BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propil benzoat (C10H12O2) merupakan suatu senyawa organik yang dalam keadaan normal kenampakannya berupa cairan yng tidak berwarna dan memiliki aroma yang khas, dapat larut dalam eter, namun tidak dapat larut di dalam air. Propil benzoat merupakan suatu ester, dimana ester merupakan suatu senyawa yang memiliki aroma yang khas untuk setiap senyawa. Propil benzoat digunakan sebagai food additive, yaitu sebagai penguat aroma makanan yang memiliki aroma seperti kacang dan buahbuahan yang manis atau penguat rasa yang memberikan rasa seperti kacang. Selain sebagai food additive, propil benzoat dapat digunakan juga sebagai bahan pengawet dalam produk kosmetik, karena propil benzoat memiliki sifat yang dapat mencegah tumbuhnya mikroba (antimicrobial properties). Dalam suatu laporan bahan-bahan kosmetik menyatakan bahwa propil benzoat merupakan senyawa yang aman untuk digunakan sebagai bahan suatu produk kosmetik.(CIR 2011) Kebutuhan terhadap propil benzoat di masa yang akan datang diperkirakan akan semakin meningkat dengan semakin pesatnya perkembangan perindustrian saat ini. Sehingga diperlukan peningkatan produksi dari propil benzoat di Indonesia. B. Tinjauan Pustaka Reaksi pembentukan propil benzoat dengan bahan baku propanol dan asam benzoat hanya dapat dilakukan dengan satu cara yaitu dengan esterifikasi. Reaksi esterifikasi merupakan suatu reaksi pembentukan ester dengan mereaksikan langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol (Fessenden, 1982). Proses esterifikasi yang paling terkenal yaitu dengan metode Fischer Esterification dengan menggunakan katalisator asam sulfat. Proses ini dinyatakan paling ekonomis dan sederhana untuk saat ini. Fischer Esterification memiliki mekanisme reaksi sebagai berikut : 1. Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga meningkatkan elektrofilisitas dari atom karbon karbonil. 2. Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol, yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium. 3. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan kompleks teraktivasi 4. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan molekul air menghasilkan ester. Variabel-variabel yang mempengaruhi reaksi esterifikasi ini adalah: 1. Suhu Hal ini dikarenakan sifat dari reaksi yang eksotermis dan suhu dapat mempengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi 2. Perbandingan zat pereaksi Dikarenakan sifatnya reversible maka salah satu pereaktan harus dibuat berlebih agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan 3. Pencampuran Dengan adanya pengadukan saat pencampuran maka molekul-molekul pereaktan dapat mengalami tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi dapat berjalan lebih optimal 4. Katalis Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalis agar berjalan lebih cepat 5. Waktu reaksi Jika waktu saat reaksi lebih lama maka kesempatan molekul-molekul untuk pertumbukan semakin banyak Fischer Esterification merupakan suatu reaksi bolak-balik. Sehingga untuk menggeser reaksi ke kanan, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Pereaksi asam dan alcohol yang digunakan semurni mungkin. 2. Salah satu pereaksi dibuat berlebih untuk meningkatkan daya kontak antara kedua pereaksi 3. Hasil produk yang telah terbentuk langsung dipisahkan. Reaksi esterifikasi dapat digambarkan sebagai berikut: ` Asam Benzoat 1-Propanol Propil Benzoat Air Gambar 1.1 Reaksi Esterifikasi Propil Benzoat Konstanta kecepatan esterifkasi propanol dengan asam benzoat didapat dari perhitungan data percobaan esterifikasi secara batch dari literatur (Furniss, B.S., et.al.,1989). Reaktor yang digunakan diharapkan memberikan konversi sebesar 90% dan direncanakan dilakukan pada suhu 95°C dengan tekanan 1 atm dalam 3 buah reaktor alir tangki berpengaduk (RATB) yang disusun seri dan dilengkapi jaket pendingin. Dan menggunakan asam sulfat sebagai katalis proses esterifikasi ini.