BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini akan menguraikan sumber rujukan mengenai penjelasan
dan hubungan antar variabel yang menjadi permasalahan yang ada dalam penelitian.
1. Jasa
a. Definisi jasa
Menurut Kotler (2004) pengertian jasa adalah aktivitas atau keuntungan yang
dapat ditawarkan seseorang kepada orang lain, dimana secara esensial tidak berwujud
(intangible) dan tidak menghasilkan kepemilikan dari apapun juga. Berikut adalah
definisi jasa menurut ahli :
Berdasarkan Rangkuti (2002) jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau
tindakan tak kasat mata dari satu pihak ke pihak lain. Pada umumnya jasa diproduksi
dan dikomsumsi pada saat bersamaan, dimana interaksi antara penyedia jasa dan
penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut.
11
Dari definisi jasa diatas, dapat disimpulkan bahwa jasa adalah tindakan atau kegiatan
yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa dapat
berkaitan ataupun tidak berkaitan dengan produk fisik.
b. Karakteristik jasa
Secara umum ada empat karakteristik pokok yang membedakan antara barang
dan jasa. Menurur Kotler (2003), jasa memiliki empat ciri utama yang mempengaruhi
rancangan program pemasaran yaitu :
1) Tidak berwujud (Tangibility)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak dapat dilihat,
dirasakan, disentuh atau diraba sebelum dilakukan transaksi pembelian untuk
mengurangi ketidakpastian, pembeli atau calon pembeli akan mencari tahu
tentang kualitas jasa tersebut sebelum melakukan transaksi pembelian.
Pembeli akan mengambil kesimpulan mengenai kualitas jasa dengan
mempertimbangkan
tempatnya
(place),
manusia
(people),
peralatan
(equipment), alat komunikasi (communication material), simbol – simbol
(symbol), dan harga (price).
12
2) Tidak terpisahkan (Inseparability)
Jasa pada umumnya diproduksi secara khusus dan dikonsumsi pada
waktu yang bersamaan. Jika jasa diberikan untuk seseorang, maka orang
tersebut merupakan bagian dari jasa yang diberikan, karena pembeli juga
hadir pada saat jasa disampaikan sehingga interaksi penyedia merupakan ciri
khusus dari pemasaran jasa.
3) Bervariasi (Variability)
Jasa
sangat
bervariasi
karena
bergantung
kepada
yang
menyediakannya dan kapan serta dimana disediakan. Sering kali pembeli jasa
menyadari akan keanekaragaman dan membicarakannya dengan orang lain
utamanya kepada orang yang pernah menggunakan jasa tersebut. Sebelum
mengambil keputusan untuk menggunakan jasa yang akan memenuhi
kebutuhannya.
4) Mudah lenyap atau tidak terpisahkan (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan, keadaan tidak tahan lama dan jasa bukanlah
masalah bila permintaan stabil, karena mudah untuk dilakukan persiapan
dalam pelayanannya. Jika permintaan berfluktasi maka perusahaan jasa
mengalami kesulitan yang cukup rumit terutama yang memiliki kapasitas
yang terbatas. Oleh karena itu, perusahaan harus mengevaluasi kapasitas guna
menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Dalam hal ini perlu dilakukan
13
analisis terhadap biaya dan pendapatan bila kapasitas yang ditetapkan terlalu
tinggi atau terlalu rendah.
c. Klarifikasi jasa
Klasifikasi jasa sangat membantu dalam memahami batasan – batasan dari
suatu industri jasa, sehingga tidak hanya memberikan
pemahaman sistem
pengelolaan data yang lebih baik. Akan tetapi, pada industri jasa masih didominasi
oleh orientasi kepada operasi yang menyatakan bahwa industri jasa sangat beragam
dan berbeda. Untuk itu, klasifikasi dalam industri jasa sangat diperlukan pihak
perusahaan dalam memberikan pemahaman tentang kebutuhan dan perilaku
konsumen secara baik dan benar. Menurrut Philip Kotler (2003), komponen jasa
merupakan suatu bagian yang sedikit atau utama dari seluruh penawaran, hal ini dapat
dibedakan menjadi lima kategori antara lain:
1) Barang yang sepenuhnya berwujud.
Barang berwujud yang hanya meliputi barang yang dapat dilihat,
seperti: sabun, pasta
gigi, atau gula, dan tidak terdapat jasa yang
mendampingi produk tersebut.
2) Barang berwujud dengan jasa tambahan.
Barang berwujud dengan jasa tambahan yang terdiri dari barang nyata,
disertai oleh satu atau lebih jasa untuk memperkuat daya tarik konsumen.
14
Misalnya penjualan mobil atau komputer yang sangat bergantung pada
kualitas barang tersebut dan tersedianya pelayanan bergaransi.
3) Gabungan antara barang berwujud dan jasa.
Terdiri dari barang dan jasa dengan properti yang sama seperti
restoran yang harus didukung oleh makanan dan pelayanannya.
4) Jasa utama dengan disertai oleh barang dan jasa tambahan.
Terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan atau barang pelengkap
lainnya. Misalnya penumpang penerbangan membeli jasa transportasi. Dalam
penerbangannya disertai juga pelayanan tambahan seperti makanan dan
minuman serta majalah.
5) Jasa murni.
Jasa murni, yang menawarkan suatu jenis jasa seperti jasa penjaga
bayi, biro jasa, dokter, memasukkan pelayanan psioterapi dalam pemijatan.
2. Kualitas Pelayanan
Lima dimensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry
(Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, (2007) berdasarkan urutan tingkat
kepentingan relatifnya, yaitu :
15
1) Bukti fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik, peralatan, dan berbagai materi
komunikasi yang baik, menarik, dan terawatt, meliputi fasilitas fisik yang
bagus, bersih, rapi dan sopan
2) Empati (empathy), yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk lebih
peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan, meliputi
keramah tamahan dan hubungan yang baik.
3) Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai yang
dijanjikan, terpercaya, akurat, dan konsisten, seperti ketepatan jadwal acara.
4) Responsivitas atau daya tanggap (responsiveness), yaitu kemauan dari
karyawan dan pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa
dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan dari konsumen, seperti
pelayanan yang baik.
5) Jaminan (assurance), yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan
keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada
konsumen, seperti keamanan dan kenyamanan yang terjamin.
3. Persepsi Harga
Persepsi harga merupakan kecenderungan konsumen untuk menggunakan
harga dalam memberi penilaian tentang kesesuaian manfaat produk. Penilaian
terhadap harga pada suatu manfaat produk dikatakan mahal, murah atau sedangdari
masing-masing individu tidaklah sama, karena tergantung dari persepsiindividu yang
dilatarbelakangi oleh lingkungan dan kondisi individu itu sendiri.Pada dasarnya
16
konsumen dalam menilai harga suatu produk tidak tergantung hanya dari nilai
nominal harga saja namun dari persepsi mereka pada harga.Perusahaan harus
menetapkan harga secara tepat agar dapat sukses dalam memasarkan barang atau jasa.
Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan beberapa teori menganai persepsi harga, adalah
sebagai berikut:
Menurut Kotler dan Keller (2009).Harga adalah faktor positioning kunci dan
harus diputuskan dalam hubungannya dengan pasar sasaran, bauran pilihan produk
dan jasa, dan persaingan Sedangkan menurut Tjiptono (2008) harga memiliki dua
peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu:
Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli
untuk memutuskan cara memperoleh manfaat tertinggi yang diharapkan berdasarkan
daya belinya. Dengan demikian, dengan adanya harga dapat membantu para pembeli
untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang
atau jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia,
kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam “mendidik” konsumen
mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam
situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produksi atau
manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang
17
mahal mencerminkan kualitas yang tinggi. Menurut Kotler dan Keller (2009), ada
lima tujuan utama dalam menetapkan harga, yaitu:
1) Kemampuan bertahan
Perusahaan mengejar kemampuan bertahan sebagai tujuan utama
mereka jikamereka mengalami kelebihan kapasitas, persaingan ketat, atau
keinginankonsumen yang berubah.Selama harga menutup biaya variabel dan
biayatetap maka perusahaan tetap berada dalam bisnis.
2) Laba saat ini maksimum
Banyak
perusahan
berusaha
menetapkan
harga
yang
akan
memaksimalkan laba saat ini. Perusahaan memperkirakan permintaan dan
biaya yang berasosiasi dengan harga alternatif dan memilih harga yang
menghasilkanlaba saat ini, arus kas, atau tinkat pengembalian atas investasi
maksimum.
3) Pangsa Pasar Maksimum
Perusahaan percaya bahwa semakin tinggi volume penjualan, biaya
unit akan semakin rendah dan laba jangka panjang semakin tinggi. Perusahaan
menetapkan harga terendah mengasumsikan pasar sensitif terhadap harga.
Strategi penetapan harga penetrasi pasar dapat diterapkan dalam kondisi,
yaitu:
18
a. Pasar sangat sensitif terhadap harga dan harga yang rendah
merangsangpertumbuhan pasar.
b. Biaya produksi dan distribusi menurun seiring terakumulasinya
pengalamanproduksi.
c. Harga rendah mendorong persaingan aktual dan potensial.
4) Market Skiming Pricing
Perusahaan mengungkapkan teknologi baru yang menetapkan harga
tinggi untuk memaksimalkan memerah pasar dimana pada mulanya harga
ditetapkan tinggi dan secara perlahan turun seiring waktu. Skiming pricing
digunakan dalam kondisi sebagai berikut:
a. Terdapat cukup banyak pembeli yang permintaan saat ini yang tinggi.
b. Biaya satuan memproduksi volume kecil tidak begitu tinggi hingga
menghilangkan keuntungan dari mengenakan harga maksimum yang
mampu diserap pasar.
c. Harga awal tinggi menarik lebih banyak pesaing kepasar.
d. Harga tinggi mengkomunikasikan citra produk yang unggul
5) Kepemimpinan kualitas produk.
Banyak merek berusaha menjadi “kemewahan terjangkau” produk atau
jasa yang ditentukan karakternya oleh tingkat kualitas anggapan, selera dan
status yang tinggi dengan harga yang cukup tinggi agar tidak berada diluar
19
jangkauan
konsumen.
Menurut
Kotler
dan
Keller
(2006),
strategi
menyesuaikan harga dapat digolongkan menjadi lima bagian yaitu:
a. Penetapan harga geografis (geographical pricing)
Penetapan harga geografis melibatkan perusahaan untuk memutuskan
bagaimana cara menetapkan harga produknya untuk pelanggan yang
berbeda di lokasi dan negara yang berbeda.
b. Diskon atau potongan harga (price discount anda allowances)
Perusahaan
umumnya
akan
menyesuaikan
daftar
harga
dan
memberikan diskon dan potongan harga (discounts and allowances)
untuk pembayaran yang lebih cepat, pembelian dalam jumlah besar,
dan pembelian di luar musim.
c. Penetapan harga diskriminasi (discriminatory pricing)
Diskriminasi harga terjadi apabila suatu perusahaan menjual produk
atau jasa dengan dua harga atau lebih yang tidak mencerminkan
perbedaan biaya secara proporsional.
d. Penetapan harga bauran produk (product-mix pricing)
Penetapan harga ini terjadi apabila produk tersebut adalah bagian dari
bauran produk.Perusahaan mencari beberapa harga yang dapat
memaksimalkan laba dari seluruh bauran itu.
20
e. Penetapan harga promosi (promotion pricing)
Dalam kondisi-kondisi tertentu perusahaan akan menetapkan harga
sementara untuk produksinya di bawah daftar dan kadang-kadang di
bawah biayanya. Penetapan harga promosi menilai beberapa bentuk
antara lain harga kerugian, harga peristiwa khusus, perjanjian garansi
dan kontrak perbaikan, masa pembayaran yang lebih lama, dan diskon
psikologis.
Dalam kondisi-kondisi tertentu perusahaan akan menetapkan harga sementara
untuk produksinya di bawah daftar dan kadang-kadang di bawah biayanya. Penetapan
harga promosi menilai beberapa bentuk antara lain harga kerugian,harga peristiwa
khusus, perjanjian garansi, pelayanan dan discount psikologis.Dari uraian diatas dapat
ditarik kesimpulan untuk memasarkan suatu barang maka setiap perusahaan harus
menetapkan harganya secara tepat agar perusahaan itu bisa tercapai tujuannya.
Tujuan penetapan harga menurut Harini (2008) adalah sebagai berikut:
1) Penetapan harga untuk mencapai penghasilan atas investasi. Biasanya besar
keuntungan dari suatu investasi telah ditetapkan prosentasenya dan untuk
mencapainya diperlukan penetapan harga tertentu dari barang yang
dihasilkannya.
2) Penetapan harga untuk kestabilan harga. Hal ini biasanya dilakukan untuk
perusahaan
yang
kebetulan
memegang
kendali
atas
harga.
Usaha
21
pengendalian harga diarahkan terutama untuk mencegah terjadinya perang
harga, khususnya bila menghadapi permintaan yang sedang menurun.
3) Penetapan harga untuk mempertahankan atau meningkatkan bagiannya dalam
pasar. Apabila perusahaan mendapatkan bagian pasar dengan luas tertentu,
maka ia harus berusaha mempertahankannya atau justru mengembangkannya.
Untuk itu kebijaksanaan dalam penetapan harga jangan sampai merugikan
usaha mempertahankan atau mengembangkan bagian pasar tersebut.
4) Penetapan harga untuk menghadapi atau mencegah persaingan. Apabila
perusahaan baru mencoba-coba memasuki pasar dengan tujuan mengetahui
pada harga berapa ia akan menetapkan penjualan. Ini berarti bahwa ia belum
memiliki tujuan dalam menetapkan harga coba-coba tersebut.
5) Penetapan harga untuk memaksimir laba. Tujuan ini biasanya menjadi anutan
setiap usaha bisnis. Kelihatannya usaha mencari untung mempunyai
konotasiyang kurang enak seolah-olah menindas konsumen. Padahal
sesungguhnya hal yang wajar saja. Setiap usaha untuk bertahan hidup
memerlukan laba. Memang secara teoritis harga bisa berkembang tanpa batas.
Kertajaya (2002) mengemukakan indikator dari harga dapat dinyatakan dalam
penilaian konsumen terhadap besarnya pengorbanan financial yang diberikan dalam
kaitannya dengan spesifikasi yang berupa kualitas produk. Kertajaya juga
mengungkapkan bahwa indikator penilaian harga dapat dilihat dari kesesuaian antara
suatu pengorbanan dari konsumen terhadap nilai yang diterimanya setelah melakukan
22
pembelian, dan dari situlah konsumen akan mempersepsi dari produk atau jasa
tersebut. Persepsi yang positif merupakan hasil dari rasa puas akan suatu pembelian
yang dilakukannya, sedangkan persepsi yang negatif merupakan suatu bentuk dari
ketidakpuasan konsumen atas produk atau jasa yang dibelinya. Indikator dari harga
antara lain:
1) Kesesuaian harga produk dengan kualitas produk.
2) Perbandingan harga dengan harga produk yang lain dan sejenis.
3) Kesesuaian harga produk dengan manfaat yang didapat.
Berdasarkan dari bahasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa harga yang dipatok
secara rasional dan sepadan dengan manfaat produk diberikan dapatmempengaruhi
kepuasan konsumen terhadap suatu produk.
4. Kepuasan Konsumen
a. Pengertian kepuasan konsumen
Kata kepuasan (satisfaction) berasala dari bahasa Latin “satis” (artinya cukup
baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan bisa diartikan
sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”. Menurut
Kotler (2002), kepuasan adalah perasaan sangat senang atau kesan seseorang berasal
dari perbandingan antar kesannya terhadap kinerja (atau hasilnya) suatu produk
dengan harapan – harapannya.
23
Oxford Advanced Learner’s Dictionary (Fandy Tjiptono dan Gregorius
Chandra, 2011) mendeskripsikan kepuasan sebagai “the good feeling that you have
when you achieved something or when something that you wanted to happen does
happen” dan “the act of fulfilling a need or desire”. Dari pendapat diatas, dapat
diartikan bahwa kepuasan adalah perasaan menyenangkan yang dimiliki saat
mendapatkan sesuatu atau ketika sesuatu yang diinginkan terjadi dan aksi
terpenuhinya kebutuhan dan keinginan.
Menurut Irawan (2003), kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi
pelanggan dalam menggunakan barang atau jasa. Pelanggan akan merasa puas apabila
memperoleh nilai atau manfaat dari suatu barang atau jasa.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen
merupakan sikap, penilaian, dan respon emotional yang ditunjukan oleh konsumen
setelah proses pembelian/konsumsi yang berasal dari perbandingan kesannya
terhadap kinerja aktual terhadap suatu produk dan harapannya, serta evaluasi terhadap
pengalaman mengkonsumsi suatu produk atau jasa.
b. Konsep kepuasan konsumen
Salah satu dari unsur nilai konsumen total adalah kualitas jasa dimana kualitas
jasa merupakan unsur utama yang bersifat positif dalam pembentukan nilai
konsumen. Kualitas jasa bagi konsumen sendiri merupakan pembentuk dari kepuasan
konsumen. Perbandingan harapan konsumen terhadap kualitas jasa dengan dimensi
24
kualitas jasa yang pada akhirnya akan membentuk kepuasan konsumen. Hal ini sesuai
dengan konsep kepuasan konsumen di bawah ini.
Konsep kepuasan konsumen
Gambar 2.1
Tujuan Perusahaan
Kebutuhan dan
Keinginan Pelanggan
Produk
Harapan Pelanggan
Terhadap Produk
Nilai Produk Bagi
Pelanggan
Tingkat Kepuasan
Pelanggan
Sumber : Fandy Tjiptono (2007)
Pada dasarnya tujuan organisasi bisnis adalah memproduksi barang atau jasa
yang dapat memuaskan kebutuuhan konsumen, dengan kata lain bahwa perusahaan
berusaha menciptakan konsumen yang puas. Dengan mengetahui dasar organisasi
bisnis yang sebenarnya, maka kepuasan konsumen menjadi tolak ukur keberhasilan
25
kualitas jasa yang dibuat oleh perusahaan. Sehingga modal utama bagi perusahaan
untu mendapatkan tingkat kepuasan konsumen yang baik adalah dengan membuat
kualitas jasa yang baik.
c. Harapan konsumen
Konteks kualitas produk (barang dan jasa) dan kepuasan telah tercapai
consensus bahwa harapan konsumen memiliki peranan yang besar sebagai tanda
perbandingan dan evaluasi kualitas maupun kepuasan. Menurut Olsen dan Dover
dalan Fandy Tjiptono (2007), mengemukakan bahwa, “ Harapan konsumen
merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk, yang
dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut “. Meskipun
demikian dalam beberapa hal belum tercapai kesepakatan, misalnya mengenai sifat
standar harapan yang spesifik jumlah standar yang digunakan, maupun sumber
harapan.
Harapan konsumen mempunyai peran yang besar dalam menentukan kualitas
produk dan kepuasan konsumen. Harapan atas kinerja produk berlaku sebagai standar
perbandingan terhadap kinerja aktual produk. Cara perusahaan mempromosikan
produknya melalui komunikasi iklan atau wiraniaga juga dapat mempengaruhi
harapan konsumen terhadap kinerja produk. Klaim produk yang tidak realistis bisa
menimbukan “over promise“ yang akan menimbulkan ketidakpuasan pelanggan.
26
d. Tipe kepuasan konsumen
Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2008) menyatakan bahwa terdapat 5
tipe kepuasan dan ketidakpuasan yang dijabarkan dalam demanding satisfaction,
stable
satisfaction,
resigned
satisfaction,
stable
dissatisfaction,
demanding
dissatisfaction yang diukur melalui komponen emosi, ekspektasi, dan minat
berperilaku. Berikut penjelasan yang dijabarkan dalam bentuk tabel.
Tabel 2.2
Tipe –tipe Kepuasan dan Ketidakpuasan Konsumen
Komponen
Tipe – tipe
kepuasan dan
ketidakpuasan
No
1
2
3
Emosi
Demanding
satisfaction
Optimisme/
Stable
satisfaction
Steadiness/
Resigned
Indifference/
Confidence
Trust
Minat berperilaku (minat
untuk memilih penyedia
jasa yang sama lagi)
Ekspektasi
Harus bisa
mengikuti
perkembang
an
kebutuhan
saya di
masa depan
Ya, karena hingga saat ini
mereka mampu
memenuhi ekspektasi
saya yang terus
meningkat
Segala
sesuatu
harus sama
seperti apa
adanya
Ya, karena hingga saat ini
semuanya memenuhi
harapan saya
Saya tidak
bisa
Ya, karena penyedia jasa
27
4
satisfaction
Resignation
berharap
lebih
yang lain tidak lebih baik
Stable
dissatisfaction
Disappointm
ent/
Saya
berharap
lebih tapi
apa yang
harus saya
lakukan ?
Tidak, tetapi saya tidak
bisa menyebutkan alasan
spesifik
Perlu
banyak
perbaikan
Tidak, karena meskipun
saya telah melakukan
berbagai upaya, mereka
tidak menanggapi
kebutuhan saya
Indecision
5
Demanding
dissatisfaction
Protest/
Opposition
Sumber : Stauss dan Neuhaus (Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra 2008)
e. Strategi peningkatan kepuasan konsumen
Upaya mewujudkan kepuasan konsumen total bukanlah hal yang mudah.
Fandy Tjiptono (2007) menyatakan bahwa, “ Kepuasan konsumen total tidak
mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu. Namun upaya perbaikan
atau penyempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi “. Pada
prinsipnya strategi kepuasan konsumen akan menyebabkan para pesaing harus
bekerja keras dan memerlukan biaya tinggi dalam usahanya merebut pelanggan suatu
perusahaan.
28
Fandy Tjiptono (2006) mengemukakan beberapa elemen program kepuasan
konsumen yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan
konsumen. Strategi tersebut yaitu :
1) Barang dan jasa berkualitas
Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan
harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima. Paling tidak,
standarnya harus menyamai pesaing utama dalam industri. Untuk itu berlaku
prinsip
“quality
comes
first,satisfaction
program
follow“.
Biasanya
perusahaan yang tingakat kepuasan konsumennya tinggi menyediakan tingkat
layanan konsumen yang tinggi pula.
2) Relationship marketing
Dalam strategi ini, hubungan transaksi antara penyedia jasa dan
konsumen berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai. Dengan
kata lain, dijalin suatu kemitraan jangka panjang dengan konsumen secara
terus menerus sehingga diharapkan dapat terjadi bisnis ulangan (repeat
business).
29
3) Strategi superior customer service ( fokus pada konsumen terbaik/best
customers)
Perusahaan yang menerapkan strategi ini berusaha menawarkan
pelayanan
yang
lebih
unggul
daripada
para
pesaingnya.
Untuk
mewujudkannya dibutuhkan dana yang besar, kemampuan sumber daya
manusia, dan usaha gigih. Meskipun demikian, melalui pelayanan yang lebih
unggul, perusahaan yang bersangkutan dapat membebankan harga yang lebih
tinggi pada produknya.
4) Strategy unconditional guarantees/extraordinary guarantees
Untuk meningkatkan kepuasan konsumen, perusahaan produk atau
jasa dapat mengembangkan augmented service terhadap core business-nya,
misalnya dengan pelayanan purnajual yang baik.
5) Program pay-for-performance
Program kepuasan konsumen tidak bisa terlaksana tanpa adanya
dukungan sumber daya manusia organisasi. Sebagai ujung tombak perusahaan
yang berinteraksi langsung dengan para konsumen dan berkewajiban
memuaskan mereka, karyawan juga harus dipuaskan kebutuhannya. Dengan
kata lain, total customer satisfaction harus didukung pula dengan total quality
reward yang mengaitkan sistem penilaian kinerja dan kompensasi dengan
30
konstribusi setiap karyawan dalam penyempurnaan kualitas dan peningkatan
kepuasan konsumen.
6) Program promosi loyalitas
Banyak diterapkan untuk menjalin relasi antara perusahaan dan
konsumen. Biasanya program
ini, memberikan semacam penghargaan
(reward) khusus yang dikaitkan dengan frekuensi pembelian atau pemakaian
produk/jasa perusahaan kepada konsumen rutin agar tetap loyal pada produk
dari perusahaan yang bersangkutan.
7) Sistem penanganan keluhan secara efektif
Penanganan
keluhan
berkaitan
erat
dengan
kualitas
produk.
Perusahaan harus memastikan bahwa barang dan jasa yang dihasilkannya
benar – benar berfungsi sebagaimana mestinya sejak awal. Jaminan kualitas
harus mendahului penanganan keluhan.
f. Metode pengukuran kepuasan konsumen
Ada empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan menurut Fandy
Tjiptono (2004), yaitu sebagai berikut :
1) Sistem keluhan dan saran
Perusahaan memberikan kesempatan kepada konsumen untuk
menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan melalui media yang efektif.
31
Metode ini bersifat pasif karena tidak menggambarkan secara lengkap
mengenai kepuasan konsumen, dikarenakan tidak semua konsumen yang
tidak puas akan menyampaikan keluhannya. Upaya mendapatkan saran yang
baik dari konsumen sulit diwujudkan oleh metode ini.
2) Survei kepuasan pelanggan
Penelitian mengenai kepuasan umumnya banyak dilakukan dengan
penelitian survei, baik survei melalui telepon, pos, angket, maupun
wawancara secara pribadi.
3) Ghost shopping (pembelanja misterius)
Salah satu cara memperoleh gambaran kepuasan konsumen adalah
dengan merekrut pekerja yang berperan sebagai konsumen kemudian
melaporkan temuan – temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan kualitas
jasa perusahaan dan pesaing berdasarkan pengamatan mereka.
4) Lost customer analysis
Perusahaan seharusnya menghubungi konsumen yang sudah berpindah
ke pesaing agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi sebagai feedback
dalam kebijakan perbaikan/penyempurnaan selanjutnya. Pemantauan ini
sangat penting dimana peningkatan customer loss rate menunjukan kegagalan
perusahaan dalam memuaskan konsumen.
32
g. Faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen
Garvin, Peppard, dan Rowland yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2008)
menyatakan faktor yang sering digunakan dalam mengevaluasi kepuasan terhadap
suatu produk antara lain meliputi :
1) Kinerja (performa), yaitu karakteristik pokok dari produk inti yang dibeli
2) Ciri – cirri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik
sekunder atau pelengkap
3) Keandalan (realibility), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal pakai.
4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu sejauh
mana karakteristik desain operasi memenuhi standar – standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5) Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan.
6) Servicability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi,
serta penanganan keluhan yang memuaskan
7) Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera
8) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu cita rasa dan reputasi
produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
33
5. Peneliti Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan dalam
melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari jurnal dan
skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan dengan penelitian
selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan waktu yang berbeda,
adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No
.
Nama dan
Tahun
Penelitian
Lokasi
Peneliti
Metode
Penelitian
1
Ari Prasetio
Kota
Dalam
Semarang
Management
Analysis
Journal 1 (2)
(2012)
Analisis
Regresi
Berganda
2
Oldy Ardana Kota
(2010)
Semarang
Analisis
Regresi
Pengaruh
Variabel dan
atau
Hubungan
antar Variabel
Nilai
Koefisien
kualitas
pelayanan
terhadap
kepuasan
konsumen
sebesar 8,18%
Nilai
Koefisien
Harga
terhadap
kepuasan
konsumen
sebesar
44,48%
Nilai
Koefisien
Hasil Penelitian
secara
bersamasama
pengaruh
kualitas pelayanan
dan harga terhadap
kepuasan konsumen
PT. TIKI sebesar
72.5%
secara
sama
bersamapengaruh
34
Berganda
kualitas
pelayanan
terhadap
kepuasan
konsumen
sebesar 0,398
Nilai
Koefisien
harga terhadap
kepuasan
konsumen
sebesar 0,359
kualitas pelayanan,
harga dan lokasi
terhadap kepuasan
konsumen
Pada
Bengkel
Caesar
sebesar 58,4 %
B. Rerangka Pemikiran
Rerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti,jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara
variabel independen dan dependen. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
celebrityendorser dan citra merek terhadap keputusan pembelian, makaberikut
rerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini :
35
Gambar 2.2
Rerangka Pemikiran
Kualitas
Pelayanan (X1)
H2
Kepuasan
Konsumen (Y)
H3
Persepsi Harga
(X2)
H1
C. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2013), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian, maka
hipotesis dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
H1: Kualitas pelayanan dan harga berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.
H2: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.
H3: Persepsi Harga berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.
Download