BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Februari sampai dengan Maret 2012 di Perusahaan Tambang Batubara PT Bukit Asam (PTBA), Tanjung Enim, Sumatera Selatan, serta di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 4.2 Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah kompas, GPS, pita meter, patok, phi band, haga hypsometer, tali rafia, timbangan, kantung plastik, kertas label, golok, oven, kamera digital, tally sheet, alat tulis, ring tanah, serta laptop yang dilengkapi dengan beberapa pelangkat lunak (software) untuk analisis data. Beberapa perangkat lunak yang digunakan yaitu Microsoft Office Excel 2007, Statistical Package for the Social Sciensis 16 (SPSS 16), serta Minitab 14. Bahan yang digunakan ialah tegakan pohon dan sampel-sampel tanah di areal reklamasi tambang batubara PTBA. 4.3 Metode pengambilan data Data yang digunakan dalam kegiatan penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari lapangan yang meliputi data tinggi total pohon, diameter pohon 1,3 m di atas tanah (DBH), berat basah dan berat kering tumbuhan bawah serta serasah pada setiap plot penelitian. Data sekunder berupa kondisi umum wilayah, data iklim (curah hujan, suhu, kelembaban), jenis tanah, vegetasi, peta lahan atau penyebaran petak, dan peta areal reklamasi PTBA. 4.4 Prosedur penelitian 4.4.1 Lokasi penelitian Areal yang digunakan untuk penelitian adalah areal pasca terbakar yang berada pada lokasi Kelawas Tengah Utara (KTU) yang ditanam pada tahun 2006 dan areal yang tidak terbakar yang berada pada lokasi Limoa yang ditanam pada tahun 1997. Areal pasca terbakar mengalami kebakaran pada periode Mei–Juni 17 tahun 2011. Walupun pada lokasi KTU pernah terjadi kebakaran, banyak tumbuhan bawah yang tumbuh pada lokasi tersebut. Hal ini disebabkan banyaknya cahaya yang masuk pada areal terbakar, sehingga memungkinkan banyaknya tumbuhan bawah yang tumbuh pada areal pasca terbakar. Secara umum, jenis yang banyak terdapat pada lokasi pasca terbakar adalah kayu putih dan acacia daun lebar (Acacia mangium). Selain itu, terdapat juga jenis keliat (Microcos tomentosa), sungkay (Peronema canescens), dan sengon. Pada lokasi yang tidak terbakar, jenis yang mendominasi adalah akasia daun kecil (Acacia auriculiformis). Selain itu, terdapat juga jenis keliat, gmelina, concong belut (Bridelia ovata), bungur (Lagerstroemia speciosa), dan sungkay. 4.4.2 Penentuan sampling plot penelitian Plot penelitian yang digunakan adalah plot bujur sangkar atau persegi panjang. Pada masing-masing areal (pasca kebakaran dan tidak terbakar) dibuat 5 plot dengan ukuran 20 x 20 m. Kemudian, di dalam plot-plot tersebut dibuat sub plot berukuran 2 x 2 m, 5 x 5 m, 10 x 10 m, dan 20 x 20 m (Gambar 4). c n=5 20 m b a a b c 20 m Gambar 4 Desain plot penelitian; a = ukuran 2 x 2 m, b = ukuran 5 x 5 m, c = ukuran 10 x 10 m, n = banyaknya plot 4.4.3 Pelaksanaan penelitian di lapangan Pelaksanaan penelitian di lapangan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pengukuran dimensi pohon Pohon di dalam plot diukur secara keseluruhan atau sensus baik pancang, tiang, dan pohon. Dimensi yang diukur adalah keliling pohon dengan 18 menggunakan pita meter (Gambar 5a) dan tinggi pohon yang diukur dengan menggunakan haga hypsometer (Gambar 5b). a b Gambar 5 Pengukuran pohon: (a) keliling pohon dan (b) tinggi pohon b. Pengambilan contoh tumbuhan bawah dan serasah Semua tumbuhan bawah dan serasah di atas permukaan tanah yang terletak di dalam sub plot ukuran 2 x 2 m diambil dan ditimbang berat basahnya (BB). Tumbuhan bawah meliputi semak belukar, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma. Serasah berupa daun dan ranting yang telah jatuh di atas permukaan tanah. c. Pengambilan contoh tanah Contoh tanah yang diambil menggunakan 2 (dua) metode yaitu: 1. Contoh tanah terusik (komposit). Cara ini dilakukan dengan menggunakan bor tanah sehingga menyebabkan perubahan/kerusakan pada bentuk alaminya, terutama ruang/pori tanah. Tiap petak diambil 5 (lima) contoh tanah kemudian dicampurkan dan diambil 200 g. Begitu juga dilakukan pada petak selanjutnya dengan cara yang sama. Contoh tanah terusik yang sudah diambil dikirim ke laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor untuk dianalisis sifat-sifat tanah berupa tekstur, pH, C-organik, Ca, Mg, K, dan KTK. 2. Contoh tanah tidak terusik (utuh). Cara ini dilakukan dengan menggunakan ring tanah yang dimasukkan ke dalam tanah, sehingga meminimumkan 19 perubahan/kerusakan pada bentuk alaminya terutama ruang/pori tanah. Tiap petak diambil 2 (dua) contoh ring tanah pada kedalaman 0–20 cm. Contoh tanah tidak terusik yang sudah diambil, kemudian dianalisis bobot isi tanahnya di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. d. Penurunan kadar air Penurunan kadar air dilakukan pada tumbuhan bawah dan serasah, serta pada contoh tanah tidak terusik. Penurunan kadar air pada tumbuhan bawah dan serasah dilakukan dengan cara mengeringkan bahan tersebut dalam oven pada suhu 80ºC selama 48 jam untuk memperoleh data berat kering (BK). Jika berat basah contoh yang akan dikeringkan kurang dari 200 g maka berat tersebut adalah berat basahnya. Jika berat basahnya lebih dari 200 g maka berat basah yang diambil adalah sebanyak 200 g. Pada contoh tanah tidak terusik, penurunan kadar air dilakukan dengan cara mengeringkan bahan tersebut dalam oven pada suhu 105ºC selama 24 jam. Cara kerja penetapan bobot isi menurut Sitorus et al (1980) yaitu contoh tanah utuh di lapangan diambil dengan menggunakan ring tanah. Kedua, contoh tanah ditimbang berikut ring tanahnya (X satuannya g). Ketiga, ring tanah yang kosong ditimbang (Y satuannya g). Keempat, menetapkan kadar air tanahnya (Z satuannya g) dan langkah kelima adalah menghitung bobot isi (bulk density) tanahnya. e. Pendugaan biomassa dan karbon Pendugaan biomassa dan karbon dilakukan hanya pada atas permukaan tanah. Data-data primer yang diperoleh di lapangan, dimasukkan ke dalam rumus persamaan biomassa, sehingga diperoleh besar biomassanya. Besar biomassa inilah yang nantinya akan diperoleh kandungan karbon tersimpan dengan menggunakan rumus pendugaan karbon. 4.4.4 Analisis data Data hasil pengukuran dianalisis menggunakan Microsoft Office Excel 2007 untuk perhitungan dan tabulasi, SPSS 16 untuk analisis korelasi antara diameter dan tinggi dengan karbon tersimpan, serta Minitab 14 untuk analisis regresi. Adapun data yang dianalisis menggunakan Microsoft Office Excel 2007 yaitu: 20 a. Komposisi jenis Menurut Soerianegara dan Indrawan (2002), kerapatan tegakan, frekuensi, dominansi dan INP dihitung dengan menggunakan rumus: Kerapatan suatu spesies (K) = J L Kerapatan relatif suatu spesies (KR) = Frekuensi suatu spesies (F) = K K x 100% J J Frekuensi relatif suatu spesies (FR) = Dominansi suatu spesies (D) = F x 100% F LBDS L Dominansi relatif suatu spesies (DR) = D D x 100% INP = KR + FR (pada tingkat pancang) INP = KR + FR + DR (pada tingkat tiang dan pohon) b. Pengukuran biomassa Pengukuran biomassa dilakukan pada pohon, tumbuhan bawah dan serasah. Biomassa pada pohon dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Biomassa = Volume pohon x WD Keterangan: WD = wood density (g/cm3) Volume Pohon = Volume batang pohon x angka bentuk 0,7 (cm3) Pada penelitian ini, nilai wood density menggunakan data yang didapatkan dari website (Tabel 1). Pada pengukuran biomassa tumbuhan bawah dan serasah, pengukuran diawali dengan menghitung kadar airnya. Menurut Lubis (2011), kadar air dihitung dengan menggunakan rumus: % KA = {(BBc - BKc)/BKc}× 100% Keterangan: KA = kadar air (%) BBc = berat basah contoh (g) BKc = berat kering contoh (g) Setelah mendapatkan kadar air, kemudian dihitung berat kering biomassa tumbuhan bawah dan serasahnya dengan rumus: BKT = BB/{1+(% KA/100)} 21 Keterangan: c. BKT = berat kering tanur/biomassa (g) BB = berat basah (g) KA = kadar air (%) Pendugaan Karbon Berdasarkan SNI No 7724 (2011), karbon diduga melalui biomassa yaitu dengan menggunakan rumus: Cb = B x % C organik Keterangan: Cb = kandungan karbon dari biomassa (kg) B = total biomassa (kg) % C organik = nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47 atau menggunakan nilai persen karbon yang diperoleh dari hasil pengukuran di laboratorium. Pada penelitian ini, nilai % C organik menggunakan nilai hasil penelitian sebelumnya (Lampiran 1). d. Pengukuran bobot isi dan bahan organik tanah Pada contoh tanah tidak terusik, yang dianalisis adalah bobot isi tanah. Menurut Sitorus et al. (1980), bobot isi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Bobot isi (BI) = Keterangan: / g/cm3 X = contoh tanah dengan tabung (g) Y = tabung kosong (g) Z = kadar air tanah (g) volume tanah dalam ring (Vt) = ¼πd2t (cm3) Menurut Lubis (2011), kandungan bahan organik tanah dapat dihitung dari C-organik dengan rumus: Bahan organik (%) = 1,74 × C-organik (%)