syariah fikih dan hukum islam

advertisement
SYARI’AH, FIKIH
DAN HUKUM ISLAM
PENGERTIAN SYARI’AH
Secara etimologis, kata syariat, (dalam bahasa
Arab, aslinya, syarî’ah/ ‫ )شريعة‬berasal dari kata
syara’a ( ‫ )شرع‬yang berarti jalan menuju mata air.
Dalam istilah Islam, syari’ah berarti jalan besar
untuk kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai
agama yang dapat memberi petunjuk bagi setiap
umat manusia.
Firman Allah dalam surat al-Jaatsiyah ayat 18:
“kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu
syariah (peraturan) dari urusan (agama itu), maka
ikutilah syariah itu dan janganlah kamu ikuti
hanya nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”
LANJUTAN …
Kata syariat dalam beberapa ayat Al-Qur’an
mengandung arti jalan yang lurus dan jelas
menuju kebahagiaan hidup.
Pengertian ini menurut para ahli, identik
dengan pengertian agama (al-din/ ‫)الدّين‬.
Karena hanya agamalah yang dapat
membimbing manusia kepada kebenaran
hakiki untuk memperoleh kemenangan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
PENGERTIAN FIKIH
Secara lughawi (semantis), kata fikih berasal dari bahasa
Arab, fiqh/ ‫ فقـه‬bermakna mengetahui sesuatu dan
memahaminya dengan baik. Di beberapa tempat, alQur`an menggunakan kata ”faqiha/ ‫ ”فقـه‬yang berarti
pemahaman.
Sedangkan menurut istilah fiqh berarti sekelompok hukum
tentang amal perbuatan manusia yang diambil dari dalildalil yang terperinci.
Fikih secara istilah mengandung dua arti:
 Pengetahuan tentang hukum-hukum syariat yang
berkaitan dengan perbuatan dan perkatan mukallaf
(mereka yang sudah terbebani menjalankan syariat
agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat
terperinci, berupa nash-nash Al-Qur’an dan as sunnah
serta yang bercabang darinya yang berupa ijma’ dan
ijtihad.
 Hukum-hukum yang berasal dari interpretasi hukum
syara itu sendiri.
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para
ulama fikih sesuai dengan masanya (sesuai dengan
perkembangan arti fikih tersebut), yaitu:
a. Menurut Imam Abu Hanifah, fikih adalah ma'rifat
an-nafs ma laha wa ma 'alaiha (pengetahuan
tentang diri terhadap segala yang berkaitan dengan
akidah maupun amaliyah). Definisi meliputi aqidah,
akhlak, ibadah dan mu'amalah.
b. Menurut Imam Syafi'i, fikih adalah
ilmu/pengetahuan tentang hukum-hukum syara’
yang 'amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil yang
terperinci.
c. Menurut al-Baji, fikih itu adalah ilmu/pengetahuan
tentang hukum-hukum syara'.
d. Imam Haramain mendefinisikan fikih sebagai
ilmu/pengetahuan tentang hukum-hukum taklif.
e. Imam Al-Amidi menjelaskan bahwa fikih merupakan
pengetahuan (ilmu) tentang hukum syara' yang
dihasilkan dengan nazar dan istidla.
f. Fathi ad-Duraini menyatakan bahwa fikih merupakan
suatu upaya memperoleh hukum syara’ melalui
kaidah dan metode ushul fikih.
HUBUNGAN ANTARA SYARI’AH DAN FIKIH
Syari’ah berarti sumber fikih dan fikih adalah
proses memahami syari’ah sekaligus hasil atau
produk fuqaha (ahli fikih) dalam menentukan
hukum yang mempunyai sumber suci berupa
syari’ah atau wahyu itu. Jadi dapat disimpulkan
bahwa fikih lebih khusus daripada syari'ah.
Syari'ah merupakan sumber dari fikih. Alasannya,
fikih merupakan pemahaman yang mendalam.
Dengan demikian, fikih merupakan hasil ijtihad
ulama terhadap ayat Al-Qur'an atau sunnah Nabi
SAW.
PERBEDAAN SYARI’AH DAN FIKIH
1. Syari’ah identik dengan wahyu Allah, sedangkan
fikih adalah produk fuqaha atau mujtahid
2. Syari’ah memiliki nilai kebenaran mutlak,
sedangkan fikih sebagai produk memiliki
kebenaran relatif dan zanni (bersifat perkiraan)
3. Syari’ah adalah sasaran untuk dipahami dalam
rangka untuk dipraktekan, sedangkan fikih
sebagai proses adalah upaya memahami syari’ah
untuk dipraktekan
4. Syari’ah tidak akan berubah, sedangkan fikih bisa
berubah sesuai kebutuhan ummat dalam konteks
perkembangan waktu dan tempat
5. Pembuat syari’ah adalah Allah disebut syari’
sedangkan pembuat fikih adalah fuqaha yang
merupakan manusia
HUKUM ISLAM
Kata hukum dan Islam, keduanya berasal dari
bahasa Arab, tetapi dalam al-Qur`an tidak
pernah menggunakan kedua kata ini secara
bergandengan. Begitu juga dalam literatur
hukum Islam klasik, tidak pernah menggunakan
kata hukum Islam. Ungkapan yang digunakan
biasanya adalah kata syarî’ah al-Islâm, hukum
syara’, syarî’ah atau syara’, dan fikih.
Satu waktu hukum Islam berarti syaria’h, di
waktu yang lain hukum Islam berarti fikih.
Meskipun demikian, istilah hukum Islam
biasanya digunakan untuk makna fikih, bukan
syari’ah.
Secara leksikal, kata hukum berasal dari bahasa
Arab, yaitu hukm ( ‫ )حكم‬yang berarti menolak.
Dari sinilah terbentuk kata al-hukm ( ‫ )الحكم‬yang,
antara lain, berarti menolak kezaliman atau
penganiayaan.
Dalam bahasa Indonesia, kata hukum juga
mengandung beberapa pengertian. Di antaranya:
 peraturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengikat
 undang-undang, peraturan, dan sebagainya
untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat
 keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh
hakim (dalam pengadilan)
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM
1. Hukum Islam periode nabi dan sahabat
Masa nabi muhammad saw merupakan masa turunnya
Al-Qur’an dan tumbuhnya Sunnah
2. Hukum Islam periode pertumbuhan dan
perkembangan madzhab
a. Pengertian madzhab
Madzhab adalah jalan. Berarti juga pendapat,
kepercayaan, ideologi, doktrin, paham, ajaran dan
aliran. Sedangkan madzhab menurut istilah adalah
kumpulan hukum yang mencakup berbagai
masalah dan disertai seperangkat mode dalam
menemukan dan menggali hukum dari sumbernya.
b. Munculnya ulama-ulama pendiri madzhab
Dalam sejarah perkembangan hukum islam terdapat
dua fase perkembangan madzhab dengan
kecenderungan yang berbeda. Pertama, fase dimana
madzhab bersifat kedaerahan. Artinya umat islam
mengikuti ulama yang ada di tempat masing-masing.
Kedua, fase dimana madzhab bersifat ketokohan atau
perseorangan. Artinya umat islam tetap percaya pada
ulama anutannya meski ulama ada di tempat yang
berbeda.
Ada lima madzhab fikih yang mendominasi dunia Islam
saat ini, yaitu:
1. Madhzab hanafi oleh Imam Hanafi
2. Madhzab Maliki oleh Imam Malik bin Anas
3. Madhzab Syafi’i oleh Imam Syafi’i
4. Madhzab Hanbali oleh Imam Ahmad bin Hanbal
5. Madhzab Ja’fari oleh Imam Ja’far al-Shadiq
3. Hukum Islam periode taqlid dan kebangkitan
Periode ini terbagi dalam dua bagian besar.
Pertama periode taqlid (ikut-ikutan di belakang),
yaitu sejak pertengahan abad ke-4 Hijriah
hingga jatuhnya Daulah Abasiyah. Kedua,
periode kebangkitan yaitu sejak jatuhnya
Daulah Abasiyah hingga sekarang.
ARTI DEFINISI HUKUM-HUKUM ISLAM
1. Wajib (Fardlu)
Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh
pemeluk agama islam yang telah dewasa dan waras
(mukallaf), di mana jika dikerjakan mendapat pahala dan
apabila ditinggalkan akan mendapat dosa.
Contoh : solat lima waktu, pergi haji (jika telah mampu),
membayar zakat, dan lain-lain.
Wajib terdiri atas dua jenis/macam :
o Wajib ‘ain adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh
semua orang muslim mukalaf, seperti sholat fardu, puasa
ramadan, zakat, haji bila telah mampu dan lain-lain.
o Wajib Kifayah adalah perkara yang harus dilakukan oleh
muslim mukallaff namun jika sudah ada yang
malakukannya maka menjadi tidak wajib lagi bagi yang
lain, seperti mengurus jenazah.
2. Sunnah/Sunnat
Sunnat adalah suatu perkara yang bila
dilakukan umat islam akan mendapat pahala
dan jika tidak dilaksanakan tidak berdosa.
Contoh : sholat sunnat, puasa senin kamis, solat
tahajud, memelihara jenggot, dan lain
sebagainya.
Sunah terbagi atas dua jenis/macam:
o Sunah Mu’akkad adalah sunnat yang sangat
dianjurkan Nabi Muhammad SAW, seperti
shalat ied dan shalat tarawih.
o Sunat Ghairu Mu’akad yaitu adalah sunnah
yang jarang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW, seperti puasa senin kamis, dan lain-lain.
`
3. Haram
Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh
sama sekali dilakukan oleh umat muslim di mana pun
mereka berada karena jika dilakukan akan mendapat
dosa dan siksa di neraka kelak.
Contohnya : main judi, minum minuman keras, zina,
durhaka pada orang tua, riba, membunuh, fitnah, dan
lain-lain.
4. Makruh
Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan
untuk tidak dilakukan akan tetapi jika dilakukan
tidak berdosa dan jika ditinggalkan akan mendapat
pahala dari Allah SWT.
Contoh : posisi makan minum berdiri, merokok
(mungkin haram).
5. Mubah
Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan
seorang muslim mukallaf tidak akan mendapat dosa
dan tidak mendapat pahala.
Contoh : makan dan minum, belanja, bercanda,
melamun, dan lain sebagainya.
PERBEDAAN HUKUM ISLAM DENGAN HUKUM
UMUM
1. Hukum umum semata-mata berdasarkan atas
pertimbangan akal manusia, hukum islam
pertimbangkan akal manusia didasarkan pada
wahyu Allah
2. Cakupan hukum Islam sangat luas, hukum dalam
pengertian umum tidak memiliki cakupan yang
luas
3. Hukum Islam bertujuan untuk menciptakan
kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat,
sedangkan hukum umum tidak
4. Hukum Islam erat kaitannya dengan akhlak
5. Hukum Islam menyeimbangkan kepentingan
individu dan masyarakat serta negara
KAIDAH-KAIDAH HUKUM ISLAM
Al-qawa’id al-fiqhiyah adalah kaidah-kaidah yang
menghimpun hukum-hukum yang mirip berdasarkan
satu qiyas yang menghimpun hukum-hukum tersebut.
Kelima kaidah tersebut adalah:
1. Al-umur bi Maqasidiha (segala urusan disertai
dengan tujuannya
2. La dlarara wa la dlirara (tidak membuat dan
menimbulkan kemudaratan)
3. Al-yaqin la yuzalu bi al-syakk (keyakinan tidak
lenyap dengan keraguan)
4. Al-masyaqqah tajlibu al-taisir (kesulitan
membolehkan kemudahan)
5. Al-’adah muhakkamah (kebiasaan dijadikan
rujukan hukum)
Download