PERANANINDUSTRIMIKRO DAN KECIL (IMK) TERHADAPSEKTOR PENGOLAHANDI INDONESIA (Skripsi) Oleh : Kadek Siantiani FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 ABSTRACT The Role of Micro and Small Industries (IMK) On Processing Sector In Indonesia By Kadek Siantiani This research is to analyze the role of micro and small industries (IMK) on processing sector in Indonesia. It usesdescriptive quantitative analysis method and statistical analysis to understand the correlation between calculation results and research theories. It uses the E-views 9 as the analysis tool, and panel data regression analysis with fixed effect model as the analysis model. Its data uses the secondary data of the processing sector of GNP, number of IMK’s business units, IMK’s workforces, the export of IMK, and IMK’s capital from 2011-2015.The analysis result using panel data regression method shows that the variables of the number of IMK’s business unit, IMK’s workforces, IMK’s exports, and IMK’s capitals are mutually influencing the growth of processing industry. This research also produce the data that the variables of the number of IMK’s business unit, IMK’s exports, and IMK’s capitals influence positively on the growth of processing industries, while the variable of IMK’s workforces influences negatively on the growth of processing industries in Indonesia. Keywords: Exports IMK, IMK’s Capital, IMK’s Workforces, Micro and Small Industries, Number of IMK’sBusiness Unit and Processing Industries. ABSTRAK Peran Industri Mikro dan Kecil (IMK) Terhadap Sektor Pengolahan di Indonesia Oleh Kadek Siantiani Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran Industri Mikro dan Kecil (IMK) terhadap sektor pengolahan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, kuantitatif serta analisis statistik untuk mengetahui keterkaitan hasil perhitungan dengan teori-teori penelitian. Alat analisis yang digunankan adalah E-views 9, model analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan fixed effect model. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa PDB sektor pengolahan, jumlah unit usaha IMK, tenaga kerja IMK, ekspor IMK dan modal IMK dari tahun 2011-2015.Hasil analisis dengan menggunakan metode regresi data panel menunjukkan bahwa variabel jumlah unit usaha IMK, tenaga kerja IMK, ekspor IMK dan modal IMK secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan industri pengolahan.Penelitian ini juga menghasilkan data bahwajumlah unit usaha IMK, ekspor IMK dan Modal IMK berpengaruh positif terhadap pertumbuhan industri pengolahan. Sedangkan variabel tenaga kerja IMK berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Indonesia. Kata Kunci : Ekspor IMK dan Modal IMK, Industri Mikro dan Kecil, Industri Pengolahan, Jumlah Unit UsahaIMK, Modal IMK, dan Tenaga KerjaIMK, PERANANINDUSTRIMIKRO DAN KECIL (IMK) TERHADAPSEKTOR PENGOLAHANDI INDONESIA Oleh Kadek Siantiani Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI Pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Kadek Siantiani lahir di desa Karang Anyar Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan tanggal 11 Agustus 1994, sebagai anak ke dua dari empat bersaudara. Buah hati dari pasangan Bapak Made Sukarya dan Ibu Ketut Suweni. Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri 1 Karang Anyar Kecamatan Semendawai Timur pada tahun 1999 diselesaikan pada tahun 2005 dan dilanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Semendawai Timur pada tahun 2005 diselesaikan pada tahun 2008 dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) Xaverius 1 Belitang Sumatera Selatan pada tahun 2008 dan diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis sempat menempuh Pendidikan Pramugari dan Staff Penerbangan (PPSP) di Palembang dan sempat bekerja sebagai staffticketing di PT. Merpati Nusantara Airlines. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Pada awal tahun 2016 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sido Mekar, Kecamatan Gedung Aji Baru, Kabupaten Tulang Bawang selama 60 hari. Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis aktif mengikuti kegiatan mahasiswa pada Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM). PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Allah SWT. Sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Alhamdullilahirobbil’alamiin. Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orangtuaku tercinta bapak Made Sukarya dan mama Ketut Suweni, terimakasih atas do’a dan dukungannya yang selama ini diberikan untuk kelancaran skripsi ini. Untuk suamiku tercinta Akhmad Junaidi. S.T.,M.T dan untuk anakku tercinta Karen Amalia Putri, terimakasih atas do’a, dukungan dan cinta yang tak pernah putus. Terimakasih untuk dadong (nenek) kakakku Wayan Wisna Wati dan adikku Nyoman Misdiana dan Ketut Nikola Saputra untuk do’a dan dukungannya. Dosen-dosen seta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan, do’a dan dukungannya yang menambahkan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Almamater tercinta, jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Terima Kasih MOTTO “Jangan membuang waktu sedetik pun dalam penyesalan, karena menyesali kekeliruan di masa sama saja dengan menularkan kembali kesalahan itu pada diri sendiri.” ( Seville Goddard) “Dalam situasi yang berantakan, temukan kesederhanaan. Dalam pertikaian, temukan keselarasan. Dalam kesulitan terdapat peluang.” (Albert Einstein) “Keberhasilan yang besar datang dari pemikiran yang tenang dan jiwa yang besar” (Kadek Siantiani) SANWACANA Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul “Peranan Industri Mikro dan Kecil (IMK) Terhadap Sektor Pengolahan di Indonesia” aalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Nairobi, S.E.,M.Si., selaku Ketua jurusan Ekonomi Pembangunan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi. Terimaksih yang sebesarbesarnya atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi. 3. Ibu Emi Maimunah, S.E.,M.Si., selaku Sekertaris jurusan Ekonomi Pembangunan. 4. Ibu Dr. Arivina Ratih, S.E.,M.M selaku penguji 1 atas kesediaannya membimbing dan memberikan kritik serta saran dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Ibu Zulfa Emalia, S.E.,M.Sc selaku penguji II atas kesediaannya membimbing dan memberikan arahan, kritik serta saran dalam penyelesaian skripsi ini 6. Bapak Asrian Hendi Cahya, S.E., selaku pembimbing akademik atas kesediannya dalam meluangkan waktu selama masa perkuliahan. 7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu dan pelajaran dengan baik. 8. Seluruh staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, yang telah membantu dalam kelancaran skripsi ini. 9. Orangtuaku tercinta yang tidak pernah lelah mendo’akan, memberikan semangat dan dukungan. Berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan kebahagiaan untuk Orangtuaku tercinta. 10. Suamiku dan anakku yang sangat luar biasa, semangat dan motivasi dari kalian adalah anugrah terindah. Semoga kesehatan dan kebahagiaan berlimpah untuk kalian. 11. Kakaku tercinta Wayan Wisa Wati serta kedua adikku tersayang Nyoman Misdiana dan Ketut Nikola Saputra, semoga kesuksesan menyertai kalian. 12. Terimakasih kepada seluruh keluarga besarku atas do’a dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini. 13. Sahabat-sahabat terbaikku yang berjuang bersama-sama dari pertamakali kita saling mengenal 17 Agustus 2012 sampai detik ini. Dewi Anggraini, S.E, Elvera Aulia,S.E dan Viola Carera,S.E. Semoga apa yang kita usahakan berbuah manis dan semoga apa yang kita impi-impikan dapat terwujud Amin. 14. Teman-teman seperjuangan skripsi 2012. Anita, Deri, Mamet, Efran, Budi, Elvera, Viola, Kiting, Acong, Boli, Lorentina, Efran, Paul dan lainnya yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Semoga kedepannya kita semakin sukses, bisa memberikan karya terbaik untuk bangsa dan negara. Amin. 15. Teman-teman seperjuangan skripsi 2013. Maei, Tribuana, Hana, Happy, Ineke, Wiwit, Isti, Nurhalimah, Sri, Siska dan lainnya yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Semoga kita semakin sukses. Amin 16. Keluarga besar KKN desa Sido Mekar, Anisa Arahmah, Aplia Eka Dewi, Riska Khoirunisa, Niko Prianggoro, Edgar Sidgarlaki, Oriza Arkana Putra. Terimak kasih, kalian luar biasa. 17. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih yang luar biasa. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, 01 Agustus 2017 Penulis, Kadek Siantiani DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v I. PENDAHULUAN A. B. C. D. E. II. Latar Belakang ..................................................................................... Masalahan dan Rumusan Masalah ....................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................. Manfaat Penelitian ............................................................................... Sistematika Penulisan .......................................................................... 1 9 9 10 10 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Teori ...................................................................................... 1. Pertumbuhan Ekonomi............................................................. a. Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi ............................. b. Teori Umum Pertumbuhan................................................. 1) Sisi Permintaan Agregat (AD) ..................................... 2) Sisi Penawaran Agregat (AS)....................................... 2. Industri Pengolaham................................................................. 3. Definisi IMK ............................................................................ a. Peran Penting IMK............................................................. b. Faktor Penghambat dan Pendorong IMK.......................... c. Aspek Permodalan IMK..................................................... 4. Tenaga Kerja ............................................................................ 5. Ekspor ..................................................................................... B. Tinjauan Empiris................................................................................ C. Kerangka Pemikiran........................................................................... D. Hipotesis ............................................................................................ 12 12 14 16 17 18 18 20 21 22 25 27 30 33 36 38 ii III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. IV. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... Batasan Operasional Variabel .............................................................. Metode Analisi ..................................................................................... Prosedur Analisis Data ......................................................................... 1. Regresi Data Panel ......................................................................... a. Pendekatan Common Effect ..................................................... b. Pendekatan Fixed Effect........................................................... c. Pendekatan Random Effect....................................................... 2. Pemilihan Regresi Data Panel........................................................ a. Uji Chow .................................................................................. b. Uji Hausman ............................................................................ 3. Pengujian HIpotesis ....................................................................... a. Uji t .......................................................................................... b. Uji F ......................................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian .................................................................................... 1. Pemilihan Merode Estimasi ..................................................... a. Uji Chow (Common Effect vs Fixed Effect)....................... b. Uji Hausman (Fixed Effect vs Random Effect) .................. 2. Hasil Analisis Fixed Effect Model ........................................... 3. Pengujian Hipotesis.................................................................. a. Uji t .................................................................................... b. Uji F ................................................................................... B. Interpretasi dan Hasil Penelitian .......................................................... V. 39 39 40 42 43 43 45 45 46 48 48 49 50 52 54 56 56 57 58 59 60 60 61 62 SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan............................................................................................... B. Saran .................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 73 74 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Kontribusi Industri Non-Migas Terhadap PDB ......................................... 1.2 Perkembangan Ekspor IKM Tahun 2011-2015 ......................................... 3.1 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia............................................. 3.2 Batasan Operasional Variabel .................................................................... 4.1 Hasil Uji Chow .......................................................................................... 4.2 Hasil Uji Hausman ..................................................................................... 4.3 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Fixed Effect Model ............................. 4.4 Hasi Uji t Statistik ...................................................................................... 4.5 Hasil Uji F Statistik.................................................................................... 4.6 Nilai Coefficient Individual Effect ............................................................. 2 7 40 41 57 58 59 60 62 62 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Fungsi Produksi............................................................................................... 16 2.2 Permintaan Agregat dan Penawaran Agregat Dalam Posisi Ekonomi Makro yang Seimbang ................................................................................................ 17 2.3 Kerangka Pemikiran........................................................................................ 36 4.1 Jumlah Usaha IMK Beberapa Provinsi di Indonesia ...................................... 65 4.2 Kurva The Low of Diminishing Products ....................................................... 68 4.3 Persentase Jenis Kesulitan Utama yang Dialami IMK 2015 .......................... 69 4.4 Persentase Jenis Kesulitan Utama yang Dialami IMK 2015 .......................... 71 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Data Penelitian (Data Tahunan, Y, X1, X2, X3, X4).............................. Hasil estimasi regresi pooled least square ............................................ Hasil estimasi regresi berganda uji chow.............................................. Hasil estimasi regresi berganda uji hausman ........................................ Hasil estimasi regresi berganda model pendekatan efek tetap (fixed effect)........................................................................................... 6. Tabel t-statistik...................................................................................... 7. Tabel distribusi f statistik untuk a = 0.05................................................ 8. Tabel chi-square ...................................................................................... 1. 2. 3. 4. 5. Halaman L1 L4 L5 L6 L7 L8 L10 L12 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan suatu negara yang ditunjukkan melalui tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Dimana PDB tersebut dibagi kedalam 17 kategori lapangan usaha yaitu: (1) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Pengadaan Listrik dan Gas, (5) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (6) Konstruksi, (7) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (8) Transportasi dan Pergudangan, (9) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (10) Informasi dan Komunikasi, (11) Jasa Keuangan dan Asuransi, (12) Real Estat, (13) Jasa Perusahaan, (14) Administrasi Pemerintahan; Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, (15) Jasa Pendidikan, (16) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan (17) Jasa lainnya. Setiap kategori tersebut dirinci lagi menjadi subkategori (BPS, 2016). Bedasarkan data statistik BPS tahun 2016 dari 17 kategori lapangan usaha terdapat tiga kategori usaha sebagai penyumbang terbesar PDB di Indonesia yakni: (1) Industri Pengolahan, (2) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, (3) Perdagangan besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Industri pengolahan menjadi salah satu sektor penyumbang terbesar PDB di Indonesia, hal 2 Ini antara lain karena permintaan produk barang jadi atau setengah jadi yang semakin meningkat. Sektor industri merupakan sektor yang sangat berperan terhadap perekonomian Indonesia pada tahun 1991 selama pembangunan jangka pendek 1 telah mengalami perubahan struktur perekonomian yang pada awalnya berbasis sektor pertanian menjadi sektor industri. Di dalam pelaksanaannya, sektor industri pengolahan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya yaitu nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja, dan kemampuan untuk menciptakan nilai tambah dari setiap input atau bahan dasar yang diolah. Sektor industri pengolahan di Indonesia memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tinggi, dan nilai investasi yang tertanam cukup besar.(Gema, 2012) Tabel 1.1. Kontribusi Industri Pengolahan Terhadap PDB (%) No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014* (1) (2) (3) (4) (5) (6) Industri Makanan dan 1 5,24 5,31 5,14 5,32 Minuman Industri Pengolahan 2 0,92 0,92 0,86 0,91 Tembakau Industri Tekstil dan 3 1,38 1,35 1,36 1,32 Pakaian Jadi Industri Kulit, Barang dari 4 0,28 0,25 0,26 0,27 Kulit dan Alas Kaki Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan 5 Barang Anyaman dari 0,76 0,70 0,70 0,72 Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan 6 0,96 0,86 0,78 0,80 dan Reproduksi Media Rekaman 2015** (7) 5,61 0,94 1,21 0,27 0,67 0,76 3 Lanjutan Tabel 1.1 No. (1) Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014* (2) (3) (4) (5) (6) Industri Kimia, Farmasi 7 1,59 1,67 1,65 1,70 dan Obat Tradisional 8 Industri Karet, Barang dari 0,92 0,89 0,80 0,76 Karet dan Plastik Industri Barang Galian 9 0,71 0,73 0,73 0,73 bukan Logam 10 Industri Logam Dasar 0,80 0,75 0,78 0,78 Industri Barang Logam; Komputer, Barang 11 1,81 1,89 1,95 1,87 Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik Industri Mesin dan 12 0,30 0,29 0,27 0,31 Perlengkapan 13 Industri Alat Angkutan 1,98 1,93 2,02 1,96 14 Industri Furnitur 0,28 0,26 0,26 0,27 Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi 15 0,20 0,19 0,17 0,18 dan Pemasangan Mesin dan Peralatan 18,13 17,99 17,72 17,89 Total Keterangan: * Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara Sumber : Statistik Kementrian Perindustrian 2015** (7) 1,81 0,74 0,72 0,78 1,96 0,32 1,91 0,27 0,18 18,18 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari 23 klasifikasi yang tergabung dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI) tahun 2009 dimana pada PDB industri pengolahan hanya menampillkan 15 klasifikasi. Posisi penyumbang PDB sektor pengolahan tertinggi dari tahun 2011-2015 adalah sektor makanan dan minuman, sedangkan industri dengan kontribusi paling rendah adalah industri reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan. Menurut data statistik dari Kementrian Perindustrian, industri makanan dan minuman merupakan industri dengan jumlah unit usaha terbanyak pada tahun 2015 dibandingkan dengan industri lainnya, yaitu sebesar 1.614.149 unit usaha makanan dan minuman. 4 Usaha makanan dan minuman adalah salah satu sektor usaha yang sebagian besar pelakunya berasal dari sektor Industri Mikro dan Kecil (IMK). Kedudukan sektor IMK semakin berkembang sejalan dengan perubuhan sektor perekonomian di Indonesia yang beralih dari sektor pertanian beralih menjadi sektor industri. Pasca krisis yang melanda Indonesia pada tahun 2008, sektor industri mikro dan kecil tetap bertahan menghadapi krisis. Hal ini terbukti dengan semakin berkembangnya jumlah unit usaha pada sektor industri mikro dan kecil. Industri mikro dan kecil mempunyai peranan yang besar dalam pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, penyediaan barang dan jasa, serta penanggulangan kemiskinan. Selain itu, industri mikro dan kecil mampu menjadi jembatan dalam menghadapi ketimpangan ekonomi sehingga dapat memberikan dampak yang positif terhadap pemerataan distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi di Indonesia. Hal lain ditunjukkan oleh industri berskala besar yang cenderung mengalami keterpurukan. Adapun alasan-alasan IMK dapat bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis yaitu karena: pertama; sebagian besar IMK memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yangrendah. Kedua; sebagian besar IMK mempergunakan modal sendiri dan tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya pada masa krisis keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga tidak berpengaruh terhadap IMK. Ketiga; dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal banyak memberhentikan pekerjanya. Sehingga para penganggur tersebut memasuki sektor informal dengan melakukan kegiatan usaha yang berskala kecil, yang berakibat pada meningkatnya jumlah IMK (Partomo dan Soejodono, 2004). 5 Proses pembanguan pada sektor industri merupakan sebuah langkah awal untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembanguan industri merupakan satu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat. Sektor industri diyakini mampu memimpin sektor-sektor lain menuju kesejahteraan dan kemajuan dalam perekonomian. Produk-produk industri selalu memiliki nilai tukar dan nilai tambah yang tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lain (Arsyad, 1997). Berdasarkan data BPS tahun 2014, pada tahun 2011 jumlah industri mikro dan kecil di Indonesia sebesar 3 juta unit usaha. Angka ini meningkat hingga 3,73 juta unit usaha pada tahun 2015. Peningkatan pertumbuhan jumlah unit usaha pada sektor industri mikro dan kecil tidak terlepas dari peranan para pelaku ekonomi, yakni pemerintah yang berperan dalam memberikan kebijakan dan masyarakat sendiri yang berperan sebagai pencipta pasar dalam perekonomian. Bertambahnya jumlah unit usaha baru pada sektor industri mikro dan kecil mampu memicu dalam penyerapan tenaga kerja sehingga mampu mengurangi pengangguran. Tumbuhnya kegiatan ekonomi akan membuka lapangan pekerjaan, memberikan nilai tambah ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat (Prasetyia, 2011). Rendahnya faktor produksi tenaga kerja di Indonesia menjadi permasalah yang harus dihadapi Indonesia sebagai negara berkembang. Masalah lain yang dihadapi tenaga kerja Indonesia adalah rendahnya kemampuan dalam membaca peluang dan mengeluarkan ide dalam berusaha sehingga sering menjadi permasalah yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Industri mikro dan kecil di Indonesia sangat penting terutama dalam penyerapan tenaga kerja pada sektor informal. Hal ini karena Indonesia memiliki 6 sumberdayamanusia yang berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang besar, selain itu industri besar tidak sanggup menyerap semua pencari kerja. Ketidaksanggupan industri besar dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar disebabkan karena pada umumnya industri bersakala besar relatif padat modal, sedangkan industri mikro dan kecil relatif padat karya. Penelitian Raselawati (2011) menunjukkan bahwa tenaga kerja UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekomomi pada sektor UKM di Indonesia dengan tanda yang positif, hal ini menyiratkan jumlah tenaga kerja yang ada tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa bertambahnya penduduk setiap tahunnya melalui kelahiran dan migrasi penduduk di suatu negara, mengakibatkan bertambahnya angkatan kerja yang berarti bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan adanya keterbatasan lapangan pekerjaan mengakibatkan adanya perbedaan antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja. Dampak dari pertumbuhan sektor industri mikro dan kecil diharapkan selalu positif. Indikator perkembangan industri mikro dan kecil juga dilihat dari ekspor pada sektor industri mikro dan kecil. Selain perdagangan dalam negeri, perdagangan luar negeri juga dapat memberikan kesempatan dalam memperluas pasar dan memasarkan hasil-hasil industri. Selain itu dengan adanya perdagangan luar negeri, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang ada di negara lain dapat dikembangkan di Indonesia. Berikut dijelaskan perkembangan ekspor sektor IMK di indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015: 7 Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor IMK Tahunan 2011-2015 (Rp Milyar) TAHUN NO KLBI 2011 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Makanan dan Minuman 301 322 303 338 2 Pengolahan Tembakau 10 8 9 10 3 Tekstil dan Pakaian Jadi 143 143 145 146 Kulit, Barang dari Kulit dan Alas 4 57 44 48 51 Kaki Kayu, Gabus (Tidak Termasuk 5 Furniture) dan Anyaman dari 42 39 41 45 Bambu dan Rotan Kertas dan Barang dari Kertas; 6 58 63 65 63 Percetakan dan reproduksi media Bahan Kimia dan Barang dari 7 Bahan Kimia; Farmasi, Produk 124 134 136 145 Obat Kimia dan Obat Tradisional Karet, Barang dari Karet dan 8 78 135 122 96 Plastik 9 Barang Galian Bukan Logam 10 11 11 10 Logam Dasar; Barang Logam, 10 94 120 109 112 Bukan Mesina; 11 Komputer, Barang Elektronik dan 137 178 167 165 Optik; Peralatan Listrik 12 Mesin dan Perlengkapan 34 35 40 39 Kendaraan Bermotor, Trailer dan 13 Semi Trailer; Alat angkutan 80 71 69 72 Lainnya 14 Furniture 18 20 19 20 Pengolahan Lainnya; Jasa 15 Reparasi dan Pemasangan Mesin 70 23 25 48 dan Peralatan Sumber: Diolah Berdasarkan Data Kementrian Perindustrian, 2015 2015 (7) 303 10 140 55 44 61 110 81 10 98 138 32 71 19 60 Tabel 1.2 menjelaskan bahwa perkembangan ekspor sektor industri mikro dan kecil dari tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Ekspor tertinggi berada pada tahun 2014 dengan ekspor total 1.360 Milyar. Sektor yang melakukan perdagangan luar negeri paling besar adalah sektor industri makanan dan minuman, sedangkan sektor yang melakukan perdagangan luar negeri paling rendah adalah sektor industri pengolahan tembakau. 8 Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, peranan sektor luar negeri sangatlah penting untuk meningkatkan kapasitas produksi yang ada di dalam negeri. Perdagangan luar negeri dapat memperluas pasar dan memungkinkan negara yang mengekspor memperoleh keuntungan serta pendapatan nasional akan naik sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian Pridayanti (2014) menyatakan bahwa ekspor berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini menyiratkan bahwa kenaikan ekspor akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Sutawijaya dan Zulfahmi (2010) yang menyatakan bahwa ekspor non-migas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tanda yang positif, hal ini juga menyiratkan bahwa ekspor mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian empiris tersebut menunjukkan pengaruh ekspor industri mikro dan kecil terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor industri mikro dan kecil di Indonesia perlu untuk diteliti. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan menganalisis tentang “Peranan Industri Mikro dan Kecil (IMK) Terhadap Sektor Pengolahan di Indonesia”. Di mana dalam penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series) yaitu dari tahun 2011-2015 dan data individual (cross section) berupa data klasifikasi industri mikro dan kecil berdasarkan data KLBI. Mengingat data yang digunakan adalah gabungan antara data runtun waktu dan data individual, maka penelitian ini akan menggunakan pendekatan data panel (pooled data). 9 B. Masalah dan Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh jumlah unit usaha IMK terhadap sektor pengolahan di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh tenaga kerjaIMK terhadap sektor pengolahan di Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh ekspor IMK terhadap sektor pengolahan di Indoneisa? 4. Bagaimana pengaruh modal IMK terhadap sektor pengolahan di Indonesia? 5. Bagaimana pengaruh jumlah unit usaha IMK, tenaga kerja IMK, ekspor IMK dan modal IMK secara bersama-sama terhadap sektor pengolahan di Indonesia? C. Tujuan Penelitian Dari serangkaian permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk menganalisis pengaruh jumlah unit usaha IMK terhadap sektor pengolahan di Indonesia. 2. Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja IMK terhadap sektor pengolahan di Indonesia. 3. Untuk menganalisis pengaruh ekspor IMK terhadap sektor pengolahan di Indonesia. 10 4. Untuk mengetahui pengaruh modal IMK terhadap sektor pengolahan di Indonesia. 5. Untuk menganalisis pengaruh jumlah unit usahaIMK, tenaga kerjaIMK, eksporIMKdan modal IMK secara bersama-sama terhadap sektor pengolahan di Indonesia. D. Manfaat Penelitian Dengan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, manfaat yang ingin disajikan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis sebagai salah satu syarat kelulusan Strata 1 (S1) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung. 2. Bagi pemerintah sebagai sumber kajian baru tentang pertumbuhan ekonomi melalui peran ekonomi sektor IMK. 3. Bagi pembaca sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi sektor IMK. E. Sitematika Penulisan Penelitian ini dikembangkan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1 dibahas mengenai latar belakang mengapa penulis mengambil penelitian ini, selanjutnya penulis merumuskan masalah, mengambil tujuan, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan dari penelitian yang akan dilakukan penulis. 11 BAB 2 DASAR TEORI Pada bab 2 dibahas mengenai tinjauan teori dari penelitian. Teori-teori dari penelitian ini berupa konsep IMK, tenaga kerja, Investasi, ekspor, teori pertumbuhan ekonomi klasik dan peran IMK dalam pertumbuhan ekonomi. Lalu akan dibahas pula tinjauan empiris yang berisi tentang penelitian sebelumnya. BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab 3 dibahas mengenai metode penelitian, dimana dalam metode penelitian akan dipaparkan jenis data dan sumber data, batasan operasional variabel, metode analisis, dan prosedur analisis data yang digunakan. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab 4 akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan dari hasil yang diperoleh, bagaimana hasil dan interpretasinya serta pengujiannya. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Pada bab 5 akan dibahas mengenai simpulan dan saran. Kesimpulan apa yang diperoleh dari penelitian, lalu saran apa yang akan diberikan untuk memberikan masukan agar penelitian ini bisa dilanjutkan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Teoritis 1. Pertumbuhan Ekonomi Secara ekonomi, ada beberapa cara untuk menghitung pertumbuhan ekonomi, baik dilihat dari sisi permintaan maupun dilihat dari sisi penawaran. Apabila dari sisi permintaan (demand) yaitu dengan memperhitungkan komponen-komponen makro ekonomi berupa konsumsi, investasi, ekspor dan impor sedangkan dari sisi penawaran (supply) dengan memperhitungkan nilai tambah setiap sektor dalam produksi nasional. Perekonomian dibagi menjadi tiga sektor besar, yaitu primer, sekunder dan jasa-jasa (tersier). Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui indikator perkembangan PDB atau PNB dari tahun ke tahun. Adapun cara menghitung laju pertumbuhan dilakukan dengan tiga metode yaitu, cara tahunan, cara rata-rata setiap tahun, dan cara compounding factor. Pengukuran pertumbuhan ekonomi secara konvensional biasanya dengan menghitung peningkatan presentase dari Produk Domestik Bruto (PDB). PDB mengukur pengeluaran total dari suatu perekonomian terhadap berbagai barang dan jasa yang baru diproduksi pada suatu saat atau tahun serta pendapatan total yang diterima dari adanya seluruh produksi barang dan jasa tersebut atau secara 13 lebih rinci, PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara dalam kurun waktu tertentu (Suparmoko, 2002). Pertumbuhan biasanya dihitung dalam nilai riil dengan tujuan untuk menghilangkan adanya inflasi dalam harga dan jasa yang diproduksi sehingga PDB riil mencerminkan perubahan kuantitas produksi. Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Sukirno 2004, yaitu Pendapatan Nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai dalam satu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Maka ia mempunyai peranan penting dalam menggambarkan (i) tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai, dan (ii) perubahan pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Produk nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerapkan tentang nilai barangbarang dan jasa-jasa yang diproduksikan suatu negara dalam suatu tahun tertentu. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. 14 a. Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Para ekonom aliran neo klasik yang telah mempelajari gejala pertumbuhan ekonomi, melihat bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Mankiw (2006) Penawaran barang dalam model Solow didasarkan pada fungsi produksi yang sudah dikenal, yang menyatakan bahwa output bergantung pada persediaan modal dan angkatan kerja. Y = F(K,L) Model pertumbuhan Solow mengasumsikan bahwa fungsi produksi melalui skala pengembalian konstan atau skala hasil konstan (constant returns to scale). Asumsi ini sering dianggap realistis, seperti akan kita lihat berikut ini, asumsi inimembantu untuk mempermudah analisis. Ingatlah bahwa fungsi produksi memiliki skala pengembalian konstan jika ZY = F(ZK,ZL ) Dengan z bernilai positif. Jika kita mengalikan modal dan tenaga kerja dengan z, kita juga mengalikan jumlah output dengan z. Fungsi produksi dengan skala pengembalian konstan memungkinkan kita menganalisis seluruh variabel dalam perekonomian dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja. Untuk melihat kebenarannya, gunakan z = 1/L dalam persamaan di atas untuk mendapatkan Y/L = F(K/L,1) Persamaan ini menunjukkan bahwa jumlah output per pekerja Y/L adalah fungsi dari jumlah modal per pekerja K/L. (Angka “1” adalah, tentu saja, konstansehingga bisa dihilangkan asumsi skala pengembalian konstan menunjukkan bahwa besarnya perekonomian sebagaimana diukur oleh jumlah 15 pekerja tidak mempengaruhi hubungan antara output per pekerja dan modal per pekerja. Karena besarnya perekonomian tidak menjadi masalah, maka cukup beralasan untuk menyatakan seluruh variabel dalam istilah per pekerja. Kita nyatakan hal ini dengan huruf kecil, sehingga y = Y/L adalah output per pekerja, dan k = K/L adalah modal per pekerja selanjutnya kita bisa menulis fungsi produksi sebagai: y =f (k) Di mana kita definisikan f (k) = F (k,1). Gambar 2.1 menunjukkan fungsi produksi ini, ketika jumlah modal meningkat, kurva fungsi produksi menjadi lebih datar, yang mengindikasikan bahwa fungsi produksi mencerminkan produk marjinal modal yang kian menurun. Ketika k rendah, rata-rata pekerja hanya memiliki sedikit modal untuk bekerja, sehingga satu unit modal tambahan begitu berguna dan dapat mempeeroduksi banyak output tambahan. Ketika k tinggi, rata-rata pekerja memiliki banyak modal, sehingga satu unit modal tambahan hanya sedikit meningkatkan produksi. Fungsi produksi menunjukkan bagaimana jumlah modal per pekerja k menentukan jumlah output per pekerja y = f (k). Kemiringan fungsi produksi adalah produk marjinal modal: jika k meningkat 1 unit, y meningkat sebesar MPK unit. Fungsi produksi menjadi lebih datar ketika k naik, yang menunjukkan penurunan produk marjinal modal. Fungsi produksi menunjukkan bagaimana jumlah modal per pekerja y = f (k). kemiringan fungsi produksi adalah produk marjinal modal: jika k meningkat 1 unit, y meningkat sebesar MPK unit. Fungsi produksi menjadi lebih datar ketika k naik, yang menunjukkan penurunan produksi marjinal modal. 16 Output per pekerja, y Output, f(k) MPK 1 Modal per pekerja, k Gambar 2.1 Fungsi Produksi Kemiringan dari fungsi produksi ini menunjukkan berapa banyaknya output tambahan yang dihasilkan seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit modal tambahan. Angka yang diperoleh merupakan produk marjinal modal MPK. b. Teori Umum Pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi permintaan agregat dan sisi penawaran agregat. Seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.2, titik perpotongan antara kurva permintaan agregat dan kurva penawaran agregat adalah titik keseimbangan ekonomi (equilibrium) yang menghasilkan suatu jumlah output agregat (PDB) tertentu dengan tingkat harga umum tertentu.Output agregat yang dihasilkan selanjutnya membentuk pendapatan nasional. Apabila pada periode awa (t = 0) aoutput adalah Y, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah pada periode beriktnya Output = Y1, di mana Y1 > Y0. 17 Sumber: Tambunan, 2011 Gambar 2.2 Permintaan Agregat dan Penawaran Agregat Dalam Posisi Ekonomi Makro yang Seimbang Melalui analisis gambar ini bisa dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi bisa disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS1) sepanjang kurva permintaan (bagian A) atau pergeseran kurva permintaan (AD1) sepanjang kurva penawaran (bagian B). 1) Sisi Permintaan Agregat (AD) Dari sisi permintaan agregat, pergeseran kurva AD ke kanan yang mencermin naiknya permintaan di dalam ekonomi bisa terjadi karena pendapatannasional yang terdiri atas permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan danpemerintah yang meningkat. Sisi permintaan agregat (penggunaan PDB) terdiriatas empat komponen utama yakni konsumsi rumah tangga (C), investasidomestik bruto (pembentukan modal tetap dan perubahan stok) dari sektor swastadan pemerintah (Ib), konsumsi atau pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor neto,yaitu ekpor barang dan jasa (X) minus impor barang dan jasa (M). Sisi permintaanagregat di 18 dalam suatu ekonomi bisa digambarkan dalam suatu model ekonomi makro sederhana sebagai berikut : Y = C + Ib + G + X – M 2) Sisi Penawaran Agregat (AS) Ada dua dua aliran pemikiran mengenai pertumbuhan ekonomi di lihatdari sisi penawaran agregat, yakni teori neoklasik dan teori modern. Dalamkelompok teori neoklasik, faktor-faktor produksi yang dianggap sangatberpengaruh terhadap pertumbuhan output adalah jumlah tenaga kerja dan kapital.Kapital bisa dalam bentuk finance atau barang modal. Penambahan jumlah tenagakerja dan kapital dengan faktor-faktor lain, seperti tingkat produktivitas darimasing faktor produksi tersebut atau secara keseluruhan tetap, akan menambahoutput yang dihasilkan. Sedangkan dalam kelompok teori modern, faktor-faktor produksi yangdianggap krusial tidak hanya tenaga kerja dan modal tetapi juga perubahanteknologi (yang terkandung dalam barang modal), energi, enterpreneurship, bahanbaku dan material. Selain itu, faktor-faktor lain yang oleh teori-teori modern jugadianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah ketersediaandan kondisi infrastruktur, hukum, serta peraturan (the rule of law), stabilitaspolitik, kebijakan pemerintah, birokrasi dan dasar nilai tukar internasional(Tambunan, 2001). 2. Industri Pengolahan Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi 19 adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembanganteknologi, inovasi spesialisasi, dalam produksi dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita mendorong perubahan struktur ekonomi. Industrialisasi sering juga diartikan sebagai suatu proses modernisasi ekonomi yang mencakup semua sektor ekonomi yang ada, yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan industri manufaktur (Tambunan, 2001). Menurut Sukirno (2006), industri adalah suatu kegiatan pengolahan bahan mentah atau setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Secara umum, industi merupakan kumpulan perusahaan yang memproduksi barang sejenis atau homogen, perusahaan tersebut mengolah barang mentah menjadi barang jadi yang mempunyai nilai tambah. Sedangkan yang dimaksud industri pengolahan adalah suatu kegaitan ekonomi yang melakukan kegiatan merubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir, termasuk jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling). Klasifikasi industri yang digunakan dalam survei industri pengolahan adalah klasifikasi yang berdasar kepada International Standard Industrial Classification of all Economic Activities (ISIC) revisi 4, yang telah disesuaikan dengan kondisi 20 di Indonesia dengan nama Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009. Kode baku lapangan usaha suatu perusahaan industri ditentukan berdasarkan produksi utamanya, yaitu jenis komoditi yang dihasilkan dengan nilai paling besar. Apabila suatu perusahaan industri menghasilkan 2 jenis komoditi atau lebih dengan nilai yang sama maka produksi utama adalah komoditi yang dihasilkan dengan kuantitas terbesar. 3. Definisi IMK Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), IMK didefinisikan berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu industri kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja5 s.d 19 orang, sedangkan industrimikro merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 1 s.d 4 orang. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, maka yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitu: a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah 21 atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang ini. c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Pengertian industri kecil menurut Hasibuan (2000), Pengertian industri dibagi ke dalam lingkup makro dan mikro.Secara mikro, pengertian industri sebagai kumpulan dari sejumlah perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti sangat erat. Dari segi pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat makro.Industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi batasan industri yaitu secara mikro sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sedangkan secara makro dapat membentuk pendapatan. a. Peran Penting IMK Secara umumIMK dalam perekonomian nasional memiliki peran : (Departemen Koperasi, 2008) a. Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi. b. Penyedia lapangan kerja terbesar. c. Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat. 22 d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi. e. Kontribusinya terhadap neraca pembayaran. Salah satu keunggulan IMK adalah keberadaannya sebagai sektor yang berinovasi untuk menerapkan teknologi baru daripada perusahaan-perusahaan besar yang telah mapan. Tidak mengherankan jika dalam era persaingan global yang ada saat ini banyak perusahaan besar yang bergantung pada pemasok-pemasok kecil menengah dalam penunjang keberlangsungan usahanya (Zuhal, 2010). b. Faktor Penghambat dan Pendorong IMK Sektor IMK mepunyai peranan yang besar dalam penyerapan tenaga kerja maupun dalam kontribusinya terhadap PDB. Namun sektor IMK juga mempunyai beberapa permasalah baik dari internal maupaun eksternal. Menurut Hafsah (2004) umumnya permasalahan yang dihadapai oleh Usaha Kecil dan Menengah (IMK) antara lain meliputi: 1) Faktor Internal a) Kurang modal Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan IMK, oleh karena pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang mengandalkan pada modal dari sisi pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau keuangan lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. 23 b) Sumber daya manusia Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupaun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang secara optimal. Di samping itu dengan keterbatasan SDM, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. c) Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang sangat rendah, oleh karena penduduk yang dihasilkan jumlahnya terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha yang sudah mempunyai jaringan yang sangat solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau pasar internasional dan promosi yang baik. 2) Faktor eksternal a) Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif Kebijakan pemerintah untuk menumbuh kembangkan Usaha Kecil dan Menengah (IMK), meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dengan pengusaha-pengusha besar. 24 b) Terbatasnya sarana dan prasarana usaha Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. c) Implikasi otonomi daerah Dengan berlakunya UU No 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, kewenangan darah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mengalami implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada usaha kecil menengah (IMK). Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing Usaha Kecil dan Menengah (IMK). Di samping itu semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menimbulkan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut. d) Implikasi perdagangan bebas Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku pada tahun 2003 dan APEC pada tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap Usaha Kecil dan Menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha Kecil dan Menengah (IMK) dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk dengan standar kulitas dan frekuensi pasar global. 25 e) Sifat produk dengan lifetime yang pendek Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk fashion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek. f) Terbatasnya akses pasar Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional. c. Aspek Permodalan IMK Salah satu penghambat bagi pengembangan sektor Usaha Kecil dan Menengah (IMK) adalah terbatasnya modal yang dimiliki produsen sektor Usaha Kecil dan Menengah (IMK). Modal adalah sumber-sumber ekonomi yang diciptakan manusia dalam bentuk nilai uang atau barang. Salah satu bentuk permodalan bagi suatu usaha yaitu dalam bentuk kredit. Sumber modal menunjukkan kondisi yang sah secara hukum atas pemilikan modal usaha, modal lancar maupun modal tetap. Sumber modal dapat berasar dari: a. Milik sendiri Merupakan harta milik perusahaan/usaha sendiri tanpa adanya kontribusi/partisipasi dari perusahaan/usaha/pihak lain. Untuk usaha yang modalnya berasal dari dua orang atau lebih dan orang tersebut ikut serta dalam pengelolahan usaha, dimasukkan sebagai modal sendiri. 26 b. Pihak lain Merupakan harta milik pihak lain, pengusaha tidak mempunyai kontribusi sama sekali. Yang dimaksudkan pihak lain dalam IMK adalah bank, koperasi, lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, perorangan , keluarga dan lainnya. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (BI, 2005). Berdasarkan tujuan penggunaannya, Bank Indonesia (1999) membedakan kredit menjadi : 1) Kredit konsumtif merupakan jenis kredit yang diberikan misalnya untuk membeli kendaraan, peralatan, dan lain-lain yang sifatnya untuk tujuan konsumtif. Kredit ini digunakan untuk konsumsi secara pribadi dan dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. 2) Kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk menambah modal kerja untuk membiayai seperti pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi, biaya pemasaran dan lain-lain dalam jangka waktu pendek biasanya satu tahun. Kredit ini digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 3) Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk 27 rehabilitasi, modernisasi, maupun eksapansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek baru. 4. Tenaga Kerja Dalam pembangunan ekonomi terdapat faktor produksi yang sangat berpengaruh. Salah satunya adalah sumber daya manusia ataudalam arti lain penduduk usia kerja. Tenaga kerjamerupakan faktor penting dalam proses produksi. Menurut Simanjuntak (1998), tenaga kerja adalah penduduk berumur antara 14 sampai 60 tahun sedangkan yang berumur dibawah 14 tahun atau diatas 60 tahun digolongkan bukan sebagai tenaga kerja. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan UU No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan yang menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun. Selain golongan umur tersebut dianggap bukan tenaga kerja. Sumber utama penawaran tenaga kerja adalah penduduk. Tidak semua penduduk menawarkan tenaga kerjanya di pasar tenaga kerja. Pertimbangan utama disini adalah kelayakan bekerja menurut umur. Penduduk yang layak bekerja ditinjau dari segi umur tersebut sebagai penduduk usia kerja. Jumlah ini yang pantas disebut sebagai tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan produksi sumber daya manusia (Sumarsono, 2009). Menurut Sumarsono (2009) dalam hubungannya dengan pasar tenaga kerja prilaku mereka dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu yang aktif secara ekonomi dan yang bukan. Golongan yang aktif secara ekonomi adalah terdiri dari penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya dan memperolehnya (employed) dan penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya tetapi belum memperolehnya 28 (unemployed). Atas deskripsi angkatan kerja (labor force) dianggap mewakili penawaran tenaga kerja yang dikenal dengan supply of labor. Ada 4 (empat) hal yang berkaitan dengan tenaga kerja: a. Bekerja (employed) secara agregat jumlah orang yang bekerja dimuat dalam Biro Pusat Statistik (BPS) hasil kegiatan sensus, SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus) atau SAKERNAS (Survei Tenaga Kerja Nasional). Jumlah ini sering dipakai sebagai petunjuk tentang luasnya kesempatan kerja (employed). b. Pencari kerja (unemployed) adalah penduduk yang menawarkan tenaga kerja tetapi belum berhasil memperoleh pekerjaan dan dianggap terus mencari pekerjaan. Mereka dikelompokkan kedalam kategori penganggur, karena secara konsep penganggur harus memenuhi persyartan bahwa mereka juga aktif mencari pekerjaan. Mereka tidak bekerja atau tidak aktif mencari pekerjaan mereka dikategorikan bukan pengangguran tetapi iddle atau menikmati masa senggang (leisure) mereka, atau aktif tetapi tidak dipasarkan di pasar tenaga kerja. c. Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate). d. Profil angkatan kerja 1) umur,2) jenis kelamin, 3) wilayah kota dan pedesaan 4) pendidikan. Untuk menjamin terciptanya perluasan kesempatan kerja sebanyak mungkin, maka dibutuhkan perencanaan tenaga kerja yang terpadu dan menyeluruh. Adapun perhitungan untuk memproyeksikan tenaga kerja adalah sebagai berikut : (Sumarsono, 2009) 29 a. Proyeksi penduduk dan angkatan kerja dengan Metode Geometsi Dan Exponensial, metode ini mengasumsikan bahwa angka pertumbuhan tidak berubah dari tahun ketahun, asumsi ini seiring sesuai dengan kenyataan dibandingkan dengan asumsi metode aritmatris. Rumus metode Geometris : Pt = P0 . (1 + r)t Keterangan : Pt = jumlah penduduk di tahun t (suatu masa depan) P0 = jumlah penduduk awal r = angka perumbuhan (dalam desimal) pertahun, yang diasumsikan konstan b = jarak waktu (tahun) dari P0 ke Pt Rumus eksponensial : Pt = P0 . ert Keterangan : Pt = jumlah penduduk di tahun t (suatu masa depan) P0 = jumlah penduduk awal e = bilangan alamiah r = angka pertumbuhan per tahun, yang diasumsikan konstan t = jarak watu (tahun) dari P0 ke Pt Berdasarkan fungsi Harrod-Domar yang menyebutkan bahwa output adalah fungsi kapital dan tenaga kerja maka selain diturunkan fungsi penggunaan tenaga kerja dan untuk memproyeksikannya dengan menggunakan konsep rasio model-tenaga kerja (capital-labor ratio) yaitu ∆K/∆L. Proyeksi penyerapan tenaga kerja juga dapat dihitung dengan menggunakan konsep ILOR (incremental labor output 30 ratio) atau jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit output (Handoko dan Kurnia, 2007). Menghitung ILOR dengan rumus: = Keterangan : KKt ∆ ∆ = − −( ) = peningkatan kesempatan kerja tahun t ILORt = ILOR pada tahun t ∆PDB = peningkatan PDB pada tahun t Setelah diketahui ILOR maka dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja pada tahun tertentu dengan menggunakan rumus : TK = ∆PDBt . ILORt Keterangan : TK = tenaga kerja yang dibutuhkan ∆PDBt = peningkatan jumlah PDB pada tahun t dibadningkan tahun sebelumnya ILORt = adalah ILOR tahun t. 5. Ekspor Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas, dan syarat penjualan lainnya yang telah disepakati oleh pihak eksportir dan juga importer. Permintaan ekspor adalah jumlah barang serta jasa yang diminta untuk diekspor dari suatu negara ke negara lain. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang 31 atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain (Sukirno,2010). Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar- pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro & Stephen C, 2003). Manfaat ekspor menurut Sukirno (2010), sebagai berikut: a. Memperluas pasar bagi produk indonesia Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk Indonesia ke luar negeri. Sehingga ketika permintaan akan suatu produk ke luar negeri, maka kegiatan produksi akan produk tersebut akan semakin berkembang. b. Menambah devisa negara Adanya perdagangan antar negara memungkinkan eksportir Indonesia untuk dapat menjual barang kepada masyarakat di luar negeri. Dengan adanya transaksi yang berlangsung, maka akan menambah penerimaan devisa negara. Dengan begitu kekayaan negara dapat bertambah karena devisa merupakan salah satu sumber penerimaan Negara. 32 c. Memperluas lapangan kerja Kegiatan ekspor akan mampu membuka lapangan kerja terutama bagi masyarakat. Karena dengan semakin luasnya pasar bagi produk Indonesaia, maka kegiatan produksi dalam negeri akan meningkat. Sehingga semakin banyak penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan semakin luas lapangan kerja yang disediakan. Pengembangan ekspor pada sektor IMK dilakukan dengan beberapa strategi. Menurut Rasewati (2011) terdapat beberapa strategi dalam mengembangkan ekspor pada Usaha Kecil Menengah (IMK), diantaranya: a. Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam mengembangkan bisnis IMK adalah dengan mengembangkan iklim usaha yang kondusif dengan cara menciptakan lingkungan kebijakan yang kondusif bagi IMK. Artinya, lingkungan kebijakan yang dimaksud harus transparan dan tidak membebani IMK secara finansial dan juga berlebihan danpemerintah tidak perlu campur tangan secara berlebihan sehingga aturan-aturan yang menghambat kegiatan IMK perlu dihapuskan. b. Pengembangan IMK yang sebelumnya diarahkan pada supply driver strategy sebaiknya diarahkan pada program IMK yang berorientasi pasar, dan didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan kebutuhan rill IMK (market oriented, demand drived programs). c. Kemudian untuk mendorong kinerja dan peran IMK dalam pasar bebas adalah dengan menumbuhkan usaha menengah dalam membangun struktur industri. Karena strategi pengembangan usaha menengah ini banyak dilupakan sejalan 33 dengan kurang diperhatikannya entinitas dan posisi usaha menengah dalam pertumbuhan ekonomi ataupun dalam kebijakan pengembangan IMK. d. Pengembangan institusi penunjang dengan melakukan optimalisasi peran instituisi pendukung ekspor diharapkan mampu menyediakan informasi di pasar internasional bagi para eksportir, dengan memetakan para buyer yang mampu dan memiliki komitmen untuk menampung serta memasarkan produk Indonesia di negara yang bersangkutan dengan memberi perlindungan dan konsultasi bisnis pada eksportir Indonesia yang akan masuk ke pasar luar negeri. B. Tinjauan Empiris Pertumbuhan ekonomi dan IMK merupakan sektor ekonomi yang sering dibicarakan, oleh karenanya banyak peneliti yang mengangkat masalah pertumbuhan ekonomi dan IMK sebagai salah satu penelitian, diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008) dengan judul “Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Tulisannya menganalisis tentang pengaruh pengembangan UKM beserta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya terhadap penyerapan tenaga kerja dan untuk menganalisis pengaruh UKM terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa jumlah unit usaha (0.904), Kredit Modal Kerja (0.035) dan PDB UKM (0.062) secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Pendapatan per kapita (-0.378) memberikan pengaruh yang signifikan secara negatif terhadap penyerapan tenaga kerja dan 34 investasi (0.850) secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, nilai ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Andre Widdyantoro (2013) dengan judul “Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011”. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh PDB UKM, investasi UKM,dan jumlah unit usaha UKM terhadap penyerapan tenaga kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Sampel penelitian diperoleh dari buku statistik Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Koperasi dan UKM tahun 20002011.Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel dengan Fixed Effect Model, dan menggunakan 9 sektor ekonomi sebagai data cross-section. Hasil analisis menunjukan bahwa PDB UKM dan jumlah unit usaha UKM berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja Usaha Kecil dan Menengah. Sedangkan, investasi UKM tidak berpengaruh signifikan terhadappenyerapan tenaga kerja Usaha Kecil dan Menengah. 3. Penelitian yang dilakukan oleh I Made Rajiv Permadi (2009) dengan judul “Pengaruh Total Kredit, PDB dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel total kredit, dan PDB mempunyai pengaruh yang berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah. Variabel tingkat suku bunga berpengaruh sangat dominan terhadap peningkatan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah. Koefisien variabel suku bunga pada hasil pengolahan 35 data adalah sebesar -634414, ini berarti bahwa penurunan suku bunga sebesar 1 persen dapat meningkatkan jumlah unit usaha sebesar 634414 unit usaha. Selain itu, peningkatan jumlah IMK di Indonesia juga membuka lapangan pekerja baru di Indoneia. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Raselawati (2011) dengan judul “Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia". Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UMK. Sedangkan variabel tenaga kerja UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM karena tenaga kerja yang diserap tidak sebanding dengan nilai tambah yang dihasilkan. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi Hidayat (2011) dengan judul “Analisis pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan sub sektor industri pengolahan di kabupaten bekasi”. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa dari hasil regresi secara simultan investasi PMA dan PMDN, serta tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di kabupaten bekasi dengan nilai probabilitas F-statistik adalah 0.000. Sedangkan pengujian secara parsial dari hasil regresi pada taraf nyata (α = 5 persen) investasi PMA berpengaruh signifikan dengan koefisien 0.3961 dan probabilitas t-statistik 0.000, PMDN berpengaruh signifikan dengan koefisien 0.193 dan probabilitas t-statistik 0.329. 36 C. Kerangka Pemikiran Indonesia sebagai negara agraris yang sedang berkembang mempunyai peranan yang penting terhadap beberapa sektor perekonomia. Sektor yang banyak menopang terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian dan sektor pengolahan. Kontribusi sektor pengolahan lebih signifikan dibandingkan dengan sektor lain, hal itu dikarenakan nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah dari setiap input atau bahan dasar yang diolah. Pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan diperlukan faktorfaktor yang penting dalam memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi. Komponen utama dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain sumberdaya modal dan sumberdaya manusia atau tenaga kerja. Tenaga kerja akan diperoleh apabila tenaga kerja tersedia dalam jumlah penduduk yang besar dapat berproduktif dan mampu menciptakan peluang pasar. Modal dapat diperoleh dari pinjaman bank, koperasi dan atau modal sendiri. Industri mikro dan kecil memiliki peran penting dalam pengembangan usaha di Indonesia. Jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDBindustri mikro dan kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat, sektor industri mikro dan kecil dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Meskipun industri mikro dan kecil mempunyai potensi dalam menyerap tenaga kerja akan tetapi industri mikro dan kecil masih belum dapat mewujudkan 37 kemampuan dan peranannya secara maksimal dalam fungsi sosial dan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa industri mikro dankecil masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia dan teknologi serta iklim usaha yang belum mendukung bagi perkembangannya (Azrin, 2004; Lamadlau, 2006). GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN 38 D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari variabel yang diduga dan akan diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka hipotesis yang diambil adalah sebagai berikut: 1. Diduga jumlah unit usaha (JUU) IMK berpengaruh positif terhadap sektor pengolahan di Indoensia. 2. Diduga tenaga kerja (TK) IMK berpengaruh positif terhadap sektor pengolahan di Indonesia. 3. Diduga ekspor (EX) IMK berpengaruh positif terhadap sektor pengolahan di Indonesia. 4. Diduga modal (MI) IMK berpengaruh positif terhadap sektor pengolahan di Indonesia 5. Diduga terdapat pengaruh secara bersama-sama dari variabel .JUU, TK, EX dan MI terhadap sektor pengolahan di Indonesia. III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakandalam penelitian ini adalah jenis data sekunderyang bersifat kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kementrian Perindustrian, literatur-literatur, artikel-artikel serta dari buku terbitan dan tulisan-tulisan yang diperoleh dari unggahan internet atau kepustakaan yang mendukung dalam penelitian ini. Data sekunder yang penulis gunakan merupakan data panel atau gabungan dari data runtun waktu (time series)antara tahun 20112015 dan data individu (cross section)yaitu berupa data Industri Mikro dan Kecil (IMK) yang tergabung dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia. B. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengambil ruang lingkup pada industri pengolahan sektor industri mikro dan kecil yang tergabung dalam klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia (KLBI) tahun 2009 yaitu sebanyak 23 klasifikasi. Namun dari 23 klasifikasi, data PDB industri pengolahan hanya menampilkan 15 klasifikasi, oleh karena itu dari 23 klasifikasi sektor yang ada digabung menjadi 15 klasifikasi sesuai dengan data PDB yang ditampilkan pada industri pengolahan. 40 Tabel 3.1 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Kode Nama Klasifikasi Klasifikasi (1) (2) 10;11 Makanan dan minuman 12 Industri Pengolahan Tembakau 13;14 Industri Tekstil dan pakaian jadi 15 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Kayu, Gabus (tidak termasuk furniture) dan 16 Anyaman dari Bambu dan Rotan Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan 1718 Reproduksi Media Rekaman Industri Barang Kimia dan Bahan dari Barang Kimia; 20;21 Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional 22 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 23 Industri Barang Galian Bukan Logam 24 Industri Logam Dasar Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik dan 25;26;27 Optik; Peralatan Listrik 28 Industri Mesin dan Perlengkapan Industri Kendaraan Bermotor, Triler dan Semi Triler; Alat 29;30 Angkutan Lainnya 31 Industri Furniture Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan 32;33 Pemasangan Mesin dan Peralatan Sumber : Badan Pusat Statistik (2015) C. Batasan Operasional Variabel Batasan operasional variabel dari penelitian ini ada dua yaitu: pertama; variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah PDB sektor pengolahan (PDB). kedua, variabel bebas (independent variabel) adalah jumlah unit usaha IMK (JUI), total tenaga kerja IMK (TKI), Ekspor IMK (EI) dan Modal IMK (MI) dan periode dari masing-masing variabel adalah 5 tahun yaitu periode 2011-2015. Untuk lebih memahami variabel yang akan dianalisis maka perlu dirumuskan sebagai beriku: 41 Tabel 3.2. Batasan Operasional Variabel Jenis Satuan Simbol Indikator Variabel Pengukuran Sumber Data Terikat PDB PDB Industri Pengolahan Rupiah Laporan Badan Pusat Statistik Bebas JUI Jumlah unit usaha IMK Unit Laporan Badan Pusat Statistik Bebas TKI Tenaga kerja IMK Jiwa Bebas EI EksporIMK Rupiah Bebas MI Modal IMK Rupiah Laporan Badan Pusat Statistik Laporan Badan Pusat Statistik dan Kementrian Perindustrian Laporan Badan Pusat Statistik Batasan atau devinisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. PDB adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu negara. PDB dalam penelitian ini adalah PDB industri pengolahan atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2010. Data diperoleh dari badan pusat statistik tahun 2011-2015. 2. Jumlah unit usaha adalah total seluruh unit usaha. Jumlah unit usaha dalam penelitian ini adalah total seluruh unit usaha industri pengolahan sektor IMK yang tergabung dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI). Data diperoleh dari laporan publikasi badan pusat statistik yang masingmaisng klasifikasi pada tahun 2011-2015. 3. Tenaga kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Tenaga kerja dalam penelitan ini adalah jumlah orang yang bekerja pada industri 42 pengolahan sektor IMK. Data diperoleh dari publikasi badan pusat statistik tahun 2011-2015. 4. Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas, dan syarat penjualan lainnya yang telah disepakati oleh pihak eksportir dan juga importer. Ekspor dalam penelitian ini adalah ekspor masing-masing IMK periode 2011-2015. Data diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik dan kementrian perdagangan. 5. Modal adalah suatu alat transaksi yang digunakan untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha. Modal dalam penelitian ini adalah jumlah modal dari total modal sendiri atau pinjaman dari pihak lain tahun 2011-2015. Data diperoleh dari publikasi badan pusat statistik. D. Metode Analisis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitafif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendukung hasil dari analisa kuantitatif serta analisis statistik untuk mengetahui keterkaitan hasil perhitungan dengan menggunakan teori-teori pendukung dan data yang berhubungan dengan penelitian. Sedangkan, analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas dan terikat secara parsial maupun simultan. Alat analisis atau perangkat lunak yang digunakan dalam menganalisis data yaitu Microsoft Excel 2013, kemudian data diolah menggunakan E-Views 9. Model analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel. Model untuk data panel (pooled data) yang digunakan adalahsebagai berikut: PDBit = β0 + β1JUIit + β2TKIit + β3EIit+ β4MIit+ εit 43 Keterangan : PDB = PDB industri pengolahan periode ke-t (Rp milyar) JUI = Jumlah unit usaha IMK periode ke-t (unit usaha) TKI = Tenaga Kerja IMK periode ke-t (jiwa) EI = Ekspor IMK periode ke-t (Rp milyar) MI = Modal IMK periode ke-t (Rp milyar) β0 = Koefisien intersep β1,β2 = Koefisien slope atau kemiringan i = 1,2,...,n menunjukkan junlah lintas individu (cross section) t = 1,2,...,t menunjukan dimensi runtun waktu (time series) E. Prosedur Analisis Data 1. Regresi Data Panel Menurut Baltangi (1995), banyak alasan mengapa data panel lebih baik digunakan dalam model-model regresi dibandingkan data timeseries ataupun cross section, diantaranya : 1) Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara, daerah dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah heterogen. Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangkan dalam perhitungan. 2) Kombinasi data time series dan data cross section akan memberikan informasi yang lebih lengkap, lebih beragam, kurang berkorelasi antara variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien. 44 3) Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan studi berulang-ulang dari cross section. 4) Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross section, misalnya efek dari upah minimum regional. 5) Data panel membantu studi untuk menganalisis prilaku yang lebih kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi. 6) Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak. Diantara sekian banyak kegunaan dari data panel, salah satu manfaat yang paling dirasakan oleh para ahli ekonomi adalah penggunaan data panel mengatasi masalah kekurangan data yang tidak dapat dipenuhi oleh data time series. Menurut Widarjono (2013) regresi data panel secara umum akan menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap perusahaan, sehingga sangat bergantung dari asumsi yang akan digunakan. Terdapat beberapa kemungkinan yang akan muncul: 1) Diasumsikan intersep dan slope adalah tetap sepanjang waktu dan individu (perusahaan) dan perbedaan intersep dan slope dijelaskan oleh variabel gangguan. 2) Diasumsikan slope adalah tetap tetapi intersep berbeda antar individu. 3) Diasumsikan slope tetap tetapi intersep berbeda baik antar waktu maupun antar individu. 4) Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar individu. 5) Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar waktu dan antar individu. 45 Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam mengestimasi model regresi dengan data panel, yaitu pendekatan Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect. a. Pendekatan Common Effect Pendekatan Common Effect merupakan teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel, yaitu dengan mengabungkan data tersebut dan menggunakan metode OLS (Widarjono, 2013). Pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu, sehingga perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Model dari pendekatan ini adalah sebagai berikut: Y =β + β Keterangan : + β + ε β0 = koefisien intersep β1, β2, = koefisien slope atau kemiringan Yit = variabel terikat untuk individu ke-i dan unit waktu ke-t X1it, X2it, = variabel bebas untuk individu ke-i dan unit waktu ke-t Pendekatan ini memiliki kekurangan, karena mengasumsikan intersep dan slope sama untuk semua sampel. Asumsi tersebut menyebabkan kurang mampu untuk menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. b. Pendekatan Fixed Effect Pendekatan Fixed Effect mengasumsikan bahwa adanya perbedaan antar individu (perusahaan), hal ini dapat dilihat dari intersep yang berbeda di dalam persamaan 46 (Widarjono, 2013). Cara dalam mengestimasikan model adalah dengan menggunakan variabel dummy. Perbedaan karakteristik perusahan dalam metode ini hanya mengasumsikan intersep yang berubah antar individu dan tetap antar waktu, namun slope tetap antar perusahaan maupun antar waktu. Model estimsasi ini juga disebut Least Square Dummy Variables (LSDV). Model dengan pendekatan variabel dummy adalah sebagai berikut: Y =β + β + β Keterangan : +β +β + D +ε Ln = logaritman natural β0 = koefisien intersep β1, β2, = koefisien slope atau kemiringan Yit = variabel terikat untuk individu ke-i dan unit waktu ke-t X1it, X2it = variabel bebas untuk individu ke-i dan unit waktu ke-t D1i, D2i, D3i = 1 untuk perusahaan yang berpengaruh, 0 untuk yang lainnya c. Pendekatan Random Effect Penggunaan variabel dummydalam pendekatan Fixed Effect akan mengurangi derajat bebas, sehingga pada akhirnya akan mengurangi efisiensi parameter (Widarjono, 2013). Data panel dalam model ini akan diestimasi dengan menggunakan variabel gangguan, dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Model Random Effect menyempurnakan model Fixed Effect. Bentuk dari model Random Effect sebagai berikut: Y =β + β + β +ε 47 Ketentuan : β0idalam model Random Effect tidak tetap (non-stokastik) tetapi bersifat acak atau random. Sehingga, model Random Effect dapat ditulis menjadi : β0i = + µi dimana i = 1, 2....n adalah parameter yang tidak diketahui yang menunjukkan rata-rata intersep populasi dan µ i adalah variabel gangguan yang bersifat random yang menjelaskan adanya perbedaan perilaku perusahaan secara individu. Variabel µ i memiliki karakteristik sebagai berikut: ( ) = 0 dan var ( ) = Sehingga E( )= dan var ( )= Kedua persamaan disubstitusi, maka akan menghasilkan persamaan baru sebagai berikut: Y = = = 0 +μ + β + β + β + β + β + β +β +β +β +β +β +β +ε + (ε + μ ) + Persamaan baru memiliki dua variabel gangguan, yaitu ε dan μ . Variabel gangguan secara menyeluruh adalah ε , sedangkan μ adalah variabel gangguan secara individual. Variabel gangguan μ adalah berbeda antar individu tetapi tetap antar waktu. 48 Terdapat beberapa pertimbangan yang dapat digunakan dalam memilih metode terbaik antara Fixed Effect dengan Random Effect, yaitu sebagai berikut (Gujarati, 2012): 1.) Bila T (banyaknya unit time series) besar, sedangkan N (jumlah unit cross section) kecil, maka hasil Fixed Effect dan Random Effect tidak jauh berbeda, sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah untuk dihitung, yaitu Fixed Effect. 2.) Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan berbeda jauh. Apabila diyakini unit cross section yang dipilih dalam penelitian diambil secara acak, maka Random Effect harus digunakan. Sebaliknya, apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian tidak diambil secara acak, maka harus menggunakan Fixed Effect. 3.) Apabila komponen error individual (ε) berkorelasi dengan variabel bebas, maka parameter yang diperoleh dengan Fixed Effect tidak bias. 4.) Apabila N besar dan T kecil, kemudian asumsi yang mendasari Random Effect terpenuhi, maka Random Effect lebih efisien dibandingkan Fixed Effect. 2. Pemilihan Regresi Data Panel a. Uji Chow Uji Chow test digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan fixed effectmodel (FEM) lebih baik daripada model regresi data panel common effectmodel (CEM) dengan melihat residual sum squares (Green, 2000). Uji Chow : 49 RRSS : Restricted Sum of Square Residual yang merupakan nilai Sum of Square Residual dari model PLS/common effect. URSS : Unrestricted Sum of Square Residual yang merupakan nilai Sum of Square Residual dari model LSDV/fixedeffect. N = Jumlah individu data T = Panjang waktu data K = Jumlah variabel independen Nilai uji Chow yang didapat kemudian dibandingkan dengan F-tabel pada numerator sebesar N-1 dan denumerator NT-N-K. Nilai F-tabel menggunakan α sebesar 1 persen dan 5 persen. Perbandingan tersebut dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: Ho = menerima model common effect, jika nilai Chow < F-tabel Hi = menerima model fixed effect, jika nilai Chow > F-tabel. b. Uji Hausman Untuk menentukan metode apa yang sebaiknya dipakai antara fixed effect atau random effect, digunakan metode yang dikembangkan oleh Hausman. Uji Hausman ini didasarkan bahwa penggunaan variabel dummy dalam metode fixed effect dan GLS adalah efisien sedangkan OLS tidak efisien, dilain pihak alternatifnya adalah metode OLS efisien dan metode GLS tidak efisien. Karena uji hipotesis nulnya adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut. Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik chi-square dengan df sebesar k dimana k adalah jumlah variabel independen. Jika nilai statistik Hausman lebih besar 50 daripada nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model fixed effect dan sebaliknya. Secara matematis, uji ini dapat ditulis sebagai berikut: W = (βfe – βre)1 [V(βfe) - V(βre)]-1 (βfe – βre) ~ x2 (k) W = estimasi dari matriks kovarian sebenarnya βfe = estimator dari FEM βre = estimator dari REM Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik chi-square dengan degree of freedom (df) sebesar k di mana k adalah jumlah variabel independen. Perbandingan tersebut dilakukan dalam kerangka hipotesis sebagai berikut: Ho = menggunakan pendekatan random effect, jika nilai Hausman < nilai chisquare Hi = menggunakan pendekatan fixed effect, jika nilai Hausman > nilai chisquares 3. Pengujian Hipotesis Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang kemungkinan benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan serta untuk dasar penelitian lebih lanjut. Anggapan atau asumsi dari suatu hipotesis juga merupakan data, namun karena adanya kemungkinan kesalahan, maka apabila digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan data hasil observasi. Data yang dipakai untuk pengujian hipotesis dikumpulkan dari sampel, sehingga pengujian hipotesis ini merupakan data perkiraan (estimate). Keputusan yang dibuat pengujian dalam menolak atau tidak menolak hipotesis mengandung 51 ketidakpastian (uncertainty), dimana keputusan tersebut bisa benar dan juga bisa salah (Supranto, 2009). Rumusan dalam pengujian hipotesis dalam menetukan Ho dan Ha sebagai berikut : 1) Ho: β =0, artinya variabel independen tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel dependen Ha: β > 0, artinya variabel independen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel dependen 2) Ho: β = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel dependen Ha: β < 0, artinya variabel independen berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel dependen 3) Ho: β = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh dan signifikan terhadap variabel dependen Ha: β ≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh dan signifikan terhadap variabel dependen, tanpa memperhatikan pengaruh positif maupun negatif. Dari perumusan dalam pengujian hipotesis, maka pengujian dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Ho: β = 0, artinya variabel jumlah unit usaha sektor IMKtidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel sektor pengolahan. Ha: β >0, artinya variabel jumlah unit usaha sektor IMK berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel sektor pengolahan. 2) Ho: β = 0, artinya variabel tenaga kerjaIMK tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel sektor pengolahan. 52 Ha: β > 0, artinya variabel tenaga kerjaIMK berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap variabel sektor pengolahan 3) Ho:β = 0, artinya variabel eksporIMK tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel sektor pengolahan. Ha: β > 0, artinya variabel eksporIMK berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel sektor pengolahan. 4) H0:β4 = 0, artinya variable modal IMK tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variable sektor pengolahan. Ha:β4> 0, artinya variable modal IMK perpengaruh positif dan signifikan terhadap sektor pengolahan. a. Uji t Uji t digunakan untuk menguji secara parsial pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya dengan menganggap variabel bebas lainnya tetap (ceteris paribus). Pengujian ini dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-tabel sesuai dengan tingkat signifikansi tertentu. Tahap yang dilakukan Uji t dalam menetukan Ho dan Ha adalah sebagai berikut : Uji hipotesis positif satu sisi: Ho: β =0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Ha: β > 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 53 Uji hipotesis negatif satu sisi: Ho: β = 0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Ha: β < 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji hipotesis dua sisi: Ho: β = 0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Ha: β ≠ 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen, tanpa memperhatikan pengaruh positif maupun negatif. 1) Menentukan tingkat keyakinan dan daerah kritis (df = n – k – 1 ) 2) Menentukan nilai t tabel kemudian membandingkan nilai t tabel dan nilai t statistik. Kriteria Pengujian Uji t : Jika t-hitung ≤ t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak . Jika t-hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima . dari perumusan dalam pengujian hipotesis secara individu, maka pengujian dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) H0:β1 = 0, artinya variabel jumlah unit usahaIMK secara individu tidak berpengaruh signifikan secara positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi sektor IMK. Ha:β1 > 0, artinya variabel jumlah unit usahaIMK secara individu berpengaruh signifikan secara positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi sektor IMK. 54 2) H0:β2 = 0, artinya variabel tenaga kerjaIMK secara individu tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi sektor IMK. Ha:β2> 0, artinya variabel tenaga kerjaIMK secara individu berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi sekotor IMK. 3) H0:β3= 0, artinya variabel eksporIMK secara individu tidak berpengaruh signifikan secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor IMK. Ha:β3> 0, artinya variabel eksporIMK secara individu berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi sektor IMK. 4) H0:β4= 0, artinya variabel modalIMK secara individu tidak berpengaruh signifikan secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor IMK. Ha:β3> 0, artinya variabel modalIMK secara individu berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi sektor IMK. b. Uji F Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya, dengan derajat kepercayaan yang digunakan adalah 5%, apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan menggunakan distribusi F dengan cara membandingkan nilai F-hitung yang diperoleh dari hasil regresi dengan F-tabelnya, perumusan hipotesis : Ho = β1 = β2= β3=β4 = 0 Ha = paling tidak ada 1 parameter yang ≠ 0 Jika F hitung ≤ F tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak 55 Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima Dari perumusan dalam pengujian hipotesis secara bersama-sama, maka pengujian dalam penelitian ini sebagai berikut: Ho: β0 = β1 = β2= β3=β4 = 0, artinya variabel jumlah unit usaha sektor IMK, tenaga kerjaIMK, eksporIMK dan modal IMK, tidak berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap variabel sektor pengolahan. Ha: β1 ≠ β 2≠ β3≠β4 ≠ 0, artinya variabel jumlah unit usaha sektor IMK, tenaga kerjaIMK, eksporIMK dan modal IMK, berpengaruh signifikan secara bersamasama terhadap variabel sektor pengolahan. Uji asumsi klasik tidak dilakukan karena penelitian ini menggunakan jenis data panel yang membolehkan identifikasi parameter tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang ketat atau tidak mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik pada Regresi Linear Berganda (OLS) (Verbeek,2000 dalam Raselawati 2011). V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis dengan menggunakan metode fixed effect model maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel jumlah unit usaha (JUI) pada sektor IMK berpengaruh positif dan signifikan terhadap sektor pengolahan di Indoneisa.Hasil ini sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan. 2. Variabel tenaga kerja (TKI) pada sektor IMK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap sektor pengolahan di Indonesia.Hasil dari penelitian bertentangan dengan hipotesis awal yang diajukan. 3. Variabel ekspor (EI) pada sektor IMK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap sektor pengolahan di Indonesia.Hasil dari penelitian sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan. 4. Variabel modal (MI) pada sektor IMK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor IMK di Indonesia. hasil dari penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan. 5. Secara bersama-sama variabel JUI, TKI, EI dan MI berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor IMK di Indonesi. 74 B. Saran Berdasarkan uraian dan pembahasan tentang peran IMK terhadap pertumbuhan ekonomi sektor IMK di Indonesia, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. IMK merupakan sektor industri yang sebagian besar pemasarannya hanya pada wilayah yang kecil. Oleh karena itu, perlu untuk meningkatkan daya saing usaha antara wilayah yang sama dan luar wilayah untuk meningkatkan kualitas produk dan dapat memasarkan keluar wilyah (ekspor). 2. Peningkatan skill dan kreatifitas dengan mengadakan pelatihan dan acaraacara yang mengajak masyarakat untuk dapat menyalurkan kreatifitasnya, sebaiknya lebih ditingkatkan lagi terutama di daerah-daerah. Hal ini akan meningkatkan jumlah unit usaha pada sektor IMK dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja sehingga mampu produk yang dihasilkan mampu bersaing secara global. 3. Peluang ekspor akan semakin meningkat di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga pemerintah diharapkan untuk lebih mengintensifkan pengarahan terhadap sektor IMK dalam pengemasan maupun pemasaran barang serta pengarahan terhadap kebijakan pemerintah yang mengatur tentang kebijakan ekspor sehingga para pengusaha yang ingin mengekspor barang menjadi lebih terbuka wawasannya dan dapat bersaing. 4. Memberikan apresiasi terhadap industri yang memberikan kontribusi besar terhadap industri pengolahan, dengan menambah modal usaha. Hal ini tentunya akan memotivasi banyak IMK untuk terus berkembang dan bersaing dengan industri yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Arictoja, Jomputra. 2014. Proyeksi Petumbuhan Ekonomi, Kebutuhan Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Sumatera Selatan.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta Arsyad, Lincolin. 1997. Eknomi Pembangunan. STIE YKPN. Yogyakarta Azrin, M. 2004. Dampak Ekonomi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Sektor Perdagangan Terhadap Perekonomian Kota Bogor(Tesis). Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2011. Profil Industri Mikro dan Kecil Tahun 2011. Jakarta . 2012. Profil Industri Mikro dan Kecil Tahun 2012. Jakarta . 2013. Profil Industri Mikro dan Kecil Tahun 2013. Jakarta . 2014. Profil Industri Mikro dan Kecil Tahun 2014. Jakarta . 2015. Profil Industri Mikro dan Kecil Tahun 2015. Jakarta . 2016. Pendapatan Nasional Indonesia Tahun 2011-2015. Jakarta Departemen Koperasi. 2008. PDB, Investasi, Tenaga Kerja, Nilai Ekspor UKM di Indonesia. Depkop. Jakarta Gie Kian, K. 2003. Perekonomian Indonesia Tahun 2004, Prospek dan Kebijakan. Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Gujarati, Damodar. 2012. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Hasibuan, Malayu SP, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN, Yogyakarta. Kuncoro, M. 2002. Usaha Kecil Di Indonesia : Profil, Masalah dan Strategi Pemberdayaan. Jurnal Ekonomi, Tahun II, Vol 7, Januari. Lamadlau, T. M. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Agroindustri di Kabupaten Bogor (Tesis). Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Levine, Ross dan Renelt, David. 1992. A Sensitivity Analysis of Cross-Country Growth Regressions. American Economic Review, 82 No 4 pp 942–963. Mankiw, Gregory N. 2003. Makroekonomi: Edisi Keenam.Jakarta: Erlangga. Mankiw, Gregory N. 2006. Makroekonomi: Edisi Keenam.Jakarta: Erlangga. . (2007). Teori Makro Ekonomi Terjemahan: Edisi 6.Jakarta. Partomo, T. dan A. Soejodono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi.Jakarta: Ghalia. Permadi, I Made Rajiv. 2009. Pengaruh total kredit, pdb, dan tingkat suku bunga terhadap perkembangan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah (IMK). Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Pindyck, Robert S dan Rubinfeld, Daniel L.2014. Mikroekonomi Edisi Kedelapan. Jakarta. Erlangga. Putra, Gema Satya. 2012. Analisis Peranan dan Dampak Investasi Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Indonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Rahmana, Arief. 2010. Kajian Tentang Aspek Proses dalam Implementasi Manajemen Kualitas di Lingkungan Usaha Kecil Menengaj Sektor Manufaktur (Studi Kasus di CV. WMT) . Universitas Widyatma. Bandung Raselawati, Ade. 2011. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah TerhadapPertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta Simanjuntak, Payaman J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sugiono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi: Teori Pengantar. Edisi 3. Jakarta: Rajawali Pers. . (2004). Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Perkasa Jakarta. Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik. Yogyakarta : Graha Ilmu. Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Andi. Yogyakarta Sutawijaya A dan Zulfahmi. (2010). Pengaruh Ekspor dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1980-2006.Jurnal Organisasi danManajemen Vol 6 No1. FE UT Jakarta Tejasari, Maharani. 2008. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah Dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Skripsi.Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Tambunan, Tulus, 2001. Industri di Negara Berkembang Kami Indonesia. Jakarta: Ghalia. Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. 2003. Economic Development. Eighth Edition. The Addison-Wesley. Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. (2006).Pembangunan Ekonomi Jilid 1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya. Edisi Keempat.UPP STIM YKPN.Yogyakarta. Widdyantoro, Andre. 2013. Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Zuhal. 2010. Knowledge and Inovation Platform Kekuatan Daya Saing. Jakarta : Gramedia.