbudaya enterpreneur. bersandar pada moralitas agama daJam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo, jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan sebanyak 125 000 jiwa (14.79 %) dari total penduduk Propinsi Gorontalo. Dimana 98 200 jiwa berprofesi sebagai nelayan atau 30 100 Rumah Tangga Perikanan (RTP). 5 Struktur sosial-ekonomi RTP di Propinsi Gorontalo pada tahun 2002 masih berbentuk piramidal, hal ini dapat dilihat pada presentase penggunaan alat tangkap oleh masyarakat pesisir, yaitu 25 840 (85.85 %) RTP adalah nelayan tanpa perahu motor dengan alat tangkap sederhana, ,eperti jaring pantai dan 4 200 (13.95 %) RTP digolongkan kedalam nelayan tingkat menengah yang mampu memiliki perahu motor tempel dengan alat tangkap moderen, seperti pancing ulut, pancing rawai dan gill net serta 60 (0.20 %) RTP dengan mampu memiliki annada kapal motor. seperti pukat cindD. Nelayan di Propinsi Gorontalo rata-rata hanya memiliki kesempatan melaut sekitar 9 bulan dengan pendapatan rata-rata antara Rp 133 333 hingga Rp 200 000 , dimana hasil tangkapan langsung dijllal uotuk mencukupi kebutuhan setiap hari. Berbagai masalah khusus perikanan tangkap yang ditemukan di pantai selatan Gorontalo. antara lain: sumberdaya manusia rendah, armada penangkapan masih berukuran dibawah 30 GT, hasil tangkapan rendah, sarana dan prasarana pendukung sangat rendah dan adanya penangkapan yang tidak ramah lingkungan sehingga menyebabkan kerusakan habitat perairan. Untuk itu, perlu adanya dukungan kebijakan pengembangan perikanan tangkap dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir selatan Gorontalo. Rumusan permasalahan perikanan tangkap di pantai selatan Gorontalo (Gambar 1.1) Berdasarkan uraian tersebut di atas. maka pemecahan permasalahan dapat didekati dengan menjawab dua pertanyaan adalah sebagai berikut: (I) Apakah dengan kebijakan pengembangan perikanan tangkap dapat memberdayakan ekonomi masyarakat pesisir selatan Gorontalo yang optimal dan berkelanjutan ? (2) Bagaimanakah kebijakan pengembangan perikanan tangkap dapat menjamin ketersediaan sumberdaya ikan secara lestari dan berkesinambungan untuk dimanfaatkan dalam jangka panjang ? 6 KONDISI SAATINI Perikanan Tangkap: - Sumberdaya manusia rendah - Annada penangkapan masih berukuran dibawah 30 GT - HasH tangkapan rendah - Sarona dan prasarana pendnkung Sangat rendah - Adanya penangkapan yang tidak ramah lingirungan - Kerusakan habitat Kebijakan pengembangan perikanan tangkap lemah ~ Lemahnya pengawasan, pengendalian dan penegakan hukum dalam pengembangan perikanan tangkap I KONDISI MENDATANG I Masalah internal: jumlah penduduk, lapangan kerja dan peningkatan Pengembangan perikanan tangkap dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir produksi Masalah eksternal: pertumbuhan ekonomi, pemerataan. peningkatan PAD dan kelestarian sumberdaya perikanan IDukungan kebijakan pemerintah I ~ Target: Kesejahteraan masyarakat, penyerapan tenaga kerja. pendapatan asli daerah, penerimaan devisa negara dan kelestarian sumberdaya perikanan Gambar 1.1 Rumusan Masalah Penelitian 7 1.3 Tujuan Penelitian (1) MentuOO altematif kebijakan pengembangan periOOan tangkap dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat peslsir selatan Gorontalo. (2) Menentukan pola pengembartgan perikanan tangkajl yilllg dapat meningkatOO ptdduksi, keuntungan usaba, penyerllpan tenaga kelja, peningkatan pendapatan Il.!lIi daerab dan penerimaan devlsa n.gara dengan tetap nleri1~ethatiOO keiestarian sumberdaya perikanan. (3) Menertfukan prioritas strategi pongeltlbangan periOOan tlItigkaj! yartg berhubungan dengan usaba pe",ingka~ iOO di laut baik yang betskala keeH maupun besar. 1.4 Manraat Penelitian (1) MemberiOO Departemen masuOO kepada Pemerintah Daerah Propin,i Oororttalo dan Kelautan dan PetiOOan dalam menentuOO keblJakan, pengembartgan perikanan tangkap. (2) Penelitiah sebagai media "ntuk menemukart sesuatu yang baru atal1pi.tn ~erkembangan ilmu perigetlihuan, balk p~ttyempumaan pettgetahuan yang tetBh ada. (3) Dengan penelitian dapat mei1lbantU tnenjawah petsoalan-petstlatan yang dihadapi masyarakat pesisir, terutama yang berhubungan dengan pengembangan sektor usaha perikanan tangkap.