BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Diabetes mellitus tipe 2 adalah kumpulan kelainankelainan insulin yang meliputi yang resistensi terganggu dan insulin, produksi sekresi glukosa yang berlebih. Data yang didapatkan Danaei et al. (2011) menunjukkan, terdapat 347 juta penderita diabetes mellitus di seluruh dunia dan 80% di antaranya berada di negara dengan pendapatan rendah hingga sedang. Pada tahun 2030, angka kematian akibat diabetes diprediksi meningkat 2 kali lipat dibanding tahun 2005 (Wild et al., 2004). Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia sebesar 5,7% (Mihardja et al., 2009). Patogenesis terkait dengan diabetes obesitas. mellitus Beberapa tipe produk 2 sangat biologis adiposit mempengaruhi kerja insulin, seperti leptin, TNF-alfa, asam lemak bebas, resistin, interleukin-6, dan adiponektin. Produk-produk tersebut mempengaruhi sekresi dan kerja insulin, yang berkontribusi pada resistensi insulin (Bastard et al., 2006). 1 2 Mekanisme seluler yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin belum diketahui secara pasti. Diduga, terdapat gangguan substrate-2 pada associated aktivasi insulin receptor phosphatydilinositol-3 kinase (IRS-2 associated PI3K) yang berperan dalam translokasi glucose transporter-4 (GLUT-4) dari cadangan intraseluler pada membran plasma sel otot skelet dan adiposit (Vollenweider et al., 2002). Pilar penatalaksanaan diabetes mellitus dimulai dengan pendekatan non-farmakologis, yaitu edukasi, diet, olah raga, dan penurunan berat badan (bila terdapat obesitas). Bila penatalaksanaan non-farmakologis tidak memadai, dapat diberikan medikamentosa dengan titik kerja yang beragam (WHO, 1994). Metformin, yang termasuk dalam golongan biguanida, merupakan obat antihiperglikemik pilihan pertama untuk pasien diabetes mellitus dengan menurunkan dengan meningkatkan tipe produksi 2. glukosa aktivasi Metformin hepar, AMP-activated bekerja tepatnya protein kinase (AMPK). Selain itu, metformin juga memiliki efek pada otot skelet, dengan titik tangkap lebih distal dari reseptor insulin (Zhou et al., 2001). 3 Seiring perkembangan zaman, mulai digali kemungkinan-kemungkinan digunakannya obat herbal sebagai alternatif atau komplemen pengobatan berbagai penyakit, termasuk diabetes mellitus tipe 2. Salah satu tanaman yang diduga memiliki efek antihiperglikemik adalah sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees). A. paniculata telah digunakan sebagai obat tradisional di berbagai negara di Asia. Senyawa aktif utama yang terdapat pada tanaman A. paniculata adalah andrografolid (Jayakumar et al., 2013). Beberapa efek farmakologis yang telah diketahui dari ekstrak antioksidan, A. paniculata antiradang, dan andrografolid anti-alergi, adalah anti-agregasi trombosit, hepatoproteksi, anti-HIV, antihiperglikemik, dan antikanker. A. paniculata dan andrografolid juga diketahui memiliki antipiretik, aktivitas analgesik, antimikroba, antimalaria, antiviral, larvisida dan ovisida, renoproteksi, antifertilitas, hipolipidemi, dan antidiare (Jayakumar et al., 2013). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji efek antihiperglikemik andrografolid maupun ekstrak A. paniculata. Penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa andrografolid bekerja dengan beberapa mekanisme 4 dalam menghasilkan efek antihiperglikemik. Penelitian oleh Wibudi (2006) membuktikan adanya efek ekstrak A. paniculata pada pankreas, yaitu dengan meningkatan sekresi insulin (insulinotropik). Penelitian oleh Zhang et al. (2009) menunjukkan bahwa efek antihiperglikemik A. paniculata terkait dengan aktivitas antioksidan dan inhibisi NF-kappa B. Peran antioksidan juga dibuktikan oleh Dandu dan Inamdar (2009) yang menemukan bahwa aktivitas superoksida dismutase dan katalase pada tikus model diabetes mellitus tipe 1 mengalami peningkatan dengan pemberian andrografolid. Penelitian oleh Yu et al. (2003) pada tikus yang diberi streptozotocin (STZ) mengungkapkan adanya peningkatan kadar mRNA dan protein dari GLUT-4 akibat pemberian andrografolid. Hasil yang sama didapatkan pula pada penelitian pendahuluan oleh Nugroho et al. (2012) dengan tikus diet tinggi lemak dan fruktosa. Nugroho et al. menemukan peningkatan ekspresi GLUT-4 pada jaringan otot soleus terpurifikasi tikus A. setelah paniculata, yang pemberian dibuktikan ekstrak dengan teknik imunohistokimia. Selain ekspresi GLUT-4, luaran yang diamati pada penelitian pendahuluan oleh Nugroho et al. adalah kadar 5 glukosa, trigliserida dan kolesterol LDL. Dalam penelitian tersebut, A. paniculata dan andrografolid terbukti dapat menurunkan kadar glukosa, trigliserida dan kolesterol tersebut belum LDL darah. mengukur Penelitian kadar insulin pendahuluan puasa. Indeks homeostasis model assessment – insulin resistance (HOMAIR), yang menggunakan kadar glukosa dan insulin puasa dalam perhitungannya, dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat resistensi insulin. Penelitian insulin puasa ini serum bertujuan yang untuk didapatkan mengukur dari kadar penelitian pendahuluan. Dengan menggabungkan data kadar insulin puasa dengan data sekunder berupa kadar glukosa puasa, didapatkan indeks HOMA-IR yang dapat menjadi indikator tunggal tingkat resistensi insulin pada tikus. I.2. Perumusan Masalah Permasalahan yang ada dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Apakah ekstrak terpurifikasi A. paniculata dan andrografolid dapat menurunkan indeks HOMA-IR pada 6 tikus dengan diet tinggi lemak dan fruktosa? Seberapa besar penurunan indeks HOMA-IR tersebut? 2. Bahan uji dan dosis manakah yang memberikan hasil terbaik dalam menurunkan indeks HOMA-IR pada tikus dengan diet tinggi lemak dan fruktosa? I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan umum Menguji ekstrak terpurifikasi A. paniculata dan andrografolid dalam menurunkan indeks HOMA-IR pada tikus dengan diet tinggi lemak dan fruktosa. I.3.2. Tujuan khusus 1. Mengetahui seberapa besar penurunan indeks HOMA-IR akibat pemberian ekstrak terpurifikasi A. paniculata dan andrografolid pada tikus dengan diet tinggi lemak dan fruktosa. 2. A. Mengetahui jenis bahan uji (ekstrak terpurifikasi paniculata dan andrografolid) dan dosis yang memberikan hasil terbaik dalam menurunkan indeks HOMAIR pada tikus dengan diet tinggi lemak dan fruktosa. 7 I.4. Keaslian Penelitian Berdasarkan referensi yang ditemukan penulis, penelitian untuk melihat efek ekstrak terpurifikasi A. paniculata dan andrografolid pada indeks HOMA-IR dengan diet dilakukan. tinggi lemak Beberapa dan tikus fruktosa belum pernah terkait yang pernah penelitian dilakukan antara lain: 1. Penelitian oleh Subramanian et al. (2008) dengan judul “Effect of Ethanolic Extract of Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees on a Combination of FatFed Diet and Low Dose Streptozotocin Induced Chronic Insulin Resistance in Rats”. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan lemak dalam bentuk emulsi lemak (digunakan juga sukrosa yang merupakan gabungan perbedaan antara fruktosa dengan dan penelitian glukosa), ini adalah sedangkan penggunaan streptozotocin yang bersifat merusak sel beta pankreas dan mengganggu sekresi insulin. Kerusakan sel beta pankreas dan gangguan sekresi insulin terjadi pada tahap lanjut proses patogenesis diabetes mellitus tipe 2. 2. Penelitian oleh Zhang dan Tan (2000), dengan judul “Anti-diabetic Property of Ethanolic Extract of 8 Andrographis Rats”. paniculata Persamaan in Streptozotocin-Diabetic dengan penelitian ini adalah digunakannya kadar insulin dan glukosa puasa sebagai luaran yang diamati (di samping luaran-luaran lain). Perbedaan dengan penelitian ini adalah penggunaan streptozotocin dosis tinggi (60 mg/kgBB) untuk membuat model diabetes mellitus, sehingga penelitian Zhang dan Tan lebih tepat menggambarkan diabetes mellitus tipe 1 daripada diabetes mellitus tipe 2 (Srinivasan et al., 2005). 3. Penelitian oleh Nugroho et al. (2012) dengan judul “Antidiabetic Andrographis and Antihyperlipidemic paniculata Andrographolide in (Burm. f.) Effect of Nees and High-Fructose-Fat-Fed Rats” merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian ini. Sebagai penelitian menggunakan subjek, lanjutan, ekstrak penelitian A. ini paniculata, andrografolid, dan proses induksi resistensi insulin yang sama. Perbedaan dengan penelitian ini adalah, penelitian pendahuluan tidak mengukur kadar insulin puasa sehingga tidak dapat dihitung indeks HOMA-IR yang merupakan indikator resistensi insulin. 4. Penelitian oleh Zhang et al. (2009) dengan judul “Hypoglycemic and Beta Cell Protective Effects of 9 Andrographolide Persamaan Analogue dengan for penelitian Diabetes ini Treatment”. adalah penggunaan kadar glukosa dan insulin puasa sebagai luaran yang diamati. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penggunaan konjugasi andrografolid dan asam lipoat sebagai perlakuan mellitus dengan dan pembuatan menggunakan model aloksan yang diabetes bersifat merusak sel beta pankreas. I.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi mengenai manfaat A. paniculata untuk mengatasi resistensi insulin sehingga tidak terjadi progresi penyakit menjadi diabetes mellitus tipe 2. 2. Bagi Peneliti Menjadi dasar terpurifikasi A. untuk pengembangan paniculata sebagai ekstrak agen anti resistensi insulin. 3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai terapi resistensi insulin.