analisis pengaruh inflasi, nilai tukar dan bi rate terhadap tabungan

advertisement
ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN BI
RATE TERHADAP TABUNGAN MUDHARABAH PADA
PERBANKAN SYARIAH
Oleh :
FRISKA JULIANTI
NIM: 106084002809
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434H/2013M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama
: Friska Julianti
Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 26 Juli 1989
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
:Jl. Manunggal V Rt.002 Rw.004 No.30 Perigi baru
Pondok Aren-Tangerang Selatan 15228
Agama
: Islam
Suku
: Betawi
No.Telepon
: 085694271536
Email
: [email protected]
[email protected]
Facebook
: JuliantyFriska
Twitter
: @JuliantyFriska
PENDIDIKAN
SD Negeri 2 Perigi Baru
(1994-2000)
SMP Negeri 3 Ciputat
(2000-2003)
SMA Negeri 2 Ciputat
(2003-2006)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(2006-2013)
i
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of inflation, exchange rate, and the BI
rate to mudaraba in the Islamic banking savings. The data used are time series
data the period August 2008-August 2012, published by Bank Indonesia of Islamic
Banking Statistical Report. The method of analysis used in this study is using
Multiple Linear Regression method is Ordinary Least Square (OLS).
The results of this study indicate that the inflation variable positive and
significant impact on saving mudaraba. Variable rate (exchange rate) has no
effect on saving mudaraba. While the BI Rate variable significantly and
negatively related to saving mudaraba.
Keywords: Inflation, Exchange Rate, BI Rate, Mudaraba Savings, Ordinary Least
Square (OLS).
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, nilai tukar,
dan BI Rate terhadap tabungan mudharabah pada perbankan syariah. Data yang
digunakan adalah data time series periode Agustus 2008-Agustus 2012, yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia dari Laporan Statistik Perbankan Syariah.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
Regresi Linier Berganda yaitu Ordinary Least Square (OLS).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap tabungan mudharabah. Variabel nilai tukar (kurs)
tidak mempunyai pengaruh terhadap tabungan mudharabah. Sedangkan variabel
BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan mudharabah.
Kata Kunci: Inflasi, Nilai Tukar, BI Rate, Tabungan Mudharabah, Ordinary Least
Square (OLS).
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Robill’Alamin, segala puji dan syukur saya panjatkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat taufik dan hidayahnya-Nya
kepada hamba-hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
Shalawat serta salam yang selalu senantiasa tercurahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat
manusia, serta para sahabat, keluarga dan para pengikutnya yang istiqomah dan di
ridhoi Allah SWT.
Penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai
Tukar, BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah”
dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis di universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses
penyelesaian skripsi ini penulis mengalami banyak hambatan dan kesulitan dalam
penulisan skripsi ini, namun berkat rahmat dan izin Allah SWT skripsi ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak
dari mulai periode perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi penulis untuk dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu, izinkanlah
penulis untuk dapat mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
berjasa tersebut, antara lain kepada:
1. Khususnya untuk kedua orang tua saya yaitu Alm Bpk. Marhali dan Almh. Ibu
Siti Amriyah. Terima kasih banyak atas segala kasih sayang, doa dan Ridho
dari kalian sehingga penulis selalu termotivasi untuk berusaha menyelesaikan
skripsi ini dalam mencapai cita-cita yang penulis inginkan.
2. Bapak Prof.Dr. Abdul Hamid, M.si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
3. Ibu Leis Suzanawaty, SE,M.Si selaku pembantu dekan bagian akademik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Lukman, M.si selaku Ketua jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan (IESP).
5. Ibu Utami Baroroh, M.si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
pembangunan (IESP).
6. Bapak Dr.Ir.H.Roikhan Mochamad Aziz, MM, selaku Dosen Pembimbing I
yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak M.Hartana I.Putra, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah
sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Pheni Chalid, Drs. SF. MA.Ph. selaku dosen pembimbing akademik.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya
yang bermanfaat kepada saya. Dan juga seluruh staf karyawan yang telah
memberikan pelayanan yang terbaik ke setiap mahasiswanya, khususnya di
jurusan IESP.
10. Kepada orang-orang yang sudah banyak membantu serta mendukung penulis
baik secara moril dan materil terima kasih banyak semoga Allah SWT akan
selalu membalas segala kebaikan kalian.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan di IESP angkatan 2006, khususnya konsentrasi
Ekonomi Islam yaitu Winda, Lia, Saras, Laras, Yunita, Yanti, Sari, Yeni,
Iwas, Ovi, Bakar, fadli, Andra, Hadafi, Beni, Arifin.
12. Teman-teman konsentrasi ekonomi pembangunan terutama Ibnu, Fatia,
Soraya, Adi dan Seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
angkatan 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Serta temanteman Fakultas Ekonomi dan Bisnis lainnya tanpa mengurangi rasa
persahabatan
saya
ucapkan
terima
kasih
sebesar-besarnya.
Semoga
persahabatan kita semua tetap terjalin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam
mencapai kesempurnaan skripsi ini.
v
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Terima Kasih.
Jakarta, 27 Agustus 2013
(Friska Julianti)
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………… i
ABSTRACT ……………………………………………………………. ii
ABSTRAK ……………………………………………………………..
iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………
iv
DAFTARA ISI …………………………………………………………
vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………..
xi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….
xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….
xiii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..
1
A. Latar Belakang ………………………………………….…..
1
B. Perumusan Masalah ………………………………………… 9
C. Tujuan Penelitian ……………………………………..…….. 10
D. Manfaat Penelitian ……………………………………..…… 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………..…………..
12
A. Pengertian Bank Secara Umum …….…………..…………..
12
1. Bank Syariah ………………………………..……..…….
15
a. Pengertian Bank Syariah ……….………..………….... 15
vii
b. Sumber Dana Bank Syariah ………………...………… 17
c. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional .... 19
2. Tabungan Mudharabah ………………………………….. 20
a. Pengertian Tabungan secara Konvensional …………… 20
b. Tabungan pada Perbankan Syariah …………….…..…. 21
3. Inflasi ………………………………………….…..….….. 23
a. Pengertian Inflasi …………………………….…..…… 23
b. Macam-macam Inflasi …………………….….....….… 24
c. Hubungan Inflasi terhadap Tabungan Mudharabah ...… 25
4. Nilai Tukar Rupiah ……………………………………..... 26
a. Pengertian Nilai Tukar ….……………………….......... 26
b. Hubungan Kurs terhadap Tabungan Mudharabah ......… 27
5. BI Rate ………………………………………………….…. 28
a. Pengertian BI Rate …………………………….…….…. 28
b. Hubungan BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah …... 29
B. Penelitian Terdahulu ……………………………….………… 29
C. Kerangka Berpikir ……………………….…………………... 48
D. Hipotesis …………………………………..…………………. 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………… 52
A. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………… 52
B. Metode Penentuan Sampel ……….………………………….. 52
C. Metode Pengumpulan Data ………………………………….. 53
D. Metode Analisis ……………………………………….......… 54
viii
1. Uji Asumsi Klasik ………………………………………… 55
a. Uji Normalitas …………………………………………. 56
b. Uji Multikolinieritas …………………………………… 56
c. Uji Heteroskedastisitas ………………………………… 57
d. Uji Autokorelasi ………………………………………… 58
e. Uji Linieritas ……………...……………………………. 59
2. Uji Statistik …………………………..……………….…… 60
a. Uji Parsial (Uji-t) ………………………………….…… 60
b. Uji F (Uji Secara Bersama-sama) ……………………… 61
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ……………… 61
E. Operasional Variabel Penelitian ……………………...……… 62
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………………………. 64
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …...…………….. 64
1. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia ……………….. 64
2. Perkembangan Tabungan Mudharabah ……...……………. 66
3. Perkembangan Inflasi ……………...……………………… 68
4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (KURS) ……………… 69
5. Perkembangan BI Rate ……………………………………. 71
B. Analisis dan Pembahasan …………………………………….. 73
1. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi …...……………… 73
a. Uji Asumsi Klasik ……………...………………………. 73
1) Uji Normalitas ……………………………………… 73
2) Uji Multikolinieritas …...…………………………… 74
ix
3) Uji Heteroskedastisitas ……….…………………….. 75
4) Uji Autokorelasi ……………...…………………….. 76
5) Uji Linieritas ……………………………………….. 78
b. Uji Statistik …………………………………………….. 79
1) Uji Parsial (Uji-t) ……...…………………………… 80
2) Uji F (Uji Secara Bersama-sama) ………………….. 81
3) Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ………….. 82
c. Analisis Ekonomi ………………...……………………. 82
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ………………...……….…. 86
A. Kesimpulan …………………………………………………... 86
B. Saran dan Implikasi ……………………………………….…. 87
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….… 88
LAMPIRAN ……………………………………………………………... .91
x
DAFTAR TABEL
No.
1.1
Keterangan
Halaman
Komposisi Tabungan Mudharabah, Inflasi, Kurs, dan
BI Rate periode 2008-2012 Di Indonesia
4
2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
19
2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
42
4.1
Hasil Uji Multikolineritas dengan Correlation Matrix
75
4.2
Hasil Uji White Heteroskedasticity-Test
76
4.3
Hasil Uji Lagrange Multiplier Test
77
4.4
Hasil Uji Lagrange Multiple Test
78
4.5
Uji Ramsey RESET Test
78
4.6
Hasil Uji Regresi Tabungan Mudharabah
79
xi
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
51
4.1
Perkembangan Tabungan Mudharabah
67
4.2
Perkembangan Inflasi
68
4.3
Perkembangan Kurs
70
4.4
Perkembangan Bi Rate
72
4.5
Uji Normalitas Jarque-Bera
74
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1.
Data Variabel Penelitian
91
2.
Hasil Regresi Tabungan Mudharabah
93
3.
Uji Normalitas
94
4.
Uji Multikolinieritas
95
5.
Uji White Heteroskedastisicity Test
96
6.
Uji Autokorelasi sebelum Differensi Tingkat Pertama
97
7.
Uji Autokorelasi setelah Differensi Tingkat Pertama
98
8.
Uji Linieritas sebelum Differensi
99
9.
Uji Linieritas setelah Differensi
100
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang ajarannya bersifat universal, artinya ajaran
yang dibawa islam itu bersifat menyeluruh dan mencakup pada segala bidang
kehidupan. Dengan sistem ajaran tersebut, lembaga keuangan muncul sebagai
sarana untuk aktivitas konsumsi, simpanan dan investasi. Lembaga keuangan
tersebut terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan
bank.
Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor penggerak
kegiatan perekonomian. Kegiatan–kegiatan lembaga sebagai penyedia dan
penyalur dana akan menentukan baik tidaknya perekonomian suatu negara.
Dalam perkembangannya jasa perbankan telah mengalami kemajuan yang cukup
pesat. Pesaing-pesaing baru telah memasuki pasar dengan berbagai tawaran
produk yang beraneka ragam dan memiliki daya tarik tersendiri. (Dahlan Siamat,
2004: 87)
Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit, pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip-prinsip Islam (UU No. 10/1998). Bank Syariah didirikan dengan
tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip
Islam sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadist, tradisinya dalam transaksi keuangan
dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip-prinsip utama yang
1
diikuti oleh Bank Islam adalah larangan riba (suku bunga) dalam berbagai
bentuk transaksi, melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan
perolehan keuntungan yang sah dan sesuai kesepakatan bersama.(Sudarsono,
2003:22).
Sistem perbankan syariah di Indonesia di awali pada tahun 1992
dengan diterbitkannya Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang bank
dengan sistem bagi hasil. Kemudian di tahun 1992 juga telah lahir bank
syariah pertama sebagai pelopor yang tidak menggunakan sistem bunga
seperti di bank konvensional, melainkan menggunakan sistem bagi hasil yaitu
Bank Muamalat Indonesia (BMI).
Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas
dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah
yang juga diatur dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 dimana Bank
Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan
perekonomian daerah semakin strategis dalam rangka mewujudkan struktur
perekonomian yang semakin berimbang. Dukungan terhadap pengembangan
perbankan syariah juga diperlihatkan dengan adanya “dualbanking system”,
dimana bank konvensional diperkenankan untuk membuka unit usaha syariah.
(Rivai, 2006 : 2)
Pertumbuhan dan perkembangan bank, baik bank konvensional
maupun bank syariah bisa dilihat dari semakin banyaknya jaringan kantor,
2
aset, banyaknya produk-produk yang ditawarkan, dan banyaknya Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat. (Winda, 2009 : 10)
Salah satu produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah adalah
dengan menggunakan akad mudharabah. Secara sederhana, pengertian
mudharabah menurut ulama fiqh dalam madhab Maliki adalah suatu
pemberian mandat dari investor (shahibul maal) yang disertakan kepada
pengelola (mudharib) untuk berdagang dengan mata uang tunai dengan
mendapatkan sebagian keuntungan, jika sudah diketahui jumlah dan
keuntungan yang diperolehnya. (Muhammad, 2004:39)
Diantara produk yang menggunakan prinsip bagi hasil dalam
penghimpunan dana adalah giro, tabungan dan deposito sebagai salah satu
sumber pendanaan bagi operasional bank. Dan yang dimaksud dengan
Tabungan Syariah adalah tabungan yang dijalankan dengan merujuk pada
prinsip-prinsip Islam yaitu Mudharabah dan Wadiah. (ST Suharyanti,
2010:11)
Operasioanal Bank Syariah baik dalam menghimpun dana maupun
dalam penyalurannya menggunakan prinsip syariah. Adanya ketentuan bahwa
akad dalam penghimpunan dana dan penyaluran dana tersebut maka bank
syariah akan memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan
terutama yang gilirannya akan mewujudkan pengelola bank syariah yang
sehat. Selain itu kejelasan akad akan membantu dalam operasional bank
sehingga menjadi lebih efisien dan akan meningkatkan kepastian hukum oleh
3
berbagai pihak termasuk bagi pengawas dan auditor bank syariah.
(Sholahuddin dan Hakim, 2008:77)
Bank syariah dalam melaksanakan kegiatannya berdasarkan syariah
(hukum islam). Prinsip yang dianut oleh bank syariah yaitu larangan riba
(bunga) dalam berbagai bentuk transaksi, menjalankan bisnis dan aktivitas
perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan yang sah menurut
syariah, dan memberikan zakat. Walaupun berbasis islam, bank syariah
sendiri siap melayani siapa saja baik itu dari kalangan muslim maupun non
muslim. Oleh karena itu, jasa-jasa perbankan islam telah dilihat oleh bankbank internasional sebagai alternatif pembiayaan bagi dunia usaha. (Dian
Ariestantya, 2011:5)
Tabel 1.1
Komposisi Tabungan Mudharabah, Inflasi, Kurs, dan BI Rate
periode 2008-2012 Di Indonesia
Tahun
Tabungan Mudharabah
Inflasi
Kurs
BI Rate
(Milyar)
(%)
(Rp)
(%)
2008
11.513
11.06
10.950
9.25
2009
14.937
2.78
9400
6.50
2010
19.570
6.96
8.960
6.50
2011
27.208
3.79
9.068
6.00
2012
37.623
4.3
9.670
5.75
Sumber: Bank Indonesia, 2008-2012.
Dari tabel 1.1, komposisi Tabungan Mudharabah tidak terlepas
dengan adanya perkembangan ekonomi di Indonesia secara makro pada tahun
2008-2012. Variabel makro tersebut seperti Inflasi, Kurs, dan BI Rate. Dapat
dilihat pada tabel komposisi Tabungan Mudharabah dari tahun 2008 sampai
4
2012 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan ini merupakan
dampak langsung dari perkembangan dari jaringan kantor dan layanan sistem
perbankan syariah.
Besarnya jumlah penduduk yang beragama islam di Indonesia
merupakan salah satu peluang yang besar bagi bank syariah dalam mencapai
nasabah sebanyak-banyaknya. Peluang tersebut telah diperkuat oleh adanya
fatwa MUI pada Januari 2004 tentang haramnya bunga bank. Dalam
menjalankan operasionalnya, terdapat beberapa faktor yang juga membawa
pengaruh terhadap keputusan nasabah dalam memilih jasa perbankan
khususnya jasa perbankan syariah. Salah satunya adalah inflasi, dimana
inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus. Apabila terjadi inflasi maka terjadi ketidakpastian kondisi
makroekonomi suatu negara yang mengakibatkan masyarakat lebih
menggunakan dananya untuk konsumsi. Tingginya harga dan pendapatan
yang tetap atau pendapatan meningkat sesuai dengan besarnya inflasi
membuat masyarakat tidak mempunyai kelebihan dana untuk disimpan dalam
bentuk tabungan atau diinvestasikan. (Bety Mariantini, 2007:22)
Menurut Dornbus dan Fischer dalam Nandadipa (2010) menyebutkan
dampak inflasi antara lain: menimbulkan gangguan fungsi uang, melemahkan
semangat
menabung,
meningkatkan
kecenderungan
untuk
belanja,
pengerukan tabungan dan penumpukan uang,permainan harga diatas standar
kemampuan, penumpukan kekayaan dan investasi non produktif, serta
distribusi barang relatif tidak stabil dan terkonsentrasi.
5
Pada tataran makro, nilai uang terhadap barang memiliki peran
penting terhadap jumlah tabungan masyarakat di bank. Tingginya inflasi akan
menurunkan nilai kekayaan dalam bentuk uang. Inflasi merupakan salah satu
peristiwa moneter yang sangat penting dan hampir semua negara
mengalaminya baik negara miskin, berkembang atau bahkan negara maju
sekalipun tidak dapat lepas dari masalah ini. (Budiono,2001:155)
Terlihat pada tabel di atas inflasi cenderung mengalami penurunan,
pada tahun 2009 inflasi mengalami penurunan yang tajam dibandingkan
tahun 2008. Hal tersebut tidak lepas dari adanya penurunan harga minyak
mentah internasional yang mendorong pemerintah untuk menurunkan harga
bahan bakar minyak (BBM). Pada tahun 2010 inflasi naik kembali di posisi
6,96%, yang diakibatkan oleh adanya faktor perkembangan harga komoditas
pangan internasional yang juga mempengaruhi harga komoditas di Indonesia.
Faktor lain yang mempengaruhi jumlah Tabungan Mudharabah
adalah nilai kurs rupiah terhadap dollar AS. Secara umum, apabila sesuatu
barang ditukar dengan barang lain tentu didalamnya terdapat perbandingan
nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar itu sebenarnya merupakan semacam
harga didalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata
uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara
kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang sering disebut
dengan kurs (exchange rate). (Nopirin, 1992)
6
Pada tabel kurs di tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar
Rp 10.950 yang disebabkan kurs terkena dampak dari krisis global yang
terjadi di Amerika Serikat dan membuat Tabungan Mudharabah Menurun.
Suku bunga mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian, karena suku bunga merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perekonomian secara makro. Suku bunga mencerminkan
biaya yang harus dikeluarkan untuk meminjam sejumlah dana serta
pendapatan yang diperoleh karena meminjam dana tersebut. (Sunlip
Wibisono, 2004)
Tabungan menurut pandangan ekonomi klasik, merupakan fungsi dari
tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan semakin mendorong seseorang
untuk menabung dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan
bagi konsumsi di masa yang akan datang. Tingginya minat nasabah untuk
menabung dipengaruhi oleh tingkat bunga, hal ini menunjukkan bahwa pada
saat tingkat bunga tinggi, masyarakat lebih tertarik untuk mengorbankan
konsumsi sekarang guna menambah tabungannya. Konsep ini berbeda dengan
sistem perbankan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atas
penggunaan dana oleh pihak peminjam (baik oleh pihak nasabah atau bank).
(Muhammad Ghofur Wibowo, 2007:69-70)
Persoalan bunga bank yang kemudian disebut sebagai riba telah
menjadi bahan perdebatan di kalangan ulama dan tokoh fiqih islam. Dari
perdebatan mengenai bunga bank ini melahirkan sebuah konsekuensi logis
terhadap anggapan bahwa bunga bank yang berlaku dalam sistem perbankan
7
merupakan riba. Interpretasi ini berimplikasi terhadap setiap tambahan dari
pinjaman kepada pihak yang meminjami adalah riba. (Abdullah Saeed,
2003:27)
Tingkat suku bunga secara umum telah digunakan dalam sistem
perbankan di Indonesia. Bank konvensional menawarkan tingkat suku bunga
yang dapat menarik nasabah menyimpan uangnya. Berbeda halnya dengan
bank konvensional, bank syariah pada kegiatan operasionalnya menolak
adanya sistem bunga. Hal ini disebabkan karena bank syariah menganggap
sistem bunga sama dengan riba, sehingga bank syariah menawarkan sistem
bagi hasil sebagai pengganti sistem bunga.
Keberadaan bank konvesional dan syariah secara umum memiliki
fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Namun karakteristik dari kedua tipe bank
(konvensional dan syariah) dapat mempengaruhi perilaku calon nasabah
dalam menentukan preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe
bank tersebut.Selain itu, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia baik
variabel ekonomi makro maupun variabel moneter yang perkembangannya
dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan
dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan. Variabel-variabel tersebut
dapat berupa tingkat inflasi, suku bunga (interest rate), dan nilai tukar rupiah.
(Iswardono, 2004 : 155)
Pada penelitian-penelitian sebelumnya yang mengamati faktor-faktor
yang mempengaruhi Tabungan Mudharabah seperti ST.Suharyanti (2010)
8
dengan variabel
independen (nisbah
bagi
hasl,
inflasi
pendapatan
nasional/PDB, dan SWBI), Dian Ariestantya (2011) dengan variabel
independen (imbal bagi hasil, suku bunga, dan SWBI), dan Muhamad Ihsan
Hadzami (2011) dengan variabel independen (nisbah bagi hasil dan nilai
tukar rupiah). Merujuk dari penelitian-penelitian yang tersebut, penulis dalam
penelitian ini menggunakan variabel independen inflasi, nilai tukar rupiah,
dan BI rate dengan periode penelitian dimulai dari Agustus 2008 sampai
Agustus 2012.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini variabel
makro yang akan digunakan adalah inflasi, nilai tukar (kurs), dan BI Rate
yang berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah pada perbankan syariah
di Indonesia dengan periode bulan Agustus 2008 sampai bulan Agustus 2012.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan penjelasan di atas, maka
perumusan masalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan BI Rate secara bersamasama terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah?
2. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Tabungan Mudharabah Pada
Perbankan Syariah?
3. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar terhadap Tabungan Mudharabah Pada
Perbankan Syariah?
9
4. Bagaimana pengaruh BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah Pada
Perbankan Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan BI Rate secara
bersama-sama terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah.
2. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap Tabungan Mudharabah Pada
Perbankan Syariah.
3. Untuk mengetahui pengaruh Nilai Tukar terhadap Tabungan Mudharabah
Pada Perbankan Syariah.
4. Untuk mengetahui pengaruh BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah
Pada Perbankan Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
mengambil kebijakan, khususnya kebijakan yang berhubungan dengan
kegiatan moneter. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam
menjalankan fungsi sebagai lembaga intermediasi.
10
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat penelitian ini dapat dijadikan sebagai bacaan dan
pedoman dalam melakukan investasi pada sektor industri perbankan
nasional. Serta memberikan gambaran mengenai pengaruh Inflasi, Nilai
Tukar dan BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah.
3. Bagi Akademisi
Bagi para akademisi penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi ataupun bahan perbandingan dalam pengembangan untuk
penelitian selanjutnya dan untuk para pembaca dapat menambah wawasan
mengenai Tabungan Mudharabah.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank Secara Umum
Istilah bank berasal dari bahasa Prancis yaitu banque dan dari bahasa
Italia yaitu banco, yang berarti peti/lemari atau bangku. Konotasi kedua kata
ini menjelaskan dua fungsi dasar yang ditunjukkan oleh bank komersial. Kata
peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda
berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang, dan sebagainya. Jadi
kesimpulannya, fungsi dasar bank adalah menyediakan tempat untuk
menitipkan uang dengan aman (safe keeping function) dan menyediakan alat
pembayaran untuk membeli barang dan jasa (transaction function).
(Arifin,2006:1)
Pengertian bank pada awal dikenalnya adalah meja tempat menukar
uang, lalu pengertian bank berkembang sebagai tempat penyimpan uang dan
seterusnya. Namun semakin modernnya perkembangan dunia perbankan,
maka pengertian bank pun berubah pula. Secara sederhana bank diartikan
sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan
adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana
kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana
atau kedua-keduanya menghimpun dan menyalurkan dana . (Kasmir, 2004)
12
12
Pendapat lain menyatakan bahwa bank adalah badan yang
mempunyai tugas utama melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan
menyalurkannya kembali ke masyarakat. Pendapat lain menyatakan bahwa
bank memiliki tugas menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana
(surplus) ke pihak yang kekurangan dana (deficit), kedua tugas tersebut
dinamakan fungsi intermediasi. (Ade Arthesa, dkk, 2006)
Sedangkan berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perbankan pasal 1, bank merupakan sebuah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Junaiddin Zakaria (2009:82) menyatakan bahwa bank adalah salah
satu lembaga keuangan yang sangat penting dalam kehidupan ekonomi
masyarakat. Bank merupakan satu-satunya lembaga keuangan yang dapat
menciptakan uang melalui bank sentral.
Taswan (2010:6) menyatakan bahwa bank adalah sebuah lembaga
atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito,
tabungan dan simpanan lain dari pihak yang kelebihan dana kemudian
menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana
melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat banyak.
13
Ferry N. Idroes (2008:15) menyatakan bahwa bank merupakan satusatunya lembaga keuangn depositori. Sebagai lembaga keuangan depositori,
bank memiliki izin untuk menghimpun dana secara langsung dari masyarakat
dalam bentuk simpanan yaitu berupa giro, deposito, dan tabungan. Dana yang
diperoleh kemudian dapat dialokasikan ke dalam aktiva dalam bentuk
pemberian pinjaman dan investasi. Kekhususan kegiatan yang dilakukan oleh
bank inilah yang membedakan bank dengan lembaga keuangan lainnya. Di
samping, kekhususan dalam menghimpun dana masyarakat atau dana pihak
ketiga tersebut, bank diperbolehkan untuk menjalankan usaha yang sama
dengan lembaga keuangan lain.
Ahmad
Rodoni
(2007:21)
menyatakan
bahwa
bank
dapat
didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai
perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan
permintaan kredit pada waktu yang ditentukan.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
Bank adalah lembaga keuangn yang kegiatannya menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang memiliki fungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain, bank adalah suatu
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. (Febryani dan Zulfadin,
2003)
14
1. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Berikut ini beberapa dari pengertian Bank Syariah, yaitu:
1) Menurut Muhammad (2005:1), bank syariah adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau
biasa disebut dengan Bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan
atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata
lain, bank islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran
serta
peredaran
uang
yang
pengoperasiannya
desesuaikan dengan syariat islam.
2) Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syariat islam, yakni bank yang peroperasiannya mengikuti
ketentuan syariat, khususnya menyangkut tata cara mu’amalat
secara umum. (Karnaen Perwaatmadja dan M Syafi’i Antonio,
1999:2)
3) Perbankan Syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem
perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum islam).
Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama
islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang
disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang
15
dikategorikan haram,dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem
perbankan konvensional.
(http://id.wikipedia.org/wiki/perbankansyariah)
4) Bank Syariah menurut para ahli Bank Syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa
lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. (Sudarsono, 2003:22)
5) Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun
1992 tentang perbankan. Bank syariah adalah bank umum yang
melaksanakan tugasnya berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
6) Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank
Syariah
dan
Unit
Usaha
Syariah
yang
mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya (berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU
No. 21 Tahun 2008 Tentang perbankan syariah). Dengan definisi
tersebut maka perbankan syariah meliputi Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).
7) Bank Syariah merupakan lembaga perantara (intermediary) antara
satu-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang
mengalami kelebihan dana (surlpus unit) dengan unit-unit lain yang
mengalami kekurangan dana (deficit unit) melalui bank kelebihan
16
dana
tersebut
dapat
disalurkan
kepada
pihak-pihak
yang
memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.
(Arifin,2002)
b. Sumber Dana Bank Syariah
Pertumbuhan
setiap
bank
sangant
dipengaruhi
oleh
perkembangan kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat
baik berskala kecil maupun berskala besar dengan masa pengendapan
yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, masalah bank yang paling
utama adalah dana tanpa dana yang cukup. Bank tidak dapat berbuat
apa-apa atau dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama sekali.
Dana adalah uang tunai yang dimiliki dan dikuasai oleh bank
dalam bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi
uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak
hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari
titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktuwaktu atau pada saat tertentu akan ditarik kembali. (Arifin, 2002).
Dengan demikian sumber dana bank syariah terdiri dari :
(Arifin, 2006:47-50)
1) Modal Inti (Core Capital)
17
Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal
dari para pemegang saham bank yakni pemilik bank.
Dana modal inti terdiri dari :
a. Modal yang disetor oleh para pemegang saham.
b. Cadangan, yaitu sebagian laba yang tidak dibagi.
c. Laba ditahan.
2) Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account)
Bank menghimpun dana bagi hasil atas prinsip mudharabah
yaitu akad kerjasama antara pemilik dana (Shihabul maal) dengan
pengusaha (Mudharib) untuk melakukan usaha secara bersama dan
pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan sehari-hari.
Keuntungan yang diperoleh dibagi di antara keduanya dengan
perbandingan (Nisbah) yang telah disepakati sebelumnya, Kerugian
finansial menjadi beban yang pemilik dana sedangkan pengelola
tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan.
3)
Dana Titipan (Wadi’ah/Non Rem titipan adalah dana pihak ketiga
unerated Deposit)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada
bank yang umumnya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya
motivasi utama orang yang menitipkan dana pada bank adalah untuk
keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik
kembali dananya sewaktu-waktu.
18
c. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Sistem perbankan syariah berbeda dengan sistem perbankan
konvensional, karena sistem keuangan dan sistem perbankan syariah yang
cakupannya lebih luas. Karena itu, perbankan syariah tidak hanya dituntut
untuk menghasilkan profit secara komersial, namun juga dituntut secara
sungguh-sungguh menampilkan realisasi nilai-nilai syariah.
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
No
1.
Aspek
Falsafah
2.
Operasional
Bank Syariah
Tidak berdasarkan bunga,
spekulasi,
dan
ketidakjelasan
Dana masyarakat berupa
titipan dan investasi yang
baru akan mendapatkan
hasil jika diusahakan
terlebih dahulu.
Penyaluran pada usaha
yang
halal
dan
menguntungkan
Bank Konvensional
Berdasarkan bunga
Dana masyarakat berupa
simpanan yang harus dibayar
bunganya pada saat jatuh
tempo.
Penyaluran pada sektor yang
menguntungkan aspek halal
tidak menjadi pertimbangan
utama
3. Produk
Multi produk (jual beli, Produk tunggal (kredit)
bagi hasil, dan jasa)
4. Organisasi
Harus memiliki dewan Tidak
memiliki
dewan
pengawas syariah
pengawas syariah
5
Dasar Hukum Al-qur’an, Sunnah, Fatwa Pemerintah
dan
Bank
Ulama, Bank Indonesia Indonesia
dan Pemerintah
6. Uang
Uang bukanlah komoditi Uang adalah komoditi selain
tetapi
hanyalah
alat itu
juga
sebagai
alat
pembayaran
pembayaran
Sumber: Sudarsono, 2007
19
2. Tabungan Mudharabah
a. Pengertian Tabungan Secara Konvensional
Menurut Kashmir (2009:78) menyatakan bahwa Tabungan
adalah simpanan pihak ketiga dalam bentuk rupiah maupun valuta asing
pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu dari masing-masing bank penerbit. Pengertian penarikanya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati
maksudnya adalah untuk dapat menarik uang yang disimpan di rekening
tabungan antar satu bank dengan bank yang lainnya berbeda,tergantung
dari bank yang mengeluarkanya.hal ini sesuai dengan perjanjian
sebelumya yang telah dibuat oleh bank.
Berdasarkan UU Perbankan No 10 Tahun 1998 yang merupakan
penyempurnaan dari Undang-undang No 7 Tahun 1992. Definisi
tabungan adalah:
1) Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada
bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro,
deposit, sertifikat deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2) Tabungan adalah simpanan yang penarikannnya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
20
Dari pengertian di atas, maka definisi tabungan adalah dana
yang dipercayakan kepada bank, yang penarikannya sesuai dengan
perjanjian sebelumnya. Dalam penabungan, maka dana tersebut akan
dikelola secara profesional oleh pihak bank sesuai dengan motivasi dari
si penabung.
b.
Tabungan pada Perbankan Syariah
Menabung merupakan tindakan yang dianjurkan oleh Islam,
karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri
untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang, sekaligus untuk
menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.
Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah (titipan),
bagi hasil (mudharabah) atau dengan akad lainnya yang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Penarikan uang tersebut
hanya dapat dilakukan menurut syatar-syarat dan ketentuan tertentu.
(Antonio, 2001:45)
Dalam operasional bank syari’ah, menerapkan dua aqad dalam
tabungan, yaitu wadi’ah dan mudharabah. Tabungan yang menerapkan
wadi’ah, mengikuti prinsip-prinsip wadi’ah yad adh-dhamanah, dimana
tabungan ini tidak mendapatkan imbalan bagi hasil, karena sifatnya
titipan dan dapat diambil dengan mengunakan buku tabungan atau
melalui ATM.
21
Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip
mudharabah, yang diantaranya adalah pertama, keuntungan yang
diperoleh dari dana yang dikelola oleh bank sebagai mudharib harus
dibagi dengan nasabah sebagai shahibul maal. Kedua, adanya tenggang
waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena
untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu diperlukan
waktu yang cukup.
Menurut Karim (2003:299) Tabungan mudharabah adalah
tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. Dalam hal
ini bank syariah mengelola dana yang diinvestasikan oleh penabung
secara produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah
Islam. Hasil keuntungannya akan dibagikan kepada penabung dan bank
sesuai perbandingan bagi hasil atau nisbah yang disepakati bersama
Islam
juga
menganjurkan
untuk
hemat
dalam
setiap
pengeluaran. Sehingga Islam menetapkan aturan-aturan perekonomian
dalam hal menyimpan dan menabung. Aturan-aturan tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Menyimpan kelebihan setelah kebutuhan primer terpenuhi
b) Menyimpan kelebihan untuk menghadapi kesulitan
c) Hak harta generasi mendatang
d) Tidak menimbun harta
e) Pengembangan harta harus dilakukan dengan baik dan halal
(Syahatah, 1998:83-87).
22
3. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat
harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu
tertentu.
Definisi lain Inflasi adalah kecenderunagn dari harga-harga
untuk menaikkan secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu
yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi,
kecuali
bila
kenaikan
tersebut
meluas
kepada
(atau
mengakibatkan kenaikkan) sebagian besar dari harga barng-barang lain.
(Boediono, 1987:161)
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya hargaharga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikkan itu
meluas (mengakibatkan kenaikkan harga) pada barang lainnya. Dan
kebalikan dari inflasi yaitu deflasi.
Hal ini tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang itu
naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikkan
tersebut tidaklah bersamaan. Yang terpenting adalah terdapat kenaikan
harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu.
Kenaikkan yang terjad hanya sekali saja meskipun dengan persentase
yang cukup besar bukanlah merupakan inflasi.
23
b. Macam-Macam Inflasi
1. Berdasarkan Ukuran Inflasi
Macam-macam inflasi berdasarkan ukuran adalah sebagai
berikut: (Sukirno, 2004:337)
a) Inflasi ringan adalah tingkat inflasi yang berada dibawah 10 %
dalam setahun.
b) Inflasi sedang adalah tingkat inflasi yang berada diantara 10-30
% dalam setahun.
c) Inflasi berat adalah tingkat inflasi yang berkisar antara 30-100
% dalam setahun.
d) Inflasi tinggi (Hyperinflation) adalah tingkat inflasi yang
berkisar lebih dari 100 % dalam setahun.
2. Berdasarkan Sumber atau Penyebab Inflasi
Berdasarkan kepada sumber penyebabnya, umumnya
inflasi dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu: (Sukirno, 2004:333)
a) Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-pull Inflation)
Inflasi yang diakibatkan oleh perkembangan yang tidak
seimbang di antara permintaan dan penawaran barang dalam
perekonomian.
Inflasi
ini
biasanya
terjadi
pada masa
perekonomian berkembang pesat. Kesempatan kerja yang
tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan
selanjutnya
menimbulkan
pengeluaran
yang
melebihi
24
kemampuan
ekonomi
mengeluarkan
barang
dan
jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini yang akan menimbulkan
inflasi.
b) Inflasi Desakan Biaya (Cost-push Inflation)
Inflasi seperti ini biasanya berlaku ketika kegiatan
ekonomi telah mencapai kesempatan kerja penuh.inflasi ini
terjadi bila biaya produksi mengalami kenaikan secara terusmenerus. Kenaikan biaya produksi dapat berawal dari kenaikan
harga input seperti kenaikan upah minimum, kenaikan BBM,
kenaikan bahan baku dan kenaikan input yang lainnya.
c) Inflasi Diimpor
Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang
mengalami kenaikan harga yang mempunyai peranan penting
dalam
kegiatan
pengeluaran
di
perusahaan-perusahaan.
Contohnya, kenaikkan harga minyak.
c. Hubungan Inflasi Terhadap Tabungan Mudharabah
Inflasi merupakan peningkatan harga-harga secara umum dan
terus menerus. Apabila terjadi inflasi maka terjadi ketidakpastian
kondisi makroekonomi suatu negara, adanya ketidakpastian kondisi
perekonomian suatu negara akan mengakibatkan masyarakat lebih
menggunakan dananya untuk konsumsi. Tingginya harga dan
pendapatan yang tetap atau pendapatan meningkat sesuai dengan
25
besarnya inflasi membuat masyarakat tidak mempunyai kelebihan dana
untuk disimpan atau diinvestasikan.
4. Nilai Tukar (Kurs)
a.
Pengertian Nilai Tukar (Kurs)
Exchange Rate (nilai tukar) atau yang lebih populer dikenal
dengan nama kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar
dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang
domestik (domestic currency), atau mata uang domestik dalam mata
uang asing. Nilai tukar uang menggambarkan tingkat harga pertukaran
dari satu mata uang kemata uang yang lainnya dan digunakan dalam
berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional,
ataupun aturan uang jangka pendek antar negara yang melewati batasbatas geografis ataupun batas-batas hukum. (Adiwarman A. Karim,
2006:157)
Menurut Richard Lipsey (1995:25) nilai tukar berarti nilai
pada tingkat mana dua mata uang yang berbeda diperdagangkan satu
sama lainnya. Pasar valuta asing adalah pasar dimana mata uang asing
diperdagangkan pada tingkat harga yang dinyatakan dalam nilai tukar.
Berbeda dengan Sukirno (2000:358) nilai valuta asing adalah suatu
nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang
diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing. Sedangkan kurs
antara dua negara menurut Mankiw (2006:128) adalah tingkat harga
26
yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan.
Mankiw (2001:125) menyatakan : “jika kurs riil tinggi,
barang-barang dari luar negeri relatif lebih murah dan barang-barang
domestik lebih mahal. Jika kurs riil rendah, barang-barang dari luar
negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih
murah”.
b.
Hubungan Kurs terhadap Tabungan Mudharabah
Kurs
merupakan
faktor
eksternal
(luar)
yang
juga
mempengaruhi jumlah dana pihak ketiga. Melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS, mencerminkan kondisi perekonomian yang
tidak menentu sehingga meningkatkan risiko berusaha yang akan
direspon oleh dunia usaha dengan menitipkan uangnya pada bank
syariah. (Yayat Sujatna, 2010:211)
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diduga mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan dana pihak ketiga bank syariah
termasuk didalamnya tabungan mudharabah. Dana pihak ketiga
perbankan syariah sensitif terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. Dan
kecenderungan meningkatnya dana pihak ketiga sejalan dengan
kecenderungan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar.
Sebaliknya ketika menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar,
mencerminkan stabilitas perekonomian yang semakin menurun akan
27
risiko dalam menjalankan usahanya, sehingga para investor yang
sebelumnya menanamkan modalnya ke pasar uang beralih ke dunia
perbankan. Dengan
menyimpan sebagian modalnya di produk
penghimpunan dana khususnya dalam hal ini tabungan mudharabah.
(Muhamad Ihsan Hadzami, 2011)
5. BI Rate
a. Pengertian Bi Rate
Menurut Bank Indonesia BI rate adalah suku bunga kebijakan
yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
(www.bi.go.id)
BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang
diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI
rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk
mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar
terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI
diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga pinjaman, dan suku
bunga lainnya dalam jangka panjang. (Aulia Pohan, 2008:225)
BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia
setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada
operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan
28
likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter. (www.bi.go.id)
b. Hubungan BI Rate Terhadap Tabungan Mudharabah
Tingkat bunga merupakan salah satu pertimbangan utama
seseorang dalam memutuskan untuk menabung. Tabungan merupakan
fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong
seseorang untuk menabung dan mengorbankan konsumsi di masa yang
akan datang. (Smithin, 1994 dalam Reni dan Rina, 2006).
Tingginya minat masyarakat untuk menabung biasanya
dipengaruhi oleh tingkat bunga yang tinggi. Hubungan yang positif
antara tingkat bunga dengan tingkat tabungan ini menunjukkan bahwa
pada umumnya para penabung bermotif pada keuntungan atau “profit
motive”. (Khairunisa,2001:7 dalam Dian Ariestya, 2011: 38)
B. Penelitian Terdahulu
1. Dian Ariestya (2011)
Penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Imbal Bagi Hasil,
Jumlah Kantor Cabang, Suku bunga, Kurs dan SWBI terhadap Jumlah
Tabungan Mudharabah Pada Bank Muamalat Indonesia Periode Tahun
2008-2011”. Analisis yang dilakukan menggunakan model analisis regresi
29
berganda, dengan kesimpulan yang dihasilkan, yaitu sebagai berikut:
probabilitas
a. Bahwa secara simultan diperoleh nilai F-hitung 159,580 dengan nilai
probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai kritis 5 % berarti bahwa
secara bersama-sama variabel Imbal Bagi Hasil, Jumlah Kantor
Cabang, Suku Bunga, Kurs dan SWBI berpengaruh terhadap Jumlah
Tabungan Mudharabah di Bank Muamalat Indonesia. Dan variabel
Imbal Bagi Hasil, Jumlah Kantor Cabang, Suku Bunga, Kurs, dan
SWBI memiliki kemampuan untuk menjelaskan variabel Jumlah
Tabungan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia selama periode
penelitian sebesar 94,4 % yang dapat dilihat dari nilai Adjusted Rsquared sebesar 0,944 sedangkan sisanya sebesar 5,6 % dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
b. Secara parsial variabel Imbal Bagi Hasil tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah Bank Muamalat
Indonesia. Kemudian variabel Jumlah Kantor Cabang berpengaruh
secara signifikan terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah Bank
Muamalat
Indonesia.
Sementara
variabel
Suku
Bunga
tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah
Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan variabel Kurs berpengaruh
secara signifikan terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah Bank
Muamalat Indonesia. Dan variabel SWBI berpengaruh secara
30
signifikan terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah Bank Muamalat
Indonesia.
2. Achmad Tohari (2010)
Penelitian yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dollar, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) serta Immplikasinya pada Pembiayaan Mudharabah
Di Indonesia”. Metode yang dilakukan menggunakan metode analisis jalur
dengan model struktual, dengan hasil penelitan, sebagai berikut:
a. Hasil pengujian pada struktural I diketahui variabel Jumlah Uang
Beredar (M2) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Dana Pihak Ketiga, sedangkan variabel Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah
terhadap Dollar AS memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah Di Indonesia.
b. Hasil pengujian pada substruktur II diketahui variabel Jumlah Uang
Beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap Pembiayaan Mudharabah pada
Perbankan Syariah Di Indonesia.
3. Chintia Agustina Triadi (2010)
Penelitinan yang dilakukan oleh Chintia Agustina Triadi yang berjudul
“Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pada Bank Umum Dan Bank Syariah”. Variabel yang terkait yaitu DPK
Bank Umum, DPK Bank Syariah, Inflasi, Kurs Rp terhadapUS $ dan Suku
31
Bunga SBI. Teknis analisis data menggunakan metode Regresi Linier
Berganda. Dengan hasil penelitiannya adalah:
a) Secara bersama-sama variabel bebas, yaitu Inflasi, Kurs dan Suku
bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya Dana
Pihak Ketiga Bank Umum dan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah.
b) Pengujian hipotesis secara parsial, berdasarkan hasil analisis variabel
yang berpengaruh secara signifikan adalah inflasi dan Suku bunga SBI
terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum.
c) Sedangkan yang berpengaruh secara signifikan terhadap Dana Pihak
Ketiga pada Bank Syariah adalah Inflasi.
4. ST.Suharyanti (2010)
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh antara Nisbah Bagi
Hasil, Inflasi, Pendapatan Nasional/PDB dan Srtifikat Wadi’ah Bank
Indonesia terhadap Tabungan Mudharabah pada periode Desember 2005April 2010. Berdasarkan hasil regresi OLS (Ordinari Least Squared) dari
penelitian ini yaitu:
a) Secara
bersama-sama
Nisbah
Bagi
Hasil,
Inflasi,
Pendapatan
Nasional/PDB, dan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia mempunyai
pengaruh signifika terhadap Tabungan Mudharabah.
b) Hasil secara individu (parsial) yaitu: Nisbah bagi hasil berpengaruh
tidak signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Yang kedua Inflasi
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Tabungan
Mudharabah. Dikarenakan pada saat terjadi inflasi harga-harga naik
32
secara terus menerus dan berakibat daya beli masyarakat menjadi
turun.turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan masyarakat lebih
memilih menyimpan kekayaannya dalam bentuk tabungan maupun
deposito di Bank. Yang ketiga Pendapatan Nasional (PDB) mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah.
Dan tang terakhir Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia mempunyai
hubungan yang positif dan signifikan terhadap Tbungan Mudharabah.
5. Ari Cahyono (2009)
Meneliti tentang “Pengaruh Indikator Makroekonomi Terhadap
Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri”. Penelitian ini
menggunakan
analisis
Regresi
Linier
Berganda
dengan
variabel
independennya yaitu: Suku Bunga SBI, Kurs, Inflasi, IHSG, PDB.
Berdasarkan penelitian dan analisis yang dilakukan diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan oleh indikator
makroekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan pada
Bank Syariah Mandiri yaitu variabel Suku Bunga SBI berpengaruh
secara negatif, sedangkan variabel lainnya yaitu, Inflasi, Kurs, IHSG,
dan PDB memberikan pengaruh yang positif.
b. Dan dari keempat variabel yang memiliki pengaruh positif, variabel
PDB memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap
peningkatan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bnak Syariah
Mandiri.
33
6. Patria Yunita (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2008) mengenai “Faktorfaktor yang mempengaruhi DPK pada perbankan syariah”, menggunakan
metode permodelan regresi linier sederhana. Data yang digunakan dalam
penelitian ini, adalah data time series. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel makro ekonomi, yang diantaranya tingkat
suku bunga SBI, tingkat inflasi dan kurs US dollar sebagai variabel
Independent. Sedangkan data yang mewakili variabel dependen adalah
Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah. Dan pengambilan
sampel dalam kurun waktu 42 bulan yaitu terhitung sejak bulan Maret
2004 sampai Agustus 2007.
Setelah dilakukan regresi didapatkan hasil sebagai berikut :
a) Pengaruh suku bungan SBI diidentifikasikan dengan besaran Net
Equivalent Rate, yaitu secara signifikan mempengaruhi jumlah Dana
Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat suku bunga SBI mempengaruhi jumlah DPK
perbankan syariah. Apabila terjadi peningkatan pada tingkat suku
bunga SBI, maka terjadi displacemen pada dana simpanan, sehingga
mengakibatkan
penurunan
jumlah
DPK
perbankan
syariah.
Sebaliknya, apabila terjadi penurunan SBI dengan asumsi Equivalent
Rate tetap, maka akan terjadi peningkatan jumlah DPK perbankan
syariah.
34
b) Pengaruh tingkat inflasi diidentifikasikan dengan besaran Real
Equivalent Rate, yaitu secara signifikan mempengaruhi jumlah DPK
perbankan syariah. Apabila terjadi inflasi, maka jumlah DPK
perbankan syariah akan mengalami penurunan, diakibatkan oleh
penarikan dana oleh nasabah untuk kebutuhan konsumsi. Inflasi
mengakibatkan penurunan daya beli mata uang (the fall of purchasing
power) sehingga dibutuhkan uang dalam jumlah lebih banyak untuk
mengkonsumsi barang yang sama. Dalam kondisi ini, untuk
memenuhi konsumsi masyarakat, penarikan dana simpanan perbankan
syariah sangat mungkn terjadi.
c) Kurs mempengaruhi besarnya jumlah DPK perbankan syariah dalam
hubungan yang negatif. Kenaikan kurs mata uang US dollar
menyebabkan penurunan DPK perbankan syariah disebabkan oleh
penarikan dana yang dilakukan oleh nasabah bank syariah
7. Amalianshah Banowo dan Budi Hermawan (2005)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertumbuhan
simpanan mudharabah dipengaruhi oleh Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
dan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI). Hasil penelitian
menunjukkan pada jangka pendek equvalent simpanan mudharabah relatif
berfluktuatif sedangkan untuk jangka panjang relatif stabil. Hasil analisis
ketujuh regresi linier secara umum menunjukkan nisbah simpanan
mudhrabah berhubungan dengan instrumen moneter Bank Indonesia yaitu
baik SBI maupn SWBI. Tetapi simpanan mudharabah untuk jangka semua
35
waktu tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan inflasi pada
periode yang sama
8. Haron dan Azmi (2005)
Penelitiannya
berjudul
“Measuring
Depositors
Behaviour
of
Malaysian Islamic Banking System: A Co-integration Approach”. Meneliti
tentang perilaku depositor pada sistem bank islam Malaysia dengan
menggunakan metode VECM, dimana peneliti membagi jenis depositor
menjadi empat kategori atau various economic units yaitu, pemerintah,
lembaga keuangan, pelaku bisnis dan individual. Penelitian ini melihat
hubungan antara jumlah deposito di bank islam dengan return yang
ditawarkan dengan menggunakan variabel-variabel makroekonomi yaitu,
money supply, Kuala Lumpur Composite index, tingkat inflasi atau inflation
rate dan GDP. Periode analisis diawali pada bulan Januari 1998 – Desember
2003.
Hasil dari penelitian ini adalah dalam jangka pendek tingkat
pengembalian tabungan yang diberikan oleh bank konvensional dan GDP
mempengaruhi besarnya tabungan. Tingkat keuntungan investasi mudharabah
yang diperoleh bank islam dipengaruhi oleh besarnya giro pemerintah, suku
bunga simpanan berjangka yang diterbitkan oleh bank konvensional
berpengaruh terhadap besarnya giro para pelaku bisnis dan individu. Deposito
pemerintah dan pelaku bisnis banyak dipengaruhi oleh tingkat pengembalian
yang diberikan oleh bank islam, composite index dan money supply. Deposito
individu banyak dipengaruhi oleh suku bunga simpanan berjangka yang
diberikan oleh bank konvensional, tingkat inflasi, money supply dan GDP.
36
Pada jangka panjang terdapat hubungan antara besarnya deposito di bank
syariah dengan various economic units, return yang ditawarkan dan variabelvariabel makroekonomi. Bukti empiris menyatakan bahwa depositor di bank
syariah dipengaruhi oleh return yang ditawarkan dan pergerakan pada
variabel-variabel ekonomi, hal ini berbeda dengan islamic saving theories.
Para depositor bank syariah memiliki respon yang cepat atau sensitif terhadap
perubahan yang terjadi pada variabel-variabel ekonomi. Kesimpulannya,
manajemen di bank islam seharusnya tidak hanya berfokus pada return yang
diberikan akan tetapi pada pergerakan tingkat suku bunga di bank
konvensional. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini kurang
dijelaskan, seperti penggunaan M3 yang hanya dijelaskan bahwa M3
merupakan alat yang digunakan oleh pemerintah untuk mengendalikan sektor
moneter, tidak dijelaskantentang pengertian M3 secara terperinci dan variabel
apa saja yang termasuk dalam M3.
Penelitian ini menggunakan cakupan variabel yang berbeda dari
penelitian sebelumnya. Perbedaan yang mendasar adalah variabel yang
digunakan, pada penelitian terdahulu cakupan penelitiannya meliputi empat
komponen yaitu pemerintah, pelaku bisnis, lembaga keuangan dan individu,
pada penelitian ini hanya difokuskan pada individu dan variabel money supply
tidak digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang digunakan pada
penelitian ini adalah tabungan mudharabah, giro wadiah dan deposito
mudharabah sebagai variabel dependen, suku bunga simpanan berjangka tiga
bulanan dan suku bunga tabungan pada bank konvensional, bagi hasil
deposito, bagi hasil tabungan dan bonus giro pada BSM dan BMI, tingkat
37
inflasi, harga saham syariah (Jakarta Islamic Index), pendapatan nasional
yang dilihat dari GDP serta kebijakan pemerintah yang berupa pernyataan
fatwa MUI bahwa bunga bank adalah haram.
9. Hanifeliza (2004)
Hanifeliza (2004), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Faktor
Faktor yang Mempengaruhi Total Tabungan Masyarakat yang Dihimpun
Perbankan di Indonesia”. Dengan analisis Ordinary Least Square (OLS) hasil
penelitian menunjukkan bahwa selama jangka waktu sepuluh tahun mulai dari
tahun 1994-2003, tabungan masyarakat yang dihimpun perbankan di
Indonesia
terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Simpanan
masyarakat terbesar berasal dari deposito berjangka, hal ini merupakan
sesuatu yang wajar karena tingkat suku bunga deposito berjangka lebih besar
dari suku bunga giro dan tabungan. Tabungan masyarakat meningkat sangat
signifikan terjadi pada tahun 1998 karena pada saat tersebut terjadi krisis yang
menyebabkan tingkat suku bunga deposito meningkat sangat tinggi. Hal ini
tentu saja menarik masyarakat untuk menabungkan uangnya di perbankan.
Faktor yang signifikan mempengaruhi tabungan masyarakat adalah tingkat
suku bunga riil, inflasi, jumlah bank, populasi besarnya tabungan masyarakat
pada periode sebelumnya dan keadaan perekonomian Indonesia dengan
terjadinya krisis tahun 1997 (variabel dummy). Pendapatan riil tidak
mempengaruhi tabungan masyarakat secara signifikan.
Kelima variabel diatas yang diduga mempengarui tabungan
masyarakat berhubungan positif dengan total tabungan masyarakat yang
dihimpun perbankan di Indonesia. Artinya jika variabel bebas tersebut yaitu
38
GDP riil, tingkat suku bunga riil, inflasi, jumlah bank dan dummy meningkat
maka tabungan masyarakat juga akan meningkat dan sebaliknya. Faktor yang
paling responsif mempengaruhi total tabungan masyarakat yang dihimpun
perbankan di Indonesia adalah jumlah perbankan yang ada di Indonesia. Pada
penelitian ini variabel dummy seharusnya dipisahkan antara besarnya
tabungan masyarakat dan krisis yang menimpa Indonesia, sehingga dapat
diketahui bagaimana pengaruh sebelum dan sesudah krisis terhadap besarnya
tabungan masyarakat. Penggunaan tingkat signifikansi yang tidak konsisten
pada penelitian ini menimbulkan interpretasi teori ekonomi pada model
penelitian yang berbeda-beda. Akibatnya hasil matematis semua variabel
seolah dianggap signifikan secara keseluruhan.
10. Pariyo (2004)
Penelitian
ini
berjudul
variabel
makro
ekonomi
yang
mempengaruhi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (Studi Kasus Bank
Muamalat Indonesia). Penelitian ini menggunakan satu variiabel dependen
yaitu dana pihak ketiga dan tiga variabel independen yaitu Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Valuta Asing USD dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
(SWBI). Dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda
dengan hasil uji t masing-masing dari ketiga variabel independen memberi
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya.
Pariyo (2004) melakukan penelitian yang menganalisis pengaruh
variabel makro ekonomi yang terdiri atas : 1) SBI, 2)Valuta Asing (USD),
dan 3)SWBI terhadap dana pihak ketiga (studi kasus Bank Muamalat
Indonesia periode 2000-2003) dengan menggunakan analisis regresi linier
39
berganda, hasil yang diperoleh menunjukan semua variabel independent
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent (DPK). Selain
itu, dari hasil uji F test dimana hasil F test=15,311 dan dari print output
juga terlihat signifikan 0,00 berarti ketiga variabel independent (SBI,
Valas USD, dan SWBI) secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap dana pihak ketiga (DPK). Nilai R-Square yang
diperoleh sebesar 0,514 berarti variabel independent penelitian (SBI, Valas
USD, SWBI) dapat menjelaskan variabel dependent (DPK) sebesar 51,4 %
sisanya 49,6 % dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel independent
yang digunakan.
Temuan Pariyo (2004) ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan Haron dan Shanmugam (1995), yaitu hubungan tingkat suku
bunga bank konvensional dan DPK yang dihimpun. DPK dan SBI-1
mempunyai korelasi yang negative. Hal ini berarti bahwa jika SBI-1
mengalami kenaikan, maka DPK bank syariah akan turun. Sebaliknya jika
SBI-1 rendah maka jumlah DPK bank syariah akan meningkat. Dengan
kata lain, saat SBI naik, maka DPK akan tersalurkan kepada bank umum
konvensional dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih
besar dibandingkan bank syariah
11. Dr. Sudin Haron dan Norafifah Ahmad (2000)
Penelitiannya berjudul “ The Effects of Conventional Interest Rates
and Rate of Fund Deposited with Islamic Banking System in Malaysia”.
Meneliti dampak return yang diberikan oleh bank islam terhadap besarnya
40
dana yang ditempatkan oleh depositor denganmenggunakan Adaptive
Expectation Model. Periode analisisnya diawali pada bulan Januari 1984Desember 1998. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
besarnya deposito dengan return yang ditawarkan oleh bank syariah dan
tingkat suku bunga deposito yang ditawarkan oleh bank konvensional. Dalam
penelitian ini terdapat hubungan yang negatif antara suku bunga bank
konvensional terhadap jumlah deposito di bank syariah, setiap kenaikan satu
persen return maka total deposito pada bank syariah akan meningkat menjadi
71 juta ringgit. Setiap kenaikan satu persen suku bunga deposito pada bank
konvensional maka jumlah deposito di bank syariah mengalami penurunan
menjadi 65 juta ringgit. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam menempatkan
dananya di bank, masyarakat tidak hanya berpedoman pada faktor religi
melainkan lebih bersikap rasional dengan berorientasi pada tingkat
keuntungan (profit motive). Penelitian ini tidak menyertakan semua variabel
simpanan pada bank islam hanya tabungan dan deposito mudharabah,
sehingga besarnya return terhadap giro wadiah tidak dapat diketahui di
negara Malaysia.
41
Tabel 2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
1.
Nama
Variabel
Metode dan Hasil
Dian
Independen:
Menggunakan analisis regresi berganda dengan
Ariestya
Imbal
(201 1)
Hasil, Jumlah Imbal Bagi Hasil dan Suku Bunga tidak
Bagi hasil kesimpulan bahwa secara parsial variabel
Kantor
berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah
Cabang, Suku Tabungan
Bunga,
Mudharabah
Bnak
Muamalat
Kurs, Indonesia. Sedangkan variabel Jumlah Kantor
SWBI.
Cabang,
Kurs,
dan
pengaruh
signifikan
Dependen:
Tabungan
Mudharabah
Jumlah
Indonesia.
SWBI
mempunyai
terhadap
Bank
Jumlah
Muamalat
Tabungan
Mudharabah.
2.
Achmad
Independen:
Tohari
Nilai
(2010)
Rupiah,
Menggunakan metode analisis jalur dengan
Tukar model struktural, dengan hasil penelitian yaitu
pada struktural I, Jumlah Uang Beredar (M2)
Inflasi,
dan memiliki pengaruh positif dan signifikan.
Jumlah
Uang Sedangkan variabel Inflasi dan Nilai Tukar
Beredar.
Rupiah terhadap Dollar AS memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap Dana Pihak
Dependen:
Dana
Ketiga pada Perbankan Syariah Di Indonesia.
Pihak Pada hasil pengujian substruktural II, variabel
42
Ketiga,
Jumlah Uang Beredar(M2) dan Dana Pihak
Pembiayaan
Ketiga
Mudharabah.
signifikan terhadap Pembiayaan Mudharabah
memiliki
pengaruh
positif
dan
pada Perbankan Syariah Di Indonesia.
3.
Chintia
Independen:
Menggunakan metode regresi linier berganda,
Agustina
Inflasi,
Kurs, dengan hasil penelitian yaitu secara parsial
Triadi
dan
Suku variabel
(2010)
Bunga SBI.
Kurs
dan
Suku
Bunga
SBI
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dana
Pihak Ketiga pada Bank Umum. Sedangkan
Dependen:
Dana
Pihak terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank
Ketiga
Bank
dan
Inflasi yang mempunyai pengaruh signifikan
pada Syariah.
Umum
Bank
Syariah.
4.
ST.
Independen:
Metode yang digunanakan yaitu metode
Suharyanti
Nisbah
(2010)
Hasil,
penelitian yaitu secara parsial (individu)
Pendapatan
Nisbah
Nasional/PDB,
signifikan. Inflasi berpengaruh positif dan
Bagi Ordinary Least Squared (OLS) dengan hasil
dan Sertifikat signifkan.
Bagi
Hasil
berpengaruh
Pendapatan
tidak
Nasional/PDB
Wadi’ah Bank berpengaruh positif dan signifikan. Dan SWBI
Indonesia.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Tabungan Mudharabah.
43
Dependen:
Tabungan
Mudharabah.
5.
Ari
Independen:
Cahyono
Suku
(2009)
SBI,
Menggunakan analisis regresi linier berganda,
Bunga dengan hasil penelitian yaitu variabel Suku
Kurs, Bunga
SBI
Inflasi, IHSG, sedangkan
dan PDB
memiliki
variabel
pengaruh
Inflasi,
Kurs,
negatif
IHSG
memberikan pengaruh positif. Dan variabel
PDB yang memiliki pengaruh positif dan
Dependen:
Dana
signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga dan
Pihak Pembiayaan Bank Syariah Mandiri.
Ketiga
dan
Pembiayaan
Bank
Syriah
Mandiri.
6.
Patra
Independen:
Menggunakan metode pemodelan regresi linier
Yunita
Tingkat Suku sederhana. Dengan hasil penelitian yaitu Suku
(2008)
Bunga
SBI, Bunga SBI diidentifikasikan dengan besaran
Tingkat
Inflasi,
Net Equivalent Rate berpengaruh secara
dan signifikan.
Kurs Dollar.
Dan
diidentifikasikan
Tingakat
dengan
Inflasi
yang
besaran
Real
Equivalent Rate berpengaruh secara signifikan.
Dependen:
Sedangkan variabel Kurs berpengaruh negatif
44
Dana
Pihak terhadap DPK.
Ketiga
Perbankan
Syariah.
7.
Amaliansh
Dependen:
Hasil analisis ketujuh regresi linier secara
ah Banowo Simpanan
umum
dan
mudharabah berhubungan dengan instrumen
Budi Mudharabah.
Hermawan
(2005)
menunjukkan
nisbah
simpanan
moneter Bank Indonesia yaitu baik SBI
Independen:
SBI dan SWBI
maupn SWBI. Tetapi simpanan mudharabah
untuk
jangka
semua
waktu
tidak
menunjukkan hubungan signifikan dengan
inflasi pada periode yang sama.
8.
Haron dan Money
Hasil dari penelitian ini adalah dalam jangka
Azmi
Supply, Kuala pendek tingkat pengembalian tabungan yang
(2005)
Lumpur
diberikan oleh bank konvensional dan GDP
Composite
mempengaruhi besarnya tabungan. Tingkat
Index, Tingkat keuntungan
Inflasi
GDP
dan diperoleh
besarnya
investasi
bank
giro
islam
mudharabah
dipengaruhi
pemerintah,
suku
yang
oleh
bunga
simpanan berjangka yang diterbitkan oleh bank
konvensional berpengaruh terhadap besarnya
giro para pelaku bisnis dan individu.
45
9.
Hanifeliza
Tingkat
suku Menggunakan metode analisis Ordinary Least
(2004)
Bunga
Riil, Square (OLS) hasil penelitian menunjukkan
Inflasi, Jumlah bahwa Faktor yang signifikan mempengaruhi
Bank, Populasi tabungan masyarakat adalah tingkat suku
besarnya
bunga riil, inflasi, jumlah bank, populasi
Tabungan
besarnya tabungan masyarakat pada periode
Masyarakat
sebelumnya
dan
keadaan
perekonomian
Indonesia dengan terjadinya krisis tahun 1997
(variabel
dummy).
Pendapatan
riil
tidak
mempengaruhi tabungan masyarakat secara
signifikan.
10.
Pariyo
Independen:
(2004)
SBI,
Valuta hasil yang diperoleh menunjukan semua
Asing
USD, variabel independent berpengaruh secara
dan SWBI.
Menggunakan analisis regresi linier berganda
signifikan
terhadap
variabel
dependent
(DPK). Selain itu, dari hasil uji F test dimana
Dependen:
Dana
Ketiga
Pihak
hasil F test=15,311 dan dari print output juga
terlihat signifikan 0,00 berarti ketiga variabel
independent (SBI, Valas USD, dan SWBI)
secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap dana pihak ketiga (DPK).
Nilai R-Square yang diperoleh sebesar 0,514
.
46
11.
Dr. Sudin Suku
Bunga Menggunakan Adaptive Expectation Model,
Haron dan Bank
hasilnya
menunjukkan
bahwa
terdapat
Norafifah
Konvensional,
hubungan antara besarnya deposito dengan
Ahmad
Tabungan dan return yang ditawarkan oleh bank syariah dan
(2000)
Deposito
tingkat suku bunga deposito yang ditawarkan
Mudharabah.
oleh bank konvensional. Dalam penelitian ini
terdapat hubungan yang negatif antara suku
bunga bank konvensional terhadap jumlah
deposito di bank syariah
47
C. Kerangka Berpikir
Salah satu produk simpanan Mudharabah di perbankan syariah
adalah Tabungan Mudharabah. Tabungan Mudharabah adalah tabungan yang
dijalankan berdasarkan akad Mudharabah dengan dua bentuk yaitu
Mudharabah Mutlaqah danMudharabah Muqayaddah. (Karim, 2007:299)
Inflasi adalah proses naiknya harga secara umum dan keseluruhan.
Dengan kenaikan beberapa harga barang saja belum dapat dikatakan inflasi.
Inflasi sebagi akibat dari jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu
banyak. Naiknya inflasi akan mengakibatkan barang-barang menjadi mahal
dan tingkat suku bungan juga akan naik. Jika terjadi kenaikan pada barangbarang dan kemudian suku bunga naik, maka masyarakat tidak akan
membelanjakan uangnya dan akan cenderung menggunakan uangnya dalam
bentuk tabungan.
Mengacu dari penelitian yang dilakukan oleh Patra Yunita (2008),
apabila terjadi inflasi maka jumlah dana pihak ketiga perbankan syariah akan
mengalami penurunan yang diakibatkan oleh penarikan dana nasabah untuk
kebutuhan konsumsi. Inflasi mengakibatkan penurunan daya beli mata uang
sehingga dibutuhkan uang dalam jumlah lebih banyak untuk mengkonsumsi
barang yang sama. Dalam kondisi ini kemungkinan yang akan terjadi untuk
dapat memenuhi konsumsi, masyarakat akan melakukan penarikan dana
simpanannya.
Exchange Rate (nilai tukar) atau yang lebih populer dikenal dengan
nama kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang
48
asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic
currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency), atau mata
uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang menggambarkan
tingkat harga pertukaran dari satu mata uang kemata uang yang lainnya dan
digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan
internasional, ataupun aturan uang jangka pendek antar negara yang melewati
batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum. (Adiwarman A. Karim,
2006:157)
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Ari Cahyono (2009), bila
kurs naik, sehingga barang produksi atau jasa yang dihasilkan negara itu akan
menjadi lebih mahal bila dihitung dngan mata uang negara lain tersebut.
Akibatnya permintaan terhadap barang atau jasa diharapkan akan mengalami
penurunan dan tidak tertutup kemungkinan adanya penggunaan substitusi
yang pada akhirnya akan semakin menekan permintaan. Permintaan yang
menurun akan disikapi oleh produsen oleh produsen dengan menurunkan
pasokan sehingga tercapai keseimbangan baru. Pengurangan pasokan
dilakukan dengan mengurangi produksi. Bila produksi mengalami penurunan,
masyarakat selaku penerima balas jasa faktor produksi dan perusahaan selaku
produsen akan mengalami penurunan pendapatan. Akibatnya dana yang
tersedia untuk diinvestasikan dan disimpan akan berkurang. Hal tersebut
mengakibatkan bank akan kesulitan dalam melakukan penghimpunan Dana
Pihak Ketiga.
49
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor
lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan
BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila
inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu pada halaman sebelumnya
penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan variabel
independen (bebas) yaitu Inflasi, Kurs, dan BI rate terhadap variabel
dependen (Terikat) yaitu Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah
Periode Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012. Seperti yang terlihat
pada Tabel 2.2 dihipotesiskan bahwa variabel independen (inflasi, kurs dan
BI rate) berpengaruh terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah).
Berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan.
50
Kerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut:
INFLASI (X1) …………
KURS (X2) …..……..
Tabungan Mudharabah
(Y)
BI RATE (X3) ..……….
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Berdasarkan pada kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga bahwa Inflasi, Kurs dan BI rate secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah.
2. Diduga
bahwa
Inflasi
berpengaruh
negatif
terhadap
Tabungan
Mudharabah Pada Perbankan Syariah.
3. Diduga bahwa Kurs berpengaruh negatif terhadap Tabungan Mudharabah
Pada Perbankan Syariah.
4. Diduga bahwa BI rate berpengaruh negatif terhadap Tabungan
Mudharabah Pada Perbankan Syariah.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan data time series.
Kuantitatif adalah data-data yang dipergunakan dinyatakan dalam bentuk
angka. Sedangkan time series adalah data tersebut dikumpulkan dari waktu ke
waktu. (Supranto, 2000:10)
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data-data tersebut sudah dikumpulkan atau sudah tersedia pada
suatu instansi. Observasi penelitian ini dimulai dari Agustus 2008 sampai
dengan Agustus 2012 dengan skala bulanan.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi
(Kuncoro, 2009:118). Sampel penelitian ini adalah data Inflasi, Kurs, dan BI
rate dan Tabungan Mudharabah.
Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Judgement
Sampling. Metode Judgement Sampling atau purposive sample pengumpulan
data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. (Abdul
Hamid dkk, 2010:17)
Pada
metode
Judgement
Sampling
atau
purposive
sample
pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi
52
52
semata. Pada dasarnya jika pihak interviewer menganggap jika calon responden
yang dihubungi termasuk ke dalam bagian objek penelitian, tanpa
memperhatikan segi hubungannya dengan interviewer, maka pihak interviewer
dapat langsung memilih calon responden tersebut sebagai bagian unit sampel.
Dengan kata lain, asal saja calon responden tersebut sesuai dengan karakteristik
populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana dan
kapan saja ditemui dijadikan sebagai elemen-elemen sampel penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Field Research
Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data runtun waktu
(time series) dengan skala bulanan (monthly) yang diambil dari data bulanan
historis Inflasi, Kurs, BI rate dan Tabungan Mudharabah yang diperoleh
dari situs resmi Bank Indonesia.
2. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan
dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
53
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau pinjam di
perpustakaan tetinggal selama beberapa waktu, karena ilmu yang selalu
berkembang dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal
tersebut penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang juga
berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh merupakan data
yang sesuai dengan perkembangan zaman.
D. Metode Analisis
Dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu
dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Model yang
digunakan adalah analisis regresi berganda dengan metode estimasi Ordinary
Least Square (OLS) yaitu metode dengan mencari nilai residual sekecil
mungkin dengan menjumlahkan kuadrat residual (Widarjono, 2007:23).
Sebelum melakukan estimasi yang tidak bias dengan analisis regresi, perlu
dilakukan uji BLUE, yaitu pengujian antar variabel bebas supaya data
penelitian
normal
dan
tidak
terjadi
masalah
multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Bentuk model dengan persamaan sebagai
berikut:
Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Atau
LNTM = β0 + β1LNINF + β2LNKURS+ β3LNBI+ e
54
Dimana:
Y
= Ln Tabungan Mudharabah (TM)
X1
= Ln Inflasi (INF)
X2
= Ln KURS
X3
= Ln BI rate (BI)
β0
= Intercept (konstanta)
β1, β2, β3 = koefisien regresi dari masing-masing variabel yang
mempengaruhi tabungan mudharabah
e
= Error
Menurut Wing W. Winarno (2009:4.1) OLS bertujuan mengetahui
hubungan antara suatu variabel dependen dan variabel independen, apabila
terdapat beberapa variabel independen. Untuk analisis data akan dilakukan
dengan bantuan aplikasi komputer yaitu, program Excel 2010 dan program
Eviews 5.
Dalam penggunaan regresi berganda dilakukan dengan berbagai
macam uji, yaitu:
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian yang dilakukan pada uji asumsi klasik ini terdiri dari uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan
uji linieritas.
55
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui data dalam
variabel yang akan digunakan dalam penelitian apakah suatu variabel
normal atau tidak, data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian
adalah data yang memiliki distribusi normal. Normal atau tidaknya
berdasarkan patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar
deviasi yang sama. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara
diantaranya, dengan uji Jarque-Bera atau Histogram Test. (Winarno,
2009:5.24)
Langkah-langkah pengujian normalitas data sebagai berikut:
Hipotesis:
Bila probabilitas Jarque-Bera > 0.05
Signifikan
Bila probabilitas Jarque-Bera < 0.05
Tidak signifikan
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model
regresi. Multikolieritas merupakan keadaan di mana satu atau lebih
variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel
lainnya. Artinya jika di antara peubah-peubah bebas yang digunakan
sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan
bahwa tidak terjadi multikolineritas.
56
Apabila
pengujian
multikolinieritas
dilakukan
dengan
menggunakan correlation matrix, jika hasilnya ada yang melebihi dari 0,8
itu menandakan bahwa terjadi multikolinieritas yang serius. Dan jika
terjadi multikolinieritas yang serius maka akan berakibat buruk, karena
hal tersebut akan mengakibatkan pada kesalahan standar estimator yang
besar (Gujarati, 2006:68). Setelah dilakukan uji multikolinieritas,
kemudian dilanjutkan dengan uji heteroskedastisitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah deteksi untuk melihat apakah variabel
gangguan tidak konstan atau berubah-ubah. Uji heteroskedastisitas
bertujuan
untuk
menguji
apakah
dalam
model
regresi
terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak
konstan atau berubah-ubah disebut
Dengan Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. (nachrowi,
2006:109)
Pendeteksian heteroskedastisitas yang penulis gunakan dilakukan
melelui Uji white. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
57
Hipotesis:
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05
Signifikan
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05
Tidak signifikan
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model
tersebut tidak terdapat heteroskedasrtisitas. Apabila probabiitas Obs*R2
lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut dipastikan terdapat
Heteroskedastisitas.
Penanggulangan Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara,
yaitu: (Hamja, 2008:114)
1) Transformasi Logaritma Natural
Transformasi logaritma natural menyebabkan skala observasi kecil
dan ada kemungkinan varians akan mengecil sehingga menghasilkan
homoskedastisitas pada model penelitian kita.
2) Transformasi membagi persamaan dengan variabel bebas
Jika model regresi yang terdapat heteroskedastisitas maka salah satu
penanggulangannya dapat dilakukan dengan membagi persamaan
regresi
tersebut
dengan
variabel
bebas
(independen)
yang
mengandung homoskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana telah terjadi korelasi
antara residual tahun ini dengan tingakat kesalahan tahun sebelumnya.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu
58
model, dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson atau dengan Uji
Breusch-Godfrey.
Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga
digunakan uji Langrange multiplier (LM Test) atau yang disebut uji
Breusch-Godfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-squared
dengan α = 5% (0.05).
Langkah-langkah pengujiannnya sebagai berikut:
Hipotesis:
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05
Signifikan
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05
Tidak signifikan
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model
tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih
kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.
e. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan
diolah telah mendekati linier atau belum. (Shochrul, 2011:141)
Untuk mengetahui suatu model linear atau tidak, dapat dilakukan
dengan cara Uji Ramsey (RESET), yaitu pengujian yang dikembangkan
oleh Ramsey dengan mengembangkan uji secara umum kesalahan
spesifikasi atau dikenal dengan sebutan uji kesalahan spesifikasi regresi
(Regression Specification Error Test = RESET) (Widarjono, 2009:170171)
59
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka signifikan (model linear)
2) Bila probabilitas obs*R2 > 0.05 maka tidak signifikan (model tidak
linear)
2. Uji Statistik
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabelvariabel tersebut. Pengolahan data menggunakan Eviews 5.0. dalam
pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi uji Parsial (uji-t)dan uji-F.
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji-t statistik adalah uji parsial (individu) dimana uji ini
digunakan
untuk menguji seberapa baik variabel bebas (variabel
independen) dapat menjelaskan variabel terikat (variabel dependen)
secara individu. pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan menganggap
variabel bebas bernilai konstan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk uni-t dengan
pengujian sebagai berikut: (Nachrowi,2006:18-19)
Hipotesis:
Bila probabilitas βi > 0.05
Tidak signifikan
Bila probabilitas βi < 0.05
Signifikan
60
b. Uji F (Uji Secara Bersama-sama)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas
(variabel independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
terikat (variabel dependen) pada tingkat signfikansi 0.05 (5%). Pengujian
semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-f
dengan pengujian, sebagai berikut: (Nachrowi, 2006:17)
Hipotesis:
Bila probabilitas βi > 0.05
Tidak signifikan
Bila probabilitas βi < 0.05
Signifikan
c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Nilai Koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk
mengukur seberapa besar variasi dari variabel terikat (Y) dapat dijelaskan
oleh variabel bebas (X). Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0
(Adjusted R2 = 0), artinya variasi dari variabel Y tidak dapat dijelaskan oleh
bariabel X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari variabel
Y secara keseluruhan dapat dijelasan oleh variabel X. Dengan kata lain jika
Adjusted R2 mendekati 1 maka variabel independen mampu menjelaskan
perubahan variabel dependen, tetapi jika Adjusted R2 mendekati 0, maka
variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen. Dan jika
Adjusted R2 =1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis
regresi. Dengan demikian baik atau buruknya persamaan regresi ditentukan
61
oleh Adjusted R2 nya yang mempunyai nilai nol dan satu. (Nacrowi,
2006:20)
E. Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Tabungan Mudharabah (Y)
Pada
penelitian
ini,
variabel
terikatnya
adalah
Tabungan
Mudharabah. Tabungan Mudharabah adalah total dana nasabah yang
disimpan dengan prinsip Mudharabah pada Perbankan Syariah di Bank
Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Bank Indonesia, yaitu data dari Statistik Perbankan Syariah
yang dinyatakan dalam milyar rupiah dari periode Agustus 2008 sampai
dengan Agustus 2012.
2. Inflasi (X1)
Inflasi merupakan perubahan kenaikan harga-harga secara umum
dan terus-menerus. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Bank Indonesia, yaitu data dari Statistik Perbankan Syariah
yang dinyatakan dalam bentuk persen (%) pada periode periode Agustus
2008 sampai dengan Agustus 2012.
3. KURS (X2)
Kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kurs tengah
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang bersumber dari situs resmi
62
Bank Indonesia yang dinyatakan dalam rupiah pada periode Agustus 2008
sampai dengan Agustus 2012.
4. BI Rate (X3)
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. Data operasional yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia yang dinyatakan
dalan persen (%) dari periode Agustus 2008 sampai dengan Agustus
2012.
63
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Perkembangan industri syariah secara informal telah dimulai
sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan
operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah
didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-bank yang telah
menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut
menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi
keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan
syariah.
Dan untuk menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya
sistem perbankan yang sesuai syariah, pemerintah telah memasukkan
kemungkinan tersebut dalam Undang-Undang yang baru. UU No.7 Tahun
1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan
usaha perbankan yang memeiliki dasar operasional bagi hasil yang secara
rinci dijabarkan dalam peraturan pemerintah No.72 Tahun 1992 tentang
bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketentuan perundang-undangan
tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di
Indonesia yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (Dual
Banking System) di Indonesia. Kemudian pada tahun 1998 dikeluarkan UU
64
64
No.10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No.7 Tahun 1992 tentang
perbankan yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi
keberadaan sistem perbankan syariah. Pada tahun 1999 dikeluarkan UU
No.23 tentang Bank Indonesia yang memberikan kewenangan kepada Bank
Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip
syariah. Industri perbankan syariah berkembang lebih cepat setelah kedua
perangkat perundang-undangan tersebut diberlakukan.
Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat
Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan
Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha mslim.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak
ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank Muamalat sebagai
bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah
lebih dahulu menerapkan sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank
konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah
menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi
karena kegagalan sistem bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan
sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.
65
2. Perkembangan Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah merupakan salah satu jenis simpanan pada
bank syariah yang mempengaruhi besarnya total Dana Pihak Ketiga
Syariah. Hal ini dimungkinkan karena tabungan sebagai salah satu
komponen yang paling banyak digunakan oleh masyarakat.
Tabungan mudharabah ini adalah tabungan yang berdasarkan
prinsip mudharabah muthlaqah. Dimana Bank Syariah mengelola dana
yang diinvestasikannya oleh penabung secara produktif, menguntungkan
dan memenuhi prinsip-prinsip syariah islam. Hasil keuntungannya akan
dibagikan kepada penabung dan bank sesuai perbandingan bagi hasil atau
nisbah yang disepakati bersama. Apabila tabungan hanya ditimbun tanpa
diinvestasikan, hal tersebut bagaikan harta yang tidak berguna karena
Islam tidak menyukai adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia atau
tidak diinvestasikan. (Karim, 2004:18)
Dana pihak ketiga Tabungan Mudharabah di sini adalah kumpulan
dana yang diperoleh dari nasabah, dalam arti nasabah sebagai masyarakat,
individu, perusahaan, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata
uang rupiah maupun valuta aing yang dialokasikan atau dikelola oleh
perbankan syariah dan kemudian keuntungan tersebut akan dibagi antara
kedua belah pihak baik bank dan nasabah.
Berdasarkan data, perkembangan tabungan mudharabah periode
Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012 dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.
66
Grafik 4.1
Perkembangan tabungan mudharabah
Tabungan Mudharabah
35,000,000
30,000,000
Milyar
25,000,000
20,000,000
15,000,000
10,000,000
5,000,000
Aug-12
May-12
Feb-12
Nov-11
Aug-11
May-11
Feb-11
Nov-10
Aug-10
May-10
Feb-10
Nov-09
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
Aug-08
0
Periode
Sumber: Bank Indonesia (Diolah)
Sesuai dengan grafik diatas diketahui bahwa tabungan mudharabah
tertinggi berada pada bulan Agustus 2012 sebesar Rp. 32,531 milyar dan
terendah terjadi pada Agustus 2008 sebesar Rp. 10,851 milyar. Selama
periode perkembangannya, tabungan mudharabah cenderung meningkat
setiap bulannya meskipun sempat mengalami penurunan pada bulan-bulan
tertentu. Hal tersebut diperkirakan karena para nasabah lebih nyaman
untuk
dapat
mengambil
kapan
saja
uangnya,
dibandingkan
mendepositokannya uangnya dalam jangka waktu tertentu. Dan hal ini
berdampak positif bagi perkembangan Dana Pihak Ketiga khususnya
Tabungan Mudharabah.
67
3. Perkembangan Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus-menerus, ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam
barang itu naik dengan presentase yang sama, mungkin dapat terjadi
kenaikan tersebut tetapi tidaklah bersamaan yang penting terdapat kenaikan
umum barang secara terus-menerus selama satu periode. (Nopirin, 2000:6)
Inflasi merupakan salah satu variabel makro yang sangat
berpengaruh dan menjadi masalah bagi perekonomian suatu negara. Inflasi
yang
mengalami
kenaikan
terus-menerus
akan
menyebabkan
ketidakstabilan yang akan memperburuk kinerja perekonomian suatu
negara. Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan inflasi periode
Agustus 2008 sampai Agustus 2012 dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 4.2
Perkembangan Inflasi
INFLASI
14
Persentase
12
10
8
6
4
2
Aug-12
May-12
Feb-12
Nov-11
Aug-11
May-11
Feb-11
Nov-10
Aug-10
May-10
Feb-10
Nov-09
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
Aug-08
0
Periode
Sumber: Bank Indonesia (Diolah)
68
Berdasarkan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa perkembangan
inflasi tertinggi terjadi pada bulan September 2008 sebesar 12,14 % dan
inflasi terendah terjadi di bulan November 2009 sebesar 2,41 %. Secara
keseluruhan inflasi di tahun 2009 menurun tajam dibandingkan tahun
sebelumnya. Penurunan tekanan inflasi tersebut antara lain tidak lepas dari
penurunan harga minyak mentah internasional yang mendorong pemerintah
untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Di akhir 2010 tercatat inflasi sebesar 6,96 %, tingginya tekanan
inflasi tersebut bersumber dari kelmpok bahan pangan yang mengalami
kenaikan harga pada beberapa komoditas bahan pangan akibat faktor
gangguan cuaca dan perkembangan harga komoditas pangan internasional
juga ikut mempengaruhi harga komoditas di dalam negeri.
Inflasi di tahun 2011 mencapai angka 3,79 %, menurun tajam jika
dibandingkan dengan inflasi di tahun 2010. Dan Inflasi di Agustus 2012
sedikit meningkat sebesar 4,58 % dibandingkan bulan sebelumnya 4,56 %.
Meningkatnya tekanan inflasi tersebut terutama terjadi pada kelompok
bahan makanan, yang diakibatkan oleh kenaikan harga pangan secara
global seperti (jagung, gandum, dan kedelai)
4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (KURS)
Kurs merupakan jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu
banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang
69
asing. Nilai Tukar Valuta Asing adalah harga satu satuan mata uang dalam
satuan mata uang lain. (Sukirno,2000:358)
Data Nilai Tukar Rupiah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah antar harga jual dan harga beli dollar AS yang dinyatakan dalam
satuan unit rupiah. Berdasarkan data yang digunakan dari bulan Agustus
2008 sampai dengan Agustus 2012 maka dapat dilihat grafik perkembangn
Nilai Tukar Rupiah (KURS), yaitu dibawah ini sebagai berikut.
Gambar 4.3
Perkembangan Nilai Tukar
KURS
14,000
12,000
8,000
6,000
4,000
2,000
Aug-12
May-12
Feb-12
Nov-11
Aug-11
May-11
Feb-11
Nov-10
Aug-10
May-10
Feb-10
Nov-09
Aug-09
May-09
Feb-09
Nov-08
0
Aug-08
Rupiah
10,000
Periode
Sumber: Bank Indonesia (Diolah)
Sesuai dengan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa perkembangan
kurs tertinggi terjadi pada bulan November 2008 sebesar Rp.12.151 dan
terendah terjadi di bulan Juli 2011 sebesar Rp. 8.508. Selama tahun 2009
rupiah cenderunsg bergerak menguat sejalan dengan mulai pulihnya kondisi
70
perekonomian global. Pergerakan rupiah selama Desember 2010 relatif
stabil dengan kecenderungan melemah. Dan selama tahun 2012, nilai tukar
rupiah mengalami depresiasi yang disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi
global. Melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi regional dan global
sempat memicu penarikan dana oleh investor dalam rangka menghindari
risiko dari aset-aset keuangan di negara emerging market, termasuk
Indonesia.
5. Perkembangan Bi Rate
BI rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang
diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI rate
digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar
suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada disekitar
BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB,
suku bunga pinjaman, dan suku bunga lainnya dalam jangka panjang.
(Aulia Pohan, 2008:225)
BI rate yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk persentase.
Dan berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat perkembangan BI rate
periode Agustus 2008 sampai dengan Agustus 2012 dibawah ini sebagai
berikut.
71
Gambar 4.4
Perkembangan BI Rate
Aug-12
May-12
Feb-12
Nov-11
Aug-11
May-11
Feb-11
Nov-10
Aug-10
May-10
Feb-10
Nov-09
Aug-09
May-09
Nov-08
Feb-09
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Aug-08
Persentase
BI RATE
Periode
Sumber: Bank Indonesia (Diolah)
Berdasarkan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa perkembangan BI
rate tertinggi terjadi pada bulan September 2008 sebesar 9,25 % dan terendah
terjadi di bulan Februari 2012 sebesar 5,75 %.
Selama 2009 BI rate cenderung mengalami penurunan hingga
6,50%, hal ini karena Bank Indonesia menetapkan kebijakan moneter yang
longgar untuk mendorong aktifitas perekonomian masyarakat yang
cenderung turun akibat krisis global. Di 2010 BI rate tetap berada pada level
6,50 %. Kemudian naik kembali hingga September 2011 di level 6,75 %
dilanjutkan penurunan yang stabil di level 5,75 % hingga akhir periode
penelitian.
72
B. Analisis dan Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data
sekunder deret waktu (time series) mulai dari Agustus 2008 sampai Agustus
2012. Hasil pengolahan data ini menggunakan regresi linier berganda dengan
metode OLS (Ordinary Least Square). Berikut ini adalah hasil pengolahan
data menggunakan regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least
Square). Langkah pertama yang dilakukan adalah:
1. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika
nilai probability lebih besar dari nilai derajat kesalahan α = 5% (0.05),
maka penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata
lain data terdistribusi normal. Dan sebaliknya, jika nilai probability
lebih kecil dari nilai derajat kesalaan α = 5 % (0,05), maka dalam
penelitian ada permasalahan normalitas atau data tidak terdistribusi
dengan normal. Setelah data diolah dengan menggunakan aplikasi
Eviews 5.0 maka terlihat hasilnya sebagai berikut.
73
Gambar 4.5
Uji Normalitas Jarque-Bera
Sumber: Data diolah
Berdasarkan gambar 4.1 uji normalitas menggambarkan bahwa
data dalam penelitian ini sudah terdistribusi normal. Terlihat dari nilai
probability sebesar 0.196612 lebih besar dari derajat kesalahan 5%
(0.05), sehingga model ini dikatakan telah normal. Dan bisa dilanjutkan
kepengujian selanjutnya.
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel
independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinieritas
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel
independen,
kemudian
dapat
diputuskan
apakah
data
terkena
multikolinieritas atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar
74
variabel independen. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel independen dengan variabel dependen
(Gujarati, 2007:67). Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 5.0
maka terlihat hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1
Hasil Uji Correlation Matrix
LNINF
LNKURS
LNBI
LNINF
1.000000
0.359391
0.750385
LNKURS
0.359391
1.000000
0.616270
LNBI
0.750385
0.616270
1.000000
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat terlihat bahwa pengujian
multikolinearitas dengan menggunakan correlation matrix, menghasilkan
bahwa model ini tidak terdapat multikolinearitas. Karena nilai koefisien
korelasi dari masing-masing variabel independen berada dibawah 0,8.
Sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya yaitu uji
Heteroskedastisitas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu
pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
75
Homoskedastisitas dan jika varian tidak konstan atau berubah-ubah
disebut dengan Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. (Gujarati,
2007:82)
Untuk mengetahui ada tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2
Hasil Uji White Heteroskedasticity-Test
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.972396
15.32692
Probability
Probability
0.069574
0.082339
Sumber: Data diolah
Dari tabel 4.4 di atas diketahui bahwa nilai probabilitas Obs*Rsquared adalah 0.082339 lebih besar dari α = 5 % (0,05). Maka model ini
berarti tidak ada permasalahan heteroskedastisitas. Setelah dilakukan uji
White Heteroskedasticity tersebut, kemudian dilanjutkan dengan uji
Autokorelasi.
4) Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana terjadi korelasi antara
residual tahun ini dengan tingkat kesalahan tahun sebelumnya. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu model,
dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson. Selain dengan
menggunakan uji Durbin-Watson, untuk melihat ada tidaknya masalah
76
penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Lagrange Multiplier (LM
Test) atau yang disebut Uji Breusch-Godfrey dengan membandingkan
nilai probabilitas R-Square dengan α = 5% (0.05).
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Lagrange Multiplier Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
107.5091
40.83391
Probability
Probability
0.000000
0.000000
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa nilai Obs*R-squared
adalah 40.83391 dan nilai probabilitas adalah 0.000000 yang lebih kecil
dari α = 5 % (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam
penelitian ini terdapat masalah autokorelasi.
Untuk menanggulangi masalah aurokorelasi pada penelitian ini,
maka dapat menggunakan model Differensi Tingkat Pertama, yaitu
penyembuhan autokorelasi dengan mengestimasi menggunakan differensi
tingkat pertama dengan memasukan persamaan d(y) c d(x). (Wing W.
Winarno, 2009:5.31-5.33)
Kemudian diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:
77
Tabel 4.4
Hasil Uji Lagrange Multiple Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
2.151393
4.460504
Probability
Probability
0.128969
0.107501
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.6 nilai probabilitas Obs*R-squared sebesar
0.107501 lebih besar dari α 5 % (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
model ini sudah tidak terdapat autokorelasi.
5) Uji Linieritas
Dalam penelitian ini, untuk menguji lineraitas model digunakan
model uji Ramsey (Ramsey RESET Test). Uji ini dikembangkan oleh
Ramsey tahun 1969 untuk menguji kesalahan spesifikasi dengan
menggunakan general test of specification error atau lebih dikenal dengan
RESET (Regression Error Specification Test). Kriterianya adalah bila
probabilitas Log-Likehood rasio lebih besar dari α = 5% (0,05) maka data
adalah linier. (Ervani, 2005:230)
Tabel 4.5
Uji Ramsey RESET Test
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
0.062925
0.070191
Probability
Probability
0.803125
0.791059
Sumber: Data diolah
78
Dari uji linieritas (Uji Ramsey RESET Test) pada tabel 4.6 nilai
probabilitasnya adalah 0.791059 ternyata lebih besar dari α = 5 % (0,05).
Artinya tidak terdapat masalah linearitas dengan kata lain bentuk fungsi
estimasi dalam penelitian ini adalah linier.
b.
Uji Statistik
Hasl pengolahan data atau estimasi yang dilakukan menggunakan
program komputer Eviews 5.0, dengan menggunakan metode regresi linier
berganda atau Ordinary Least Square (OLS) yang ditampilkan pada tabel
berikut:
Tabel 4.6
Hasil Regresi Tabungan Mudharabah
Dependent Variable: LNTM
Method: Least Squares
Date: 05/25/13 Time: 21:48
Sample: 2008M08 2012M08
Included observations: 49
Variable
C
LNINF
LNKURS
LNBI
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error
23.40726
0.453662
-0.236265
-2.774316
0.723441
0.705003
0.180266
1.462318
16.51105
0.192662
3.161462
0.094611
0.379167
0.346209
t-Statistic
Prob.
7.403933
4.795041
-0.623117
-8.013404
0.0000
0.0000
0.5364
0.0000
Mean dependent var 16.67850
S.D. dependent var
0.331899
Akaike info criterion -0.510655
Schwarz criterion
-0.356221
F-statistic
39.23792
Prob(F-statistic)
0.000000
Sumber: Data diolah
79
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 4.8 di atas, maka
didapat persamaan regresi sebagai berikut:
LNTM = 23.40726 + 0.453662 (LNINF) - 0.236265 (LNKURS) 2.774316 (LNBI)
1) Uji Parsial
Hasil yang didapatkan dari uji statistik yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Pengaruh Inflasi terhadap Tabungan Mudharabah
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas
variabel inflasi 0.0000 lebih kecil dari α = 5% (0.05), maka secara
parsial (individu), variabel independen (Inflasi) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah).
Dan nilai koefisien Inflasi sebesar 0.453662, artinya dengan asumsi
ceteris paribus (variabel independen yang lain konstan) maka apabila
Inflasi naik sebesar satu persen, maka Tabungan Mudharabah akan
naik sebesar 0.453662 %.
b. Pengaruh Kurs terhadap Tabungan Mudharabah
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas
variabel kurs adalah 0.5364, ini lebih besar dari α = 5% (0.05). Maka
secara parsial variabel independen (Kurs) tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah),
dengan nilai koefisien Kurs sebesar -0.236265.
80
c. Pengaruh BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah
Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui nilai probabilitas BI Rate
adalah 0.0000, ini lebih kecil dari α = 5% (0.05). Maka dapat
dikatakan bahwa variabel independen (BI Rate) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah).
Dengan nilai koefisien BI Rate adalah -2,774316, artinya dengan
asumsi ceteris paribus (variabel independen yang lain konstan) maka
apabila BI Rate naik sebesar satu persen, maka akan menurunkan
Tabungan Mudharabah sebesar 2,774316 %.
2) Uji Signifikan F (uji secara bersama-sama)
Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen (Inflasi, Kurs dan BI Rate) secara bersama-sama terhadap
variabel dependen yaitu Tabungan Mudharabah.
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil nilai F-statistic adalah
39.23792 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000000. karena nilai
probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari α = 0,05 (0,000000 < 0,05.
Berarti dapat disimpulkan bahwa Inflasi, Kurs dan BI Rate secara
bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap Tabungan
Mudharabah.
81
3) Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi)
Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.8 dengan
menggunakan metode OLS maka diperoleh Adjusted R2 sebesar
0,705003 (70,5003%). Yang berarti bahwa kemampuan variabel
independen (Inflasi, Kurs dan BI Rate) dalam menjelaskan variabel
dependen
(Tabungan
(0,705003%)
Mudharabah)
sedangkan
sisanya
adalah
sebesar
sebesar
0,294997
0,705003
(29,4997%)
dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Dimana variabel itu tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
c. Analisis Ekonomi
Berdasarkan hasil dari pengujian statistik dan ekonomi yang
dilakukan, dapat diketahui bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik untuk
menerangkan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi Tabungan
Mudharabah. Dari ketiga variabel independen (Inflasi, Kurs, dan BI Rate)
yang dimasukkan ke dalam pengujian statistik ternyata tidak semua variabel
berpengaruh secara signifikan.
1) Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah, ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Patra Yunita (2008). Dalam
penelitiannya
menjelaskan
bahwa
Inflasi
secara
signifikan
82
mempengaruhi jumlah Dana Pihak Ketiga (giro, tabungan, deposito)
perbankan syariah. Apabila terjadi inflasi, maka jumlah DPK perbankan
syariah akan mengalami penurunan, diakibatkan oleh penarikan dana
oleh nasabah untuk kebutuhan konsumsi. Inflasi mengakibatkan
penurunan daya beli mata uang (the fall of purchasing power) sehingga
dibutuhkan uang dalam jumlah lebih banyak untuk mengkonsumsi
barang yang sama. Dalam kondisi ini, untuk memenuhi konsumsi
masyarakat, penarikan dana simpanan perbankan syariah sangat
mungkin terjadi.
Pada teori Effek Fisher menyatakan bahwa ketika terjadi
kenaikan inflasi sebesar satu persen akan mengakibatkan kenaikan pada
tingkat suku bunga sebesar satu persen. Dan karena dalam ekonomi
islam itu tidak diperbolehkan menggunakan tingkat suku bunga maka
pada perbankan syariah akan menaikkan Nisbah Bagi Hasil yang
digunakan sebagai langkah untuk mengatasi agar nasabah tidak
berpaling ke bank konvensional yang menawarkan bunga tinggi.
Sehingga dengan dinaikkannya Nisbah Bagi Hasil membuat nasabah
akan tetap menyimpan dananya pada Tabungan Mudharabah.
2) Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kurs tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Dan ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chintia Agustina Triadi
(2010:100) yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah tidak berpengaruh
83
secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum dan
Bank Syariah. Dan pada jangka pendek menguat atau melemahnya nilai
tukar rupiah tidak ada pengaruhnya terhadap Dana Pihak Ketiga pada
Bank Umum dan Bank Syariah.
Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ihsan
Hadzami (2011:106), bahwa nilai tukar rupiah tidak memiliki hubungan
yang signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Hal ini dapat dilihat
dari penguatan maupun pelemahan nilai tukar rupiah yang tidak
berdampak pada Tabungan Mudharabah Bank Syariah, karena pada
setiap tahunnya jumlah Tabungam Mudharabah terus mengalami
peningkatan walaupun selalu berfluktuatif. Dan masyarakat akan tetap
menabung di Bank Syariah karena lebih bersifat liquid, aman dan jauh
dari resiko investasi di pasar modal. Selain itu Muchlish dalam Hadzami
(2011:280) menyatakan bahwa tingkat religius, tingkat kepercayaan
masyarakat, dan reputasi bank syariah mempunyai pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap perilaku menabung di Bank Syariah tidak hanya
terdiri dari faktor-faktor ekonomi semata, tetapi juga disebabkan oleh
faktor non ekonomi.
3) Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa BI Rate berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah, adanya kenaikan
BI Rate sebagai tingkat suku bunga pendamping pada bank-bank umum
baik langsung maupun tidak langsung akan membawa dampak terhadap
84
kinerja bank syariah. Sebab naiknya BI Rate akan mempengaruhi tingkat
suku bunga yang diikuti juga oleh naiknya suku bunga simpanan dan
suku bunga pinjaman pada bank konvensional, sehingga masyarakat
akan lebih cenderung untuk menyimpan dananya di bank konvensional
dibandingkan di bank syariah.
Tabungan menurut pandangan ekonomi klasik, merupakan
fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan semakin
mendorong seseorang untuk menabung dan mengorbankan konsumsi
sekarang untuk dimanfaatkan bagi konsumsi di masa yang akan datang.
Tingginya minat nasabah untuk menabung dipengaruhi oleh tingkat
bunga, hal ini menunjukkan bahwa pada saat tingkat bunga tinggi,
masyarakat lebih tertarik untuk mengorbankan konsumsi sekarang guna
menambah tabungannya. Konsep ini berbeda dengan sistem perbankan
syariah yang menggunakan sistem bagi hasil atas penggunaan dana oleh
pihak peminjam (baik oleh pihak nasabah atau bank). (Muhammad
Ghofur Wibowo, 2007:69-70)
85
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian regresi linier berganda (OLS) mengenai
pengaruh inflasi, nilai tukar (kurs), dan BI rate
terhadap tabungan
mudharabah yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka
peneliti mengambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan tersebut yaitu
sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian secara bersama-sama variabel independen (inflasi,
nilai tukar (kurs), dan BI Rate) secara bersama-sama mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Tabungan Mudharabah).
2. Berdasarkan
pengujian
secara
individu
(parsial)
variabel
inflasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah.
3. Berdasarkan pengujian secara individu (parsial) variabel Kurs berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap Tabungan Mudharabah.
4. Berdasarkan pengujian secara individu (parsial) variabel BI Rate
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah.
86
86
B. Saran dan Implikasi
1. Bagi peneliti berikutnya agar memperpanjang periode waktu penelitian
serta menggunakan lebih banyak variabel yang mempengaruhi Tabungan
Mudharabah, sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih
akurat dan baik. Hal ini dikarenakan, keterbatasan dalam penelitian ini
dalam hal periode waktu yang singkat serta variabel penelitian yang sedikit.
2. Dengan adanya kenaikan Tabungan Mudharabah yang disebabkan adanya
inflasi, maka bagi kalangan perbankan syariah lebih menyukai terjadinya
inflasi (inflasi rendah).
3. Bagi kalangan perbankan syariah, lebih menyukai ketika BI Rate rendah
karena hal ini akan meningkatkan Tabungan Mudharabah.
4. Tabungan Mudharabah tidak hanya dipengaruhi oleh motif ekonomi saja
seperti Inflasi, Nilai Tukar, dan Bi Rate, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian. Tingkat religiusitas, reputasi
dan kepercayaan masyarakat (trust) terhadap Bank Syariah mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku menabung di Bank
Syariah. Dan ini membuktikan bahwa pemodelan Tabungan pada Bank
Syariah tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi semata, tetapi
juga disebabkan oleh faktor non ekonomi seperti variabel agama
(religiusitas) dan kepercayaan (trust).
87
DAFTAR PUSTAKA
Agustina Triadi, Chintia. “Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Umum Dan Syariah”, Skripsi
Universitas Pembangunan Nasional, Program Ilmu Ekonomi,
2010.
Ariestya, Dian. “ Analisis Pengaruh Imbal Bagi Hasil, Jumlah Kantor Cabang,
Suku
Bunga,
Kurs,
dan
SWBI
terhadap
Jumlah
Tabungan
Mudharabah”, Jakarta, 2011.
Arifin, Zainul. “Dasar-dasar manajemen Bank Syariah”, Azkia Publisher,
Tangerang, 2006.
Bank Indonesia, “Statistik Perbankan Syariah”, 2008-2012.
_____________, “Tinjauan Kebijakan Moneter”, 2008-2012.
Banowo, Amalianshah & Budi Hermawan.” Hubungan Equivalent Rate Simpanan
Mudharabah dengan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia,” 2010.
Cahyono, Ari. “Pengaruh Indikator Makroekonomi terhadap Dana Pihak Ketiga
dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri”, Jakarta, 2009.
Ghafur W, Muhammad. “Potret Perbankan Syariah Di Indonesia Terkini (Kajian
Kritis Perkembangan Perbankan Syariah)”, Yogyakarta: Biruni
Press, 2007.
Gujarati, Damodar N. “Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 2”, Erlangga, Jakarta,
2006
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEB UIN Press, Jakarta. 2010
88
Hamja, Yahya. “Modul I Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial”, UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
_____________“Modul II Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial”,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Hanifeliza.”Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Total
Tabungan
Masyarakat yang Dihimpun Perbankan Di Indonesia”, Jakarta, 2004.
Haron, Sudin & Norafifah Ahmad.”The Effect of Conventional Interest Rates and
Rate of Profit on Funds Deposited with Islamic Banking System in
Malaya”, International Journal of Islamic Financial Service Vol. 1 No.4,
2000.
Haron, Sudin & Wan Nursofiza Wan Azmi, “ Measuring Depositors’ Behaviour
of Malaysian Islamic Banking System: A Co-integration Approach”.
International Journal Islamic Financial Service.
Hadzmi, Muhammad Ihsan. “Analisis Pengaruh Nisbah Bagi Hasil dan Nilai
Tukar Rupiah terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah
Di Indonesia,” Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011.
Husni, Azhary. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak
Ketiga Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode: Januari 2006Desember 2007”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi
Universitas YARSI, Jakarta. 2009.
Karim, Adiwarman A. “Akad dan Produk Perbankan Syariah”, Jakarta: PT.Radja
Grafindo, 2007.
______________, “Ekonomi Makro Islami”, Jakarta: PT Radja Grafindo Persada,
2007.
______________, “Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan:, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2009.
89
Pariyo.” Variabel Makro Ekonomi yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga Pada Bank Muamalat Indonesia” Universitas Indonesia.
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009.
Suharyanti, ST. “Analisis Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan
Nasional/PDB, dan SWBI Terhadap Tabungan Mudharabah Pada
Perbankan Syariah Di Indonesia, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2010.
Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Makroekonomi”, Ed. Kedua, Cet. 11, Jakarta,
2000.
Syafi’I Antonio, Muhammad. “Bank Syariah: dari teori ke praktek”, Ed. 1,
Yogyakarta:UGM Press, 2001.
Tohari, Achmad. "Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar, Inflasi,
dan Jumlah Unag Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga serta
Impikasinya pada Pembiayaan Mudharabah Di Indonesia”, Jakarta,
2010.
Winarno, Wing Wahyu.”Analisis Ekonometrika dan Statistik Dengan Eviews
Edisi Kedua”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009.
Yunita, Patra.”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dana Pihak Ketiga pada
Perbankan Syariah”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.
www.google.com
www.bi.go.id
90
Lampiran 1
Data Variabel Penelitian Periode Agustus 2008-Agustus 2012
Bulan/Tahun
Tabungan
Mudharabah
(Milyar Rupiah)
Aug-08
Sep-08
Oct-08
Nov-08
Dec-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
May-09
Jun-09
Jul-09
Aug-09
Sep-09
Oct-09
Nov-09
Dec-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10
May-10
Jun-10
Jul-10
Aug-10
Sep-10
Oct-10
Nov-10
Dec-10
Jan-11
Feb-11
Mar-11
10.851.576
11.410.243
11.731.978
11.545.316
12.470.952
11.616.000
11.716.000
12.084.000
12.261.000
12.348.000
12.798.000
12.774.000
12.600.000
13.310.000
13.418.000
13.511.000
14.809.000
14.809.000
14.742.000
14.802.000
14.877.000
15.106.000
15.804.000
16.031.000
16.018.000
16.803.000
17.259.000
17.811.000
19.570.000
19.210.000
19.193.000
19.776.000
INFLASI KURS
(%)
(Rupiah)
11.85
12.14
11.77
11.68
11.06
9.17
8.60
7.92
7.31
6.04
3.65
2.71
2.75
2.83
2.57
2.41
2.78
3.72
3.81
3.43
3.91
4.16
5.05
6.22
6.44
5.80
5.67
6.33
6.96
7.02
6.84
6.65
9.153
9.378
10.995
12.151
10.950
11.355
11.980
11.575
10.713
10.340
10.225
9.920
10.060
9.681
9.545
9.480
9.400
9.365
9.335
9.115
9.012
9.180
9.083
8.952
9.041
8.924
8.928
9.013
8.991
9.057
8.823
8.709
BI RATE
(%)
9.00
9.25
9.50
9.50
9.25
8.75
8.25
7.75
7.50
7.25
7.00
6.75
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.50
6.75
6.75
91
Bulan/Tahun
Tabungan
Mudharabah
(Milyar Rupiah)
Apr-11
20.224.000
May-11
20.857.000
Jun-11
21.480.000
Jul-11
21.916.000
Aug-11
22.728.000
Sep-11
23.589.000
Oct-11
23.687.000
Nov-11
24.552.000
Dec-11
27.208.000
Jan-12
27.193.000
Feb-12
27.642.000
Mar-12
29.054.000
Apr-12
28.738.000
May-12
29.569.000
Jun-12
31.466.000
Jul-12
31.626.000
Aug-12
32.531.000
Sumber: Bank Indonesia
INFLASI KURS
(%)
(Rupiah)
6.16
5.98
5.54
4.61
4.79
4.61
4.42
4.15
3.79
3.65
3.56
3.97
4.50
4.45
4.53
4.56
4.58
8.574
8.537
8.597
8.508
8.578
8.823
8.835
9.170
9.068
9.000
9.085
9.180
9.190
9.565
9.480
9.485
9.560
BI RATE
(%)
6.75
6.75
6.75
6.75
6.75
6.75
6.5
6.00
6.00
6.00
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
5.75
92
Lampiran 2
Hasil Regresi Tabungan Mudharabah
Dependent Variable: LNTM
Method: Least Squares
Date: 05/25/13 Time: 21:48
Sample: 2008M08 2012M08
Included observations: 49
Variable
C
LNINF
LNKURS
LNBI
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error
23.40726
0.453662
-0.236265
-2.774316
0.723441
0.705003
0.180266
1.462318
16.51105
0.192662
3.161462
0.094611
0.379167
0.346209
t-Statistic
Prob.
7.403933
4.795041
-0.623117
-8.013404
0.0000
0.0000
0.5364
0.0000
Mean dependent var 16.67850
S.D. dependent var
0.331899
Akaike info criterion -0.510655
Schwarz criterion
-0.356221
F-statistic
39.23792
Prob(F-statistic)
0.000000
Sumber: Data diolah
93
Lampiran 3
Uji Normalitas
Sumber: Data diolah
94
Lampiran 4
Uji Multikolinieritas dengan Correlation Matrix
LNINF
LNKURS
LNBI
LNINF
1.000000
0.359391
0.750385
LNKURS
0.359391
1.000000
0.616270
LNBI
0.750385
0.616270
1.000000
Sumber: Data diolah
95
Lampiran 5
Uji Heteroskedastisitas cross terms
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.972396
15.32692
Probability
Probability
0.069574
0.082339
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/25/13 Time: 21:54
Sample: 2008M08 2012M08
Included observations: 49
Variable
Coefficient Std. Error
C
LNINF
LNINF^2
LNINF*LNKURS
LNINF*LNBI
LNKURS
LNKURS^2
LNKURS*LNBI
LNBI
LNBI^2
-118.3053
-5.749119
-0.030845
0.671224
-0.145714
26.51195
-1.491675
-0.193128
2.060062
-0.002862
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.312794
0.154208
0.023952
0.022373
118.9188
0.953718
59.59923
3.312300
0.055454
0.395276
0.465159
13.38527
0.767764
1.086910
8.871019
0.951291
t-Statistic
Prob.
-1.985013
-1.735688
-0.556228
1.698115
-0.313256
1.980681
-1.942884
-0.177685
0.232224
-0.003008
0.0542
0.0905
0.5812
0.0975
0.7558
0.0547
0.0593
0.8599
0.8176
0.9976
Mean dependent var 0.029843
S.D. dependent var
0.026044
Akaike info criterion -4.445663
Schwarz criterion
-4.059578
F-statistic
1.972396
Prob(F-statistic)
0.069574
Sumber: Data diolah
96
Lampiran 6
Uji Autokorelasi Sebelum Differensi Tingkat Pertama
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
107.5091
40.83391
Probability
Probability
0.000000
0.000000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/25/13 Time: 21:55
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
C
LNINF
LNKURS
LNBI
RESID(-1)
RESID(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error
2.453605
-0.017871
-0.299163
0.166228
1.068327
-0.151974
0.833345
0.813967
0.075283
0.243703
60.41088
1.871695
1.398420
0.040291
0.168873
0.152119
0.148325
0.154967
t-Statistic
Prob.
1.754555
-0.443536
-1.771525
1.092750
7.202615
-0.980691
0.0865
0.6596
0.0836
0.2806
0.0000
0.3322
Mean dependent var -1.06E-15
S.D. dependent var
0.174542
Akaike info criterion -2.220852
Schwarz criterion
-1.989201
F-statistic
43.00362
Prob(F-statistic)
0.000000
97
Lampiran 7
Uji Autokorelasi setelah Differensi Tingkat Pertama
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
2.151393
4.460504
Probability
Probability
0.128969
0.107501
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/25/13 Time: 21:56
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
C
D(LNINF)
D(LNKURS)
D(LNBI)
RESID(-1)
RESID(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error
0.000139
0.002386
0.039806
0.006789
-0.249794
-0.240062
0.092927
-0.015058
0.029899
0.037545
103.5726
1.896697
0.004666
0.036894
0.115957
0.203966
0.151314
0.152561
t-Statistic
Prob.
0.029845
0.064679
0.343283
0.033286
-1.650835
-1.573547
0.9763
0.9487
0.7331
0.9736
0.1062
0.1231
Mean dependent var 9.22E-19
S.D. dependent var
0.029676
Akaike info criterion -4.065526
Schwarz criterion
-3.831626
F-statistic
0.860557
Prob(F-statistic)
0.515472
Sumber: Data diolah
98
Lampiran 8
Uji Linieritas sebelum Differensi
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
20.27785
18.57225
Probability
Probability
0.000049
0.000016
Test Equation:
Dependent Variable: LNTM
Method: Least Squares
Date: 07/03/13 Time: 23:56
Sample: 2008M08 2012M08
Included observations: 49
Variable
C
LNINF
LNKURS
LNBI
FITTED^2
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error
-739.3160
-22.88989
11.01006
139.1389
1.532575
0.810687
0.793477
0.150831
1.000998
25.79718
0.241160
169.3983
5.184497
2.517536
31.51594
0.340338
t-Statistic
Prob.
-4.364366
-4.415065
4.373348
4.414875
4.503094
0.0001
0.0001
0.0001
0.0001
0.0000
Mean dependent var 16.67850
S.D. dependent var
0.331899
Akaike info criterion -0.848864
Schwarz criterion
-0.655821
F-statistic
47.10495
Prob(F-statistic)
0.000000
99
Lampiran 9
Uji Linearitas setelah Differensi
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
0.062925
0.070191
Probability
Probability
0.803125
0.791059
Test Equation:
Dependent Variable: D(LNTM)
Method: Least Squares
Date: 07/03/13 Time: 23:58
Sample (adjusted): 2008M09 2012M08
Included observations: 48 after adjustments
Variable
C
D(LNINF)
D(LNKURS)
D(LNBI)
FITTED^2
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
Coefficient Std. Error
0.019160
0.010695
-0.135339
0.183326
9.290695
0.102071
0.018542
0.031003
0.041331
101.2669
2.357668
0.027141
0.048778
0.286048
0.377046
37.03695
t-Statistic
Prob.
0.705956
0.219249
-0.473132
0.486216
0.250849
0.4840
0.8275
0.6385
0.6293
0.8031
Mean dependent var 0.022873
S.D. dependent var
0.031295
Akaike info criterion -4.011123
Schwarz criterion
-3.816206
F-statistic
1.221989
Prob(F-statistic)
0.315582
100
Download