BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Skizofrenia Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003). Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya dibagi dalam tiga kategori yaitu gejala positif termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif); gejala negatif ini dimaksudkan karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang, termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurang dorongan untuk beraktifitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia); serta gejala disorganisasi, baik dari perilaku aneh (Bizzare) dan ganguan pembicaraan (Wiramihardja,2005). 2.2. Epidemiologi Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan diberbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% Universitas Sumatera Utara populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban dibandingkan daerah rural (Sadock, 2003). 2.3. Etiologi Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebabskizofrenia, antara lain : 2.3.1. Faktor Genetik Faktor keturunan (genetik) juga menentukan timbulnya skizofrenia.Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,91,8%; bagi saudara kandung 7–15%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7–16%; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40–68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61–86%. Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempattempat yang berbeda diseluruh kromosom. Ini juga Universitas Sumatera Utara mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand & Barlow, 2007). 2.3.2. Faktor Biokimia Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine.Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan (Durand, 2007). 2.3.3. Faktor Psikologis dan Sosial Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga (Wiraminaradja & Sutardjo, 2005). Universitas Sumatera Utara Menurut Baihaqi (2005) Keluarga pada masa kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian.Orang tua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk berkembang, ada kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya. 2.4. Perjalanan Penyakit Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu.Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan keadaan residual (Buchanan, 2005).Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi.Penelitian retrospektif terhadap pasien dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan (Sadock, 2003). Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan Universitas Sumatera Utara perilaku.Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada.Fase residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia.Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh (Buchanan, 2005). 2.5. Gejala Klinis Skizofrenia 2.5.1. Gejala positif skizofrenia Gejala-gejala positif yang diperlihatkan pada penderita Skizofrenia adalah sebagai berikut : a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakina yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakina itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suarasuara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber suara atau bisikan itu. c. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya pembicaraanya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya. d. Gelisah, gaduh, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira dengan berlebihan. Universitas Sumatera Utara e. Merasa dirinya “orang besar”, merasa besar mampu, serta hebat dan sejenisnya. f. Pikiran penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya g. Menyimpan rasa permusuhan. 2.5.2. Gejala negatif skizofrenia : Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita Skizofrenia adalah sebagi berikut : a. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi. b. Menarik diri atau mengasingkan diri (with-drawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming). c. Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara dan pendiam. d. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial. e. Sulit dalam berpikir abstrak f. Pola pikir stereotip. g. Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas (Hawari, 2006). Universitas Sumatera Utara 2.6. Karakteristik Penderita Skizofrenia 2.6.1. Jenis kelamin Wanita lebih banyak yang dirawat di rumah sakit karena menderita gangguan jiwa dan mengalami psikosomatis di banding pria. 2.6.2. Usia Orang dewasa dan usia lanjut disebabkan kehilangan harga diri, perasaan tidak dihargai dan perasaan kurang percaya diri. Anak remaja terutama usia puber disebabkan oleh mentalnya yang masih rapuh karena tidak kuat adanya tekanan dari luar. Akibatnya mudah patah semangat dan mudah mengalami gangguan jiwa. 2.6.3. Pekerjaan/status ekonominya rendah Disebabkan tuntunan social tinggi dan ambisi material yang tinggi.Akibatnya timbul tekanan jiwa, stress atau frustasi. 2.6.4. Tingkat pendidikan Disebabkan ketidakmampuan beradaptasi dengan tuntutan social yang baru.Akibatnya kalah bersaing dengan dunia kerja (pendidikan rendah dan tidak memiliki keterampilan tekhnis) sehingga timbul tekanan jiwa, stress atau prustasi. 2.6.5. Suku atau budaya Disebabkan karena kerusuhan sosial, kerusuhan etnis, perubahan sosial dan budaya yang cepat. 2.6.6. Status marital Disebabkan keluarga yang broken home. Universitas Sumatera Utara 2.6.7. Agama Disebabkan panatik terhadap doktrin agama.Indvidu ini tidak menggunakan nalar sehat dan pengadilan perasaan sehingga tindakannya kejam, sadar dan bertentangan dengan hati nurani. Kaum ateis disebabkan pada waktu mengalami masalah berat, kebimbangan maupun ketakutan yang berat tidak ada tempat pelarian untuk minta pertolongan akibatnya timbul tekanan jiwa, stress atau frustasi(Erlinafsiah, 2010). 2.6.8. Tipe Skizofrenia Diagnosa Skizofrenia berawal dari Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) yaitu: DSM-III (American Psychiatric Assosiation, 1980) dan berlanjut dalam DSM-IV (American Psychiatric Assosiation,1994) dan DSM-IV-TR (American Psychiatric Assosiation,2000). Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari DSM-IV-TR 2000. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu (Davison, 2006) : a. Tipe Paranoid Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif masih terjaga.Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisas) mungkin juga muncul.Ciri-ciri lainnya meliputi Universitas Sumatera Utara ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi dan agresif. b. Tipe Disorganized (tidak terorganisasi) Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan.Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas hidup sehari-hari. c. Tipe Katatonik Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas motor yang berlebihan, negativisme yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi (mutism), gerakangerakan yang tidak terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain (echopraxia). d. Tipe Hebefrenik Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indikator skizofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, Universitas Sumatera Utara autisme seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan. e. Tipe Residual Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional.Gejala-gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas dan afek datar. 2.7. Penatalaksanaan (pengobatan) Gangguan jiwa Skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung berlanjut (kronis, menahun).Oleh karena itu terapi pada skizofrenia memerlukan waktu relative lama, hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse).Terapi yang dimaksud meliputi terapi dengan obat-obatan anti Skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, terapi psikososial dan terapi psikoreligius. 2.7.1. Psikofarmaka Kemajuan di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) mengalami kemajuan, baik di bidang organobiologik maupun di bidang obat-obatannya.Dari sudut organobiologik sudah diketahui bahwa pada Skizofrenia (dan juga gangguan jiwa lainnya) terdapat gangguan pada fungsi transmisi sinyal penghantar saraf Universitas Sumatera Utara (neurotransmitter) sel-sel susunan saraf pusat (otak) yaitu pelepasan zat dopamine dan serotonin yang mengakibatkan gangguan pada alam pikir, alam perasaan dan perilaku. Oleh karena itu obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada gangguan fungsi neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis dapat di hilangkan atau dapat diobati. Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-syarat antara lain sebagai berikut : a. Dosis rendah dengan aktivitas terapi dalam waktu relatif singkat. b. Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil. c. Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat baik gejala positif maupun negatif Skizofrenia. d. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat). e. Tidak menyebabkan kantuk. f. Memperbaiki pola tidur. g. Tidak menyebabkan habituasi, adiksi dan dependensi. h. Tidak menyebabkan lemas otot. i. Sebisa mungkin pemakainnya dosis tunggal (single dose). (Hawari,2006) Terapi dengan penggunaan obat antipsikosis dapat meredakan gejala-gejala skizofrenia. Obat yang digunakan adalah chlorpromazine (thorazine) dan fluphenazine decanoate (prolixin). Universitas Sumatera Utara Kedua obattersebut termasuk kelompok obat phenothiazines, reserpine (serpasil), dan haloperidol(haldol). Obat ini disebut obat penenang utama.Obat tersebut dapat menimbulkan rasakantuk dan kelesuan, tetapi tidak mengakibatkan tidur yang lelap, sekalipun dalamdosis yang sangat tinggi (orang tersebut dapat dengan mudah terbangun). Obat ini cukup tepat bagipenderita skizofrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidakrelevan.(Durand, 2007). 2.7.2. Psikoterapi Terapi kejiawaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia, baru dapat diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas (reality Testing Ability/RTA) sudah kembali pulih dan pemahaman diri (instinght) sudah baik.Psikoterapi diberikan dengan cacatan bahwa penderita masih tetap mendapat terapi psikofarmaka.Psikoterapi ini banyak macam ragamnya tergantung dari kebutuhan dan latar belakang penderita sebelum sakit (pramorbid) : a. Psikoterapi Suportif Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya (fighting spirit) dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun. Universitas Sumatera Utara b. Psikoterapi Re-edukatif Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga pendidikan ini dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar. c. Psikoterapi Re-konstruktif Jenis psikoterpi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali keperibadian yang telah retak menjadi keperibadian utuh seperti semula sebelum sakit. d. Psikoterapi Kognitif Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang baik dan buruk dan lain sebagainya (discriminative judgment). e. Psikoterapi Psiko-dinamika Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya mencari jalan keluarnya. Dengan psikoterapi ini diharapkan penderita diharapkan dapat memahami kelebihan dan kelemahan Universitas Sumatera Utara dirinya dan mampu menggunakan mekanisme pertahanan diri (defensemechanism) dengan baik. f. Psikoterapi Perilaku Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu (maladaptif) menjadi perilaku yang adaftif (mampu menyesuaikan diri).Kemampuan adaptasi penderita perlu dipulihkan agar penderita mampu berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, di lingkungan sosial. g. Psikoterapi Keluarga Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya. Dengan psikoterapi ini diharapkan keluarga dapat memahami mengenai ganguan jiwa Skizofrenia dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penderita. 2.7.3. Terapi Psikososial Dengan terapi psikososial penderita mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka sebagaimana juga halnya waktu menjalani psikoterapi.Kepada penderita diupayakan untuk Universitas Sumatera Utara tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan banyak bergaul. 2.7.4. Terapi Psikoreligius Terapi keagamaan terhadap penderita Skizofrenia ternyata mempunyai manfaat. Terapi keagamaan yang dimaksudkan adalah berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memenjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan dan kajian Kitab Suci dan lain sebagainya. (Hawari, 2006) Universitas Sumatera Utara