1 GROUPER 4.1 ANALISIS ALTERNATIF USAHA PEMBESARAN IKAN PATIN DENGAN MENGGUNAKAN PROBIOTIK DAN TANPA PROBIOTIK DI DESA KEDUNGWANGI KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN WACHIDATUS SA’ADAH Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI Saat ini konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan, untuk memenuhi kebutuhan pasokan ikan di pasar ataupun rumah makan tidak hanya dapat dipenuhi dari hasil tangkapan di perairan umum, sehingga perlu adanya pembudidayaan secara intensif.Usaha pembesaran ikan patin dengan menggunakan probiotik milik Bapak Suyit di Desa Kedungwangi Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan lebih menguntungkan dibandingkan usaha pembesaran ikan patin tanpa probiotik.Metode yang digunakan untuk penentuan sampel yaitu simple random sampling. Pada usaha pembesaran ikan patin dengan menggunakan probiotik memperoleh keuntungan sebesar Rp. 609.000,dalam 2 tahun, dengan modal tahun pertama Rp. 80.355.000,- dan pada tahun kedua Rp. 75.162.000,-. Dengan nilai penjualan pada tahun pertama dan kedua Rp. 159.381.000,-. Sedangkan usaha pembesaran ikan patin tanpa probiotik memperoleh keuntungan sebesar Rp. 548.000,- dalam 2 tahun, dengan modal tahun pertama Rp. 61.405.000,- dan pada tahun kedua Rp. 55.927.000,-. Dengan nilai penjualan pada tahun pertama dan kedua adalah Rp. 120.040.000,-. Sehingga dapat disimpulkan pada usaha pembesaran ikan patin dengan probiotik diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu Rp. 9.147, nilai IRR sebesar 13% lebih kecil dari tingkat suku bunga, sedangkan nilai Net B/C ratio sebesar 1,00221 lebih besar dari satu. Dan pada usaha pembesaran ikan patin tanpa probiotik diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu Rp. 1.311, nilai IRR sebesar 11% lebih kecil dari tingkat suku bunga, sedangkan nilai Net B/C ratio sebesar 1,00029 lebih besar dari satu. Kata kunci : Analisis alternatif, budidaya pembesaran ikan patin, probiotik (multi guna) PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha perikanan khususnya budidaya air tawar/payau sekarang tidak lagi dijadikan sebagai usaha sampingan, tetapi banyak masyarakat menjadikan usaha ini sebagai usaha pokok.Usaha perikanan darat sebagai salah satu sumber penghasil petani ikan memegang peranan penting dalam kegiatan ekspor. Produksi perikanan darat dengan areal dan potensi yang ada memungkinkan untuk ditingkatkan, yaitu dengan cara memperbaiki kombinasi faktor-faktor produksi dan pembaharuan teknologi. Sektor perikanan darat memperlihatkan prospek dengan pengembangan yang cukup besar baik dari sumber dan potensi maupun identifikasi usahanya (Mimit Primyastanto, 2011). Sektor perikanan darat memperlihatkan prospek dengan pengembangan yang cukup besar baik dari sumber dan potensi maupun identifikasi usahanya (Mimit Primyastanto, 2011). Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia yang tersebar di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan.Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan daging hewan ternak (Susanto dan Amri, 2002). Untuk memenuhi kebutuhan pasokan ikan di pasar ataupun rumah makan tidak hanya dapat dipenuhi dari hasil tangkapan diperairan umum, sehingga perlu adanya pembudidayaan secara intensif. Apabila ditinjau dari aspek pembudidayaan, teknologi budidaya ikan patin 2 GROUPER 4.1 relatif telah dikuasai oleh masyarakat. Ketersediaan benih yang semula dianggap sebagai kendala, kini telah banyak pembenih baik perorangan maupun perusahaan yang berhasil memproduksi benih ikan patin. Perumusan Masalah Maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : A. Bagaimana teknis usaha pembesaran ikan patin dengan menggunakan probiotik dan tanpa probiotik. B. Usaha mana yang menjadi alternatif untuk diusahakan oleh pembudidaya pembesaran ikan patin yang menggunakan probiotik dan tanpa probiotik. Tujuan Tujuan penelitian adalah : A. Untuk mengetahui teknis usaha pembesaran ikan patin dengan menggunakan probiotik dan tanpa probiotik di Desa Kedungwangi Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan. B. Untuk mengetahui usaha yang menjadi alternatif untuk diusahakan oleh pembudidaya pembesaran ikan patin yang menggunakan probiotik dan tanpa probiotik. Hipotesa Hipotesa yaitu usaha yang menjadi alternatif untuk diusahakan oleh pembudidaya adalah usaha pembesaran ikan patin dengan menggunakan probiotik. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal Januari-Pebruari 2013. Penelitian ini dilakukan pada usaha pembesaran ikan patin di Desa Kedungwangi Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan. Metode Pengambilan Sampel Metode yang digunakan untuk penentuan sampel yaitu simple random sampling. Penentuan sampel dilakukan secara random/acak dengan tidak memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Metode ini dilakukan manakala anggota populasi benar-benar memiliki karasteristik yang homogen (M. Aziz Firdaus, 2012 : 30). Jumlah populasi yang ada di usaha pembesaran ikan patin di Desa Kedungwangi berjumlah 4 obyek, yang terdiri dari 2 tambak probiotik dan 2 tambak tanpa probiotik. Dengan demikian, kami memilih salah satu sampel dari masing-masing obyek tersebut untuk penelitian. Untuk memilih sampel tersebut kami menggunakan simple random sampling yang dilakukan secara acak pada masing-masing obyek tersebut. Sampel pada tambak probiotik yaitu tambak 1.a dan 1.b sedangkan sampel pada tambak tanpa probiotik yaitu tambak 2.a dan 2.b. Sampel yang dihasilkan secara acak adalah sampel 1.a dan 2.b, karena pada masing-masing obyek tersebut bersifat homogen dan perlakuan dalam pembudidayaannya sama. Analisis Data Data yang didapat dari hasil penelitian adalah data kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembesaran ikan patin dari analisis finansial. Kemudian hasil dari pengolahan ini diinterprestasikan secara deskriptif untuk menggambarkan tentang kelayakan pengembangan usaha. Analisis yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR) danNet Benefit Cost Ratio (Net B/C). 3 GROUPER 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Alternatif Pada Usaha Dengan Menggunakan Probiotik Usaha yang pertama adalah usaha pembesaran ikan patin dengan menggunakanprobiotik.Pada usaha ini dalam satu tahun dapat memproduksi sebanyak 4 kali panen. Usaha ini memperoleh keuntungan sebesar Rp. 609.000,- dalam 2 tahun, dengan modal tahun pertama Rp. 81.845.000,- dan pada tahun kedua sebesar Rp. 76.615.000,-. Dengan nilai penjualan pada tahun pertama dan kedua adalah Rp. 159.381.000,-, (Lampiran 1). Hasil analisis alternatif usaha pembesaran ikan patin dengan menggunakan probiotik (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Analisis Alternatif Usaha Pembesaran Ikan Patin Menggunakan Probiotik No. Kriteria Investasi Nilai 1 NPV Rp. 9.147 2 IRR 13% 3 Net B/C 1,00221 Berdasarkan nilai dari kriteria investasi (Tabel 2) dapat kita lihat bahwa usaha pembesaran ikan patin dengan menggunakan probiotik memperoleh NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp. 9.147 artinya usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR sebesar 13% lebih kecil dari tingkat suku bunga bank karena usaha ini masih berjalan 2 tahun. Sedangkan nilai Net B/C ratio sebesar 1,00221 lebih besar dari satu yang berarti, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 1,00221 rupiah dan usaha ini layak untuk dijalankan. Analisis Alternatif Pada Usaha Tanpa Probiotik Pada usaha yang kedua ini, usaha pembesaran ikan patin tanpa menggunakan probiotik. Dalam satu tahun usaha ini hanya dapat memproduksi sebanyak 3 kali panen, karena tanpa adanya penambahan probiotik. Usaha ini memperoleh keuntungan sebesar Rp. 548.000,- dalam 2 tahun, dengan modal tahun pertama Rp. 62.340.000,- dan pada tahun kedua sebesar Rp. 57.152.000,-. Dengan nilai penjualan pada tahun pertama dan kedua adalah Rp. 120.040.000,-, (Lampiran 2). Hasil analisis alternatif usaha pembesaran ikan patin tanpa menggunakan probiotik (Tabel 2). Tabel 2. Hasil Analisis Alternatif Usaha Pembesaran Ikan Patin Tanpa Probiotik No Kriteria Investasi Nilai 1 NPV Rp. 1.311 2 IRR 11% 3 Net B/C 1,00029 Berdasarkan nilai dari kriteria investasi (Tabel 2) dapat kita lihat bahwa usaha pembesaran ikan patin tanpaprobiotik memperoleh NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp. 1.311 artinya usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR sebesar 11% lebih sedikit dari tingkat suku bunga bank karena usaha ini masih berjalan 2 tahun. Sedangkan nilai Net B/C ratio sebesar 1,00029 lebih besar dari satu yang berarti, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 1,00029 rupiah dan usaha ini layak untuk dijalankan. Dari analisis dua usaha tersebut hasil yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan patin dengan menggunakan probiotik lebih menguntungkan, lebih cepat pembesarannya dan layak untuk dijalankan pada tahun berikutnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Analisis kelayakan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan patin dengan menggunakan probiotik adalah 4 GROUPER 4.1 NPV (Net Present Value) sebesar Rp. 9.147,-, IRR (Internal Rate Return) yang dihasilkan sebesar 13% dan nilai Net B/C sebesar 1,00221, sedangkan pada usaha pembesaran ikan patin tanpa probiotik diperoleh hasil NPV (Net Present Value) sebesar Rp. 1.311,-, IRR (Internal Rate Return) yang dihasilkan sebesar 11% dan nilai Net B/C sebesar 1,00029, artinya hasil dari kedua analisis tersebut NPV (Net Present Value) lebih besar dari 0, IRR (Internal Rate Return) yang dihasilkan lebih kecil dari tingkat suku bunga bank, sedangkan nilai Net B/C lebih besar dari 1. Sehingga kedua usaha ini layak untuk diusahakan dan usaha yang menjadi alternatif untuk diusahakan adalah usaha pembesaran ikan patin dengan menggunakan probiotik, oleh karena itu usaha ini lebih menguntungkan dan layak untuk diusahakan pada masa-masa mendatang. Tetapi pada nilai IRR yang dihasilkan belum memenuhi kelayakan usaha,karena usaha tersebut masih berjalan selama 2 tahun. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, saran untuk kedua usaha tersebut adalah: Nilai IRR yang dihasilkan belum memenuhi kelayakan usaha, karena usaha ini masih berjalan 2 tahun. Apabila usaha ini produksi dan berjalan selama atau lebih dari tahun sebelumnya,diperkirakan nilai IRR yang dihasilkanlebih besar dibanding nilai sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Aziz, Firdaus, M. 2012. Metode Penelitian. Cetakan Pertama. Tangerang : Jelajah Nusa. Primyastanto,Mimit. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi dari Teori Studi Kelayakan Usaha Perikanan). Cetakan Pertama. Malang : Universitas Brawijaya Press (UB Press). Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Jakarta : Penebar Swadaya.