PERCOBAAN I Identifikasi Senyawa dari Ekstrak Metanol Herba Babandotan Ageratum Conyzoides Linn dengan GCMS A. Tujuan . Memahami metode sokhletasi, partisi dan cara kerja kromatografi gasspektroskopi massa GCMS. . Mengidentifikasi kandungan senyawa ekstrak metanol herba babandotan menggunakan instrumen kromatografi gasspektroskopi massa GCMS. B. Dasar Teori Sebelum diidentifikasi menggunakan instrumen kromatografi gasspektroskopi massa GCMS herba babandotan harus diekstrak terlebih dahulu. Adapun jenisjenis metode ekstraksi diantaranya adalah sokletasi, maserasi, perklorasi dan lainlain. Dalam mengekstraksi senyawa dalam herba babandotan ini digunakan metode sokhletasi dengan menggunakan pelarut metanol. Ekstraksi sokhletasi dilakukan dengan melewatkan pelarut secara berulangulang sirkulasi pada zat yang diekstraksi, dalam hal ini memerlukan waktu yang lama untuk beberapa kali sirkulasi hingga senyawa yang diekstrak benarbenar habis terekstrak. Setelah diperoleh ekstrak metanol dari herba babandotan baru kemudian diidentifikasi menggunakan instrumen kromatografi gasspektroskopi massa GCMS. Kromatografi gas adalah suatu cara pemisahan fisik dengan unsurunsur yang akan dipisahkan dan terdistribusi antara dua fasa fasa gerak dan fasa diam. Menurut Harborne, waktu retensi tR yaitu waktu yang diperlukan untuk mengelusi komponen dari kolom, yang digunakan sebagai analisis kualitatif pada kromatografi gas. Sedangkan Spektroskopi massa adalah suatu instrumen yang dapat menyeleksi molekulmolekul yang bermuatan berdasarkan massa atau beratnya. Umumnya spektroskopi massa diperoleh dengan mengubah senyawa suatu sampel menjadi ionion yang bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan m/e. Agar sampel terekstrak secara maksimal, maka harus ditentukan pelarut yang sesuai dengan senyawa yang akan diekstrak. Seperti prinsip dari larutan yaitu like disolve like bahwa suatu golongan akan melarutkan golongannya sendiri. Jika senyawa yang diekstrak adalah senyawa polar, maka pelarut yang digunakan juga pelarut polar misalnya metanol dan sebaliknya jika senyawa yang diekstrak adalah senyawa nonpolar maka pelarut yang digunakan juga pelarut nonpolar misalnya nheksana. C. ALAT DAN BAHAN a. Alatalat yang digunakan adalah mL buah Gelas kimia mL buah Sendok plastik buah Spatula buah Corong kaca buah Batang pengaduk buah Pipet tetes buah Pipet volume buah Rotary evaporator buah Seperangkat alat GCMS SHIMADZU QP S Seperangkat alat ekstraksi sokhlet Hot plate buah Blender buah Pompa vakum buah Kuvet sampel buah Botol sampel buah Nampan plastik buah Bak plastik ukuran x x cm buah Corong pisah buah set set . buah Neraca analitik AND tipe GR Penangas air buah Gelas ukur . . Menyokhlet sampai diperoleh larutan bening. mengeringkan daun herba babandotan terlebih dahulu dengan melakukan penganginan pada suhu kamar suhu C. Langkahlangkahnya yaitu Menimbang g serbuk daun babandotan. Mendiamkan hingga terbentuk campuran dua lapisan. mengukur volume yang diperoleh dan mengukur massa jenisnya menggunakan piknometer. b. Membungkus dengan kertas saring. buah Statif dan klem bundar b. . Kemudian memisahkan campuran dua lapisan tersebut hingga diperoleh ekstrak nheksan babandotan dan fraksi metanol sisa. Menghaluskan sampel yang kering menjadi serbuk. Bahanbahan yang diperlukan adalah Serbuk daun herba babandotan Vaselin putih Metanol merck. p. Preparasi Sampel Sebelum melakukan kegiatan penelitian. Ekstraksi Senyawa pada Babandotan Metode yang digunakan untuk memperoleh ekstrak metanol herba babandotan adalah metode sokhletasi dan kemudian melanjutkan dengan partisi. Membagi dua sama rata hasil evaporasi yang didapat. Pengeringan tidak boleh terkena langsung sinar matahari. kemudian melilitkan bungkusan sampel menggunakan benang gandir. PROSEDUR KERJA a. Memasukkan satu bagian hasil evaporasi ke dalam corong pisah kemudian menambahkan mL nheksana. Memasukkan ke dalam chamber sokhlet.a nHeksana Batu didih Kertas saring Whattman Benang gandir Aluminium foil Aquades Es batu D. Mengisi labu ekstraksi pelarut dengan mL pelarut metanol. Menguapkan metanol dengan rotary evaporator C sehingga dihasilkan ekstrak pekat. . Kemudian memisahkan campuran dua lapisan tersebut hingga diperoleh ekstrak nheksan babandotan dan fraksi metanol sisa. Biasanya menggunakan prinsip rule of tongue yaitu fase diam yang sedikit lebih polar daripada cuplikannya. E. kPa melalui kolom RtxMS dengan panjang meter diameter . c. Di dalam MS molekul senyawa ditembak dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion molekul sehingga dapat dipecah menjadi ionion yang lebih kecil dan diterjemahkan oleh detektor sebagai suatu kromatogram yang dapat dibaca sehingga dapat ditentukan senyawanya. menggunakan isi kolom yang bersifat medium/semipolar karena senyawa yang dianalisis masih belum diketahui sifat kepolarannya. Warna awal ekstrak metanol babandotan. Ekstraksi Senyawa pada Babandotan No . Hasil Pengamatan . mm dan suhu kolom C. Detektor yang digunakan adalah TCD Thermal Conductivity Detector. Pita senyawa yang terbentuk meninggalkan kolom bersama aliran gas pembawa dan mencatat sebagai fungsi waktu oleh detektor pada suhu C. Identifikasi dengan Metode Kromatografi GasSpektroskopi Massa GCMS Menyuntikkan sampel ekstak babandotan yang akan dipisahkan ke dalam GCMS melalui septum kemudian dibawa oleh gas pembawa helium dengan tekanan . Selanjutnya membawa senyawa yang telah selesai dipisahkan oleh GC ke dalam spektrometer massa. HASIL PENGAMATAN a. Preparasi Sampel No Variabel yang Diamati Visualisasi sampel setelah dikeringkan dan dihaluskan Hasil Pengamatan b. Mendiamkan hingga terbentuk campuran dua lapisan. Variabel yang Diamati Massa serbuk daun babandotan. Memasukkan satu bagian lain hasil evaporasi ke dalam corong pisah kemudian menambahkan mL nheksana. Mengevaporasi kembali hasil partisi masingmasing untuk menguapkan pelarut. Mengidentifikasi senyawasenyawa dari masingmasing hasil ekstrak yang diperoleh menggunakan alat kromatografi gasspektroskopi massa GCMS. Melakukan prosedur ini sebanyak empat kali hingga total volume nheksana yang digunakan sebanyak mL. Partisi hasil evaporasi ekstrak metanol babandotan I dengan mL nheksana Visualisasi hasil pencampuran ekstrak metanol babandotan I dengan mL nheksana Nama larutan pada lapisan atas Nama larutan pada lapisan bawah Visualisasi hasil pemisahan campuran dua lapisan. . . Visualisasi hasil evaporasi ekstrak metanol babandotan. Larutan pada lapisan atas Larutan pada lapisan bawah Perbandingan hasil partisi dengan siklus dan siklus. Volume hasil evaporasi ekstrak metanol babandotan. . Hasil partisi dengan siklus .. Membagi dua hasil evaporasi ekstrak metanol babandotan sama banyak. . . Visualisasi hasil pemisahan campuran dua lapisan dari hasil partisi terakhir. . Sirkulasi yang diperlukan pada sokhletasi sampai diperoleh ekstrak metanol babandotan bening. Partisi hasil evaporasi ekstrak metanol babandotan II dengan mL nheksana sebanyak kali Visualisasi pencampuran antara hasil evaporasi ekstrak metanol babandotan II ketika ditambahkan dengan mL nheksana ke mL nheksana ke mL nheksana ke mL nheksana ke . Massa jenis hasil evaporasi ekstrak metanol babandotan. Banjarmasin FKIP UNLAM. Clifford Creswell. Bandung Penerbit ITB. . Tidak Dipublikasikan. Purnama. Pertanyaan Mengapa sampel babandotan tidak boleh dipanaskan dengan sinar matahari langsung Jelaskan secara matematis perbedaan ekstraksi menggunakan mL nheksana dan dengan mL heksana sebanyak empat kali Dalam instrumen GC jenis detektor yang lazim digunakan adalah tipe FID dan TCD. Mengapa demikian Cobalah interpretasikan spektrum yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan DAFTAR PUSTAKA J. . . Hasil partisi dengan siklus F. Identifikasi Senyawa dan Uji Aktivitas Ekstrak Babandotan ageratum conyzoides linn sebagai Insektisida terhadap Nyamuk Culex. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Linna Sari. Sedangkan untuk instrumen GCMS jenis detektor yang digunakan adalah tipe TCD.