BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi sanitasi dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan hidup, pencemaran air, meningkatnya penderita penyakit. Hal tersebut di atas mendorong Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk ikut serta dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang merupakan program bersama lintas sektor dan lintas Kementrian yang tergabung dalam Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS), yang telah mempersiapkan skenario besar berupa replikasi penyusunan strategi pembangunan sanitasi di 330 kota/kabupaten agar pembangunan di daerah berjalan dengan efektif, bersifat menyeluruh, dan berkelanjutan. Program ini lahir tak lepas dari kondisi sanitasi 330 kota/kabupaten atau kawasan perkotaan yang memprihatinkan. Program yang berlangsung 2010‐2014 ini berjalan sesuai dengan tiga target pembangunan sanitasi, yaitu : 1) Stop Buang Air Besar Sembarangan pada tahun 2014; 2) Penanganan sampah melalui pengurangan timbulan dari sumber dan penerapan sistem sanitary landfill untuk TPA dengan prioritas di 240 kota; 3) Pengurangan genangan air di sejumlah kota/kawasan perkotaan seluas 22.500 Ha. Program ini mempunyai tujuan mensinergikan kerja dinas‐dinas yang berkaitan dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep sanitasi masyarakat. Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Pemerintah mendorong kota dan kabupaten di Indonesia untuk menyusun Strategi Sanitasi Perkotaan atau Kabupaten (SSK) yang memiliki prinsip : 1 ‐ 1 | Pendahuluan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 ‐ Berdasarkan data aktual ‐ Berskala kota atau kabupaten ‐ Disusun sendiri oleh kota atau kabupaten dari, oleh, dan untuk kota atau kabupaten tersebut. ‐ Menggabungkan pendekatan bottom‐up dan top‐down Untuk menghasilkan SSK yang demikian, maka kota atau kabupaten harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi yang baik hanya bisa dibuat apabila kota atau kabupaten mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek non‐ teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek‐aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan “database sanitasi kota atau kabupaten” yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi. Oleh karena itu, sesuai dengan maksud penyusunannya, maka Buku Putih sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat ini akan menggambarkan: 1. Status terkini situasi sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2. Kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa mendatang di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 3. Usulan/rekomendasi awal terkait peluang pengembangan layanan sanitasi, salah satunya adalah penetapan kawasan prioritas di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Berkenaan dengan penyusunan buku putih, maka jika dilihat dalam skala nasional sebagai gambaran, Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah domestik) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar (ANTARA News, 2006). Meskipun kuantitas layanan air limbah telah mencapai 69,3% namun kualitasnya belum memadai. Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari 400.000 m3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke 1 ‐ 2 | Pendahuluan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa. Potensi kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk mencapai 2,1% dari GDP pada tahun 2007. Berdasarkan data yang ada,68% masyarakat menggunakan fasilitas umum sanitasi, tetapi sanitasi belum menjadi prioritas utama pembangunan baik di tingkat nasional sampai ke tingkat daerah, hal ini terlihat dari masih sedikitnya dana yang tersedia untuk sanitasi. Sehingga target MDGs Indonesia sampai tahun 2015 adalah penurunan setengah proporsi penduduk Indonesia yang belum memiliki akses air minum bersih dan fasilitas sanitasi dasar. Di beberapa daerah di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan memiliki sanitasi yang sangat minim. Sebagian masyarakat masih membuang hajat di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi. Hal ini terjadi selain disebabkan karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang relatif rendah sehingga mempengaruhi pola hidup masyarakat. Penanganan sanitasi harus dilakukan secara bersama antara masyarakat dan pemerintah. Untuk di Kabupaten Tulang Bawang Barat, pembangunan sanitasi masih banyak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri, padahal seringkali kegiatan tersebut dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi. Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat berupaya meningkatkan layanan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan turut serta dalam Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) Tahun 2014. Pada program ini Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat menyusun strategi pembangunan sanitasi perkotaan yang bersifat komprehensif dan koordinatif dengan melibatkan dinas‐dinas terkait dengan sanitasi dan pemerintahan provinsi. 1.2. Landasan Gerak Sanitasi dapat dipahami sebagai usaha pembuangan dan atau pengelolaan tinja, endapan air limbah (sullage) dan limbah padat dengan cara yang memperhatikan 1 ‐ 3 | Pendahuluan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 kesehatan untuk membuat lingkungan hidup di rumah dan lingkungan menjadi bersih dan sehat. Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah sebagai berikut: 1. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem : a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik‐tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga. b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat. 2. Black water (air tinja/limbah padat) yaitu air tinja yang tercemar tinja, umumnya berasal dari WC. Volumenya dapat cair atau padat, umumnya orang dewasa menghasilkan 1.5 liter air tinja/hari. Air ini mengandung bakteri coli yang berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu harus disalurkan melalui saluran tertutup ke arah pengolahan/penampungan. Air tinja bersama tinjanya disalurkan ke dalam septic tank. Septic tank dapat berupa 2 atau 3 ruangan yang dibentuk oleh beton bertulang sederhana. Air yang sudah bersih dari pengolahan ini barulah dapat disalurkan ke saluran kabupaten, atau lebih baik lagi dapat diresapkan ke dalam tanah sebagai bahan cadangan air tanah. 3. Persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). 4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota/kabupaten dan mematuskan air permukaan. 5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait sanitasi adalah upaya pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk merubah pola hidup di masyarakat terkait sanitasi menjadi lebih baik ditatanan rumah tangga maupun tatanan sekolah. 1 ‐ 4 | Pendahuluan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 Dalam penyusunan perencanan pembangunan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial, baik dilihat dari wilayah kerja maupun sub sector yang akan dilakukan. Oleh karena itu pelaksanaan wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) maupun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah seluruh wilayah administrasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 80 desa / 2 kelurahan. Penentuan wilayah kajian ini diambil berdasarkan penilaian dan kesepakatan SKPD bahwa Kabupaten Tulang Bawang Barat dianggap sangat minim akan akses terhadap sanitasi yang layak. Dengan dilakukannya kajian disemua desa/kelurahan diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh mengenaikondisi risiko sanitasi di masing‐masing wilayah, sehingga data yang diperoleh nantinya akan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan pembangunan dibidang sanitasi atau kebijakan pembangunan lainnya. Adapun jangka waktu dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 5 tahun dan setelah itu akan dilakukan review terhadap pemutakhiran data sanitasi. Untuk wilayah (desa/kelurahan) sasaran survey studi EHRA menggunakan sistem random sampling. Dari hasil random sampling tersebut survey studi EHRA dilaksanakan di 10 desa/kelurahan di 8 Kecamatan di wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat. 1.2.1 Visi dan Misi Kabupaten Tulang Bawang Barat Visi Kabupaten Tulang Bawang Barat “TULANG BAWANG BARAT KABUPATEN AGRARIS YANG MAKMUR DAN SEJAHTERA” Dalam upaya mewujudkan Visi Kabupaten Tulang Bawang Barat, dapat dilaksanakan melalui Misi berikut : 1. Mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. 2. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi merata dan berkelanjutan. 3. Menciptakan pemerataan pembangunan yng berwawasan lingkungan. 1 ‐ 5 | Pendahuluan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 4. Menciptakan pemerintahan yang bersih dan baik. 5. Membangun kehidupan masyarakat yang religious, berbudi luhur, demokratis, partisifatif, dan menjunjung tinggi supermasi hukum. 1.3. Maksud dan Tujuan Penyebab penanganan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat tidak maksimal adalah pendanaan dan kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu upaya memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Berkaitan dengan hal tersebut maka Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat perlu memetakan situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat kemudian menyusun perencanaan pembangunan sanitasi. 1.3.1 Maksud Maksud utama dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat saat ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pembangunan sanitasi di masa mendatang yang dituangkan dalam Strategi Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat. Buku Putih Sanitasi merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas terkait dengan sanitasi yang diwakilkan pada Kelompok Kerja PPSP. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai kondisi sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat, dilakukan pemetaan yangmencakup aspek – aspek sebagai berikut : 1. Aspek teknis, meliputi : - Persampahan - Air limbah rumah tangga - Drainase lingkungan - Higiene - Air bersih 1 ‐ 6 | Pendahuluan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 2. Aspek non‐teknis, meliputi : - Keuangan - Kelembagaan - Pemberdayaan masyarakat - Perilaku hidup bersih dan sehat - Keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas - Dan aspek‐aspek lainnya yang mendukung 1.3.2. Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah : 1. Memberikan gambaran pemetaan situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Tulang bawang barat berdasarkan kondisi aktual atau kondisi sebenarnya (existing condition). Pemetaan mencakup aspek teknis dan aspek non teknis yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, serta aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. 2. Menjadi panduan kebijakan Kabupaten Tulang bawang barat dalam manajemen kegiatan sanitasi di Kabupaten Tulang bawang barat. Pemetaan sanitasi dilakukan dalam bentuk zona‐zona sanitasi di tingkat kabupaten sehingga akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kabupaten yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kabupaten Tulang bawang barat. 3. Buku ini dapat digunakan oleh semua unsur pemangku kepentingan baik di level masyarakat, level Kabupaten maupun nasional dan swasta untuk memainkan perannya dengan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi, penerapan strategi dan implementasi dari rencana strategi di lapangan. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan sehingga penerapan strategi sanitasi kabupaten berjalan dengan baik. 1 ‐ 7 | Pendahuluan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 1.4. Metodologi Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Metode Penyusunan a. Berdasarkan data sekunder (arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing‐masing dinas/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta). b. Berdasarkan data primer (nara sumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/kantor terkait untuk klarifikasi data‐data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat). Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), survei peran media dalam perencanaan sanitasi, survei kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survei keuangan, survei priority setting area beresiko serta survei peran serta masyarakat dan gender. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing‐ masing dinas/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta, narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/kantor terkait untuk klarifikasi data‐data, pihak swasta, masyarakat sipil dan tokoh masyarakat. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik antara lain : • Desk Study (kajian Literature, data sekunder) • Field Research (Observasi, wawancara responden) • FGD danin‐depth interview 1 ‐ 8 | Pendahuluan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini. 3. Analisis Data Proses analisis data dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang bawang barat dilakukan oleh Pokja secara deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. 1.5. Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Kegiatan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Kabupaten Tulang Bawang Barat di dasarkan pada aturan‐aturan dan produk hukum yang meliputi : 1.5.1.Peraturan Perundangan Kegiatan program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) 2014 Kabupaten Tulang bawang barat didasarkan pada aturan‐aturan dan dasar hukum yang meliputi : Undang‐undang 1. Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berikut perubahan‐perubahannya. 2. Undang‐Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 3. Undang‐Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. 4. Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 5. Undang‐Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Peraturan Pemerintah 1. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah. 1 ‐ 9 | Pendahuluan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 2. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Keputusan Presiden 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. Peraturan Menteri 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/1992 tentang Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air. 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis Mengenai Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 4. Permen PU No14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Keputusan Menteri 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum. 3. Keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum. 4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL –UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/Menkes/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. 1 ‐ 10 | Pendahuluan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 6. Kepmen Kimpraswil 534/2000 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Permukiman. 7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL. 8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik. 9. Keputusan Menteri 1205/Menkes/Per/X/2004 Kesehatan tentang Republik Pedoman Indonesia Persyaratan Nomor Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). 10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang Pedoman Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil. 11. Kepmen PU Nomor 21 tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan persampahan. 12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Peraturan Daerah Provinsi Lampung 1. Perda No. 6 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Lampung Tahun 2005 – 2025. 2. Perda No. 5 Tahun 2001 Tentang Penataan Ruang Provinsi lampung. 3. Perda No. 1 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Lampung Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat 1. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor 01 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Darah Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor 02 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat 1 ‐ 11 | Pendahuluan BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 3. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor : 04 Tahun 2011 tentang Lambang Daerah 1.5.2 Manfaat dari Buku Putih Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi hasil pengkajian dan pemetaan kondisi sanitasi yang merupakan informasi awal bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Dengan adanya Buku Putih Sanitasi ini beberapa manfaat yang dapat diperoleh Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah sebagai berikut : 1. Diketahuinya kondisi menyeluruh sanitasi kabupaten saat ini yang menjadi masukan penting bagi penyusunan prioritas pembangunan sanitasi, hal ini dapat dicapai karena Buku Putih disusun dari kompilasi berbagai data terkait sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat; 2. Adanya pedoman pelaksanaan pengembangan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat yang lebih jelas dan tepat sasaran; 3. Buku Putih dapat dijadikan acuan Strategi Sanitasi Kota karena Buku Putih Sanitasi juga menjadi dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK); 4. Buku Putih dapat dijadikan rekomendasi bagi perencanaan pembangunan daerah khususnya dibidang sanitasi; 5. Karena Buku Putih memuat strategi pengembangan sanitasi serta prioritas penanganan sanitasi, maka Buku Putih juga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di bidang sanitasi; 6. Karena Buku Putih memuat kondisi sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat saat ini, maka dokumen ini dapat digunakan juga sebagai pedoman untuk mengukur sejauh mana pencapaian pembangunan di bidang sanitasi. 1 ‐ 12 | Pendahuluan