Dibutuhkan Peta Dakwah

advertisement
REPUBLIKA
MAHAKA MEDIA
TAUSIYAH MAMAH DEDEH
JAKARTA — Berkaitan dengan tahun
baru Islam 1432 H, Ustazah Hj Mamah
Dedeh mengajak untuk berhijrah
menjadi manusia yang lebih baik.
“Orang yang berhijrah adalah orang
yang meninggalkan hal-hal yang dilarang Allah kemudian menjalani perbuatan yang lebih baik,” kata ustazah
kondang ini ketika bertausiyah di
hadapan karyawan PT Republika Media
Mandiri, Jumat (17/12).
Dalam ceramah bertema ‘Hijrah’ ini,
Mamah Dedeh juga mengajak untuk
menerapkan makna hijrah dalam
kehidupan sehari-hari. “Jadilah orang
yang bermakna untuk lingkungan, rela
berkorban, selalu bertawakal, dan
berusaha disertai doa.”
Tampak Mamah Dedeh memberikan
tausiyah dalam pengajian karyawan
Republika. ■
FACHRUL RATZI/REPUBLIKA
Dibutuhkan Peta Dakwah
Upaya membuat peta
dakwah bisa dimulai dari
masjid.
JAKARTA — Dakwah Islam di
Tanah Air tidak memiliki pemetaan
yang jelas dan sistematis. Akibatnya,
laju dakwah berjalan tidak maksimal.
Seperti dikatakan Ketua Umum
Pengurus Pusat Ikatan Dai Indonesia
(Ikadi), Ahmad Satori Ismail, gagasan membuat peta dakwah berskala
nasional sudah mencuat sejak 10 tahun silam di Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Tapi, nyatanya tidak selesai sampai sekarang,” ujarnya kepada Republika di Jakarta, Jumat (17/12).
Karena itu, perlu segera dilakukan
pertemuan ormas-ormas Islam untuk
konsolidasi dan koordinasi.
Peta dakwah itu, kata Satori,
akan dijadikan acuan bersama untuk
memaksimalkan potensi dakwah.
Dia mencontohkan, sebagian wilayah di Indonesia belum tersentuh
oleh dakwah para dai. “Peta dakwah
itu akan membantu mendistribusikan pendakwah secara merata,” katanya.
Selain itu, lanjut Satori, peta dakwah juga memetakan kondisi sosial,
ekonomi, dan pendidikan masyarakat yang menjadi objek dakwah.
Diakui, perumusan peta dakwah
memerlukan waktu dan proses yang
lama. “Tetapi bukan berarti gagasan
harus berhenti dan menunggu proses
selesai,” ujar Satori.
Membuat peta dakwah, menurutnya, bisa dimulai dengan memberdayakan potensi masjid yang tersebar di seluruh Indonesia. Misalnya,
dari segi ritual masjid bisa dibuat
pemetaan dengan mendata berapa
jamaah yang aktif, kurang, dan tidak
aktif. Di bidang ekonomi, pendataan
dilakukan untuk mengetahui taraf
kesejahteraan dan perekonomian
umat terutama di lingkungan masjid.
Bila langkah sederhana yang dimulai dari masjid ini bisa dilaksanakan, menurut Satori, itu akan
mempermudah upaya pemetaan.
“Pemetaan dakwah berbasis masjid
ini sederhana tapi bisa efektif,” ungkapnya.
Harus segera diperbaiki
Dalam pandangan Ketua Majelis
Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agus Sukaca, ketiadaan
peta dakwah merupakan salah satu
kelemahan yang perlu segera diperbaiki oleh umat Islam. Apalagi, tantangan yang dihadapi umat Islam
begitu besar dan membutuhkan
kerja sama serta sinergi yang meli-
Peran Ulama di Jakarta Dievaluasi
JAKARTA — Melalui Rapat Kerja Daerah (Rakerda)
I pada 17-18 Desember ini,
Majelis Ulama Indonesia
(MUI) DKI Jakarta akan
membahas upaya revitalisasi peran ulama di masyarakat perkotaan, khususnya
Jakarta. Menurut Syamsul
Maarif, sekretaris umum
MUI DKI Jakarta, rakerda
kali ini akan membahas isu
dan agenda penting sebagai
kontribusi membangun tata
cara keagamaan, akidah,
dan moralitas masyarakat
urban.
“Intinya adalah evaluasi
peran dan sumbangsih ulama di Jakarta,” ujarnya kepada Republika di sela-sela
pelaksanaan Rakerda I MUI
DKI Jakarta, Jumat (17/12).
Syamsul mengatakan,
MUI DKI Jakarta berkomitmen mengawal akidah dan
moralitas masyarakat mela-
lui fatwa dan berbagai aktivitas dakwah. Karena itu,
pihaknya melakukan penelitian tentang berbagai persoalan sosial, agama, dan
ekonomi yang dihadapi
umat.
Dia mencontohkan kasus
Mbah Priok yang mengundang keterlibatan MUI untuk
memberikan solusi integral
meliputi aspek sejarah, akidah, dan rekomendasi kepada
para pemangku kebijakan.
Sementara dalam hal kepedulian ulama terhadap lingkungan, MUI DKI mengeluarkan fatwa haram membuang sampah sembarangan.
Ke depan, lanjut Syamsul, MUI DKI akan bersinergi dengan pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah
untuk terus membina dan
memberdayakan umat. “Jangan sampai umara (pejabat
pemerintah) dan ulama ber-
ada di sisi berbeda, harus saling mengisi.’’
Agenda kerja
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI
Jakarta, Sutami, berharap,
Rakerda I MUI DKI Jakarta
bisa merumuskan agenda
kerja yang menyentuh umat
secara luas. Ia menilai, peran dan posisi MUI sebagai
pengawal akidah dan moralitas umat sangat tepat.
“MUI DKI Jakarta tidak
perlu terlibat dalam politik
perebutan kekuasaan. Tetaplah jadi rujukan umat.’’
Meski di Jakarta telah banyak majelis taklim dan kelompok pengajian, menurut
Sutami, hal tersebut belumlah cukup. Tantangan terberat MUI adalah melindungi
umat dari serangan arus globalisasi yang cenderung destruktif. ■ cr1 ed: wachidah handasah
batkan berbagai unsur terkait.
Jika sudah terwujud, kata Agus,
peta dakwah ini bisa membantu penyampaian dakwah ke semua lapisan masyarakat. Masalahnya, ormasormas Islam belum berkesempatan
duduk bersama membahas realisasi
gagasan itu. “Padahal, kalau semua
duduk bersama dan saling mengisi,
itu akan bisa cepat,” ujarnya.
Majelis Tabligh, kata Agus, melalui perwakilan cabang dan daerah telah mulai membuat pemetaan sederhana berbasis masjid untuk mengobjektifkan sasaran dakwah. Peta
internal ini, menurut dia, akan lebih
optimal jika didukung dengan peta
dakwah nasional. “Kalau semua ormas melakukan hal yang sama, membuat peta yang lebih lengkap mulai
dari yang terkecil dan sederhana, saya
optimistis bisa maksimalkan potensi
dakwah,” ujar Agus.
■ cr1 ed: wachidah handasah
12
Halaman >>
Sabtu > 18 Desember 2010
Syiarkan Islam Sebagai
Agama Kasih Sayang
JAKARTA — Kelompok
Islam hendaknya tidak mudah menyatakan konflik dan
perang kepada sesama Muslim maupun non-Muslim.
Sebab, peperangan dalam
Islam bukan persoalan sepele dan harus melalui instruksi khalifah sebagai pemimpin tertinggi umat.
“Umat Islam justru harus
mendakwahkan Islam sebagai agama kasih sayang
yang diperuntukkan bagi seluruh alam semesta,” kata
Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic
Scholars (ICIS) KH Hasyim
Muzadi saat menyampaikan
tausiyah pada peringatan
tahun baru Islam 1432 H
dan doa bersama untuk keselamatan bangsa yang digelar DPP Partai Persatuan
Pembangunan, di Jakarta,
Kamis (16/12) malam.
“Jangan lupa yang diuntungkan dengan kedatangan
Islam bukan hanya Islam,
tapi seluruh alam tak terke-
cuali non-Muslim,” sambung Hasyim.
Dijelaskan, peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW ke
Madinah merupakan pengukuhan jati diri dan keagungan Islam. Islam, kata
Hasyim, tidak masuk secara
frontal di tengah-tengah entitas agama dan budaya
yang beragam di Madinah.
Islam, lanjut Hasyim, juga tidak menyingkirkan komunitas non-Muslim, baik
Nasrani maupun Yahudi,
yang telah ada di Madinah.
Bahkan, eksistensi mereka
diakui dalam sebuah perjanjian mitsaq yang kemudian masyhur sebagai Piagam Madinah.
Dalam konteks Indonesia,
jelas Hasyim yang juga mantan ketua umum PBNU, para pemimpin dan tokoh
Islam harus mampunyai komitmen dan konsistensi untuk mengangkat nilai-nilai
Islam.
■ cr1 ed: wachidah handasah
Kalah Pamor dari Sepak Bola
JAKARTA — Peringatan tahun baru Islam 1432 H
yang digelar DPP PPP, Kamis (16/12) malam, kalah
pamor dibanding pertandingan sepak bola Indonesia
versus Filipina di Gelora Bung Karno.
“Bapak-bapaknya lebih tertarik pada sepak bola,
yang datang malah banyak kaum ibu,” tutur Chozin
Chumaedy, ketua panitia pelaksana acara ini.
Chozin yang juga Wakil Ketua Umum DPP PPP mengatakan, acara ini digelar untuk menggali nilai dan
makna hijrah agar dapat diaktualisasikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. “Sebab, tahun
Hijriah mempunyai nilai dan makna yang luhur.”
Pada kesempatan ini, DPP PPP memberikan santunan kepada 660 anak yatim piatu, wakaf berupa
mushaf Alquran sebanyak 500 buah, serta 300 mukena
yang dibagikan di lima wilayah di Jakarta.
■ cr1 ed: wachidah handasah
Download