pengendalian electrohydraulic servo valve dengan speedtronictm

advertisement
PENGATURAN INLET GUIDE VANES (IGV) PADA PLTGU
MENGGUNAKAN SPEEDTRONICTM MARK V UNTUK PROSES
SIMPLE CYCLE DAN COMBINED CYCLE
Oleh :
SURYA WISNURAHUTAMA (L2F 006 086)
Abstrak
PT. INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN SEMARANG dalam proses
produksinya di Pembangkit/Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) menggunakan pengontrol Programmable
Logic Controller (PLC), SPEEDTRONICTM MARK V, dan Distributed Control System (DCS). Sistem Kontrol
SPEEDTRONICTM MARK V yang dikembangkan oleh General Electric (GE) Industrial Sistem adalah sistem
kontrol yang memakai sistem TMR (Triple Modular Redundant) dengan SIFT (Software Implemented Fault
Tolerance) yang diprogram untuk memenuhi kebutuhan industri listrik dalam kendali turbin gas dan uap yang
semakin komplek. SPEEDTRONICTM MARK V dapat melakukan kontrol, proteksi dan monitoring sekaligus
terhadap kerja turbin.
Pengendalian IGV berfungsi untuk mengatur laju aliran udara yang masuk menuju ke kompresor pada
saat GTG startup, keadaan sewaktu beroperasi dan GTG saat shutdown. Kontrol aliran udara dengan IGV
mengatur pemenuhan kebutuhan aliran dan tekanan udara yang dibutuhkan oleh compressor gas turbine serta
untuk menjaga tekanan dan kebutuhan udara minimum di ruang bakar, terhadap tekanan dari nozle-nozle
bahan bakar ketika gas turbin start-up, operasi simple cycle maupun shutdown. Di samping itu, juga untuk
menjaga temperatur exhaust tetap tinggi pada beban unit yang rendah pada saat unit dioperasikan dengan
mode operasi combined cycle.
Kata Kunci : SPEEDTRONICTM Mark V, Turbin Gas, IGV, simple cycle, combined cycle.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia industri, semakin cepatnya
perkembangan teknologi peralatan yang di
gunakan pada proses produksi juga semakin
berkembang. Sistem kontrol untuk turbin yang
tadinya
hanya
menggunakan
governor
dikembangkan oleh General Electric (GE)
menjadi sistem kontrol yang lebih modern yang
dinamakan
SPEEDTRONICTM.
Dengan
semakin kompleksnya pengontrolan untuk
turbin,
SPEEDTRONICTM
pun
terus
berkembang mulai dari SPEEDTRONICTM
Mark I hingga yang terakhir SPEEDTRONICTM
Mark VI. PT. INDONESIA POWER UBP
SEMARANG dalam proses produksinya di
Pembangkit/Pusat Listrik Tenaga Gas Uap
(PLTGU) menggunakan SPEEDTRONICTM
Mark V sebagai kontroler pada Gas Turbin
Generator (GTG).
Salah satu kontrol yang dilakukan oleh
SPEEDTRONIC™ adalah mengontrol laju
aliran udara yang masuk ke dalam kompresor
pada saat GTG startup, keadaan saat
beroperasi, dan saat GTG shutdown. Kontrol
aliran udara dengan IGV mengatur pemenuhan
kebutuhan aliran dan tekanan udara yang
dibutuhkan oleh compressor gas turbine serta
untuk menjaga tekanan dan kebutuhan udara
minimum di ruang bakar, terhadap tekanan dari
nozle-nozle bahan bakar ketika gas turbin startup, operasi simple cycle maupun shutdown. Di
samping itu, juga untuk menjaga temperatur
exhaust tetap tinggi pada beban unit yang
rendah pada saat unit dioperasikan dengan
mode operasi combined cycle.
1.2
Maksud dan Tujuan
Hal-hal yang menjadi tujuan penulisan
laporan Kerja Praktek ini adalah:
1. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja di
PT. Indonesia Power UBP Semarang.
2. Mengetahui sistem kerja Pembangkit Listrik
Tenaga Gas Uap (PLTGU).
3. Memberikan gambaran mengenai sistem
kontrol SPEEDTRONICTM MARK V secara
umum.
4. Menjelaskan
sistem
kontrol
SPEEDTRONICTM
MARK
V
untuk
mengendalikan Inlet Guide Vanes pada Gas
Turbin Generator (GTG) di PLTGU.
1.3
Pembatasan Masalah
Pada laporan Kerja Praktek ini
permasalahan difokuskan pada Pengaturan Inlet
Guide
Vanes
(IGV)
Pada
PLTGU
Menggunakan SPEEDTRONICTM Mark V
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
untuk Proses Simple Cycle Dan Combined
Cycle.
II. PROSES PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA GAS UAP (PLTGU)
PLTGU yaitu pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga gas uap dalam
menghasilkan energi listrik.
Pembakaran bahan bakar pada PLTG akan
menghasilkan gas untuk memutar turbin gas.
Gas buang dari turbin gas ini akan dialirkan ke
HRSG untuk memanaskan air pada HRSG
sehingga menghasilkan uap yang akan
digunakan untuk memutar turbin uap.
Secara umum sistem produksi tenaga listrik
pada PLTGU dibagi menjadi dua siklus, yaitu :
1. Open Cycle
Biasanya disebut proses turbin gas (PLTG),
yaitu gas buang atau uap dari GTG (Gas
Turbin Generator) langsung dibuang ke
udara melalui stack.
2. Close Cycle
Biasanya disebut proses turbin uap
(PLTU), yaitu gas buang dari GTG (Gas
Turbin Generator) tidak langsung dibuang
ke udara tetapi digunakan untuk
memanaskan air yang ada di HRSG (Heat
Recovery Steam Generator). Uap yang
dihasilkan dari HRSG digunakan untuk
memutar turbin uap.
Proses Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Uap dapat dibagi menjadi dua proses, yaitu :
1. Proses Turbin Gas
Bahan bakar minyak yang dipasok dari
kapal atau tongkang ditampung di dalam
tangki. Penyaluran bahan bakar dilakukan
dengan transportasi laut dengan tujuan
memungkinkan bahan bakar yang diangkut
lebih banyak daripada melalui transportasi
darat. Selain itu lokasi pembangkit yang
dekat
dengan
pelabuhan
semakin
memperkecil biaya transportasi.
Bahan bakar dipompa dari tangki ke
combustion chamber (ruang pembakaran)
bersama-sama udara dari compressor
setelah terlebih dahulu melalui air filter.
Campuran ini dibakar dan menghasilkan
gas panas yang selanjutnya digunakan
untuk memutar turbin gas.
Gas buang dari turbin gas akan langsung
dibuang
melalui
cerobong
apabila
dioperasikan open cycle dan akan
dilewatkan HRSG apabila dioperasikan
close cycle.
2. Proses Turbin Uap
Air pengisi dari deaerator dipompa melalui
Low Pressure and High Pressure Water
dimasukkan ke HRSG untuk diubah
menjadi uap. Hasil uap dari HRSG
dimasukkan ke High Pressure Turbine
kemudian masuk ke Low Pressure Turbine
untuk mengubah energi panas uap menjadi
energi putar rotor. Uap bekas setelah
dipakai di Low Pressure Turbine dialirkan
ke condenser untuk dikondensasikan oleh
air pendingin atau air laut yang dipompa
melalui Circulating Water Pump (CWP).
Air
condensate
dipompakan
oleh
condensate pump untuk selanjutnya
dimasukkan ke deaerator.
III. DASAR TEORI
3.1 Gambaran umum SPEEDTRONIC™
Mark V
SPEEDTRONIC™ Mark V adalah suatu
sistem kontrol, proteksi dan monitoring pada
turbin yang telah dikembangkan oleh GE dan
mewakili
kesuksesan
dari
seri-seri
SPEEDTRONIC™ dalam sistem pengaturan.
Tujuan sistem kontrol dan proteksi ini adalah
menghasilkan output yang maksimal untuk
melindungi turbin gas dari kerusakan saat
turbin dalam kondisi operasi sehingga
lifetimenya dapat lebih lama.
3.2 Konfigurasi kendali SPEEDTRONIC™
Mark V
SPEEDTRONICTM Mark V adalah sistem
kendali turbin yang bersifat programmable
yang didesain sesuai dengan kebutuhan industri
tenaga modern untuk sistem turbin yang
bersifat kompleks dan dinamis. Keunggulan
sistem ini pada fitur-fiturnya antara lain:
1. Implementasi software dengan teknologi
fault
tolerance
(SIFT),
yang
memungkinkan turbin tetap beroperasi
meskipun terjadi kesalahan tunggal dengan
mempertahankan status on-line, dan
memungkinkan operasi saat prosesor
kontrol shut down untuk perbaikan atau
sebab lain.
2. Operator interface yang user-friendly
3. Interface dengan sensor direct yang
memungkinkan kendali dan monitoring
secara real time
4. Kemampuan diagnosa yang built-in
menyatu dengan sistem
5. Arsitektur berbasis TMR (Triple Modular
Redundant)
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
SPEEDTRONICTM Mark V menggunakan tiga
buah modul kontrol, masing-masing <R>, <S>,
dan <T> yang identik untuk menjalankan
keseluruhan algoritma kendali yang vital,
proses sinyal proteksi, dan proses sekuensial.
Konfigurasi inilah yang disebut TMR (Triple
Modular Redundant). Untuk fungsi proteksi
dijalankan oleh tiga prosessor proteksi
<X>,<Y> dan <Z> pada core <P>. Untuk
konfigurasi secara umum dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
R
(<P>) atau TCEA dan Digital I/O core
(<QD1>). Seluruh IONET identik di dalam
semua prosesor dengan pengecualian untuk
core (<C>). Core ini tidak mempuyai link
secara langsung ke core (<P>). Oleh karena itu,
maka IONET hanya mengkomunikasikan data
hanya antara core (<C>) dan card Digital I/O
Kontrol.
Pada konfigurasi TMR sendiri terdapat
tiga buah modul kontrol <R>, <S>, dan <T>
yang berfungsi sebagai redundant. Sinyal
kontrol yang diberikan merupakan hasil voting
dari ketiga modul tersebut.
3.3 Operator Interface Mark V
<I
>
<C
>
Digital
I/O
<QD1>
<R>
<S>
<T>
Protectio
n
<P>
Protectio
n
<P>
Protectio
n
<P>
Digital
I/O
<QD1>
Digital
I/O
<QD1>
Digital
I/O
<QD1>
Gambar 1 Dasar sistem TMR pada
SPEEDTRONICTM MARK V
Seperti terlihat pada gambar di atas, untuk
bisa
bekerja
dengan baik,
informasi
dikomunikasikan, dibagi dan diputuskan pada
sistem proteksi tersebut melalui tiga jaringan
yang berbeda. Yang pertama adalah jaringan
eksternal (Stage Link) yaitu alat utama
komunikasi antara Operator Interface (<I>)
dan Common Data Processor (<C>) dari panel
kontrol. Link ini adalah bagian konfigurasi
ARCNET.
Kedua adalah Data Exchange Network
(DENET) yang merupakan jenis ARCNET
yang termasuk bagian dalam jaringan
komunikasi SPEEDTRONIC™ Mark V kontrol
panel. Adapun fungsi dari DENET itu sendiri
adalah untuk menyediakan link atau hubungan
komunikasi antara prossesor internal dari
kontrol panel. Panel TMR merupakan bagian
dasar untuk mem-voting proses yang terjadi
pada sinyal kontrol.
Untuk jaringan internal yang ketiga
yaitu jaringan I/O (IONET). Fungsinya adalah
untuk mengkomunikasikan sinyal I/O antara
prosesor kontrol (DCCA), Protection Core
Interface Mark V berfungsi sebagai upload,
download, monitoring maupun pengontrolan
sehingga dengan interface ini seluruh aktifitas
dari Mark V kontrol panel bisa terwakili. Work
Station Interface < I >, terdiri dari serangkaian
alat – alat, antara lain: sebuah PC (Personal
Computer) layar monitor berwarna, Cursor
Positioning Device (Mouse, atau Trackball),
Keyboard (QWERTY Keyboard) dan Printer.
Peralatan-peralatan
tersebut
dapat
menghubungkan antara operator dengan
keadaan mesin atau sebagai work station
pemeliharaan lokal, baik itu pengamatan
peralatan
turbin,
pengontrolan
turbin,
pengamanan turbin maupun pemasukan data
baru ke kontrol panel.
3.4 Hardware Input-Output
Mark V di desain untuk berhubungan langsung
dengan peralatan turbin dan generator seperti :
• magnetic speed pickups
• servos dan LVDT/Rs
• sensor vibrasi
• thermocouples
• Resistive Temperature Devices (RTDs)
IV. PENGATURAN
INLET
GUIDE
VANES
(IGV)
PADA
PLTGU
MENGGUNAKAN SPEEDTRONICTM
MARK V UNTUK PROSES SIMPLE
CYCLE DAN COMBINED CYCLE
4.1 Sistem Variable Inlet Guide Vane
Sistem Inlet Guide Vanes (IGV) merupakan
sistem yang digerakkan secara hidrolik. IGV
berfungsi sebagai pengatur laju aliran udara
yang masuk menuju ke kompresor pada saat
GTG startup, keadaan sewaktu beroperasi dan
GTG saat shutdown. Kontrol aliran udara
dengan IGV tersebut mengatur pemenuhan
kebutuhan aliran dan tekanan udara yang
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
dibutuhkan oleh compressor gas turbine serta
untuk menjaga tekanan dan kebutuhan udara
minimum di ruang bakar, terhadap tekanan dari
nozle-nozle bahan bakar ketika gas turbine
start-up maupun shutdown. Di samping itu,
juga untuk menjaga temperatur exhaust tetap
tinggi pada beban unit yang rendah pada saat
unit dioperasikan dengan mode operasi
combined cycle. Dalam pengoperasiannya IGV
hanya bergerak sebesar 54o dari posisi
“tertutup” (330) hingga posisi “terbuka”
(870).
sistem mekanik. Perangkat sistem elektris
adalah sistem pengendali SPEEDTRONICTM
Mark V dan perengkat sistem mekanis berupa
silinder hidrolik aksi dua arah.
Servovalve pada sistem kontrol di unit
GTG PLTGU menggunakan electrohydraulic
servovalves Moog Series 77-100. Pada
servovalve terdapat tiga koil elektrik yang
terisolasi pada torsi motor. Tiap koil
dihubungkan ke salah satu dari tiga kontroler
<R>, <S>, dan <T>. Kegagalan suatu kontroler,
baik pada port keluaran atau hubungan fisik ke
koil output akan menghasilkan kompensasi
untuk channel yang gagal dan menjaga valve
tetap memberikan keluaran posisi yang benar.
Dengan kata lain, terdapat redundant apabila
salah satu koil atau kontroler gagal/rusak.
Gambar 2 Casing Inlet udara dengan Variable Inlet
Guide Vanes.
4.2 Perangkat Kontrol Inlet Guide Vanes
4.2.1 Double acting hydraulic cylinder
Double acting hydraulic cylinder bekerja
dengan memanfaatkan tekanan hidrolik untuk
menggerakkan batang pengerak. Batang
pengerak ini bekerja dalam dua arah yang
berlawanan.
Gambar 4 Electrohydraulic Servovalve.
Gambar 3 Cara kerja double acting hydraulic
cylinder.
4.2.3 LVDT ( Linear Variable Diferential
Transformer )
LVDT digunakan sebagai sensor posisi dari
aktuator hidrolik yang dikendalikan. Pada
sistem pengendalian Inlet Guide Vanes
dipasang dua buah LVDT yaitu 96 TV – 1 dan
96 TV – 2. Posisi fisik dari aktuator dideteksi
oleh LVDT (Linear Variable Differential
Transformer) dan diubah ke dalam sinyal
tegangan yang diumpanbalikkan ke kontroler.
Output dari LVDT adalah tegangan AC yang
proporsional dengan posisi core dari LVDT.
4.2.2 Electrohydraulic Servovalve (90TV)
Electrohydraulic Servovalve merupakan
penghubung antara sistem elektrik dengan
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
Gambar 5 Linear Variable Differential Transformer.
4.2.4 Dump Valve (VH3-1)
Perangkat
ini
dioperasikan
dengan
memanfaatkan solenoid sebagai penggerak.
Valve VH3-1 ini aktif jika di-energized dan trip
jika di-deenergized. Cara kerja seperti ini untuk
memproteksi
generator
turbin
ketika
mengalami kehilangan suplai tegangan.
4.2.5 Solenoide Valve (20TV-1)
Bila IGV mengalami gangguan maka
solenoid valve (20TV-1) menjadi trip. Solenoid
yang trip akan membuat tekanan hidrolik
minyak trip turun dan membuat Dump Valve
menggerakkan IGV ke posisi menutup.
4.3 Pengoperasian IGV
Pada saat Gas Turbine Generator distartup, Inlet Guide Vanes dibuat menjadi
posisi tertutup penuh. Pada keadaan tertutup
penuh, sudut pada IGV sebesar 340. Posisi dari
IGV ini dipertahankan dari nol hingga
mencapai 83,5% Corrected Speed ( TNHCOR
). Corrected Speed merupakan parameter yang
yang diperoleh dari fungsi matematis antara
kecepatan putar dari kompresor ( TNH )
dengan temperatur dari inlet air ( CTIM ).
Corrected Speed disesuaikan dengan
kondisi udara, pada 800 F (26,670 C), hal ini
untuk mengimbangi perubahan kerapatan udara
karena berubahnya kodisi udara lingkungan.
Pada keadaan besar suhu ambient lebih besar
dari 80oF, Corrected Speed (TNHCOR) lebih
kecil daripada kecepatan sebenarnya (TNH);
pada keadaan besar suhu ambient kurang dari
80o F, TNHCOR lebih besar daripada TNH.
Setelah kecepatan dari gas turbin mencapai
kira-kira 83,5 %, Inlet Guide Vanes akan
memulai membuka sekitar 6,70 untuk setiap
persen kenaikan pada TNHCOR. Ketika Inlet
Guide Vanes mencapai sudut pembukaan
minimum pada full speed, dengan nilai nominal
sebesar 57o, guide vanes akan berhenti
membuka. Keadaan ini pada umumnya terjadi
pada kecepatan mendekati 91% TNH. Pada saat
putaran Gas Turbine telah mencapai 100% dari
kecepatan nominalnya (TNH), Inlet Guide
Vanes tidak diperbolehkan masih dalam
keadaan menutup atau masih dalam keadaan
kurang dari sudut minimum Full Speed no
Load (FSNL) sebesar 570. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga jatuhnya tekanan minimum
antara Nozzle – Nozzle bahan bakar terhadap
ruang bakarnya, dengan demikian akan
memperkecil terjadinya bunyi dengung (desing)
pada sistem pembakarannya.
Solenid Valve (20 CB) akan menggerakkan
keempat Compressor Bleed Valve untuk
menutup pada 95% TNH. Selanjutnya gas
turbin dan generator telah mencapai 100%
TNH atau Full Speed no Load (FSNL),
selajutnya sistem tegangan listrik yang
dibangkitkan pada Generator dihubungkan
dengan beban (Synchronizing) dengan cara
menutup Generator Breaker. Kemudian
temperatur gas buang (Exhaust) akan
meningkat. Inlet Guide Vanes akan bergerak
kearah membuka hingga posisi terbuka penuh,
dengan besar sudut 860.
Pada MODE operasi simple-cycle, IGV
akan mulai bergerak membuka penuh
bersamaan dengan naiknya pembebanan dan
meningkatnya temperatur gas buang yaitu
sekitar 3700 C. Pada MODE pengoperasian
combined-cycle, Inlet Guide Vanes akan mulai
membuka menuju keposisi terbuka penuh
dalam usahanya menyesuaikan tercapainya
temperatur gas buang, agar sesuai dengan
kontrol referensi temperatur gas buang, secara
normalnya, Inlet Guide Vanes akan mulai
membuka ketika temperatur gas buang kurang
dari 300 F terhadap kontrol referensi
temperatur gas buangnya.
Ketika GTG akan di-shutdown normal,
proses yang terjadi adalah kebalikan dari proses
GTG startup. Bersama dengan temperatur gas
buang yang menurun, IGV juga mulai ditutup
hingga mencapai sudut minimum full speed
yaitu 570. IGV akan diturunkan terus
pembukaannya sampai dengan posisi tertutup
penuh 340 ketika kecepatan putaran turbin
menurun dari kecepatan nominalnya (TNH
100%). Pada 95% kecepatan putaran nominal,
20 CB akan membuka keempat Compressorsor
Bleed valve secara serempak.
Bila terjadi Trip pada GTG, Compressorsor
Bleed valve akan terbuka dan Inlet Guide Vanes
akan langsung menutup penuh. IGV akan tetap
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
pada posisi menutup penuh selama proses
penurunan putaran turbin ( Coasting Down ).
Pada operasi underspeed, atau kecepatan
putaran Gas Turbine Generator pada saat itu
dibawah 95% TNH, maka breaker Generator
akan membuka, kemudian setpoint kecepatan
putaran Gas Turbin akan reset automatis ke
posisi 100,3 %, dan posisi sudut pembukaan
Inlet Guide Vane akan berada pada minimum
Full Speed no Load 570.
Gambar 8 Rung program nomor 138 sistem Mark V
SEQU_Q3.SRC.
Ketika kontaktor L86GVT ter-energize sebagai
akibat adanya perbedaan posisi aktual IGV
dengan referensi yang melebihi batas-batas
yang telah diset (lebih dari 7,50) maka akan
meng-energize kontaktor L41GVT. Aktifnya
kontaktor L41GVT akan menyebabkan
generator menjadi trip.
Gambar 6 Skema Pengendalian Inlet Gude Vanes
4.4 Proteksi Gangguan pada IGV
Sistem proteksi pada Inlet Guide Vanes
akan men-trip-kan solenoide valve 20TV ( pada
sistem trip oil ). Hal ini juga akan membuat
proses pada Generator Turbin Gas juga akan
mengalami trip. Solenoide valve 20TV yang
trip akan menutup aliran minyak Suplai
Hidrolik sehingga tekanannya turun.
Gambar 7 Rung program nomor 17 sistem Mark V
SEQU_Q2.SRC.
Bila suatu saat sinyal gangguan ditimbulkan
oleh sinyal posisi IGV yang dikirim kembali
menuju kontrol SPEEDTRONICTM Mark V
tidak sesuai dengan referensi yang ditetapkan
akan menyebabkan L86GVT (IGV not
following CSRGV trip).
Gambar 9 Rung program nomor 20 sistem Mark V
SEQU_Q2.SRC.
V. KESIMPULAN
1. SPEEDTRONICTM MARK V adalah suatu
sistem kontrol dan proteksi yang telah
dikembangkan oleh General Electric (GE)
dengan menggunakan software dan
hardware yang modern.
2. SPEEDTRONICTM MARK V menggunakan
sistem TMR yang terdiri dari tiga buah
processor control <R>, <S>, dan <T> pada
core <R>, <S>, dan <T> dan processor dan
tiga prosessor proteksi <X>,<Y> dan <Z>
pada core proteksi <P>.
3. Sistem kontrol Inlet Guide Vane (IGV)
pada SPEEDTRONICTM MARK V adalah
suatu sistem kontrol yang mengaturan laju
aliran udara yang masuk menuju ke
kompresor pada saat GTG startup, dalam
keadaan beroperasi dan sewaktu GTG
shutdown.
4. Sistem kontrol Inlet Guide Vane (IGV)
berfungsi menjaga temperatur exhaust tetap
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
5.
6.
7.
8.
9.
tinggi pada beban unit yang rendah pada
saat unit dioperasikan dengan mode operasi
combined cycle.
Komponen–komponen
utama
sistem
kontrol Inlet Guide Vanes antara lain
double
acting
hydraulic
cylinder,
electrohydraulic servovalve (90TV), dua
buah LVDT ( Linear Variable Diferential
Transformer ) sebagai sensor posisi (
96TV– dan 96TV–2 ) ditambah dengan
Dump Valve (VH3-1) dan Solenoide Valve
(20TV-1).
Aktuatuor VIGV merupakan perangkat
yang digerakkan secara hidrolik yang
memiliki lup kontrol umpan balik tertutup
untuk pengendalian sudut guide vanes.
Dalam keadaan operasi startup, Inlet Guide
Vanes (IGV) membuka mulai dari posisi
tertutup penuh dengan besar sudut 34o,
hingga posisi sudut Full Speed no Load
(FSNL) dengan besar sudut 57o. Pada
keadaan operasi shutdown atau keadaan
trip turbin, IGV beroperasi berkebalikan
dari keadaan operasi startup.
Pada MODE operasi simple-cycle, IGV
akan mulai bergerak membuka penuh
bersamaan dengan naiknya pembebanan
dan meningkatnya temperatur gas buang
yaitu sekitar 3700 C.
Pada MODE pengoperasian combinedcycle, Inlet Guide Vanes akan mulai
membuka menuju keposisi terbuka penuh
dalam usahanya menyesuaikan tercapainya
temperatur gas buang, agar sesuai dengan
kontrol referensi temperatur gas buang
yaitu 5600 C.
MS-9000 Service Manual:Turbine,
Accessories and Generator Volume I,
PT.PLN (Persero) Tambak Lorok.
MS-9000 Service Manual:Turbine,
Accessories and Generator Volume IA,
PT.PLN (Persero) Tambak Lorok.
SPEEDTRONICTM Mark V Control
Description and Application.Volume I,
1993.
SPEEDTRONICTM Mark V Control
Gas Turbine - Spesification Document
Volume II, 1993.
BIODATA
Surya
Wisnurahutama,
adalah mahasiswa Teknik
Elektro (S1) Universitas
Diponegoro angkatan 2006
dengan
mengambil
konsentrasi Kontrol.
Semarang,
Agustus 2010
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Sumardi, ST., MT.
NIP. 196811111994121001
VI. DAFTAR PUSTAKA
Septiaji,
Ashadi,
Sistem
Kontrol
SPEEDTRONICTM Mark V untuk
Pengendali Inlet Guide Vanes pada
Gas Turbin Generator (GTG, Laporan
Kerja Praktek, Jurusan Teknik Elektro
Universitas Diponegoro, Semarang,
2005.
Subroto, Samsu Haryo, “SpeedtronicTM Mark
V”, 2007
Yuniarti, Diah, Pengendalian Electrohydraulic
Servo Valve dengan SPEEDTRONICTM
Mark V pada Gas Turbin Generator
(GTG), Laporan Kerja Praktek Jurusan
Teknik
Elektro
Universitas
Diponegoro, Semarang, 2007.
Makalah Kerja Praktek di PT. Indonesia Power – UBP Semarang
Download