Makdar Anwar A. PROLOG Membicarakan kapan lahirnya Syi`ah

advertisement
SYIAH
Oleh: Makdar Anwar
A. PROLOG
Membicarakan kapan lahirnya Syi’ah seperti kita membaca ulang sejarah awal
datangnya Islam. Sebuat topik historis yang berusia setua peradaban Islam itu sendiri.
Sudah ratusan ulama, ilmuwan, dan sejarawan yang mencoba untuk menelaahnya, dan
mungkin sudah ribuan kitab, buku, tesis, hingga manuskrip ilmiah yang ditulis untuk
mencoba mengkaji tentang Syiah dari barbagai perspektif, namum topik tentang Syiah
tetap saja menjadi issu menarik tak hanya bagi pemerhati agama, namun juga bagi
sejarawan, ulama, kaum intelektual, bahkan hingga musuh – musuh Islam beserta antekanteknya yang berusaha mengeksterminasi peran historis Islam dalam pentas peradaban
dunia melalui topik-topik sensitif (kesesatan) Syiah.
Jika kita mecoba untuk menelaah tentang Syiah, maka kita akan menemukan
sejumlah tema yang menjadi diskursus tentang sejarah awal munculnya Syiah,
pemikiran – pemikiran Syiah (kepemimpinan dalam Islam, Fiqih, Politik, dan Sosial),
dan sepak terjang mereka dalam menjalankan aqidah mereka.
Istilah Syi'ah berasal dari kata Bahasa Arab
‫ﺷﻴﻌﺔ‬
Syī`ah. Bentuk tunggal dari
kata ini adalah Syī`ī ‫ﺷﻴﻌﻲ‬. "Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah
`Ali
‫ﺷﻴﻌﺔ ﻋﻠﻲ‬
artinya "pengikut Ali", yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat
khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali, kamu dan
pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung" (ya Ali anta wa syi'atuka
humulfaaizun).
Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut
seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara.
Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali
bin Abi Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang
kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. Seiring
1
dengan bergulirnya waktu dalam sejarahnya, Syiah mengalami beberapa pergeseran
(perpecahan).
B. LATAR BELAKANG SEJARAH
Dengan tidak menentukan siapa yang akan menjadi penerusnya dalam
memimpin umat dan negara sebelum Rasulullah SAW kembali ke rahmatullah, dan
tidak pula mangajarkan bagaimana cara pemilihan khalifah yang akan menggantikan
posisinya dalam memimpin umat adalah awal dari semua permasalahan yang
mengakibatkan timbulnya perselisihan di antara umat Islam yang berujung pada
perpecahan dan memicu munculnya golongan – golongan dalam islam.
Setelah Rasulullah dimakamkan, orang – orang Anshar berkumpul di Saqifah
Bani Sa’idah. Mereka berpendapat bahwa khilafah (pemimpin umat dan negara) setelah
Rasul haruslah dipegang oleh salah seorang dari kaum Anshar, yaitu Sa’ad ibn Ubadah.
Maka bergegaslah orang – orang Anshar membawa Sa’ad ke sebuah majelis. Sa’ad
kemudian berkhutbah dihadapan orang – orang Anshar tentang keutamaan – keutamaan
dari orang – orang Anshar.
Umar bin Khattab setelah mengetahui bahwa orang – orang Anshar sedang
bermusyawarah untuk memilih seorang khallifah maka bergegaslah Umar mendatangi
Abu Bakar dan menyapaikan berita tersebut sekaligus mengajak Abu Bakar untuk
mendatangi majelis itu. Di dalam perjalanan, mereka bertemu dengan Abu Ubaidah ibn
Jarrah dan mengajaknya ke tempat musyawarah. Sesampainya di tempat musyawarah,
Abu Bakar langsung berpidato di hadapan orang – orang Anshar tentang keutamaan –
keutamaan orang – orang Anshar sambil menerangkan keistimewaan – keistimewaan
orang – orang Muhajirin. Kaum Muhajirin adalah orang – orang yang lebih dahulu
memluk Islam, mengalami banyak kepahitan, kesengsaraan, yang paling dekat dengan
Rasulullah, dan yang paling tinggi derajatnya karena Allah mendahulukan sebutan
Muhajirin atas Anshar dalam firman-Nya. Maka orang yang lebih pantas untuk menjadi
khalifah adalah dari kaum Muhajirin. Dengan demikian, terjadilah pedebatan yang
cukup sengit dan menjadi pecahlah umat Islam ke dalam dua kubu yang kemudian
sepakat untuk membai’at Abu Bakar sebagai khalifah dan umat Islam pun kembali
bersatu.
2
Ali bin Abi Thalib yang tidak hadir pada saat itu karena sibuk mengurusi
pemakaman Rasulullah SAW merasa tidak puas dengan hasil musyawarah. Enam bulan
lamanya Ali tidak mau untuk membai’at Abu Bakar. Dari sinilah muncul pendapat
ketiga yang mengatakan bahwa khalifah harus dipegang oleh keluarga Nabi. Ali adalah
anak dari paman Rasul dan suami dari anaknya Fatimah sekaligus ayah dari cucunya
Hasan dan Husen, orang pertama yang memeluk Islam dari golongan pemuda (masuk
golongan assabiqunal awwalun), paling dekat dengan Rasul, paling keras jihadnya, dan
paling banyak ilmunya.
Kalau orang Muhajirin ber-hujjah bahwa mereka yang lebih dekat (akrab)
dengan Rasul untuk mematahkan orang Anshar dalam menjadi khalifah, maka
sesungguhnya hujjah ini lebih pantas digunakan Ali. Ali bertanya: “dengan alasan apa
orang Quraisy (Muhajirin) mematahkan hujjah orang Anshar?”, orang menjawab:
“dengan alasan mereka adalah kerabat Rasul”, Ali berkata: “mereka ber-hujjah dengan
pohon tetapi mereka menyia-nyiakan buahnya”. Pernyataan Ali ini menggambarkan
suasana hatinya yang tidak puas dengan hasil musyawarah. Dari perselisihan yang
terjadi itulah muncul golongan yang mendukung hasil musyawarah dan ada juga yang
tidak mendukung hasil musyawarah atau orang mendukung Ali. Orang – orang yang
mendukung Ali disebut dengan nama Syiah.
Walaupun telah tumbuh sesaat setelah Rasul wafat, tetapi golongan ini tidak
menampakkan diri mereka sebagai suatu golongan yang menentang Khalifah, sampai
pada masa kepemimpinan Usman ibn Affan, yaitu jetika Abdulah ibn Saba’
mengemukakan pahamnya dengan cara menjelek – jelekkan Usman dan memuji – muji
Ali. Abdullah ibn Saba’ mengatakan bahwah “tiap – tiap nash ada washi-nya. Washi
Muhammad adalah Ali, dan Muhammad adalah khatamul anbiya, maka alangkah
dhalimnya orang yang melanggar hak washi Muhammad, karenanya bangkitlah wahai
masyarakat, kritiklah para amir dan tegakkanlah amar ma’ruf nahi munkar. Abdullah
ibn Saba’ adalah seorang Yahudi dari bangsa San’a dan baru masuk Islam pada masa
khalifah Usman.
Dalil – dalil yang digunakan
a. Hadits yang mereka riwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:
.‫ﱄ ﻫﺬا اﻷﻣﺮ ِﻣ ْﻦ ﺑﻌﺪي ﻓﻠﻢ ﻳﺒﺎﻳ ْﻌﻪُ َﻋﻠَﻰ ذاﻟﻚ إﻻّ َﻋﻠِ ﱞﻲ‬
ّ ‫َﻣ ْﻦ ﻳﺒﺎﻳﻌﲎ َﻋﻠَﻰ روﺣﻪ وﻫﻮ وﺻ ّﻲ وو‬
3
“barang siapa yang membai’at aku terhadap ruhnya maka dialah washiku dan
pemimpin urusan ini sesudahku. Maka tak ada yang membai’atkannya
sedemikian selain dari Ali”.
b. Hadits yang menerangkan bahwa dikala Nabi kembali dari haji wada’, Nabi
menerima ayat:
“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan dari Tuhanmu kepadamu.
Dan jika engkau tidak lakukan, maka engkau tidak menyampaikan risalahNya”(Q.S. Al-Maidah: 67).
Maka Nabi mengumpulkan para sahabat di Khadir Ham (nama sebuah tempat)
yang jaraknya 82 mil dari Makkah dan bersabda:
“Barang siapa yang aku menjadi pemimpinnya, maka Ali pemimpinnya. Wahai
Tuhanku bantulah orang – orang yang membantu Ali dan musuhiah orang –
orang yang memusuhi Ali, dan tolonglah orang – orang yang menolongnya dan
hinakanlah orang – orang yang menghinanya. Dan putarkanlah kebenaran ke
mana Ali berputar. Ketahuilah, apakah aku telah sampaikan? Tiga kali Nabi
ucapkan itu.”
c. Hadits Nabi yang berbunyi:
‫أﻗْﻀَﺎ ُﻛ ْﻢ َﻋﻠِ ﱞﻲ‬
“Ali adalah orang yang paling dapat memutuskan perkara (menjadi khalifah) di
antara kamu”
Seiring berjalannya waktu, Syiah punn tak lepas dari yang namanya perpecahan,
perpecahan itu sendiri diakibatkan oleh perbedaan pendapat mengenai imam – imam
yang akan memimpin umat Islam. Syiah perpecah menjadi beberapa golongan, namun
yang masih ada sampai sekarang hanya tiga golongan saja., yaitu Imamiyah, Ismaliyah,
dan Zaidiyah.
a. Imamiyah
Syiah Imamiyah adalah golongan yang memilik pengikut terbanyak, mereka
menyakini bahwa ada dua belas imam yang akan memimpin mereka dann yang
pertama adalah imam Ali ibn Abi Thalib dan yang terakhir adalah Imam Mahdi Al
Muntazhar, maka dari itu Syiah Imamiyah biasa disebut juga dengan Syiah Itsna
Asyara (dua belas).
4
b. Ismaliyah
Syiah Ismaliyah adalah golongan dengan pengikut terbesar kedua setelah
Imamiyah. Kata Ismaliyah senditri diambil dari nama Imam mereka Ismail ibn
Jafar. Syiah Ismaliyah juga biasa disebut dengan nama Syiah Tujuh Imam, karena
mereka meyakini bahwa hanya ada tujuh imam yang akan menjadi Imam.
c. Zaidiyah
Syiah Zaidiyah adalah madzhab ketiga dalam Syiah yang masih berkembang sampai
sekarang, nama Zaidiyah sendiri diambil dari imam mereka Zaid ibn Ali. Syiah
Zaidiyah hanya mempunyai lima imam yang mereka yakini sebagai Imam. Maka
dari itu mereka biasa disebut juga dengan Syiah Lima Imam.
C. PEMIKIRAN – PEMIKIRAN
A. Rukun Iman Dan Rukun Islam
Syi’ah hanya memiliki 5 rukun Iman dan 5 rukun islam.
Rukun Iman Syiah:
1) Tauhid (keesaan Allah)
2) Al-‘Adl (Keadilan Allah)
3) Nubuwwah (Kenabian)
4) Imamah (kepemimpinan Imam)
5) Ma’ad (Hari kebangkitan dan pembalasan)
Rukun Islam Syiah:
1) Shalat
2) Zakat
3) Puasa
4) Haji
5) Wilayah (Perwalian)
B. Konsep Imamah dan Khilafah
1) Ishmah
Ishmah adalah suatu konsep yang menerengkan bahwa seorang Kepala Negara
(khalifah) adalah orang yang ma’sum. Ma’sum adalah orang yang bebas dari dosa
5
karena tidak melakukan suatu maksiat, baik kecil maupun besar, karena mereka
menerima wahyu.
2) Raj’ah
Raj’ah ialah suatu konsep yang merengkan bahwa imam akan bangkit kembali
sesudah kematiannya untuk membawa kemaslahatan untuk umat. Orang pertama yang
menerangkan tentap konsep raj’ah ini adalah Abdullah ibn Saba’, dia mengatakan
bahwa Rasullah SAW dan Ali ibn Abi Thalib akan dibangkitkan kembali untuk
membawa kemaslahatan untuk umat manusia.
3) Mahdiyah
Mahdiyah adalah suatu konsep yang menyakini bahwa kelak akan lahir seorang
imam yang dinamakan Al-Mahdi yang akan membawa keadilan dan memusnahkan
kezaliman. Imam pertama yang mereka gelarkan dengan Al-Mahdi ialah Muhammad
ibn Hanafiyah. Mukhtar Ats Tsaqafi menyeru kepada umat Islam untuk mengakui
keimaman Muhammad ibn Hanafiyah dan menamakannya Al Mahdi.
4) Taqiyah
Taqiyah adalah menampakkan sesuatu yang berlainan dengan apa yang tersirat
di dalam dada untuk memelihara diri dari kezaliman, baik terhadap jiwa maupun
terhadap kehormatan. Taqiyah adalah suatu ketetapan yang merupakan pokok dasar
dalam ajaran Syiah. Oleh karena itu, apabila seorang imam (yang diyakini oleh Syiah)
hendak menentang punguasa maka dia pun membuat suatu rencana rahasia yang hanya
diketahui oleh kawan – kawan dekatnya saja. Mereka diharuskan melaksanakan
rencana itu dengan berpura – pura patuh kepada penguasa.
C. Fiqih
1) Menolak Ijma’ dan Qiyas
Ijma’ adalah penetepan suatu hukum berdasarkan kesepakan jumhur ulama,
sedangkan Qiyas adalah penetapan suatu hukum dengan cara membandingkannya
dengan hukum (yang sama) yang telah ditetapkan dalam syariat.
Orang Syiah menolak ijma’ karena ijma’ adalah pendapat orang lain (bukan dari
golongan syiah), sedangkan untuk qiyas mereka berpendapat bahwa menggunakan
qiyas berarti menetapkan suatu hukum berdasarkan pendapat akal.
2) Menghalalkan Nikah Mut’ah
6
Nikah Mut’ah adalah nikah dengan batas waktu tertentu yang disepakati oleh
pihak perempuan. Nikah ini tanpa wali dan saksi, asalkan wanita itu menerima dan
diberi upah, dan tidak membedakan agama. Syiah memandang bahwa nikah mut’ah
adalah suatu ibadah.
D. EPILOG
Sedikit telah dijelaskan di atas mengenai sejarah munculnya Syiah, itu hanyalah
pemaparan secara singkat dan (mungkin) tidak sempurna. Membicarakan sejarah
munculnya Syiah memang memerlukan sebuah pengkajian yang panjang, karena sangat
banyak referensi yang membicarakan tentang Syiah dan kesemuanya itu (hampir) tidak
sama antara satu dengan yang lainnya.
Dari sedikit pemaparan di atas, telah jelaslah bahwa Syiah muncul sesaat setalah
Rasulullah SAW wafat, tepatnya pada waktu musyawarah yang diadakan kaum Anshar
untuk memilih khalifah yang akan menggantikan posisi Rasul sebagai kepala Negara.
Akan tetapi baru dikenal pada masa khalifah Usman ibn Affan.
Syiah sendiri tak lepas dari yang namanya perbedaan, akibatnya di dalam tubuh
Syiah sendiri terdapat beberapa paham yang dianut, dari paham – paham itulah muncul
golongan – golongan sendiri dalam tubuh Syiah.
Syiah banyak mendapat tantangan dari umat Islam itu sendiri karena memiliki
pandangan – pandangan yang berbeda dari pandangan umat Islam pada umumnya.
Mulai dari Rukun Iman dan Rukun Islam yang berbada, masalah Imamah atau khilafah,
Fiqih dan Ushul Fiqih dan masih banyak lagi.
Dari perbedaan pandangan yang dilakukan oleh Syiah inilah yang menyebabkan
kebanyakan dari orang menjastis bahwa Syiah adalah suatu golongan yang sesat.
Referensi:
T. M. Hasbi Ash Shiddiqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, Semarang,
Pustaka Rizki: 2009.
Syiah, www.wikipedia.com
Nik Syakirah Nik Aziz, Syiah, www.id.scribd.com
Taufik Irawan, Sejarah Munculnya Aliran Syiah, www.taufikirawan.blogspot.com
7
Download