Republika : Selasa, 04 Maret 2008 Pemerintah Hapuskan Tunggakan KUT Akibat tunggakan KUT banyak koperasi kecil masuk ke dalam daftar hitam lembaga-lembaga keuangan. JAKARTA--Pemerintah memutuskan menghapus tunggakan Kredit Usaha Tani (KUT) senilai Rp 5,71 triliun. Hal itu dilakukan pemerintah dengan alasan memenuhi rasa keadilan bagi para petani yang terjerat kesulitan untuk membayarnya. "Argumen pemerintah jelas, ketidakmampuan petani membayar tunggakan karena krisis, sama dengan pengutang besar BLBI yang sudah diputus pemerintah terdahulu. Ini demi keadilan," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Kantor Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Jakarta, Senin (3/2). Menurut Presiden, penghapusan tunggakan KUT itu ditujukan agar para penunggak, yang terdiri atas petani dan koperasi, dapat segera bangkit dan memperoleh modal lagi. Pemerintah, ujar Presiden, akan segera menyusun peraturan hukum dan berbagai instrumen lainnya, guna menyiapkan pola penyelesaian tunggakan KUT yang adil. Menurut Kepala Negara, banyak yang harus dikoordinasikan untuk menyelesaikan tunggakan KUT ini, antara lain oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM dan lembaga-lembaga keuangan. Presiden Yudhoyono sendiri menyatakan, dirinya ingin agar proses tersebut berjalan efektif dan cepat. Di sisi lain, pemerintah juga akan segera berkonsultasi dengan DPR untuk meminta persetujuan tentang penghapusan KUT tersebut. Dampak dari tunggakan KUT dari tahun penyediaan 1998/1999, saat Indonesia terjerat krisis moneter, dirasakan berbagai koperasi kecil yang tersebar di berbagai daerah. Akibat tunggakan itu koperasi sulit memperoleh akses pembiayaan dari lembaga keuangan karena dimasukkan ke dalam daftar hitam (black list). Selain itu, pengurus koperasi harus mengalami keresahan karena berhadapan dengan penegak hukum tanpa penyelesaian masalah yang jelas. Sementara itu, penagihan tunggakan langsung kepada petani yang tidak mampu, dikhawatirkan pemerintah justru akan memperburuk kondisi ekonomi mereka. Presiden berjanji, setelah penghapusan tunggakan KUT itu selesai, tidak perlu ada lagi black list bagi koperasi yang pernah menunggak. Dengan demikian, koperasi maupun petani penunggak KUT dapat kembali meminjam kepada lembaga keuangan, setelah proses penghapusan tunggakan itu usai. Selain penghapusan KUT, pemaparan Menteri Negara Koperasi dan UKM, Suryadharma Ali, tentang Evaluasi Kerja 2007 dan Rencana Prioritas 2008, juga dibicarakan soal penyempurnaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Realisasi program yang diluncurkan Presiden sejak 5 November 2007 itu, hingga 28 Februari lalu telah mencapai Rp 1,782 triliun. Kredit itu sendiri disalurkan melalui enam bank penyalur, yakni BNI, BRI, Bank Mandiri, BTN, Bukopin dan BSM. Bank UMK ditunda Sementara itu pemerintah juga memutuskan menunda pembentukan Bank Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Bank itu semula direncanakan untuk fokus menangani penyaluran kredit bagi pengusaha UMK. "Setelah melalui beberapa pembahasan, pemerintah memutuskan untuk menunda pembentukan bank UMK," kata Menteri Negara Koperasi dan UKM, Suryadharma Ali, usai rapat koordinasi terbatas di Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM. Suryadharma mengatakan, pemerintah memutuskan untuk lebih konsen memanfaatkan institusi yang telah ada, dibanding membentuk institusi baru. Pembentukan bank baru, kata Suryadharma, dinilai lebih baik ditunda, dan pihaknya akan fokus untuk memanfaatkan cikal bakal bank UMK yang sebelumnya telah dibentuk yaitu Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB). "Kita akan memanfaatkan institusi yang telah ada dulu. Biar LPDB jalan dulu, sebelum membentuk insitusi yang baru," kata Menteri. Semula Bank UMK direncanakan dibentuk sebagai bank yang khusus digunakan untuk pemberdayaan UMK. Bank itu akan fokus dengan menyediakan pelayanan jasa keuangan yang sederhana dan mudah dijangkau masyarakat banyak. zak/ant ( )