pengaruh tingkat inflasi, suku bunga sbi, dan nilai tukar rupiah pada

advertisement
PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA
SBI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA US
DOLLAR TERHADAP PERGERAKAN INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2013
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro
Disusun oleh:
ANISYA NURUL PRAMITHA SARI
B12.2011.01976
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2015
PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA
SBI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA US
DOLLAR TERHADAP PERGERAKAN INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN
2010-2013
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro
Disusun oleh:
ANISYA NURUL PRAMITHA SARI
B12.2011.01976
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2015
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Anisya Nurul Pramitha Sari
NIM
: B12.2011.01976
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
: Akuntansi - S1
Judul Skripsi
: PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI,
DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA US DOLLAR
TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
TAHUN 2010-2013
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila di
kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, manipulasi dan / atau pemalsuan data
maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Semarang,
31 Maret 2015
(Anisya Nurul Pramitha Sari)
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
: Anisya Nurul Pramitha Sari
NIM
: B12.2011.01976
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
: Akuntansi - S1
Judul Skripsi
: PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI,
DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA US DOLLAR
TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
TAHUN 2010-2013
Dosen Pembimbing : Dr St. Dwiarso Utomo, SE, M.Kom, Akt, CA
Semarang, 31 Maret 2015
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(Dr. Agus Prayitno, MM)
Dosen Pembimbing
(Dr St. Dwiarso Utomo, SE, M.Kom, Akt, CA)
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI
Nama
: Anisya Nurul Pramitha Sari
NIM
: B12.2011.01976
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Program Studi
: Akuntansi - S1
Judul Skripsi
: PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI,
DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA US DOLLAR
TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
TAHUN 2010-2013
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal
Maret 2015
Tim Penguji :
1. Dr St. Dwiarso Utomo, SE, M.Kom, Akt, CA
(…………………...)
2. Yulita Setiawanta,SE,M.Si,Ak,CA
(…………………...)
3. Juli Ratnawati, SE, M.Si
(…………………...)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
 Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman
menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang
pasti menang (Q.S. Al-Maidah Ayat: 56)
 Berdirilah kamu, maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. AlMujaadilah Ayat: 11)
 Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil kita baru yakin kalau
kita telah berhasil melakukannya dengan baik (Evelyn Underhill)
 Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas
Alva Edison)
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
 Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat dan berkah yang luar biasa.
 Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa
memberikan motivasi, doa yang tulus serta
kasih sayangnya.
 Almamaterku.
v
ABSTRAKSI
Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan nilai tukar
rupiah pada US Dollar terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun
2010-2013.
Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur go public
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2013. Sampel penelitian
ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
dipilih dengan metode purposive sampling. Jenis data adalah data dokumenter.
Sumber data menggunakan data sekunder. Metode pengumpulan data adalah teknik
dokumentasi. Metode analisis menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis
regresi berganda, uji kualitas data, dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat inflasi berpengaruh signifikan positif
terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Suku bunga SBI berpengaruh secara
signifikan negatif terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Nilai tukar rupiah
pada US dollar tidak berpengaruh parsial secara signifikan terhadap indeks harga
saham gabungan IHSG dengan arah hubungan negatif.
Kata Kunci : tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai tukar rupiah pada US dollar,
indeks harga saham gabungan (IHSG)
vi
ABSTRACT
To know the influence of inflation, interest rates on certificates of Indonesia
bank, and exchange rate rupiahs in US Dollar toward stock price of index
manufacturing companies listed in Jakarta Composite Exchange during 2010-2013
period.
The populations are all manufacturing companies go public listed in Jakarta
Composite Exchange period 2010-2013. Samples are manufacturing companies
listed in Jakarta Composite Exchange selected by purposive sampling method. This
data type is documentary. Source data using secondary data. Data collection method
is documentation techniques. Analysis methods using descriptive statistical analysis,
multiple regression analysis, data quality test, and coefficient of determination.
The results there is the influence of inflation is positive significant toward
Jakarta Composite Exchange during 2010-2013 period, interest rates of Indonesia
Bank is negative significant toward Jakarta Composite Exchange during 2010-2013
period, and there is not the influence of exchange rate rupiahs in US Dollar toward
Jakarta Composite Exchange during 2010-2013 period.
Keywords
: inflation, interest rates on certificates of Indonesia Bank, exchange
rate rupiahs in the US dollar, jakarta composite exchange
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, berkah hidayah serta kasih sayang-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH
TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA SBI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH PADA
US
DOLLAR
TERHADAP
PERGERAKAN
INDEKS
HARGA
SAHAM
GABUNGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2013”, sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan studi Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Akuntansi di Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna,
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki dan
dalam penyelesaian skripsi penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan,
namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka segala macam
hambatan dapat teratasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1.
Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
2.
Bapak Dr St. Dwiarso Utomo, SE, M.Kom, Akt, CA selaku Wakil Rektor
Universitas Dian Nuswantoro Semarang sekaligus Dosen Pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktunya dengan penuh sabar untuk memberikan
bimbingan, ilmu, motivasi serta mengarahkan kepada penulis dalam pembuatan
viii
dan penulisan skripsi, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
3.
Bapak Dr. Agus Prayitno, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
4.
Bapak Yulita Setiawanta, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
Semarang sekaligus Dosen Penguji yang telah memberikan masukan penting
kepada penulis demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
5.
Ibu Juli Ratnawati, SE, M.Si selaku Dosen Wali Akuntansi S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro sekaligus Dosen Penguji
yang telah memberikan masukan penting kepada penulis demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini.
6.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian
Nuswantoro Semarang yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
studi.
7.
Bapak dan Ibu tercinta yang telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya,
memberikan segenap doa, kasih sayang yang tulus, dukungan materi serta
semangat kepada penulis selama studi dan penyusunan skripsi untuk
keberhasilan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8.
Adikku tercinta M. Fahmi Wicaksono terimakasih telah menjadi bagian
motivator yang luar biasa, memberikan perhatian serta semangat selama
penulisan skripsi ini.
9.
Kekasihku Fendi Priyanto S.T yang senantiasa memberikan motivasi, kasih
sayang, dukungan, semangat dan masukan-masukan selama penulisan skripsi ini.
ix
10. Sahabat Rempong yaitu Ridha, Fitri, Kurnia, Niko, Novan, Erik terimakasih
untuk kehangatan dan kebersamaan kalian selama penulis menyelesaikan skripsi
ini.
11. Sahabat Uye yaitu Ninis, Ruth, Marcel, Mifta, Alfian, Fadil, Pras, Dhoni,
Wildan, Flodi, Yuda terimakasih untuk kehangatan dan kebersamaan kalian
selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
12. Rekan-rekan Mahasiswa angkatan tahun 2011 Program Studi Akuntansi S1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro.
13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan pengetahuan
maupun pengalaman yang dimiliki, sehingga skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak agar kelak di kemudian hari penulis dapat
menghasilkan karya yang lebih baik dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat tidak hanya bagi penulis, tetapi juga bermanfaat bagi pihak–pihak lain
yang berkepentingan.
Semarang,
Maret 2015
Anisya Nurul Pramitha Sari
x
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ...........................................................................................................................
i
Pernyataan Keaslian Skripsi .......................................................................................
ii
Pengesahan Skripsi ....................................................................................................
iii
Pengesahan Kelulusan Ujian ......................................................................................
iv
Motto dan Persembahan .............................................................................................
v
Abstraksi ....................................................................................................................
vi
Abstract ......................................................................................................................
vii
Kata Pengantar ...........................................................................................................
viii
Daftar Isi.....................................................................................................................
xi
Daftar Tabel ...............................................................................................................
xv
Daftar Gambar ............................................................................................................
xvi
Daftar Lampiran ......................................................................................................... xvii
BAB I
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................
10
1.5 Sistematika Penelitian ..........................................................................
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
14
2.1 Landasan Teori ...................................................................................
14
2.1.1 Teori Pasar Modal .....................................................................
15
xi
2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal .................................................
14
2.1.1.2 Manfaat dan Partisipan Pasar Modal .............................
15
2.1.2 Teori Makro Ekonomi..............................................................
16
2.1.2.1 Pengertian Makro Ekonomi ..........................................
16
2.1.2.2 Kebijakan Makro Ekonomi ...........................................
17
2.1.3 Go Public ..................................................................................
17
2.1.3.1Pengertian Go Public .....................................................
17
2.1.3.2Manfaat Go Public .........................................................
18
2.1.4 Teori Keynes ............................................................................
18
2.1.5 Tingkat Inflasi ...........................................................................
19
2.1.5.1 Pengertian Tingkat Inflasi ............................................
19
2.1.5.2 Penyebab Tingkat Inflasi .............................................
21
2.1.5.3 Mencegah Tingkat Inflasi ............................................
22
2.1.6 Teori Klasikal ............................................................................
23
2.1.7 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia .....................................
23
2.1.7.1 Pengertian Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia .......
23
2.1.7.1 Fungsi Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia .............
24
2.1.8 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar ..........................................
25
2.1.8.1 Pengertian Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar ............
25
2.1.8.2 Fungsi Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar...................
26
2.1.9 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ...................................
26
2.1.9.1 Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan ...................
26
2.1.9.2 Fungsi Indeks Harga Saham Gabungan .........................
27
2.2. Penelitian Terdahulu...........................................................................
28
xii
2.3 Kerangka Konseptual .........................................................................
30
2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................
31
2.4.1 Pengaruh
Tingkat
Inflasi
Terhadap
Indeks
Harga
SahamGabungan (IHSG) ..........................................................
2.4.2 Pengaruh
Suku
Bunga
Sertifikat
Bank
31
Indonesia
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ...................
32
2.4.3 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ...................................
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................
34
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................
34
3.1.1 Variabel Penelitian ..................................................................
34
3.1.1.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ..................
34
3.1.1.2 Tingkat Inflasi ..........................................................
34
3.1.1.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia.....................
34
3.1.1.4 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar ........................
35
3.1.2 Definisi Operasional Variabel ................................................
35
3.1.2.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ..................
35
3.1.2.2 Tingkat Inflasi (X1) ..................................................
36
3.1.2.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (X2) ............
36
3.1.2.5 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar (X3).................
37
3.2 Populasi dan Sampel ..........................................................................
37
3.1.1 Populasi .....................................................................................
37
3.1.2 Sampel .......................................................................................
38
3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................
39
xiii
3.3.1 Jenis Data ..................................................................................
39
3.3.2 Jenis Data Menurut Sifatnya .....................................................
39
3.3.2 Sumber Data ..............................................................................
40
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................
41
3.5 Metode Analisis ..................................................................................
42
3.5.1 Statistik Deskriptif ....................................................................
42
3.5.2 Analisis Regresi Berganda ........................................................
42
3.5.3 Uji Kualitas Data .......................................................................
44
3.5.3.1 Uji Asumsi Klasik ..........................................................
44
3.5.3.1.1 Uji Normalitas .................................................
44
3.5.3.1.2 Uji Multikolonieritas .......................................
45
3.5.3.1.3 Uji Autokorelasi ..............................................
46
3.5.3.1.4 Uji Heteroskedastisitas ....................................
47
3.5.4 Uji Hipotesis ..............................................................................
48
3.5.4.1 Uji F (Uji Model) ...........................................................
48
3.5.4.2 Pengujian secara parsial (Uji Statistik t) ........................
48
3.5.5 Koefisien Determinasi (R2)........................................................
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................
50
4.1 Hasil Penelitian...................................................................................
50
4.1.1 Statistik Deskriptif ....................................................................
50
4.1.2 Analisis Regresi Berganda ........................................................
52
4.2 Analisis Data ......................................................................................
53
4.2.1 Uji Asumsi Klasik ......................................................................
53
4.2.1.1 Uji Normalitas ...............................................................
54
xiv
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas .....................................................
55
4.2.1.3 Uji Autokorelasi ............................................................
56
4.2.1.4 Uji Heteroskedastisitas ..................................................
61
4.2.2 Uji Regresi .................................................................................
62
4.2.2.1 Uji F (Uji Model)...........................................................
62
4.2.2.2 Uji t (Uji Hipotesis) .......................................................
62
4.2.2.2.1 Variabel tingkat inflasi .................................
64
4.2.2.2.2 Variabel suku bunga SBI ..............................
64
4.2.2.2.3 Variabel nilai tukar rupiah pada US
Dollar ............................................................
65
4.2.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2)..........................................
65
4.2 Pembahasan ........................................................................................
66
4.2.1 Variabel Tingkat Inflasi ............................................................
67
4.2.2 Variabel Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) .............
68
4.2.3 Variabel Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar ............................
70
BAB V PENUTUP ............................................................................................................
72
5.1 Kesimpulan .........................................................................................
72
5.2 Saran ...................................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
74
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.2.1
: Penelitian Terdahulu ..............................................................
Tabel 3.5.3.1.3
: Pengambilan
Keputusan
Ada
atau
28
Tidaknya
Autokorelasi ...........................................................................
47
Tabel 4.1.1
: Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel .................................
50
Tabel 4.1.2
: Hasil Analisis Regresi Linier Berganda .................................
52
Tabel 4.2.1.1
: Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov.............................................
54
Tabel 4.2.1.2
: Hasil Uji Multikolinearitas.....................................................
56
Tabel 4.2.1.3
: Hasil Uji Durbin-Waston (DW) .............................................
57
Tabel 4.2.1.3
: Hasil Uji Runs Test ................................................................
58
Tabel 4.2.1.3
: Hasil Uji Lag_Y .....................................................................
59
Tabel 4.2.1.4
: Hasil Uji Glejser.....................................................................
62
Tabel 4.2.2.1
: Hasil Uji F Secara Simultan ...................................................
63
Tabel 4.2.2.2
: Hasil Uji t (Uji Hipotesis) ......................................................
64
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
: Kerangka Konseptual ...............................................................
31
Gambar 4.2.1.3 : Hasil Uji Autokorelasi ..............................................................
60
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Data Mentah
Lampiran B
Hasil Output SPSS
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Perekonomian dan industri manufaktur pada zaman sekarang semakin
berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang mendapat pengaruh yang cukup
besar dari krisis global. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan,
kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat
mengenai perkembangan bursa juga semakin meningkat. Perekonomian suatu negara
dalam kondisi yang sehat maka kondisi perusahaan di negara tersebut dalam keadaan
yang baik.
Perhatian investor terhadap perusahaan untuk mengembangkan dana yang
mereka miliki, bila diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. Sedangkan perhatian
para analisis ekonomi terhadap perusahaan besar terletak pada peranan dan
kontribusi perusahaan terhadap roda perekonomian suatu negara. Ukuran perusahaan
menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal
yang digunakan, total aktiva yang dimiliki atau total penjualan yang diperoleh.
Industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana yang besar guna melakukan
kegiatan operasional perusahaannya. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi dengan
melakukan go public atau menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar
modal. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011) Go Public merupakan sarana
pendanaan usaha melalui pasar modal, yaitu dapat berupa penawaran umum saham.
1
2
Memiliki keuntungan dan karakteristik tersendiri sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi perusahaan.
Di dalam pasar modal terdapat beberapa variabel yang juga ikut serta dalam
mempengaruhi harga saham yang kemudian tercemin di dalam Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) antara lain adalah Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia, Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar. Menurut Sunariyah (2004) perubahan
atau perkembangan yang terjadi pada berbagai variabel ekonomi suatu negara akan
memberikan pengaruh kepada pasar modal. Apabila suatu indikator ekonomi makro
jelek maka akan berdampak buruk bagi perkembangan pasar modal. Tetapi apabila
suatu indikator ekonomi baik maka akan memberi pengaruh yang baik pula terhadap
kondisi pasar modal.
Hampir seluruh negara di dunia ini memiliki pasar modal (capital market)
kecuali bagi negara-negara yang masih berbenah dan belum mampu melepaskan diri
dari persoalan ekonomi dan politik yang begitu parah. Maka keberadaan pasar modal
di negara tersebut dianggap belum begitu berjalan efektif. Ketidakefektifannya
disebabkan oleh berbagai hal termasuk diantaranya kondisi politik dan keamanan
yang belum mencapai tingkat kestabilan, yang hingga sampai saat ini terus terjadi
atau berlangsung berlarut-larut tanpa ada dicapainya titik penyelesaian. Keberadaan
pasar modal di suatu negara bisa menjadi acuan untuk melihat tentang bagaimana
kegairahan atau dinamisnya bisnis negara yang bersangkutan dalam menggerakkan
berbagai kebijakan ekonominya seperti kebijakan fiskal dan moneter. (Fahmi, 2012)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan pintu, merupakan
permulaan pertimbangan untuk melakukan investasi, sebab dari indeks harga saham
3
diketahui secara umum. Dikatakan untuk mengetahui situasi secara umum, sebab
Indeks Harga Saham ini merupakan ringkasan dari dampak simultan dari kompleks
atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena
ekonomi. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham tidak
saja menampung fenomena-fenomena ekonomi, tetapi lebih jauh lagi juga
menampung fenomena sosial dan politik. Harga saham ditentukan oleh
perkembangan perusahaan penerbitnya. Jika perusahaan penerbitnya mampu
menghasilkan keuntungan yang tinggi, ini akan memungkinkan perusahaan tersebut
menyisihkan bagian keuntungan itu sebagai dividen dengan jumlah yang tinggi pula.
Pemberian dividen yang tinggi ini akan menarik minat masyarakat untuk membeli
saham tersebut. (Widoatmodjo, 2005)
Bagi mereka yang aktif dalam proses jual beli saham, maka informasi seputar
pergerakan Indeks Harga Saham merupakan infomarsi vital. Dengan mengetahui
posisi indeks, maka investor dapat memperkirakan apa yang sebaiknya dilakukan
terhadap saham-saham yang dimilikinya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
merupakan suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks
berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan
kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif atau lesu. (Darmadji dan Fakhruddin,
2011)
Indeks Harga Saham naik menunjukkan kegairahan peningkatan. Sedangkan
Indeks Harga Saham turun menunjukan adanya kelesuan pasar penurunan. Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan dapat disebabkan oleh
kondisi perekonomian di negara tersebut yang sedang mengalami permasalahan.
4
Sebaliknya Indeks Harga Saham yang mengalami peningkatan bisa mengindikasikan
adanya perbaikan kinerja perekonomian di negara tersebut. Di Indonesia
perdagangan pasar modal dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia
(BEI) memacu pertumbuhan ekonomi karena dana yang murah dapat diperoleh dari
pasar modal meskipun dalam kinerjanya sering terjadi pasang surut.
Semakin baik tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara, maka akan
semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Dengan tingkat kemakmuran
yang semakin tinggi maka akan ditandai terjadinya peningkatan pendapatan
masyarakatnya. Adanya peningkatan
pendapatan tersebut, maka akan semakin
banyak orang memiliki kelebihan dana yang akan dimanfaatkan untuk disimpan
dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang
diperdagangkan dalam pasar modal. Setelah terjadinya krisis moneter mengakibatkan
perekonomian Indonesia yang sebelumnya mengalami pertumbuhan pesat telah
mengalami perununan yang drastis. Hal ini disebabkan karena melemahnya nilai dan
mengakibatkan terjadinya inflasi. Suku bunga dan inflasi yang tinggi mempunyai
hubungan yang negatif bagi pasar modal.
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang
berlaku dalam sesuatu perekonomian. Prospek pembangunan ekonomi jangka
panjang akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan.
Inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang
bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif,
mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat
pertumbuhan ekonomi. (Sukirno, 2006)
5
Menurut Nopirin (1994) inflasi yang tinggi merupakan masalah ekonomi,
tenaga beli uang (pendapatan) turun. Masyarakat yang pendapatannya tetap akan
dirugikan sedangkan yang berpenghasilan tidak tetap kadangkala diuntungkan.
Dengan demikian inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan. Pada kondisi
inflasi yang tinggi maka harga barang-barang atau bahan baku memiliki
kecenderungan untuk meningkat. Akibat inflasi yang terus menerus meningkat
mengakibatkan semua bidang ekonomi terkena imbasnya. Peningkatan harga barangbarang dan bahan baku akan membuat biaya produksi menjadi tinggi sehingga akan
berpengaruh pada penurunan jumlah permintaan yang berakibat pada penurunan
penjualan sehingga akan mengurangi pendapatan perusahaan.
Angka inflasi yang tinggi ditunjukkan dengan naiknya harga-harga barang
biasanya akan mendorong BI (Bank Indonesia) untuk menaikan suku bunga. Jika
nilai inflasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan maka Bank Indonesia harus
mengendalikannya dengan menaikkan suku bunga SBI. Tingginya inflasi dan suku
bunga bank akan menyebabkan beban operasional perusahaan semakin berat serta
akan mempengaruhi kinerja keuangan badan usaha. Dengan adanya inflasi tersebut
nilai uang rupiah mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu, ada sebagian dari investor yang ingin mengimbangi nilai
inflasi agar nilai uang yang dimiliki tidak tergerus oleh inflasi. Disisi lain,
meningkatnya suku bunga merupakan peluang investasi yang cukup menjajikan bagi
investor deposito. Selain faktor nilai uang yang berkurang oleh inflasi, para investor
sendiri ingin berpindah investasi yang selama ini akan menitikberatkan pada bunga
deposito. (Anton dan Triono, 2010)
6
Jumlah dana pinjaman yang dapat digunakan untuk investasi merupakan
faktor penentu tingkat bunga. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan
oleh tinggi rendahnya tabungan masyarakat. Suatu bisnis dan peminjam lain akan
memerlukan dana untuk ekspansi proyek perusahaan. Jika tingkat bunga di pasar
menarik bagi investor, maka unit bisnis akan melakukan permintaan dana untuk
investasi. Jadi, tinggi rendahnya tingkat bunga akan menentukan pengeluaran
investasi. (Sunariyah, 2004)
Meningkatnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdampak pada
peningkatan bunga deposito yang pada akhirnya mengakibatkan tingginya tingkat
bunga kredit, sehingga investasi dalam perekonomian menjadi menurun. Besar
kecilnya investasi secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian.
Investasi domestik yang menurun mengakibatkan meningkatnya ketergantungan
usaha domestik pada investor luar negeri, bahwa terjadi peningkatan aliran arus
dollar AS ke dalam negeri.
Kenaikan suku bunga SBI yang agresif bisa memperkuat rupiah, tapi Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) akan anjlok karena investor lebih suka menabung di
bank. Apabila suku bunga SBI mengalami peningkatan maka harga saham akan
mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya ketika suku bunga mengalami
penurunan maka harga saham akan mengalami peningkatan. Karena dengan
tingginya suku bunga SBI, rupiah melemah. Dan akibat beralihnya investasi rupiah.
Sebaliknya apabila suku bunga SBI mengalami penurunan maka investor akan
kembali berinvestasi pada pasar modal, karena posisi IHSG mengalami peningkatan.
(Taqiyuddin, dkk,2011)
7
Stabilitas nilai tukar menjadi relevan bagi perekonomian terbuka karena
menunjukkan
stabilitas
posisi
relatif
perekonomian
dalam
internasional.
Perekonomian yang mampu menjaga stabilitas nilai tukarnya adalah perekonomian
yang memiliki struktur ekonomi yang relatif kuat. Kerjasamanya dengan dunia
internasional adalah untuk memperkuat atau meningkatkan kesejahteraan. Data
empiris menunjukkan bahwa perekonomian yang kuat dan maju memiliki stabilitas
nilai tukar. Salah satu ukuran dari stabilitas nilai tukar adalah arah perkembangan
dan fluktuasi nilai tukar, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
(Manurung dan Rahardja, 2004)
Nilai Tukar Mata Uang (echange rate) atau sering disebut kurs merupakan
harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang
terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang sedemikian besar
bagi neraca transaksi berjalan variabel-variabel makro ekonomi lainnya. (Ismawati
dan Hermawan, 2011)
Ketika kurs rupiah terhadap mata uang asing mengalami penguatan maka
akan banyak investor berinvestasi pada saham. Karena penguatan tersebut
mengindikasikan bahwa perekonomian dalam keadaan bagus. Ketika kurs rupiah
melemah yang berarti mata uang asing mengalami penguatan maka mengindikasikan
bahwa perekonomian dalam kondisi yang kurang baik. Dengan kondisi investor
mengalihkan dananya dari saham ke instrumen lain dalam bentuk tabungan atau
deposito maka investor akan memicu penurunan terhadap pergerakan nilai IHSG di
bursa saham.
8
Penelitian yang dilakukan oleh Taqiyuddin, dkk (2011) dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Dan
Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan(Kajian Empiris pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)”. Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
antara variabel Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan Kurs US
Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2007-2011. Secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dapat
diterima antara variabel Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan,
Variabel Suku Bunga secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dapat
diterima Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Secara parsial terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel Kurs US Dollar Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan.
Budiantara (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat
Suku Bunga, Nilai Kurs, dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di
Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2010”. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa secara simultan ada pengaruh signifikan antara Tingkat Suku Bunga, Nilai
Kurs, dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
periode 2005-2010. Secara parsial variabel Tingkat Suku Bunga dan Nilai Kurs
berpengaruh negatif signifikan Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa
Efek Indonesia periode 2005-2010. Variabel Inflasi tidak mempunyai pengaruh
signifikan Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia
periode 2005-2010.
9
Penelitian Divianto (2013),melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Dan Nilai Kurs Dollar AS
(USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia”,
periode pengamatan tahun 2007-2011. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara
simultan variabel independen Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs
Dollar AS (USD) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara parsial variabel
Inflasi mempunyai pengaruh positif signifikan Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2011.
Sedangkan variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Nilai Kurs Dollar AS (USD)
terdapat pengaruh signifikan negatif Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2011.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ismawati dan Hermawan (2013),
yang berjudul “Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dollar AS, Tingkat Suku
Bunga Sertifikat Bank Indonesia Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Ia melakukan pengamatan
periode tahun 2007-2012. Menyebutkan bahwa secara simultan Kurs Mata Uang
Rupiah Atas Dollar AS, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Dan Tingkat
Inflasi periode sebelumnya mempunyai pengaruh secara signifikan Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara parsial Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dollar
AS tidak mempunyai pengaruh negatif signifikan Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI), Tingkat Suku Bunga SBI
mempunyai pengaruh negatif signifikan Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
10
(IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI), Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh
negatif tidak signifikan Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa
Efek Indonesia (BEI).
Dan kemudian Penelitian Krisna dan Wirawati (2013) melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI pada Indeks
Harga Saham Gabungan Di BEI”. Ia melakukan penelitian pada periode tahun 20082012. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen
Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga SBI mempunyai
pengaruh positif signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Secara parsial variabel Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah
mempunyai pengaruh positif signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Januari 2008 sampai Agustus 2012,
sedangkan variabel Tingkat Suku Bunga SBI tidak mempunyai pengaruh signifikan
pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
Januari 2008 sampai Agustus 2012.
Penelitian yang telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan hasil
yang beragam, sehingga menarik peneliti untuk melakukan pengujian kembali
dengan judul Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Dan Nilai Tukar Rupiah
Pada US Dollar Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2013.
Penelitian ini merupakan replika penelitian terdahulu yang diambil dari
Taqiyuddin, dkk (2011), yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah tahun pengamatan periode 2010-2013. Alasan pemilihan periode
11
tahun yang digunakan adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai
dengan keadaan sekarang, dan alasan pemilihan data bulanan adalah untuk
menghindarkan bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam mereaksi suatu
informasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan diharapkan dapat memperoleh
hasil yang lebih akurat. Peneliti mengambil obyek perusahaan manufaktur karena
merupakan perusahaan yang memiliki jumlah emiten terbanyak menjadikan
perusahaan di sektor ini memberikan pengaruh yang besar terhadap perdagangan
harga saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia. Dengan kondisi Indonesia yang
berhasil keluar dari krisis finansial global, dari tahun ke tahun perusahaan
manufaktur mengalami peningkatan terhadap perubahan kondisi ekonomi makro.
Faktor-faktor ekonomi makro seperti Tingkat Inflasi, Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar akan mempengaruhi investasi di
pasar modal khususnya saham, yang selanjutnya akan berdampak terhadap harga
pasar saham di bursa. Perusahaan manufaktur mampu menarik investor lebih banyak
baik itu investor domestik maupun asing. Dengan investor asing yang terus
membanjiri pasar modal Indonesia membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
mengalami penguatan di antara bursa regional yang lainnya.
1.2
Rumusan Masalah
Untuk memberikan batasan atas permasalahan untuk melakukan penelitian,
maka peneliti harus membahas permasalah tersebut agar tidak menyimpang.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya dalam
penelitian ini adalah :
12
1. Apakah tingkat inflasi mempengaruhi pergerakan indeks harga saham
gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia
periode tahun 2010-2013?
2. Apakah suku bunga SBI mempengaruhi pergerakan indeks harga saham
gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia
periode tahun 2010-2013?
3. Apakah nilai tukar rupiah pada US dollar mempengaruhi pergerakan indeks
harga saham gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek
indonesia periode tahun 2010-2013?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap pergerakan indeks harga
saham gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2010-2013 ?
2.
Untuk mengetahui pengaruh suku bunga SBI terhadap pergerakan indeks
harga saham gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2010-2013 ?
3.
Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah pada US Dollar terhadap
pergerakan indeks harga saham gabungan perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2013 ?
13
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama
investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan
investasi di pasar modal. Manfaat penelitian adalah:
1)
Manfaat akademis
Hasil dari penelitian ini dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dapat
membantu mahasiswa untuk menambah wawasan yang baru bahwa faktor-faktor
ekonomi makro juga berpotensi mempengaruhi kinerja bursa saham, jadi tidak hanya
faktor-faktor internal bursa itu sendiri saja.
2)
Manfaat praktis
a. Bagi Investor
Bagi investor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, hasil dari penelitian ini
dapat membantu investor dalam menentukan apakah akan menjual, membeli atau
menahan saham yang mereka miliki berkenaan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah
pada US dollar dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.
b. Pemerintah
Dampak dari tingkat inflasi,suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan
nilaitukar rupiah pada US dollarterhadap IHSG. Pemerintah dapat membuat
kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan nilai tukar rupiah pada US dollar dan
suku bunga SBI sehingga pengaruh yang akan terjadi dapat diantisipasi dan
ditangani dengan sebaik-baiknya.
14
3)
Peneliti yang akan datang
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi landasan teoritis dan
empiris bagi peneliti berikutnya untuk penelitian yang terkait tingkat inflasi, suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan nilaitukar rupiah pada US dollar terhadap
indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
1.5
Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara jelas tentang penelitian yang akan
dilakukan, maka disusun suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai
materi dan hal-hal yang akan dibahas dalam tiap-tiap bab.
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I
: Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian.
BAB II
: Tinjauan pustaka berisi tentang landasan teori, penelitian
terdahulu, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.
BAB III
: Metodologi penelitian berisi tentang variabel penelitian dan
definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber
data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB IV
: Hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang hasil penelitian,
analisis data dan pembahasan.
BAB V
: Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang
didasarkan atas hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori Pasar Modal
2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan
tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk
memperkuat modal perusahaan. (Fahmi, 2012)
Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, di mana yang diperjualbelikan
adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatanya dalam investasi
lebih dari satu tahun. Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan
ekonomi. Di banyak negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem
ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi.
Sebab, pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaanperusahaan. (Widoatmodjo, 2005)
Pasar Modal merupakan pasar di mana instrumen-instrumen keuangan
yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diperjualbelikan. Instrumen yang paling
populer diperjualbelikan adalah obligasi (surat utang) dan saham. (Manurung dan
Rahardja, 2004)
15
16
2.1.1.2 Manfaat dan Partisipan Pasar Modal
1)
Menurut Sunariyah (2004) manfaat pasar modal:
a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual.
b. Memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil
(return) yang diharapkan.
c. Memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham
yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
d. Menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam
perkembangan suatu perekonomian.
e. Mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
2)
Partisipan pasar modal antara lain (Manurung dan Rahardja, 2004):
a. Emiten (pihak yang membutuhkan dana) adalah emiten dapat memperoleh
dana dari masyarkat dengan menerbitkan saham.
b. Investor adalah pihak yang membeli sekuritas yang diperjualbelikan di
pasar modal.
c. Lembaga Penunjang
Fungsi lembaga penunjang adalah memperlancar proses transaksi dan juga
memberikan hasil semaksimal mungkin kepada para pengambil keputusan
di pasar modal.
2.1.2
Teori Makro Ekonomi
2.1.2.1 Pengertian Makro Ekonomi
Salah satu aspek penting dari ciri kegiatan perekonomian yang menjadi
titik tolak analisis dalam teori makroekonomi adalah pandangan bahwa sistem
17
pasar bebas tidak selalu dapat mewujudkan penggunaan tenaga kerja penuh,
kestabilan harga-harga, dan pertumbuhan ekonomi yang teguh. Masalah-masalah
ini menimbulkan akibat buruk kepada masyarakat dan harus dihindari atau
masalahnya dikurangi. Menerangkan sebab-sebab dari berlakunya masalah
tersebut dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut merupakan aspek penting lain yang
dibicarakan dalam teori makro ekonomi. (Sukirno, 2006)
2.1.2.2 Kebijakan Makro Ekonomi
Kebijakan-kebijakan makro ekonomi (Sukirno, 2006):
1. Kebijakan fiskal.
2. Kebijakan moneter.
3. Kebijakan segi penawaran.
2.1.3 Go Public
2.1.3.1 Pengertian Go Public
Menurut Sunariyah (2004) go public merupakan pendanaan melalui
mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan
kepada masyarakat. Dan Fahmi (2012) berpendapat go public adalah perusahaan
tersebut telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap
dinilai publik secara terbuka.
18
2.1.3.2 Manfaat Go Public
Suatu perusahaan yang melakukan penawaran umum saham dapat
memperoleh manfaat-manfaat (Sunariyah, 2004):
1. Memperoleh dana murah dan pemodal yang sangat luas untuk keperluan
penambahan modal.
2. Memberikan likuiditas dan nilai pasar terhadap kekayaan perusahaan.
3. Mengangkat pandangan masyarakat umum terhadap perusahaan sehingga
incaran para profesional sebagai tempat untuk bekerja.
4. Pemegang saham, khususnya individu akan cenderung menjadi konsumen
yang setia kepada produk perusahaan.
2.1.4
Teori Keynes
Mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, dan menyoroti aspek
lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin
hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi adalah proses
perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan
bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut.
Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan
masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang
tersedia. Permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia, maka hargaharga akan naik. Adanya kenaikan harga-harga berarti bahwa sebagian dari
rencana-rencana pembelian barang. Untuk memperoleh dana yang lebih besar
pencetakan uang baru atau kredit dari bank yang lebih besar atau dari kenaikan
gaji yang lebih besar.(Boediono, 1988)
19
2.1.5
Tingkat Inflasi
2.1.5.1 Pengertian Tingkat Inflasi
Tingkat Inflasi merupakan proses kenaikan harga barang-barang pada
umumnya secara terus menerus selama periode tertentu suku bunga. Inflasi
merupakan suatu fenomena moneter yang pada umumnya berhubungan langsung
dengan jumlah uang yang beredar, terdapat hubungan linier antara penawaran
uang dan inflasi Kenaikan harga yang terus menerus akan mengakibatkan
menurunnya daya beli masyarakat dan mendorong meningkatnya suku bunga.
(Sunariyah, 2004)
Menurut Divianto (2013) perhitungan tingkat inflasi yaitu :
Menurut
Harga Sekarang
IHK =
X 100%
Harga pada Tahun Dasar
Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena
kenaikan harga-harga yaitu inflasi di luar negeri atau di negara-negara langganan
berdagang kita. Kenaikan harga barang-barang yang kita impor mengakibatkan
(Boediono, 1988):
1. Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagaian dari
barang-barang yang yang tercakup di dalamnya berasal dari impor.
2. Secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya
produksi dan kemudian harga jual dari berbagai barang yang
menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin yang harus diimpor.
20
3. Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri
karena kemungkinan (tetapi ini tidak harus demikian) kenaikan harga
barang-barang
impor
mengakibatkan
kenaikan
pengeluaran
pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor
tersebut.
Menurut Fahmi (2012) pengaruh positif inflasi yang stabil dan terkendali
pada perusahaan:
1. Dengan kondisi inflasi yang stabil, perusahaan cenderung memiliki
peluang untuk bisa memperoleh keuangan sesuai dengan target dalam
rencana bisnis.
2. Dengan kondisi inflasi yang stabil dan terkendali memungkinkan
perusahaan meminjam uang ke perbankan dalam bentuk kredit jangka
menengah dan panjang. Karena pihak manajer bisa memperhitungkan
kemampuan pengembalian angsuran kredit secara tepat waktu dan
anggunan yang diberikan sebagai jaminan bisa diperoleh kembali, bahkan
jika perolehan keuntungan tinggi perusahaan bisa melunaskan kredit lebih
cepat dari waktu yang ditentukan.
3. Dengan kondisi inflasi yang stabil, perusahaan cenderung memiliki
peluang untuk mengalokasikan sebagian perolehan keuntungan untuk
melakukan ekspansi usaha.
4. Dengan kondisi inflasi yang stabil, memungkinkan perusahaan untuk
mengalokasikan sebagian perolehan keuntungan guna ditempatkan di pos
cadangan bahkan pada pos lindung nilai. Pos lindung nilai adalah menukar
21
valuta asing di masa depan dengan mata uang lokal untuk melindungi
uang tersebut dari perubahan nilai tukar. Dengan antisipasi sebelum
terjadinya gejolak moneter, maka perusahaan diharapkan sudah memiliki
pos cadangan dalam bentuk mata uang asing.
5. Dengan kondisi inflasi yang stabil memungkinkan berbagai kontrak bisnis
bisa terlaksana dan bahkan perusahaan bisa membangun kontrak bisnis.
2.1.5.2 Penyebab Tingkat Inflasi
1)
Penyebab inflasi (Arifin, 2004):
a. Kebijakan Moneter dan Fiskal
Harga dollar yang semakin menakutkan dengan menaikkan suku bunga,
pada saat itu juga inflasi semakin menjadi-jadi. Suku bunga yang tinggi
mengakibatkan bunga pinjaman kredit bank buat para pengusaha menjadi
naik. Jika suku bunga tidak dinaikkan maka orang-orang akan lebih suka
memegang dollar yang berakibat rupiah anjlok sehingga harga produk di
pasar distandarkan dengan dollar yang intinya adalah inflasi.
b. Permintaan dan Penawaran
Inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi. Permintaan sebuah
produk yang lebih tinggi dari penawaran yang mengakibatkan harga
produk tersebut menjadi tinggi.
2)
Sukirno (2006) berpendapat bahwa penyebab inflasi untuk nilai
valuta asing:
a. Inflasi menyebabkan harga-harga didalam negeri lebih mahal dari hargaharga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan
22
menambah lebih mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu
inflasi berkecenderungan menambah impor.
b. Inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh
karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor.
c. Menyebabkan permintaan ke atas valuta asing bertambah.
d. Menyebabkan penawaran ke atas valuta asing berkurang, maka harga
valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara yang
mengalami inflasi merosot).
2.1.5.3 Mencegah Tingkat Inflasi
Cara mencegah tingkat inflasi (Nopirin, 1994):
1. Kebijakan Moneter
a.
Bank sentral dapat mengatur uang giral ini melalui penetapan
cadangan umum.
b.
Discount rate adalah tingkat discoto untuk pinjaman yang diberikan
oleh bank sentral pada bank umum.
c.
Politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga)
2. Kebijakan Fiskal
Mempengaruhi permintaan total dengan demikian akan mempengaruhi
harga inflasi.
3. Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output
ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk
sehingga impor barang cenderung meningkat.
23
4. Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Penentuan ceiling harga, mendasarkan pada indeks harga untuk gaji
ataupun upah. Kalau indeks harga naik maka gaji/upah juga naik.
2.1.6 Teori Klasikal
Menurut Sunariyah (2004) ekonomi klasikal, permintaan dan penawaran
investasi pada pasar modal menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga akan
mentukan tingkat keseimbangan antara jumlah tabungan dan permintaan investasi.
Adapun tingkat bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan:
1.
Penawaran tabungan.
2.
Permintaan investasi modal terutama dari sektor bisnis.
2.1.7
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
2.1.7.1 Pengertian Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
Suku Bunga (SBI) dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit
waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang penting
digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur. Unit waktu biasanya
dinyatakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur. (Sunariyah, 2004)
Suku Bunga SBI mempengaruhi kondisi Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di BEI dengan suku bunga SBI yang tinggi mampu mendorong investor
untuk mengalihkan dananya dari saham ke instrumen yaitu dalam bentuk
tabungan atau deposito. Dengan kondisi seperti ini akan memicu penurunan
terhadap pergerakan nilai IHSG di bursa saham. Dan sebaliknya apabila suku
bunga SBI mengalami penurunan maka investor akan kembali berinvestasi pada
24
pasar modal, karena posisi IHSG mengalami peningkatan. (Anton dan Triono,
2010)
Menurut Divianto (2013) perhitungan suku bunga SBI yaitu :
Jumlah suku bunga SBI periodeharian selama 1 bln
Rata-Rata Suku Bunga SBI=
Jumlah suku bunga SBI periode waktu selama 1 bln
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdasarkan Surat Edaran Bank tentang
Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga atas unjuk dalam
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka
waktu pendek dengan sistem diskonto (penetapan tingkat bunga).
2.1.7.2 Fungsi Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia.
Menurut Sunariyah (2004) fungsi tingkat suku bunga pada suatu
perekonomian :
a.
Sebagai daya tarik bagi para penabung baik individu, institusi, atau
lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
b.
Sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung atau
investasi pada sektor-sektor ekonomi.
c.
Sebagai alat moneter dalam rangka mengandalkan penawaran dan
permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.
d.
Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan
produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk
mengontrol tingkat inflasi.
25
2.1.8
Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar
2.1.8.1 Pengertian Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar
Kurs valuta asing atau kurs uang asing menunjukkan harga atau nilai mata
uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta
asing dapat juga didefinisikan jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu
banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
Pertukaran antara dua mata uang yang berbeda dimana akan terdapat
perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai
inilah yang disebut kurs. Kurs valuta adalah harga satu unit valuta yang
ditunjukan dalam valuta lain. (Sukirno, 2006)
Perekonomian internasional yang berfungsi dengan baik mengharuskan
adanya sistem kurs yang dapat berjalan dengan lancar. Sistem kurs (nilai tukar)
merupakan aturan dan lembaga yang mengatur transaksi antarnegara. Kurs (nilai
tukar) valuta asing adalah harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang
domestik. (Samuelson dan Nordhaus, 1992)
Menurut Divianto (2013) perhitungan nilai tukar rupiah pada US dollar
yaitu :
Kurs Tengah = (Kurs Jual + Kurs Beli)  2
Pergerakan nilai tukar mencerminkan perubahan tingkat kelangkaan suatu
mata uang dikatakan semakin mahal bila nilai tukar US dollar melemah atau nilai
tukar rupiah menguat, karena untuk mendapatkan satu unit US dollar jumlah
rupiah yang dibutuhkan semakin sedikit. Dan nilai tukar US dollar menguat atau
26
nilai tukar rupiah melemah, karena untuk mendapatkan satu unit US dollar jumlah
rupiah yang dibutuhkan semakin banyak. Menguatnya nilai tukar rupiah
menunjukkan bahwa rupiah semakin langka. Pertumbuhan permintaan rupiah
lebih cepat dari pertumbuhan penawarannya, begitu juga sebaliknya. (Manurung
dan Rahardja, 2004)
2.1.8.2 Fungsi Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar
Fungsi kurs valuta asing (Nopirin, 1994):
1. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu
negara ke negara lain.
2. Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu segera
diselesaikan pembayaran dan penyerahan barangnya, kurs valuta asing
memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian/kontrak jual
beli dengan kredit.
2.1.9 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
2.1.9.1 Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan
IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai
indikator pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dasar
perhitungan IHSG adalah jumlah Nilai Pasar dari total saham yang tercatat
tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham
tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi)
dengan harga di BEI pada hari tersebut. (Herlianto, 2010)
27
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011) rumus dasar perhitungan indeks
rata-rata tertimbang pasar :
Nilai Pasar
IHSG
=
X 100%
Nilai Dasar
Keterangan :
Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar ini atau
disebut dengan kapitalisasi pasar.
Nilai Dasar adalah nilai yang dihitung berdasarkan harga perdana dari masingmasing atau berdasarkan harga yang telah dikoreksi jika perusahaan telah
melakukan kegiatan yang menyebabkan jumlah saham yang tercatat di bursa
berubah. Penyesuaian dilakukan agar indeks akan benar-benar mencerminkan
pergerakan harga saham.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan rata-rata tertimbang
dari harga sejumlah barang-barang dan jasa-jasa, dalam membuat indeks harga
para ekonom menimbang harga individual dengan memperhatikan arti penting
setiap barang secara ekonomis. (Samuelson dan Nordhaus, 1992)
2.1.9.2 Fungsi Indeks Harga Saham Gabungan
Di pasar modal, sebuah indeks diharapkan memiliki empat fungsi
(Darmadji dan Fakhruddin, 2011):
28
1. Sebagai indikator tren pasar.
2. Sebagai indikator tingkat keuntungan.
3. Sebagai tolak ukur kinerja suatu protofolio.
4. Memfasilitasi pembentukan protofolio dengan strategi pasif.
2.2
Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 2.2.1
Penelitian Terdahulu
NO
PENELITI (TAHUN)
1.
Muhammad Taqiyuddin, Taher Al
Habsji, Darminto (2011)
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Malang
E-mail: [email protected]
VARIABEL PENELITIAN
Variabel Independen
X1 : Inflasi
X2 : Tingkat Suku Bunga SBI
X3 : Kurs Rupiah terhadap US
Dollar
Variabel Dependen
Y : Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
2.
Variabel Independen
X1: Tingkat Suku Bunga SBI
X2 : Nilai Kurs
X3 : Inflasi
Variabel Dependen
Y : Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
M. Budiantara (2012)
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Mercu
Buana Yogyakarta
HASIL PENELITIAN
 Secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan antara
variabel Tingkat Inflasi, Suku
Bunga Sertifikat Bank Indonesia,
dan Kurs US Dollar Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan
Di Bursa Efek Indonesia.
 Pengaruh signifikan antara
variabel tingkat inflasi IHSG
secara parsial diterima.
 Pengaruh signifikan antara
variabel suku bunga SBI
terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan secara parsial dapat
diterima.
 Pengaruh signifikan antara
variabel kurs US Dollar terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan
secara parsial dapat diterima.
 Secara simultan ada pengaruh
yang signifikan antara Tingkat
Suku Bunga, Nilai Kurs dan
Inflasi Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di
Bursa Efek Indonesia periode
2005-2010.
 Variabel Tingkat Suku Bunga
berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap Harga
29


3.
Divianto (2013)
Politeknik Sriwijaya
Variabel Independen
X1 : Inflasi
X2 : Tingkat Suku Bunga SBI
X3 : Nilai Kurs Dollar AS
(USD)
Variabel Dependen
Y : Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)



4.
Liana Ismawati, Beni Hermawan
(2013)
Universitas Komputer Indonesia
(UNIKOM) Bandung
Variabel Independen
X1 : Kurs Mata Uang Rupiah
atas Dollar AS
X2 : Tingkat Suku Bunga SBI
X3 : Tingkat Inflasi
Variabel Dependen
Y : Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)



5.
Anak Agung Gde Aditya Krisna dan
Ni Gusti Putu Wirawan (2013)
Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana (UNUD) Bali, Indonesia
Variabel Independen
X1 : Tingkat Inflasi
X2 : Nilai Tukar Rupiah
X3 : Tingkat Suku Bunga SBI
Variabel Dependen
Y : Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)



Saham.
Ada pengaruh negatif dan
signifikan antara Nilai Kurs
Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-2010.
Variabel Inflasi di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-2010
tidak berpengaruh secara
signifikan Terhadap Harga
Saham.
Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI,
dan Kurs Tukar secara simultan
berpengaruh signifikan Terhadap
variabel IHSG.
Secara parsial variabel Tingkat
Inflasi berpengaruh positif dan
signifikan Terhadap variabel
IHSG.
Secara parsial variabel Tingkat
Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar
berpengaruh secara negatif dan
signifikan Terhadap variabel
IHSG.
Secara persial kurs mata uang
rupiah atas dollar AS tidak
berpengaruh negatif signifikan
terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pada Bursa
Efek Indonesia (BEI)
Tingkat suku bunga SBI
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) pada
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pengaruh negative tidak
signifikan tingkat inflasi terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) pada Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Tingkat inflasiberpengaruh
positif dan signifikan pada
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Nilai tukar rupiah yang
berpengaruh positif dan
signifikan pada IHSG di BEI
periode Januari 2008 sampai
Agustus 2012.
Tingkat suku bunga SBI tidak
berpengaruh signifikan pada
30
IHSG di BEI periode Januari
2008 sampai Agustus 2012.
2.3
Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual merupakan seluruh kegiatan riset mulai dari tahap
awal hingga akhir dan harus merupakan seluruh suatu kesatuan kerangka
pemikiran atau kerangka konseptual yang utuh untuk mencari jawaban-jawaban
ilmiah terhadap masalah-masalah.
Ukuran perusahaan manufaktur menunjukkan besar kecilnya perusahaan
yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan. Hal ini disebabkan
karena melemahnya nilai dan mengakibatkan terjadinya Tingkat Inflasi, Suku
Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar. Akan
mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor,
kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Peningkatan harga
bahan baku akan membuat biaya produksi tinggi sehingga akan berpengaruh pada
penurunan jumlah permintaan yang berakibat pada penurunan penjualan sehingga
akan mengurangi pendapatan perusahaan. Dari variabel tersebut sangat
berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Maka dapat
disimpulkan peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut:
31
Tingkat Inflasi
Ha1
Suku Bunga SBI
Ha2
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
Ha3
Nilai Tukar Rupiah
pada US Dollar
Gambar 2.3.1 Kerangka Konseptual
2.4
Hipotesis Penelitian
Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua
variabel atau lebih dalam rumusan populasi yang dapat diuji secara empiris.
(Indriantoro dan Supomo, 2014)
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang masih lemah
kebenarannya dan perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya masih sementara.
Untuk menguji hipotesis yaitu dengan uji signifikan variabel independen (bebas)
(X) terhadap variabel dependen (terikat) (Y). Hipotesis yang ditunjukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.4.1 Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
32
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor konsumsi masyarakat yang
meningkat, memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. (Divianto, 2013)
Taqiyuddin, dkk (2011), Divianto (2013), dan Krisna dan Wirawati (2013)
menunjukkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ha1 : Tingkat Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
2.4.2
Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
Suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh
dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi di dalam
negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya akan menurunkan pula kebutuhan
dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan terhadap kredit perbankan
juga menurun sehingga dalam kondisi suku bunga yang tinggi, yang menjadi
persoalan adalah ke mana dana itu akan disalurkan. Di sisi perbankan, dengan
bunga yang tinggi bank mampu menghimpun dana untuk disalurkan bentuk kredit
kepada dunia usaha. Namun di sisi dunia usaha, kendati dana kredit perbankan
tersedia beban bunga yang harus mereka tanggung lebih tinggi sehingga dunia
usaha cenderung mencari alternatif pendanaan yang lebih murah. (Pohan, 2008)
Taqiyuddin, dkk (2011), dan Divianto (2013) memperoleh hasil bahwa
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia memiliki pengaruh positif dan signifikan
33
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Ha2 : Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh positif signifikan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2.4.3
Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
Nilai tukar yang melonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan
kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka
yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar
ekspor. Oleh karena itu, pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi
salah satu faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro. Nilai
rupiah yang relatif lamban dibandingkan dengan laju inflasi di dalam negeri relatif
terhadap luar negeri dapat mengakibatkan harga barang-barang ekspor relatif
lebih mahal. (Pohan, 2008)
Penelitian yang dilakukan Taqiyuddin, dkk (2011), dan Krisna dan
Wirawati (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan nilai
tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Ha3 : Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar berpengaruh positif signifikan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Penelitian
Variabel dependen (terikat) adalah variabel dipengaruhi menjadi akibat
karena adanya variabel independen (bebas). Variabel dependen (terikat) yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :
3.1.1.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan adalah indeks harga yang merupakan
gabungan semua harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Variabel independen (bebas) adalah mempengaruhi menjadi sebab
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen (bebas) yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :
3.1.1.2 Tingkat Inflasi
Tingkat Inflasi adalah kenaikan harga barang secara terus-menerus selama
suatu periode tertentu dapat mengurangi investasi yang produktif, mengurangi
ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat
pertumbuhan ekonomi.
3.1.1.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
Suku Bunga SBI adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh Bank
Indonesia atas penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Peningkatan dan
34
35
penurunan suku bunga SBI akan menjadi tolak ukur Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dengan suku bunga SBI yang tinggi
mampu mendorong investor untuk mengalihkan dananya dari saham ke instrumen
yaitu dalam bentuk tabungan atau deposito.
3.1.1.4 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar
Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar adalah harga mata uang suatu negara
terhadap mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan jumlah
uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel
dependen yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen, maka dapat
dinyatakan bahwa variabel independen menyebabkan variabel dependen.
Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen tersebut merupakan
hubungan sebab-akibat. (Indriantoro dan Supomo, 2014)
3.1.2 Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan tiga variabel
independen, adapun definisi dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
3.1.2.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan perubahan persentase dari
suatu tahun dasar atau bulan sebelumnya, indeks ini menyangkut sejumlah fakta
maupun besaran tertentu yang menggambarkan perubahan-perubahan harga
saham dimasa lalu yang dipandang. (Divianto, 2013)
36
Dalam penelitian ini data IHSG yang digunakan adalah indeks harga
saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham terakhir (closing price)
yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010-2013.
Pengukuran yang digunakan adalah Rp/$ USD.
3.1.2.2 Tingkat Inflasi (X1)
Tingkat Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk menaik
secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau
mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Syarat
adanya kecenderungan menarik yang terus-menerus juga perlu diingat. Kenaikan
harga-harga karena, misalnya, musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang
terjadi sekali saja. (Boediono, 1988)
Data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data inflasi
diperoleh dari laporan inflasi tiap akhir bulan yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia mulai bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2013. Pengukuran
yang digunakan adalah satuan persen. Tingkat inflasi akan mengalami fluktuasi
rata-rata ditiap akhir bulannya.
3.1.2.3 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (X2)
Suku Bunga SBI merupakan pembayaran yang dilakukan untuk
penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit
waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam
uang. Biaya untuk meminjam uang, diukur dalam dollar per tahun untuk setiap
dollar yang dipinjam adalah suku bunga SBI. (Samuelson dan Nordhaus, 1992)
37
Data yang digunakan untuk menghitung suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia dalam penelitian ini adalah data suku bunga SBI tiap akhir bulan yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia mulai dari Januari 2010 sampai Desember
2013. Pengukuran yang telah digunakan adalah satuan persen.
3.1.2.4 Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar (X3)
Nilai Tukar merupakan semacam harga didalam pertukaran antara dua
mata uang yang berbeda, maka akan terjadi perbandingan nilai atau harga antara
kedua mata uang tersebut. (Nopirin, 1994)
Dalam penelitian ini data Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar yang
digunakan adalah kurs dollar yang dihitung berdasarkan kurs tengah berdasarkan
kurs jual dan kurs beli disetiap akhir bulan mulai Januari 2010 sampai bulan
Desember 2013 yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pengukuran yang
digunakan dalam Rp/$ USD.
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi merupakan kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian
ditarik kesimpulannya. (Indriantoro dan Supomo, 2014)
Populasi yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2010-2013. Alasan peneliti memilih tahun pengamatan yang digunakan
38
adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan keadaan
sekarang.
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari masalah populasi yaang dapat dianggap
mewakili populasi tersebut karena memiliki karakteristik yang sama. Penentuan
metode pemilihan sampel mempengaruhi ketepatan estimasi statistik sampel
terhadap populasinya. Pedoman untuk menentukan metode pemilihan sampel
dengan tujuan atau masalah penelitian. (Indriantoro dan Supomo, 2014)
Sampel dalam pemilihan ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia yang dipilih dengan metode purposive sampling.
Menurut (Indriantoro dan Supomo, 2014) metode purposive sampling adalah
dipilih dengan metode tertentu atau target tertentu dalam memilih sampel secara
tidak acak. Kriteria sampel adalah:
1. Harga close perbulan mulai bulan januari 2010 sampai bulan desember
2013 dari indeks harga saham gabungan (IHSG) selama periode 20102013.
2. Pengaruh tingkat inflasi pada perusahaan manufaktur yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia mulai bulan januari 2010 sampai bulan
desember 2013.
3. Pengaruhsuku bunga SBI pada perusahaan manufaktur yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia disetiap akhir bulan mulai januari 2010
sampai bulan desember 2013.
39
4. Pengaruh nilai tukar rupiah pada US Dollar pada perusahaan manufaktur
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia secara lengkap tiap akhir bulan
mulai bulan januari 2010 sampai desember 2013.
3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data penelitian berkaitan dengan sumber data dan pemilihan metode
yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian. Jenis data yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data dokumenter.
Data dokumenter merupakan jenis data penelitian yang antara lain berupa:
faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan
program. Data dokumenter memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi,
serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian. Data dokumenter dalam penelitian
dapat menjadi bahan atau dasar analisis data yang kompleks dikumpulkan melalui
metode analisis dokumen yang dikenal dengan content analysis antara lain
kategori isi, telaah dokumen. (Indriantoro dan Supomo, 2014)
3.3.2 Jenis Data Menurut Sifatnya
Jenis data menurut sifatnya yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah data kualitatif dan data kuantitatif (Indriantoro dan Supomo, 2014):
1) Data Kualitatif adalah data yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis masing-masing variabel penelitian dengan mengetahui
perkembangan masing-masing variabel. Data kualitatif adalah data yang
tidak dapat diukur dalam skala numerik atau tidak berbentuk angka, data
40
yang disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Data kualitatif
dalam penelitian ini berupa gambaran umum perusahaan.
2) Data Kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau
berbentuk angka. Mempunyai tujuan untuk menguji atau verifikasi teori,
meletakkan teori secara deduktif menjadi landasan dalam penemuan dan
pemecahan masalah penelitian. Teori merupakan kerangka dalam
penelitian kuantitatif yang melandasi perumusan masalah atau pertanyaan,
pengembangan hipotesis, pengujian data, dan pembuatan kesimpulan.
Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau
berbentuk angka.
3.3.3 Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder. Data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder.
(Indriantoro dan Supomo, 2014)
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga
pengumpul data serta dipublikasikan pada masyarakat pengguna data. Dalam
penelitian ini data sekunder bersumber dari informasi www.yahoofinance.com
annually 2010-2013 dan data yang bersumber dari Bank Indonesia www.bi.go.id
41
Data sekunder yang harus dievaluasi oleh peneliti antara lain (Indriantoro
dan Supomo, 2014):
1.
Kemampuan data yang tersedia untuk menjawab masalah.
2.
Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan periode waktu
yang diinginkan dalam penelitian.
3.
Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang menjadi
perhatian peneliti.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan peneliti untuk melengkapi data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan
peneliti dalam penelitian yang dilakukan adalah teknik dokumentasi. Teknik
dokumentasi merupakan data-data yang tertulis dengan mencatat atau mengcopy
mengumpulkan data, bukti, dan keterangan masalah penelitian baik dari sumber
dokumen atau internet dengan penelusuran data historis melalui komputer.
Penelusuran dengan komputer memuat informasi lengkap yang berisi data
berupa angka atau teks yang dapat dianalisis pergerakan tingkat inflasi, suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada US dollar berupa data
pengamatan bulanan antara bulan Januari 2010 sampai bulan desember 2013
diakses melalui website www.bi.go.id di Bank Indonesia. Serta mengakses data di
website www.yahoofinance.com digunakan untuk mengetahui pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan disetiap akhir bulan antara bulan Januari 2010 sampai
bulan desember 2013.
42
3.5
Metode Analisis
Sebagai sekumpulan metode yang dapat digunakan untuk menarik
kesimpulan yang masuk akal dari suatu data. Tujuan peneliti adalah menjawab
masalah atau pertanyaan penelitian melalui proses analisis data. Model analisis
data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis statistik
inferensial yaitu analisis regresi linier berganda dengan data runtun waktu (time
series) yang diolah dengan menggunakan software computer SPSS. Statistik
inferensial untuk mengestimasi sampel ke dalam populasi.
3.5.1 Statistik Deskriptif
Deskriptif
merupakan
metode
penulisan
yang
berusaha
untuk
menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Statistik
deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi
mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan
peneliti dalam deskriptif antara lain berupa: frekuensi, nilai minimum, maximum,
rata-rata (mean), median, modus, simpangan baku (standart deviasi dan varian)
dan koefisien korelasi antar variabel penelitian. (Indriantoro dan Supomo, 2014)
3.5.2 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk
mengetahui sejauh mana hubungan tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia, nilai tukar rupiah pada US dollar terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2010-2013.
43
Menurut (Divianto, 2013) Y = f (X1, X2, X3 ) dalam hubungan fungsional
di mana Y adalah fungsi linear, maka model regresi berganda untuk empat
variabel di mana variabel terikatnya merupakan fungsi linear dari tiga variabel
bebas. Model regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 = ei
Keterangan :
Y
= IHSG
a
= Konstanta
b1
= Koefisien Regresi Tingkat Inflasi
b2
= Koefisien Regresi Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
b3
= Koefisien Regresi Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar
1
= Tingkat Inflasi
2
= Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
3
= Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar
ei
= error
44
3.5.3 Uji Kualitas Data
3.5.3.1 Uji Asumsi Klasik
Peneliti melakukan pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk
mengetahui apakah suatu model regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan
untuk melakukan penaksiran. Jika suatu model dikatakan baik, maka dapat
memenuhi
asumsi
klasik
atau
terhindar
dari
masalah-masalah
uji
multikolonieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan uji normalitas. Oleh
karena itu peneliti dalam penelitian ini dilakukan uji terhadap asumsi klasik,
apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan atau tidak agar model penelitian ini
layak untuk digunakan.
3.5.3.1.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan
independen. Yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skore yang
sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri disekitar nilai means
sama dengan nol. Jadi salah satu cara mendeteksi normalitas adalah lewat
pengamatan nilai residual, diketahui bahwa uji t dan F mengasumsi bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Cara lain adalah dengan melihat distribusi
dari variabel-variabel yang akan diteliti. Walaupun normalitas suatu variabel tidak
selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika
semua variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi secara normal
maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya
dideteksi dengan grafik atau uji statistik sedangkan normalitas nilai residual
45
dideteksi dengan metode grafik. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan uji statistik kolmogorow-smirnov. (Ghozali, 2005)
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini di lakukan Uji
Statistik Kolmogorov-Smirnov. Untuk mendeteksi data terdistribusi normal atau
tidak normal Kolmogorov-Smirnov didalam model regresi:
a.
Jika nilai signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05 atau 5% maka data
terdistribusi normal.
b.
Jika nilai signifikasi atau nilai probabilitas < 0,05 atau 5% maka data
tidak terdistribusi normal.
3.5.3.1.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regresi adalah (Ghozali, 2005):
a.
Jika uji multikolinieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance 
0,1 atau nilai VIF  10 yang mengindikasikan, maka terjadi gejala
multikolinieritas pada model regresi dari penelitian ini.
b.
Jika uji multikolinieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance 
0,1 atau nilai VIF  10 yang mengindikasikan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas pada model regresi dari penelitian ini.
46
3.5.3.1.3Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan atau sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data runtut waktu (time series). Pada data crossection (silang
waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. (Ghozali, 2005)
Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat adanya hubungan antara data
(observasi) satu dengan data yang lainnya dalam satu variabel. Setelah dilakukan
pengujian awal ternyata data mengalami autokorelasi, untuk mengatasi gejala
autokorelasi digunakan metode Durbin-Watson. Uji Durbin Watson hanya
digunakan untuk autokorelasi tingkat satu frist order autocorrelation dan
mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model regresi dan tidak ada
variabel lag di antara variabel independen.
47
Tabel 3.5.3.1.3
Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negative
Tolak
4 - dl< d < 4
Tidak ada autokorelasi negative
No decision
4 - du ≤ d ≤ 4- dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Tidak ditolak
du < d < 4- du
3.5.3.1.4Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model
regresi
yang
baik
Heteroskedastisitas.
adalah
yang
Kebanyakan
Homoskesdatisitas
data
crossection
atau
tidak
terjadi
mengandung
situasi
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai
ukuran kecil, sedang, besar. (Ghozali, 2005)
Dalam penelitian ini untuk mendeteksi heteroskedastisitas data dapat
dilakukan dengan Uji Glejser. Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut
residual terhadap variabel independen. Dengan tingkat signifikasi 5% maka model
terbebas atau tidaknya dari masalah Heteroskedastisitas:
48
a.
Jika
probabilitas
P
>
0,05
model
terbebas
dari
masalah
Heteroskedastisitas.
b.
Jika probabilitas P < 0,05 model tidak terbebas dari masalah
Heteroskedastisitas.
3.5.4 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan proses yang kompleks, terutama jika data
yang diteliti merupakan data sampel atau bagian dari populasi. Berdasarkan hasil
pengujian terhadap sebagian dari populasi/sampel, peneliti membuat keputusan
menolak atau mendukung hipotesis. (Indriantoro dan Supomo, 2014)
Peneliti dalam penelitian ini untuk uji hipotesis dapat dilakukan secara bersamasama (simultan) dan parsial :
3.5.4.1 Uji F (Uji Model)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel penjelas
yang digunakan dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel terikat. Dalam penelitian ini tingkat kesalahan atau probabilitas yang
diinginkan P = 5% (Ghozali, 2005):
a. Jika nilai sig. > 0,05, maka Ha ditolak
b. Jika nilai sig. < 0,05, maka Ha diterima
3.5.4.2 Pengujian secara parsial (Uji Statistik t)
Pengujian secara parsial, dilakukan uji-t untuk menguji pengaruh masing
masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini tingkat
kesalahan atau probabilitas yang diinginkan P = 5% (Ghozali, 2005):
49
a. Jika nilai sig. > 0,05, maka Ha diterima
b. Jika nilai sig. < 0,05, maka Ha ditolak
3.5.5 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen yang terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah
karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan
untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien
determinasi yang tinggi. (Ghozali, 2005)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil statistik deskriptif terhadap data IHSG, tingkat inflasi,
suku bunga SBI, dan nilai tukar rupiah pada US dollar diperoleh sebanyak 192
data observasi yang berasal dari perkalian antara periode penelitian (4 tahun dari
tahun 2010 – 2013) dengan jumlah pengamatan masing-masing 48 pengaramatan.
Tabel 4.1.1
Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel
Descriptive Statistics
N
INFLASI
SBI
NILAI TUKAR
IHSG
Valid N (listwise)
48
48
48
48
48
Minimum Maximum
1,23
2,17
1,34
2,00
,0000827 ,0001172
7,84
8,53
Mean
Std. Deviation
1,6579
,26400
1,7419
,19724
,000106729 ,0000079337
8,2533
,16874
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Pada tabel 4.1.1 menunjukkan Statistik Deskriptif masing-masing variabel
penelitian. Ukuran yang ditemukan dalam statistik desktiptif adalah minimum,
maximum, mean, standar deviation.
Tingkat inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk
meningkat secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang tidak disebut inflasi, kecuali apabila kenaikkan tersebut meluas
mengakibatkan kenaikkan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Hasil
50
51
analisis dengan menggunakan statistik deskriprif terhadap tingkat inflasi
menunjukkan nilai minimum sebesar 1,23, nilai maksimum sebesar 2,17 dengan
rata-rata sebesar 1,6579, std. deviation sebesar 0,26400. Jika std 0,26400 < ratarata 1,6579, maka penyimpangan data kecil.
Suku bunga SBI merupakan surat berharga yang dikeluarkan Bank
Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan system
diskoto/bunga. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
variabel suku bunga SBI menunjukkan nilai minimum sebesar 1,34 nilai
maksimum sebesar 2,00 dengan rata-rata sebesar 1,7419, std. deviation sebesar
0,19724. Jika std 0,19724 < rata-rata 1,7419, maka penyimpangan data kecil.
Nilai tukar rupiah padaUS dollar merupakan sejumlah uang dari suatu
mata uang tertentu yang dapat di pertukarkan dengan satu unit mata uang negara
lain. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel nilai
tukar rupiah pada US dollar menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0000827 nilai
maksimum sebesar 0,0001172 dengan rata-rata 0,000106729, std. deviation
sebesar 0,0000079337. Jika std 0,0000079337 < rata-rata 0,000106729, maka
penyimpangan data kecil.
Indeks harga saham gabungan IHSG merupakan suatu nilai yang
digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat di bursa efek. Hasil
analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel IHSG
menunjukkan nilai minimum sebesar 7,84 nilai maksimum sebesar 8,53 dengan
rata-rata sebesar 8,2533, std. deviation sebesar 0,16874. Jika std 0,16874 < ratarata 8,2533, maka penyimpangan data kecil.
52
4.1.2
Analisis Regresi Berganda
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear berganda,
dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen, melalui hubungan variabel tingkat inflasi (X1), suku
bunga SBI (X2), nilai tukar rupiah pada US dollar (X3) terhadap IHSG (Y). Hasil
regresi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1.2
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
B
1
(Constant)
8,953
,341
INFLASI
,375
,090
-,611
-2411,929
SBI
NILAI
TUKAR
Std. Error
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity
Statistics
T
Sig.
Tolerance
VIF
26,245
,000
,587
4,189
,000
,523
1,910
,105
-,714
-5,825
,000
,684
1,461
2637,763
-,113
-,914
,365
,669
1,495
a. Dependent Variable:
IHSG
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Keterangan : - Jumlah data (observasi) = 48
- Variabel Dependen Y (IHSG)
- Signifikan pada level 5 %
53
Variabel dependen pada regresi ini adalah IHSG (Y) sedangkan variabel
bebasnya adalah variabel tingkat inflasi (X1), suku bunga SBI (X2), dan nilai
tukar rupiah pada US dollar (X3). Model regresi (Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
=.....bxn + e) berdasarkan hasil analisis di atas adalah:
Y = 8,953 + 0,375X1 – 0,611X2 – 2411,929X3 + e
Adapun interpretasi dari persamaan tersebut adalah :
b = 0,375
1
Artinya, jika variabel tingkat inflasi (X1) naik satu konstanta,maka variabel IHSG
akan naik sebesar 0,375.
b = - 0,611
2
Artinya, jika variabel suku bunga SBI (X2) naik satu konstanta, maka variabel
IHSG akan turun sebesar 0,611.
b = - 2411,929
3
Artinya, jika variabel nilai tukar rupiah pada US dollar (X3) naik satu konstanta,
maka variabel IHSG akan turun sebesar 2411,929.
4.2
Analisis Data
4.2.1 Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda
adalah terpenuhinya asumsi klasik. Untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang
tidak bias dan efisien (Best Linear Unbias Estimator/BLUE) dari satu persamaan
regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (Least Squares) perlu dilakukan
54
pengujian untuk mengetahui model regresi yang dihasilkan memenuhi persyaratan
asumsi klasik, yaitu : berdistribusi normal, tidak ada multikolinearitas, tidak ada
autokorelasi, dan tidak ada heteroskedastisitas.
4.2.1.1Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan
variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal apakah tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik), pada sumbu diagonal pada grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya. Uji normalitas menggunakan uji statistik Kolmogorow-Smirnov hasil
pengujian sebagai berikut:
Tabel 4.2.1.1
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Unstandardized
Residual
48
,0000000
,11352800
,073
,061
-,073
,506
,960
55
Berdasarkan tabel 4.2.1.1 hasil sig. 0,960 > 0,05. Karena nilai signifikan
lebih dari 0,05, sehingga data dalam penelitian ini dapat disimpulkan sudah
berdistribusi normal memenuhi syarat model regresi karena sudah normal.
4.2.1.2Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Menurut (Ghozali,
2005) untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi yaitu :
a.
Jika uji multikolinieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance  0,1
atau nilai VIF  10 yang mengindikasikan, maka terjadi gejala
multikolinieritas pada model regresi dari penelitian ini.
b.
Jika uji multikolinieritas data penelitian menghasilkan nilai tolerance  0,1
atau nilai VIF  10 yang mengindikasikan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas pada model regresi dari penelitian ini.
Dalam penelitian ini diperoleh nilai tolerance dan VIF seperti pada tabel 4.2.1.2
sebagai berikut:
56
Tabel 4.2.1.2
Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity
Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
INFLASI
,523 1,910
SBI
,684 1,461
NILAI
TUKAR
,669 1,495
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Keterangan : - Jumlah data (observasi) = 48
- Variabel DependenY
Dari tabel 4.2.1.2 tersebut dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari ketiga
variabel independen tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan nilai tukar rupiah pada
US dollar menghasilkan nilai Tolerance  0,1 dan nilai VIF  10, jadi dapat
disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah multikolinieritas.
4.2.1.3Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai
terjadinya korelasi diantara data pengamatan atau dengan kata lain munculnya
57
suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. (Ghozali, 2005)
Adanya suatu autokorelasi bertentangan dengan salah satu asumsi dasar
dari regresi berganda yaitu tidak adanya korelasi diantara alat acaknya. Artinya
jika ada autokorelasi, maka dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi yang
diperoleh kurang akurat. Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan Uji
Durbin Watson (DW) yang bisa dilihat dari hasil uji regresi berganda. Secara
konvensional dapat dikatakan bahwa suatu persamaan regresi dikatakan telah
memenuhi asumsi autokorelasi jika nilai dari Uji Durbin Watson mendekati dua
atau lebih. Berikut hasil perhitungan DW dengan menggunakan regresi:
Tabel 4.2.1.3
Hasil Uji Durbin-Waston (DW)
Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of
Model
R
R Square
Square
the Estimate
a
1
,740
,547
,516
,11733
a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI
b. Dependent Variable: IHSG
DurbinWatson
,424
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Keterangan : - Jumlah data (observasi) = 48
- Variabel DependenY
- Nilai dl dan du pada level 5 % dengan K = 3, N = 48
Dengan demikian korelasi serial diantara disturbance terms, sehingga
variabel tersebut independen (ada autokorelasi) yang ditunjukkan dengan dw < du
58
(0,424 < 1,62308), artinya terjadi autokorelasi. Kemudian dilakukan uji Runs Test
didapat hasil:
Tabel 4.2.1.3
Hasil Uji Runs Test
Runs Test
Test Valuea
Cases < Test Value
Cases >= Test Value
Total Cases
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Median
Unstandardized
Residual
,01274
24
24
48
10
-4,231
,000
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Hasil uji Runs Test nilai P = 0,000 < 0,05, artinya masih terjadi
autokorelasi.
Menurut Hidayat (2015) bahwa adanya autokorelasi dalam regresi linear
(Ordinary
Least
Squares)
menyebabkan
variansi
sampel
tidak
dapat
menggambarkan variansi populasi, model regresi yang dihasilkan tak dapat
digunakan untuk menduga nilai variabel tak bebas dari nilai variabel-behas
tertentu, koefisien regresi yang diperoleh kurang akurat. Masalah autokorelasi ini
sering terjadi pada regresi linear dengan menggunakan data runtut waktu atau
time-series. Jika terdapat autokorelasi maka harus diperbaiki dengan cara
transformasi. Salah satu transformasi data adalah menggunakan lag-1.
Jurnal penelitian Khajar (2008) yang berjudul “Pengujian Efisiensi Dan
Peningkatan Efisiensi Bentuk Lemah Bursa Efek Indonesia Pada Saat Dan
59
Sesudah Krisis Moneter Pada Saham-Saham LQ-45”, pada uji autokorelasi
menggunakan
Lag-1.
Dengan
demikian
penelitian ini
uji
autokorelasi
menggunakan lag-1.
Langkah analisis transformasi dengan lag menurut Ghozali (2011)
dapatkan nilai lag satu residual (Ut-1) dengan perintah Transform dan Compute.
Isikan pada Target Variabel Ut_1 dan isikan pada kotak Numeric Expression Lag
(Res_1). Dalam penelitian ini Transform dan Computeresidual dengan
menggunakan unstandartized residual sehingga dihasilkan res-1, lalu dilakukan
lag(1) didapatkan kolom baru setelah didapatkan hasil variabel baru Lag_Y
dilanjutkan analisis regresi linier dengan memasukkan variabel Lag_Y ke dalam
kelompok variabel independen selain tingkat inflasi, suku bunga SBI dan nilai
tukar rupiah ke US dollar.
Setelah dilakukan lag pada variabel dependen (IHSG) didapatkan lag_Y
kemudian dilakukan uji autokorelasi dengan memasukkan variabel independen
dan ditambahkan lag_Y dalam variabel independennya didapatkan hasil:
Tabel 4.2.1.3
Hasil Uji Lag_Y
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
,784a
,614
Adjusted R
Square
,606
a. Predictors: (Constant), Lag_Y
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
,07048853
1,646
60
Keterangan : - Jumlah data (observasi) = 48
- Variabel DependenY
- Nilai dl dan du pada level 5 % dengan K = 3, N = 48
Pada tabel 4.2.1.3 dari hasil uji Lag_Y tersebut didapatkan nilai DurbinWatson (DW) 1,646, sehingga variabel tersebut independen (ada autokorelasi)
yang terletak pada daerah du < dw < 4-du (1,62308 < 1,646 < 2,37692), artinya
tidak ada autokorelasi positif dan negatif.
Gambar 4.2.1.3
Hasil Uji Autokorelasi
+
Ragu-ragu
dl
1,45004
du
1,62308
Bebas
Ragu-ragu
(4-du)
(4-dl)
2,37692
2,5996
-
Dw = 1,646 (tidak ada autokorelasi positif dan negatif)
Kelebihan lag yaitu salah satu alternatif untuk mengatasi model regresi
linier yang terkena gangguan autokorelasi adalah dengan memasukkan lag dari
variabel terikat menjadi salah satu variabel bebasnya (Konsultan Statistik, 2009).
Juga autokorelasi adalah korelasi yang terjadi antar observasi dalam satu variabel.
Hal ini disebabkan karena data time series merupakan data satu aset yang
diobservasi dalam rentangan waktu, oleh karena itu nilai yang terjadi saat ini
memiliki hubungan dengan nilai yang terjadi di masa lalu (Sumani, 2008).
Kekurangan lag yaitu termasuk salah satu analisis autoregresif yang akan
kehilangan sebuah observasi. Bila data time series cukup panjang mungkin hal
61
tersebut tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi bila data relatif tidak banyak,
maka akan menimbulkan masalah (Sumani, 2008). Pada tahap interpretasi model,
lag variabel tidak perlu diinterpretasikan karena hanya merupakan metode untuk
menghilangkan gangguan autokorelasi saja (Konsultan Statistik, 2009).
4.2.1.4Uji Heteroskedastisitas
Menurut (Ghozali, 2005) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi heteroskedastisitas
data dapat dilakukan dengan Uji Glejser. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Bila signifikansi yang
diperoleh lebih kecil dari 0,05 (5%) maka persamaan regresi tersebut mengandung
heteroskedastisitas
dan
sebaliknya
berarti
non
heteroskedastisitas
atau
homoskedastisitas. Hasil uji heroskedastisitas ditunjukkan pada tabel berikut
dengan menggunakan uji glejser:
62
Tabel 4.2.1.4
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
-,269
,171
Inflasi
-,011
,045
,073
2371,521
SBI
Nilai
Tukar
Beta
t
Sig.
-1,572
,123
-,045
-,234
,816
,053
,232
1,388
,172
1321,051
,304
1,795
,079
a. Dependent Variable: ABSRES
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Dari perhitungan yang terdapat pada tabel dapat diketahui bahwa seluruh
variabel
telah
memenuhi
syarat
uji
heteroskedastisitas
tidak
terjadi
Heteroskedastisitas, dimana seluruh nilai sig. yang diperoleh lebih besar dari 0,05.
4.2.2 Uji Regresi
4.2.2.1 Uji F (Uji Model)
Uji statistik F pada dasarnya untuk mengetahui apakah semua variabel
penjelas yang digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen. Berikut ini adalah tabel
yang menunjukkan hasil uji F dan besarnya F tabel dengan Degree of Freedom
(df) 5%.
63
Tabel 4.2.2.1
Hasil Uji F Secara Simultan
ANOVAb
Sum of
Model
Squares
Df
Mean Square
1
Regression
,733
3
,244
Residual
,606
44
,014
Total
1,338
47
a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI
b. Dependent Variable: IHSG
F
17,735
Sig.
,000a
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Berdasarkan tabel 4.2.2.1 untuk hipotesis yang pertama dilakukan dengan
Uji F yaitu pengujian secara simultan (bersama-sama) pengaruh tingkat inflasi
(X1), suku bunga SBI (X2), dan nilai tukar rupiah pada US dollar (X3) terhadap
IHSG (Y). Pada pengujian ini Ha diterima yang ditunjukkan dengan besarnya
0,000 < 0,05, maka secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi
variabel dependen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari
variabel tingkat inflasi (X1), suku bunga SBI (X2), dan nilai tukar rupiah pada US
dollar (X3) terhadap IHSG (Y).
4.2.2.2 Uji t (Uji Hipotesis)
Untuk menunjukkan apakah variabel bebas secara parsial (secara individu)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat serta untuk
membuktikan variabel manakah yang dominan, maka digunakan uji t dan
koefisien Beta yang telah distandarisasi. Berikut ini adalah tabel yang
menunjukkan hasil uji t dan besarnya t tabel pada signifikansi 5%:
64
Tabel 4.2.2.2
Hasil Uji t (Uji Hipotesis)
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
8,953
,341
INFLASI
,375
,090
SBI
-,611
NILAI
TUKAR
-2411,929
Standardized
Coefficients
Beta
T
Sig.
26,245
,000
,587
4,189
,000
,105
-,714
-5,825
,000
2637,763
-,113
-,914
,365
a. Dependent Variable: IHSG
* Signifikan pada level 5 %
Sumber: Ouput SPSS 19.0
4.2.2.2.1Variabel tingkat inflasi
Variabel tingkat inflasi memiliki nilai angka signifikansi sebesar 0,000,
nilai ini lebih kecil dari α = 5% (0,000 < 0,05). Dengan demikian pengujian
menunjukkan Ha diterma atau Ho ditolak. Hasil ini memperlihatkan bahwa uji
hipotesis dalam penelitian ini yaitu tingkat inflasi secara parsial berpengaruh
terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
4.2.2.2.2Variabel suku bunga SBI
Variabel suku bunga SBI memiliki nilai angka signifikansi sebesar 0,000,
nilai ini lebih kecil dari α = 5% (0,000 < 0,05). Dengan demikian pengujian
65
menunjukkan Ha diterima atau Ho ditolak. Hasil ini memperlihatkan bahwa uji
hipotesis dalam penelitian ini yaitu suku bunga SBI secara parsial berpengaruh
terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
4.2.2.2.3Variabel nilai tukar rupiah pada US dollar
Variabel nilai tukar rupiah pada US dollar memiliki nilai angka
signifikansi sebesar 0,365, nilai ini lebih besar dari α = 5% (0,365 > 0,05).
Dengan demikian pengujian menunjukkan Ha ditolak atau Ho diterima. Hasil ini
memperlihatkan bahwa uji hipotesis dalam penelitian ini yaitu nilai tukar rupiah
pada US dollar secara parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham
gabungan (IHSG).
4.2.3
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen yang terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah
karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan
untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien
determinasi yang tinggi. (Ghozali, 2005)
66
Tabel 4.2.3
Hasil Analisis Koefisien Determinasi ((R2)
Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of
Model
R
R Square
Square
the Estimate
a
1
,740
,547
,516
,11733
a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI
b. Dependent Variable: IHSG
DurbinWatson
,424
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Pada tabel 4.2.3 dari hasil estimasi diperoleh koefisien determinasi yang
telah disesuaikan Adjusted R Square sebesar 0,516 dengan demikian variabel
dependen IHSG dipengaruhi variabel independen tingkat inflasi (X1), suku bunga
SBI (X2), dan nilai tukar rupiah pada US dollar (X3) sebesar 51,6%. Sedangkan
sisanya (100% - 51,6% = 48,4%) dipengaruhi variabel lain diluar penelitian.
Besarnya nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (sebesar 0,516)
menunjukkan bahwa model regresi tersebut adalah sedang dalam mewakili
observasi. Standart Error of the Estimate (SEE) sebesar 0,11733. Makin kecil
nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
IHSG.
4.3
Pembahasan
Dari pembahasan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa indeks harga
saham gabungan IHSG pada periode 4 tahun yaitu 2010-2013 sangat berpengaruh
terhadap tingkat inflasi dan suku bunga SBI, dan tidak berpengaruh terhadap nilai
tukar rupiah pada US dollar. Adapun pembahasan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan adalah:
67
4.3.1 Variabel Tingkat Inflasi
Hasil penelitian bahwa variabel tingkat inflasi berpengaruh signifikan
positif terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Setiap kenaikan tingkat
inflasi sebesar 1,6579 akan menyebabkan peningkatan indeks harga saham
gabungan IHSG sebesar 8,2533. Terbukti variabel tingkat inflasi menjadi variabel
yang berpengaruh kedua terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Taqiyuddin, dkk (2011)
tingkat inflasi mempengaruhi IHSG dengan pengaruh signifikan positif bahwa
angka inflasi yang tinggi ditunjukkan akan berakibat naiknya harga-harga barang
biasanya akan mendorong BI (Bank Indonesia) untuk menaikkan suku bunga. Jika
nilai inflasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan maka Bank Indonesia
harus mengendalikannya dengan menaikkan suku bunga SBI. Tingginya inflasi
dan suku bunga bank akan menyebabkan beban operasional perusahaan semakin
berat serta akan mempengaruhi kinerja keuangan badan usaha. Dengan adanya
inflasi tersebut nilai uang rupiah mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Dengan adanya kenaikan inflasi berakitbat harga-harga saham di indeks harga
saham gabungan IHSG akan mengalami kenaikan sehingga indeks harga saham
gabungan IHSG pun mengalami kenaikan juga.
Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor konsumsi masyarakat yang
meningkat, memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu (Divianto, 2013).
68
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Taqiyuddin,
dkk (2011), Divianto (2013), dan Krisna dan Wirawati (2013) menunjukkan
bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut Nopirin
(1994) inflasi yang tinggi merupakan masalah ekonomi, tenaga beli uang
(pendapatan) turun. Masyarakat yang pendapatannya tetap akan dirugikan
sedangkan yang berpenghasilan tidak tetap kadangkala diuntungkan. Dengan
demikian inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan. Pada kondisi inflasi
yang tinggi maka harga barang-barang atau bahan baku memiliki kecenderungan
untuk meningkat. Akibat inflasi yang terus menerus meningkat mengakibatkan
semua bidang ekonomi terkena imbasnya. Peningkatan harga barang-barang dan
bahan baku akan membuat biaya produksi menjadi tinggi sehingga akan
berpengaruh pada penurunan jumlah permintaan yang berakibat pada penurunan
penjualan sehingga akan mengurangi pendapatan perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya
Budiantara (2012), dan Ismawati dan Hermawan (2013) memperoleh hasil bahwa
Tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG mempunyai pengaruh
terhadap pilihan jenis investasi oleh investor, saat kurs tukar melemah dan suku
bunga rendah investor akan menahan sahamnya untuk diperjualbelikan dan saat
tingkat inflasi yang tinggi dan ketidakstabilan ekonomi terjadi investor akan
memilih investasi bentuk lain sehingga indeks harga saham gabungan IHSG akan
turun.
69
4.3.2 Variabel Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Hasil penelitian bahwa variabel suku bunga SBI berpengaruh signifikan
negatif terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Terbukti variabel suku
bunga SBI menjadi variabel berpengaruh terbesar terhadap indeks harga saham
gabungan IHSG. Setiap kenaikan suku bunga SBI sebesar 1,7419 akan
menyebabkan penurunan indeks harga saham gabungan IHSG sebesar 8,2533.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Divianto (2013) suku
bunga SBI berpengaruh signifikan negatif terhadap IHSG karena meningkatnya
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bisa berdampak pada peningkatan
bunga deposito yang pada akhirnya mengakibatkan tingginya tingkat bunga
kredit, sehingga investasi dalam perekonomian menjadi penurunan. Besar
kecilnya
investasi
secara
langsung
akan
mempengaruhi
pertumbuhan
perekonomian. Investasi domestik yang menurun mengakibatkan meningkatnya
ketergantungan usaha domestik pada investor luar negeri, bahwa terjadi
peningkatan aliran arus dollar AS ke dalam negeri. Dengan adanya penurunan
investasi berakibat pada penurunan harga beli saham. Dengan demikian terjadi
penurunan indeks harga saham gabungan IHSG.
Menurut Pohan (2008) suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya
yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan
produksi di dalam negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya akan
menurunkan pula kebutuhan dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan
terhadap kredit perbankan juga menurun sehingga dalam kondisi suku bunga yang
tinggi, yang menjadi persoalan adalah ke mana dana itu akan disalurkan. Di sisi
perbankan, dengan bunga yang tinggi bank mampu menghimpun dana untuk
70
disalurkan bentuk kredit kepada dunia usaha. Namun di sisi dunia usaha, kendati
dana kredit perbankan tersedia beban bunga yang harus mereka tanggung lebih
tinggi sehingga dunia usaha cenderung mencari alternatif pendanaan yang lebih
murah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Budiantara
(2012), Divianto (2013), dan Ismawati dan Hermawan (2013) memperoleh hasil
bahwa suku bunga Sertifikat Bank Indonesia memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya
Taqiyuddin, dkk (2011), dan Divianto (2013) memperoleh hasil bahwa suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia
(BEI). Kenaikan suku bunga SBI yang agresif bisa memperkuat rupiah, tapi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan anjlok karena investor lebih suka
menabung di bank. Apabila suku bunga SBI mengalami peningkatan maka harga
saham akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya ketika suku bunga
mengalami penurunan maka harga saham akan mengalami peningkatan. Karena
dengan tingginya suku bunga SBI, rupiah melemah. Dan akibat beralihnya
investasi rupiah. Sebaliknya apabila suku bunga SBI mengalami penurunan maka
investor akan kembali berinvestasi pada pasar modal, karena posisi IHSG
mengalami peningkatan.
71
4.3.3
Variabel Nilai Tukar Rupiah pada US Dollar
Hasil penelitian bahwa variabel nilai tukar rupiah pada US dollar tidak
berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Setiap
kenaikan nilai tukar rupiah pada US Dollar sebesar 0,000106729 akan
menyebabkan penurunan indeks harga saham gabungan IHSG sebesar 8,2533.
Terbukti bahwa variabel nilai tukar rupiah pada US dollar menjadi variabel yang
berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan IHSG. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya Ismawati dan Hermawan (2013) nilai
tukar rupiah pada US dollar tidak berpengaruh terhadap IHSG yaitu ketika kurs
rupiah terhadap mata uang asing mengalami penguatan maka akan banyak
investor berinvestasi pada saham. Karena penguatan tersebut mengindikasikan
bahwa perekonomian dalam keadaan bagus. Ketika kurs rupiah melemah yang
berarti mata uang asing mengalami penguatan maka mengindikasikan bahwa
perekonomian dalam kondisi yang kurang baik. Dengan kondisi investor
mengalihkan dananya dari saham ke instrumen lain dalam bentuk tabungan atau
deposito maka investor akan memicu penurunan terhadap pergerakan nilai IHSG
di bursa saham.
Nilai tukar yang melonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan
kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka
yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar
ekspor. Oleh karena itu, pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi
salah satu faktor moneter yang mendukung perekonomian secara makro. Nilai
rupiah yang relatif lamban dibandingkan dengan laju inflasi di dalam negeri relatif
72
terhadap luar negeri dapat mengakibatkan harga barang-barang ekspor relatif
lebih mahal. (Pohan, 2008).
Stabilitas nilai tukar menjadi relevan bagi perekonomian terbuka karena
menunjukkan stabilitas posisi relatif perekonomian dalam internasional.
Perekonomian
yang
mampu
menjaga
stabilitas
nilai
tukarnya
adalah
perekonomian yang memiliki struktur ekonomi yang relatif kuat. Kerjasamanya
dengan dunia internasional adalah untuk memperkuat atau meningkatkan
kesejahteraan. Data empiris menunjukkan bahwa perekonomian yang kuat dan
maju memiliki stabilitas nilai tukar. Salah satu ukuran dari stabilitas nilai tukar
adalah arah perkembangan dan fluktuasi nilai tukar, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. (Manurung dan Rahardja, 2004)
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya
Taqiyuddin, dkk (2011), dan Krisna dan Wirawati (2013) menunjukkan bahwa
ada pengaruh positif dan signifikan nilai tukar rupiah terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Apresiasi nilai tukar
rupiah menunjukkan semakin membaiknya keadaan perekonomian di Indonesia.
Sebaliknya
depresiasi
nilai
tukar
rupiah
menunjukkan
resesi
kondisi
perekonomian di Indonesia. Pengaruh nilai tukar rupiah pada US Dollar yang
signifikan dikarenakan US Dollar merupakan alternatif investasi yang
menguntungkan terutama disaat terjadi depresiasi rupiah. Terjadinya depresiasi
rupiah akan mendorong investor untuk memindahkan dananya ke pasar valuta
asing
dengan
harapan
akan
tingkat
pengembalian
yang
tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang
dianggap berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan IHSG, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap indeks harga saham
gabungan IHSG.Pengaruh positif menunjukkan sifat hubungan searah, apabila
tingkat inflasi mengalami kenaikan maka indeks harga saham gabungan IHSG
juga mengalami kenaikan.
2. Suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan negatif terhadap indeks harga
saham gabungan IHSG. Pengaruh negatif menunjukkan sifat hubungan
berlawanan arah, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan maka indeks
harga saham gabungan IHSG mengalami penurunan.
3. Nilai tukar rupiah pada US dollar tidak berpengaruh parsial secara signifikan
terhadap indeks harga saham gabungan IHSG dengan arah hubungan
negatif/sifat hubungan berlawanan arah, apabila nilai tukar rupiah pada US
dollar mengalami kenaikan maka indeks harga saham gabungan IHSG
mengalami penurunan.
73
74
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang
diharapkan dapat bermanfat bagi perusahaan atau pihak lain yang berkepentingan.
Adapun saran yang diberikan, antara lain:
1. Sebaiknya penelitian lebih lanjut diharapkan meneliti pengaruh teori makro
ekonomi lainnya seperti Indeks Harga Saham, Indeks LQ-45, dan lain-lain.
Sehingga dapat dipilih indeks mana saja yang rentan terhadap ketidak
stabilannya kondisi makro ekonomi dan diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah pengembangan ilmu pengetahuan dapat membantu mahasiswa
untuk menambah wawasan yang baru bahwa faktor-faktor ekonomi makro
juga berpotensi mempengaruhi kinerja bursa saham, jadi tidak hanya faktorfaktor internal bursa itu sendiri saja.
2. Hasil dari penelitian ini dapat membantu investor dalam menentukan apakah
akan menjual, membeli atau menahan saham yang mereka miliki berkenaan
dengan fluktuasi nilai tukar rupiah pada US dollar dan suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia.
3. Jika tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan nilai tukar
rupiah pada US dollar berpengaruh terhadap IHSG, maka Pemerintah dapat
membuat kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan nilai tukar rupiah pada
US dollar dan suku bunga SBI sehingga pengaruh yang akan terjadi dapat
diantisipasi dan ditangani dengan sebaik-baiknya.
4. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menggunakan metode lain yang
dikemungkinkan lebih baik dari pengaruh variabel yang digunakan dalam
penelitian ini. Dengan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh hasil
75
penelitian yang lebih baik dengan menambah variabel. Melakukan penelitian
variabel lain yang berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan IHSG
di luar hasil penelitian.
76
DAFTAR PUSTAKA
Anton dan Triono Hermawan. 2010.“Pengaruh Nilai Tingkat Suku Bunga SBI,
Nilai Kurs Dollar US, Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia Dan Harga
Emas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”.Fakultas Ekonomi
Universitas Untag.
Arifin, Ali.2004. Membaca Saham. Edisi Dua.Yogyakarta: Andi Offset.
Boediono. 1988. Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 Ekonomi Moneter. Edisi Tiga.
Yogyakarta: BPFE.
Budiantara, M. 2012.“Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Kurs, Dan Inflasi
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek
Indonesia”.Jurnal Sosiohumaniora. Vol. 3, No. 3.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin.2011.Pasar Modal Indonesia.
Edisi Tiga.Jakarta: Salemba Empat.
Divianto.2013.“Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Dan
Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) Di Bursa Efek Indonesia”.Jurnal Ekonomi Dan Informasi
Akuntansi (JENIUS). Vol. 3, No. 2.
Fahmi, Irham. 2012.Manajemen Investasi Teori Dan Soal Jawab.Jakarta:
Salemba Empat.
Ghozali, Imam. 2011.Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19”. Edisi Lima.Semarang: Universitas Diponegoro.
Herlianto, Didit. 2010. Seluk Beluk Investasi di Pasar Modal di Indonesia. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Hidayat, Arwan. 2015. Cochrane Orcutt.www.statistikian.com.
Indrianto, Nur dan Supomo Bambang. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen.Edisi Pertama.Yogyakarta: Fakultas Ekonomika
dan Bisnis UGM.
Ismawati, Linna dan Hermawan Beni. 2013.“Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah
Atas Dollar AS, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Dan
Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada
Bursa Efek Indonesia (BEI)”.Jurnal Ekono Insentif Kopwil4. Vol. 7, No.
2.
Khajar, Ibnu. 2008. Pengujian Efisiensi Dan Peningkatan Efisiensi Bentuk Lemah
Bursa Efek Indonesia Pada Saat Dan Sesudah Krisis Moneter Pada
Saham-Saham LQ-45, Jurnal Penelitian National Conference on
Management Research, Makassar, 27 November 2008.
77
Konsultan Statistik. 2009. Penanggulangan
www.konsultanstatistik.com.
Masalah
Autokorelasi.
Krisna,Anak Agung Gde Aditya dan Wirawati Ni Gusti Putu. 2013.“Pengaruh
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI Pada Indeks Harga Saham
Gabungan Di BEI”.Fakultas Ekonomi Universitas UNUD.
Manurung, Mandala dan RahardjaPrathama. 2004. Uang Perbankan dan Ekonomi
Moneter. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Nopirin. 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Edisi Pertama. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Samuelson, A. Paul dan Nordhaus D. William. 1992. MAKROEKONOMI. Edisi
Empat Belas. Jakarta: Erlangga.
Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Sumani. 2008. Analisis Hubungan Metodologi. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital
/127794-T%2026486-Indeks%20harga-Metodologi.pdf.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. 2004. Edisi Keempat.
Yogyakarta: YKPN.
Taqiyuddin, Muhammad, dkk. 2011. “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga
Sertifikat Bank Indonesia, Dan Nilai Tukar Rupiah Pada US Dollar
Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya.
Widoatmodjo, Sawidji. 2005. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT.
Gramedia.
www.bi.go.id
www.yahoxxxxofinance.com
Lampiran A Data Mentah
No
Tingkat
Inflasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
3,72
3,81
3,43
3,91
4,16
5,05
6,22
6,44
5,8
5,67
6,33
6,96
7,02
6,84
6,65
6,16
5,98
5,54
4,61
4,79
4,61
4,42
4,15
3,79
3,65
3,56
3,97
4,5
4,45
4,53
4,56
4,58
4,31
4,61
4,32
4,3
4,57
5,31
5,9
Ln
Suku
Bunga
SBI
Ln
1,31
1,34
1,23
1,36
1,43
1,62
1,83
1,86
1,76
1,74
1,85
1,94
1,95
1,92
1,89
1,82
1,79
1,71
1,53
1,57
1,53
1,49
1,42
1,33
1,29
1,27
1,38
1,50
1,49
1,51
1,52
1,52
1,46
1,53
1,46
1,46
1,52
1,67
1,77
6,59662
6,59367
6,55831
6,49513
6,57796
6,59605
6,63019
6,63341
6,72526
6,73176
6,42326
6,26221
6,08058
6,70542
6,71887
7,17517
7,36011
7,36317
7,27563
6,77557
6,28206
5,76845
5,22412
5,03858
4,88325
3,8229
3,82637
3,9257
4,23785
4,32005
4,45727
4,54005
4,67165
4,74612
4,77039
4,80274
4,84021
4,86119
4,8695
1,89
1,89
1,88
1,87
1,88
1,89
1,89
1,89
1,91
1,91
1,86
1,83
1,81
1,90
1,90
1,97
2,00
2,00
1,98
1,91
1,84
1,75
1,65
1,62
1,59
1,34
1,34
1,37
1,44
1,46
1,49
1,51
1,54
1,56
1,56
1,57
1,58
1,58
1,58
Nilai
Tukar
Rupiah Ke
Dollar
0,0001078
0,0001070
0,0001090
0,0001108
0,0001089
0,0001093
0,0001105
0,0001115
0,0001114
0,0001120
0,0001119
0,0001108
0,0001107
0,0001122
0,0001141
0,0001156
0,0001169
0,0001168
0,0001172
0,0001172
0,0001141
0,0001124
0,0001109
0,0001100
0,0001098
0,0001108
0,0001091
0,0001090
0,0001076
0,0001058
0,0001057
0,0001053
0,0001045
0,0001042
0,0001039
0,0001037
0,0001032
0,0001032
0,0001030
Harga
IHSG
Ln
2610,8
2549,03
2777,3
2971,25
2796,96
2913,68
3069,28
3081,88
3501,3
3635,32
3531,21
3703,51
3409,17
3470,35
3678,67
3819,62
3836,97
3888,57
4130,8
3841,73
3549,03
3790,85
3715,08
3821,99
3941,69
3985,21
4121,55
4180,73
3832,82
3955,58
4142,34
4060,33
4262,56
4350,29
4276,14
4316,69
4453,7
4795,79
4940,99
7,87
7,84
7,93
8,00
7,94
7,98
8,03
8,03
8,16
8,20
8,17
8,22
8,13
8,15
8,21
8,25
8,25
8,27
8,33
8,25
8,17
8,24
8,22
8,25
8,28
8,29
8,32
8,34
8,25
8,28
8,33
8,31
8,36
8,38
8,36
8,37
8,40
8,48
8,51
40
41
42
43
44
45
46
47
48
5,57
5,47
5,9
8,61
8,79
8,4
8,32
8,37
8,38
1,72
1,70
1,77
2,15
2,17
2,13
2,12
2,12
2,13
4,89075
5,02275
5,27558
5,52051
5,85743
6,95555
6,97042
7,22435
7,21695
1,59
1,61
1,66
1,71
1,77
1,94
1,94
1,98
1,98
0,0001028
0,0001024
0,0001012
0,0000993
0,0000946
0,0000881
0,0000880
0,0000861
0,0000827
5034,07
5068,63
4818,9
4610,38
4195,09
4316,18
4510,63
4256,44
4274,18
8,52
8,53
8,48
8,44
8,34
8,37
8,41
8,36
8,36
Lampiran B Hasil Output SPSS
Tabel 4.1.1
Hasil Statistik Deskriptif Tiap Variabel
Descriptive Statistics
N
INFLASI
SBI
NILAI TUKAR
IHSG
Valid N
(listwise)
48
48
48
48
48
Minimum Maximum
1,23
2,17
1,34
2,00
,0000827 ,0001172
7,84
8,53
Mean
Std. Deviation
1,6579
,26400
1,7419
,19724
,000106729 ,0000079337
8,2533
,16874
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Tabel 4.1.2
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
8,953
,341
,375
,090
,587
-,611
,105
-,714
-2411,929
2637,763
-,113
Model
1
(Constant)
INFLASI
SBI
NILAI
TUKAR
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Ouput SPSS 19.0
t
26,245
4,189
-5,825
-,914
Sig.
,000
,000
,000
,365
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,523
,684
,669
1,910
1,461
1,495
Tabel 4.2.1.1
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme
Differences
Unstandardize
d Residual
48
,0000000
,11352800
,073
,061
-,073
,506
,960
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Tabel 4.2.1.2
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
8,953
,341
,375
,090
,587
-,611
,105
-,714
-2411,929
2637,763
-,113
Model
1
(Constant)
INFLASI
SBI
NILAI
TUKAR
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Ouput SPSS 19.0
t
26,245
4,189
-5,825
-,914
Sig.
,000
,000
,000
,365
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,523
,684
,669
1,910
1,461
1,495
Tabel 4.2.1.3
Hasil Uji Durbin-Waston (DW)
Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of
Model
R
R Square
Square
the Estimate
a
1
,740
,547
,516
,11733
a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Tabel 4.2.1.3
Hasil Uji Runs Test
Runs Test
Test Valuea
Cases < Test Value
Cases >= Test Value
Total Cases
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Median
Unstandardized
Residual
,01274
24
24
48
10
-4,231
,000
Sumber: Ouput SPSS 19.0
DurbinWatson
,424
Tabel 4.2.1.3
Hasil Uji Lag_Y
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
,784a
,614
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
,606
,07048853
1,646
a. Predictors: (Constant), Lag_Y
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Tabel 4.2.1.4
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
-,269
,171
-,011
,045
-,045
,073
,053
,232
2371,521
1321,051
,304
Model
1
(Constant)
INFLASI
SBI
NILAI
TUKAR
a. Dependent Variable: ABSRES
Sumber: Ouput SPSS 19.0
t
-1,572
-,234
1,388
1,795
Sig.
,123
,816
,172
,079
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,523
,684
,669
1,910
1,461
1,495
Tabel 4.2.2.1
Hasil Uji F Secara Simultan
ANOVAb
Sum of
Model
Squares
df
Mean Square
1
Regression
,733
3
,244
Residual
,606
44
,014
Total
1,338
47
a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI
b. Dependent Variable: IHSG
F
17,735
Sig.
,000a
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Tabel 4.2.2.2
Hasil Uji t (Uji Hipotesis)
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
8,953
,341
,375
,090
,587
-,611
,105
-,714
-2411,929
2637,763
-,113
Model
1
(Constant)
INFLASI
SBI
NILAI
TUKAR
a. Dependent Variable: IHSG
T
26,245
4,189
-5,825
-,914
Sig.
,000
,000
,000
,365
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Tabel 4.2.3
Hasil Analisis Koefisien Determinasi ((R2)
Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of
Model
R
R Square
Square
the Estimate
1
,740a
,547
,516
,11733
a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Ouput SPSS 19.0
DurbinWatson
,424
,523
,684
,669
1,910
1,461
1,495
Tabel 4.2.1.1
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme
Differences
Unstandardize
d Residual
48
,0000000
,11352800
,073
,061
-,073
,506
,960
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Tabel 4.2.1.2
Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity
Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
INFLASI
,523 1,910
SBI
,684 1,461
NILAI
TUKAR
,669 1,495
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Tabel 4.2.1.3
Hasil Uji Lag_Y
Model Summaryb
Model
R
R Square
,784a
1
Adjusted R
Square
,614
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
,606
,07048853
1,646
a. Predictors: (Constant), Lag_Y
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Tabel 4.2.1.4
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
-,269
,171
Inflasi
-,011
,045
,073
2371,521
SBI
Nilai
Tukar
t
Sig.
-1,572
,123
-,045
-,234
,816
,053
,232
1,388
,172
1321,051
,304
1,795
,079
a. Dependent Variable: ABSRES
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Beta
Tabel 4.2.2.1
Hasil Uji F Secara Simultan
ANOVAb
Sum of
Model
Squares
df
Mean Square
1
Regression
,733
3
,244
Residual
,606
44
,014
Total
1,338
47
a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI
b. Dependent Variable: IHSG
F
17,735
Sig.
,000a
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Tabel 4.2.2.2
Hasil Uji t (Uji Hipotesis)
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
8,953
,341
INFLASI
,375
,090
SBI
-,611
NILAI
TUKAR
-2411,929
T
Sig.
26,245
,000
,587
4,189
,000
,105
-,714
-5,825
,000
2637,763
-,113
-,914
,365
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Ouput SPSS 19.0
Standardized
Coefficients
Beta
Tabel 4.2.3
Hasil Analisis Koefisien Determinasi ((R2)
Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of
Model
R
R Square
Square
the Estimate
a
1
,740
,547
,516
,11733
a. Predictors: (Constant), NILAI TUKAR, SBI, INFLASI
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Ouput SPSS 19.0
DurbinWatson
,424
Download