BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap usaha yang dilakukan manusia dalam bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan dan pemenuhan kebutuhan hidup senantiasa mengikutsertakan unsur manusia sebagai salah satu faktor produksi. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Berikut ini beberapa pengertian manajemen sumber daya manusia : Menurut Gary Dessler dalam bukunya “Human Resource Management“ (2004 : 15) mendefinisikan manajemen SDM strategis sebagai berikut: “Strategic Human Resource Management is the linking of Human Resource Management with strategic role and objectivies in order to improve business performance and develop organization cultures and foster innovation and flexibility”. Yang berarti bahwa para manajer harus mengaitkan strategi manajemen sumber daya manusia dengan aturan strategi dan sasaran untuk meningkatkan kinerja bisnis dan mengembangkan budaya korporasi yang mendukung penerapan inovasi dan fleksibilitas. Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson dalam bukunya “Human Resource Management” (2003 : 34), manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan system rancangan format dalam suatu organisasi untuk menentukan efektivitas dan efisiensi dilihat dari bakat seseorang untuk mewujudkan sasaran suatu organisasi. Kunci peningkatan kinerja organisasi adalah dengan memastikan aktivitas sumber daya manusia mendukung usaha organisasi yang terfokus pada tiga macam, yaitu: 6 7 • Produktivitas Diukur dari jumlah output per tenaga kerja, peningkatan tanpa henti pada produktivitas telah menjadi kompetisi global. Produktivitas tenaga kerja di sebuat organisasi sangat dipengaruhi oleh usaha, program dan sistem manajemen. • Kualitas Kualitas suatu barang maupun jasa akan sangat mempengaruhi kesuksesan jangka panjang organisasi. Jika suatu organisasi mempunyai reputasi menyediakan barang maupun jasa yang buruk kualitas, hal ini akan mengurangi perkembangan dan kinerja organisasi tersebut. • Pelayanan Sumber daya manusia sering kali terlibat pada proses produksi barang atau jasa, manajemen sumber daya manusia harus diikutsertakan pada saat merancang proses operasi. Pemecahan masalah harus melibatkan semua karyawan, tidak hanya manajer, dimana proses tersebut sering kali membutuhkan perubahan pada budaya perusahaan, gaya kepemimpinan, dan kebijakan dan praktek Sumber Daya Manusia. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk memperoleh, mempertahankan dan mengembangkan tenaga kerja baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, dengan memerhatikan sifat dan hakikat daripada manusia sebagai anggota organisasi tersebut secara efektif dan efisien, atau dengan kata lain keberhasilan pengelolaan organisasi atau aktivitasnya sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia. 8 2.2 Motivasi 2.2.1 Definisi Motivasi Menurut Winardi (2007 : 1), motivasi berasal dari kata motivation yang berarti “menggerakkan”. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entutiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Sedangkan motivasi kerja adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seoarang manusia, yang dapat dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan nonmoneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi yang bersangkutan. Menurut As’ad (2002 : 45) motivasi kerja didefinisikan sebagai sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi biasa disebut sebagai pendorong atau semangat kerja. Sedangkan menurut Robbins (2002, p.166), motivasi didefinisikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya umum bersangkutan dengan upaya kearah setiap tujuan yang fokusnya dipersempit terhadap tujuan organisasi. Ketiga unsur kunci dalam definisi ini adlah upaya, tujuan, dan kebutuhan. Dalam bukunya, Makmur (2008 : 176) juga menuliskan bahwa pandangan pada motivasi adalah sejumlah karakteristik menunjukkan pegawai yag berorientasi prestasi akan bekerja keras apabila mereka memandang akan mendapatkan kebanggaan pribadi atas upaya mereka. 9 2.2.2 Teori Motivasi Pengelompokkan/klasifikasi teori-teori motivasi ada tiga kelompok yaitu : (Hasibuan, 2001 : 152). a. Teori Kepuasan Proses (Process Theory) yang memfokuskan pada apanya motivasi. b. Teori Motivasi Proses (Motivation Theory) yang memusatkan pada bagaimananya motivasi. c. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory) yang menitikberatkan pada cara dimana perilaku dipelajari. Gambaran teori Hierarkhi Kebutuhan Maslow, atas dasar sebagai berikut : (Hasibuan, 2001 : 156). a. Manusia adalah mahluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus-menerus dan hanya akan berhenti bila akhir hayatnya tiba. b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivator bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi motivator. c. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang/hierarkhi, yakni dimulai dari tingkat kebutuhan yang terendah physiological, safety and security, affiliation or acceptance, esteem or status dan terakhir self actualization. 10 2.2.3 Faktor-faktor Motivasi Dalam bukunya, Faustino (2003: 177) menuliskan motivasi seorang pekerja untuk bekerja biasanya merupakan hal yang rumit, karena motivasi itu melibatkan faktor-faktor individual dan faktor-faktor organisasional. Yang tergolong pada faktorfaktor sifatnya individual adalah kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap (attitudes), dan kemampuan-kemampuan (abilities). Sedangkan yang tergolong pada faktor-faktor yang berasal dari organisasi meliputi pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), sesama pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job itself). Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai sasaran oganisasai, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu. Meskipun secara umum, motivasi merujuk ke upaya yang dilakukan guna mencapai setiap sasaran, disini kita merujuk ke sasaran organisasi karena fokus kita adalah perilaku yang berkaitan dengan kerja. Ada tiga unsur kunci dalam definisi itu: upaya, sasaran organisasi dan kebutuhan. Unsur upaya merupakan ukuran intensitas atau dorongan. Seseorang yang termotivasi, dia berusaha keras. Tetapi tingkat upaya yang tinggi tidak selalu menghasilkan kinerja yang menguntungkan kecuali jika usaha itu disalurkan kearah yang menguntungkan organisasi. Oleh karena itu, kita harus mempertimbangkan mutu usaha itu beserta intensitasnya. Usaha yang diarahkan ke sasaran organisasi dan konsisten dengan sasaran organisasi tersebut merupakan jenis usaha yang harus kita cari. Akhirnya, kita akan memperlakukan motivasi sebagai proses memuaskan kebutuhan. 11 Kebutuhan, mengacu ke keadaan batin yang membuat hasil-hasil tertentu tampak menarik. Kebutuhan yang tidak terpuaskan menciptakan ketegangan yang merangsang dorongan di dalam diri seseorang. Dorongan itu menimbulkan perilaku pencarian untuk menemukan sasaran tertentu yang, jika tercapai, akan memuaskan kebutuhan itu dan menurunkan ketegangan tadi. Kita dapat mengatakan bahwa karyawan-karyawan yang termotivasi itu berada dalam keadaan tegang. Guna melepaskan ketegangan itu, mereka melakukan usaha. Semakin besar ketegangan itu, semakin tinggi tingkat usahanya. Jika usaha itu menghasilkan pemuasan kebutuhan, usaha itu menurunkan ketegangan. Karena kita berminat pada perilaku kerja, usaha yang menurunkan ketegangan ini harus pula diarahkan ke sasaran perusahaan. Oleh karena itu, yang melekat pada definisi kita mengenai motivasi ialah persyaratan bahwa kebutuhan individu tadi cocok dan konsisten dengan sasaran organisasi tersebut. Jika kebutuhan individu dan sasaran organisasi tidak cocok, individu itu bisa saja melakukan tingkat usaha yang tinggi untuk menghambat kepentingan organisasi tersebut. Kebetulan, hal itu bukan sesuatu yang istimewa. Sejumlah karyawan secara teratur meluangkan banyak waktu untuk ngobrol dengan teman-teman ditempat kerja guna memuaskan kebutuhan sosial mereka. Ada tingkat usaha yang tinggi, tetapi sedikit saja terkait dengan cara kerja. Mendorong tingkat kinerja karyawan supaya tinggi menjadi pemikiran organisasi yang sangat penting. Baik peneliti akademis maupun manajer praktitis telah berusaha memahami dan menjelaskan motivasi karyawan selama bertahun-tahun. Maslow adalah psikolog humanistik yang berpendapat bahwa pada diri tiap orang terdapat hirarki dari lima kebutuhan: 12 1. kebutuhan fisik: makanan, minuman, tempat tingkat, kepuasan seksual dan kebutuhan fisik lain. 2. kebutuhan keamanan: keamanan dan perlindungan dari gangguan fisik dan emosi, dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik akan terus terpenuhi. 3. kebutuhan sosial: kasih sayang, menjadi bagian dari kelompoknya, diterima oleh teman-teman, dan persahabatan. 4. kebutuhan harga diri: faktor harga diri internal seperti penghargaan diri, otonomi, dan pencapaian prestasi dan faktor harga diri eksternal seperti status, pengakuan (diorangkan), dan perhatian. 5. kebutuhan aktualisasi diri: pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri; dorongan untuk menjadi apa yang dia mampu capai. Dalam istilah motivasi, Maslow berpendapat bahwa tiap tingkat dalam hirarki itu harus secara substansial terpuaskan sebelum hirarki berikutnya menjadi aktif dan setelah kebutuhan itu secara substansial terpenuhi kebutuhan tersebut tidak lagi bisa memotivasi perilaku. Dengan kata lain,jika kebuthan secara substansial terpenuhi kebutuhan tersebut tidak lagi bisa memotivasi perilaku. Dengan kata lain, jika tiap kebutuhan secara substansial terpuaskan, kebutahan berikutnya akan menjadi dominan. Dari sudut pandang motivasi, teori Maslow berpendapat bahwa, walaupun tidak ada kebutuhan yang benar-benar terpuaskan, kebutuhan yang secara substansisal terpuaskan tidak lagi memotivasi seseorang. Jika ingin memotivasi seseorang, perlu memahami ditingkat mana keberadaan orang itu dalam hirarki dan perlu berfokus pada pemuasan kebutuhan pada atau di atas tingkat itu. Para manajer yang menerima hirarki maslow berusaha mengubah organisasi dan praktek manajemen mereka sehingga kebutuhan karyawan mereka dapat terpuaskan. 13 Selain itu, Maslow membedakan kelima kebutuhan itu menjadi tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kebutuhan fisik dan keamanan digambarkan sebagai kebutuhan tingkat rendah, kebutuhan sosial, harga diri dan aktualisasi diri digambarkan sebagai kebutuhan tingkat tinggi. Perbedaan kebutuhan tingkat tinggi terpuaskan dari internal sementara kebutuhan tingkat rendah kebayakan terpuaskan dari eksternal. Kenyataanya, kesimpulan alami dari klasifikasi Maslow adalah, ketika ekonomi makmur, hampir semua karyawan permanen terpenuhi kebutuhan tingkat rendahnya secara substansial. Teori kebutuhan Maslow diterima luas, khususnya oleh para manajer yang bekerja selama taun 1960 dan 1970an. Penerimaan itu dapat disebabkan oleh penalaran intuisi dan kemudahan teori itu dipahami. Akan tetapi, sayangnya, riset belum pada umunya menyatakan sahih teori itu. Maslow tak memberikan dukungan empiris atas teorinya, dan beberapa studi masih belum bisa menyatakan teori sahih. Sejumlah teori telah dikembangkan para sarjana untuk menjelaskan motivasi pekerja di dalam organisasi. Teori-teori itu dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori utama, yakni content dan process. Teori Content meliputi teori-teori kebutuhan, antara lain, dari Maslow. Teori kebutuhan ini menjelaskan bahwa perilaku manusia didorong oleh stimuli internal (kebutuhan-kebutuhan) tertentu. Oleh karena itu teori ini lebih memperhatikan sebab-sebab internal dan eksternal perilaku (needs dan incentives). Ada tiga variabel utama dalam menjelaskan perilaku pekerja, yaitu: - Employee Needs. Seorang pekerja mempunyai sejumlah kebutuhan yang hendak dipenuhi, yang berkisar pada: (a) eksistence (biological and safety), (b) relatedness (affection, companionship, and influence), dan (c) growth (achievement and self actualization). Ini semua merupakan stimuli internal yang menyebabkan perilaku; 14 - Organizational Incentives. Organisasi mempunyai sejumIah rewards untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pekerja. Rewards ini mencakup: (a) substantive rewards (pay, job security, and physical working conditions), (b) interactive rewards (coworkers, supervision, praises, and recognition), dan (c) intrinsic rewards (accomplishment, challenge, and responsibility). Faktor-faktor organisasi ini berpengaruh terhadap arah dari perilaku pekerja; - Perceptual Outcomes. Pekerja biasanya mempunyai sejumlah persepsi mengenai: (a) nilai dari reward organisasi, (b) hubungan antara performansi dengan rewards, dan (c) kemungkinan yang bisa dihasilkan melalui usaha-usaha mereka dalam performansi kerjanya. 2.3 Pengembangan Karir 2.3.1 Definisi Pengembangan Karir Suatu karir mencerminkan perkembangan para anggota organisasi (karyawan) secara individu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam organisasi yang bersangkutan. Dengan demikian, suatu karir menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan atau status mereka. Karir pada dasarnya merupakan istilah teknis dalam admimistrasi personalia. Menurut Hani Handoko suatu karir adalah: semua pekerjaan (atau jabatan) yang dipunyai (atau dipegang) selama kehidupan kerja seseorang. Karir menunjukkan perkembangan para karyawan secara individual dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi. Pengembangan karir adalah suatu yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam dalam suatu organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan. Bagaimanapun juga pengembangan karir masing-masing anggota 15 dalam organisasi tentunya tidak sama, karena amat tergantung dari berbagai faktor. Titik sentral untuk meniti karir pada dasarnya terletak pada dua hal yaitu: 1. Kemampuan intelektual 2. Kemampuan dalam kepemimpinan 3. Kemampuan manajerial Ketiga hal tersebut senantiasa dibina oleh setiap karyawan atau anggota organisasi apapun, terutama mereka yang potensial kalau ingin maju dalam karirnya. Pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan organisasi untuk menjamin orang-orang dalam organisasi mempunyai kualifikasi dan kemampuan serta pengalaman yang cocok ketika dibutuhkan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengelola karir dan mengembangkannya dengan baik supaya produktivitas karyawan tetap terjaga dan mampu mendorong karyawan untuk selalu melakukan hal yang terbaik dan menghindari frustasi kerja yang berakibat penurunan kinerja perusahaan. Pengelolaan dan pengembangan karir akan meningkatkan efektifitas dan kreatifitas sumber daya manusia dalam upaya mendukung perusahaan untuk mencapai tujuannya. Rivai, (2005), menuliskan bahwa karir terdiri dari semua pekerjaan yang ada selama seseorang bekerja atau dapat pula dikatakan bahwa karir adalah seluruh jabatan yang diduduki oleh seseorang dalam kehidupan kerjanya. Untuk orang-orang tertentu jabatan-jabatan ini merupakan tahapan dari suatu perencanaan yang cermat. Dalam literature ilmu perilaku (behavior science), karir dipahami dalam tiga pengertian sebagai berikut: 16 a. Karir sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer lateral) ke jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung-jawab atau ke lokasi-lokasi yang lebih baik b. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan alur karir yang sistematik dan jelas c. Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang, atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan kerja. 2.3.2 Teori Tentang Pengembangan Karir Dalam model manajemen karir yang baru, perusahaan berperan melalui Manajemen Karir Organisasional (Organizational Career Management) disingkat MKO. MKO dapat didefinisikan sebagai aktivitas dan kesempatan organisasi (perusahaan) untuk menjamin agar manajer dan karyawan dapat memenuhi atau lebih memenuhi kebutuhannya dimasa depan. Praktik MKO meliputi perencanaan karir, jalur karir (Career Path), aktivitas pelatihan dan pengembangan, program pengembangan sasaran (target), promosi dari dalam, kebijakan staffing formal, kriteria promosi standar, assessment center, job posting, job matching, career counseling, outplacement counseling dan mentor-protege relationship. Praktik-praktik dilakukan secara tepat dengan biaya yang efektif (cost effective) dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor, seperti tersedianya tenaga kerja, kondisi keuangan, values manajemen puncak, lingkungan sosial ekonomi dan industri, dan strategi bisnis perusahaan. 17 Ada beberapa manfaat dari praktik MKO yang dapat diperoleh oleh perusahaan yaitu : 1. meminimumkan perputaran pekerja kunci, 2. mendorong perputaran bagi pekerja yang tidak produktif, 3. mengevaluasi dan mengembangkan keterampilan untuk berperan pada masa yang akan datang, 4. mengembangkan secara umum orientasi nilai korporasi (corporate values), 5. menjaga kontinuitas, 6. mengurangi persaingan yang tidak sehat, 7. menciptakan image korporasi yang positif, dan 8. menjaga kebijakan manajerial. Dalam melaksanakan MKO, perusahaan harus berperan menciptakan dan menopang manajer dan karyawan sebagai career strategist. Perusahaan dapat mengambil peran melalui praktik-praktik MKO yang diarahkan agar tercipta perbaikan perjanjian kerja dan penumbuhan career-resilient workforce. Karir mengandung dua fokus utama, yaitu; (a) fokus internal dan (b) fokus eksternal. Fokus internal menunjuk kepada cara seseorang memandang karirnya. Sedangkan fokus eksternal menunjuk kepada rangkaian kedudukan yang secara actual diduduki oleh seorang pekerja. 18 Untuk memahami pengembangan karir dalam suatu organisasi dibutuhkan pengujian atas dua proses utama, yakni: a. Career planning. Bagaimana orang merencanakan dan mewujudkan tujuan-tujuan karirnya sendiri. Ini merupakan suatu usaha yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menjadi lebih sadar dan tahu akan ketrampilannya sendiri, kepentingan, nilai, peluang, hambatan, pilihan, dan akibat-akibatnya. Proses ini mencakup upaya pengidentifikasian sasaran dan atau tujuan yang ter kait dengan karir, dan penetapan rencana guna mewujudkan tujuan tersebut; b. Career management. Proses ini menunjuk kepada bagaimana organisasi mendesain dan melaksanakan program pengembangan kariernya. Proses ini lebih merupakan usaha formal, terorganisir, dan terencana untuk mencapai keseimbanganan antara keinginan karir individu dengan persyaratan tenaga kerja organisasi. Jadi lebih merupakan suatu mekanisme untuk mewujudkan kebutuhan sumber daya manusia masa kini dan masa yang akan datang. Pengembangan karir organisasi adalah outcomes yang berasal dari interaksi antara karir individu dengan proses manajemen karir institusi (organisasi). Career planning adalah suatu proses yang berlangsung secara sadar agar (1) menjadi tahu akan diri, peluang-peluang, hambatan-hambatan , pilihan-pilihan, dan akibat-akibat, (2) untuk mengidentivikasikan tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir, dan (3) pemrograman kerja, pendidikan, dan pengalaman-pengalaman, pengembangan-pengembangan yang terkait untuk memberikan arah, waktu, dan urutan dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan-tujuan karir tertentu. Career management adalah suatu proses yang sedang berlangsung mulai dari penyiapan, pengimplementasian, dan memonitoring rencana-rencana karir yang dilaksanakan oleh individu sendiri atau bersama-sama dengan sistem karir organisasi. 19 Pengembangan Karir (Career Development) adalah peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir. Uraian Rivai, (2005), tentang pengembangan karir, yaitu suatu proses peningkatan kemampuan kerja individu melalui bimbingan, arahan, on the job training, pelatihan dan pendidikan untuk mencapai karir yang diinginkan oleh karyawan atau yang direncakan oleh perusahaan. Tujuan dari seluruh program pengembangan karir adalah menyesuaikan kebutuhan dan tujuan karyawan dengan kesempatan karir yang tersedia di perusahaan saat ini dan di masa mendatang. Karena itu usaha pembentukan sistem pengembangan karir yang dirancang dengan baik akan membantu karyawan dalam menentukan kebutuhan karir mereka sendiri, dan menyesuaikan antara kebutuhan karyawan dan tujuan atau rencana perusahaan. Suastha, (2006), menjelaskan pengembangan (karir/jabatan) merupakan fungsi dari semua komponen sumber daya manusia, antara lain hasil dari rekrutmen dan seleksi yang baik, penempatan yang tepat, memiliki kemampuan melaksanakan tugas-tugas (kinerja) yang ditetapkan dalam struktur, mendapatkan kompensasi (reward) yang pantas, adanya pembinaan karyawan dalam peningkatan kinerja untuk jabatan yang sekarang dan dipersiapkan untuk jabatan yang akan diduduki dikemudian hari (pengembangan karir). Rekrutmen dan Seleksi mengacu pada Pengembangan (Pengembangan Perusahaan dan Karir Karyawan) dan Penghargaan Karyawan (Reward) baik dalam bentuk upah maupun dalam bentuk promosi atau jabatan yang dipersiapkan untuk kelangsungan dan misi perusahaan. Dalam rekrutmen dan seleksi karyawan, Departmen SDM berpedoman pada tuntutan Kinerja dan keberhasilan dalam Evaluasi (Performance Appraisal atau 20 Assesment). Hal itu berarti seseorang direkrut karena dinilai mempunyai pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kemampuan/ kompetensi lainnya yang dapat membawa perusahaan pada pencapaian visi dan misinya. Beberapa perusahaan menaruh perhatian pada perngembangan karir terkait dengan kaderisasi atau rencana penerus posisi puncak (Succesion Planning) Noe, (2006), mengatakan: “In some companies, only high potential employees are included in the succession planning. Succession planning refers to the process of identifying and tracking high-potential employees. High potential employees are those the company believes capable of being successful in high level management positions.” (“Di beberapa perusahaan, hanya karyawan-karyawan yang potensial saja yang dimasukkan dalam succession planning. Succession planning mengacu pada proses identifikasi dan penelusuran karyawan-karyawan yang berpotensi tinggi. Karyawan-karyawan yang berpotensi tinggi inilah yang dipercaya perusahaan mampu berhasil”) Salah satu maksud dari succession planning adalah menghindari promosi yang prematur karena seseorang manajer tidak siap menduduki rangking (rank) atau jabatan yang lebih tinggi. 2.3.3 Faktor-Faktor Pengembangan Karir Beberapa hal yang terkait dengan pengembangan karir atau jabatan seseorang menurut Rivai (2005), sebagai berikut: 21 1. Prestasi Kerja (Job Performance/Kinerja) Prestasi kerja merupakan faktor yang paling penting untuk meningkatkan dan mengembangan karir seorang karyawan. Kemajuan karir sebagian besar tergantung pada prestasi kerja yang baik dan etis. Asumsi kinerja yang baik melandasi seluruh aktivitas pengembangan karir. Ketika kinerjanya dibawah standar, dengan mengabaikan upaya-upaya pengembangan karir lain, bahkan tujuan karir yang paling sederhana sekalipun biasanya tidak bisa dicapai. Kemajuan karir umunya terletak pada kinerja. 2. Eksposure (exposure) Kemajuan karir seseorang juga dapat dikembangkan melalui eksposure. Eksposure menjadi paham (dan diharapkan dapat dipertahankan setinggi mungkin). Mengetahui apa yang diharapkan dari adanya promosi, pemindahan, atau pun kesempatan berkarir lainnya dengan melakukan kegiatan yang kondusif. Tanpa eksposure, maka karyawan yang baik kemungkinan tidak mendapatkan peluang-peluang yang diperlukan guna mencapai tujuan karir mereka. Manajer memperoleh eksposure utamanya melalui kinerja dan prestasi mereka, laporan tertulis, presentasi lisan, pekerjaan komite, dan jam-jam yang dihabiskan. Eksposure juga berasal dari peningkatan tanggungjawab sosial perusahaan melalui keterlibatan dalam asosiasi profesi dan kelompok komunitas nirlaba, misalnya kadin, dan kelompok-kelompok yang berorientasi sipil lainnya. Ringkasnya, eksposure membuat individu tampil lebih melebihi kadar dari keumuman yang dibutuhkan dalam keberhasilan karir. 3. Jaringan Kerja (Net Working) Jaringan kerja berarti perolehan eksposure diluar perusahaan. Kontak pribadi dan professional, utamanya melalui asosiasi profesi akan memberikan kontak 22 kepada seseorang yang bisa jadi penting dalam mengidentifikasikan pekerjaan-pekerjaan yang lebih baik. 4. Kesetiaan terhadap organisasi (Organizational Loyalty) Dedikasi karir yang besar pada perusahaan sangat mengurangi keluarmasuknya (turnover) karyawan. Terkadang perusahaan sengaja “membeli” loyalitas ini dengan gaji atau tunjangan yang tinggi. Perusahaan lain berupaya mengembangkan loyalitas karyawan terhadap organisasi (perusahaan) dimana ia berkerja melalui praktik-praktik SDM yang efektif melalui perencanaan dan pengembangan karir. 5. Peluang untuk tumbuh (Growth Opportunities) Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya, melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan melanjutkan jenjang pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana karir. 6. Dukungan Department SDM Pengembangan karir seorang karyawan tidak hanya tergantung pada usaha karyawan tersebut, tetapi juga tergantung pada peranan dan bimbingan manajer dan departemen SDM terutama dalam penyediaan informasi tentang karir yang ada dan juga di dalam perencanaan karir karyawan tersebut. Departemen SDM membantu perkembangan karir karyawan melalui program pelatihan dan pengembangan karyawan. 7. Peran Pimpinan Organisasi / Perusahaan Upaya-upaya departemen SDM untuk meningkatkan karir karyawan harus didukung oleh pimpinan tingkat atas (top management) dan juga para pimpinan tingkat menengah. Tanpa adanya dukungan mereka di semua lini, maka perkembangan karir karyawan tidak akan berlangsung dengan baik. 23 2.4 Retensi Sumber Daya Manusia 2.4.1 Definisi Retensi Upaya Untuk mempertahankan karyawan telah menjadi persoalan utama dalam banyak organisasi karena beberapa alasan. Selain itu, kinerja organisasional dan individual ditingkatkan dengan kontinuitas karyawan yang mengetahui pekerjaan, rekan kerja, layanan, dan produk organisasional mereka, serta pelanggan perusahaan tersebut. ( Malthis & Jackson, 2006 : 126 ) According to Jennifer A. Carsen (2005), employee retention is the number of existing employees keep or stay with their jobs over a fix period of time is known as employee retention. It futher suggests that the retention policy should also focus on retaining the high performers and talented employees or losing the losers and keeping the keepers. (http://www.scribd.com/doc/51222033/8/Definition-s-of-Employee-Retention) Menurut Roger Herman, 5 faktor sensitif dari dalam retensi karyawan antara lain: 1. Lingkungan 2. Hubungan karyawan 3. Dukungan 4. Pertumbuhan 5. Kompensasi 2.4.1.1 Pentingnya Mempertahankan Karyawan 1. Retensi karyawan sebagai persoalan manajemen Perubahan dalam kondisi ekonomi, bersamaan dengan jatuhnya gagasan pekerjaan dan melambatnya pertumbuhan perusahaan, telah membuat beberapa orang berspekulasi bahwa penekanan pada retensi karyawan merupakan persoalan temporer. Oleh karena itu, sangatlah penting organisasi dan manajer mengakui 24 bahwa retensi karyawan merupakan perhatian SDM yang berkelanjutan dan tanggung jawab yang signifikan bagi perusahaan. (Malthis & Jackson, 2006 : 126 127) 2. Staf yang bertanggung jawab untuk retensi karyawan Beberapa pemberi kerja telah menempatkan prioritas utama pada retensi karyawan sehingga mereka menunjuk satu orang sebagai penanggung jawab atas upaya tersebut. (Malthis & Jackson, 2006 : 126 - 127) 2.4.1.2 Tindakan Intervensi Pimpinan Dalam Mempertinggi Retensi Karyawan Menurut Mathis (2006 : 142), beberapa tindakan yang dapat dilakukan pemimpin untuk mempertinggi retensi karyawan: 1. Clarify expectation Beri karyawan pemahaman yang jelas atas pekerjaan mereka, dan apa standarstandar yang mereka harapkan tunuk mencapai baik percepatan waktu dan penghindaran waktu. Sedikit konflik berart bekerja dengan lebih bahagia, sehingga karawan akan cenerung kerasan di perusahaan. 2. Know your workers Pelajari hobi-hobi dan minat-minat karyawan dan terutama tujuan-tujuan jangka panjang mereka. Hal itu akan membantu Anda memanahami kebuthan mereka, sekaligus memperlihatkan bahwa mereka peduli. 25 3. Give feedback Selalu komentari apa yang sedang dikerjan dari karyawan. Tekankan bahwa mencintai pekerjaan itu penting, tap juga tak kalah penting untuk menekankan bahwa pekerjaan juga mencintai kita. 4. Create a team culture Ciptakan budaya kerja sama di mana semua anggota tim mendukung satu sama lain. 5. Educate and train Karyawan yang melihat bahwa pimpinan sedang melakukan investasi pada diri mereka, akan merasa lebih dihargai dan diapresiasi. 6. Offer incentives and rewards Berbagai bentuk insentif dan reward bisa menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan dan penuh tanggung jawab, serta memperlihatkan kepekaan apresiasi yang lebih besar. 7. Empower employees Biarkan karyawan mengambil keputusan sebanyak mungkin. Pemberdayaan merupakan sinyal yang akan dibaca oleh karyawan bahwa Anda percaya kepada mereka. 8. Evaluate regurlarly Mulai dengan pujian, lalu diskusikan tantangan-tantangannya dan bergabunglah untuk mengembangkan rencana untuk membantu mereka. Kemudian tutup dengan catatan yang positif. 26 2.4.2 Faktor Penentu Retensi Karyawan Baik para pemberi kerja maupun para karyawan telah mengetahui bahwa beberapa bidang umum memengaruhi retensi karyawan. (Malthis & Jackson, 2006 : 128 – 136) 1. Komponen Organisasional • Budaya organisasional adalah pola nilai dan keyakinan bersama yang memberikan arti dan peraturan perilaku bagi anggota organisasional. Ada banyak contoh yang dapat diberikan mengenai karyawan teknis utama, profesional, dan administratif yang meninggalkan perusahaan karena budaya perusahaan yang tidak menghargai orang dan menciptakan rintangan terhadap penggunaan kapabilitas individual. Sebaliknya menciptakan budaya yang menghargai orang memungkinkan beberapa perusahaan untuk menarik dan memelihara karyawan dengan baik. • Nilai organisasional utama yang mempengaruhi keinginan karyawan untuk bertahan adalah kepercayaan. • Strategi, peluang, dan manajemen organisasional Komponen organisasional lain yang mempengaruhi retensi karyawan berhubungan dengan strategi, peluang, dan manajemen organisasi. Dalam beberapa organisasi, peristiwa eksternal dianggap sebagai ancaman, sedangkan organisasi lain menganggap perubahan sebagai tantangan yang membutuhkan respons. Faktor yang memengaruhi bagaimana karyawan memandang organisasi mereka adalah kualitas perencanaan masa depan dari kepemimpinan organisasional. 27 • Kontinuitas dan keamanan kerja Banyak individu melihat suatu kemunduran dalam keamanan kerja selama dekade yang lalu. Semua pengurangan karyawan dan pemberhentian sementara, merger, dan akuisisi, serta penyusunan ulang organisasional telah memengaruhi loyalitas dan retensi karyawan. 2. Peluang karir Organisasional • Pengembangan karir Organisasi menyampaikan peluang dan pengembangan karir dalam berbagai cara. Secara keseluruhan, usaha pengembangan karir organisasional dirancang untuk memenuhi harapan para karyawan bahwa para pemberi kerja mereka berkomitmen untuk mempertahankan pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya saat ini. • Perencanaan karir Organisasi juga meningkatkan retensi karyawan dengan mengupayakan perencanaan karir formal. Para karyawan dan manajer mereka saling mendiskusikan peluang karir dalam organisasi dan aktivitas pengembangan karir apa saja yang akan meningkatkan perkembangan masa depan karyawan. 3. Penghargaan • Tunjangan kompetitif Persoalan kompensasi lain yang mempengaruhi retensi karyawan adalah program tunjangan kompetitif. Para pemberi kerja juga mempelajari bahwa memiliki sedikit fleksibilitas tunjangan membantu retensi karyawan. Dengan memberikan lebih banyak pilihan kepada karyawan , mereka merasa lebih 28 individual dan memegang kendali, sehingga mengurangi keinginan untuk pindah ke pemberi kerja lain. • Tunjangan dan bonus spesial Beberapa pemberi kerja menggunakan banyak tunjangan dan bonus spesial yang menarik dalam memelihara karyawan. Dengan memberi tunjangan dan bonus, para pemberi kerja berharap dapat mengurangi waktu yang dihabiskan oleh para karyawan sesuai jam kerja untuk menyelesaikan pekerjaan pribadi. • Kinerja dan Kompensasi Banyak individu mengharapkan penghargaannya berbeda dengan orang lain berdasarkan pada kinerja. Hasil survei mengenai penghargaan di tempat kerja menemukan bahwa individu merasa lebih puas dengan tingkat aktual gaji mereka daripada proses yang digunakan untuk menentukan gaji. • Pengakuan Pengakuan karyawan sebagai bentuk penghargaan dapat nyata atau tidak nyata. Umpan balik dari para manajer dan supervisor yang mengakui usaha dan kinerja ekstra dari individu adalah dengan memberikan pengakuan, walaupun penghargaan moneter tidak diberikan. 4. Rancangan tugas dan pekerjaan Faktor mendasar yang memengaruhi retensi karyawan adalah sifat dari tugas dan pekerjaan yang dilakukan. Pertama, retensi karyawan dipengaruhi oleh proses seleksi. Beberapa organisasi menemukan bahwa angka perputaran karyawan yang tinggi dalam beberapa bulan lamanya pekerjaan sering kali dihubungkan dengan usaha penyaringan seleksi yang kurang memadai. Selain 29 itu, karyawan menginginkan lingkungan kerja yang aman di mana risiko kecelakaan dan luka diperhatikan. • Fleksibilitas kerja Fleksibilitas kerja dalam jadwal kerja dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan menjadi lebih penting. Studi menunjukkan bahwa fleksibilitas kerja membantu retensi karyawan. Fleksibilitas kerja sangatlah penting dalam munculnya tekanan beban kerja organisasional. • Keseimbangan kerja/kehidupan Salah satu manfaat terbesar dari fleksibilitas kerja adalah ia sangat berkaitan dengan usaha pekerjaan oleh para pemberi kerja. Program kerja yang diberikan oleh para pemberi kerja dapat mencakup banyak hal seperti penjadwalan kerja yang fleksibel, pembagian kerja atau telecommuting. 5. Hubungan karyawan Kumpulan faktor terakhir yang diketahui mempengaruhi retensi karyawan didasarkan pada hubungan yang dimiliki para karyawan dalam organisasi/ perusahaan. Bidang-bidang seperti kelayakan dari kebijakan SDM, keadilan dari tindakan disipliner, dan cara yang digunakan untuk memutuskan pemberian kerja dan peluang kerja. Semuanya memengaruhi retensi karyawan. Apabila individu merasa bahwa kebijakan itu terlalu kaku atau diterapkan secara tidak konsisten, mereka mungkin cenderung mencari pekerjaan yang ditawarkan oleh pemberi kerja yang lain. 30 2.5 Kajian Penelitian Terdahulu Untuk mendukung penelitian ini dilakukan kajian teori terhadap penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan Endang Fitriyah Mannan (Retensi Pustakawan: Studi Kasus Pustakawan Sekolah di Surabaya) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pustakawan bertahan lama bekerja (retensi) di perpustakaan sekolah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pustakawan retensi terutama dipengaruhi oleh keinginan menjadi pegawai tetap dan faktor-faktor lain yaitu faktor budaya organisasi, pimpinan, kontinuitas dan keamanan kerja, pengembangan karir, perencanaan karir formal, kondisi fisik lingkungan dan pekerjaan, kesesuaian kompetensi dengan deskripsi kerja, fleksibilitas kerja, hubungan karyawan dengan tempat kerja dan hubungan karyawan dengan rekan kerja. Penelitian juga menunjukkan bahwa pustakawan tidak puas akan penghargaan yaitu gaji dan tunjangan. 2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barbara J. Kreisman yang berjudul “Insights Into Employee Motivation, Commitent and Retention” menyebutkan bahwa terdapat studi yang dilakukan dan menjelaskan bahwa manager ataupun supervisor memiliki kekuatan untuk mengurangi turnover yang tidak diinginkan, karena faktor yang memicu kepuasan dan komitmen dari karyawan berasal dari control manager itu sendiri (SUMBER). Dimana faktor-faktor tersebut termasuk memberikan pengakuan, umpan balik, kesempatan untuk belajar dan berkembang, kompensasi yang adil yang merefleksikan kontribusi dari karyawan dan nilai terhadap organisasi, lingkungan kerja yang nyaman. Diantara hal-hal tersebut, yang memegang peranan 31 penting adalah pengakuan dan menghargai keunikan terhadap kompetensi dan kebutuhan setiap individu yang merupakan faktor dari motivasi. Peran manager menjadi semakin penting, karena manager dapat bertindak sebagai catalyst, yaitu seseorang yang dapat mencapai dan mengeluarkan talenta yang dimiliki oleh karyawan dan menampilkannya dalam suatu peforma. Turnover merupakan proses yang terjadi secara perlahan-lahan, dimana karyawan menemukan apa yang diinginkan oleh organisasi tempatnya bekerja, dan seperti apa hubungannya dengan organisasi tersebut. Retensi mucul ketika perusahaan secara representative menentukan posisi yang akan diisi, berlanjut selama proses interview dan tahap hiring dan dikuatkan pada saat orientasi karyawan baru. Secara singkat, job description, recruitment, selection, employee orientation adalah fondasi dari retensi. Faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap keberhasilan organisasi dalam mempertahankan karyawanya adalah : pengembangan karir, lingkungan pekerjaan, keseimbangan hidup atau pekerjaan, performa manajemen, dan manajemen team. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Afwan Hariri (Faktor-Faktor Motivasional dalam Kepuasan Kerja Karyawan; Sebuah Kerangka Konseptual) mengatakan wilayah kajian tentang kepuasan kerja karyawan masih sangat luas dan sangat bermanfaat bagi perkembangan praktik pengembangan sumber daya manusia pada organisasi dalam menghadapi tantangan yang semakin kompetitif. Manfaat operasioanl dari kajian-kajian tentang kepuasan kerja adalah teridentifikasinya faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi kepuasan kerja. Sehingga organisasi dapat menciptakan kondisi-kondisi motivasional terhadap SDM yang dimilikinya dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja yang berorientasi pada peningkatan prestasi kerja dan komitmen karyawan. 32 2.6 Hipotesis Hipotesis pertama yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan 1 adalah sebagai berikut: Ho : Motivasi tidak berpengaruh terhadap retensi karyawan pada PT Multipolar Technology Ha : Motivasi berpengaruh terhadap retensi karyawan pada PT Multipolar Technology Hipotesis kedua yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan 2 adalah sebagai berikut: Ho : Pengembangan karir tidak berpengaruh terhadap retensi karyawan pada PT Multipolar Technology Ha : Pengembangan karir berpengaruh terhadap retensi karyawan pada PT Multipolar Technology Hipotesis ketiga yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan 3 adalah sebagai berikut: Ho : Motivasi dan pengembangan karir tidak berpengaruh terhadap retensi karyawan pada PT Multipolar Technology Ha : Motivasi dan pengembangan karir berpengaruh terhadap retensi karyawan pada PT Multipolar Technology 33 2.7 KERANGKA PEMIKIRAN Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Motivasi (X1) • Employee Needs • Organizational Incentives • Perceptual Outcomes Pengembangan Karir (X2) Retensi Karyawan (Y) • Komponen Organisasional • Peluang Karir Organisasional • Penghargaan • Prestasi Kerja • Rancangan Tugas dan Pekerjaan • Eksposure • Hubungan Karyawan • Jaringan Kerja • Kesetiaan Terhadap Organisasi • Peluang Untuk Tumbuh • Dukungan Departemen SDM • Peran Pimpinan Organisasi