PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA US DOLLAR TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2013 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Disusun oleh: ANISYA NURUL PRAMITHA SARI B12.2011.01976 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2015 PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA US DOLLAR TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2013 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Disusun oleh: ANISYA NURUL PRAMITHA SARI B12.2011.01976 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2015 i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Anisya Nurul Pramitha Sari NIM : B12.2011.01976 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Akuntansi - S1 Judul Skripsi : PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA US DOLLAR TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2013 Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, manipulasi dan / atau pemalsuan data maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Semarang, 31 Maret 2015 (Anisya Nurul Pramitha Sari) ii PENGESAHAN SKRIPSI Nama : Anisya Nurul Pramitha Sari NIM : B12.2011.01976 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Akuntansi - S1 Judul Skripsi : PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA US DOLLAR TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2013 Dosen Pembimbing : Dr St. Dwiarso Utomo, SE, M.Kom, Akt, CA Semarang, 31 Maret 2015 Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Dr. Agus Prayitno, MM) Dosen Pembimbing (Dr St. Dwiarso Utomo, SE, M.Kom, Akt, CA) iii PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI Nama : Anisya Nurul Pramitha Sari NIM : B12.2011.01976 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Akuntansi - S1 Judul Skripsi : PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA US DOLLAR TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2013 Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal Maret 2015 Tim Penguji : 1. Dr St. Dwiarso Utomo, SE, M.Kom, Akt, CA (…………………...) 2. Yulita Setiawanta,SE,M.Si,Ak,CA (…………………...) 3. Juli Ratnawati, SE, M.Si (…………………...) iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto : Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang (Q.S. Al-Maidah Ayat: 56) Berdirilah kamu, maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. AlMujaadilah Ayat: 11) Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik (Evelyn Underhill) Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas Alva Edison) Skripsi ini ku persembahkan untuk : Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan berkah yang luar biasa. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, doa yang tulus serta kasih sayangnya. Almamaterku. v ABSTRAKSI Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan nilai tukar rupiah pada US Dollar terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2013. Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2013. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih dengan metode purposive sampling. Jenis data adalah data dokumenter. Sumber data menggunakan data sekunder. Metode pengumpulan data adalah teknik dokumentasi. Metode analisis menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis regresi berganda, uji kualitas data, dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan negatif terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Nilai tukar rupiah pada US dollar tidak berpengaruh parsial secara signifikan terhadap indeks harga saham gabungan IHSG dengan arah hubungan negatif. Kata Kunci : tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai tukar rupiah pada US dollar, indeks harga saham gabungan (IHSG) vi ABSTRACT To know the influence of inflation, interest rates on certificates of Indonesia bank, and exchange rate rupiahs in US Dollar toward stock price of index manufacturing companies listed in Jakarta Composite Exchange during 2010-2013 period. The populations are all manufacturing companies go public listed in Jakarta Composite Exchange period 2010-2013. Samples are manufacturing companies listed in Jakarta Composite Exchange selected by purposive sampling method. This data type is documentary. Source data using secondary data. Data collection method is documentation techniques. Analysis methods using descriptive statistical analysis, multiple regression analysis, data quality test, and coefficient of determination. The results there is the influence of inflation is positive significant toward Jakarta Composite Exchange during 2010-2013 period, interest rates of Indonesia Bank is negative significant toward Jakarta Composite Exchange during 2010-2013 period, and there is not the influence of exchange rate rupiahs in US Dollar toward Jakarta Composite Exchange during 2010-2013 period. Keywords : inflation, interest rates on certificates of Indonesia Bank, exchange rate rupiahs in the US dollar, jakarta composite exchange vii KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah hidayah serta kasih sayang-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA US DOLLAR TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2013”, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki dan dalam penyelesaian skripsi penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka segala macam hambatan dapat teratasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Bapak Dr St. Dwiarso Utomo, SE, M.Kom, Akt, CA selaku Wakil Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang sekaligus Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya dengan penuh sabar untuk memberikan bimbingan, ilmu, motivasi serta mengarahkan kepada penulis dalam pembuatan viii dan penulisan skripsi, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Bapak Dr. Agus Prayitno, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Bapak Yulita Setiawanta, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang sekaligus Dosen Penguji yang telah memberikan masukan penting kepada penulis demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 5. Ibu Juli Ratnawati, SE, M.Si selaku Dosen Wali Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro sekaligus Dosen Penguji yang telah memberikan masukan penting kepada penulis demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama studi. 7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya, memberikan segenap doa, kasih sayang yang tulus, dukungan materi serta semangat kepada penulis selama studi dan penyusunan skripsi untuk keberhasilan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 8. Adikku tercinta M. Fahmi Wicaksono terimakasih telah menjadi bagian motivator yang luar biasa, memberikan perhatian serta semangat selama penulisan skripsi ini. 9. Kekasihku Fendi Priyanto S.T yang senantiasa memberikan motivasi, kasih sayang, dukungan, semangat dan masukan-masukan selama penulisan skripsi ini. ix 10. Sahabat Rempong yaitu Ridha, Fitri, Kurnia, Niko, Novan, Erik terimakasih untuk kehangatan dan kebersamaan kalian selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 11. Sahabat Uye yaitu Ninis, Ruth, Marcel, Mifta, Alfian, Fadil, Pras, Dhoni, Wildan, Flodi, Yuda terimakasih untuk kehangatan dan kebersamaan kalian selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 12. Rekan-rekan Mahasiswa angkatan tahun 2011 Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro. 13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki, sehingga skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak agar kelak di kemudian hari penulis dapat menghasilkan karya yang lebih baik dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis, tetapi juga bermanfaat bagi pihak–pihak lain yang berkepentingan. Semarang, Maret 2015 Anisya Nurul Pramitha Sari x DAFTAR ISI Halaman Judul ........................................................................................................................... i Pernyataan Keaslian Skripsi ....................................................................................... ii Pengesahan Skripsi .................................................................................................... iii Pengesahan Kelulusan Ujian ...................................................................................... iv Motto dan Persembahan ............................................................................................. v Abstraksi .................................................................................................................... vi Abstract ...................................................................................................................... vii Kata Pengantar ........................................................................................................... viii Daftar Isi..................................................................................................................... xi Daftar Tabel ............................................................................................................... xv Daftar Gambar ............................................................................................................ xvi Daftar Lampiran ......................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 8 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 9 1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 10 1.5 Sistematika Penelitian .......................................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 14 2.1 Landasan Teori ................................................................................... 14 2.1.1 Teori Pasar Modal ..................................................................... 15 xi 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal ................................................. 14 2.1.1.2 Manfaat dan Partisipan Pasar Modal ............................. 15 2.1.2 Teori Makro Ekonomi.............................................................. 16 2.1.2.1 Pengertian Makro Ekonomi .......................................... 16 2.1.2.2 Kebijakan Makro Ekonomi ........................................... 17 2.1.3 Go Public .................................................................................. 17 2.1.3.1Pengertian Go Public ..................................................... 17 2.1.3.2Manfaat Go Public ......................................................... 18 2.1.4 Teori Keynes ............................................................................ 18 2.1.5 Tingkat Inflasi ........................................................................... 19 2.1.5.1 Pengertian Tingkat Inflasi ............................................ 19 2.1.5.2 Penyebab Tingkat Inflasi ............................................. 21 2.1.5.3 Mencegah Tingkat Inflasi ............................................ 22 2.1.6 Teori Klasikal ............................................................................ 23 2.1.7 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ..................................... 23 2.1.7.1 Pengertian Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ....... 23 2.1.7.1 Fungsi Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ............. 24 2.1.8 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar .......................................... 25 2.1.8.1 Pengertian Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar ............ 25 2.1.8.2 Fungsi Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar................... 26 2.1.9 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ................................... 26 2.1.9.1 Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan ................... 26 2.1.9.2 Fungsi Indeks Harga Saham Gabungan ......................... 27 2.2. Penelitian Terdahulu........................................................................... 28 xii 2.3 Kerangka Konseptual ......................................................................... 30 2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 31 2.4.1 Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga SahamGabungan (IHSG) .......................................................... 2.4.2 Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank 31 Indonesia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ................... 32 2.4.3 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ................................... 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 34 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................... 34 3.1.1 Variabel Penelitian .................................................................. 34 3.1.1.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .................. 34 3.1.1.2 Tingkat Inflasi .......................................................... 34 3.1.1.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia..................... 34 3.1.1.4 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar ........................ 35 3.1.2 Definisi Operasional Variabel ................................................ 35 3.1.2.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .................. 35 3.1.2.2 Tingkat Inflasi (X1) .................................................. 36 3.1.2.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (X2) ............ 36 3.1.2.5 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar (X3)................. 37 3.2 Populasi dan Sampel .......................................................................... 37 3.1.1 Populasi ..................................................................................... 37 3.1.2 Sampel ....................................................................................... 38 3.3 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 39 xiii 3.3.1 Jenis Data .................................................................................. 39 3.3.2 Jenis Data Menurut Sifatnya ..................................................... 39 3.3.2 Sumber Data .............................................................................. 40 3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 41 3.5 Metode Analisis .................................................................................. 42 3.5.1 Statistik Deskriptif .................................................................... 42 3.5.2 Analisis Regresi Berganda ........................................................ 42 3.5.3 Uji Kualitas Data ....................................................................... 44 3.5.3.1 Uji Asumsi Klasik .......................................................... 44 3.5.3.1.1 Uji Normalitas ................................................. 44 3.5.3.1.2 Uji Multikolonieritas ....................................... 45 3.5.3.1.3 Uji Autokorelasi .............................................. 46 3.5.3.1.4 Uji Heteroskedastisitas .................................... 47 3.5.4 Uji Hipotesis .............................................................................. 48 3.5.4.1 Uji F (Uji Model) ........................................................... 48 3.5.4.2 Pengujian secara parsial (Uji Statistik t) ........................ 48 3.5.5 Koefisien Determinasi (R2)........................................................ 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................ 50 4.1 Hasil Penelitian................................................................................... 50 4.1.1 Statistik Deskriptif .................................................................... 50 4.1.2 Analisis Regresi Berganda ........................................................ 52 4.2 Analisis Data ...................................................................................... 53 4.2.1 Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 53 4.2.1.1 Uji Normalitas ............................................................... 54 xiv 4.2.1.2 Uji Multikolinearitas ..................................................... 55 4.2.1.3 Uji Autokorelasi ............................................................ 56 4.2.1.4 Uji Heteroskedastisitas .................................................. 61 4.2.2 Uji Regresi ................................................................................. 62 4.2.2.1 Uji F (Uji Model)........................................................... 62 4.2.2.2 Uji t (Uji Hipotesis) ....................................................... 62 4.2.2.2.1 Variabel tingkat inflasi ................................. 64 4.2.2.2.2 Variabel suku bunga SBI .............................. 64 4.2.2.2.3 Variabel nilai tukar rupiah pada US Dollar ............................................................ 65 4.2.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2).......................................... 65 4.2 Pembahasan ........................................................................................ 66 4.2.1 Variabel Tingkat Inflasi ............................................................ 67 4.2.2 Variabel Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ............. 68 4.2.3 Variabel Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar ............................ 70 BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 72 5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 72 5.2 Saran ................................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 74 xv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.2.1 : Penelitian Terdahulu .............................................................. Tabel 3.5.3.1.3 : Pengambilan Keputusan Ada atau 28 Tidaknya Autokorelasi ........................................................................... 47 Tabel 4.1.1 : Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel ................................. 50 Tabel 4.1.2 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ................................. 52 Tabel 4.2.1.1 : Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov............................................. 54 Tabel 4.2.1.2 : Hasil Uji Multikolinearitas..................................................... 56 Tabel 4.2.1.3 : Hasil Uji Durbin-Waston (DW) ............................................. 57 Tabel 4.2.1.3 : Hasil Uji Runs Test ................................................................ 58 Tabel 4.2.1.3 : Hasil Uji Lag_Y ..................................................................... 59 Tabel 4.2.1.4 : Hasil Uji Glejser..................................................................... 62 Tabel 4.2.2.1 : Hasil Uji F Secara Simultan ................................................... 63 Tabel 4.2.2.2 : Hasil Uji t (Uji Hipotesis) ...................................................... 64 xvi DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual ............................................................... 31 Gambar 4.2.1.3 : Hasil Uji Autokorelasi .............................................................. 60 xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Data Mentah Lampiran B Hasil Output SPSS xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian dan industri manufaktur pada zaman sekarang semakin berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang mendapat pengaruh yang cukup besar dari krisis global. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa juga semakin meningkat. Perekonomian suatu negara dalam kondisi yang sehat maka kondisi perusahaan di negara tersebut dalam keadaan yang baik. Perhatian investor terhadap perusahaan untuk mengembangkan dana yang mereka miliki, bila diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. Sedangkan perhatian para analisis ekonomi terhadap perusahaan besar terletak pada peranan dan kontribusi perusahaan terhadap roda perekonomian suatu negara. Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki atau total penjualan yang diperoleh. Industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana yang besar guna melakukan kegiatan operasional perusahaannya. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011) Go Public merupakan sarana pendanaan usaha melalui pasar modal, yaitu dapat berupa penawaran umum saham. 1 2 Memiliki keuntungan dan karakteristik tersendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan. Di dalam pasar modal terdapat beberapa variabel yang juga ikut serta dalam mempengaruhi harga saham yang kemudian tercemin di dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) antara lain adalah Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar. Menurut Sunariyah (2004) perubahan atau perkembangan yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi suatu negara akan memberikan pengaruh kepada pasar modal. Apabila suatu indikator ekonomi makro jelek maka akan berdampak buruk bagi perkembangan pasar modal. Tetapi apabila suatu indikator ekonomi baik maka akan memberi pengaruh yang baik pula terhadap kondisi pasar modal. Hampir seluruh negara di dunia ini memiliki pasar modal (capital market) kecuali bagi negara-negara yang masih berbenah dan belum mampu melepaskan diri dari persoalan ekonomi dan politik yang begitu parah. Maka keberadaan pasar modal di negara tersebut dianggap belum begitu berjalan efektif. Ketidakefektifannya disebabkan oleh berbagai hal termasuk diantaranya kondisi politik dan keamanan yang belum mencapai tingkat kestabilan, yang hingga sampai saat ini terus terjadi atau berlangsung berlarut-larut tanpa ada dicapainya titik penyelesaian. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa menjadi acuan untuk melihat tentang bagaimana kegairahan atau dinamisnya bisnis negara yang bersangkutan dalam menggerakkan berbagai kebijakan ekonominya seperti kebijakan fiskal dan moneter. (Fahmi, 2012) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan pintu, merupakan permulaan pertimbangan untuk melakukan investasi, sebab dari indeks harga saham 3 diketahui secara umum. Dikatakan untuk mengetahui situasi secara umum, sebab Indeks Harga Saham ini merupakan ringkasan dari dampak simultan dari kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham tidak saja menampung fenomena-fenomena ekonomi, tetapi lebih jauh lagi juga menampung fenomena sosial dan politik. Harga saham ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya. Jika perusahaan penerbitnya mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, ini akan memungkinkan perusahaan tersebut menyisihkan bagian keuntungan itu sebagai dividen dengan jumlah yang tinggi pula. Pemberian dividen yang tinggi ini akan menarik minat masyarakat untuk membeli saham tersebut. (Widoatmodjo, 2005) Bagi mereka yang aktif dalam proses jual beli saham, maka informasi seputar pergerakan Indeks Harga Saham merupakan infomarsi vital. Dengan mengetahui posisi indeks, maka investor dapat memperkirakan apa yang sebaiknya dilakukan terhadap saham-saham yang dimilikinya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif atau lesu. (Darmadji dan Fakhruddin, 2011) Indeks Harga Saham naik menunjukkan kegairahan peningkatan. Sedangkan Indeks Harga Saham turun menunjukan adanya kelesuan pasar penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan dapat disebabkan oleh kondisi perekonomian di negara tersebut yang sedang mengalami permasalahan. 4 Sebaliknya Indeks Harga Saham yang mengalami peningkatan bisa mengindikasikan adanya perbaikan kinerja perekonomian di negara tersebut. Di Indonesia perdagangan pasar modal dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI) memacu pertumbuhan ekonomi karena dana yang murah dapat diperoleh dari pasar modal meskipun dalam kinerjanya sering terjadi pasang surut. Semakin baik tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara, maka akan semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Dengan tingkat kemakmuran yang semakin tinggi maka akan ditandai terjadinya peningkatan pendapatan masyarakatnya. Adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang memiliki kelebihan dana yang akan dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan dalam pasar modal. Setelah terjadinya krisis moneter mengakibatkan perekonomian Indonesia yang sebelumnya mengalami pertumbuhan pesat telah mengalami perununan yang drastis. Hal ini disebabkan karena melemahnya nilai dan mengakibatkan terjadinya inflasi. Suku bunga dan inflasi yang tinggi mempunyai hubungan yang negatif bagi pasar modal. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. (Sukirno, 2006) 5 Menurut Nopirin (1994) inflasi yang tinggi merupakan masalah ekonomi, tenaga beli uang (pendapatan) turun. Masyarakat yang pendapatannya tetap akan dirugikan sedangkan yang berpenghasilan tidak tetap kadangkala diuntungkan. Dengan demikian inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan. Pada kondisi inflasi yang tinggi maka harga barang-barang atau bahan baku memiliki kecenderungan untuk meningkat. Akibat inflasi yang terus menerus meningkat mengakibatkan semua bidang ekonomi terkena imbasnya. Peningkatan harga barangbarang dan bahan baku akan membuat biaya produksi menjadi tinggi sehingga akan berpengaruh pada penurunan jumlah permintaan yang berakibat pada penurunan penjualan sehingga akan mengurangi pendapatan perusahaan. Angka inflasi yang tinggi ditunjukkan dengan naiknya harga-harga barang biasanya akan mendorong BI (Bank Indonesia) untuk menaikan suku bunga. Jika nilai inflasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan maka Bank Indonesia harus mengendalikannya dengan menaikkan suku bunga SBI. Tingginya inflasi dan suku bunga bank akan menyebabkan beban operasional perusahaan semakin berat serta akan mempengaruhi kinerja keuangan badan usaha. Dengan adanya inflasi tersebut nilai uang rupiah mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, ada sebagian dari investor yang ingin mengimbangi nilai inflasi agar nilai uang yang dimiliki tidak tergerus oleh inflasi. Disisi lain, meningkatnya suku bunga merupakan peluang investasi yang cukup menjajikan bagi investor deposito. Selain faktor nilai uang yang berkurang oleh inflasi, para investor sendiri ingin berpindah investasi yang selama ini akan menitikberatkan pada bunga deposito. (Anton dan Triono, 2010) 6 Jumlah dana pinjaman yang dapat digunakan untuk investasi merupakan faktor penentu tingkat bunga. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya tabungan masyarakat. Suatu bisnis dan peminjam lain akan memerlukan dana untuk ekspansi proyek perusahaan. Jika tingkat bunga di pasar menarik bagi investor, maka unit bisnis akan melakukan permintaan dana untuk investasi. Jadi, tinggi rendahnya tingkat bunga akan menentukan pengeluaran investasi. (Sunariyah, 2004) Meningkatnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdampak pada peningkatan bunga deposito yang pada akhirnya mengakibatkan tingginya tingkat bunga kredit, sehingga investasi dalam perekonomian menjadi menurun. Besar kecilnya investasi secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian. Investasi domestik yang menurun mengakibatkan meningkatnya ketergantungan usaha domestik pada investor luar negeri, bahwa terjadi peningkatan aliran arus dollar AS ke dalam negeri. Kenaikan suku bunga SBI yang agresif bisa memperkuat rupiah, tapi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan anjlok karena investor lebih suka menabung di bank. Apabila suku bunga SBI mengalami peningkatan maka harga saham akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya ketika suku bunga mengalami penurunan maka harga saham akan mengalami peningkatan. Karena dengan tingginya suku bunga SBI, rupiah melemah. Dan akibat beralihnya investasi rupiah. Sebaliknya apabila suku bunga SBI mengalami penurunan maka investor akan kembali berinvestasi pada pasar modal, karena posisi IHSG mengalami peningkatan. (Taqiyuddin, dkk,2011) 7 Stabilitas nilai tukar menjadi relevan bagi perekonomian terbuka karena menunjukkan stabilitas posisi relatif perekonomian dalam internasional. Perekonomian yang mampu menjaga stabilitas nilai tukarnya adalah perekonomian yang memiliki struktur ekonomi yang relatif kuat. Kerjasamanya dengan dunia internasional adalah untuk memperkuat atau meningkatkan kesejahteraan. Data empiris menunjukkan bahwa perekonomian yang kuat dan maju memiliki stabilitas nilai tukar. Salah satu ukuran dari stabilitas nilai tukar adalah arah perkembangan dan fluktuasi nilai tukar, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. (Manurung dan Rahardja, 2004) Nilai Tukar Mata Uang (echange rate) atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang sedemikian besar bagi neraca transaksi berjalan variabel-variabel makro ekonomi lainnya. (Ismawati dan Hermawan, 2011) Ketika kurs rupiah terhadap mata uang asing mengalami penguatan maka akan banyak investor berinvestasi pada saham. Karena penguatan tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian dalam keadaan bagus. Ketika kurs rupiah melemah yang berarti mata uang asing mengalami penguatan maka mengindikasikan bahwa perekonomian dalam kondisi yang kurang baik. Dengan kondisi investor mengalihkan dananya dari saham ke instrumen lain dalam bentuk tabungan atau deposito maka investor akan memicu penurunan terhadap pergerakan nilai IHSG di bursa saham. 8 Penelitian yang dilakukan oleh Taqiyuddin, dkk (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Dan Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan(Kajian Empiris pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)”. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa simultan mempunyai pengaruh yang signifikan antara variabel Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan Kurs US Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011. Secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dapat diterima antara variabel Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, Variabel Suku Bunga secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dapat diterima Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Kurs US Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Budiantara (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Kurs, dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2010”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh signifikan antara Tingkat Suku Bunga, Nilai Kurs, dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010. Secara parsial variabel Tingkat Suku Bunga dan Nilai Kurs berpengaruh negatif signifikan Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010. Variabel Inflasi tidak mempunyai pengaruh signifikan Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010. 9 Penelitian Divianto (2013),melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia”, periode pengamatan tahun 2007-2011. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara simultan variabel independen Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar AS (USD) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara parsial variabel Inflasi mempunyai pengaruh positif signifikan Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2011. Sedangkan variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) terdapat pengaruh signifikan negatif Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2011. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ismawati dan Hermawan (2013), yang berjudul “Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dollar AS, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Ia melakukan pengamatan periode tahun 2007-2012. Menyebutkan bahwa secara simultan Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dollar AS, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Dan Tingkat Inflasi periode sebelumnya mempunyai pengaruh secara signifikan Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara parsial Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dollar AS tidak mempunyai pengaruh negatif signifikan Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI), Tingkat Suku Bunga SBI mempunyai pengaruh negatif signifikan Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan 10 (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI), Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan kemudian Penelitian Krisna dan Wirawati (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI pada Indeks Harga Saham Gabungan Di BEI”. Ia melakukan penelitian pada periode tahun 20082012. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga SBI mempunyai pengaruh positif signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara parsial variabel Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah mempunyai pengaruh positif signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Januari 2008 sampai Agustus 2012, sedangkan variabel Tingkat Suku Bunga SBI tidak mempunyai pengaruh signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Januari 2008 sampai Agustus 2012. Penelitian yang telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan hasil yang beragam, sehingga menarik peneliti untuk melakukan pengujian kembali dengan judul Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Dan Nilai Tukar Rupiah Pada US Dollar Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2013. Penelitian ini merupakan replika penelitian terdahulu yang diambil dari Taqiyuddin, dkk (2011), yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah tahun pengamatan periode 2010-2013. Alasan pemilihan periode 11 tahun yang digunakan adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan keadaan sekarang, dan alasan pemilihan data bulanan adalah untuk menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam mereaksi suatu informasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat. Peneliti mengambil obyek perusahaan manufaktur karena merupakan perusahaan yang memiliki jumlah emiten terbanyak menjadikan perusahaan di sektor ini memberikan pengaruh yang besar terhadap perdagangan harga saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia. Dengan kondisi Indonesia yang berhasil keluar dari krisis finansial global, dari tahun ke tahun perusahaan manufaktur mengalami peningkatan terhadap perubahan kondisi ekonomi makro. Faktor-faktor ekonomi makro seperti Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar akan mempengaruhi investasi di pasar modal khususnya saham, yang selanjutnya akan berdampak terhadap harga pasar saham di bursa. Perusahaan manufaktur mampu menarik investor lebih banyak baik itu investor domestik maupun asing. Dengan investor asing yang terus membanjiri pasar modal Indonesia membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan di antara bursa regional yang lainnya. 1.2 Rumusan Masalah Untuk memberikan batasan atas permasalahan untuk melakukan penelitian, maka peneliti harus membahas permasalah tersebut agar tidak menyimpang. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya dalam penelitian ini adalah : 12 1. Apakah tingkat inflasi mempengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia periode tahun 2010-2013? 2. Apakah suku bunga SBI mempengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia periode tahun 2010-2013? 3. Apakah nilai tukar rupiah pada US dollar mempengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia periode tahun 2010-2013? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2013 ? 2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga SBI terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2013 ? 3. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah pada US Dollar terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2013 ? 13 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Manfaat penelitian adalah: 1) Manfaat akademis Hasil dari penelitian ini dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dapat membantu mahasiswa untuk menambah wawasan yang baru bahwa faktor-faktor ekonomi makro juga berpotensi mempengaruhi kinerja bursa saham, jadi tidak hanya faktor-faktor internal bursa itu sendiri saja. 2) Manfaat praktis a. Bagi Investor Bagi investor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, hasil dari penelitian ini dapat membantu investor dalam menentukan apakah akan menjual, membeli atau menahan saham yang mereka miliki berkenaan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah pada US dollar dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia. b. Pemerintah Dampak dari tingkat inflasi,suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan nilaitukar rupiah pada US dollarterhadap IHSG. Pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan nilai tukar rupiah pada US dollar dan suku bunga SBI sehingga pengaruh yang akan terjadi dapat diantisipasi dan ditangani dengan sebaik-baiknya. 14 3) Peneliti yang akan datang Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi landasan teoritis dan empiris bagi peneliti berikutnya untuk penelitian yang terkait tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan nilaitukar rupiah pada US dollar terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara jelas tentang penelitian yang akan dilakukan, maka disusun suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal-hal yang akan dibahas dalam tiap-tiap bab. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian. BAB II : Tinjauan pustaka berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian. BAB III : Metodologi penelitian berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian, analisis data dan pembahasan. BAB V : Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang didasarkan atas hasil penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar Modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan. (Fahmi, 2012) Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, di mana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatanya dalam investasi lebih dari satu tahun. Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi. Sebab, pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaanperusahaan. (Widoatmodjo, 2005) Pasar Modal merupakan pasar di mana instrumen-instrumen keuangan yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diperjualbelikan. Instrumen yang paling populer diperjualbelikan adalah obligasi (surat utang) dan saham. (Manurung dan Rahardja, 2004) 15 16 2.1.1.2 Manfaat dan Partisipan Pasar Modal 1) Menurut Sunariyah (2004) manfaat pasar modal: a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual. b. Memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. c. Memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. d. Menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. e. Mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. 2) Partisipan pasar modal antara lain (Manurung dan Rahardja, 2004): a. Emiten (pihak yang membutuhkan dana) adalah emiten dapat memperoleh dana dari masyarkat dengan menerbitkan saham. b. Investor adalah pihak yang membeli sekuritas yang diperjualbelikan di pasar modal. c. Lembaga Penunjang Fungsi lembaga penunjang adalah memperlancar proses transaksi dan juga memberikan hasil semaksimal mungkin kepada para pengambil keputusan di pasar modal. 2.1.2 Teori Makro Ekonomi 2.1.2.1 Pengertian Makro Ekonomi Salah satu aspek penting dari ciri kegiatan perekonomian yang menjadi titik tolak analisis dalam teori makroekonomi adalah pandangan bahwa sistem 17 pasar bebas tidak selalu dapat mewujudkan penggunaan tenaga kerja penuh, kestabilan harga-harga, dan pertumbuhan ekonomi yang teguh. Masalah-masalah ini menimbulkan akibat buruk kepada masyarakat dan harus dihindari atau masalahnya dikurangi. Menerangkan sebab-sebab dari berlakunya masalah tersebut dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut merupakan aspek penting lain yang dibicarakan dalam teori makro ekonomi. (Sukirno, 2006) 2.1.2.2 Kebijakan Makro Ekonomi Kebijakan-kebijakan makro ekonomi (Sukirno, 2006): 1. Kebijakan fiskal. 2. Kebijakan moneter. 3. Kebijakan segi penawaran. 2.1.3 Go Public 2.1.3.1 Pengertian Go Public Menurut Sunariyah (2004) go public merupakan pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat. Dan Fahmi (2012) berpendapat go public adalah perusahaan tersebut telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap dinilai publik secara terbuka. 18 2.1.3.2 Manfaat Go Public Suatu perusahaan yang melakukan penawaran umum saham dapat memperoleh manfaat-manfaat (Sunariyah, 2004): 1. Memperoleh dana murah dan pemodal yang sangat luas untuk keperluan penambahan modal. 2. Memberikan likuiditas dan nilai pasar terhadap kekayaan perusahaan. 3. Mengangkat pandangan masyarakat umum terhadap perusahaan sehingga incaran para profesional sebagai tempat untuk bekerja. 4. Pemegang saham, khususnya individu akan cenderung menjadi konsumen yang setia kepada produk perusahaan. 2.1.4 Teori Keynes Mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, dan menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia, maka hargaharga akan naik. Adanya kenaikan harga-harga berarti bahwa sebagian dari rencana-rencana pembelian barang. Untuk memperoleh dana yang lebih besar pencetakan uang baru atau kredit dari bank yang lebih besar atau dari kenaikan gaji yang lebih besar.(Boediono, 1988) 19 2.1.5 Tingkat Inflasi 2.1.5.1 Pengertian Tingkat Inflasi Tingkat Inflasi merupakan proses kenaikan harga barang-barang pada umumnya secara terus menerus selama periode tertentu suku bunga. Inflasi merupakan suatu fenomena moneter yang pada umumnya berhubungan langsung dengan jumlah uang yang beredar, terdapat hubungan linier antara penawaran uang dan inflasi Kenaikan harga yang terus menerus akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat dan mendorong meningkatnya suku bunga. (Sunariyah, 2004) Menurut Divianto (2013) perhitungan tingkat inflasi yaitu : Menurut Harga Sekarang IHK = X 100% Harga pada Tahun Dasar Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga yaitu inflasi di luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang kita. Kenaikan harga barang-barang yang kita impor mengakibatkan (Boediono, 1988): 1. Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagaian dari barang-barang yang yang tercakup di dalamnya berasal dari impor. 2. Secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dan kemudian harga jual dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin yang harus diimpor. 20 3. Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri karena kemungkinan (tetapi ini tidak harus demikian) kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut. Menurut Fahmi (2012) pengaruh positif inflasi yang stabil dan terkendali pada perusahaan: 1. Dengan kondisi inflasi yang stabil, perusahaan cenderung memiliki peluang untuk bisa memperoleh keuangan sesuai dengan target dalam rencana bisnis. 2. Dengan kondisi inflasi yang stabil dan terkendali memungkinkan perusahaan meminjam uang ke perbankan dalam bentuk kredit jangka menengah dan panjang. Karena pihak manajer bisa memperhitungkan kemampuan pengembalian angsuran kredit secara tepat waktu dan anggunan yang diberikan sebagai jaminan bisa diperoleh kembali, bahkan jika perolehan keuntungan tinggi perusahaan bisa melunaskan kredit lebih cepat dari waktu yang ditentukan. 3. Dengan kondisi inflasi yang stabil, perusahaan cenderung memiliki peluang untuk mengalokasikan sebagian perolehan keuntungan untuk melakukan ekspansi usaha. 4. Dengan kondisi inflasi yang stabil, memungkinkan perusahaan untuk mengalokasikan sebagian perolehan keuntungan guna ditempatkan di pos cadangan bahkan pada pos lindung nilai. Pos lindung nilai adalah menukar 21 valuta asing di masa depan dengan mata uang lokal untuk melindungi uang tersebut dari perubahan nilai tukar. Dengan antisipasi sebelum terjadinya gejolak moneter, maka perusahaan diharapkan sudah memiliki pos cadangan dalam bentuk mata uang asing. 5. Dengan kondisi inflasi yang stabil memungkinkan berbagai kontrak bisnis bisa terlaksana dan bahkan perusahaan bisa membangun kontrak bisnis. 2.1.5.2 Penyebab Tingkat Inflasi 1) Penyebab inflasi (Arifin, 2004): a. Kebijakan Moneter dan Fiskal Harga dollar yang semakin menakutkan dengan menaikkan suku bunga, pada saat itu juga inflasi semakin menjadi-jadi. Suku bunga yang tinggi mengakibatkan bunga pinjaman kredit bank buat para pengusaha menjadi naik. Jika suku bunga tidak dinaikkan maka orang-orang akan lebih suka memegang dollar yang berakibat rupiah anjlok sehingga harga produk di pasar distandarkan dengan dollar yang intinya adalah inflasi. b. Permintaan dan Penawaran Inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi. Permintaan sebuah produk yang lebih tinggi dari penawaran yang mengakibatkan harga produk tersebut menjadi tinggi. 2) Sukirno (2006) berpendapat bahwa penyebab inflasi untuk nilai valuta asing: a. Inflasi menyebabkan harga-harga didalam negeri lebih mahal dari hargaharga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan 22 menambah lebih mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan menambah impor. b. Inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. c. Menyebabkan permintaan ke atas valuta asing bertambah. d. Menyebabkan penawaran ke atas valuta asing berkurang, maka harga valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot). 2.1.5.3 Mencegah Tingkat Inflasi Cara mencegah tingkat inflasi (Nopirin, 1994): 1. Kebijakan Moneter a. Bank sentral dapat mengatur uang giral ini melalui penetapan cadangan umum. b. Discount rate adalah tingkat discoto untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral pada bank umum. c. Politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga) 2. Kebijakan Fiskal Mempengaruhi permintaan total dengan demikian akan mempengaruhi harga inflasi. 3. Kebijakan yang Berkaitan dengan Output Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. 23 4. Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing Penentuan ceiling harga, mendasarkan pada indeks harga untuk gaji ataupun upah. Kalau indeks harga naik maka gaji/upah juga naik. 2.1.6 Teori Klasikal Menurut Sunariyah (2004) ekonomi klasikal, permintaan dan penawaran investasi pada pasar modal menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga akan mentukan tingkat keseimbangan antara jumlah tabungan dan permintaan investasi. Adapun tingkat bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan: 1. Penawaran tabungan. 2. Permintaan investasi modal terutama dari sektor bisnis. 2.1.7 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia 2.1.7.1 Pengertian Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Suku Bunga (SBI) dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang penting digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur. Unit waktu biasanya dinyatakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur. (Sunariyah, 2004) Suku Bunga SBI mempengaruhi kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI dengan suku bunga SBI yang tinggi mampu mendorong investor untuk mengalihkan dananya dari saham ke instrumen yaitu dalam bentuk tabungan atau deposito. Dengan kondisi seperti ini akan memicu penurunan terhadap pergerakan nilai IHSG di bursa saham. Dan sebaliknya apabila suku bunga SBI mengalami penurunan maka investor akan kembali berinvestasi pada 24 pasar modal, karena posisi IHSG mengalami peningkatan. (Anton dan Triono, 2010) Menurut Divianto (2013) perhitungan suku bunga SBI yaitu : Jumlah suku bunga SBI periodeharian selama 1 bln Rata-Rata Suku Bunga SBI= Jumlah suku bunga SBI periode waktu selama 1 bln Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdasarkan Surat Edaran Bank tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto (penetapan tingkat bunga). 2.1.7.2 Fungsi Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia. Menurut Sunariyah (2004) fungsi tingkat suku bunga pada suatu perekonomian : a. Sebagai daya tarik bagi para penabung baik individu, institusi, atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. b. Sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi. c. Sebagai alat moneter dalam rangka mengandalkan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi. 25 2.1.8 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar 2.1.8.1 Pengertian Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Kurs valuta asing atau kurs uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Pertukaran antara dua mata uang yang berbeda dimana akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut kurs. Kurs valuta adalah harga satu unit valuta yang ditunjukan dalam valuta lain. (Sukirno, 2006) Perekonomian internasional yang berfungsi dengan baik mengharuskan adanya sistem kurs yang dapat berjalan dengan lancar. Sistem kurs (nilai tukar) merupakan aturan dan lembaga yang mengatur transaksi antarnegara. Kurs (nilai tukar) valuta asing adalah harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. (Samuelson dan Nordhaus, 1992) Menurut Divianto (2013) perhitungan nilai tukar rupiah pada US dollar yaitu : Kurs Tengah = (Kurs Jual + Kurs Beli) 2 Pergerakan nilai tukar mencerminkan perubahan tingkat kelangkaan suatu mata uang dikatakan semakin mahal bila nilai tukar US dollar melemah atau nilai tukar rupiah menguat, karena untuk mendapatkan satu unit US dollar jumlah rupiah yang dibutuhkan semakin sedikit. Dan nilai tukar US dollar menguat atau 26 nilai tukar rupiah melemah, karena untuk mendapatkan satu unit US dollar jumlah rupiah yang dibutuhkan semakin banyak. Menguatnya nilai tukar rupiah menunjukkan bahwa rupiah semakin langka. Pertumbuhan permintaan rupiah lebih cepat dari pertumbuhan penawarannya, begitu juga sebaliknya. (Manurung dan Rahardja, 2004) 2.1.8.2 Fungsi Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Fungsi kurs valuta asing (Nopirin, 1994): 1. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain. 2. Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu segera diselesaikan pembayaran dan penyerahan barangnya, kurs valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian/kontrak jual beli dengan kredit. 2.1.9 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2.1.9.1 Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEI pada hari tersebut. (Herlianto, 2010) 27 Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011) rumus dasar perhitungan indeks rata-rata tertimbang pasar : Nilai Pasar IHSG = X 100% Nilai Dasar Keterangan : Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar ini atau disebut dengan kapitalisasi pasar. Nilai Dasar adalah nilai yang dihitung berdasarkan harga perdana dari masingmasing atau berdasarkan harga yang telah dikoreksi jika perusahaan telah melakukan kegiatan yang menyebabkan jumlah saham yang tercatat di bursa berubah. Penyesuaian dilakukan agar indeks akan benar-benar mencerminkan pergerakan harga saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan rata-rata tertimbang dari harga sejumlah barang-barang dan jasa-jasa, dalam membuat indeks harga para ekonom menimbang harga individual dengan memperhatikan arti penting setiap barang secara ekonomis. (Samuelson dan Nordhaus, 1992) 2.1.9.2 Fungsi Indeks Harga Saham Gabungan Di pasar modal, sebuah indeks diharapkan memiliki empat fungsi (Darmadji dan Fakhruddin, 2011): 28 1. Sebagai indikator tren pasar. 2. Sebagai indikator tingkat keuntungan. 3. Sebagai tolak ukur kinerja suatu protofolio. 4. Memfasilitasi pembentukan protofolio dengan strategi pasif. 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.2.1 Penelitian Terdahulu NO PENELITI (TAHUN) 1. Muhammad Taqiyuddin, Taher Al Habsji, Darminto (2011) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang E-mail: [email protected] VARIABEL PENELITIAN Variabel Independen X1 : Inflasi X2 : Tingkat Suku Bunga SBI X3 : Kurs Rupiah terhadap US Dollar Variabel Dependen Y : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2. Variabel Independen X1: Tingkat Suku Bunga SBI X2 : Nilai Kurs X3 : Inflasi Variabel Dependen Y : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) M. Budiantara (2012) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta HASIL PENELITIAN Secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan antara variabel Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan Kurs US Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh signifikan antara variabel tingkat inflasi IHSG secara parsial diterima. Pengaruh signifikan antara variabel suku bunga SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara parsial dapat diterima. Pengaruh signifikan antara variabel kurs US Dollar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara parsial dapat diterima. Secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara Tingkat Suku Bunga, Nilai Kurs dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010. Variabel Tingkat Suku Bunga berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap Harga 29 3. Divianto (2013) Politeknik Sriwijaya Variabel Independen X1 : Inflasi X2 : Tingkat Suku Bunga SBI X3 : Nilai Kurs Dollar AS (USD) Variabel Dependen Y : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 4. Liana Ismawati, Beni Hermawan (2013) Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung Variabel Independen X1 : Kurs Mata Uang Rupiah atas Dollar AS X2 : Tingkat Suku Bunga SBI X3 : Tingkat Inflasi Variabel Dependen Y : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 5. Anak Agung Gde Aditya Krisna dan Ni Gusti Putu Wirawan (2013) Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (UNUD) Bali, Indonesia Variabel Independen X1 : Tingkat Inflasi X2 : Nilai Tukar Rupiah X3 : Tingkat Suku Bunga SBI Variabel Dependen Y : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Saham. Ada pengaruh negatif dan signifikan antara Nilai Kurs Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010. Variabel Inflasi di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010 tidak berpengaruh secara signifikan Terhadap Harga Saham. Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Tukar secara simultan berpengaruh signifikan Terhadap variabel IHSG. Secara parsial variabel Tingkat Inflasi berpengaruh positif dan signifikan Terhadap variabel IHSG. Secara parsial variabel Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar berpengaruh secara negatif dan signifikan Terhadap variabel IHSG. Secara persial kurs mata uang rupiah atas dollar AS tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengaruh negative tidak signifikan tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Tingkat inflasiberpengaruh positif dan signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai tukar rupiah yang berpengaruh positif dan signifikan pada IHSG di BEI periode Januari 2008 sampai Agustus 2012. Tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan pada 30 IHSG di BEI periode Januari 2008 sampai Agustus 2012. 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka Konseptual merupakan seluruh kegiatan riset mulai dari tahap awal hingga akhir dan harus merupakan seluruh suatu kesatuan kerangka pemikiran atau kerangka konseptual yang utuh untuk mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah. Ukuran perusahaan manufaktur menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan. Hal ini disebabkan karena melemahnya nilai dan mengakibatkan terjadinya Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar. Akan mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor, kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Peningkatan harga bahan baku akan membuat biaya produksi tinggi sehingga akan berpengaruh pada penurunan jumlah permintaan yang berakibat pada penurunan penjualan sehingga akan mengurangi pendapatan perusahaan. Dari variabel tersebut sangat berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Maka dapat disimpulkan peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut: 31 Tingkat Inflasi Ha1 Suku Bunga SBI Ha2 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Ha3 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Gambar 2.3.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan populasi yang dapat diuji secara empiris. (Indriantoro dan Supomo, 2014) Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya masih sementara. Untuk menguji hipotesis yaitu dengan uji signifikan variabel independen (bebas) (X) terhadap variabel dependen (terikat) (Y). Hipotesis yang ditunjukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.4.1 Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat 32 disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor konsumsi masyarakat yang meningkat, memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. (Divianto, 2013) Taqiyuddin, dkk (2011), Divianto (2013), dan Krisna dan Wirawati (2013) menunjukkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Ha1 : Tingkat Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 2.4.2 Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi di dalam negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya akan menurunkan pula kebutuhan dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan terhadap kredit perbankan juga menurun sehingga dalam kondisi suku bunga yang tinggi, yang menjadi persoalan adalah ke mana dana itu akan disalurkan. Di sisi perbankan, dengan bunga yang tinggi bank mampu menghimpun dana untuk disalurkan bentuk kredit kepada dunia usaha. Namun di sisi dunia usaha, kendati dana kredit perbankan tersedia beban bunga yang harus mereka tanggung lebih tinggi sehingga dunia usaha cenderung mencari alternatif pendanaan yang lebih murah. (Pohan, 2008) Taqiyuddin, dkk (2011), dan Divianto (2013) memperoleh hasil bahwa suku bunga Sertifikat Bank Indonesia memiliki pengaruh positif dan signifikan 33 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Ha2 : Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 2.4.3 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nilai tukar yang melonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor. Oleh karena itu, pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro. Nilai rupiah yang relatif lamban dibandingkan dengan laju inflasi di dalam negeri relatif terhadap luar negeri dapat mengakibatkan harga barang-barang ekspor relatif lebih mahal. (Pohan, 2008) Penelitian yang dilakukan Taqiyuddin, dkk (2011), dan Krisna dan Wirawati (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Ha3 : Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel dependen (terikat) adalah variabel dipengaruhi menjadi akibat karena adanya variabel independen (bebas). Variabel dependen (terikat) yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah : 3.1.1.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan adalah indeks harga yang merupakan gabungan semua harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen (bebas) adalah mempengaruhi menjadi sebab timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen (bebas) yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah : 3.1.1.2 Tingkat Inflasi Tingkat Inflasi adalah kenaikan harga barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu dapat mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. 3.1.1.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Suku Bunga SBI adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia atas penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Peningkatan dan 34 35 penurunan suku bunga SBI akan menjadi tolak ukur Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dengan suku bunga SBI yang tinggi mampu mendorong investor untuk mengalihkan dananya dari saham ke instrumen yaitu dalam bentuk tabungan atau deposito. 3.1.1.4 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar adalah harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel dependen yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen, maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen menyebabkan variabel dependen. Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen tersebut merupakan hubungan sebab-akibat. (Indriantoro dan Supomo, 2014) 3.1.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan tiga variabel independen, adapun definisi dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 3.1.2.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan merupakan perubahan persentase dari suatu tahun dasar atau bulan sebelumnya, indeks ini menyangkut sejumlah fakta maupun besaran tertentu yang menggambarkan perubahan-perubahan harga saham dimasa lalu yang dipandang. (Divianto, 2013) 36 Dalam penelitian ini data IHSG yang digunakan adalah indeks harga saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham terakhir (closing price) yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010-2013. Pengukuran yang digunakan adalah Rp/$ USD. 3.1.2.2 Tingkat Inflasi (X1) Tingkat Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya kecenderungan menarik yang terus-menerus juga perlu diingat. Kenaikan harga-harga karena, misalnya, musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja. (Boediono, 1988) Data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data inflasi diperoleh dari laporan inflasi tiap akhir bulan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia mulai bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2013. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persen. Tingkat inflasi akan mengalami fluktuasi rata-rata ditiap akhir bulannya. 3.1.2.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (X2) Suku Bunga SBI merupakan pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Biaya untuk meminjam uang, diukur dalam dollar per tahun untuk setiap dollar yang dipinjam adalah suku bunga SBI. (Samuelson dan Nordhaus, 1992) 37 Data yang digunakan untuk menghitung suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dalam penelitian ini adalah data suku bunga SBI tiap akhir bulan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia mulai dari Januari 2010 sampai Desember 2013. Pengukuran yang telah digunakan adalah satuan persen. 3.1.2.4 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar (X3) Nilai Tukar merupakan semacam harga didalam pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terjadi perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. (Nopirin, 1994) Dalam penelitian ini data Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar yang digunakan adalah kurs dollar yang dihitung berdasarkan kurs tengah berdasarkan kurs jual dan kurs beli disetiap akhir bulan mulai Januari 2010 sampai bulan Desember 2013 yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pengukuran yang digunakan dalam Rp/$ USD. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi merupakan kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. (Indriantoro dan Supomo, 2014) Populasi yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2013. Alasan peneliti memilih tahun pengamatan yang digunakan 38 adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan keadaan sekarang. 3.2.2 Sampel Sampel merupakan bagian dari masalah populasi yaang dapat dianggap mewakili populasi tersebut karena memiliki karakteristik yang sama. Penentuan metode pemilihan sampel mempengaruhi ketepatan estimasi statistik sampel terhadap populasinya. Pedoman untuk menentukan metode pemilihan sampel dengan tujuan atau masalah penelitian. (Indriantoro dan Supomo, 2014) Sampel dalam pemilihan ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih dengan metode purposive sampling. Menurut (Indriantoro dan Supomo, 2014) metode purposive sampling adalah dipilih dengan metode tertentu atau target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak. Kriteria sampel adalah: 1. Harga close perbulan mulai bulan januari 2010 sampai bulan desember 2013 dari indeks harga saham gabungan (IHSG) selama periode 20102013. 2. Pengaruh tingkat inflasi pada perusahaan manufaktur yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia mulai bulan januari 2010 sampai bulan desember 2013. 3. Pengaruhsuku bunga SBI pada perusahaan manufaktur yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia disetiap akhir bulan mulai januari 2010 sampai bulan desember 2013. 39 4. Pengaruh nilai tukar rupiah pada US Dollar pada perusahaan manufaktur yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia secara lengkap tiap akhir bulan mulai bulan januari 2010 sampai desember 2013. 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Jenis data penelitian berkaitan dengan sumber data dan pemilihan metode yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian. Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data dokumenter. Data dokumenter merupakan jenis data penelitian yang antara lain berupa: faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program. Data dokumenter memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian. Data dokumenter dalam penelitian dapat menjadi bahan atau dasar analisis data yang kompleks dikumpulkan melalui metode analisis dokumen yang dikenal dengan content analysis antara lain kategori isi, telaah dokumen. (Indriantoro dan Supomo, 2014) 3.3.2 Jenis Data Menurut Sifatnya Jenis data menurut sifatnya yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif (Indriantoro dan Supomo, 2014): 1) Data Kualitatif adalah data yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis masing-masing variabel penelitian dengan mengetahui perkembangan masing-masing variabel. Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau tidak berbentuk angka, data 40 yang disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa gambaran umum perusahaan. 2) Data Kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau berbentuk angka. Mempunyai tujuan untuk menguji atau verifikasi teori, meletakkan teori secara deduktif menjadi landasan dalam penemuan dan pemecahan masalah penelitian. Teori merupakan kerangka dalam penelitian kuantitatif yang melandasi perumusan masalah atau pertanyaan, pengembangan hipotesis, pengujian data, dan pembuatan kesimpulan. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau berbentuk angka. 3.3.3 Sumber Data Sumber data dari penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder. (Indriantoro dan Supomo, 2014) Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta dipublikasikan pada masyarakat pengguna data. Dalam penelitian ini data sekunder bersumber dari informasi www.yahoofinance.com annually 2010-2013 dan data yang bersumber dari Bank Indonesia www.bi.go.id 41 Data sekunder yang harus dievaluasi oleh peneliti antara lain (Indriantoro dan Supomo, 2014): 1. Kemampuan data yang tersedia untuk menjawab masalah. 2. Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan periode waktu yang diinginkan dalam penelitian. 3. Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang menjadi perhatian peneliti. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan peneliti untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian yang dilakukan adalah teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan data-data yang tertulis dengan mencatat atau mengcopy mengumpulkan data, bukti, dan keterangan masalah penelitian baik dari sumber dokumen atau internet dengan penelusuran data historis melalui komputer. Penelusuran dengan komputer memuat informasi lengkap yang berisi data berupa angka atau teks yang dapat dianalisis pergerakan tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada US dollar berupa data pengamatan bulanan antara bulan Januari 2010 sampai bulan desember 2013 diakses melalui website www.bi.go.id di Bank Indonesia. Serta mengakses data di website www.yahoofinance.com digunakan untuk mengetahui pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan disetiap akhir bulan antara bulan Januari 2010 sampai bulan desember 2013. 42 3.5 Metode Analisis Sebagai sekumpulan metode yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal dari suatu data. Tujuan peneliti adalah menjawab masalah atau pertanyaan penelitian melalui proses analisis data. Model analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis statistik inferensial yaitu analisis regresi linier berganda dengan data runtun waktu (time series) yang diolah dengan menggunakan software computer SPSS. Statistik inferensial untuk mengestimasi sampel ke dalam populasi. 3.5.1 Statistik Deskriptif Deskriptif merupakan metode penulisan yang berusaha untuk menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan peneliti dalam deskriptif antara lain berupa: frekuensi, nilai minimum, maximum, rata-rata (mean), median, modus, simpangan baku (standart deviasi dan varian) dan koefisien korelasi antar variabel penelitian. (Indriantoro dan Supomo, 2014) 3.5.2 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana hubungan tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada US dollar terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2010-2013. 43 Menurut (Divianto, 2013) Y = f (X1, X2, X3 ) dalam hubungan fungsional di mana Y adalah fungsi linear, maka model regresi berganda untuk empat variabel di mana variabel terikatnya merupakan fungsi linear dari tiga variabel bebas. Model regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 = ei Keterangan : Y = IHSG a = Konstanta b1 = Koefisien Regresi Tingkat Inflasi b2 = Koefisien Regresi Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia b3 = Koefisien Regresi Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar 1 = Tingkat Inflasi 2 = Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia 3 = Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar ei = error 44 3.5.3 Uji Kualitas Data 3.5.3.1 Uji Asumsi Klasik Peneliti melakukan pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran. Jika suatu model dikatakan baik, maka dapat memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah uji multikolonieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan uji normalitas. Oleh karena itu peneliti dalam penelitian ini dilakukan uji terhadap asumsi klasik, apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan atau tidak agar model penelitian ini layak untuk digunakan. 3.5.3.1.1Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skore yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri disekitar nilai means sama dengan nol. Jadi salah satu cara mendeteksi normalitas adalah lewat pengamatan nilai residual, diketahui bahwa uji t dan F mengasumsi bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Cara lain adalah dengan melihat distribusi dari variabel-variabel yang akan diteliti. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi secara normal maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik sedangkan normalitas nilai residual 45 dideteksi dengan metode grafik. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji statistik kolmogorow-smirnov. (Ghozali, 2005) Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini di lakukan Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov. Untuk mendeteksi data terdistribusi normal atau tidak normal Kolmogorov-Smirnov didalam model regresi: a. Jika nilai signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05 atau 5% maka data terdistribusi normal. b. Jika nilai signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05 atau 5% maka data tidak terdistribusi normal. 3.5.3.1.2 Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah (Ghozali, 2005): a. Jika uji multikolinieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance 0,1 atau nilai VIF 10 yang mengindikasikan, maka terjadi gejala multikolinieritas pada model regresi dari penelitian ini. b. Jika uji multikolinieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance 0,1 atau nilai VIF 10 yang mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi dari penelitian ini. 46 3.5.3.1.3Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan atau sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series). Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. (Ghozali, 2005) Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat adanya hubungan antara data (observasi) satu dengan data yang lainnya dalam satu variabel. Setelah dilakukan pengujian awal ternyata data mengalami autokorelasi, untuk mengatasi gejala autokorelasi digunakan metode Durbin-Watson. Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu frist order autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen. 47 Tabel 3.5.3.1.3 Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4 - dl< d < 4 Tidak ada autokorelasi negative No decision 4 - du ≤ d ≤ 4- dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4- du 3.5.3.1.4Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik Heteroskedastisitas. adalah yang Kebanyakan Homoskesdatisitas data crossection atau tidak terjadi mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran kecil, sedang, besar. (Ghozali, 2005) Dalam penelitian ini untuk mendeteksi heteroskedastisitas data dapat dilakukan dengan Uji Glejser. Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Dengan tingkat signifikasi 5% maka model terbebas atau tidaknya dari masalah Heteroskedastisitas: 48 a. Jika probabilitas P > 0,05 model terbebas dari masalah Heteroskedastisitas. b. Jika probabilitas P < 0,05 model tidak terbebas dari masalah Heteroskedastisitas. 3.5.4 Uji Hipotesis Pengujian hipotesis merupakan proses yang kompleks, terutama jika data yang diteliti merupakan data sampel atau bagian dari populasi. Berdasarkan hasil pengujian terhadap sebagian dari populasi/sampel, peneliti membuat keputusan menolak atau mendukung hipotesis. (Indriantoro dan Supomo, 2014) Peneliti dalam penelitian ini untuk uji hipotesis dapat dilakukan secara bersamasama (simultan) dan parsial : 3.5.4.1 Uji F (Uji Model) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel penjelas yang digunakan dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini tingkat kesalahan atau probabilitas yang diinginkan P = 5% (Ghozali, 2005): a. Jika nilai sig. > 0,05, maka Ha ditolak b. Jika nilai sig. < 0,05, maka Ha diterima 3.5.4.2 Pengujian secara parsial (Uji Statistik t) Pengujian secara parsial, dilakukan uji-t untuk menguji pengaruh masing masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini tingkat kesalahan atau probabilitas yang diinginkan P = 5% (Ghozali, 2005): 49 a. Jika nilai sig. > 0,05, maka Ha diterima b. Jika nilai sig. < 0,05, maka Ha ditolak 3.5.5 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen yang terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. (Ghozali, 2005) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil statistik deskriptif terhadap data IHSG, tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan nilai tukar rupiah pada US dollar diperoleh sebanyak 192 data observasi yang berasal dari perkalian antara periode penelitian (4 tahun dari tahun 2010 – 2013) dengan jumlah pengamatan masing-masing 48 pengaramatan. Tabel 4.1.1 Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel Descriptive Statistics N INFLASI SBI NILAI TUKAR IHSG Valid N (listwise) 48 48 48 48 48 Minimum Maximum 1,23 2,17 1,34 2,00 ,0000827 ,0001172 7,84 8,53 Mean Std. Deviation 1,6579 ,26400 1,7419 ,19724 ,000106729 ,0000079337 8,2533 ,16874 Sumber: Ouput SPSS 19.0 Pada tabel 4.1.1 menunjukkan Statistik Deskriptif masing-masing variabel penelitian. Ukuran yang ditemukan dalam statistik desktiptif adalah minimum, maximum, mean, standar deviation. Tingkat inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang tidak disebut inflasi, kecuali apabila kenaikkan tersebut meluas mengakibatkan kenaikkan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Hasil 50 51 analisis dengan menggunakan statistik deskriprif terhadap tingkat inflasi menunjukkan nilai minimum sebesar 1,23, nilai maksimum sebesar 2,17 dengan rata-rata sebesar 1,6579, std. deviation sebesar 0,26400. Jika std 0,26400 < ratarata 1,6579, maka penyimpangan data kecil. Suku bunga SBI merupakan surat berharga yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan system diskoto/bunga. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel suku bunga SBI menunjukkan nilai minimum sebesar 1,34 nilai maksimum sebesar 2,00 dengan rata-rata sebesar 1,7419, std. deviation sebesar 0,19724. Jika std 0,19724 < rata-rata 1,7419, maka penyimpangan data kecil. Nilai tukar rupiah padaUS dollar merupakan sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat di pertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel nilai tukar rupiah pada US dollar menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0000827 nilai maksimum sebesar 0,0001172 dengan rata-rata 0,000106729, std. deviation sebesar 0,0000079337. Jika std 0,0000079337 < rata-rata 0,000106729, maka penyimpangan data kecil. Indeks harga saham gabungan IHSG merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat di bursa efek. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel IHSG menunjukkan nilai minimum sebesar 7,84 nilai maksimum sebesar 8,53 dengan rata-rata sebesar 8,2533, std. deviation sebesar 0,16874. Jika std 0,16874 < ratarata 8,2533, maka penyimpangan data kecil. 52 4.1.2 Analisis Regresi Berganda Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear berganda, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui hubungan variabel tingkat inflasi (X1), suku bunga SBI (X2), nilai tukar rupiah pada US dollar (X3) terhadap IHSG (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1.2 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B 1 (Constant) 8,953 ,341 INFLASI ,375 ,090 -,611 -2411,929 SBI NILAI TUKAR Std. Error Standardized Coefficients Beta Collinearity Statistics T Sig. Tolerance VIF 26,245 ,000 ,587 4,189 ,000 ,523 1,910 ,105 -,714 -5,825 ,000 ,684 1,461 2637,763 -,113 -,914 ,365 ,669 1,495 a. Dependent Variable: IHSG Sumber: Ouput SPSS 19.0 Keterangan : - Jumlah data (observasi) = 48 - Variabel Dependen Y (IHSG) - Signifikan pada level 5 % 53 Variabel dependen pada regresi ini adalah IHSG (Y) sedangkan variabel bebasnya adalah variabel tingkat inflasi (X1), suku bunga SBI (X2), dan nilai tukar rupiah pada US dollar (X3). Model regresi (Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 =.....bxn + e) berdasarkan hasil analisis di atas adalah: Y = 8,953 + 0,375X1 – 0,611X2 – 2411,929X3 + e Adapun interpretasi dari persamaan tersebut adalah : b = 0,375 1 Artinya, jika variabel tingkat inflasi (X1) naik satu konstanta,maka variabel IHSG akan naik sebesar 0,375. b = - 0,611 2 Artinya, jika variabel suku bunga SBI (X2) naik satu konstanta, maka variabel IHSG akan turun sebesar 0,611. b = - 2411,929 3 Artinya, jika variabel nilai tukar rupiah pada US dollar (X3) naik satu konstanta, maka variabel IHSG akan turun sebesar 2411,929. 4.2 Analisis Data 4.2.1 Uji Asumsi Klasik Salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah terpenuhinya asumsi klasik. Untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak bias dan efisien (Best Linear Unbias Estimator/BLUE) dari satu persamaan regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (Least Squares) perlu dilakukan 54 pengujian untuk mengetahui model regresi yang dihasilkan memenuhi persyaratan asumsi klasik, yaitu : berdistribusi normal, tidak ada multikolinearitas, tidak ada autokorelasi, dan tidak ada heteroskedastisitas. 4.2.1.1Uji Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal apakah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik), pada sumbu diagonal pada grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Uji normalitas menggunakan uji statistik Kolmogorow-Smirnov hasil pengujian sebagai berikut: Tabel 4.2.1.1 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Ouput SPSS 19.0 Unstandardized Residual 48 ,0000000 ,11352800 ,073 ,061 -,073 ,506 ,960 55 Berdasarkan tabel 4.2.1.1 hasil sig. 0,960 > 0,05. Karena nilai signifikan lebih dari 0,05, sehingga data dalam penelitian ini dapat disimpulkan sudah berdistribusi normal memenuhi syarat model regresi karena sudah normal. 4.2.1.2Uji Multikolinearitas Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Menurut (Ghozali, 2005) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi yaitu : a. Jika uji multikolinieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance 0,1 atau nilai VIF 10 yang mengindikasikan, maka terjadi gejala multikolinieritas pada model regresi dari penelitian ini. b. Jika uji multikolinieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance 0,1 atau nilai VIF 10 yang mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi dari penelitian ini. Dalam penelitian ini diperoleh nilai tolerance dan VIF seperti pada tabel 4.2.1.2 sebagai berikut: 56 Tabel 4.2.1.2 Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) INFLASI ,523 1,910 SBI ,684 1,461 NILAI TUKAR ,669 1,495 Sumber: Ouput SPSS 19.0 Keterangan : - Jumlah data (observasi) = 48 - Variabel DependenY Dari tabel 4.2.1.2 tersebut dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari ketiga variabel independen tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan nilai tukar rupiah pada US dollar menghasilkan nilai Tolerance 0,1 dan nilai VIF 10, jadi dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah multikolinieritas. 4.2.1.3Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan atau dengan kata lain munculnya 57 suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. (Ghozali, 2005) Adanya suatu autokorelasi bertentangan dengan salah satu asumsi dasar dari regresi berganda yaitu tidak adanya korelasi diantara alat acaknya. Artinya jika ada autokorelasi, maka dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi yang diperoleh kurang akurat. Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan Uji Durbin Watson (DW) yang bisa dilihat dari hasil uji regresi berganda. Secara konvensional dapat dikatakan bahwa suatu persamaan regresi dikatakan telah memenuhi asumsi autokorelasi jika nilai dari Uji Durbin Watson mendekati dua atau lebih. Berikut hasil perhitungan DW dengan menggunakan regresi: Tabel 4.2.1.3 Hasil Uji Durbin-Waston (DW) Model Summaryb Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate a 1 ,740 ,547 ,516 ,11733 a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI b. Dependent Variable: IHSG DurbinWatson ,424 Sumber: Ouput SPSS 19.0 Keterangan : - Jumlah data (observasi) = 48 - Variabel DependenY - Nilai dl dan du pada level 5 % dengan K = 3, N = 48 Dengan demikian korelasi serial diantara disturbance terms, sehingga variabel tersebut independen (ada autokorelasi) yang ditunjukkan dengan dw < du 58 (0,424 < 1,62308), artinya terjadi autokorelasi. Kemudian dilakukan uji Runs Test didapat hasil: Tabel 4.2.1.3 Hasil Uji Runs Test Runs Test Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median Unstandardized Residual ,01274 24 24 48 10 -4,231 ,000 Sumber: Ouput SPSS 19.0 Hasil uji Runs Test nilai P = 0,000 < 0,05, artinya masih terjadi autokorelasi. Menurut Hidayat (2015) bahwa adanya autokorelasi dalam regresi linear (Ordinary Least Squares) menyebabkan variansi sampel tidak dapat menggambarkan variansi populasi, model regresi yang dihasilkan tak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel tak bebas dari nilai variabel-behas tertentu, koefisien regresi yang diperoleh kurang akurat. Masalah autokorelasi ini sering terjadi pada regresi linear dengan menggunakan data runtut waktu atau time-series. Jika terdapat autokorelasi maka harus diperbaiki dengan cara transformasi. Salah satu transformasi data adalah menggunakan lag-1. Jurnal penelitian Khajar (2008) yang berjudul “Pengujian Efisiensi Dan Peningkatan Efisiensi Bentuk Lemah Bursa Efek Indonesia Pada Saat Dan 59 Sesudah Krisis Moneter Pada Saham-Saham LQ-45”, pada uji autokorelasi menggunakan Lag-1. Dengan demikian penelitian ini uji autokorelasi menggunakan lag-1. Langkah analisis transformasi dengan lag menurut Ghozali (2011) dapatkan nilai lag satu residual (Ut-1) dengan perintah Transform dan Compute. Isikan pada Target Variabel Ut_1 dan isikan pada kotak Numeric Expression Lag (Res_1). Dalam penelitian ini Transform dan Computeresidual dengan menggunakan unstandartized residual sehingga dihasilkan res-1, lalu dilakukan lag(1) didapatkan kolom baru setelah didapatkan hasil variabel baru Lag_Y dilanjutkan analisis regresi linier dengan memasukkan variabel Lag_Y ke dalam kelompok variabel independen selain tingkat inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah ke US dollar. Setelah dilakukan lag pada variabel dependen (IHSG) didapatkan lag_Y kemudian dilakukan uji autokorelasi dengan memasukkan variabel independen dan ditambahkan lag_Y dalam variabel independennya didapatkan hasil: Tabel 4.2.1.3 Hasil Uji Lag_Y Model Summaryb Model 1 R R Square ,784a ,614 Adjusted R Square ,606 a. Predictors: (Constant), Lag_Y b. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber: Ouput SPSS 19.0 Std. Error of the Estimate Durbin-Watson ,07048853 1,646 60 Keterangan : - Jumlah data (observasi) = 48 - Variabel DependenY - Nilai dl dan du pada level 5 % dengan K = 3, N = 48 Pada tabel 4.2.1.3 dari hasil uji Lag_Y tersebut didapatkan nilai DurbinWatson (DW) 1,646, sehingga variabel tersebut independen (ada autokorelasi) yang terletak pada daerah du < dw < 4-du (1,62308 < 1,646 < 2,37692), artinya tidak ada autokorelasi positif dan negatif. Gambar 4.2.1.3 Hasil Uji Autokorelasi + Ragu-ragu dl 1,45004 du 1,62308 Bebas Ragu-ragu (4-du) (4-dl) 2,37692 2,5996 - Dw = 1,646 (tidak ada autokorelasi positif dan negatif) Kelebihan lag yaitu salah satu alternatif untuk mengatasi model regresi linier yang terkena gangguan autokorelasi adalah dengan memasukkan lag dari variabel terikat menjadi salah satu variabel bebasnya (Konsultan Statistik, 2009). Juga autokorelasi adalah korelasi yang terjadi antar observasi dalam satu variabel. Hal ini disebabkan karena data time series merupakan data satu aset yang diobservasi dalam rentangan waktu, oleh karena itu nilai yang terjadi saat ini memiliki hubungan dengan nilai yang terjadi di masa lalu (Sumani, 2008). Kekurangan lag yaitu termasuk salah satu analisis autoregresif yang akan kehilangan sebuah observasi. Bila data time series cukup panjang mungkin hal 61 tersebut tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi bila data relatif tidak banyak, maka akan menimbulkan masalah (Sumani, 2008). Pada tahap interpretasi model, lag variabel tidak perlu diinterpretasikan karena hanya merupakan metode untuk menghilangkan gangguan autokorelasi saja (Konsultan Statistik, 2009). 4.2.1.4Uji Heteroskedastisitas Menurut (Ghozali, 2005) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi heteroskedastisitas data dapat dilakukan dengan Uji Glejser. Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Bila signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (5%) maka persamaan regresi tersebut mengandung heteroskedastisitas dan sebaliknya berarti non heteroskedastisitas atau homoskedastisitas. Hasil uji heroskedastisitas ditunjukkan pada tabel berikut dengan menggunakan uji glejser: 62 Tabel 4.2.1.4 Hasil Uji Glejser Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) -,269 ,171 Inflasi -,011 ,045 ,073 2371,521 SBI Nilai Tukar Beta t Sig. -1,572 ,123 -,045 -,234 ,816 ,053 ,232 1,388 ,172 1321,051 ,304 1,795 ,079 a. Dependent Variable: ABSRES Sumber: Ouput SPSS 19.0 Dari perhitungan yang terdapat pada tabel dapat diketahui bahwa seluruh variabel telah memenuhi syarat uji heteroskedastisitas tidak terjadi Heteroskedastisitas, dimana seluruh nilai sig. yang diperoleh lebih besar dari 0,05. 4.2.2 Uji Regresi 4.2.2.1 Uji F (Uji Model) Uji statistik F pada dasarnya untuk mengetahui apakah semua variabel penjelas yang digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji F dan besarnya F tabel dengan Degree of Freedom (df) 5%. 63 Tabel 4.2.2.1 Hasil Uji F Secara Simultan ANOVAb Sum of Model Squares Df Mean Square 1 Regression ,733 3 ,244 Residual ,606 44 ,014 Total 1,338 47 a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI b. Dependent Variable: IHSG F 17,735 Sig. ,000a Sumber: Ouput SPSS 19.0 Berdasarkan tabel 4.2.2.1 untuk hipotesis yang pertama dilakukan dengan Uji F yaitu pengujian secara simultan (bersama-sama) pengaruh tingkat inflasi (X1), suku bunga SBI (X2), dan nilai tukar rupiah pada US dollar (X3) terhadap IHSG (Y). Pada pengujian ini Ha diterima yang ditunjukkan dengan besarnya 0,000 < 0,05, maka secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari variabel tingkat inflasi (X1), suku bunga SBI (X2), dan nilai tukar rupiah pada US dollar (X3) terhadap IHSG (Y). 4.2.2.2 Uji t (Uji Hipotesis) Untuk menunjukkan apakah variabel bebas secara parsial (secara individu) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat serta untuk membuktikan variabel manakah yang dominan, maka digunakan uji t dan koefisien Beta yang telah distandarisasi. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji t dan besarnya t tabel pada signifikansi 5%: 64 Tabel 4.2.2.2 Hasil Uji t (Uji Hipotesis) Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 8,953 ,341 INFLASI ,375 ,090 SBI -,611 NILAI TUKAR -2411,929 Standardized Coefficients Beta T Sig. 26,245 ,000 ,587 4,189 ,000 ,105 -,714 -5,825 ,000 2637,763 -,113 -,914 ,365 a. Dependent Variable: IHSG * Signifikan pada level 5 % Sumber: Ouput SPSS 19.0 4.2.2.2.1Variabel tingkat inflasi Variabel tingkat inflasi memiliki nilai angka signifikansi sebesar 0,000, nilai ini lebih kecil dari α = 5% (0,000 < 0,05). Dengan demikian pengujian menunjukkan Ha diterma atau Ho ditolak. Hasil ini memperlihatkan bahwa uji hipotesis dalam penelitian ini yaitu tingkat inflasi secara parsial berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). 4.2.2.2.2Variabel suku bunga SBI Variabel suku bunga SBI memiliki nilai angka signifikansi sebesar 0,000, nilai ini lebih kecil dari α = 5% (0,000 < 0,05). Dengan demikian pengujian 65 menunjukkan Ha diterima atau Ho ditolak. Hasil ini memperlihatkan bahwa uji hipotesis dalam penelitian ini yaitu suku bunga SBI secara parsial berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). 4.2.2.2.3Variabel nilai tukar rupiah pada US dollar Variabel nilai tukar rupiah pada US dollar memiliki nilai angka signifikansi sebesar 0,365, nilai ini lebih besar dari α = 5% (0,365 > 0,05). Dengan demikian pengujian menunjukkan Ha ditolak atau Ho diterima. Hasil ini memperlihatkan bahwa uji hipotesis dalam penelitian ini yaitu nilai tukar rupiah pada US dollar secara parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). 4.2.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen yang terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. (Ghozali, 2005) 66 Tabel 4.2.3 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ((R2) Model Summaryb Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate a 1 ,740 ,547 ,516 ,11733 a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI b. Dependent Variable: IHSG DurbinWatson ,424 Sumber: Ouput SPSS 19.0 Pada tabel 4.2.3 dari hasil estimasi diperoleh koefisien determinasi yang telah disesuaikan Adjusted R Square sebesar 0,516 dengan demikian variabel dependen IHSG dipengaruhi variabel independen tingkat inflasi (X1), suku bunga SBI (X2), dan nilai tukar rupiah pada US dollar (X3) sebesar 51,6%. Sedangkan sisanya (100% - 51,6% = 48,4%) dipengaruhi variabel lain diluar penelitian. Besarnya nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (sebesar 0,516) menunjukkan bahwa model regresi tersebut adalah sedang dalam mewakili observasi. Standart Error of the Estimate (SEE) sebesar 0,11733. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel IHSG. 4.3 Pembahasan Dari pembahasan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa indeks harga saham gabungan IHSG pada periode 4 tahun yaitu 2010-2013 sangat berpengaruh terhadap tingkat inflasi dan suku bunga SBI, dan tidak berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah pada US dollar. Adapun pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: 67 4.3.1 Variabel Tingkat Inflasi Hasil penelitian bahwa variabel tingkat inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1,6579 akan menyebabkan peningkatan indeks harga saham gabungan IHSG sebesar 8,2533. Terbukti variabel tingkat inflasi menjadi variabel yang berpengaruh kedua terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Taqiyuddin, dkk (2011) tingkat inflasi mempengaruhi IHSG dengan pengaruh signifikan positif bahwa angka inflasi yang tinggi ditunjukkan akan berakibat naiknya harga-harga barang biasanya akan mendorong BI (Bank Indonesia) untuk menaikkan suku bunga. Jika nilai inflasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan maka Bank Indonesia harus mengendalikannya dengan menaikkan suku bunga SBI. Tingginya inflasi dan suku bunga bank akan menyebabkan beban operasional perusahaan semakin berat serta akan mempengaruhi kinerja keuangan badan usaha. Dengan adanya inflasi tersebut nilai uang rupiah mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dengan adanya kenaikan inflasi berakitbat harga-harga saham di indeks harga saham gabungan IHSG akan mengalami kenaikan sehingga indeks harga saham gabungan IHSG pun mengalami kenaikan juga. Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor konsumsi masyarakat yang meningkat, memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu (Divianto, 2013). 68 Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Taqiyuddin, dkk (2011), Divianto (2013), dan Krisna dan Wirawati (2013) menunjukkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut Nopirin (1994) inflasi yang tinggi merupakan masalah ekonomi, tenaga beli uang (pendapatan) turun. Masyarakat yang pendapatannya tetap akan dirugikan sedangkan yang berpenghasilan tidak tetap kadangkala diuntungkan. Dengan demikian inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan. Pada kondisi inflasi yang tinggi maka harga barang-barang atau bahan baku memiliki kecenderungan untuk meningkat. Akibat inflasi yang terus menerus meningkat mengakibatkan semua bidang ekonomi terkena imbasnya. Peningkatan harga barang-barang dan bahan baku akan membuat biaya produksi menjadi tinggi sehingga akan berpengaruh pada penurunan jumlah permintaan yang berakibat pada penurunan penjualan sehingga akan mengurangi pendapatan perusahaan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya Budiantara (2012), dan Ismawati dan Hermawan (2013) memperoleh hasil bahwa Tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG mempunyai pengaruh terhadap pilihan jenis investasi oleh investor, saat kurs tukar melemah dan suku bunga rendah investor akan menahan sahamnya untuk diperjualbelikan dan saat tingkat inflasi yang tinggi dan ketidakstabilan ekonomi terjadi investor akan memilih investasi bentuk lain sehingga indeks harga saham gabungan IHSG akan turun. 69 4.3.2 Variabel Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Hasil penelitian bahwa variabel suku bunga SBI berpengaruh signifikan negatif terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Terbukti variabel suku bunga SBI menjadi variabel berpengaruh terbesar terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Setiap kenaikan suku bunga SBI sebesar 1,7419 akan menyebabkan penurunan indeks harga saham gabungan IHSG sebesar 8,2533. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Divianto (2013) suku bunga SBI berpengaruh signifikan negatif terhadap IHSG karena meningkatnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bisa berdampak pada peningkatan bunga deposito yang pada akhirnya mengakibatkan tingginya tingkat bunga kredit, sehingga investasi dalam perekonomian menjadi penurunan. Besar kecilnya investasi secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian. Investasi domestik yang menurun mengakibatkan meningkatnya ketergantungan usaha domestik pada investor luar negeri, bahwa terjadi peningkatan aliran arus dollar AS ke dalam negeri. Dengan adanya penurunan investasi berakibat pada penurunan harga beli saham. Dengan demikian terjadi penurunan indeks harga saham gabungan IHSG. Menurut Pohan (2008) suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi di dalam negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya akan menurunkan pula kebutuhan dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan terhadap kredit perbankan juga menurun sehingga dalam kondisi suku bunga yang tinggi, yang menjadi persoalan adalah ke mana dana itu akan disalurkan. Di sisi perbankan, dengan bunga yang tinggi bank mampu menghimpun dana untuk 70 disalurkan bentuk kredit kepada dunia usaha. Namun di sisi dunia usaha, kendati dana kredit perbankan tersedia beban bunga yang harus mereka tanggung lebih tinggi sehingga dunia usaha cenderung mencari alternatif pendanaan yang lebih murah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Budiantara (2012), Divianto (2013), dan Ismawati dan Hermawan (2013) memperoleh hasil bahwa suku bunga Sertifikat Bank Indonesia memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya Taqiyuddin, dkk (2011), dan Divianto (2013) memperoleh hasil bahwa suku bunga Sertifikat Bank Indonesia memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Kenaikan suku bunga SBI yang agresif bisa memperkuat rupiah, tapi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan anjlok karena investor lebih suka menabung di bank. Apabila suku bunga SBI mengalami peningkatan maka harga saham akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya ketika suku bunga mengalami penurunan maka harga saham akan mengalami peningkatan. Karena dengan tingginya suku bunga SBI, rupiah melemah. Dan akibat beralihnya investasi rupiah. Sebaliknya apabila suku bunga SBI mengalami penurunan maka investor akan kembali berinvestasi pada pasar modal, karena posisi IHSG mengalami peningkatan. 71 4.3.3 Variabel Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Hasil penelitian bahwa variabel nilai tukar rupiah pada US dollar tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Setiap kenaikan nilai tukar rupiah pada US Dollar sebesar 0,000106729 akan menyebabkan penurunan indeks harga saham gabungan IHSG sebesar 8,2533. Terbukti bahwa variabel nilai tukar rupiah pada US dollar menjadi variabel yang berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Ismawati dan Hermawan (2013) nilai tukar rupiah pada US dollar tidak berpengaruh terhadap IHSG yaitu ketika kurs rupiah terhadap mata uang asing mengalami penguatan maka akan banyak investor berinvestasi pada saham. Karena penguatan tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian dalam keadaan bagus. Ketika kurs rupiah melemah yang berarti mata uang asing mengalami penguatan maka mengindikasikan bahwa perekonomian dalam kondisi yang kurang baik. Dengan kondisi investor mengalihkan dananya dari saham ke instrumen lain dalam bentuk tabungan atau deposito maka investor akan memicu penurunan terhadap pergerakan nilai IHSG di bursa saham. Nilai tukar yang melonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor. Oleh karena itu, pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro. Nilai rupiah yang relatif lamban dibandingkan dengan laju inflasi di dalam negeri relatif 72 terhadap luar negeri dapat mengakibatkan harga barang-barang ekspor relatif lebih mahal. (Pohan, 2008). Stabilitas nilai tukar menjadi relevan bagi perekonomian terbuka karena menunjukkan stabilitas posisi relatif perekonomian dalam internasional. Perekonomian yang mampu menjaga stabilitas nilai tukarnya adalah perekonomian yang memiliki struktur ekonomi yang relatif kuat. Kerjasamanya dengan dunia internasional adalah untuk memperkuat atau meningkatkan kesejahteraan. Data empiris menunjukkan bahwa perekonomian yang kuat dan maju memiliki stabilitas nilai tukar. Salah satu ukuran dari stabilitas nilai tukar adalah arah perkembangan dan fluktuasi nilai tukar, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. (Manurung dan Rahardja, 2004) Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya Taqiyuddin, dkk (2011), dan Krisna dan Wirawati (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Apresiasi nilai tukar rupiah menunjukkan semakin membaiknya keadaan perekonomian di Indonesia. Sebaliknya depresiasi nilai tukar rupiah menunjukkan resesi kondisi perekonomian di Indonesia. Pengaruh nilai tukar rupiah pada US Dollar yang signifikan dikarenakan US Dollar merupakan alternatif investasi yang menguntungkan terutama disaat terjadi depresiasi rupiah. Terjadinya depresiasi rupiah akan mendorong investor untuk memindahkan dananya ke pasar valuta asing dengan harapan akan tingkat pengembalian yang tinggi. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan IHSG, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap indeks harga saham gabungan IHSG.Pengaruh positif menunjukkan sifat hubungan searah, apabila tingkat inflasi mengalami kenaikan maka indeks harga saham gabungan IHSG juga mengalami kenaikan. 2. Suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan negatif terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Pengaruh negatif menunjukkan sifat hubungan berlawanan arah, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan maka indeks harga saham gabungan IHSG mengalami penurunan. 3. Nilai tukar rupiah pada US dollar tidak berpengaruh parsial secara signifikan terhadap indeks harga saham gabungan IHSG dengan arah hubungan negatif/sifat hubungan berlawanan arah, apabila nilai tukar rupiah pada US dollar mengalami kenaikan maka indeks harga saham gabungan IHSG mengalami penurunan. 73 74 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfat bagi perusahaan atau pihak lain yang berkepentingan. Adapun saran yang diberikan, antara lain: 1. Sebaiknya penelitian lebih lanjut diharapkan meneliti pengaruh teori makro ekonomi lainnya seperti Indeks Harga Saham, Indeks LQ-45, dan lain-lain. Sehingga dapat dipilih indeks mana saja yang rentan terhadap ketidak stabilannya kondisi makro ekonomi dan diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengembangan ilmu pengetahuan dapat membantu mahasiswa untuk menambah wawasan yang baru bahwa faktor-faktor ekonomi makro juga berpotensi mempengaruhi kinerja bursa saham, jadi tidak hanya faktorfaktor internal bursa itu sendiri saja. 2. Hasil dari penelitian ini dapat membantu investor dalam menentukan apakah akan menjual, membeli atau menahan saham yang mereka miliki berkenaan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah pada US dollar dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia. 3. Jika tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan nilai tukar rupiah pada US dollar berpengaruh terhadap IHSG, maka Pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan nilai tukar rupiah pada US dollar dan suku bunga SBI sehingga pengaruh yang akan terjadi dapat diantisipasi dan ditangani dengan sebaik-baiknya. 4. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menggunakan metode lain yang dikemungkinkan lebih baik dari pengaruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh hasil 75 penelitian yang lebih baik dengan menambah variabel. Melakukan penelitian variabel lain yang berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan IHSG di luar hasil penelitian. 76 DAFTAR PUSTAKA Anton dan Triono Hermawan. 2010.“Pengaruh Nilai Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar US, Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia Dan Harga Emas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”.Fakultas Ekonomi Universitas Untag. Arifin, Ali.2004. Membaca Saham. Edisi Dua.Yogyakarta: Andi Offset. Boediono. 1988. Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 Ekonomi Moneter. Edisi Tiga. Yogyakarta: BPFE. Budiantara, M. 2012.“Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Kurs, Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia”.Jurnal Sosiohumaniora. Vol. 3, No. 3. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin.2011.Pasar Modal Indonesia. Edisi Tiga.Jakarta: Salemba Empat. Divianto.2013.“Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia”.Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi (JENIUS). Vol. 3, No. 2. Fahmi, Irham. 2012.Manajemen Investasi Teori Dan Soal Jawab.Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Imam. 2011.Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”. Edisi Lima.Semarang: Universitas Diponegoro. Herlianto, Didit. 2010. Seluk Beluk Investasi di Pasar Modal di Indonesia. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Hidayat, Arwan. 2015. Cochrane Orcutt.www.statistikian.com. Indrianto, Nur dan Supomo Bambang. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen.Edisi Pertama.Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Ismawati, Linna dan Hermawan Beni. 2013.“Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dollar AS, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)”.Jurnal Ekono Insentif Kopwil4. Vol. 7, No. 2. Khajar, Ibnu. 2008. Pengujian Efisiensi Dan Peningkatan Efisiensi Bentuk Lemah Bursa Efek Indonesia Pada Saat Dan Sesudah Krisis Moneter Pada Saham-Saham LQ-45, Jurnal Penelitian National Conference on Management Research, Makassar, 27 November 2008. 77 Konsultan Statistik. 2009. Penanggulangan www.konsultanstatistik.com. Masalah Autokorelasi. Krisna,Anak Agung Gde Aditya dan Wirawati Ni Gusti Putu. 2013.“Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI Pada Indeks Harga Saham Gabungan Di BEI”.Fakultas Ekonomi Universitas UNUD. Manurung, Mandala dan RahardjaPrathama. 2004. Uang Perbankan dan Ekonomi Moneter. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nopirin. 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Edisi Pertama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Samuelson, A. Paul dan Nordhaus D. William. 1992. MAKROEKONOMI. Edisi Empat Belas. Jakarta: Erlangga. Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sumani. 2008. Analisis Hubungan Metodologi. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital /127794-T%2026486-Indeks%20harga-Metodologi.pdf. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. 2004. Edisi Keempat. Yogyakarta: YKPN. Taqiyuddin, Muhammad, dkk. 2011. “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Dan Nilai Tukar Rupiah Pada US Dollar Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Widoatmodjo, Sawidji. 2005. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT. Gramedia. www.bi.go.id www.yahoxxxxofinance.com Lampiran A Data Mentah No Tingkat Inflasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 3,72 3,81 3,43 3,91 4,16 5,05 6,22 6,44 5,8 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84 6,65 6,16 5,98 5,54 4,61 4,79 4,61 4,42 4,15 3,79 3,65 3,56 3,97 4,5 4,45 4,53 4,56 4,58 4,31 4,61 4,32 4,3 4,57 5,31 5,9 Ln Suku Bunga SBI Ln 1,31 1,34 1,23 1,36 1,43 1,62 1,83 1,86 1,76 1,74 1,85 1,94 1,95 1,92 1,89 1,82 1,79 1,71 1,53 1,57 1,53 1,49 1,42 1,33 1,29 1,27 1,38 1,50 1,49 1,51 1,52 1,52 1,46 1,53 1,46 1,46 1,52 1,67 1,77 6,59662 6,59367 6,55831 6,49513 6,57796 6,59605 6,63019 6,63341 6,72526 6,73176 6,42326 6,26221 6,08058 6,70542 6,71887 7,17517 7,36011 7,36317 7,27563 6,77557 6,28206 5,76845 5,22412 5,03858 4,88325 3,8229 3,82637 3,9257 4,23785 4,32005 4,45727 4,54005 4,67165 4,74612 4,77039 4,80274 4,84021 4,86119 4,8695 1,89 1,89 1,88 1,87 1,88 1,89 1,89 1,89 1,91 1,91 1,86 1,83 1,81 1,90 1,90 1,97 2,00 2,00 1,98 1,91 1,84 1,75 1,65 1,62 1,59 1,34 1,34 1,37 1,44 1,46 1,49 1,51 1,54 1,56 1,56 1,57 1,58 1,58 1,58 Nilai Tukar Rupiah Ke Dollar 0,0001078 0,0001070 0,0001090 0,0001108 0,0001089 0,0001093 0,0001105 0,0001115 0,0001114 0,0001120 0,0001119 0,0001108 0,0001107 0,0001122 0,0001141 0,0001156 0,0001169 0,0001168 0,0001172 0,0001172 0,0001141 0,0001124 0,0001109 0,0001100 0,0001098 0,0001108 0,0001091 0,0001090 0,0001076 0,0001058 0,0001057 0,0001053 0,0001045 0,0001042 0,0001039 0,0001037 0,0001032 0,0001032 0,0001030 Harga IHSG Ln 2610,8 2549,03 2777,3 2971,25 2796,96 2913,68 3069,28 3081,88 3501,3 3635,32 3531,21 3703,51 3409,17 3470,35 3678,67 3819,62 3836,97 3888,57 4130,8 3841,73 3549,03 3790,85 3715,08 3821,99 3941,69 3985,21 4121,55 4180,73 3832,82 3955,58 4142,34 4060,33 4262,56 4350,29 4276,14 4316,69 4453,7 4795,79 4940,99 7,87 7,84 7,93 8,00 7,94 7,98 8,03 8,03 8,16 8,20 8,17 8,22 8,13 8,15 8,21 8,25 8,25 8,27 8,33 8,25 8,17 8,24 8,22 8,25 8,28 8,29 8,32 8,34 8,25 8,28 8,33 8,31 8,36 8,38 8,36 8,37 8,40 8,48 8,51 40 41 42 43 44 45 46 47 48 5,57 5,47 5,9 8,61 8,79 8,4 8,32 8,37 8,38 1,72 1,70 1,77 2,15 2,17 2,13 2,12 2,12 2,13 4,89075 5,02275 5,27558 5,52051 5,85743 6,95555 6,97042 7,22435 7,21695 1,59 1,61 1,66 1,71 1,77 1,94 1,94 1,98 1,98 0,0001028 0,0001024 0,0001012 0,0000993 0,0000946 0,0000881 0,0000880 0,0000861 0,0000827 5034,07 5068,63 4818,9 4610,38 4195,09 4316,18 4510,63 4256,44 4274,18 8,52 8,53 8,48 8,44 8,34 8,37 8,41 8,36 8,36 Lampiran B Hasil Output SPSS Tabel 4.1.1 Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel Descriptive Statistics N INFLASI SBI NILAI TUKAR IHSG Valid N (listwise) 48 48 48 48 48 Minimum Maximum 1,23 2,17 1,34 2,00 ,0000827 ,0001172 7,84 8,53 Mean Std. Deviation 1,6579 ,26400 1,7419 ,19724 ,000106729 ,0000079337 8,2533 ,16874 Sumber: Ouput SPSS 19.0 Tabel 4.1.2 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 8,953 ,341 ,375 ,090 ,587 -,611 ,105 -,714 -2411,929 2637,763 -,113 Model 1 (Constant) INFLASI SBI NILAI TUKAR a. Dependent Variable: IHSG Sumber: Ouput SPSS 19.0 t 26,245 4,189 -5,825 -,914 Sig. ,000 ,000 ,000 ,365 Collinearity Statistics Tolerance VIF ,523 ,684 ,669 1,910 1,461 1,495 Tabel 4.2.1.1 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Unstandardize d Residual 48 ,0000000 ,11352800 ,073 ,061 -,073 ,506 ,960 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Ouput SPSS 19.0 Tabel 4.2.1.2 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 8,953 ,341 ,375 ,090 ,587 -,611 ,105 -,714 -2411,929 2637,763 -,113 Model 1 (Constant) INFLASI SBI NILAI TUKAR a. Dependent Variable: IHSG Sumber: Ouput SPSS 19.0 t 26,245 4,189 -5,825 -,914 Sig. ,000 ,000 ,000 ,365 Collinearity Statistics Tolerance VIF ,523 ,684 ,669 1,910 1,461 1,495 Tabel 4.2.1.3 Hasil Uji Durbin-Waston (DW) Model Summaryb Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate a 1 ,740 ,547 ,516 ,11733 a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI b. Dependent Variable: IHSG Sumber: Ouput SPSS 19.0 Tabel 4.2.1.3 Hasil Uji Runs Test Runs Test Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median Unstandardized Residual ,01274 24 24 48 10 -4,231 ,000 Sumber: Ouput SPSS 19.0 DurbinWatson ,424 Tabel 4.2.1.3 Hasil Uji Lag_Y Model Summaryb Model 1 R R Square ,784a ,614 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson ,606 ,07048853 1,646 a. Predictors: (Constant), Lag_Y b. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber: Ouput SPSS 19.0 Tabel 4.2.1.4 Hasil Uji Glejser Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -,269 ,171 -,011 ,045 -,045 ,073 ,053 ,232 2371,521 1321,051 ,304 Model 1 (Constant) INFLASI SBI NILAI TUKAR a. Dependent Variable: ABSRES Sumber: Ouput SPSS 19.0 t -1,572 -,234 1,388 1,795 Sig. ,123 ,816 ,172 ,079 Collinearity Statistics Tolerance VIF ,523 ,684 ,669 1,910 1,461 1,495 Tabel 4.2.2.1 Hasil Uji F Secara Simultan ANOVAb Sum of Model Squares df Mean Square 1 Regression ,733 3 ,244 Residual ,606 44 ,014 Total 1,338 47 a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI b. Dependent Variable: IHSG F 17,735 Sig. ,000a Sumber: Ouput SPSS 19.0 Tabel 4.2.2.2 Hasil Uji t (Uji Hipotesis) Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 8,953 ,341 ,375 ,090 ,587 -,611 ,105 -,714 -2411,929 2637,763 -,113 Model 1 (Constant) INFLASI SBI NILAI TUKAR a. Dependent Variable: IHSG T 26,245 4,189 -5,825 -,914 Sig. ,000 ,000 ,000 ,365 Collinearity Statistics Tolerance VIF Sumber: Ouput SPSS 19.0 Tabel 4.2.3 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ((R2) Model Summaryb Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate 1 ,740a ,547 ,516 ,11733 a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI b. Dependent Variable: IHSG Sumber: Ouput SPSS 19.0 DurbinWatson ,424 ,523 ,684 ,669 1,910 1,461 1,495 Tabel 4.2.1.1 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Unstandardize d Residual 48 ,0000000 ,11352800 ,073 ,061 -,073 ,506 ,960 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Ouput SPSS 19.0 Tabel 4.2.1.2 Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) INFLASI ,523 1,910 SBI ,684 1,461 NILAI TUKAR ,669 1,495 Sumber: Ouput SPSS 19.0 Tabel 4.2.1.3 Hasil Uji Lag_Y Model Summaryb Model R R Square ,784a 1 Adjusted R Square ,614 Std. Error of the Estimate Durbin-Watson ,606 ,07048853 1,646 a. Predictors: (Constant), Lag_Y b. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber: Ouput SPSS 19.0 Tabel 4.2.1.4 Hasil Uji Glejser Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) -,269 ,171 Inflasi -,011 ,045 ,073 2371,521 SBI Nilai Tukar t Sig. -1,572 ,123 -,045 -,234 ,816 ,053 ,232 1,388 ,172 1321,051 ,304 1,795 ,079 a. Dependent Variable: ABSRES Sumber: Ouput SPSS 19.0 Beta Tabel 4.2.2.1 Hasil Uji F Secara Simultan ANOVAb Sum of Model Squares df Mean Square 1 Regression ,733 3 ,244 Residual ,606 44 ,014 Total 1,338 47 a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI b. Dependent Variable: IHSG F 17,735 Sig. ,000a Sumber: Ouput SPSS 19.0 Tabel 4.2.2.2 Hasil Uji t (Uji Hipotesis) Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 8,953 ,341 INFLASI ,375 ,090 SBI -,611 NILAI TUKAR -2411,929 T Sig. 26,245 ,000 ,587 4,189 ,000 ,105 -,714 -5,825 ,000 2637,763 -,113 -,914 ,365 a. Dependent Variable: IHSG Sumber: Ouput SPSS 19.0 Standardized Coefficients Beta Tabel 4.2.3 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ((R2) Model Summaryb Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate a 1 ,740 ,547 ,516 ,11733 a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI b. Dependent Variable: IHSG Sumber: Ouput SPSS 19.0 DurbinWatson ,424