KARAKTERISTIK RESPONDEN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DENGAN HASIL TES ANTI-HIV REAKTIF DI RSUP SANGLAH DENPASAR IGA Putri Purwanthi1, I Ketut Agus Somia2 1 2 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah ABSTRAK Pemahaman masyarakat mengenai Voluntary Counseling and Testing (VCT) sebagai pintu gerbang utama bagi perawatan dan pencegahan transmisi HIV-AIDS dinilai masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden VCT dengan hasil tes anti-HIV reaktif di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2012 berdasarkan distribusi sosio-demografi, perilaku berisiko, alasan tes HIV dan sumber informasi tes. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif yang dilakukan pada tanggal 21 November 2013 - 25 November 2013. Total 297 responden dengan hasil tes anti-HIV reaktif didapatkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (60.8%) bertempat tinggal di Denpasar (36.4%), dengan kelompok umur terbanyak adalah 30-39 tahun (42.4%). Pendidikan terakhir terbanyak adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) (40.1%) dan status perkawinan terbanyak adalah sudah menikah (63.6%). Sebagian besar responden (36%) beprofesi sebagai wiraswasta/karyawan swasta dan belum pernah mengakses pelayanan VCT sebelumnya (94.3%). Kelompok berisiko terbanyak adalah pelanggan PS dan pasangan risti (15.5%) dengan faktor risiko hubungan seks vaginal berisiko (71.4%). Sebagian besar responden datang mengakses layanan VCT karena rujukan (46.8%) dengan sumber informasi terbanyak dari dokter (70.4%). Perlu edukasi kepada masyarakat mengenai wawasan tentang tes HIV dan evaluasi program promosi-preventif yang dilaksanakan agar lebih efektif dan tepat sasaran. Kata kunci: karakteristik responden, tes HIV, VCT Sanglah CHARACTERISTIC VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) RESPONDENTS WITH REACTIVE ANTI-HIV TEST RESULT AT RSUP SANGLAH DENPASAR ABSTRACT Community understanding of Voluntary Counseling and Testing (VCT) as an entry point to prevention, care and treatment is still lacking. This study aimed to know about characteristic of VCT respondents who have reactive test results in RSUP Sanglah Denpasar based on socio-demographic, behavioral risk factor, the reasons for being tested and test information resources. A retrospective descriptive study was conducted among VCT respondents who have reactive test results in RSUP Sanglah Denpasar during 21 November 2013 - 25 November 2013. Total 297 respondents who have reactive test results, most of them were men (60.8%) and mostly from Denpasar (36.4%). About 42.4% between 30-39 years old and their last educational level was senior high school (40.1%). 63.6% were married and majority were entrepreneurs and private workers (36%). 15.5% reported as customers of prostitutes and high risk couple. Major risk factor was unprotected vaginal intercourse (71.4%). Major reason for being tested was referral and most of them knew about the test from doctors (70.4%) Education related HIV test and evaluation for health promotion are needed to be conducted to perform an effective and accurate program in the future. Keywords: respondents characteristic, HIV testing, VCT Sanglah menularkan virus tersebut.1,2 HIV-AIDS PENDAHULUAN merupakan AIDS (Acquired Immunodeficiency Sydrome) merupakan suatu kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus).1 HIV-AIDS memiliki “window period” yang pandemi yang menjadi ancaman global masyarakat di seluruh dunia karena sampai saat ini masih belum dapat ditemukan obat untuk mengeradikasi virus HIV di dalam tubuh manusia serta vaksin untuk pencegahannya. ditandai dengan fase asimtomatik (fase Situasi HIV-AIDS di Indonesia sendiri tanpa gejala) dimana pada fase yang tergolong rata-rata berlangsung relatif lama ini, sejak pertama kali ditemukan di Bali virus dalam tubuh penderita belum pada dapat terdeteksi melalui tes anti-HIV September namun tersebar si penderita sudah dapat mengkhawatirkan tahun di 1987 2012 341 sampai kasus (71%) karena dengan HIV-AIDS dari 497 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia. Direktorat Menurut Jenderal laporan AIDS adalah early diagnosis, yaitu Pengendalian dapat mendorong masyarakat untuk Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tidak (PP dan PL) Departemen Kesehatan RI, termotivasi untuk mengikuti tes HIV secara kumulatif jumlah kasus baru HIV dan early treatment, yaitu semua yang yang dilaporkan dari bulan Juli sampai telah dengan September 2012 di Indonesia diberikan antiretroviral (ARV) pada adalah sebanyak 5.489 kasus sedangkan masa awal perjalanan penyakit.3 kasus baru AIDS dilaporkan sebanyak 1317 kasus.3 Beberapa berperilaku positif Voluntary (VCT) faktor risiko HIV-AIDS berisiko terinfeksi Counseling adalah HIV bisa and Testing satu strategi HIV-AIDS dalam salah penanggulangan dan tertinggi adalah hubungan seks tidak upaya Getting Zero Infection, Zero aman pada heteroseksual, penggunaan AIDS Related Death, dan Zero Stigma jarum suntik tidak steril pada penasun Discrimination (Pengguna Narkoba Suntik), dari ibu merupakan instrumen dalam upaya (positif HIV) ke anak, dan LSL (Lelaki layanan kesehatan paripurna di bidang Seks Lelaki).2,3 Pola persebaran HIV-AIDS di yang Indonesia. mencakup VCT proses penyakit HIV-AIDS ini sendiri sudah konseling pra testing, konseling pasca mengalami pergeseran tren yaitu tidak testing, dan testing HIV secara sukarela hanya ada di kalangan pekerja dan yang bersifat konfidensialitas dan secara pelanggan seks saja namun sudah lebih dini membantu orang mengetahui menyentuh kalangan masyarakat umum status HIV mereka.4 Menurut Komisi seperti ibu rumah tangga dan bayi baru Penanggulangan lahir melalui transmisi ibu positif HIV (KPAN) 2008, sebanyak 70-80 persen ke anaknya. penderita HIV-AIDS di Sumatera Utara AIDS Nasional ditemukan setiap bulannya di 14 klinik Strategi pengendalian memadukan HIV-AIDS pencegahan, VCT yang ada di daerah tersebut.5 perawatan, dukungan, serta pengobatan yang sangat VCT merupakan suatu entry point bagi kompleks dan perawatan dan pencegahan transmisi diskriminasi ODHA masih terjadi di HIV-AIDS yang masih bersifat passive masyarakat. Prioritas tindakan yang finding. dilakukan dalam penanggulangan HIV- masyarakat serta sosialisasi yang kurang mengingat stigma Kurangnya pemahaman tepat sasaran mengenai program VCT ini mengakibatkan diperlukannya suatu Sampel pada penelitian ini adalah data dapat seluruh responden klinik VCT Nusa mengevaluasi upaya promosi-preventif Indah RSUP Sanglah Denpasar dengan yang sudah dilakukan selama ini. Di hasil tes anti-HIV reaktif yang berumur Indonesia, termasuk di Bali, khususnya tidak kurang dari 12 tahun dan mengisi juga di RSUP Sanglah belum ada data formulir konseling tes sukarela pada mengenai tahun 2012. pendukung yang karakteristik mengenai responden yang mencari layanan VCT dengan hasil tes anti-HIV reaktif. Maka dari itu, untuk membuat layanan ini dapat berjalan dengan lebih efektif diperlukan suatu gambaran mengenai karakteristik responden yang mengakses layanan VCT dengan hasil tes anti-HIV reaktif. Pengumpulan berdasarkan demografi tinggal, status data karakteristik (jenis umur, kelamin, pendidikan perkawinan, HASIL PENELITIAN RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 November – 25 November 2013 dengan mengambil data dari folder rekapan formulir konseling tes sukarela di klinik VCT Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2012. Data yang terkumpul dalam penelitian diolah dengan menggunakan program SPSS dan dianalisis secara terakhir, pekerjaan dan risiko), alasan tes HIV dan sumber Penelitian ini merupakan penelitian dengan hasil tes anti-HIV reaktif di tempat berisiko (kelompok berisiko dan faktor informasi tes HIV. karakteristik responden klinik VCT sosio- riwayat tes HIV sebelumnya), perilaku METODE PENELITIAN deskriptif retrospektif untuk melihat dilakukan Tercatat sebanyak 1353 orang yang mengakses layanan VCT di RSUP Sanglah pada tahun 2012 dan sebanyak 388 (28.7%) dikonfirmasi memiliki hasil tes anti-HIV reaktif. Dari data tersebut didapatkan sebanyak 297 sampel yang formulirnya tersedia dan berumur tidak kurang dari 12 tahun. Data yang diambil adalah data berupa karakteristik sosio-demografi, perilaku berisiko, alasan tes HIV dan sumber informasi tes HIV. deskriptif kemudian ditampilkan dalam Berdasarkan jenis kelamin seperti yang bentuk tabel frekuensi. ditunjukkan pada tabel 1, didapatkan mayoritas responden berjenis kelamin laki laki (60.9%). Tabel 2 menyajikan terbanyak adalah kelompok umur 30 - tentang responden 39 tahun (42.4%). Mean (rata-rata) berdasarkan tempat tinggal. Tabel 2 umur responden 34.34 tahun dengan menunjukkan jumlah terbanyak adalah median responden yang bertempat tinggal di dengan hasil tes anti-HIV reaktif adalah daerah Denpasar (36.4%) diikuti oleh 16 tahun dan umur tertinggi adalah 69 Badung (21.9%) dan Amlapura (2.7%). tahun. karakteristik 32 tahun. Umur Berdasarkan tabel 3, kelompok umur Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Jumlah (n) Persentase (%) Laki – laki 181 60.9 Perempuan 112 37.7 4 1.3 297 100 Tidak ada data Total kasus Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Tempat Tinggal Jumlah (n) Persentase (%) Denpasar 108 36.4 Badung 65 21.9 Amlapura 27 9.1 Gianyar 19 6.4 Singaraja 19 6.4 Semarapura 11 3.7 Tabanan 11 3.7 Jembrana 8 2.7 Bangli 5 1.7 Luar Provinsi Bali 4 1.3 Tidak ada data 20 6.7 Total kasus 297 100 terendah Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur Jumlah (n) Persentase (%) ≤ 19 tahun 5 1.7 20 - 29 tahun 92 31.0 30 - 39 tahun 126 42.4 40 - 49 tahun 47 15.8 50 - 59 tahun 14 4.7 ≥ 60 tahun 9 3.0 Tidak ada data 4 1.3 297 100 Total kasus Pendidikan terakhir terbanyak adalah dirinya bekerja tetapi tidak dijelaskan Sekolah lebih lanjut jenis pekerjaannya seperti Menengah Atas (SMA) (40.1%) diikuti oleh Sekolah Menengah yang ditunjukkan pada tabel 6. Pertama (SMP) (17.2%) dan Pendidikan Tinggi (16.8%) seperti yang ditunjukkan pada tabel 4. Sedangkan berdasarkan tabel 5, status perkawinan terbanyak adalah menikah (63.6%). Tabel 7 merupakan data mengenai riwayat tes HIV sebelumnya, mayoritas responden yang tidak pernah mengakses layanan VCT sebelumnya yaitu sebanyak 280 orang (94.3%). Pada Jenis pekerjaan terbanyak adalah responden (36%) melakukan tes HIV sebelumnya (4%), diikuti oleh responden yang tidak sebanyak 6 orang hasilnya positif, 1 bekerja orang hasilnya negatif dan 5 orang tidak wiraswasta/karyawan (9.1%) dan swasta buruh/petugas kebersihan/PRT (5.4%). Sebanyak 10 orang (3.4%) menuliskan status bahwa yang mengetahui hasilnya. sudah pernah Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan terakhir Jumlah (n) Persentase (%) Tidak sekolah 1 0.3 SD 44 14.8 SMP 51 17.2 SMA 119 40.1 Pendidikan Tinggi 50 16.8 Tidak ada data 32 10.8 Total kasus 297 100 Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Status Perkawinan Jumlah (n) Persentase (%) Belum menikah 79 26.6 Menikah 189 63.6 Cerai 17 5.7 Tidak ada data 12 4.0 Total kasus 297 100 Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%) Tidak bekerja 27 9.1 Bekerja (tanpa keterangan) 10 3.4 Wiraswasta/Karyawan Swasta 107 36 Buruh/Petugas Kebersihan/PRT 16 5.4 Ibu Rumah Tangga 14 4.7 PNS 11 3.7 Supir 11 3.7 Satpam 7 2.4 Petani 5 1.7 POLRI 3 1 Pekerja Seks Komersial 2 0.7 Pejabat Lembaga Legislatif 1 0.3 Tenaga Kesehatan 1 0.3 Lainnya 14 4.7 Tidak ada data 68 22.9 Total kasus 297 100 Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Tes HIV Sebelumnya Riwayat Tes Jumlah (n) Persentase (%) Tidak pernah 280 94.3 Pernah 12 4.0 Tidak ada data 5 1.7 297 100 Total kasus Berdasarkan kelompok berisiko seperti PS (15.5%). Sebanyak 41 orang (13.8) yang 8, termasuk ke dalam lebih dari satu didapatkan sebanyak 217 orang mengisi kelompok berisiko. Berdasarkan tabel 9, data kelompok berisiko pada formulir faktor risiko terbanyak adalah hubungan dengan seks ditunjukkan distribusi pada sebagai tabel berikut: vaginal berisiko (71.4%). kelompok berisiko terbanyak adalah Sebanyak 15 orang termasuk ke dalam pasangan risti (15.5%) dan pelanggan lebih dari faktor risiko (5%). Seperti yang dapat dilihat pada tabel 10, orang (15.8%) memiliki lebih dari satu alasan tes terbanyak adalah berdasarkan alasan tes. Sumber informasi tes HIV rujukan (46.8%) diikuti oleh merasa terbanyak berasal dari dokter (70.4%) berisiko (20.5%) dan ada gejala tertentu diikuti oleh lay konselor (57%) dan (15%). Rujukan yang dimaksud berasal teman (16%) seperti yang ditunjukkan dari dokter, klinik swasta dan Palang pada tabel 11. Merah Indonesia (PMI). Sebanyak 47 Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Berisiko Kelompok Berisiko Jumlah (n) Persentase (%) Pelanggan PS 46 15.5 Pasangan risti 46 15.5 Pasien TB 35 11.8 PS tidak langsung 12 4.0 PS langsung 4 1.3 Gay 10 3.4 Penasun 1 0.3 Pelanggan PS dan pasien TB 23 7.7 PS tidak langsung dan pasien 9 3.0 Pasien TB dan pasangan risti 6 2.0 Pasangan risti dan pelanggan 1 0.3 Gay dan pasien TB 1 0.3 Penasun, pelanggan PS dan 1 0.3 Lainnya 22 7.4 Tidak ada data 80 26.9 Total kasus 297 100 Lebih dari satu kelompok berisiko TB PS pasien TB Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Faktor Risiko Jumlah (n) Persentase (%) Tidak ada faktor risiko 18 6.1 Hubungan seks vaginal berisiko 212 71.4 Anal seks berisiko 13 4.4 Bergantian peralatan suntik 4 1.3 Tato 2 0.7 7 2.4 7 2.4 1 0.3 Lainnya 23 7.7 Tidak ada data 10 3.4 Total kasus 297 100 Lebih dari satu faktor risiko Hubungan seks vaginal dan anal berisiko Hubungan seks vaginal berisiko dan tato Hubungan seks vaginal berisiko dan bergantian peralatan suntik Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Tes HIV Alasan Tes Jumlah (n) Persentase (%) Rujukan 139 46.8 Merasa berisiko 61 20.5 Ingin tahu saja 23 7.7 Ada gejala tertentu 15 5.1 40 13.5 Merasa berisiko dan rujukan 3 1.0 Ada gejala tertentu dan merasa 3 1.0 1 0.3 Lainnya 6 2.0 Tidak ada data 6 2.0 297 100 Lebih dari satu alasan tes Ada gejala tertentu dan rujukan berisiko Ingin tahu saja dan ada gejala tertentu Total kasus Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tes HIV Sumber Informasi Jumlah (n) Persentase (%) Dokter 209 70.4 Lay konselor 57 19.2 Teman 16 5.4 Petugas outrace 1 0.3 Internet 1 0.3 Dokter dan lay konselor 1 0.3 Teman dan lay konselor 1 0.3 Koran dan brosur 1 0.3 Koran, TV dan teman 1 0.3 Lainnya 5 1.7 Tidak ada data 4 1.3 297 100 Lebih dari satu sumber informasi Total kasus Ditinjau dari distribusi berdasarkan PEMBAHASAN Berdasarkan kelamin, distribusi menurut jenis responden dengan jenis kelamin laki-laki (60.9%) lebih banyak daripada perempuan (37.7%) dengan perbandingan 5 : 3. Hal ini sesuai dengan data kumulatif penderita HIVAIDS di Bali periode 1987 sampai dengan Agustus 2012 dimana jumlah penderita HIV-AIDS dengan jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 4.288 orang dan dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 2216 orang.6 Hal ini mungkin diakibatkan oleh populasi laki-laki yang lebih banyak kelompok umur yang paling banyak didapatkan adalah kelompok umur 3039 tahun (42.4%), diikuti oleh kelompok umur 20-29 tahun (31%). Begitu pula Direktorat menurut Jenderal data dari Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan RI didapatkan persentase kumulatif kasus AIDS di Indonesia dari tahun 1987 2012 adalah tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (42,3%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (33,1%).3 dan Data mengenai distribusi hasil tes anti- kecenderungan lebih dari satu laki-laki HIV reaktif berdasarkan umur di atas yang mendapat HIV dari satu saja menunjukkan sebagian besar pasien perempuan pekerja seks. HIV-AIDS ditemukan pada kelompok Distribusi hasil tes anti-HIV reaktif berdasarkan tempat tinggal didapatkan data sebagian besar bertempat tinggal di Denpasar (36.4%) dan diikuti oleh Badung (21.9%). Hal ini mungkin diakibatkan oleh letak klinik VCT Nusa Indah sendiri yang berada di Denpasar. Selain itu hal ini dapat disebabkan oleh kecenderungan paparan faktor atau perilaku berisiko yang cukup tinggi di daerah perkotaan pelanggan pekerja seperti perilaku seks, pengguna narkoba suntik, tato, dan lainnya. usia produktif. merupakan Fenomena ancaman produktivitas ini terhadap individu yang bersangkutan dan secara tidak langsung merupakan ancaman pula bagi pembangunan nasional di Indonesia. Adapun sebagaimana yang telah di atur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 68 tahun 2004, dengan dilatarbelakangi oleh merebaknya kasus HIV-AIDS di kalangan usia produktif maka perlu diberikan informasi, pendidikan dan pelatihan mengenai HIV-AIDS kepada tenaga kerja sebagai bentuk upaya pencegahan dan kesadaran untuk mengakses layanan penanggulangan HIV-AIDS di tempat kesehatan apabila kerja.7 berisiko.10 mengenai Distribusi hasil tes anti-HIV reaktif berdasarkan pendidikan didapatkan data terakhir terbanyak pada kelompok Sekolah Menengah Atas (SMA) (40.1%), diikuti oleh Sekolah Menengah Pertama (SMP) (17.2%) dan Pendidikan Tinggi (16.8%). Zhang et al merasa Sebaiknya HIV-AIDS dirinya pendidikan ini diberikan secara wajib kepada siswa Pendidikan Tinggi, SMP maupun SMA melihat tingginya angka prevalensi HIV-AIDS di antara golongan tersebut sehingga mereka akan memiliki wawasan dan dapat memproteksi dirinya sendiri dari hal-hal yang berisiko. (2012), menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya Ditinjau dari distribusi berdasarkan pemanfaatan VCT di kalangan rural status migrants di China adalah pengetahuan terbanyak pada kelompok responden mengenai yang sudah menikah (63.6%). Hal ini HIV-AIDS yang kurang perkawinan menjadi didapatkan memadai dan ketakutan akan adanya perlu stigma di masyarakat mengenai HIV- banyaknya kemungkinan transmisi yang AIDS.8 dapat terjadi perhatian data seperti karena suami yang menularkan HIV kepada istrinya atau Hasil tes anti-HIV berdasarkan tingkat menunjukkan responden yang pendidikan sebagaian memiliki reaktif latar ini besar belakang pendidikan terakhir Pendidikan Tinggi, SMP dan SMA. Redding et al (2000) seperti yang dikutip oleh Purwaningsih (2010), menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi persepsi dan perilaku orang tersebut akan kesehatannya.9,10 Semakin tinggi sebaliknya dan bisa juga terjadi transmisi ibu positif HIV ke anak yang dikandungnya. bersifat Walaupun sukarela, tes perlu HIV diberikan edukasi kepada pasangan yang akan menikah akan pentingnya tes kesehatan khususnya tes HIV sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Melalui early diagnostic maka transmisi HIV pun dapat dicegah. tingkat pengetahuan akan berpengaruh Jenis pekerjaan terbanyak terhadap perilaku yang tidak berisiko responden tes anti-HIV reaktif adalah terhadap suatu penyakit dan tingginya wiraswasta/karyawan swasta pada (36%). Beberapa jenis pekerjaan wiraswasta/karyawan yang bahwa praktek prostitusi merupakan dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu akar sumber penularan HIV- karyawan toko, pedagang, karyawan AIDS akibat perilaku seksual yang hotel, berisiko tinggi. Rendahnya persentase karyawan swasta orang (0.7%). Seperti yang kita ketahui perusahan travel, karyawan tempat spa atau tukang pijat tersebut dan lainnya. Hal ini berakitan dengan rendahnya kesadaran wanita pekerja data karakteristik berdasarkan umur seks untuk mencari pelayanan VCT atau dimana reaktif mereka enggan untuk menuliskan status didapatkan terbanyak pada kelompok pekerjaannya pada formulir. Maka dari usia produktif. Melihat hal ini maka itu data ini perlu dikaji lagi dan sangat diperlukan kebijakan mengenai pendidian tentang safe sex pada tempat- HIV-AIDS di tempat kerja minimal tempat prostitusi masih perlu dilakukan. hasil mencakup tes anti-HIV program informasi yang mengenai perilaku seksual menjaga sikap aman dan nondiskriminatif. Kegiatan juga mencakup dialog dengan karyawan untuk menumbuhkan lingkungan kerja yang sehat, hak untuk mendapat perlindungan dan dukungan, terjaminnya kerahasiaan serta tidak adanya PHK. Program HIV-AIDS di tempat kerja sangat penting karena akan memberikan rasa aman dan nyaman pada karyawan dan staf perusahaan serta menghilangkan diakibatkan oleh berisikan pencegahan, yang bisa stigma dan diskriminasi serta jaminan tidak adanya pemecatan.5,7 Berdasarkan riwayat tes HIV sebelumnya, didominasi pada responden yang tidak pernah mengakses layanan VCT sebelumnya (94.3%). Hal ini dapat berarti bahwa kesadaran masyarakat untuk melakukan VCT khususnya pada mereka yang terpapar faktor risiko masih kurang. Pada responden yang sudah pernah melakukan tes HIV sebelumnya (4%), sebanyak 6 orang hasilnya positif, 1 orang hasilnya negatif dan 5 orang tidak mengetahui hasilnya. Hal ini perlu dikaji lagi apakah ada kemungkinan responden yang sebelumnya sudah pernah di tes HIV tersebut mengulang tes kembali Hal lain yang perlu disoroti adalah karena tidak percaya dengan hasil tes rendahnya persentase responden yang sebelumnya. mengisi data pekerjaan sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) yaitu sebanyak 2 Berdasarkan distribusi kelompok memudahkan upaya promosi-preventif berisiko, dari 217 responden yang yang tepat sasaran dan efektif. Perlu mengisi kelompok diberikan edukasi kepada masyarakat berisiko terbanyak adalah pelanggan PS khususnya yang termasuk ke dalam (15.5%) dan pasangan risti (15.5%). kelompok berisiko mengenai hal ini Sebanyak 80 orang responden (26.9%) sehingga mereka dapat menghindari tidak mengisi data kelompok berisiko faktor pada diberikan data didapatkan formulir. Hal ini mungkin risiko tersebut. Perlu pengertian juga terhadap disebabkan karena persepsi mereka responden di VCT Nusa Indah RSUP tentang tidak pentingnya data kelompok Sanglah berisiko dalam prosedur tes yang akan kelompok berisiko pada formulir yang dilaksanakan atau mereka malu dan sudah disediakan. pentingnya mengisi data enggan untuk mengisinya. Ditinjau dari distribusi hasil tes antiMenurut Guidelines on Surveillance HIV among Populations Most at Risk for didapatkan terbanyak pada responden HIV UNAIDS 2011, beberapa populasi dengan riwayat faktor risiko hubungan spesifik dalam seks vaginal berisiko (71.4%). Beberapa kelompok berisiko HIV adalah pekerja bentuk transmisi HIV-AIDS adalah seks, pelanggan pekerja seks, pengguna penularan melalui hubungan seksual narkoba suntik, dan Lelaki Seks Lelaki yaitu sekitar 75% dari kasus penularan (LSL).11 Pada penelitian ini pasien HIV, darah dan produk darah yang Tuberculosis (TB) termasuk kelompok terinfeksi seperti tranfusi darah yang berisiko pada formulir konseling tes tidak ditapis serta pemakaian jarum sukarela disebabkan oleh karena TB suntik merupakan koinfeksi HIV tersering bergantian, dan transmisi ibu ke anak.2 (40%) yang dan masuk ke merupakan yang tidak faktor steril risiko secara penyebab mortalitas utama pada Orang Dengan Infeksi HIV-AIDS (ODHA). berdasarkan 12,13 Fakta tersebut mengakibatkan dibutuhkannya tes VCT pada orang-orang dengan TB. Edukasi mengenai safe sex dan ABCD (Abstinence, Drugs) Be perlu Faithful, dilakukan Condom, kepada kelompok berisiko dan juga masyarakat umum mengingat sudah terjadi Dengan mengetahui kelompok apa yang pergeseran tren penyakit HIV-AIDS berisiko pada ibu rumah tangga yang tertular terhadap HIV-AIDS akan dari suami dengan perilaku seks yang adanya faktor risiko dalam diri mereka, berisiko. kampanye ketakutan akan HIV-AIDS itu sendiri, penggunaan kondom masih tergolong ketakutan akan stigma dan diskriminasi kontroversi di beberapa daerah, masih di masyarakat, kurangnya pengetahuan perlu akan tes HIV, keadaan finansial dan Walaupun dilakukan mendukung upaya kebijakan dalam penggunaan lainnya.15,16 kondom kepada para pekerja seks yang dicantumkan pada Strategi Komisi Penanggulangan AIDS Nasional tahun 2007-2010 untuk mencegah penularan Berkaitan dengan alasan tes HIV, sumber informasi tes mengenai VCT itu sendiri sebagian besar berasal dari dokter HIV.14 yaitu sebanyak 209 orang (70.4%). Sumber informasi lain seperti Ditinjau dari alasan responden VCT koran dan brosur serta internet masing- dengan dalam masing hanya diakses oleh 1 responden mengakses layanan VCT didapatkan (0.3%). Hal ini dapat berarti kampanye alasan terbanyak adalah melakukan tes yang karena rujukan rujukan yang hasil tes reaktif dilakukan oleh komunitas- (46.8%). Sumber komunitas yang bergerak di bidang mendominasi adalah HIV-AIDS masih belum tepat sasaran rujukan dari dokter. Hal ini berarti mengingat brosur, pamflet dan poster penderita baru melakukan VCT jika adalah sudah dan informasi yang biasa dipakai oleh mendatangi praktik dokter tertentu. komunitas-komunitas tersebut. Hal ini Sedangkan responden yang melakukan perlu menjadi bahan pertimbangan dan VCT karena merasa berisiko adalah bahan evaluasi untuk program dan sebanyak 61 orang (20.5%). upaya promosi-preventif berikutnya. Hal ini berbeda dengan penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini terkait Mungrue et al (2012), dimana alasan dengan sumber data yang berasal dari utama responden HIV rapid test di formulir yang diisi oleh responden. Hal Trinidad dalam mengakses pelayanan ini mengakibatkan banyaknya kesulitan tersebut adalah rasa ingin tahu (38%).15 dalam Beberapa faktor penghambat responden karena beberapa formulir tidak diisi dalam mengakses layanan tes HIV dengan lengkap. Disamping itu jangka terjadi gejala tertentu adalah persepsi mereka akan tidak media pencarian utama penyebaran kelengkapan data waktu pengambilan serta pengolahan masyarakat mengenai HIV-AIDS dan data juga relatif pendek. dievaluasi agar lebih efektif dan tepat sasaran. SIMPULAN Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan metode penelitian yang Sebagian besar responden kelamin laki-laki berjenis (60.9%) dan bertempat tinggal di Denpasar (36.4%). lain dan dalam jangka waktu yang lebih lama agar data yang didapatkan lebih lengkap dan tepat. Kelompok umur terbanyak adalah pada usia produktif yaitu umur 30-39 tahun (42.4%) dengan pekerjaan 1. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di terbanyak adalah wiraswasta/karyawan Indonesia. Ilmu Penyakit Dalam. In: swasta Sudoyo AW, Setiyohadi B, editors. (36%). responden jenis DAFTAR PUSTAKA Pendidikan terakhir sebagian besar adalah Ilmu Sekolah Menengah Atas (SMA) Interna Publishing, 2009; p. 2861- (40.1%) dan status perkawinan Penyakit Dalam. Jakarta: 70. terbanyak adalah menikah (63.6%). Sebagian besar responden belum pernah mengakses layanan VCT sebelumnya 2. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi. 7th ed, Vol 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (94.3%) EGC, 2007; p. 164-3. Kelompok berisiko terbanyak adalah pelanggan PS (15.5%) dan pasangan risti (15.5%) dengan faktor risiko terbanyak adalah hubungan seks vaginal berisiko (71.4%). Alasan responden dalam mengakses layanan VCT ini adalah sebagian besar karena rujukan (46.8%). Sumber informasi terbanyak mereka dapatkan dari dokter (70.4%). Dari penelitian ini, dapat kami sarankan bagi pihak yang bergerak di bidang promosi-preventiv HIV-AIDS agar lebih menggalakkan edukasi kepada 3. Departemen Kesehatan Perkembangan R.I. HIV-AIDS di Indonesia Triwulan III tahun 2012. [monograph in internet]. Jakarta: Depkes; 2012 [cited November 26]: Available from http://www.depkes.go.id. 4. Keputusan Republik Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 1507/MENKES/SK/X/2005 Tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela (Voluntary Counselling and Testing), Tanggal VCT pada orang risiko tinggi 18 Oktober 2005. HIV/AIDS. JurnalNers. 2011; 6:5867. 5. Komisi Penanggulangan AIDS. 70 Persen Kasus Melalui HIV VCT. Ditemukan [monograph Oliva, Arturo, et al. women in HIV/AIDS among internet]. Medan: KPA; 2011 [cited Havana, Cuba: November MEDICC Review. 2013; 15:29-35. 26]: Available in 10. Dinorah, from 1986-2011. http://www.aidsindonesia.or.id. 11. UNAID. Guidelines on surveillance 6. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Denpasar. Situasi kasus HIV-AIDS among populations most at risk for HIV. Geneva: WHO; 2011.p.1-40. di Provinsi Bali dari tahun 1987 s/d Agustus 2012. [monograph in internet]. Bali: KPA; 2012 [cited November 26]: Available from 12. Utama S, Somia A, Parwati T. Pengaruh pemberian kombinasi anti retro virus lebih awal terhadap mortalitas pada ko-infeksi TB-HIV http://kpa.denpasarkota.go.id/. di Rumah Sakit sanglah Denpasar. J 7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia Republik Nomor: 68/MEN/IV/2004 Kep. Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di Tempat Kerja, 8. Zhang T, Zhang J, Gao M, He N, Detels R. Knowledge, attitudes and of voluntary 13. Harries A, Maher D, Graham S. Background Tuberculosis information and HIV. on WHO: TB/HIV a clinical manual. 2nd ed. Geneva: WHO; 2004.p.23-40. Tanggal 28 April 2004. practices Penyakit Dalam. 2011; 12:121-5. HIV couselling and testing among rural migrants in central China: a crosssectional study. European Journal of Public Health. 2011; 22:192-7. 14. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2010. Strategi dan rencana aksi nasional penanggulangan HIV dan AIDS tahun 2010-2014. http://www.aidsindonesia.or.id/strat egi-dan-rencana-aksi-nasionalpenanggulangan-hiv-dan-aidstahun-2010-2014, Diakses pada 26 9. Purwaningsih, Misutarno, Imamah SN. Analisis faktor pemanfaatan November 2013. 15. Mungrue K, Sahadool S, Evans R, 16. Yazdanpanah Y, Lange J, Gerstoft et al. Assesing the HIV test in the J, Cairns G. Earlier testing for HIV - fight HIV/AIDS how do we prevent late presentation. epidemic in Trinidad. Dovepress. Antiviral Therapy 2010;15 Suppl 2013; 5:191-8. 1:17-24. against the