KOMISI V DPR-RI USULKAN KENAIKAN RASIO HUTANG KOMISI V

advertisement
KOMISI V DPR-RI USULKAN KENAIKAN RASIO HUTANG
KOMISI V DPR-RI USULKAN KENAIKAN RASIO HUTANG
Komisi V DPR-RI akan mengusulkan kepada Pemerintah untuk menaikkan rasio hutang terhadap
nilai Produk Domestik Bruto (PDB) demi untuk penambahan dana pembangunan infrastruktur.
Pada tahun ini Pemerintah menetapkan rasio hutang sebesar 23,8 persen. Jumlah ini relatif kecil
bila dibandingkan rasio hutang negara lain seperti Jepang yang sebesar 120 persen.
“Kenaikan rasio hutang itu harus dilakukan dengan dua syarat yaitu dana pinjaman tersebut
berasal dari sumber pendanaan dalam negeri dan kedua, dana tersebut harus diperuntukkan untuk
pembangunan infrastruktur,” sebut Ketua Komisi V DPR-RI Yasti Mokoagow dalam jumpa pers
bersama Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT)
Frans Lebu Raya di sela-sela pelaksanaan Konsultasi Regional Kementerian PU Wilayah Timur di
Kupang, NTT, Rabu (15/3).
Yasti menjelaskan, kenaikan rasio hutang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi selama berasal
dari pinjaman domestik. Setiap kenaikan alokasi dana infrastruktur sebesar satu persen akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi senilai 0,5 persen. Hal tersebut merupakan hasil kajian dari
Bank Dunia.
page 1 / 3
“Tingginya rasio hutang akan berbahaya bila berasal dari pinjaman luar negeri, contohnya seperti
Yunani yang rasionya sebesar 150 persen namun hampir seluruhnya berasal dari luar, sehingga
ekonominya tidak stabil,” lanjut Ketua Komisi V DPR-RI.
Peningkatan alokasi dana infrastruktur dirasa penting demi percepatan dan perluasan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk untuk kawasan timur Indonesia yang tergolong daerah
baru berkembang. Menteri PU mengungkapkan Pemerintah akan mengalokasikan dana
pembangunan infrastruktur yang lebih besar pada enam provinsi yang berada di timur Indonesia
pada tahun ini.
“Keenam provinsi tersebut adalah NTT, NTB (Nusa Tenggara Barat-red), Maluku, Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat. Kenaikan didapat baik melalui APBN maupun APBN-P yang sedang terus
kita bahas,” ucap Djoko Kirmanto.
Menanggapi permintaan kenaikan alokasi dana infrastruktur dan permukiman menjadi Rp 5 triliun
per tahun dari Gubernut NTT, Menteri PU menjawab, meski anggaran Kementerian PU cukup
besar dalam tiga tahun terakhir, namun jumlah tersebut tetap masih dibawah kebutuhan
sebenarnya.
Untuk itu, Kementerian PU mempunyai beberapa kriteria dalam perencanaan dan pengalokasian
program kerja seperti tingkat urgenitas dan nilai kelayakan ekonomi dan finansialnya serta
manfaatnya bagi masyarakat luas
“Jikalau bapak Gubernur kita kasih dana Rp 5 triliun, apakah bisa selesai kerjanya, apakah siap
perencanaannya, kontraktor, materialnya. Kebutuhan memang selalu besar, namun kita harus lihat
kemampuan kita untuk membangun dan mendanainya. Untuk itu dana yang ada, harus kita
manfaatkan secara efisien,” tutur Djoko Kirmanto. (rnd)
Pusat Komunikasi Publik
150312
page 2 / 3
page 3 / 3
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Download